SEJARAH JEMAAT GPM WAIPIRIT

dokumen-dokumen yang mirip
Sejarah Jemaat GPM Kawatu

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN

Sejarah Jemaat GPM Manusa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

SEJARAH JEMAAT GPM SERIHOLO

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu:

KATA PENGANTAR. [Pick the date] RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) JEMAAT GPM BETHABARA

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

TATA GEREJA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

UKDW. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1. Padoman Wawancara

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

BAB II GAMBARAN UMUM YAYASAN SINAI SUKOHARJO. Pdt. Beni Kawoco. Pada saat itu mereka menempati sebuah rumah yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah

BAB III BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB

GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

GPIB Jemaat KASIH KARUNIA

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012

III. KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT PASURUAN A. Kota Pasuruan. Kota Pasuruan secara geografis berbatasan dengan:

Pasal 3 1. Peserta Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara 2. Peserta Luar Biasa mempunyai Hak Bicara

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

GPIB Immanuel Depok Minggu, 02 April 2017

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Gereja Menyediakan Persekutuan

BAB V P E N U T U P Kesimpulan. Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai

Sejarah Jemaat GPM Kairatu

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB I

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

SEJARAH JEMAAT GPM WAIPIRIT Jemaat GPM Waipirit adalah salah satu jemaat di Klasis Kairatu dan merupakan pintu masuk keluar Pulau Seram. Perjalanan dari jemaat Wiapirit menuju pusat Klasis di Kairatu menempuh jarak 3 Km. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda empat, roda tiga, dan kendaraan roda dua. Secara geografis jemaat Waipirit terletak pada kabupaten Seram Bagian Barat kecamatan Kairatu yang memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan petuanan jemaat Hatusua dan Dusun/ Jemaat Kawatu Sebelah selatan berbatasan dengan laut Seram Sebelah timur berbatasan dengan Desa Waimital dan Dusun Telaga Sebelah barat berbatasan dengan Jemaat Hatusua. Jemaat GPM Waipirit secara historis merupakan jemaat yang terbentuk oleh adanya program transmigrasi lokal penduduk oleh Pemerintah Daerah Maluku. Masyarakatnya berasal dari Desa Paperu, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 1965, sebanyak 40 KK dengan jumlah jiwa 150 orang. Mereka menempati wilayah seluas 97,25 Ha, yang dibebaskan oleh pemerintah daerah provinsi Maluku dari wilayah petuanan Negeri Hatusua. Awal kehadirannya, warga jemaat waipirit belum memiliki gedung Gereja untuk beribadah begitu pula dengan tenaga pendeta untuk melayani. Beberapa kali, warga jemaat memilih beribadah bersama di gedung Gereja Jemaat GPM Hatusua, dan di gedung Gereja Jemaat GPM Kairatu. Sedangkan untuk ibadah selanjutnya mereka tetap melakukan persekutuan ibadah minggu yang pada awalnya berlangsung di barak atau asrama (tempat tinggal mereka). Ibadah yang pertama terjadi tepat pada hari minggu tanggal 10 maret 1965. Bpk. J. BERNARD ( salah seorang mantan penatua, yang ikut dalam kelompok translok pada saat itu) dipercayakan untuk melayani jemaat ini. Pada tahun kedua, warga mulai membangun sebuah gedung Gereja darurat untuk beribadah. Atas permintaan warga untuk pelayanan pastoralia, pihak Klasis dan Majelis Jemaat Kairatu kemudian menugaskan dua orang penatua dan diaken untuk bisa melayani warga jemaat waipirit untuk sementara sampai di tugaskannya seorang pendeta. Salah seorang pelayan dengan status pendeta detaser kemudian melayani jemaat waipirit yakni Pdt. Soumokil. Beliau di gantikan oleh Pdt. Umnehopa, setelah itu Pdt. Bram Hukubun sampai dengan akhir tahun 1970 jemaat GPM Waipirit mendapat seorang penghentar jemaat tetap yakni penginjil Anthony Radianto. Setelah itu diangkatlah Majelis Jemaat ; penatua dan syamas pertama dari warga jemaat waipirit, yaitu 1). Bpk. Jacop. Soukotta, dan 2). Bpk M Luhukay ; sebagai penatua 1). Bpk Paulus Souhuat dan 2). Bpk Semuel Soukotta, sebagai diaken. Setelah itu periodisasi penghentar jemaat dan majelis jemaat berganti sesuai dengan mekanisme organisasi gereja GPM. Seiring perkembangan dan pertumbuhan jemaat, timbullah inisiatif jemaat untuk memilik sebuah gedung Gereja permanent yang representatif. Untuk mewujudkan cita cita tersebut, maka dibentuklah panitia pembangunan gedung Gereja yang diketuai oleh Bapak B.O Soukotta. Panitia dan semua anggota jemaat dengan semangat bekerja keras, dibawah kepemimpinan penghentar jemaat Nn Nety Pattirajawane Sm,Th dan oleh pertolongan Tuhan Jesus Kristus kepala Gereja, pada tanggal 15 januari 1978, Gereja yang dibangun oleh jemaat tersebut diresmikan dan ditabiskan oleh badan pekerja harian sinode GPM, bersama Pemerintah Daerah Maluku, dan di beri nama MENORAH Yang artinya Tujuh Kaki Dian yang sama artinya dengan Imanuel Tuhan Beserta Kita.

