TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT X

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

BAB 3 LANDASAN TEORI

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CARDING COTTON DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (Studi Kasus: PT. EASTERNTEX - PANDAAN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

Analisis Efektivitas Mesin Stripping Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

Iyain Sihombing, Novie Susanto*, Hery Suliantoro

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB II LANDASAN TEORI

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

USULAN PENINGKATANOVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESINTAPPING MANUAL DENGAN MEMINIMUMKAN SIX BIG LOSSES *

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

ANALISIS OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DALAM MEMINIMALISI SIX BIG LOSSES PADA MESIN PRODUKSI DUAL FILTERS

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

BAB III LANDASAN TEORI

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

Kata Kunci Life Cycle Cost (LCC), Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

BAB II LANDASAN TEORI

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB II LADASAN TEORI 2.1 Defenisi Perawatan Mesin ( Maintenance 2.2 Manajemen Perawatan

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN

PENJADWALAN PERAWATAN MESIN PAKU DI PT. PRIMA WARU INDUSTRI

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Pengukuran Efektivitas Mesin Rotary Vacuum Filter dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. PG. Candi Baru Sidoarjo)

PENERAPAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) UNTUK MENGUKUR EFEKTIFITAS MESIN RENG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

BAB II KAJIAN LITERATUR...

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

BAB II KERANGKA TEORITIS

Universitas Widyatama

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA TURNTABLE VIBRRATING COMPACTOR GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero)

Prosiding Teknik Industri ISSN:

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

Kesimpulan dan Saran BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI KINERJA KEGIATAN PERAWATAN MESIN INJECTION MOLD MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) PADA PT ICHIKOH INDONESIA

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper

BAB II LANDASAN TEORI. diperkenalkan di Jepang. Bagaimanapun juga konsep dari pemeliharaan pencegahan

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

ANALISIS SISTEM PERAWATAN PADA MESIN KMF 250 A MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT TSG

PENINGKATAN EFEKTIVITAS MESIN CUTTING GLASS DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (di PT. Asahimas Flat Glass, Tbk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

HASBER F. H. SITANGGANG

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2013

Transkripsi:

Daniel Limantoro., et al./ otal Productive Di P. X / Jurnal itra Vol. 1 No. 1, Janurari 2013, pp. 13-20 OAL PRODUCIVE MAINENANCE DI P X Daniel Limantoro 1, Felecia, S.., M. Sc. 2 Abstrak: P X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan keramik. Permasalahan yang sering terjadi adalah kerusakan yang tidak menentu waktu kerusakannya sehingga menyebabkan proses produksi terhenti secara tiba-tiba dan waktu produksi menjadi lebih lama. Sistem maintenance yang dimiliki oleh perusahaan saat ini adalah sistem corrective maintenance. Upaya untuk mempersiapkan penerapan PM dilakukan dengan menghitung MBF dan MR untuk masing-masing komponen yang mengalami kerusakan. Penghitungan OEE dan analisa six big losses juga dilakukan untuk mengetahui nilai efektivitas yang dimiliki oleh P X. Hasil analisa six big losses digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai efektivitas. Kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan penghitungan MBF, MR, OEE dan analisa six big losses adalah nilai OEE saat ini 89.9263%. Faktor reduce speed losses merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi efektivitas. Efektivitas dapat ditingkatkan dengan memperbaiki faktor-faktor dari six big losses yang mempengaruhi nilai efektivitas serta perbaikan kepada sistem corrective maintenance perusahaan saat ini dan mengusulkan sistem preventive maintenance dan predictive maintenance. Penggunaan predictive maintenance dapat menurunkan frekuensi kerusakan kiln sebesar 79.83%, press sebesar 72.32%, dan glasir sebesar 73.97%. Kata Kunci : otal Productive, Six Big Losses, Overall Equipment Effectiveness (OEE) Pendahuluan P.. X merupakan perusahaan yang memproduksi keramik lantai dan keramik dinding. Permasalahan yang sering terjadi adalah kerusakan yang tidak menentu waktu kerusakannya sehingga menyebabkan proses produksi terhenti secara tibatiba dan waktu produksi menjadi lebih lama. Salah satu contoh permasalahan yang terjadi adalah pada tahun 2011 kiln mengalami kerusakan sebanyak 58 kali. Kerusakan sebanyak 58 kali dapat dikatakan jelek, karena dalam 1 bulan rata-rata kerusakan sebesar 5 kali. Bentuk kerusakan yang terjadi seperti bata jatuh, ganti roll block, service motor dryer, service gear box roll, dan sebagainya. Sistem maintenance yang dimiliki P.. X yang dimiliki saat ini adalah sistem corrective maintenance dimana dilakukan perbaikan ketika mengalami kerusakan. Implementasi PM di P.. X diharapakan dapat menciptakan suatu sistem proses perawatan dan pemeliharaan yang baik dan tepat sehingga hasilnya dapat meningkatkan efektivitas dan meminimalkan kerusakan. 1,2 Fakultas eknologi Industri, Jurusan eknik Industri, Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236. Email: m25408006@john.petra.ac.id, felecia@peter.petra.ac.id Metode Penelitian otal Productive (PM) PM adalah proses perawatan yang dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas dengan membuat proses yang dapat diandalakan dan mengurangi kerugian (oshikazu, 2000). ujuan dari PM adalah menjaga berada dalam kondisi baik tanpa mengganggu proses yang dilakukan sehari-hari. ujuan tersebut dapat tercapai dengan melakukan pemeliharaan secara preventif dan prediktif. adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu /alat produksi, atau untuk memperbaikinya sampai, pada suatu kondisi yang bisa diterima (James, 1998). Preventive maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan pada selang waktu yang ditentukan 13

