Pasal 3 1. Peserta Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara 2. Peserta Luar Biasa mempunyai Hak Bicara
|
|
- Sudomo Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku dilaksanakan berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar Bab IX, Pasal 13, Ayat 2, dan Anggaran Rumah Tanggal Bab IV Pasal Dengan dasar sebagaimana tersebut pada ayat 1 di atas, maka disusunlah Tata Tertib Musyawarah Pimpinan Paripurna Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku. BAB II PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 2 1. Peserta Musyawarah Pimpinan Paripurna Angkatan Muda GPM terdiri dari Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa. 2. Peserta Biasa terdiri dari : a. Pengurus Besar Angkatan Muda GPM b. 1(satu) orang Unsur MPH Sinode GPM c. Ketua-ketua Klasis se-gpm d. Ketua, Sekretaris dan Bendahara Daerah ditambah 2 (dua) orang Anggota 3. Peserta Luar Biasa terdiri dari : a. Peninjau dari daerah yang jumlahnya ditentukan oleh Pengurus Besar b. Undangan lain yang diundang Pengurus Besar Pasal 3 1. Peserta Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara 2. Peserta Luar Biasa mempunyai Hak Bicara Pasal 4 Kewajiban peserta Musyawarah Pimpinan Paripurna AMGPM adalah : 1. Mentaati semua ketentuan yang ditetapkan oleh Musyawarah Pimpinan Paripurna 2. Jika ingin meninggalkan ruang sidang karena suatu kepentingan, harus terlebih dulu mendapat ijin dari Pimpinan Sidang. BAB III TUGAS DAN WEWENANG MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA Pasal 5 1. Mengevaluasi Pelaksanaan Program Pelayanan 2. Mengevaluasi Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pengurus Besar 3. Mengevaluasi pelaksanaan berbagai kebijakan yang diputuskan MPP sebelumnya 4. Menetapkan Program Pelayanan tahun berikutnya 5. Menetapkan Anggaran pendapatan dan Belanja Tahun Pelayanan berikutnya 6. Menetapkan berbagai kebijakan organisasi lainnya sesuai kepentingan pelayanan AMGPM BAB IV PIMPINAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 6 1. Musyawarah Pimpinan Paripurna AMGPM di pimpinan oleh Pengurus Besar sebagai Mandataris Kongres. 2. Tugas Pimpinan Sidang adalah memimpin Sidang-sidang Paripurna. Pasal 7 Pimpinan Sidang Musyawarah Pimpinan Paripurna bertanggung jawab atas : 1. Kelancaran, ketertiban dan keamanan penyelenggaraan Musyawarah Pimpinan Paripurna. 2. Membuka, menskors, mencabut kembali skors dan menutup Sidang-sidang Paripurna. 3. Menghentikan setiap pembicara yang sedang berbicara, bila isi pembcaraan telah menyimpang dari permasalahan yang dibicarakan.
2 BAB V SIDANG SIDANG Pasal 8 Sidang sidang Musyawarah Pimpinan Paripurna terdiri dari : 1. Sidang sidang Paripurna, dipimpin oleh Pimpinan Sidang 2. Sidang sidang Komisi, dipimpin oleh seorang Ketua dan seorang Sekretaris yang ditunjuk oleh Pimpinan Sidang. 3. Komisi dan pembagian anggota komisi ditentukan oleh Pimpinan Sidang 4. Setiap peserta MPP wajib menjadi salah satu anggota komisi 5. Masing-masing sidang komisi dihadiri oleh Pengurus Besar sebagai nara sumber BAB VI TATACARA BERBICARA Pasal 9 1. Setiap Pembicaraan dalam Sidang Paripurna dibuka dua babak, dan setiap peserta dapat menggunakan hak bicaranya. 2. Pembicara pada babak kedua adalah mereka yang menggunakan hak bicara pada babak pertama. 3. Pokok pembicaraan pada babak kedua tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan pada babak pertama. 4. Peserta yang mau berbicara harus terlebih dulu mendaftarkan diri melalui pimpinan sidang. 5. Saat berbicara peserta diwajibkan berdiri, serta berbicara dengan singkat dan jelas pada maksud dan tujuan pembicaraan. 6. Waktu pembicaraan untuk setiap peserta paling lama 3 (tiga) menit. 7. Kesempatan interupsi diberikan untuk hal-hal tertentu saja, yaitu : a. Point of Clarification (penjernihan persoalan) b. Point of Order (usul atau saran) c. Point of Self Perfilate (menyinggung perasaan orang lain) d. Point of Information (memberikan informasi) BAB VII QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal Musyawarah Pimpinan Paripurna dinyatakan sah dan dapat dimulai, apabila dihadiri oleh Peserta Biasa berjumlah setengah ditambah satu. 2. Setiap pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan sedapat mungkin menghindari dilakukan voting. 3. Jika mufakat tidak tencapai, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak, yaitu seperdua ditambah satu dari peserta biasa yang hadir. BAB VIII LAIN LAIN Pasal Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini, akan diatur kemudian oleh Pimpinan Sidang sepanjang dirasa perlu atau penting dengan persetujuan Musyawarah. 2. Tata Tertib ini merupakan Tata Tertib baku bagi pelaksanaan MPP Angkatan Muda GPM. 3. Tata Tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara Pada Tanggal : 25 Oktober 2016 MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM PENGURUS BESAR SELAKU PIMPINAN SIDANG Pdt. M. Takaria, M.Si Ketua Umum Pdt. H. J. Paays, S.Si Sekretaris Umum
3 TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Konferensi Daerah Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku adalah pemegang kedaulatan tertinggi di tingkat Daerah, dan dilaksanakan sesuai Anggaran Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2c dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM Bab IV pasal Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Konferensi Daerah tetap berada di bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM. 3. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan peserta dan dilaksanakan oleh Konferensi Daerah. 4. Penyelenggaraan Konferensi Daerah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pengurus Daerah AMGPM BAB II TUGAS DAN WEWENANG Pasal 2 Kewenangan atau tugas Konferensi Daerah adalah (ART Bab IV Pasal 11 ayat 11) : a. Menilai Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus Daerah. b. Mendengar Laporan Pengurus Cabang. c. Menetapkan Garis-garis Besar Program Lima Tahunan dan Program Kerja serta APB tahun pertama periodesasi kepengurusan baru. d. Memilih Pengurus Daerah. e. Menetapkan Keputusan dan kebijakan organisasi lainnya. BAB III P E S E R T A Pasal 3 1. Konferensi Daerah dihadiri oleh peserta biasa yang terdiri dari: a. Pengurus Daerah. b. Utusan Cabang sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri dari 3 (tiga) orang Pengurus Cabang dan 2 (dua) orang Anggota Biasa yang ditunjuk oleh Pengurus Cabang. c. Ketua Klasis atau 1(satu) orang unsur Majelis Pekerja Klasis. d. Satu Ketua Majelis Jemaat dari setiap Cabang 2. Selain peserta biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas, Konferensi Daerah juga dihadiri oleh Peserta Luar Biasa yang terdiri dari : a. Pengurus Besar b. Peninjau dari Cabang yang jumlahnya ditentukan oleh Pengurus Daerah c. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Daerah. BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA Pasal 4 1. Hak Peserta: a. Peserta Biasa mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara (ART Bab II Pasal 3 ayat 1, jo ART Bab IV pasal 11 ayat 6), kecuali Pimpinan Gereja yang usianya di atas 45 tahun, hanya mempunyai hak bicara, suara dan memilih, tetapi tidak mempunyai hak dipilih b. Pengurus Besar dalam Kapasitas sebagai Pimpinan Organisasi mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak. c. Undangan dan Peninjau hanya mempunyai Hak Bicara. 2. Kewajiban Peserta: Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia Pelaksana.
4 3. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-sidang Pleno dan Sidangsidang Komisi. BAB V ALAT-ALAT KELENGKAPAN Pasal 5 Konferensi Daerah mempunyai alat-alat kelengkapan yang disusun menurut pengelompokan kegiatan sebagai berikut : 1. Pimpinan Konferensi Daerah. 2. Majelis Ketua. 3. Sidang-sidang Pleno/ Paripurna. 4. Sidang-sidang Komisi. Pasal 6 1. Pimpinan Konferensi Daerah adalah Pengurus Daerah AMGPM (ART Bab IV pasal 11 ayat 7) 2. Sidang-sidang dalam Konferensi Daerah dipimpin oleh Pengurus Daerah sampai terpilihnya Majelis Ketua, yang dipilih dari dan oleh peserta biasa Konferensi Daerah (ART Bab IV pasal 11 ayat 8) Pasal 7 1. Majelis Ketua bertugas memimpin Sidang-sidang di dalam Konferensi Daerah. 2. Majelis Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini terdiri dari unsur Pengurus Daerah 2 (dua) orang dan peserta biasa 3 (tiga orang) yang ditetapkan dengan keputusan Konferda. (ART Bab IV pasal 11 ayat 9) 3. Personil Majelis Ketua ditunjuk oleh Pengurus Daerah secara bijaksana dan disahkan oleh Konferensi Daerah. 4. Sekretaris Persidangan adalah Sekretaris Pengurus Daerah AMGPM. 5. Sekretaris Persidangan diwajibkan untuk membaca dan atau melaporkan seluruh hasil keputusan Konferda, sebelum sidang-sidang pleno dalam Konferensi Daerah ditutup. 6. Wewenang Majelis Ketua di dalam Konferensi Daerah adalah: a. Memanggil Peserta untuk menghadiri sidang-sidang, membuka dan menskors Sidang-sidang Pleno. b. Memimpin Sidang-sidang Pleno selama Konferensi Daerah berlangsung. c. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Sidang-sidang selama Konferensi Daerah berlangsung. d. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda, menyimpulkan pembicaraan dan mendudukan persoalan yang sebenarnya serta mengembalikan jalannya Sidang pada pokok pembicaraan. e. Majelis Ketua memimpin sidang dalam Konferensi Daerah sampai pada penetapan hasil kerja formatur, dan sesudah itu menyerahkan palu sidang kepada Ketua dan Sekretaris Daerah terpilih untuk menutup sidang-sidang pleno dalam Konferensi Daerah. Pasal 8 1. Konferda membentuk Komisi-komis kerja sesuai dengan kebutuhan. 2. Komisi-komisi kerja di dalam Konferda, dapat membentuk Sub Komisi menurut kebutuhan. 3. Komisi-komisi kerja Konferensi Daerah bertugas memusyawarahkan dan mengambil keputusan mengenai hal-hal yang menjadi agenda Komisi dalam ruang lingkup tugasnya. 4. Jumlah anggota Komisi sedapat mungkin disusun dan ditetapkan secara berimbang oleh Majelis Ketua. 5. Majelis Ketua diwajibkan untuk menghadiri Sidang-sidang Komisi sebagai Peserta Biasa. 6. Pimpinan Komisi di dalam Konferensi Daerah terdiri dari: seorang Ketua, seorang wakil ketua dan seorang Sekretaris yang di tunjuk oleh Majelis Ketua BAB VI TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS DAERAH Pasal 9 1. Setiap Peserta Biasa (yang memiliki Hak Suara) mengajukan satu bakal calon Ketua Daerah dan satu bakal calon Sekretaris Daerah pada masing masing kertas suara yang telah disediakan oleh Majelis Ketua.