Dalam perkembangannya, ternyata kapasitas gedung Gereja sudah tidak mampu menampung umat untuk beribadah. Bertepatan dengan penyelenggaraan sidang klasis GPM Kairatu ke XXVI Tahun 1995, dimana jemaat Waipirit sebagai Tuan Rumah penyelenggara, maka dilakukanlah rehabilitasi perluasan gedung Gereja, mengalami penambahan panjang 6 m dan balkon. Kondisinya sebagaimana sekarang ini. Untuk memaksimalkan pelayanan dan merupakan bagian dari penataan suatu organisasi dalam hal ini Gereja, maka pada Tahun 1986 Jemaat GPM Waipirit di mekar menjadi tiga unit pelayanan yaitu unit satu, unit dua dan unit tiga oleh Pdt. H. Koipuy dan pada tahun 1987 berdasarkan keputusan sidang jemaat maka ketiga unit ini diberi nama yaitu Unit Syalom, Unit Pniel dan Unit Ebenhaizer. Oada sidang jemaat ke XX tahun 2010, salah satu hasil keputusan sidang yaitu pemekaran unit dan pembentukan sektor menjadi dua sektor dan 6 Unit pelayanan yaitu sektor Galilea yang terdiri dari unit satu,unit dua dan unit tiga, sedangkan sektor Efrata yang terdiri dari unit empat, unit lima dan unit enam. dan ketika persidangan ke XXII Jemaat GPM Waipirit tahun 2012 berdasarkan keputusan sidang jemaat maka unit- unit diberi nama yaitu pada Sektor Galilea terdiri dari unit Syalom, unit Eden, dan unit Elim sedangkan Sektor Efrata yang terdiri dari unit Damsik, Unit Petra, dan Unit Imanuel. Berdasarkan peraturan Gereja maka pembentukan unit-unit pelayanan sesuai jumlah kepala keluarga yaitu satu unit terdiri dari 15-25 KK. Sejak dibentuknya unit-unit bahkan sektor pelayanan maka proses pelayanan sangat terarah sehingga tiap-tiap unit bahkan sektor dapat mengatur pelayanannya secara maksimal sesuai tupoksi. adanya kesadaran umat untuk terus bersaksi dan melayani. Untuk lebih memaksimalkan pelayanan maka dibentuklah persekutuan kaum bapa dan kaum ibu yang kemudian di ganti dengan nama wadah pelayanan laki-laki dan perempuan, seiring dinamika pelayanan Gereja. persekutuan kaum bapa di bentuk pada tanggal 4 mei 1997 oleh Pdt Uni Resimanuk Sm,Th sedangkan Persekutuan kaum ibu ini dibentuk pada tahun 1968 oleh Pdt Umnehopa Sm,Th. awalnya hanya pada tingkat jemaat namun seiring perkembangan Gereja maka pada tahun 2010 telah di bagi menjadi dua sesuai sektor pelayanan dan disambut dengan sukcita oleh umat di jemaat Waipirit dan sampai saat ini umat terus berproses. perkembangan wadah ini dari terbentuk hingga saat ini sangat baik adanya kemitraan yang terus dibangun antara laki-laki dan perempuan. Setelah adanya persekutuan untuk orang dewasa lakilaki dan perempuan maka adanya ruang yang dibuka khusus untuk anak-anak supaya mereka dapat memahami kehendak Allah di dalam Alkitab. Seiring berjalannya waktu maka Terbentuklah SMTPI pada tahun 1967 dan dipimpin oleh seorang pengasuh yaitu bapak Paulus Souhuwat dan kemudian bertambahnya seorang pengasuh. Pada tahun 1978 terjadi penambahan pengasuh dari waktu ke waktu. Pada tanggal 28 April 1996 SMTPI di bagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok anak dan kelompok Remaja,dan pada tahun 2005 SMTPI di bagi ke sub jenjang. Hingga saat ini jumlah pengasuh di jemaat GPM Waipirit 24 orang. Sejak terbentuk hingga saat ini proses SMTPI terus berlanjut dan sesuai perkembangan zaman juga letaknya dekat pusat klasis maka proses Sekolah minggu tunas pekabaran injil dilengkapi dengan media baik buku maupun alat peraga, bahkan telah menggunakan teknologi VCD player untuk menampilkan gambar atau Film yang berhubungan dengan cerita Alkitab bagi anak-anak. Pada tanggal 10 Agustus 1986 dibentuklah organisasi AMGPM oleh Pdt Hermanus Koipuy dan Diberi nama Toma. Pemberian nama dengan alasan pemuda-pemudi Gereja harus siap menghadapi tantangan Toma maju pantang mundur. Sejak di bentuk hingga saat ini kepemimpinanpun berganti sesuai masa periodesasi,awalnya dipimpin oleh Bpk. M. Pormes, Sdr.P. Soukotta, Sdr.B. Souhuwat, Sdr.J. Sokotta, Sdr.H. Lekatompessy, Sdr.A. Maelisa, Sdr.Y.Luhukay (alm), Sdr. W. Luhukay/S, Sdr. Y. Lawalata. Sejak terbentuk hingga saat ini perkembangan AMGPM Ranting Toma tergolog aktif dalam menopang kegiatan dan program baik oleh Gereja maupun Pemerintah Desa.