Daniel Limantoro., et al./ otal Productive Di P. X / Jurnal itra Vol. 1 No. 1, Janurari 2013, pp. 13-20 sebelumnya, atau terhadap kriteria lain yang diuraikan dan dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain tidak memenuhi kondisi yang bisa diterima (James, 1998). Corrective maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian termasuk penyetelan dan reparasi yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima (James, 1998). Predictive maintenance adalah pemeliharaan pencegahan yang diarahkan untuk mencegah kegagalan suatu sarana dan dilaksanakan dengan memeriksa - tersebut pada selang waktu yang teratur dan ditentukan sebelumnya, pelaksanaan tingkat reparasi selanjutnya tergantung pada apa yang ditemukan selama pemeriksaan (James, 1998). Emergency maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan seketika ketika mengalami kerusakan yang tidak terdeteksi sebelumnya (James, 1998). Overall Equiptment Effectiveness (OEE) Overall Equiptment Effectiveness (OEE) merupakan efektivitas peralatan secara keseluruhan untuk mengevaluasi seberapa besar nilai performa dan keandalan suatu (Robert, 2001). OEE Availability x Performance x Quality x 100% Dimana : Small Stop Losses adalah kerugian karena beroperasi tanpa beban maupun karena berhenti sesaat muncul jika faktor eksternal mengakibatkan berhenti berulang-ulang atau beroperasi tanpa menghasilkan produk. Rumus penghitungan untuk small stop adalah sebagai berikut. Reduced Speed Losses adalah menurunnya kecepatan produksi timbul jika kecepatan operasi actual lebih kecil dari kecepatan yang telah dirancang beroperasi dalam kecepatan normal. Rumus untuk penghitungan reduce speed adalah sebagai berikut. Process Defect Losses adalah produk cacat yang dihasilkan akan mengakibatkan kerugian material, mengurangi jumlah produksi, limbah produksi meningkat dan peningkatan biaya untuk pengerjaan ulang. Kerugian akibat pengerjaan ulang termasuk biaya tenaga kerja dan waktu yang dibutuhkan untuk berproduksi kembali. Rumus penghitungan untuk process defect losses adalah sebagai berikut. Breakdown Losses akan menyebabkan waktu terbuang sia-sia yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan akibat berkurangnya volume produksi atau kerugian material akibat produk yang dihasilkan cacat. Rumus penghitungan breakdown loss adalah sebagai berikut. Reduced ield Losses adalah kerugian yang timbul selama waktu yang dibutuhkan oleh untuk menghasilkan produk baru dengan kualitas produk yang diharapkan. Kerugian yang timbul bergantung pada faktor seperti kondisi operasi yang tidak stabil, tidak tepatnya penanganan dan pemasangan peralatan ataupun operator tidak mengerti dengan kegiatan produksi yang dilakukan. Rumus penghitungan untuk reduce yield losses adalah sebagai berikut. Setup and Adjustment Losses adalah kerugian karena pemasangan dan penyetelan adalah semua waktu pemasangan dan waktu penyesuaian yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan mengganti suatu jenis produk ke jenis produk berikutnya untuk produksi selanjutnya. Dengan kata lain, total kebutuhan tidak berproduksi untuk mengganti peralatan. Rumus penghitungan setup and adjustment losses adalah sebagai berikut. Keandalan Keandalan adalah peluang sebuah komponen, subsistem atau sistem melakukan fungsinya dengan baik, seperti yang dipersyaratkan, dalam kurun waktu tertentu dan dalam kondisi operasi tertentu pula. 14

