Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7.

Persentase guru SD adalah perbandingan antara jumlah

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER

2009/ / /2012 (1) (2) (3) (4) 01. Sekolah/ Schools. 02. Kelas/ Classes

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6)

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

TENTANG WALIKOTA SURABAYA,

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6)

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG

POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

STUDI DEMAND AND SUPPLY BUS SEKOLAH RUTE DUKUH MENANGGAL - SMA KOMPLEKS SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Jenis Industri/Type of Industries Sub-District

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. Keterangan Tinggal Sementara dengan menggunakan model End User Computing. 1. Identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

1,526 1, ,024 Sumber : Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Surabaya Source : Scout Associations, Branch of Surabaya City

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2006

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

Kenaikan jumlah lansia: 1990 ke tahun 2000 = 34,5% 2000 ke tahun 2010 = 32,8%

Banyaknya Gugus Depan dan Anggota Pramuka per Kecamatan Number of Local Scout Organization and Scout Members by Sub District ###

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG

Tabel : Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors (1) (2) (3)

PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Di Kecamatan Tambaksari Surabaya)

TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Oleh : Fanial Farida Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami, M.Si. Ph.D

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMUNGUTAN PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

KONSEP COMPACT CITY SEBAGAI SALAH SATU KONSEP INOVATIF PERENCANAAN TATA RUANG DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA DI SURABAYA

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU. REKAPITULASI BELUM REKAM ektp PERKELURAHAN

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Surabaya Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

TENTANG TIM PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

8, ,403 Sumber : Kantor BAPEMAS dan KB Kota Surabaya Source : National Family Planning Coordinating Board Office of Surabaya City

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA

PESERTA PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEKOLAH MANDIRI JENJANG SD THN 2016 ( Guru kelas I, IV dan Agama )

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

SIDANG TUGAS AKHIR. Oleh : Herry Purnama Sandy ( )

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II GAMBARAN UMUM. merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. II-1

Rendra Suprobo aji

LAMPIRAN Nomor : 005/ / /2012 Tanggal : 04 Mei NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN Tanggal/Waktu

Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial

Daftar Alamat & Nama SMPN dan SMAN se Surabaya

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Pola Distribusi Hujan Kota Surabaya

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes Localized Mucikari/ Wanita Tunasusila

PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono

Lampiran Surat Nomor : 005/ / /2014 Tanggal :

Tabel 2.4 Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun 2017 sampai dengan Triwulan II. Realisasi Kinerja Pada Triwulan. Target Kinerja dan Anggaran RKPD Tahun 2017

DAFTAR INSTANSI GURU TENAGA HONORER KATEGORI II Lampiran Surat : Nomor : 800 / 3013 / /2013 Tanggal : 2 JULI 2013

BAB III HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI SUBYEK DAN LOKASI PENELITIAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Pemodelan Regresi Nonparametrik Spline Truncated Dan Aplikasinya pada Angka Kelahiran Kasar di Surabaya

PENGARUH PERKEMBANGAN PERUMAHAN TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA DI KOTA SURABAYA

Pemetaan Wilayah Berdasarkan Tindak Kriminalitas Dengan Pendekatan Analisis Korespondensi di Kota Surabaya

STUDI PERENCANAAN KEBUTUHAN TRANSFORMATOR dan PROTEKSINYA di GARDU INDUK 150 kv/120 MVA BUDURAN II/SEDATI. Arif Kurniadhi ( )

PENGARUH URBAN COMPACTNESS TERHADAP TINGKAT EMISI KARBON PADA SEKTOR TRANSPORTASI BERBASIS RUMAH TANGGA DI KOTA SURABAYA

ANALISIS PEMETAAN DAERAH RAWAN PETIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DI WILAYAH SURABAYA

Banyaknya Pasar, Pedagang dan Luas Pasar Menurut Jenisnya *) Number of Markets, Merchants and Marked Areas by Type of Markets *)

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes

Pemodelan Jumlah Kasus Hiv dan Aids di Kota Surabaya Menggunakan Bivariate Generalized Poisson Regression

BAB III SETTING PENELITIAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1

BAB III PRAKTIK JUAL BELI ROTI SEMI KEDALUWARSA DI CV. SURYA GLOBAL SURABAYA. berikut akan dipaparkan profil CV. Surya Global sebagai berikut:

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kendaraan Siswa SMA Negeri 5 Surabaya Ke Sekolah

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

FINAL PROJECT RESEARCH

OLEH : RENDRA KURNIAWAN NPM

PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT

PEMETAAN KOTA SURABAYA BERDASARKAN INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN. ANISA BETA CHANDRA R Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 357 / / 2008 TENTANG

