CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

LAMPIRAN. Mulai. Penentuan Lokasi Penelitian. Pengumpulan. Data. Analisis Data. Pengkajian keandalan jaringan irigasi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

DAFTAR TABEL. 1. Deskripsi jagung manis Varietas Bonanza... 11

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur.

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

TAHUN TOTAL RATAAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

Volume 10 Nomor 2 September 2013

oa6, y*., A ( Centella asiatica L. Urban ) PENGARUH DOSIS PEMUPUKAN N DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN ' PRODUKSI PEGAGAN Oleh ORIZA SIDIANE

PEMBAHASAN. Produksi Serbuk Sari. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Produksi Serbuk Sari. Progeni Nigeria Ghana Ekona Avros Dami Yangambi

Gambar 1. Diagram TS

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

L A M P I R A N D A T A H A S I L A N A L I S I S

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

Lombok Timur Dalam Data

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

Brady (1969) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, air harus ditambahkan bila 50-85% dari air tersedia telah habis terpakai.

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN UBI KAYU 2015

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI BENGKULU (ANGKA RAMALAN I 2015)

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara nitrogen (N), P sedang dan K sangat tinggi (Lampiran 1). Rekomemndasi pemupukan untuk kabupaten Bone Bolango kisarannya mencapai 200-300 kg N Ha -1. Sehingga dalam riset ini peneliti menggunakan pupuk nitrogen (N) dengan dosis 100 sampai 300 kg N Ha -1 untuk memacu pertumbuhan tanaman jagung manis. 4.2. Faktor Iklim di Wilayah Penelitian Hujan adalah titik-titik air di udara atau awan yang sudah terlalu berat karena kandungan airnya sudah sangat banyak, sehingga akan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan (presipitasi). Alat untuk mengukur curah hujan adalah fluviometer. 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 CH BULANAN 399.9 CH BULANAN 9 229 214 129 129 118 76 79.8 73 38.2 45.8 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang Gambar 3 diatas menunjukan curah hujan terendah terdapat pada bulan Agustus yaitu sekitar 38,2 mm per bulan dan tertinggi pada bulan Desember sebesar 399,9 mm per bulan. Penelitian dimulai pada bulan September sampai bulan November, Jika dilihat curah hujan bulanan pada awal penelitian menunjukan pada bulan September yaitu saat tanam sekitar 129 mm per bulan dan terendah pada bulan Oktober skitar 45,8 mm per bulan. Sehingga, waktu penelitian pada bulan September termasuk pada fase kritis tanaman jagung manis,

dimana kebutuhan air kurang dan pertumbuhannya pun terhambat. Pertumbuhan tanaman jagung manis sangat didukung oleh curah hujan yang cukup sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Kebutuhan tanaman jagung manis akan air sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya, berikut ini disajikan gambar curah hujan harian selama penelitian dilakukan. HARI HUJAN 30 25 20 15 10 5 23 16 12 10 12 25 12 20 HARI HUJAN 6 12 13 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Gambar 4. Curah hujan harian selama percobaan lapang Gambar 4, menunjukan bahwa curah hujan harian yang terendah terdapat pada bulan September hanya sekitar 6 mm per hari dan tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 25 mm per hari. Dalam perkembangan tanaman, jagung manis memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhannya. Dilihat dari saat tanam bulan September, curah hujan harian pada bulan ini hanya sekitar 6 mm per hari ini menunjukan bahwa pada bulan ini sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman jagung manis, pada bulan tersebut pertumbuhan jagung manis kurang baik. Pada awal memasuki bulan Oktober curah hujan harian mulai meningkat dari bulan September yaitu peningkatannya sebesar 12 mm per hari, dibulan ini pertumbuhan tanaman mulai membaik dengan tersedianya air yang cukup. Sampai pada akhir penelitian bulan November pertumbuhan tanaman jagung manis semakin baik karna dipengaruhi oleh curah hujan harian untuk pada bulan tersebut sebesar 13 mm per hari. Kondisi seperti ini dapat mempercepat pertumbuhan tanaman sampai pada panen, sehingga hasilnya pun sangat baik.