5 2. Kertas Suara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas, memuat nama satu orang bakal calon ketua daerah dan satu orang bakal calon sekretaris daerah. 3. Proses perhitungan suara dilaksanakan secara terpisah dan di catat pada papan perhitungan suara yang berbeda (satu papan untuk Bakal Calon Ketua dan satu papan untuk bakal calon sekretaris) 4. Bakal Calon Ketua Daerah dan Sekretaris Daerah yang memiliki suara terbanyak ditetapkan sebagai calon untuk selanjutnya diuji dan dipilih dalam Konferensi Daerah. 5. Untuk melengkapi keseluruhan struktur Pengurus Daerah maka dibentuk tim Formatur yang ditunjuk secara bijaksana oleh Majelis Ketua dengan persetujuan peserta Konferensi Daerah 6. Seluruh fungsionaris yang akan ditunjuk / dipilih oleh formatur untuk melengkapi struktur Pengurus Daerah adalah mereka yang mengikuti Konferensi Daerah (Peserta biasa maupun Luar Biasa) 7. Selanjutnya Kriteria, Prosedur Pencalonan dan Pemilihan Pengurus Daerah AMGPM diatur tersendiri dalam komisi kerja Konferensi Daerah sesuai ketentuan dalam AD/ART dan PO AMGPM BAB. VII TATA CARA BERBICARA Pasal Setiap Peserta Konferensi Daerah mempunyai Hak berbicara selama 3 (tiga) menit dengan pokok pembicaraan yang jelas (kecuali untuk ceramah dan Penelaan Alkitab diatur oleh moderator). 2. Sebelum babak pembicaraan dimulai, diadakan pendaftaran oleh Majelis Ketua. 3. Pembicaraan di dalam setiap Sidang Pleno hanya dibuka 2 (dua) babak. 4. Hanya Pembicara pada babak pertama yang berhak berbicara pada babak kedua dengan pokok pembicaraan yang sama. 5. Setiap pembicara yang hendak berbicara diwajibkan untuk berdiri. Pasal Peserta dapat mengajukan interupsi untuk meminta atau memberi penjelasan tentang duduk persoalan yang sebenarnya dari masalah yang sementara dibicarakan. 2. Interupsi hanya dapat dilakukan setelah diizinkan oleh Majelis Ketua. 3. Majelis Ketua berhak menghentikan interupsi apabila persoalannya sudah jelas atau sudah menyinggung pribadi orang lain. BAB VII QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal Sidang-sidang Pleno dinyatakan quorum, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua jumlah Peserta Konferensi Daerah (ART Bab III pasal 8 ayat 1) 2. Pengambilan Keputusan dalam Konferensi Daerah dianggap sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir Pasal Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin atas dasar musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam pengambilan keputrusan tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara terbanyak. 2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup, sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan secara terbuka. Pasal Tata Tertib ini merupakan Tata Tertib baku yang dipergunakan untuk pelaksanan Kenferensi Daerah AMGPM 2. Tata Tertib ini dapat dirobah dan disempurnakan hanya oleh Lembaga Legislatif (Musyawarah Pimpinan Paripurna) 3. Segala sesuatu mengenai hal-hal teknis dalam Konferda yang belum ditur di dalam Tata Tertib ini akan di tetapkan kemudian oleh Konferda sepanjang tidak bertentangan dengan AD/ART, PO dan Tata Tertib Konferensi Daerah AMGPM ini.
6 Pasal Dengan dikeluarkan Tata Tertib ini maka semua keputusan yang terkait dengan Tata Tertib Konferensi Daerah yang selama ini dipergunakan dinyatakan tidak berlaku. 2. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara Pada Tanggal : 25 Oktober 2016 MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM PENGURUS BESAR SELAKU PIMPINAN SIDANG Pdt. M. Takaria, M.Si Ketua Umum Pdt. H. J. Paays, S.Si Sekretaris Umum
7 TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH ISTIMEWA AMGPM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Konferensi Daerah Istimewa Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku adalah pemegang kekuasaan tertinggi sama dengan konferensi daerah yang selanjutnya disebut Konferda Istimewa. 2. Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Konferensi Daerah Istimewa tetap berada di bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM serta Peraturan Organisasi AMGPM. 3. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan perutusan dan dilaksanakan oleh Konferensi Daerah Istimewa. 4. Penyelenggaraan Konferensi Daerah Istimewa sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pengurus Daerah dan atau berdasarkan pada ketentuan Pasal 14 Peraturan Organisasi AMGPM. BAB II TUGAS DAN WEWENANG Pasal 2 Kewenangan atau tugas Konferensi Daerah Istimewa adalah : 1. Mendengar Laporan pertanggungjawaban Pengurus Daerah dan atau pejabat sementara /Care Taker Pengurus Daerah 2. Memilih dan menetapkan Pengurus Daerah Antar Waktu 3. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya. BAB III P E S E R T A Pasal 3 Peserta Konferensi Daerah Istimewa, terdiri dari: 1. Peserta Biasa : a. Pengurus Daerah b. Utusan Cabang sebanyak 5 orang yang terdiri dari 3 orang Pengurus Cabang dan atau Ranting dan 2 orang Anggota Biasa yang ditunjuk oleh Pengurus Cabang, harus dilengkapi dengan surat mandate dari pengurus secara resmi. c. Ketua Klasis atau unsur Majelis Pekerja Klasis. d. Satu Ketua Majelis Jemaat dari setiap Cabang 2. Peserta Luar Biasa yang terdiri dari : a. Pengurus Besar b. Peninjau dari Cabang dan atau Ranting yang ditetapkan oleh Pejabat sementara/caretaker Pengurus Daerah c. Undangan lainnya yang dianggap perlu oleh Penjabat sementara/caretaker Pengurus Daerah. BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA Pasal 4 1. Hak Peserta: a. Peserta Biasa mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara, kecuali Pimpinan Gereja yang usianya di atas 45 tahun, hanya mempunyai hak bicara, suara dan memilih, tetapi tidak mempunyai hak dipilih b. Pengurus Besar mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak diminta. c. Peserta luar biasa mempunyai Hak Bicara, tetapi tidak mempunyai hak suara 2. Kewajiban Peserta: a. Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia Pelaksana. b. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-sidang Pleno dan Sidang-sidang Komisi.