Simokerto Surabaya Utara Krembangan

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA SURABAYA TAHUN 2014 WALIKOTA SURABAYA

IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH (RSDK) DI KELURAHAN TAMBAKSARI KOTA SURABAYA

Analisis Pengelompokkan dan Pemetaan Kecamatan Sebagai Dasar Program untuk Mengatasi Masalah-Masalah Sosial-Ekonomi di Kota Surabaya

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

Transkripsi:

E47 Identifikasi Panjang Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya Ayu Tarviana Dewi, Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh pember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: erli.martha@urplan.its.ac.id Abstrak Fasilitas pendidikan jenjang sekolah dasar seharusnya berada dalam satu neighborhood unit dengan radius pelayanan antara 400-800 m (walkable distance) dari kawasan permukiman. Namun fakta di lapangan menunjukkan adanya pergeseran preferensi para orang tua dimana pemilihan sekolah tidak berdasarkan tempat tinggal sehingga panjang perjalanan siswa SD menjadi lebih panjang dari yang seharusnya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengidentifikasi panjang perjalanan siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode statistik deskriptif untuk menghitung panjang perjalanan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata panjang perjalanan siswa di Kota Surabaya adalah 1585 m dengan besar perjalanan yang lebih panjang terjadi di tengah kota. Hal tersebut menunjukkan bahwa pergerakan dengan maksud bersekolah pada jenjang SD cenderung bergerak kearah tengah kota. Seharusnya panjang perjalanan siswa SD di Kota Surabaya tidak lebih dari jarak walkable distance yakni 800 m. Kata Kunci Panjang ; Fasilitas Pendidikan; Sekolah Dasar. K I. PENDAHULUAN OTA merupakan lingkungan binaan yang senantiasa berkembang sehingga membutuhkan suatu perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ruang yang dituangkan dalam bentuk kebijakan. Kota besar memang selalu mempunyai masalah terkait pertumbuhan penduduk, variasi kegiatan ekonomi serta lapangan tenaga kerja yang beragam [1]. Bertambahnya jumlah penduduk pada suatu kota akan berpengaruh pada peningkatan intensitas aktivitas budidaya baik industri, perdagangan dan perumahan beserta segala prasarana dan sarana pendukungnya. Sehingga semakin tinggi intensitas aktivitas atau tata guna lahan suatu kota maka semakin tinggi pula kebutuhan pergerakan yang harus dipenuhi [2]. Pergerakan baik berupa manusia ataupun barang tentu membutuhkan moda transportasi sebagai media untuk melakukan perjalanan. Sehingga interaksi tata guna lahan dengan sistem jaringan transportasi akan menghasilkan besaran pergerakan manusia dan barang dalam bentuk pergerakan kendaraan [4]. Pergerakan yang diakibatkan oleh kawasan pendidikan secara teori lokasi sebenarnya dapat diminimalisir dengan penyediaan fasilitas pendidikan pada suatu lingkungan. Namun fakta di lapangan menunjukkan adanya fenomena pergeseran preferensi para orang tua dalam memilih fasilitas pendidikan. Persepsi orang tua terhadap akreditasi fasilitas pendidikan mempunyai porsi yang lebih besar dibandingkan kedekatan atau kemudahan aksesibilitas fasilitas pendidikan yang ada di lingkungannya [3]. Hal ini menyebabkan panjang perjalanan dengan maksud ke sekolah menjadi lebih besar daripada yang seharusnya. Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia yang memiliki fasilitas pendidikan yang memadai. Fasilitas pendidikan tersebut meliputi tingkat pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Pada tahun 2012 tercatat bahwa total pergerakan dengan maksud sekolah berada diurutan kedua dengan nilai sebesar 18,31% setelah pergerakan dengan maksud bekerja yakni sebesar 55.85%. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa terdapat fenomena dimana terdapat SD favorit dan non favorit yang dikaitkan dengan citra dari SD tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya jumlah pendaftar calon peserta didik pada sekolahsekolah tersebut pada tiap tahunnya [5]. Fenomena SD favorit dan non favorit tersebut dikaitkan dengan citra dari SD tersebut. Fakta di lapangan menunjukkan banyak orang tua yang mengirimkan anaknya ke sekolah yang dianggap lebih bermutu sehingga menimbulkan berbagai permasalahan seperti adanya SD yang kekurangan murid, penumpukan guru di satu sekolah, serta banyaknya fasilitas sekolah yang kurang terawat. Hal ini memicu fenomena dimana siswa SD mempunyai panjang perjalanan yang lebih panjang dari seharusnya [6]. Oleh karena itu diperlukan kajian terkait identifikasi panjang perjalanan siswa SD di Kota Surabaya. II. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan positivisme dimana realitas/fenomena dapat diklasifikasikan, teramati dan terukur. Sedangkan untuk jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggambarkan kondisi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta kondisi sumberdaya yang terjadi di wilayah penelitian tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Penelitian dilakukan secara eksploratif untuk mengurai masalah serinci mungkin khususnya dalam hal perumusan konsep rayonisasi sekolah dasar sesuai dengan teori yang ada. A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini merupakan siswa yang menduduki jenjang pendidikan Sekolah Dasar di Kota Surabaya. Pada penelitian ini jumlah sampel yang