Jagung manis dapat ditanam didaerah dataran rendah dan dataran tinggi sampai ketinggian 900 meter dpl. Suhu ideal untuk pertumbuhan Jagung Manis berkisar antara 21ºC - 30ºC. Akan tetapi untuk pertumbuhan yang baik tanaman jagung khususnya jagung manis suhu yang optimal adalah 23ºC - 27ºC. Suhu sekitar 25ºC akan mengakibatkan perkecambahan biji jagung lebih cepat dan suhu tinggi lebih dari 40ºC akan mengakibatkan kerusakan embrio sehingga tanaman tidak jadi berkecambah. 36 34 30 28 26 22 20 27 31 33 33 26 27 27 27 23 23 SUHU BULANAN 23 31 31 27 26 26 23 23 23 34 33 27 27 27 T rata-rata T maks Tmin 27 23 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Gambar 5. Suhu bulanan selama percobaan lapang Dapat dilihat dari Gambar 5, rata rata suhu maksimum lokasi penelitian adalah 34 0 C, rata rata suhu minimum 23 0 C dan kondisi suhu rata rata pada bulan bulan tersebut sebesar 27 0 C. Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung manis, kondisi suhu pada saat penelitian termasuk pada kondisi suhu yang ideal untuk tanaman jagung. Jika dibandingkan dari kondisi suhu pada waktu penelitian pada bulan September, Oktober dan November, suhu tertinggi terdapat pada bulan Oktober suhu rata rata 34 0 C, suhu maksimum 27 0 Cdan suhu minimum 0 C. Tanaman jagung pada bulan ini pertumbuhannya cukup baik jika dibandingkan dengan bulan September suhu rata rata 0 C, suhu maksimum 27 0 Cdan suhu minimum 23 0 C, dimna pertumbuhan jagung manis kurang baik. Hal ini membuktikan bahwa pada suhu sangat berpengaruh positif pada pertumbuhan tanaman jagung manis.

Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan internal, salah satu faktor eksternal adalah cahaya. Tumbuhan memerlukan cahaya. Banyaknya cahaya yang diperlukan tidak selalu sama pada setiap tumbuhan. Umumnya, cahaya menghambat pertumbuhan meninggi karena cahaya dapat menguraikan auksin (suatu hormon pertumbuhan). Pertumbuhan yang cepat di tempat gelap disebut etiolasi. Cahaya juga merangsang pembungaan tumbuhan tertentu. Ada tumbuhan yang dapat berbunga pada hari pendek (lamanya penyinaran matahari lebih pendek daripada waktu gelapnya). Ada pula tumbuhan yang berbunga pada hari panjang (lamanya penyinaran lebih panjang daripada waktu gelapnya). 9.0 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 LAMA PENYINARAN 7.9 7.1 7.8 6.8 7.7 5.6 5.3 6.2 5.3 4.8 4.9 4.9 Lama Penyinaran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Gambar 6. Lama penyinaran selama percobaan lapang Berdasarkan Gambar 6 di atas radiasi matahari berasal dari data lama penyinaran yang dicatat oleh stasiun tersebut. Lama penyinaran tertinggi terdapat pada bulan September selama 7,9 jam per hari karena di bulan ini adalah masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Pertumbuhan tanaman pada akhir bulan September semakin membaik karena sudah memasuki masa peralihan. Sedangakan lama penyinaran terendah bulan Juni sekitar 4,8 jam per hari. Lama penyinaran tertinggi pada saat penelitian terdapat pada bulan September dan terendah pada bulan desember selama 4,9 jam per hari. Karena pada bulan ini sudah masuk pada musim hujan yang berkepanjangan.

