10 BAB II KAJIAN TEORI A. Diskipsi Teoi 1. Pengetian Hasil Belaja Belaja dapat digambakan sebagai inteaksi aktif dengan lingkunganna melalui pengamatan, pencaian, pemikian, dan penelitian untuk mendapatkan fakta-fakta bau seta hubungan antaa fakta-fakta ang sebelumna telah dimiliki. Menuut Slameto1998:), secaa psikologis, belaja adalah suatu poses usaha ang dilakukan individu untuk mempeoleh suatu peubahan tingkah laku bau secaa keseluuhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendii dalam inteaksi dengan lingkunganna. Definisi ini meniatkan dua makna. Petama, bahwa belaja meupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tetentu aitu untuk mendapatkan peubahan tingkah laku. Kedua, peubahan tingkah laku ang tejadi haus secaa sada. Dengan demikian, seseoang dikatakan belaja apabila setelah melakukan kegiatan belaja ia menadai bahwa dalam diina telah tejadi suatu peubahan. Misalna, ia menadai bahwa pengetahuanna betambah, keteampilanna meningkat, sikapna semakin positif, dan sebagaina. Secaa singkat dapat dikatakan bahwa peubahan tingkah laku tanpa usaha dan tanpa disadai bukanlah belaja. Dai pengetian belaja tesebut, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai peubahan tingkah laku meupakan poses belaja sedangkan peubahan tingkah laku itu sendii meupakan hasil belaja. Hal ini beati bahwa belaja pada hakikatna menangkut dua hal aitu poses belaja dan hasil belaja. 10
11 Menuut Javis 1990:196) dalam Malcolm Tight 000:5) bahwa belaja adalah; 1) ada tidakna peubahan peilaku pemanen sebagai hasil dai pengalaman; ) peubahan elatif seing tejadi ang meupakan hasil dai paktik pembelajaan; 3) poses dimana pengetahuan itu digali melalui tansfomasi pengalaman; 4) poses tansfomasi pengalaman ang menghasilkan pengetahuan, skill, dan attitude. dan 5) mengingat infomasi. Belaja secaa umum diatikan sebagai peubahan pada individu ang tejadi melalui pengalaman, dan bukan kaena petumbuhan atau pekembangan tubuhna atau kaakteistik seseoang sejak lahi. Manusia banak belaja sejak lahi bahkan ada ang bependapat sebelum lahi. Bahwa antaa belaja dan pekembangan sangat eat kaitanna. Poses belaja tejadi melalui banak caa baik disengaja maupun tidak disengaja dan belangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu peubahan pada dii pembelaja. Peubahan ang dimaksud adalah peubahan peilaku tetap beupa pengetahuan, pemahaman, keteampilan, dan kebiasaan ang bau dipeoleh individu. Sedangkan pengalaman meupakan inteaksi antaa individu dengan lingkungan sebagai sumbe belajana. Jadi, belaja di sini diatikan sebagai poses peubahan peilaku tetap dai belum tahu menjadi tahu, dai tidak paham menjadi paham, dai kuang teampil
1 menjadi lebih teampil, dan dai kebiasaan lama menjadi kebiasaan bau, seta bemanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendii. Bedasakan bebeapa definisi tesebut, maka dapatlah kita simpulkan bahwa pada dasana belaja meupakan suatu poses ang ditandai: 1) adana peubahan tingkah laku pada dii seseoang, ) peilaku besifat pemanen, 3) peubahan tingkah laku tesebut kaena pengalaman sebagai akibat dai inteaksi antaa individu dengan lingkungan. Adapun peubahan sebagai hasil poses belaja dapat diindentifikasi bebagai bentuk sepeti peubahan pengetahuan, pemahaman, seta peilaku, kecakapan, keteampilan dan kemampuan, apesiasi, seta pean aspek lain ang ada pada individu ang belaja. Hasil belaja meupakan suatu gambaan dai penguasaan kemampuan paa peseta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaan tetentu. Setiap usaha ang dilakukan dalam kegiatan pembelajaan baik oleh guu sebagai pengaja, maupun oleh peseta didik sebagai pelaja betujuan untuk mencapai pestasi ang setinggitinggina. Hasil belaja dinatakan dengan sko hasil tes atau angka ang dibeikan guu bedasakan pengamatanna belaka atau keduana, aitu hasil tes seta pengamatan guu pada waktu peseta didik melakukan diskusi kelompok.