E48 dibutuhkan akan dihitung menggunakan rumus Slovin [7] sebagai berikut : N : Populasi Siswa SD α : nilai error n : Sampel n = 155956/(1+155956(0.05)) 2 n = 398.97 399 Jadi sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah sebesar 399 siswa yang akan diwakili oleh orang tua/wali siswa. Sampel tersebut diambil melalui teknik proportional cluster random sampling. Tiap klasifikasi terdiri dari kecamatan yang diwakili oleh sebuah sekolah yang akan menjadi sampel. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa sekolah yang berada dalam satu kecamatan mempunyai karakteristik yang sama sehingga dapat diwakili oleh satu sekolah. Pemilihan sekolah dipilih secara random sedangkan jumlah responden siswa dibagi secara proporsional berdasarkan jumlah peserta didik pada tiap sekolah. B. Statistik Deskriptif n = N/(1+Nα 2 ) Identifikasi rata-rata panjang perjalanan siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya dilakukan dengan teknik analisis statistik deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang memberikan gambaran mengenai objek studi secara mendalam. metode ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah sampel ataupun populasi yang teramati dan dapat digambarkan melalui tabel dan gambar. Alat yang digunakan dalam statistik deskriptif adalah rata-rata. Adapun rumus perhitungan rata-rata adalah sebagai berikut: : Rata-rata hitung : Panjang perjalanan ke-i n : Jumlah sampel III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persebaran Sekolah Dasar di Kota Surabaya Sekolah Dasar Negeri (SDN) merupakan objek pada penelitian ini. Secara keseluruhan total SDN yang ada di Surabaya berjumlah 350 sekolah dan tersebar di seluruh wilayah administrasi Kota Surabaya. Pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa persebaran SD Negeri di Kota Surabaya telah menjangkau seluruh wilayah Kota Surabaya meski cenderung lebih terpusat di tengah kota. Hal ini disebabkan penggunaan lahan permukiman lebih terkonsentrasi di tengah kota dibandingkan dengan pinggiran kota yang didominasi oleh penggunaan lahan berupa kawasan lindung dan lahan kosong. Gambar 1. Peta Persebaran SD Negeri Kota Surabaya Gambar 2. Penggunaan Lahan Kota Surabaya B. Rata-Rata Panjang Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya Panjang perjalanan di Kota Surabaya diinterpretasikan melalui hasil penyebaran kuisioner di 31 sekolah yang dijadikan titik sampel yang tersebar di seluruh Kota Surabaya. Teknik yang digunakan merupakan teknik cluster random sampling dimana setiap kecamatan memiliki alokasi sampel tertentu. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner diketahui bahwa rata-rata panjang perjalanan pada tiap kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Rata-Rata Panjang Siswa SD Negeri Kota Surabaya Rata-rata Panjang Siswa per 1 Rungkut 2740 m 2 Gunung Anyar 960 m 3 Tenggilis Mejoyo 4175 m 4 Mulyorejo 1350 m 5 Sukolilo 1273 m 6 Bulak 1614 m 7 Kenjeran 1574 m 8 Tambaksari 2020 m 9 Gubeng 1460 m 10 Samampir 1942 m 11 Pabean Catian 440 m