Daniel Limantoro., et al./ otal Productive Di P. X / Jurnal itra Vol. 1 No. 1, Janurari 2013, pp. 13-20 Mean ime Between Failure (MBF) adalah ratarata interval waktu kerusakan yang terjadi saat selesai diperbaiki sampai tersebut mengalami kerusakan kembali. MBF dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Mean ime Between Failure Mean ime o Repair (MR) adalah waktu ratarata yang diperlukan untuk melakukan perbaikan oleh suatu. MR dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Mean ime o Repair Hasil dan Pembahasan Departemen Departemen Produksi Start erjadi Kerusakan Operator menyampaikan kepada bagian produksi Bagian produksi membuat SPK maintenance kepada bagian produksi kepada operator End Departemen eknik Bagian maintenance membuat work order Work order diberikan kepada teknisi eknisi mengecek Diperlukan penggantian sparepart peralatan Memperbaiki sudah baik baru Re-Conditioning Gambar 1 Prosedur di P.. X Mengajukan kepada atasan Disetujui Gambar 1 adalah prosedur untuk melakukan perbaikan pada departemen maintenance di P.. X. Secara umum, ketika terjadi kerusakan, operator melaporkan kerusakan kepada departemen produksi. Departemen produksi menyampaikan kepada departemen teknik yang bertugas memperbaiki kerusakan. Departemen teknik mengecek yang mengalami kerusakan, ketika dibutuhkan penggantian sparepart, departemen teknik mengajukan kepada atasan untuk penggantian sparepart. Keadaan khusus ketika penggantian sparepart tidak disetujui, departemen teknik akan tetap memperbaiki yang mengalami kerusakan dengan menggunakan sparepart yang lama dan departemen teknik akan terus memperbaiki sampai baik. Departemen teknik akan menyampaikan kepada departemen produksi jika telah diperbaiki dan dapat berjalan dengan baik. Penghitungan MBF dan MR MBF dan MR dicari agar dapat mengetahui berapa rata-rata suatu komponen mengalami kerusakan dan berapa lama waktu perbaikan komponen di P.. X. P.. X memiliki tiga yang digunakan untuk memproduksi keramik, yaitu kiln, press, dan glasir. kiln memiliki banyak komponen yang selama tahun 2011 mengalami kerusakan, seperti bata jatuh, penggantian roll block, servis motor dryer, servis gear box roll, penggantian gigi roll, dan penggantian motor line. press memiliki dua komponen yang selama tahun 2011 mengalami kerusakan, yaitu servis pompa hidrolik dan penggantian gir sproket roll compresor. glasir memiliki banyak komponen yang selama tahun 2011 mengalami kerusakan, yaitu cuci rd, ayak ulang glaze, servis spray lem buntu, ganti roll, pompa jet engobe rusak, sensor loading rusak, servis multi roll, dan servis printing. abel 1 Jadwal MBF dan MR di P.. X Permasalahan MBF (Hari) MR (menit) KIln Ganti Roll Block 27 360 KIln Servis Motor Dryer 59 225 KIln Servis Gear Box Roll 55 173 KIln Ganti Gigi Roll 29 233 KIln Ganti Motor Line 57 320 Kiln Bata Jatuh 18 393 Press Servis pompa hidrolik 53 192 Press Ganti gir sproket roll 48 144 compresor Glasir Cuci rd, ayak ulang 40 458 glaze, servis spray lem buntu Glasir Ganti roll 54 440 Glasir Pompa jet engobe 36 382 rusak Glasir Sensor loading rusak 21 209 Glasir Servis multi roll 36 350 Penghitungan OEE (Overall Equipment Effectiveness) OEE digunakan untuk menghitung efektivitas secara keseluruhan. Data yang diperlukan untuk menghitung OEE adalah Availability, Performance, dan Quality. OEE Availability x Performance x Quality x 100% 15