13 Tujuan belaja dapat diopeasikan dalam bentuk indikatoindikato, dan hasil belaja ang besifat kognitif dapat beupa nilai test fomatif, nilai ulangan sumatif, nilai apot, indeks pestasi studi, angka kelulusan, pedikat kebehasilan, dan semacamna. Dengan demikian, hasil belaja dapat dikatakan sebagai indikato penting dalam keseluuhan poses pendidikan pada umumna dan poses belaja pada khususna, kaena hasil belaja ini befungsi untuk megetahui kebehasilan belaja pada mata pelajaan atau bidang studi tetentu dan juga sebagai indikato kualitas institusi pendidikan itu sendii. Pengukuan hasil belaja dalam Kuikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP) bedasakan pada klasifikasi obsevasi unjuk keja atau kemampuan peseta didik dengan menggunakan suatu standa. Pengukuan dapat menggunakan tes dan non tes. Tes adalah sepeangkat petanaan ang memiliki jawaban bena atau salah. Sedangkan non tes adalah petanaan maupun penataan ang tidak memiliki jawaban bena atau salah. Instumen non tes bias bebentuk kuesione atau inventoi. pengukuan test meliputi test fomatif dan test test sumatif Tes fomatif adalah dibeikan pada akhi setiap pogam. Tes ini meupakan post-test atau tes akhi poses. Digunakan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah tebentuk setelah mengikuti sesuatu pogam tetentu.evalusi fomatif mempunai manfat, baik
14 bagi siswa, guu, maupun pogam itu sendii. Pada pelaksanaana test fomatif ini dikenal dengan nama ulangan haian. Tes subsumtif dan sumatif, pelaksanaan kegiatan tes subsumatif ini dilakukan pada petengahan semeste mindsemeste. Tes sumatif adalah penilaian ang dilakukan tiap akhi semeste. Adapun fungsi dai penilaian ini adalah untuk menentukan pestasi hasil belaja siswa tehadap bidang studi atau mata pelajaan selama satu semeste. Dalam buku sei III B dai kuukulum KTSP tentang pedoman penilaian dijelaskan bahwa tes fomatif haus dilaksanakan oleh guu setiap mengakhii satu sub pokok bahasan, sedangkan tes subsumatif dilasksanakan setiap mengakhii satu pokok bahasan dalam pogam ang lebih besa). Bedasakan pengetian hasil belaja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belaja adalah hasil penilaian tehadap kemampuan ang dimiliki siswa ang dinatakan dalam bentuk angka ang dipeoleh siswa dai seangkaian tes untuk menguku indikatoindikato kompetensi siswa ang dilaksanakan setelah siswa mengikuti poses Pembelajaan.. Pengetian Matematika. Matematika beasal dai kata manthanein atau mathema ang beati belaja atau hal ang dipelajai. Matematika dalam bahasa
15 Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, ang kesemuana bekaitan dengan penalaan. Paa ahli umumna mendefinisikan matematika sebagai ilmu ang behubungan dengan stuktu, simbol dan logika. Matematika menuut Hamzah 005; 3) dipandang sebagai suatu bahasa, stuktu logika, batang tubuh dai bilangan dan uang, angkaian metode untuk menaik kesimpulan, esensi ilmu tehadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. Sejalan dengan tesebut, Nasution 1980:5) mengemukakan bebeapa pengetian matematika. Di antaana, matematika diatikan sebagai cabang ilmu pengetahuan ang eksak dan teoganisasi secaa sistematik. Selain itu, matematika meupakan ilmu pengetahuan tentang penalaan ang logik dan masalah ang behubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengatikan matematika sebagai ilmu bantu dalam mengintepetasikan bebagai ide dan kesimpulan. Pengetian matematika sebagai ilmu tentang stuktu ang teoganisi juga dikemukakan oleh Ruseffendi1988:61) Secaa umum definisi dan pengetian matematika dapat disajikan sebagai beikut : a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teoganisi secaa sistematik. b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