E49 Rata-rata Panjang Siswa per 12 Krembangan 2864 m 13 Simokerto 1178 m 14 Bubutan 2571 m 15 Genteng 3529 m 16 Tegalsari 2588 m 17 Sawahan 2097 m 18 Wonokromo 1184 m 19 Dukuh Pakis 1188 m 20 Sukomanunggal 807 m 21 Jambangan 1100 m 22 Wonocolo 1458 m 23 Gayungan 2275 m 24 Wiyung 1061 m 25 Karangpilang 670 m 26 Lakarsantri 1354 m 27 Benowo 1880 m 28 Tandes 1122 m 29 Asaemrowo 667 m 30 Pakal 1311 m 31 Sambikerep 745 m Rata-Rata 1585 m Dari tabulasi diatas dapat diketahui rata-rata panjang perjalanan siswa di Kota Surabaya 1585 m. Hal tersebut menunjukkan bahwa panjang perjalanan siswa melebihi jarak walkable distance yakni 800 m. Panjang perjalanan yang panjang ini menyebabkan siswa tidak dapat berjalan kaki ke sekolah dan harus diantar oleh orang tua atau walinya. Selain itu dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata panjang perjalanan siswa di semua kecamatan telah melebihi panjang perjalanan maksimum atau tidak walkable distance. Untuk kecamatan yang menunjukkan panjang perjalanan paling panjang adalah Tenggilis Mejoyo dengan rata-rata 4175 meter. Sedangkan kecamatan dengan panjang perjalanan terpendek adalah Asemrowo dengan rata-rata 667 meter. siswa dengan maksud bersekolah yang lebih panjang dari yang seharusnya ini secara tidak langsung turut andil dalam menambah beban jalan dan menyebabkan penumpukan arus kendaraan pada jam-jam puncak seperti jam berangkat sekolah. Hal tersebut dikarenakan jarak pencapaian ke sekolah tidak walkable distance sehingga para siswa menggunakan kendaraan bermotor untuk menuju ke sekolah. Gambar 3. Grafik Rata-Rata Panjang Siswa SD Negeri Kota Surabaya Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa rata-rata panjang perjalanan kecamatan yang berada di pusat kota cenderung memiliki panjang perjalanan yang lebih panjang dibanding kecamatan di pinggiran. Bubutan, Genteng dan Tambaksari merupakan beberapa kecamatan yang memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibanding kecamatan sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang bersekolah di tengah Kota Surabaya tidak berasal dari wilayah sekitarnya sehingga dapat disimpulkan bahwa pergerakan dengan maksud bersekolah pada tingkat sekolah dasar cenderung bergerak ke tengah kota. Untuk perhitungan persentase antara rata-rata panjang perjalanan siswa ke sekolah 800 m dan >800m di tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai persentase panjang perjalanan siswa ke sekolah untuk setiap kecamatan merupakan hasil antara pembagian frekuensi data sampel dibagi dengan jumlah sampel total lalu dikalikan 100%. Sebagai contoh berikut perhitungan persentase panjang perjalanan siswa ke sekolah pada Tambaksari: P 800 = f/n x 100% P 800 = 12/33 x 100% P 800 = 36% P 800 : Persentase panjang perjalanan siswa ke sekolah 800 meter f : Frekuensi sampel yang mempunyai panjang perjalanan siswa ke sekolah 800 meter pada Tambaksari n : Jumlah total sampel pada Tambaksari Jadi untuk persentase siswa yang mempunyai panjang perjalanan ke sekolah 800 meter di Tambaksari adalah 36%. Tabel 2. Rata-Rata Panjang Siswa SD Negeri Kota Surabaya Sampel Total Persentase 800 m >800 m 800 m >800 m 1 Rungkut 16 4 12 25% 75% 2 Gunung Anyar 5 2 3 40% 60% 3 Trenggilis Mejoyo 8 1 7 12,5% 87,5% 4 Mulyorejo 8 1 7 13% 77% 5 Sukolilo 11 1 10 9% 91%