Dalam rangka menunjang seluruh eksistensi dan aktifitas pelaksanaan program dan pelayanan Gereja yang selalu berkembang sesuai kebutuhan anggota jemaat dan institusi, maka dengan sendirinya Gereja dituntut untuk dapat mandiri secara teologi, ekonomi, maupun sosial budaya. Gereja dikatakan mandiri apabila umat mengalami pembaharuan dalam hidup dan berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi dari Gereja tersebut. Langkah-langkah yang diambil adalah adanya ibadah-ibadah yang dilakukan didalam jemaat, kekunjungan pastoralia, memberikan pemahaman terhadap umat tentang persepuluhan. Pembinaan terhadap keluarga Kristen melalui binakel dan sampai saat ini proses pelayanan ini terus berlangsung secara maksimal karena Pihak Gereja lebih berusaha sungguh-sungguh. Kemandirian teologi dari sisi ketersediaan kompetensi anggota jemaat dan pelayan yang memiliki latar belakang theologi sangat sedikit. Namun, pemahaman dan pengetahuan teologi yang dimiliki oleh anggota jemaat khususnya sesuai ajaran Alkitabiah dan dogma Kristen, menunjukan kemajuan yang sangat berarti. Hal ini terbukti dari meningkatnya kesadaran, partisispasi dan respons anggota jemaat terhadap berbagai program Gereja. Panggilan bersekutu, melayani dan bersaksi melalui aktifitas peribadahan, juga kesadaran dan kesediaan anggota jemaat dalam menyongsong pelayanan Sakramen Gereja dan pastoralia. Terlebih kerelaan jemaat untuk memberi nazar syukur dan persepuluhan serta donasi jemaat lainnya, yang selalu meningkat dari waktu ke waktu. Kemandirian Jemaat Waipirit dalam hal dana, sudah boleh tercapai dalam kurun waktu 5 periodesasi majelis jemaat terakhir ini. APBJ Waipirit mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunnya. Kemandirian dibidang daya belum tercapai karena masih rendahnya sumber daya manusia anggota jemaat, yang sebagian besar masih berusia muda dan menekuni pendidikan pada jenjang SMA dan sebagian di perguruan Tinggi. Majelis jemaat telah mengambil langkah untuk membangun kehidupan jemaat yang mandiri. Adanya pemeliharaan sapi jemaat yang digaduh pada beberapa Keluarga, adanya dana bergulir yang diberikan dari kas jemaat yang kemudian dikelola oleh umat. Kemudian proses pemberdayaan terhadap umat pada masing-masing unit berdasarkan keputusan sidang jemaat yaitu suntikan dana dari kas jemaat untuk pemberdayaan. Seiring perkembangan zaman maka selalu saja ada perubahan namun kehidupan sosial budaya anggota jemaat GPM Waipirit secara umum sangat baik. Walaupun ada beberapa aspek yang secara serius mendapat perhatian Gereja untuk digumuli dan dilakukan Pembinaan pelayanan secara berkelanjutan. Di Jemaat Waipirit masih ada umat yang dapat dikategorikan Ekonomi lemah, untuk menyikapi hal ini maka Gereja dalam berbagai pelayanan dan pembinaan tetap memotivasi jemaat untuk kreatif berusaha dan bekerja. Hal ini terutama dalam hal pengelolaan sumber daya alam yang tersedia dalam berbagai sektor dan langkah ini direspons secara baik oleh umat, bahkan terlibat dalam sosialisasi tentang pemberdayaan melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh berbagai instansi khususnya untuk meningkatkan perekonomian umat. Situasi ketertiban dan keamanan dalam wilayah pelayanan jemaat Waipirit sangat kondusif walaupun belum maksimal, baik pengaruh minuman keras maupun Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sudah berkurang. Hal ini karena telah timbul kesadaran umat tentang kesehatan dan ketentraman hidup melalui sosialisasi serta pendampingan oleh Majelis Jemaat. Kondisi ini menunjukan bahwa umat di jemaat Waipirit sudah menyadari tentang hidup yang selalu rukun dan damai untuk menghadirkan sukacita bagi dunia. Jemaat dan masyarakat tidak dapat dilepas-pisakan, warga Gereja adalah warga masyarakat dan Gereja hadir di tengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu maka pentingnya membangun relasi dan komunikasi. Sejauh ini hubungan antara Majelis Jemaat dengan pemerintah Desa tergolong sangat