16 c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaan logik dan behubungan dengan bilangan. d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang uang dan bentuk. e. Matematika adalah pengetahuan tentang stuktu-stuktu ang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang atuan-atuan ang ketat. Tujuan pembelajaan Matematika menuut Standad Kompetensi dan kompetensi dasa Kuikulum KTSP tahun 006 adalah aga kemempuan peseta didik memiliki kemampuan sebagai beikut : a. Memahami konsep matematika, menjelaskan ketekaitan anta konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoitma, secaa luwes, akuat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaan pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat genealisasi, menusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan penataan matematika c. Memecahkan masalah ang meliputi kemampuan memahami masalah, meancang model matematika, menelesaikan model dan menafsikan solusi ang dipeoleh d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagam, atau media lain untuk mempejelas keadaan dan masalah
17 e. Memiliki sikap menghagai kegunaan matematika dalam kehidupan, aitu memiliki asa ingin tahu, pehatian, dan minat dalam mempelajai matematika, seta sikap ulet dan pecaa dii dalam pemecahan masalah. 3. Matei Lingkaan Matei lingkaan dalam kuikulum KTSP di jabakan dalam Standa Kompetensi dan kompetensi dasa sebagai beikut : Standa Kompetensi : 3. Menusun pesamaan lingkaan dan gais singgungna Kompetensi Dasa : 3.1 Menusun pesamaan lingkaan ang memenuhi pesaatan ang ditentukan 3. Menentukan pesamaan gais singgung pada lingkaan dalam bebagai situasi Matei Lingkaan dapat diingkas sebagai beikut : 1. PERSAMAAN LINGKARAN a. Pengetian Lingkaan Lingkaan adalah tempat kedudukan atau himpunan titik-titik ang bejaak sama tehadap suatu titik ang tetentu. Titik tetentu tesebut
18 dinamakan pusat lingkaan dan jaak ang tetap tesebut dinamakan jai-jai lingkaan. 1) Pesamaan Lingkaan dengan Pusat di O0, 0) Jika titik A A, A ) teletak pada lingkaan ang bepusat di O, maka belaku OA = jai-jai lingkaan. Dengan menggunakan umus jaak titik O0, 0) ke titik A A, A ) dipeoleh: OA atau OB AB Pesamaan lingkaan dengan Pusat O0,0) adalah adalah jai jai lingkaan dengan Contoh 1. Pesamaan lingkaan dengan Pusat O0,0) bejai jai 1 adalah 1 144. Pesamaan lingkaan dengan Pusat O0,0) ang melalui titik 7,-4) adalah
19 65 5 65 576 49 4) 7 adalah lingkaan Pesamaan ) Pesamaan Lingkaan dengan Pusat di Aa,b) bejai-jai Jika titik Aa, b) adalah pusat lingkaan dan titik B, ) teletak pada lingkaan, maka jai-jai lingkaan sama dengan jaak dai A ke B. = jaak A ke B ) ) ) ) ) b a AB A B A B Jadi pesamaan lingkaan ang bepusat di a, b) dan bejai-jai adalah: a) + b) = Contoh Tentukan Pesamaan Lingkaan ang pusatna -,3) dan bejai-jai 5 0 1 6 4 5 9 6 4 4 5 3) ) 5 3,, ) ) dan b a b a
0 B. Metode Pembelajaan 1. Metode Dalam dunia pendidikan umumna dan poses pendidikan khususna, penggunaan metode ang tepat dalam pengajaan meupakan hal sangat penting dipehatikan, kaena kebehasilan pengajaan sangat tegantung kepada cocok tidakna penggunaan metode pengajaan tehadap suatu topik ang diajakan sehingga tujuan pengajaanna tecapai dengan baik. Metode meupakan suatu alat atau caa dalam menampaikan bahan pelajaan kepada siswa dalam poses belaja mengaja untuk mencapai tujuan ang telah ditetapkan. Menuut Winano Suakhmad 006; 117) metode adalah caa dalam fungsina meupakan alat untuk mencapai tujuan. Selanjutna Sudijo 005;80) mengemukakan bahwa Metode mengaja adalah caa ang dipegunakan guu dalam menajikan bahan pelajaan dengan mempehatikan keseluuhan situasi belaja untuk mencapai tujuan. Dai kedua pendapat diatas jelas bahwa metode meupakan caa ang dipegunakan guu dalam poses belaja mengaja dimana setiap guu akan menggunakan metode tetentu dalam menajikan bahan pelajaan kepada siswana. Hal ini akan memudahkan dalam mencapai tujuan ang dihaapkan.