E50 Sampel Total Persentase 800 m >800 m 800 m >800 m 6 Bulak 7 1 6 14% 86% 7 Kenjeran 21 8 13 38% 62% 8 Tambaksari 33 14 19 42% 58% 9 Gubeng 21 10 11 48% 52% 10 Samampir 24 3 21 12,5% 87,5% 11 Pabean Catian 5 5 0 100% 0% 12 Krembangan 11 2 9 18% 82% 13 Simokerto 10 5 5 50% 50% 14 Bubutan 14 0 14 0% 100% 15 Genteng 14 0 14 0% 100% 16 Tegalsari 17 1 16 6% 94% 17 Sawahan 32 7 25 22% 78% 18 Wonokromo 16 11 5 69% 31% 19 Dukuh Pakis 8 2 6 25% 75% 20 Sukomanung 14 8 6 57% 43% gal 21 Jambangan 6 1 5 17% 83% 22 Wonocolo 12 9 3 75% 25% 23 Gayungan 8 0 8 0% 100% 24 Wiyung 10 7 3 70% 30% 25 Karangpilang 10 7 3 70% 30% 26 Lakarsantri 11 5 6 45% 55% 27 Benowo 10 1 9 10% 90% 28 Tandes 18 10 8 56% 44% 29 Asemrowo 3 2 1 67% 33% 30 Pakal 9 4 5 44% 56% 31 Sambikerep 7 3 4 43% 57% Rata-rata 37% 63% Pada hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa mayoritas sampel memiliki panjang perjalanan lebih dari 800 m. Rata-rata panjang perjalanan siswa ke sekolah lebih dari 800 m adalah 63% sedangkan untuk yang kurang dari 800 m adalah 37%. Dari seluruh kecamatan yang ada, terdapat 3 kecamatan yang seluruh sampel rata-rata panjang perjalanan lebih dari 800 m. Ketiga kecamatan tersebut antara lain Genteng, Bubutan serta Gayungan. Sedangkan untuk persentase rata-rata panjang perjalanan lebih dari 800 m terkecil terdapat pada Pabean Cantian. Gambar 4. Rata-Rata Panjang Siswa SD Negeri Kota Surabaya Gambar diatas merupakan hasil visualisasi rata-rata panjang perjalanan siswa SD di Kota Surabaya. Semakin gelap warna dari sebuah kecamatan maka semakin tinggi panjang perjalanan siswa ke sekolah pada kecamatan tersebut. Dapat dilihat pada kecamatan-kecamatan yang berada ditengah kota cenderung memiliki warna yang lebih gelap dari kecamatan di sekitarnya. Sedangkan untuk diagram didominasi oleh warna merah muda. Hal tersebut menandakan bahwa mayoritas presentase panjang perjalanann lebih dari 800 meter. Hal tersebut menunjukkan perjalanan dengan maksud bersekolah pada jenjang SD cenderung mengarah ke tengah kota sesuai dengan besarnya persentase panjang perjalanan >800 m di kecamatan yang terletak di tengah kota. C. Kesimpulan Fasilitas pendidikan pada jenjang SD seharusnya dapat dijangkau dengan jarak walkable distance yakni 800 m. Namun pergeseran preferensi menyebabkan pemilihan fasilitas SD tidak berdasarkan kedekatan sekolah mengakibatkan panjang perjalanan siswa menjadi lebih panjang dari seharusnya. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan beberapa poin kesimpulan meliputi: 1. Rata-rata panjang perjalanan siswa di Kota Surabaya 1585 m. Panjang perjalanan tertinggi terjadi di Tenggilis Mejoyo dengan rata-rata 4175 m. Sedangkan panjang perjalanan terendah berada di Asemrowo dengan rata-rata 667 m. Hal tersebut menunjukkan bahwa panjang perjalanan siswa telah melebihi jarak walkable distance yakni 800 m. 2. Persentase frekuensi panjang perjalanan siswa ke sekolah yang melebihi 800 m 63% sedangkan hanya 37% yang memiliki panjang perjalanan kurang dari 800 m. Dari seluruh kecamatan yang ada, terdapat 3 kecamatan yang 100% panjang perjalanannya lebih dari 800 m. Ketiga kecamatan tersebut antara lain Genteng, Bubutan serta Gayungan. 3. Panjang perjalanan siswa di kecamatan yang berada di tengah kota seperti Bubutan, Genteng, Krembangan dan Tambaksari cenderung memiliki rata-rata panjang perjalanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini menunjukkan

E51 bahwa siswa yang bersekolah di tengah Kota Surabaya tidak berasal dari wilayah sekitarnya sehingga dapat disimpulkan bahwa pergerakan dengan maksud bersekolah pada tingkat sekolah dasar cenderung bergerak ke tengah kota. DAFTAR PUSTAKA [1] Sulistyarso, Haryo. 2012. Arahan Intensitas Pemanfaatan Ruang Perdagangan Jasa Berdasarkan Peluang Telecommuting: JURNAL TEKNIK ITS Vol I, hal C11-C15. [2] Supriyono, 2012. Analisis Pengaruh Bangkitan Penduduk Terhadap Kinerja Jalan Utama Kawasan Perumahan Bukit Banaran Semarang. Tesis. [3] Ilyani, Mariana. 2012. Reduksi Panjang Sebagai Implikasi Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar Terdekat dari Tempat Tinggal: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 23, hal 209-224. [4] Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi Edisi Kedua. Bandung: Institut Teknologi Bandung. [5] Anonim. http://surabaya.tribunnews.com/2014/07/01/sd-favoritbelum-penuhi-pagu (Diakses pada 29 Desember 2015 pada pukul 19.00 WIB). [6] Renstra Dinas Pendidikan Kota Surabaya 2010-2015 [7] Sevilla, Consuelo, G., et al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : UI-Press.