baik. Hal ini nampak dalam setiap program maupun kegiatan Gerejawi melibatkan Pemerintah Desa begitu juga sebaliknya. Bentuk kerjasama Majelis Jemaat dengan pemerintah Desa dapat dilihat pada persekutuan Tibaku untuk menata kehidupan bersama dalam Negeri dan Jemaat, dengan rancangan program yang di buat bertolak dari konteks hidup umat yang juga adalah warga masyarakat. Bahkan kordinasi yang dibangun oleh pemerintah Desa dan Majelis Jemaat dalam Rangka Perayaan 50 tahun Ulang Tahun Negeri Waipirit. Hal ini menunjukan dalam dinamika hidup ini adanya rasa saling membutuhkan realita ini yang dibangun dalam hidup berjemaat dan bermasyarakat di Jemaat Waipirit. Daftar Pelayan Jemaat GPM Waipirit PENDETA YANG PERNAH MELAYANI DI JEMAAT WAIPIRIT No. NAMA KETERANGAN 1 Pendeta Soumokil 1966 1967 ( Pdt detaser) 2 Pendeta umnehopa, Sm,Th 1968 (pdt detaser) 3 Pendeta Bram Hukubun Sm,Th 1969 (pdt detaser) 4 Penginjil Anthony Radianto (1970-1974) 5 Pendeta Nn Netty Pattirajawane,Sm.Th (1975-agustus 1978) 6 Pendeta Nn Ety Wattimena,Sm.Th agustus 1984-mei 1984 7 Pendeta Nn Hobertina Salakory,S.Th mei 1984- juni 1985 8 Pendeta Hermanus Koipuy, Sm.Th Juni 1985-agustus 1995 9 Pendeta uni resimanuk,sm.th Agustus 1995- oktober 2004 10 Pendeta sulyanto P.A Elwarin,S.th Oktober 2004- juni 2010 11 Pendeta Ny.M.Pelupessy/L 25 juni 2010- sekarang Majelis Jemaat GPM Waipirit Periode 1965-1970 Penatu 1. Jacob Soukotta 1. Misael Luhukay Periode 1970-1974 1. Jacob Soukotta 2. Semuel Soukotta 1. Paulus Souhuwat 2. Mozes Road Periode 1974-1979 1. Jacob Soukotta 1. Paulus Souhuwat 2. Semuel Soukotta 2. Mozes Road Periode 1979-1985 1 Otniel Luhukay 1. Benoni.O.Soukotta 2 Max.R.Joseph 2. Simon Lopulalan