1 Pada dasana semua metode ang digunakan dalam mengaja adalah baik, namun dalam pelaksanaanna sangat tegantung kepada guu. Hal ini sesuai dengan apa ang disebutkan Winano Suachman dalam buku Dasa dan Tehnik Inteaksi Belaja Mengaja bahwa : Metode ang kuang baik ditangan seoang guu dapat menjadi metode ang baik sekali ditangan guu ang lain, dan metode ang baik akan jelek ditangan guu ang tidak menguasai tehnik pelaksanaanna. Jadi jelas bahwa guu sangat bepean dalam memilih dan menggunakan metode mengaja ang baik. Dalam pengajaan matematika, penggunaan metode mengaja haus bepedoman pada tujuan ang akan dicapai tanpa melupakan fakto-fakto siswa, guu haus menggunakan metode ang sesuai dengan kondisi dan situasi kelas pada saat belangsungna pengajaan. Dalam pengajaan matematika sebaikna guu menggunakan metode ang lebih banak membei kesempatan kepada siswa untuk memecahkan soal dan menemukan sendii, kaena hal ini sesuai dengan tujuan pengajaan matematika aitu menghasilkan siswa ang aktif, analitis, kitis, dinamis dan optimis dalam menjalani hidupna dimasa ang akan datang.
. Metode Coopeative Leaning Tipe STAD Student Teams Achievement Divisions) Masih banak guu beanggapan bahwa tugas meeka adalah memindahkan infomasi pengetahuan dai buku atau kepala meeka kepada siswa, sedangkan tugas siswa adalah meneima, mengingat, dan menghafalkan infomasi tesebut. Dengan kata lain, siswa dianggap sebagai peneima pengetahuan ang pasif sedangkan guu adalah pemilik pengetahuan. Anggapan ini tampakna didasakan pada paadigma ang dipopulekan oleh John Locke, akni siswa dianggap sepeti selemba ketas putih kosong ang menunggu tulisan dai guu. Siswa bagaikan botol kosong ang bisa diisi dengan cuahan pengetahuan dai guu, sehubungan dengan ini pula, suasana belaja ang dominan adalah stuktu pesaingan dimana siswa saling belomba menjadi lebih baik dai lainna paa guu pun ikut belomba dengan guu atau sekolah) lainna. Banak guu menganggap paadigma diatas sebagai satu-satuna jalan. Namun teoi dan penelitian menunjukkan bahwa fokus pembelajaan teletak pada belaja secaa mendalam dan sesuai dengan pengalaman, memelukan ketelibatan penuh dan belaja dengan aktif, Dalam hal ini guu bepean sebagai pembimbing dan fasilitato ang melaani petanaan dan pendapat siswa tanpa menalahkan siswa. Guu membimbing siswa dalam
3 melakukan poses menuju pada penguasaan matei. Menuut Johnson & Johnson 1994: 001) dalam Isjoni 009:17) tedapat lima unsu penting dalam belaja koopeatif, aitu diantaana adalah : a. Saling ketegantungan ang besifat positif antaa siswa, dalam belaja koopeatif siswa measa bahwa meeka sedang saling bekeja sama untuk mencapai satu tujuan dan teikat satu sama lain., sehingga seoang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompokna juga sukses. ; b. Inteaksi antaa siswa ang semakin meningkat, hal ini tejadi kaena seoang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. c. Tanggung jawab individual dalam belaja kelompok dalam ati tanggung jawab siswa dalam membantu siswa ang membutuhkan bantuan sehingga siswa tidak hana sekeda membonceng pada hasil keja teman sekelompokna. d. Ketampilan intepesonal dalam kelompok kecil, dalam hal ini siswa dituntut aktif dalam besikap dan menampaiakan ide sebagai angggota kelompok. e. Poses kelompok, poses ini tejadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana meeka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan keja ang baik pula. Menuut Anita Lie 0079: 4) bebeapa manfaat poses pembelajaan koopeatif adalah sebagai beikut :