8 BAB V ALAT-ALAT KELENGKAPAN Pasal 5 Konferensi Daerah Istimewa mempunyai alat-alat kelengkapan yang disusun menurut pengelompokan kegiatan sebagai berikut : 1. Pimpinan Konferensi Daerah Istimewa. 2. Majelis Ketua. 3. Sidang-sidang Pleno/ Paripurna. 4. Sidang-sidang Komisi. Pasal 6 Pimpinan Konferensi Daerah Istimewa adalah Penjabat sementara/care Taker Pengurus Daerah AMGPM Pasal 7 1. Majelis Ketua terdiri dari 5 orang, yaitu 2 orang dari penjabat sementara/care taker Pengurus Daerah dan peserta biasa 3 orang yang ditetapkan dengan keputusan Konferda Istimewa. 2. Majelis Ketua bertugas memimpin sidang-sidang di dalam Konferda Istimewa 3. Wewenang Majelis Ketua di dalam Konferensi Daerah Istimewa adalah: a. Memanggil peserta untuk menghadiri sidang-sidang, membuka dan menskors Sidang-sidang Pleno. b. Memimpin Sidang-sidang Pleno selama Konferensi Daerah Istimewa berlangsung. c. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Sidang-sidang selama Konferensi Daerah Istimewa berlangsung. d. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda, menyimpulkan pembicaraan dan mendudukan persoalan yang sebenarnya serta mengembalikan jalannya Sidang pada pokok pembicaraan. Pasal 8 1. Konferda Istimewa membentuk komisi-komis kerja sesuai dengan kebutuhan. 2. Komisi-komisi kerja di dalam Konferda Istimewa dapat membentuk sub komisi menurut kebutuhan. 3. Komisi-komisi bertugas memusyawarahkan dan mengambil keputusan mengenai hal-hal yang menjadi agenda komisi dalam ruang lingkup tugas dan tanggungjawabnya. 4. Jumlah anggota komisi sedapat mungkin disusun dan ditetapkan secara berimbang oleh Majelis Ketua. 5. Majelis Ketua dapat turut menghadiri sidang-sidang komisi sebagai peserta biasa. 6. Pimpinan komisi terdiri dari: seorang Ketua, seorang Sekretaris yang dipilih oleh komisi secara musyawarah-mufakat BAB VI TATA CARA BERBICARA Pasal 9 1. Setiap Peserta mempunyai hak berbicara selama 3 menit dengan pokok pembicaraan yang jelas 2. Sebelum babak pembicaraan dimulai, Majelis Ketua berkewajiban melakukan inventarisasi jumlah pembicara. 3. Pembicaraan di dalam setiap sidang pleno hanya dibuka 2 (dua) babak, kecuali terhadap hal-hal yang bersifat prinsip dapat dibuka babak khusus dan harus mendapat persetujuan sidang dan hanya pembicara pada babak pertama yang berhak berbicara pada babak kedua dengan pokok pembicaraan yang sama. Pasal Peserta dapat mengajukan interupsi untuk meminta atau memberi penjelasan tentang duduk persoalan yang sebenarnya dari masalah yang sementara dibicarakan. 2. Interupsi hanya dapat dilakukan setelah diizinkan oleh Majelis Ketua. 3. Majelis Ketua berhak menghentikan interupsi apabila persoalannya sudah jelas atau sudah menyinggung pribadi orang lain.
9 BAB VII QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal Sidang-sidang dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua jumlah peserta biasa 2. Pengambilan Keputusan dalam Konferensi Daerah dianggap sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir Pasal Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan atas dasar musyawarah untuk mufakat 2. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara terbanyak. Pasal 13 Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diputuskan oleh Konferda Istimewa Pasal 14 Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara Pada Tanggal : 25 Oktober 2016 MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM PENGURUS BESAR SELAKU PIMPINAN SIDANG Pdt. M. Takaria, M.Si Ketua Umum Pdt. H. J. Paays, S.Si Sekretaris Umum
10 TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH AMGPM BAB I DASAR DAN SUSUNAN MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH Pasal 1 1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah (MPPD) Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku dilaksanakan berdasarkan : a. Anggaran Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2d b. Anggaran Rumah Tangga AMGPM Bab IV Pasal 12 2 Susunan Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah (MPPD) terdiri dari : a. Sidang-sidang paripurna b. Sidang-sidang komisi 3 Dengan dasar sebagaimana diatas, maka disusunlah Tata Tertib Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku BAB II PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 2 1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah (MPPD) dihadiri oleh peserta biasa yang terdiri dari : a. Pengurus Daerah b. Utusan Cabang sebanyak 3 (tiga) orang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan 1 (satu) orang anggota biasa yang ditunjuk oleh Pengurus Cabang. c. Ketua Klasis atau 1 (satu) orang unsur Majelis Pekerja Klasis d. Satu Orang Ketua Majelis Jemaat dari setiap cabang 2. Selain peserta biasa sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah juga dihadiri oleh peserta luar biasa yang terdiri dari : a. Unsur Pengurus Besar b. Peninjau dari Cabang yang jumlahnya ditentukan oleh Pengurus Daerah c. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Daerah Pasal 3 Hak Peserta Musyawarah adalah : 1. Peserta biasa Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah AMGPM mempunyai hak suara dan hak bicara (ART AMGPM Bab IV Pasal 12 ayat 6) 2. Peserta luar biasa hanya mempunyai hak bicara, tetapi tidak mempunyai hak suara 3. Peserta yang hendak berbicara diharuskan mendaftarkan diri, dan ketika berbicara diwajibkan berdiri serta berbicara dengan singkat, tegas dan jelas pada maksud dan tujuan pembicaraan 4. Setiap pembicara hanya diberikan kesempatan menggunakan hak bicaranya selama 3 menit setelah dipersilahkan oleh pimpinan musyawarah. 5. Pemandangan umum atau tanggapan terhadap setiap masalah yang disampaikan hanya disediakan dua babak. 6. Hanya pembicara pada babak pertama yang dapat berbicara pada babak kedua dengan pokok pembicaraan yang sama. 7. Bila suatu masalah tidak dapat disepakati pada babak pertama dan babak kedua maka dapat dibuka babak terakhir untuk membahas masalah tersebut, atas persetujuan peserta biasa. 8. Hak Interupsi dapat dimanfaatkan untuk hal hal tertentu antara lain : a. Point Of Clarification ( Menjernihkan pokok masalah yg sedang dibicarakan ) b. Point Of Order ( Usul atau saran untuk meletakkan permasalahan sesuai aturan ) c. Point Of Self Previlege ( Menyinggung perasaan orang lain ) d. Point Of Information ( Menyampaikan Informasi ) Pasal 4 Setiap peserta Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah mempunyai kewajiban adalah : 1. Mentaati tata tertib ini dan semua ketentuan yang ditetapkan oleh Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah. 2. Mengikuti seluruh acara musyawarah dengan penuh rasa tanggungjawab 3. Menghadiri sidang-sidang 15 (lima belas) menit sebelum sidang dimulai dan mengambil bagian dalam semua kegiatan/acara selama berlangsungnya MPPD
11 4. Menandatangani daftar hadir setiap kali menghadiri sidang. 5. Meminta izin secara tertulis dari pimpinan musyawarah jika ingin meninggalkan ruang sidang karena suatu kepentingan. 6. Menghormati dan menghargai setiap pembicara yang sedang menggunakan hak bicaranya. 7. Memelihara dan menjamin ketertiban selama berlangsungnya sidang-sidang dalam MPPD BAB III TUGAS MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH Pasal 5 Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah mempunyai tugas : 1. Mengevaluasi program pelayanan dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pengurus Daerah pada tahun berjalan, serta kebijakan lain yang ditetapkan MPPD sebelumnya. 2. Menetapkan program pelayanan dan APB tahun berikutnya serta berbagai kebijakan organisasi. 3. Menetapkan keputusanp-keputusan organisasi lainnya BAB IV PIMPINAN MUSYAWARAH Pasal 6 1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah (MPPD) dipimpin oleh Pengurus Daerah 2. Sekretaris Daerah Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku berfungsi sebagai sekretaris musyawarah / sekretaris persidangan. 3. Sidang-sidang Paripurna dipimpin oleh Pengurus Daerah AMGPM 4. Sidang sidang Komisi dipimpin oleh seorang ketua, seorang wakil ketua dan seorang sekertais komisi yang di tunjuk oleh pimpinan sidang. 5. Pengurus Daerah AMGPM wajib menghadiri sidang-sidang komisi sebagai nara sumber sesuai dengan bidang tugasnya. BAB. V TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN MUSYAWARAH Pasal 7 1. Mengundang dan memanggil peserta musyawarah untuk memulai sidang-sidang 2. Mengatur urut-urutan pembicara dan menyimpulkan isi pembicaraan dalam sidang-sidang pleno 3. Mengarahkan pembicaraan peserta sedemikian rupa sehingga tiba pada pengambilan keputusan. 4. Menegur dan bila perlu mencabut hak bicara dari seorang pembicara apabila pembicaraannya telah menyimpang dari pokok yang dibicarakan dan atau menyinggung nama baik orang lain. 5. Membuka, menskors, mencabut kembali skors dan menutup Sidang sidang Paripurna. 6. Pimpinan Musyawarah bertanggung jawab terhadap kelancaran, ketertiban dan keamanan penyelenggaraan Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah AMGPM. BAB VI USUL USUL TAMBAHAN Pasal 8 Apabila ada suatu masalah baru di luar acara musyawarah diajukan oleh salah satu peserta MPPD maka masalah tersebut baru dapat dibahas apabila didukung oleh sekurang-kurangnya seperdua tambah satu peserta biasa yang hadir. BAB VII QORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 9 1. Sidang-sidang Pleno dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua jumlah Peserta Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah (MPPD) 2. Dalam sidang pleno apabila kehadiran peserta musyawarah belum mencukupi qorum sesuai ayat 1 diatas maka sidang diskors untuk jangka waktu tertentu oleh pimpinan musyawarah dan kemudian dilanjutkan, apabila masih terjadi peserta yang hadir belum mencukupi quorum juga, maka sidang hanya dpt diskors maksimal tiga kali dan sesudah itu musyawarah dapat dilanjutkan. 3. Pengambilan Keputusan dalam MPPD dianggap sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir
12 Pasal Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin atas dasar musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam pengambilan keputusan tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara terbanyak (voting). 2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup, sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan secara terbuka. BAB VIII LAIN LAIN Pasal Hal hal lain yang belum diatur dalam ketentuan Tata Tertib ini, akan diatur kemudian oleh Pimpinan Musyawarah sepanjang dirasa perlu dengan mendengar usul dan meminta persetujuan peserta musyawarah. 2. Tata Tertib ini merupakan tata tertib baku, dan digunakan untuk pelaksanaan MPPD kecuali Musyawarah Pimpinan Paripurna (MPP) AMGPM menentukan yang lain. 3. Dengan ditetapkannya Tata tertib ini, maka segala keputusan mengenai Tata Tertib MPPD dinyatakan tidak berlaku lagi 4. Tata tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara Pada Tanggal : 25 Oktober 2016 MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM PENGURUS BESAR SELAKU PIMPINAN SIDANG Pdt. M. Takaria, M.Si Ketua Umum Pdt. H. J. Paays, S.Si Sekretaris Umum
13 TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Konferensi Cabang Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku adalah pemegang kedaulatan tertinggi di tingkat Cabang, dan dilaksanakan sesuai Anggaran Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2e dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM Bab IV pasal Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Konferensi Cabang tetap berada di bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM. 3. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan peserta (perutusan Ranting) dan dilaksanakan oleh Konferensi Cabang. 4. Penyelenggaraan Konferensi Cabang sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pengurus Cabang AMGPM. BAB II TUGAS DAN WEWENANG Pasal 2 Kewenangan atau tugas Konferensi Cabang adalah (ART Bab IV Pasal 13 ayat 11) : 1. Menilai Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus Cabang. 2. Mendengar Laporan Pengurus Ranting. 3. Menetapkan Garis-garis Besar Programtiga tahunan dan program kerja serta APB tahun pertama periodesasi kepengurusan baru. 4. Memilih Pengurus Cabang. 5. Menetapkan Keputusan dan kebijakan organisasi lainnya. BAB III P E S E R T A Pasal 3 1. Konferensi Cabang dihadiri oleh peserta biasa yang terdiri dari: a. Pengurus Cabang. b. Usan Ranting sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri dari 3 (tiga) orang Pengurus Ranting dan 2 (dua) orang Anggota Biasa yang ditunjuk oleh Pengurus Ranting. c. Ketua Majelis Jemaat atau 1(satu) orang unsur PH Majelis Jemaat 2. Selain peserta biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas, Konferensi Cabang juga dihadiri oelh Peserta Luar Biasa yang terdiri dari : a. Pengurus Daerah b. Peninjau dari Ranting yang jumlahnya ditentukan oleh Pengurus Cabang c. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Cabang. BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA Pasal 4 1. Hak Peserta: a. Peserta Biasa mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara (ART Bab II Pasal 3 ayat 1, jo ART Bab IV pasal 13 ayat 6), kecuali Pimpinan Gereja yang usianya di atas 45 tahun, hanya mempunyai hak bicara, dan memilih tetapi tidak mempunyai hak dipilih b. Pengurus Daerah dalam Kapasitas sebagai Pimpinan Organisasi di Daerah mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak. c. Undangan dan Peninjau hanya mempunyai Hak Bicara. 2. Kewajiban Peserta: Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia Pelaksana. 3. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-sidang Pleno dan Sidangsidang Komisi.