4.3. Intersepsi Radiasi (Qint) Jagung Manis Intersepsi radiasi (Qint) pada fase tanaman muda (TM) emergence (EM) dan tassel (TS) tanaman muda (TM) memberikan respon berbeda nyata pada perlakuan pemupukan nitrogen dan interaksinya, sedangkan intersepsi radiasi (Qint) pada fase panen (PN) tasell (TS) memberikan respon berbeda nyata terhadap pemupukan nitrogen dan tidak terdapat interaksi. Hal ini menunjukan bahwa intersepsi radiasi (Qint) pada pase TM EM dan TS TM sangat maksimal jika dibandingkan dengan fase PN TS. Tabel 4. Nilai Intersepsi Radiasi (Qint) Jagung Manis pada Tingkat Pemupukan Nitrogen per Fase Perkembangan Nilai Intersepsi Radiasi (MJ per m 2 ) per Fase Perkembangan Jagung Manis Fase TM EM NOTASI N0 4,355 a N1 6,718 b N2 11,453 c N3 14,473 d BNT 5 % = 0,676 Fase TS TM NOTASI N0 8,725 a N1 10,047 b N2 12,968 c N3 15,693 d BNT 5 % = 1,60 Fase PN TS NOTASI N0 9,727 a N1 10,652 b N2 15,833 c N3 22,713 d BNT 5 % = 0,729 Ket : angka-angka diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5 % Berdasarkan Tabel 4, nilai (Qint) tanaman jagung manis berkisar 4,355 hingga 22,713 MJ per m 2. Dapat dilihat pada tabel diatas pada tiap tiap fase terdapat perbedaan nilai intersepsi radiasi (Qint). Pada fase TM EM dengan nilai minimum pada perlakuan N0 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint) 4,355 MJ per m 2 dan tertinggi terdapat pada perlakuan N3 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint) 14,473 MJ per m 2. Pada fase TS TM nilai minimum pada perlakuan N0 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint) 8,725 MJ per m 2 dan

tertinggi terdapat pada perlakuan N3 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint) 15,693 MJ per m 2. Kemudian pada fase PN TS nilai minimum pada perlakuan N0 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint) 9,727 MJ per m 2 dan tertinggi terdapat pada perlakuan N3 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint) 22,713 MJ per m 2. 4.4.Efisiensi Penggunaan Cahaya Tanaman Jagung Manis Nilai efisiensi penggunaan cahaya tanaman jagung manis merupakan hubungan intersepsi radiasi (Qint) dengan perubahan berat kering total pada tanaman jagung manis. Dapat dilihat pada Tabel 5, nilai efisiensi penggunaan cahaya tanaman jagung manis berkisar 1,06 g MJ -1 hingga 2,35 g MJ -1. Nilai minimum efisiensi penggunaan cahaya tanaman jagung manis terdapat pada fase PN-TS dan nilai maksimum terdapat pada fase TS-TM. Hal ini disebakan intersepsi radiasi (Qint) pada fase ini cukup baik, dimana tanaman jagung manis dapat menerima cahaya yang diintersepsi oleh tajuk tanaman jagung manis. Tabel 5. Nilai Efisiensi Penggunaan Cahaya Tanaman Jagung Manis pada Tingkat Pemupukan N dan Varietas per Fase. Nilai Efisiensi Penggunaan Cahaya Tanaman Jagung Manis (g MJ -1 ) Per Fase Perkembangan Jagung Manis Fase TM EM V1 V2 N0 y = 1.2338x - 1.3614 y = 1.2286x - 1.4167 N1 y = 1.3012x + 2.4112 y = 1.3301x + 3.429 N2 y = 1.5628x + 5.5667 y = 1.6587x + 0.9947 N3 y = 1.877x + 1.98 y = 1.8856x - 1.5301 Fase TS TM V1 V2 N0 y = 1.4236x - 5.7681 y = 1.47x - 4.6342 N1 y = 1.5633x - 5.064 y = 1.5173x - 4.1336 N2 y = 1.8769x + 0.1635 y = 1.7184x - 2.2746 N3 y = 2.0208x + 2.3519 y = 2.3559x + 2.9076 V1 Fase PN TS N0 y = 1.0647x + 2.2359 y = 1.0691x + 5.8962 N1 y = 1.08465 + 2.8567 y = 1.09155x 4.05 N2 y = 1.1119x + 13.257 y = 1.1404x + 14.006 N3 y = 1.4334x + 11.34 y = 1.419x + 14.2 Ket : Fase EM (emergence), TM (tanaman muda), TS (tasseling), PN (panen) V2