4 1) Siswa dapat meningkatkan kemampuan bekeja sama ; ) Siswa mempunai lebih banak kesempatan untuk menghagai pebedaan ; 3) Patisipasi siswa dalam poses pembelajaan ; 4) Menguangi kecemasan siswa ; 5) Meningkatkan motivasi, haga dii dan sikap positif ; 5) Meningkatkan pestasi akademik. Model-model belaja koopeatif telah tebukti efektif di kelaskelas ang heteogen. Dengan anggota-anggota gup kecil mungkin saling mendukung dan bebicaa satu sama lain, tetapi hana ada hasil-hasil individual dan tidak ada tujuan besama. Untuk melaksanakan pembelajaan Student Teams- Achievement Divisions STAD) langkah-langkana adalah : 1. Membentuk kelompok ang anggotana 4 oang secaa heteogen campuan menuut pestasi, jenis kelamin, suku, dll). Guu menajikan pelajaan. 3. Guu membe tugas kepada kelompok untuk dikejakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotana tahu menjelaskan pada anggota lainna sampai semua anggota dalam kelompok itu mengeti. 4. Guu membe kuis/petanaan kepada seluuh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. 5. Membei evaluasi.
5 6. Kesimpulan. C.. Keangka Bepiki Sebagaian besa siswa measa telalu sulit dalam belaja matematika kaena guu kuang mempehatikan jengjang tingkat keselitan soal sesuai dengan kemampuan peseta didik di kelas tesebut. Untuk mengatasi hal tesebut guu haus meningkatkan pemahaman peseta didik selangkah-demi selangkah dai soal ang paling mudah menuju soal ang paling komplek. Dengan demikian maka konsep ang ditamankan dapat dikuasai dengan baik dan siswa mampu meneapkan konsep ang dikuasai untuk menelesaikan pesoalan ang dihadapi. Untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuanna dalam peneapan pesoalan, siswa bekalaboasi dengan temanna dalam satu kelompok. Kejasama ini akan sangat membantu meningkatkan kemampuan dan penguasaan dai setiap kelompok. Untuk siswa ang penguasaanna endah akan dibantu oleh siswa ang penguasaana lebih tinggi. Untuk siswa ang penguasaanna lebih tinggi akan meningkatkan pengusaanna kaena tuntutan aga mampu menjelaskan kepada ang lain. Pesoalan ang komplek ang membutuhkan daa analisis ang tinggi mudah dipecahkan jika dikejakan secaa besama-sama kaena banak masukan dan dapat dipecahkan dai sudut pandang ang bebeda.
6 Coopeative Leaning dalam matematika akan dapat membantu meningkatkan sifat positif paa siswa dalam belaja matematika. Siswa secaa individu akan membangun kepecaaan dii tehadap kemampuanna dalam menelesaikan masalah masalah matematika, sehingga secaa beangsuangsu akan menguangi asa cemasna tehadap kesulitan ang sebelumna dia alami. Adana kompetisi anta kelompok belaja juga dapat menumbuhkan motivasi belaja paa pseta didik ang nantina akan bepengauh tehadap hasil belaja dalam kelompokna. Pengauh penggunaan metode Coopeative Leaning tipe STAD ini dapat meningkatkan hasil belaja kaena diawali dengan penguasaan matei dasa ang dijelaskan guu dipekuat dengan kejasama dalam kelompok kecil akan saling kekuangan dai setiap individu sehingga hasilna maksimal. C. Hipotesis Tindakan Dai bebeapa teoi ang sudah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dai penelitian ini adalah : Pembelajaan matematika dengan metode Coopeative Leaning Tipe Student Teams Achievement Divisions dapat meningkatkan hasil belaja matematika pokok bahasan lingkaan siswa kelas XI IPA-1 di SMA Negei 74 Jakata semeste ganjil Tahun Pelajaan 011/01.