14 BAB V ALAT-ALAT KELENGKAPAN Pasal 5 Konferensi Cabang mempunyai alat-alat kelengkapan yang disusun menurut pengelompokan kegiatan sebagai berikut: 1. Pimpinan Konferensi Cabang 2. Majelis Ketua. 3. Sidang-sidang Pleno/ Paripurna. 4. Sidang-sidang Komisi. Pasal 6 1. Pimpinan Konferensi Cabang adalah Pengurus Cabang AMGPM (ART Bab IV pasal 13 ayat 7) 2. Sidang-sidang dalam Konfercab dipimpin oleh Pengurus Cabang sampai terpilihnya Majelis Ketua. Pasal 7 1. Majelis Ketua bertugas memimpin Sidang-sidang di dalam Konferensi Cabang. 2. Majelis Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur Pengurus Cabang 2 (dua) orang dan peserta biasa 3 (tiga orang) yang ditetapkan dengan Keputusan Konferensi Cabang (ART Bab IV pasal 13 ayat 9) 3. Personil Majelis Ketua ditunjuk oleh Pengurus Cabang secara bijaksana dan disahkan oleh Konfercab. 4. Sekretaris Konferensi Cabang adalah Sekretaris Pengurus Cabang AMGPM. 5. Sekretaris Konferensi Cabang diwajibkan untuk membaca dan atau melaporkan seluruh hasil keputusan Konferensi Cabang, sebelum sidang-sidang pleno dalam Konferensi Cabang ditutup. 6. Wewenang Majelis Ketua di dalam Konferensi Cabang adalah: a. Memanggil Peserta untuk menghadiri sidang-sidang, membuka dan menskors Sidang-sidang Pleno. b. Memimpin Sidang-sidang Pleno selama Konferensi Cabang berlangsung. c. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Sidang-sidang selama Konferensi Cabang berlangsung. d. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda, menyimpulkan pembicaraan dan mendudukan persoalan yang sebenarnya serta mengembalikan jalannya Sidang pada pokok pembicaraan. e. Majelis Ketua memimpin sidang dalam Konferensi Cabang sampai pada penetapan hasil kerja formatur, dan sesudah itu menyerahkan palu sidang kepada Ketua dan Sekretaris Cabang terpilih untuk menutup sidang-sidang pleno dalam Konferensi Cabang. Pasal 8 1. Konferensi Cabang membentuk Komisi-komis kerja sesuai dengan kebutuhan. 2. Komisi-komisi kerja di dalam Konferensi Cabang, dapat membentuk Sub Komisi menurut kebutuhan. 3. Komisi-komisi kerja Konferensi Cabang bertugas memusyawarahkan dan mengambil keputusan mengenai hal-hal yang menjadi agenda Komisi dalam ruang lingkup tugasnya. 4. Jumlah anggota Komisi sedapat mungkin disusun dan ditetapkan secara berimbang oleh Majelis Ketua. 5. Majelis Ketua diwajibkan untuk menghadiri Sidang-sidang Komisi sebagai Peserta Biasa. 6. Pimpinan Komisi di dalam Konferensi Cabang terdiri dari : seorang Ketua, seorang wakil ketua dan seorang Sekretaris yang di tunjuk oleh Majelis Ketua BAB VI TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS CABANG AMGPM Pasal 9 1. Setiap Peserta Biasa (yang memiliki Hak Suara) mengajukan satu bakal calon Ketua Cabang dan satu bakal calon Sekretaris Cabang pada satu kertas suara yang telah disediakan oleh Majelis Ketua. 2. Kertas Suara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas, memuat nama satu orang bakal calon ketua cabang dan satu orang bakal calon sekretaris cabang.
15 3. Proses perhitungan suara dilaksanakan secara bersama-sama dan di catat pada papan perhitungan suara yang berbeda (satu papan untuk Bakal Calon Ketua dan satu papan untuk bakal calon sekretaris) 4. Bakal Calon Ketua Cabang dan Sekretaris Cabang yang memiliki suara terbanyak ditetapkan sebagai calon untuk selanjutnya diuji dan dipilih dalam Konferensi Cabang. 5. Untuk melengkapi keseluruhan struktur Pengurus Cabang maka dibentuk tim Formatur yang ditunjuk secara bijaksana oleh Majelis Ketua dengan persetujuan peserta Konferensi Cabang 6. Seluruh fungsionaris yang akan ditunjuk / dipilih oleh formatur untuk melengkapi struktur Pengurus Cabang adalah mereka yang mengikuti Konferensi Cabang dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh konfercab 7. Selanjutnya Kriteria, Prosedur Pencalonan dan Pemilihan Pengurus Cabang AMGPM diatur tersendiri dalam komisi kerja Konferensi Cabang sesuai ketentuan dalam AD/ART dan PO AMGPM BAB. VII TATA CARA BERBICARA Pasal Setiap Peserta Konferensi Cabang mempunyai Hak berbicara selama 3 (tiga) menit dengan pokok pembicaraan yang jelas (kecuali untuk ceramah dan Penelaan Alkitab diatur oleh moderator). 2. Sebelum babak pembicaraan dimulai, diadakan pendaftaran oleh Majelis Ketua. 3. Pembicaraan di dalam setiap Sidang Pleno hanya dibuka 2 (dua) babak. 4. Hanya Pembicara pada babak pertama yang berhak berbicara pada babak kedua dengan pokok pembicaraan yang sama. 5. Setiap pembicara yang hendak berbicara diwajibkan untuk berdiri. Pasal Peserta dapat mengajukan interupsi untuk meminta atau memberi penjelasan tentang duduk persoalan yang sebenarnya dari masalah yang sementara dibicarakan. 2. Interupsi hanya dapat dilakukan setelah diizinkan oleh Majelis Ketua. 3. Majelis Ketua berhak menghentikan interupsi apabila persoalannya sudah jelas atau sudah menyinggung pribadi orang lain. BAB VII QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal Sidang-sidang Pleno dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua jumlah Peserta Konferensi Cabang 2. Pengambilan Keputusan dalam Konferensi Cabang dianggap sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir Pasal Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin atas dasar musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam pengambilan keputrusan tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara terbanyak. 2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup, sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan secara terbuka. Pasal Tata Tertib ini merupakan Tata Tertib baku yang dipergunakan untuk pelaksanan Kenferensi Cabang AMGPM 2. Tata Tertib ini dapat dirobah dan disempurnakan hanya oleh Lembaga Legislatif AMGPM (Musyawarah Pimpinan Paripurna) 3. Segala sesuatu mengenai hal-hal teknis dalam Kenferensi Cabang yang belum ditur di dalam Tata Tertib ini akan ditetapkan kemudian oleh Kenferensi Cabang sepanjang tidak bertentangan dengan AD/ART, PO dan Tata Tertib Konferensi Cabang AMGPM ini.