Daniel Limantoro., et al./ otal Productive Di P. X / Jurnal itra Vol. 1 No. 1, Janurari 2013, pp. 13-20 Availability 0.95 abel 2 Penghitungan Availability Kiln Press Glasir Rata-Rata 0.9530 0.9845 0.9481 Availability rata-rata semua tahun 2011 0.9618 Penghitungan availability diatas menunjukkan bahwa ketersediaan P.. X selama tahun 2011 sebesar 0.9618. Availability P.. X dapat dikatakan baik karena secara keseluruhan tidak ada yang berada di bawah 90 %. Performance 0.9396 abel 3 Penghitungan Performance Performance Kiln Performance Press Performance Glasir Rata-Rata 0.9396 0.9690 0.9404 Performance rata-rata semua 0.9482 tahun 2011 Performa P.. X selama tahun 2011 sebesar 0.9482. Performa selama tahun 2011 dapat dikatakan baik karena dari output yang ditargetkan, sebesar 94.82% output didapatkan. Quality 0.9862 Kualitas yang dihasilkan P.. X selama tahun 2011 adalah sebesar 0.9861. Kualitas yang didapatkan dapat dikatakan sangat baik karena dari semua keramik yang diproduksi, sebesar 98.61% merupakan produk baik dan 1.39% merupakan produk cacat. abel 4 Penghitungan Quality Quality Rata-Rata 0.9861 OEE Availability x Performance x Quality x 100% 0.9618 x 0.9482 x 0.9861 x 100% 89.9263 % OEE P.. X selama tahun 2011 adalah sebesar 89.9263%. Nilai tersebut merupakan nilai efektivitas secara keseluruhan selama tahun 2011 yang merupakan nilai yang cukup bagus dan dapat ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Analisa Six Big Losses Nilai OEE yang dimiliki P.. X saat ini adalah 89.9263% dimana nilai OEE tersebut dapat ditingkatkan dengan mengetahui dan memperbaiki faktor-faktor yang dominan dari six big losses yang mempengaruhi nilai OEE. 3.6% abel 5. Breakdown Losses Kiln, Press, dan Glasir 1.06% Machine Break ime Kiln 303.4 8348.3 3.6% Press 38.3 8624 3.5% Glasir 352.9 8305.3 3.7% abel 6 Setup and Adjustment Losses Kiln, Press, dan Glasir Setup and Adjustment Losses ime Kiln 88.3 8348.3 1.1% Press 77.7 8624 0.9% Glasir 81.8 8305.3 1% 0.2% abel 7 Small Stop Losses Kiln, Press, dan Glasir Small Stop ime Kiln 20 8348.3 0.2% Press 20 8624 0.2% Glasir 20 8305.3 0.2% 4.5% 16