Periode 1985-1990 1. Otniel Luhukay 1. Benoni.O.Soukotta 2. Max.R.Joseph 2. Simon Lopulalan Periode 1990-1995 1. Simon Mailissa 1. George Lawalata 2. Mateis Mailissa 2. Simon Luhukay 3. Yuliana Joseph 3. Yosina Talakua Periode 1995-2000 1. George Lawalata 1. Simon Luhukay 2. Semuel Lawalata 2. Yosina Talakua 3. Frangky Maelissa 3. Alfer Bernard Periode 2000-2005 1. Niko. Talakua 2. Alex.Luhukay 3. Frangky Maelissa 1. Roberth.J.Hiskya 2. Yuliana Luhukay 3. Jhon Tahya Periode 2005-2010 1. Elisa Maipauw 1. Adonia Soukotta 2. Jhon Tahya 3. Benoni Soukotta 4. Any Amanupunyo 5. Nelci Latuperissa/S 2. Costavina Luhukay/L 3. Grita.A.Luhukay/P 4. Yuliana Luhukay/S 5. Jefry Badar Periode 2010-2015 1. Benoni Soukotta 1. Costavina Luhukay/L 2. Mesak Pormes 3. Martinus Luhukay 2. Mienctje Soukotta/P 3. George Soulissa 4. Roberth. J.Hiskya 4. Christina Talakua/K 5. Elisa Maipauw 5. Adonia Soukotta/L 6. Johan Mayaut 6. Hendrik Pattipawaej

Periode 2015-2020 1. Hengki.Pattiasina 1. George Solissa 2. Mesak Pormes 3. Martinus Luhukay 2. Hendrik Patipawaej 3. Mienctje.Soukotta/P 4. Roberth.J. Hiskya 4. Selina.Palapessy/N 5. Matheos Pelaury 6. Simon Luhukay 5. Jefry.Badar 6. Hani.D. Soukotta/T