16 Pasal Dengan dikeluarkan Tata Tertib ini maka semua keputusan yang terkait dengan Tata Tertib Konferensi Cabang yang selama ini dipergunakan dinyatakan tidak berlaku. 2. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara Pada Tanggal : 25 Oktober 2016 MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM PENGURUS BESAR SELAKU PIMPINAN SIDANG Pdt. M. Takaria, M.Si Ketua Umum Pdt. H. J. Paays, S.Si Sekretaris Umum
17 TATA TERTIB KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Konferensi Cabang Istimewa Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku adalah pemegang kekuasaan tertinggi sama dengan konferensi cabang sesuai ART Bab VI Pasal 13 ayat 10, yang selanjutnya dalam tata tertib ini disebut Konfercab Istimewa. 3. Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Konferensi Cabang Istimewa tetap berada di bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM serta Peraturan Organisasi AMGPM. 4. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan perutusan dan dilaksanakan oleh Konferensi Cabang Istimewa. 5. Penyelenggaraan Konferensi Cabang Istimewa sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pengurus Cabang dan atau berdasarkan pada ketentuan Pasal 14 Peraturan Organisasi AMGPM. BAB II TUGAS DAN WEWENANG Pasal 2 Kewenangan atau tugas Konferensi Cabang Istimewa adalah : 1. Mendengar Laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang dan atau pejabat sementara /Care Taker Pengurus Cabang 2. Memilih dan menetapkan Pengurus Cabang Antar Waktu 3. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya. BAB III P E S E R T A Pasal 3 Peserta Konferensi Cabang Istimewa, terdiri dari: 1. Peserta Biasa : a. Pengurus Cabang non aktif b. Utusan Ranting sebanyak 5 orang yang terdiri dari 3 orang Pengurus Ranting dan 2 orang anggota biasa yang ditunjuk oleh pengurus cabang c. Ketua Majelis Jemaat atau 1(satu) orang unsur PH Majelis Jemaat 2. Peserta Luar Biasa yang terdiri dari : a. Pengurus Daerah b. Peninjau dari Ranting yang ditetapkan oleh Pejabat sementara/care Taker Pengurus Cabang c. Undangan lainnya yang dianggap perlu oleh Penjabat sementara/care taker Pengurus Cabang. BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA Pasal 4 1. Hak Peserta: a. Peserta Biasa mempunyai hak suara dan hak bicara, kecuali Pimpinan Gereja yang usianya di atas 45 tahun, hanya mempunyai hak bicara, dan memilih tetapi tidak mempunyai hak dipilih b. Pengurus Daerah mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak diminta. c. Peserta luar biasa mempunyai hak bicara. 2. Kewajiban Peserta: a. Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia Pelaksana. b. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-sidang Pleno dan Sidang-sidang Komisi.
18 BAB V ALAT-ALAT KELENGKAPAN Pasal 5 Konferensi Cabang Istimewa mempunyai alat-alat kelengkapan yang disusun menurut pengelompokan kegiatan sebagai berikut: 1. Pimpinan Konferensi Cabang Istimewa. 2. Majelis Ketua. 3. Sidang-sidang Pleno/ Paripurna. 4. Sidang-sidang Komisi. Pasal 6 Pimpinan Konferensi CabangIstimewa adalah Penjabat sementara/caretaker Pengurus Cabang AMGPM Pasal 7 1. Majelis Ketua terdiri dari 5 orang, yaitu 2 orang dari penjabat sementara/caretaker Pengurus Cabang dan peserta biasa 3 orang yang ditetapkan dengan keputusan Konfercab Istimewa. 2. Majelis Ketua bertugas memimpin sidang-sidang di dalam Konfercab Istimewa 3. Wewenang Majelis Ketua di dalam Konferensi Cabang Istimewa adalah: a. Memanggil peserta untuk menghadiri sidang-sidang, membuka dan menskors Sidang-sidang Pleno. b. Memimpin Sidang-sidang Pleno selama Konferensi Cabang Istimewa berlangsung. c. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Sidang-sidang selama Konferensi Cabang Istimewa berlangsung. d. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda, menyimpulkan pembicaraan dan mendudukan persoalan yang sebenarnya serta mengembalikan jalannya Sidang pada pokok pembicaraan. Pasal 8 1. Konfercab Istimewa membentuk komisi-komis kerja sesuai dengan kebutuhan. 2. Komisi-komisi kerja di dalam Konfercab Istimewa dapat membentuk sub komisi menurut kebutuhan. 3. Komisi-komisi bertugas memusyawarahkan dan mengambil keputusan mengenai hal-hal yang menjadi agenda komisi dalam ruang lingkup tugas dan tanggungjawabnya. 4. Jumlah anggota komisi sedapat mungkin disusun dan ditetapkan secara berimbang oleh Majelis Ketua. 5. Majelis Ketua dapat turut menghadiri sidang-sidang komisi sebagai peserta biasa. 6. Pimpinan komisi terdiri dari: seorang Ketua, seorang Sekretaris yang dipilih oleh komisi secara musyawarah-mufakat BAB VI TATA CARA BERBICARA Pasal 9 1. Setiap Peserta mempunyai hak berbicara selama 3 menit dengan pokok pembicaraan yang jelas 2. Sebelum babak pembicaraan dimulai, Majelis Ketua berkewajiban melakukan inventarisasi jumlah pembicara. 3. Pembicaraan di dalam setiap sidang pleno hanya dibuka 2 babak, kecuali terhadap hal-hal yang bersifat prinsip dapat dibuka babak khusus dan harus mendapat persetujuan sidang; dan hanya pembicara pada babak pertama yang berhak berbicara pada babak kedua dengan pokok pembicaraan yang sama. Pasal Peserta dapat mengajukan interupsi untuk meminta atau memberi penjelasan tentang duduk persoalan yang sebenarnya dari masalah yang sementara dibicarakan. 2. Interupsi hanya dapat dilakukan setelah diizinkan oleh Majelis Ketua. 3. Majelis Ketua berhak menghentikan interupsi apabila persoalannya sudah jelas atau sudah menyinggung pribadi orang lain.
19 BAB VII QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal Sidang-sidang dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua jumlah peserta biasa 2. Pengambilan Keputusan dalam Konferensi Cabang dianggap sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir Pasal Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan atas dasar musyawarah untuk mufakat 2. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara terbanyak. Pasal 13 Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diputuskan oleh Konfercab Istimewa Pasal 14 Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara Pada Tanggal : 25 Oktober 2016 MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM PENGURUS BESAR SELAKU PIMPINAN SIDANG Pdt. M. Takaria, M.Si Ketua Umum Pdt. H. J. Paays, S.Si Sekretaris Umum
20 TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG AMGPM BAB I DASAR DAN SUSUNAN MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG Pasal 1 1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang (MPPC) Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku dilaksanakan berdasarkan : a. Anggaran Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2 g b. Anggaran Rumah Tangga AMGPM Bab IV Pasal Susunan Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang (MPPC) terdiri dari : a. Sidang-sidang paripurna b. Sidang-sidang komisi 3. Dengan dasar sebagaimana diatas, maka disusunlah Tata Tertib Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku BAB II PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 2 1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang (MPPC) dihadiri oleh peserta biasa yang terdiri dari : a. Pengurus Cabang b. Utusan Ranting sebanyak 3 (tiga) orang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan 1 (satu) orang anggota biasa yang ditunjuk oleh Pengurus Ranting. c. Ketua Majelis Jemaat atau 1 (satu) orang unsur Majelis Jemaat 2. Selain peserta biasa sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang juga dihadiri oleh peserta luar biasa yang terdiri dari : a. Unsur Pengurus Daerah b. Peninjau dari Ranting yang jumlahnya ditentukan oleh Pengurus Cabang c. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Cabang Pasal 3 Hak Peserta MPPC adalah : 1. Peserta biasa Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang Angkatan Muda GPM mempunyai hak suara dan hak bicara (ART AMGPM Bab IV Pasal 14 ayat 6), 2. Peserta luar biasa hanya mempunyai hak bicara 3. Peserta yang hendak berbicara diharuskan mendaftarkan diri, dan ketika berbicara diwajibkan berdiri serta berbicara dengan singkat, tegas dan jelas pada maksud dan tujuan pembicaraan 4. Setiap pembicara hanya diberikan kesempatan menggunakan hak bicaranya selama 3 menit setelah dipersilahkan oleh pimpinan musyawarah. 5. Pemandangan umum atau tanggapan terhadap setiap masalah yang disampaikan hanya disediakan dua babak. 6. Hanya pembicara pada babak pertama yang dapat berbicara pada babak kedua dengan pokok pembicaraan yang sama. 7. Bila suatu masalah tidak dapat disepakati pada babak pertama dan babak kedua maka dapat dibuka babak terakhir untuk membahas masalah tersebut, atas persetujuan peserta biasa. 8. Hak Interupsi dapat dimanfaatkan untuk hal hal tertentu antara lain : a. Point Of Clarification ( Menjernihkan pokok masalah yg sedang dibicarakan ) b. Point Of Order ( Usul atau saran untuk meletakkan permasalahan sesuai aturan ) c. Point Of Self Previlege ( Menyinggung perasaan orang lain ) d. Point Of Information ( Menyampaikan Informasi ) Pasal 4 Setiap peserta Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang mempunyai kewajiban adalah : 1. Mentaati tata tertib ini dan semua ketentuan yang ditetapkan oleh Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang. 2. Mengikuti seluruh acara musyawarah dengan penuh rasa tanggungjawab 3. Menghadiri sidang-sidang 15 (lima belas) menit sebelum sidang dimulai dan mengambil bagian dalam semua kegiatan/acara selama berlangsungnya MPPC 4. Menandatangani daftar hadir setiap kali menghadiri sidang.