Berdasarkan Tabel 5, pada fase TM EM nilai efisiensi penggunaan cahaya (LUE) jagung manis terendah terdapat pada perlakuan N0V2 sebesar 1.2286 g MJ -1 dan tertinggi pada perlakuan N3V2 sebesar 1.8856 g MJ -1. Pada fase TS TM nilai efisiensi penggunaan cahaya (LUE) jagung manis terendah terdapat pada perlakuan N0V1 sebesar 1.4236 g MJ -1 dan tertinggi terdapat pada perlakuan N3V2 sebesar 2.3559 g MJ -1. Pada fase PN TS nilai efisiensi penggunaan cahaya (LUE) jagung manis terendah terdapat pada perlakuan N0V1 sebesar 1.0647 g MJ -1 dan tertinggi terdapat pada perlakuan N3V1 dengan nilai 1.4334 g MJ -1. 4.5. Berat Tongkol Jagung Manis (Zea mays Sccharata Sturt) Berdasarkan Tabel 6, hasil analisis ragam berat tongkol jagung manis memberikan respon berbeda nyata pada fase panen. Dari hasil uji lanjut BNT 5 % pada Tabel 6, N3 memberikan respon perlakuan yang berbeda nyata hal ini dipengaruhi oleh dosis pupuk 300 kg N Ha -1, jika dibandingkan dengan perlakuan N0, N1,N2. Nilai maksimal berat tongkol terdapat pada perlakuan N3 sebesar 0,500 g m -2 dan nilai minimum pada perlakuan N0 yaitu 196,667 g Ha -1. Tabel 6. Berat Tongkol Jagung Manis pada Kombinasi N dan Varietas pada Fase Panen. Berat Tongkol (g m -2 ) dengan Kombinasi N dan Varietas Fase Panen N0 196,667 a N1 204,883 ab N2 217,167 bc N3 0,500 c Ket : angka-angka diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5 % Pada Tabel 6 di atas, pada fase panen perlakuan terendah terdapat pada N0 tanpa pupuk dengan berat tongkol 196,667 g m -2 dan tertinggi pada perlakuan N3 dengan dosis pupuk 300 kg N Ha -1 dengan berat tongkol sebesar 0,500 g m -2.

BERAT TONGKOL JAGUNG MANIS (g m-2) 4.6. Hubngan Efisiensi Cahaya dan Berat Tongkol Jagung Manis Dalam penelitian ini hubungan efisiensi penggunaan cahaya oleh tanaman jagung manis daapat dilihat dari hubungan berat tongkol jagung manis. Pemupukan nitrogen dengan dosis 100, 200, dan 300 kg N Ha -1, dapat meningkatkan nilai efisiensi cahaya yang dihubungkan dengan berat tongkol jagung manis. 300 290 280 270 260 250 y = 81.517x + 179.09 R² = 0.5481 0 1.00 1.13 1.25 LUE JAGUNG MANIS (g MJ-1) Gambar 7. Hubungan efisiensi cahaya dengan berat tongkol. Berdasarkan Gambar 7, hubungan efisiensi penggunaan cahaya jagung manis dengan berat tongkol saat panen dinyatakan dengan persamaan regresi y = 81,517x + 179,09 dengan koefisien determinasi R= 0,5481. Jadi, diketahui berat tongkol jagung manis pada perlakuan N3V1 sebesar 291 g m -2 dapat menghasilkan nilai efisiensi cahaya 1,43 g MJ -1. Sedangkan terendah terdapat pada perlakuan N0V1 dengan berat tongkol 250 g m -2 menghasilkan nilai efisiensi cahaya 1,06 g MJ -1.