21 5. Meminta izin secara tertulis dari pimpinan musyawarah jika ingin meninggalkan ruang sidang karena suatu kepentingan. 6. Menghormati dan menghargai setiap pembicara yang sedang menggunakan hak bicaranya. 7. Memelihara dan menjamin ketertiban selama berlangsungnya sidang-sidang dalam MPPC BAB III TUGAS MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG Pasal 5 Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang mempunyai tugas : 1. Mengevaluasi program pelayanan dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pengurus Cabang pada tahun berjalan, serta kebijakan lain yang ditetapkan MPPC sebelumnya. 2. Menetapkan program pelayanan dan APB tahun berikutnya serta berbagai kebijakan organisasi. 3. Menetapkan keputusan-keputusan organisasi lainnya BAB IV PIMPINAN MUSYAWARAH Pasal 6 1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang (MPPC) dipimpin oleh Pengurus Cabang 2. Sekretaris Cabang Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku berfungsi sebagai sekretaris musyawarah / sekretaris persidangan. 3. Sidang-sidang Paripurna dipimpin oleh Pengurus Cabang AMGPM 4. Sidang sidang Komisi dipimpin oleh seorang ketua, seorang wakil ketua dan seorang sekretaris komisi yang di tunjuk oleh pimpinan sidang. 5. Pengurus Cabang AMGPM wajib menghadiri sidang-sidang komisi sebagai nara sumber sesuai dengan bidang tugasnya. BAB. V TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN MUSYAWARAH Pasal 7 1. Mengundang dan memanggil peserta musyawarah untuk memulai sidang-sidang 2. Mengatur urut-urutan pembicara dan menyimpulkan isi pembicaraan dalam sidang-sidang pleno 3. Mengarahkan pembicaraan peserta sedemikian rupa sehingga tiba pada pengambilan keputusan. 4. Menegur dan bila perlu mencabut hak bicara dari seorang pembicara apabila pembicaraannya telah menyimpang dari pokok yang dibicarakan dan atau menyinggung nama baik orang lain. 5. Membuka, menskors, mencabut kembali skors dan menutup Sidang sidang Paripurna. 6. Pimpinan Musyawarah bertanggung jawab terhadap kelancaran, ketertiban dan keamanan penyelenggaraan Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang AMGPM. BAB VI USUL USUL TAMBAHAN Pasal 8 Apabila ada suatu masalah baru di luar acara musyawarah diajukan oleh salah satu peserta maka masalah tersebut baru dapat dibahas apabila didukung oleh sekurang-kurangnya seperdua tambah satu peserta biasa yang hadir. BAB VII QORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 9 1. Sidang-sidang Pleno dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua jumlah Peserta Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang (MPPC) 2. Pengambilan Keputusan dalam MPPC dianggap sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir. Pasal Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin atas dasar musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam pengambilan keputusan tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara terbanyak (voting). 2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup, sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan secara terbuka.
22 BAB VIII LAIN LAIN Pasal Hal hal lain yang belum diatur dalam ketentuan Tata Tertib ini, akan diatur kemudian oleh Pimpinan Musyawarah sepanjang dirasa perlu dengan mendengar usul dan atau meminta persetujuan peserta musyawarah. 2. Tata Tertib ini merupakan tata tertib baku, dan digunakan untuk pelaksanaan MPPC kecuali Musyawarah Pimpinan Paripurna AMGPM menentukan yang lain. 3. Dengan ditetapkannya Tata tertib ini, maka segala keputusan mengenai Tata Tertib MPPC dinyatakan tidak berlaku lagi 4. Tata tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara Pada Tanggal : 25 Oktober 2016 MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM PENGURUS BESAR SELAKU PIMPINAN SIDANG Pdt. M. Takaria, M.Si Ketua Umum Pdt. H. J. Paays, S.Si Sekretaris Umum
23 TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Rapat Ranting Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku adalah pemegang kedaulatan tertinggi di tingkat Ranting, dan dilaksanakan sesuai Anggaran Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2g dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM Bab IV pasal Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Rapat Ranting tetap berada di bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM. 4. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan peserta dan dilaksanakan oleh Rapat Ranting. 5. Penyelenggaraan Rapat Ranting sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pengurus Ranting AMGPM. BAB II TUGAS DAN WEWENANG Pasal 2 Kewenangan atau tugas Rapat Ranting adalah (ART Bab IV Pasal 15 ayat 11) : 1. Menilai Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus Ranting 2. Menetapkan Garis-garis Besar Programdua tahunan dan program kerja serta APB tahun pertama periodesasi kepengurusan baru. 3. Memilih Pengurus Ranting. 4. Menetapkan Keputusan dan kebijakan organisasi lainnya. BAB III P E S E R T A Pasal 3 1. Rapat Ranting dihadiri oleh peserta biasa yang terdiri dari: a. Pengurus Ranting. b. Semua Anggota Ranting yang terdaftar. c. Ketua Bakopel atau 1 (satu) orang unsur majelis sektor 2. Selain peserta biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas, Rapat Ranting juga dihadiri oleh Peserta Luar Biasa yang terdiri dari a. Unsur Pengurus Cabang b. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Ranting. BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA Pasal 4 1. Hak Peserta: a. Peserta Biasa mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara, kecuali Pimpinan Gereja yang usianya di atas 45 tahun, hanya mempunyai hak bicara dan memilih, tetapi tidak mempunyai hak untuk dipilih. b. Pengurus Cabang dalam Kapasitas sebagai Pimpinan Organisasi di tingkat Cabang mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak. c. Undangan dan Peninjau hanya mempunyai Hak Bicara. 2. Kewajiban Peserta: Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia Pelaksana. 3. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-sidang Pleno dan Sidangsidang Komisi.
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU BAB I AMANAT PELAYANAN Pasal 1 1. Melaksanakan misi Allah di dunia yaitu panggilan untuk memberitakan keadilan, kebenaran, kesejahteraan dan
Lebih terperinciRANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
1 RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan tata tertib ini yang dimaksud dengan: a. Kongres adalah forum pengambilan keputusan tertinggi organisasi yang sepenuhnya
Lebih terperinciPERATURAN TATA TERTIB
Lampiran : KETETAPAN MUKTAMAR III PERSAUDARAAN MUSLIMIN INDONESIA No.01/TAP/MUKT-III/PARMUSI/V/1436 tentang Jadwal Acara dan Peraturan Tata Tertib Muktamar III PARMUSI. PERATURAN TATA TERTIB MUKTAMAR-III
Lebih terperinciPERATURAN ORGANISASI NOMOR 04 TENTANG URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM
PERATURAN ORGANISASI NOMOR 04 TENTANG URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM Pasal 1 KETENTUAN UMUM 1. Pengurus AMGPM dalam tugasnya untuk memimpin organisasi, dipimpin oleh Ketua (Umum) dan Sekretaris
Lebih terperinciTATA TERTIB MUSYAWARAH PROVISI DPD HIPKI (Himpunan Penyelenggara Pelatihan Dan Kursus Indonesia) PROVINSI LAMPUNG. Pasal 1 NAMA DAN STATUS
TATA TERTIB MUSYAWARAH PROVISI DPD HIPKI (Himpunan Penyelenggara Pelatihan Dan Kursus Indonesia) Pasal 1 NAMA DAN STATUS 1. Nama Rapat ini adalah Musyawarah Provinsi (MUSPROV) Dewan Pimpinan Cabang Himpunan
Lebih terperinciTATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL II PERSATUAN HATOPAN RAJA TOGA SITOMPUL DAN BORU TAHUN 2017 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL II PERSATUAN HATOPAN RAJA TOGA SITOMPUL DAN BORU TAHUN 2017 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Tata tertib ini yang dimaksud dengan : 1. Musyawarah Nasional II Persatuan
Lebih terperinciTATA CARA PERSIDANGAN KOMISI PEMILIHAN RAYA 2014 INSTITUT PERTANIAN BOGOR
TATA CARA PERSIDANGAN KOMISI PEMILIHAN RAYA 2014 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. Sidang adalah forum tertinggi pengambilan keputusan. 2. Hak suara adalah hak untuk memberikan suara.
Lebih terperinciRANCANGAN TATA TERTIB MUSYAWARAH LOKAL XII ORARI LOKAL GARUT
ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DAERAH JAWA BARAT LOKAL GARUT PANITIA MUSYAWARAH LOKAL Jalan Pembangunan No. 6 Phone (0262) 241682, Garut 44151 Rek Giro No. 4410038818 LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN
Lebih terperinciMusyawarah Nasional VI Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia. Tata Tertib Musyawarah Nasional
Musyawarah Nasional VI Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia Keputusan No. 002/Munas-6/IROPIN/II/2016 tentang Tata Tertib Musyawarah Nasional Musyawarah Nasional VI Refraksionis Optisien Indonesia yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA
KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA NOMOR : KEP-02/MUNAS.IV/FSPK/VIII/2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL
Lebih terperinciKELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN
TATA TERTIB SIDANG MUSYAWARAH MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI BAB I SIDANG Pasal 1 1. Yang dimaksud dengan sidang adalah Musyawarah Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciBADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G
BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA PADI Menimbang
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN MOTOR INDONESIA NOMOR : 060/IMI/SK Organ/A/III/2016
SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN MOTOR INDONESIA NOMOR : 060/IMI/SK Organ/A/III/2016 T e n t a n g PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH PROVINSI IKATAN MOTOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciKETETAPAN MUSYAWARAH ANGGOTA XVIII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA (PPI UTM) Nomor: 002/MAXVIII/PPI-UTM/X/2014 TENTANG
KETETAPAN MUSYAWARAH ANGGOTA XVIII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA (PPI UTM) Nomor: 002/MAXVIII/PPI-UTM/X/2014 TENTANG TATA TERTIB PERSIDANGAN MUSYAWARAH ANGGOTA XVIII PERSATUAN
Lebih terperinciK E P U T U S A N KONGRES NASIONAL II (KONAS II) HIMPUNAN PERAWAT MEDIKAL BEDAH INDONESIA NOMOR : K/II/005/X/2016
K E P U T U S A N KONGRES NASIONAL II (KONAS II) HIMPUNAN PERAWAT MEDIKAL BEDAH INDONESIA NOMOR : K/II/005/X/2016 Tentang PERATURAN TATA TERTIB KONAS DAN PEMBENTUKAN PENGURUS PUSAT HIMPUNAN PERAWAT MEDIKAL
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu ditetapkan Peraturan Tata-tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Lebih terperinciTATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL V SEKARPURA II PASAL 1 KETENTUAN UMUM
Lampiran Keputusan Musyawarah Nasional V Nomor :KEP.003/MUNAS-V/SEKARPURA II/2011 Tanggal : 17 Maret 2011 TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL V SEKARPURA II PASAL 1 KETENTUAN UMUM (1) Musyawarah Nasional (MUNAS)
Lebih terperinciPERATURAN ORGANISASI NOMOR 02 TENTANG SISTEM ADMIISTRASI AMGPM
PERATURAN ORGANISASI NOMOR 02 TENTANG SISTEM ADMIISTRASI AMGPM Pasal 1 KETENTUAN UMUM 1. Yang dimaksudkan dengan Peraturan Organisasi (PO) AMGPM adalah peraturan-peraturan yang mengatur tentang sistim
Lebih terperinciLAMPIRAN : KEPUTUSAN KETUA UMUM DHARMA WANITA PERSATUAN NOMOR : 527 TAHUN 2014 TANGGAL : 10 DESEMBER 2014
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KETUA UMUM DHARMA WANITA PERSATUAN NOMOR : 527 TAHUN 2014 TANGGAL : 10 DESEMBER 2014 TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL III DHARMA WANITA PERSATUAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU
ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU Diterbitkan oleh: Majelis Pusat Gereja Kristen Perjanjian Baru Daftar Isi BAB I Keanggotaan... 3 BAB II Musyawarah Besar... 4 BAB
Lebih terperinciBADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA NOMOR : 02/KPTS/BPD/2013 TENTANG TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Menimbang
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa
Lebih terperinciKONGRES MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA TATA TERTIB SIDANG KONGRES MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
TATA TERTIB SIDANG KONGRES MAHASISWA MALANG BAB I KONGRES Pasal 1 Pengertian Kongres Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya yang selanjutnya disingkat KM FIB-UB merupakan forum pengambilan
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM. Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi
ANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi 1. Organisasi ini bernama Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan yang
Lebih terperinciTATA TERTIB KONFERENSI CABANG NAHDLATUL ULAMA JOMBANG TAHUN 2017
TATA TERTIB KONFERENSI CABANG NAHDLATUL ULAMA JOMBANG TAHUN 2017 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Yang dimaksud dengan Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama Jombang adalah Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama
Lebih terperinciPERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA BAB I PERHIMPUNAN WILAYAH Syarat dan Tatacara Pendirian Perhimpunan Wilayah Pasal 1 (1) Perhimpunan Wilayah adalah
Lebih terperinciBADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA
BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA BADAN PERWAKILAN DESA Menimbang : a. Bahwa untuk mewujudkan efisiensi
Lebih terperinciPEDOMAN RAPAT KERJA MAHASISWA PECINTA ALAM UNIVERSITAS SURABAYA
PEDOMAN RAPAT KERJA MAHASISWA PECINTA ALAM UNIVERSITAS SURABAYA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Rapat kerja Mahasiswa Pecinta alam Universitas Surabaya adalah forum tertinggi bagi anggota Mahasiswa Pecinta
Lebih terperinciBAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 15
ANGGARAN DASAR BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 15 (1) Pengambilan keputusan organisasi dilaksanakan dalam forum musyawarah dan mufakat. 14 (2) Forum musyawarah dan mufakat diselenggarakan dalam bentuk:
Lebih terperinciTATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL PERTAMA VERSYS OWNER INDONESIA
Pasal Tata Tertib yang di maksud adalah BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Musyawarah Nasional pertama sebagai landasan le (2) galitas tertinggi dalam ketentuan memilih pengurus periode Desember 2016 Desember
Lebih terperinciKEPUTUSAN KONGRES I ISKINDO NOMOR : KEP.003/KONGRES I/VI/2015 TENTANG PENGESAHAN TATA TERTIB KONGRES I ISKINDO
KEPUTUSAN KONGRES I ISKINDO NOMOR : KEP.003/KONGRES I/VI/2015 TENTANG PENGESAHAN TATA TERTIB KONGRES I ISKINDO Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan Kongres I ISKINDO, Panitia
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA
ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I ORGANISASI PASAL 1 Wilayah Pelayanan Wilayah pelyanan yang dimaksud adalah wilayah pelayanan PP. Kristiyasa yang tidak harus sama dengan pembagian
Lebih terperinciANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG BAB 1 Pasal 1 NAMA DAN KEDUDUKAN 1. Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciPERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960
PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa perlu diadakan Peraturan
Lebih terperinciAnggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman Pembukaan ANGGARAN DASAR Bab I (Tata Organisasi) 1. Nama, Waktu dan Kedudukan 2. Sifat dan Bentuk 3. Lambang Bab II (Dasar,
Lebih terperinciAD/ART PPI UT Pokjar Kuala Lumpur
AD/ART PPI UT Pokjar Kuala Lumpur ANGGARAN DASAR PPI-UTKL Mukadimah Yakin akan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa serta sadar akan tugas dan kewajiban sebagai pelajar Indonesia untuk
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 003/ PP.IAI/1418/IV/2014. Tentang
SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 003/ PP.IAI/1418/IV/2014 Tentang PEDOMAN PELAKSANAAN KONFERENSI DAERAH DAN KONFERENSI CABANG IKATAN APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA AD/ART
TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA AD/ART ASOSIASI PENYELENGGARA JASA INTERNET INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 (1) Berdasarkan satu ketetapan pada Hasil Musyawarah Nasional VIII 20 Mei 2015
Lebih terperinciTATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) VI FULDKT 2013 BAB I NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT
TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) VI FULDKT 2013 BAB I NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT Pasal 1 Nama Kegiatan ini bernama Musyawarah Nasional VI Forum Ukhuwah Lembaga Da wah Kampus Teknik, yang selanjutnya
Lebih terperinciANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Fisika Universitas Brawijaya yang disingkat
Lebih terperinciPERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
PERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Tata Tertib ini yang dimaksud dengan: 1. Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas
Lebih terperinciKETETAPAN MUSYAWARAH MAHASISWA FF UI No. 01/MUSMA FF UI/V/2012
KETETAPAN MUSYAWARAH MAHASISWA FF UI No. 01/MUSMA FF UI/V/2012 Menimbang: a. bahwa Sidang Pleno Musyawarah Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Indonesia merupakan wadah yang menghasilkan keputusan yang
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII
ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII Hasil Keputusan Rapat Kerja Nasional Pra Kongres di Jakarta tanggal 25-26 Oktober 2013 BAB I STATUS PERKUMPULAN Pasal 1 IKATAN PEJABAT
Lebih terperinciAnggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
(LOGO) IKATAN GURU BAHASA JERMAN INDONESIA (IGBJI) --------------------------------------------------------------------- Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciPasal 3 Kedudukan SU MPM REMA UPI merupakan forum tertinggi dalam REMA UPI.
TATA TERTIB SIDANG UMUM MAJELIS PERMUSYAWARATAN MAHASISWA REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN 2015-2016 BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam tata tertib ini yang dimaksud dengan: 1.
Lebih terperinciANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ====================================================================== ANGGARAN DASAR U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MUKADDIMAH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Perlu adanya Peraturan Tata tertib yang ditetapkan
Lebih terperinciIKATAN ALUMNI CEDS UI
ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI CEDS UNIVERSITAS INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 PENERIMAAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA 1. Setiap lulusan program pendidikan yang diselenggarakan oleh Universitas
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA
ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA PENDAHULUAN Sebagai penjabaran dan pelaksanaan Anggaran Dasar, maka disusunlah Anggaran Rumah Tangga Ikatan Alumni SMA Negeri 8 Jakarta ini
Lebih terperinciKETETAPAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PROVINSI
KETETAPAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PROVINSI TATA TERTIB MUSYAWARAH PROVINSI IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA JAWA TENGAH 2014 Pasal 1 NAMA Musyawarah ini dinamakan Musyawarah
Lebih terperinciPasal 4 Kewajiban anggota : 1. Setiap anggota HMTI UGM wajib menaati segala ketentuan yang tercantum dalam AD/ART HMTI UGM. 2. Setiap anggota HMTI UGM
ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PERIODE 2017 BAB I KEANGGOTAAN BAGIAN PERTAMA ANGGOTA HMTI UGM Pasal 1 Anggota HMTI UGM adalah mahasiswa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN, Menimbang : Perlu adanya Peraturan Tata tertib yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah menurut
Lebih terperinciKEPUTUSAN SENAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA NOMOR: 001/Senat/XII/2014 Tentang TATA TERTIB SENAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
KEPUTUSAN SENAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA NOMOR: 001/Senat/XII/2014 Tentang TATA TERTIB SENAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA SENAT POLTEKKES KEMENKES
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini
ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar yang ditetapkan pada
Lebih terperinciPELAKSANAAN MUSYAWARAH LOKAL ORARI LOKAL DIKELUARKAN OLEH SEKRETARIAT JENDERAL ORARI PUSAT
PELAKSANAAN MUSYAWARAH LOKAL ORARI LOKAL DIKELUARKAN OLEH SEKRETARIAT JENDERAL ORARI PUSAT PENDAHULUAN Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI ) berdiri sejak tanggal 9 Juli 1968 adalah merupakan satu-satunya
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Institusi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat yang dimaksud
Lebih terperinciTATA TERTIB KONGRES XIV TAHUN 2014 FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA. Pasal 1 Pendahuluan
TATA TERTIB KONGRES XIV TAHUN 2014 FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA Pasal 1 Pendahuluan 1.1. Bahwa Kongres adalah wadah musyawarah organisasi tertinggi FORKI yang telah diatur dalam AD dan ART FORKI
Lebih terperinciMAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA OMEGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG MINGGU, 9 MARET
AGENDA ACARA SIDANG PENYUSUNAN Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIMPUNAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA OMEGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG MINGGU,
Lebih terperinciKEPUTUSAN KONFERENSI BESAR XVIII GERAKAN PEMUDA ANSOR TAHUN 2012 Nomor : 01/KONBES-XVIII/VI/2012
KEPUTUSAN GERAKAN PEMUDA ANSOR TAHUN 2012 Nomor : 01/KONBES-XVIII/VI/2012 PENGESAHAN TATA TERTIB GP ANSOR TAHUN 2012 Bismillahirrohmanirrohim Menimbang : a. Bahwa Konferensi Besar XVIII GP Ansor Tahun
Lebih terperinciKEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA
KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA Ketua, Menimbang : a. bahwa Dewan Kerja Pramuka Penegak
Lebih terperinciBADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI,
KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Nomor : 01/TUS/BPM FF UI/XII/13 Tentang TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN MAHASISWA PERIODE 2014 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Perwakilan Mahasiswa FakultasFarmasi
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) ANGGARAN RUMAH TANGGA PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA)
ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 (1) Anggota Biasa adalah setiap mahasiswa hukum di Indonesia pada tingkat strata 1 dan strata 2 hingga dua tahun setelah menyelesaikan studinya atau belum
Lebih terperinciIKATAN ZEOLIT INDONESIA (Indonesian Zeolite Association)
IKATAN ZEOLIT INDONESIA (Indonesian Zeolite Association) KAWASAN PUSPIPTEK, BATAN-Gd.20 SERPONG 15314. TELEPHONE: 021-7560212, 7560562 ext.2027-223, 021-7560915 FACSIMILE: 021-7560909,7560926 EMAILS: samini@rocketmail.com,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 1993 SERI D NO.12
LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 1993 SERI D NO.12 KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR : 3 TAHUN 1993 TENTANG PERATURAN
Lebih terperinciKWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA Ketua Kwartir Nasional
Lebih terperinciKETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017
KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP 2017 Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017 Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 Menimbang 1. Bahwa Untuk Kelancaran Kinerja SMFISIPUNDIP2017
Lebih terperinciPERATURAN ORGANISASI SERIKAT PEKERJA AUTOMOTIF MESIN DAN KOMPONEN FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA NOMOR : 001/SPAMK FSPMI/IV/2015
PERATURAN ORGANISASI SERIKAT PEKERJA AUTOMOTIF MESIN DAN KOMPONEN FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA NOMOR : 001/SPAMK FSPMI/IV/2015 TENTANG PERMUSYAWARATAN ORGANISASI Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Lebih terperinciDPN APPEKNAS ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
DPN APPEKNAS ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 SYARAT MENJADI ANGGOTA Syarat menjadi anggota APPEKNAS, adalah sebagai berikut : 1. Anggota Biasa a. Badan Usaha
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)
Peningkatan. dan Pemantapan Solidaritas Mahasiswa Kesehatan Indonesia ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota Anggota JMKI adalah lembaga eksekutif
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciMAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA
ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN MAHASISWA BAB I KEANGGOTAAN PM UNPAR Pasal 1 (1) Anggota PM Unpar terdiri dari: a. mahasiswa baru b. mahasiswa lama (2) Mahasiswa baru yang dimaksud dalam ayat (1) huruf
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR : 11 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) BUPATI SITUBONDO,
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR : 11 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan
Lebih terperinciFORUM KOMUNIKASI PEMUDA, PELAJAR DAN MAHASISWA
FORUM KOMUNIKASI PEMUDA, PELAJAR DAN MAHASISWA SE KAWASAN TELUK AMPIMOI YAPEN TIMUR ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DI BUAT OLEH : BADAN PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PEMUDA, PELAJAR DAN MAHASISWA
Lebih terperinciTIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar
TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar PERATURAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Nomor : TENTANG TATA
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA (ILUNI PPs UI)
ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA (ILUNI PPs UI) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 PENERIMAAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA 1. Setiap lulusan program pendidikan yang diselenggarakan
Lebih terperinciRANCANGAN TATA TERTIB RAKERDA DPD AREBI JABAR 2016
RANCANGAN TATA TERTIB RAKERDA DPD AREBI JABAR 2016 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Rapat Kerja Daerah DPD AREBI JABAR Tahun 2016, selanjutnya dalam Tata Tertib ini disebut sebagai Rakeda, diadakan berdasarkan
Lebih terperinciKETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA
KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciK E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 15 /SB/2006
K E P U T U S A N NOMOR : 15 /SB/2006 T E N T A N G TATA CARA PEMILIHAN ANGGOTA BADAN KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa ketentuan Pasal 79 Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciNo.35 Berita Resmi Pemerintah Daerah Kotamadya Yogyakarta Th
No.35 Berita Resmi Pemerintah Daerah Kotamadya Yogyakarta Th.1968 -------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTAMADYA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 1 TAHUN
Lebih terperinciANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR)
ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR) ANGGARAN DASAR IKA UNPAR PEMBUKAAN Bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1776, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA SJSN. Persidangan.Penyelenggaraan DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERSIDANGAN
Lebih terperinciDRAFT TATA TERTIB MUSYAWARAH BESAR XI KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DRAFT TATA TERTIB MUSYAWARAH BESAR XI KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA M A K A S S A R 2 0 15 TATA TERTIB MUSYAWARAH BESARIX KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciTATA TERTIB DAN KRITERIA KETUA MUSYAWARAH BESAR HIMPUNAN MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS SYIAH KUALA TATA CARA PERSIDANGAN
TATA CARA PERSIDANGAN Peran Peserta dan Pimpinan Yang terlebih dahulu dimiliki setiap peserta sidang adalah memiliki sikap mentalitas keterbukaan jiwa, obyektivitas serta bersedia bermusyawarah. Dalam
Lebih terperinciANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DEWAN PERWALIAN DAN PENGAWASAN HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA ITB 2011-2012 MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya informatika sebagai ilmu
Lebih terperinciPEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI
7 Lampiran : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor : 10/Per/M.KUKM/XII/2011 Tentang : Pedoman Penyelenggaraan Rapat Anggota Koperasi PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA
Lebih terperinciAnggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)
Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota Anggota ZEC adalah seperti yang dimaksud dalam Pasal 11 Anggaran Dasar Daihatsu Zebra Club. Pasal 2 Ketentuan dan Syarat
Lebih terperinciIndonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang
KETETAPAN KONGRES XXXVI PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG Nomor: 06/TAP/KONGRES/PPI-JEPANG/IX/2016 Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PPI JEPANG Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Kongres
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciKETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 06/TAP/BPM FMIPA UI/III/13.
KETETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA No.: 06/TAP/BPM FMIPA UI/III/13 Tentang ATURAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA UNIVERSITAS INDONESIA PERIODE 2013 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Perwakilan Mahasiswa
Lebih terperinciDRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) Politeknik Negeri
Lebih terperinciMAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA
ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN MAHASISWA BAB I KEANGGOTAAN PM UNPAR Pasal 1 (1) Anggota PM UNPAR terdiri dari: a. mahasiswa baru; b. mahasiswa lama. (2) Mahasiswa baru yang dimaksud dalam ayat (1) huruf
Lebih terperinciBUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a.
Lebih terperinciRancangan TATA-TERTIB SIDANG MUNAS VI IKATAN ALUMNI UPN VETERAN YOGYAKARTA
Rancangan TATA-TERTIB SIDANG MUNAS VI IKATAN ALUMNI UPN VETERAN YOGYAKARTA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Musyawarah Nasional VI IAUPNVY 2016 1) Musyawarah Nasional VI Ikatan Alumni UPN Veteran Yogyakarta
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SURVEYOR INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1. Pasal 2. Pasal 3
ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SURVEYOR INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Klasifikasi Anggota 1. Anggota Biasa adalah Warga Negara Indonesia yang mempunyai profesi dalam bidang geomatika. 2. Anggota Muda
Lebih terperinciIKATAN KELUARGA ALUMNI PENDIDIKAN KESEHATAN PANTI RAPIH (IKADIKTIRA) Sekretaris Akper Panti Rapih Jl. Kaliurang KM 14 Yogyakarta (0274)
LAMPIRAN KEPUTUSAN NOMOR:005 RUA I/IKADIKTIRA/XII/2012 TENTANG BIDANG ORGANISASI ANGGARAN DASAR IKATAN KELUARGA ALUMNI PENDIDIKAN BAB I IDENTITAS ORGANISASI Pasal 1 Nama, bentuk dan lambang 1. Organisasi
Lebih terperinciOktober Tata Kerja. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. S u r a b a y a, O k t o b e r
Oktober 2011 Tata Kerja Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi S u r a b a y a, O k t o b e r 2 0 1 1 Daftar Isi Mukadimah BAB I Nama, Waktu dan Kedudukan Pasal 1 Nama Pasal 2 Waktu Pasal 3 Kedudukan
Lebih terperinci