Daniel Limantoro., et al./ otal Productive Di P. X / Jurnal itra Vol. 1 No. 1, Janurari 2013, pp. 13-20 abel 8 Reduced Speed Losses Kiln, Press, dan Glasir Kiln Press Glasir ime 8348.3 8624 8305.3 Availability ime 8760 8760 8760 Ideal Cycle ime 0.00239 0.00255 0.00237 (jam/unit) otal Product 3328219 3328219 3328219 Process Reduced Speed 393.86 137.04 417.42 4.50% 1.60% 4.80% Diagram Sebab Akibat Permasalahan yang menyebabkan kerugian dianalisa menggunakan diagaram sebab akibat untuk mengetahui sebab yang mengakibatkan suatu kerugian. Diagram sebab akibat digunakan untuk mencari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu masalah. Faktor terbesar yang terjadi pada kiln yang menyebabkan kerugian adalah reduce speed loss. Lingkungan Bata sering jatuh emperatur yang terlalu tinggi Listrik PLN sering mati erdapat kotoran yang menyumbat sering macet Reduce Speed Loss Penyetelan tidak benar 1.2% abel 9 Process Defect Losses Kiln, Press, dan Glasir ime Ideal Cycle ime (jam/unit) otal Product Defect Kiln 8348.3 0.00239 42165 1.2% Press 8624 0.00255 42165 1.3% Glasir 8305.3 0.00237 42165 1.2% 0.1% abel 10 Reduce ield Losses Kiln, Press, dan Glasir ime Ideal Cycle ime (jam/unit) otal Scrap (unit) Kiln 8348.3 0.00239 3706 0.1% Press 8624 0.00255 3706 0.1% Glasir 8305.3 0.00237 3706 0.1% Pengaruh Six Big Losses Keenam faktor penyebab menurunnya efektivitas dikelompokkan agar dapat mengetahui faktor terbesar yang menyebabkan menurunnya efektivitas. abel 11 Faktor Six Big Losses Kiln, Press, dan Glasir No. Six Big Losses Kiln Press Glasir 1 Breakdown Loss 33.15% 9.82% 35.98% 2 Setup and Adjustment 9.65% 19.92% 8.34% Loss 3 Small Stop Loss 2.19% 5.13% 2.04% 4 Reduce Speed Loss 43.04% 35.14% 42.56% 5 Process Defect Loss 11.01% 27.57% 10.19% 6 Reduce ield Loss 0.97% 2.42% 0.90% Operator kurang teliti Manusia Gambar 2 Diagram Sebab Akibat Reduce Speed Loss Kiln Analisa diagram sebab akibat untuk faktor reduce speed loss adalah sebagai berikut : 1. Manusia Kurang telitinya operator dalam melakukan penyetelan mengakibatkan tidak dapat berjalan secara optimal sehingga target produksi tidak tercapai. 2. emperatur yang terlalu panas menyebabkan bata sering jatuh dan dibutuhkan waktu yang lama untuk memperbaiki bata karena diperlukan waktu untuk menurunkan temperatur. erdapat kotoran di sekitar mengakibatkan menjadi macet sehingga waktu produksi terbuang untuk membersihkan kotoran. 3. Lingkungan Listrik PLN yang sering mati akan mengakibatkan tidak dapat melakukan produksi sehingga target produksi tidak tercapai. Faktor terbesar yang terjadi pada press yang menyebabkan kerugian adalah reduce speed loss. sering macet Kurang pelumasan pada pompa hidrolik Pompa hidrolik macet Penyetelan tidak benar Operator kurang teliti Manusia Reduce Speed Loss Gambar 4 Diagram Sebab Akibat Reduce Speed Loss Press 17

Daniel Limantoro., et al./ otal Productive Di P. X / Jurnal itra Vol. 1 No. 1, Janurari 2013, pp. 13-20 Analisa diagram sebab akibat untuk faktor reduce speed loss adalah sebagai berikut : 1. Manusia Kurang telitinya operator dalam melakukan penyetelan mengakibatkan tidak dapat berjalan secara optimal sehingga target produksi tidak tercapai. 2. Kurangnya pelumasan pada pompa hidrolik akan mengakibatkan pompa menjadi sering macet sehingga menjadi sering macet dan target produksi tidak tercapai Faktor terbesar yang terjadi pada glasir yang menyebabkan kerugian adalah reduce speed loss. Penyetelan tidak benar inta kering Selang tinta tersumbat sering macet Print nozzle macet inta habis Roll rusak Roll tidak berputar dengan baik Operator kurang teliti Pompa jet engobe rusak Manusia Reduce Speed Loss Gambar 6 Diagram Sebab Akibat Reduce Speed Loss Glasir Analisa diagram sebab akibat untuk faktor reduce speed loss adalah sebagai berikut : 1. Manusia Kurang telitinya operator dalam melakukan penyetelan mengakibatkan tidak dapat berjalan secara optimal sehingga target produksi tidak tercapai. 2. Roll yang rusak menyebabkan tidak dapat berputar dengan baik dan menjadi macet. Pompa jet engobe rusak, tinta habis, tinta kering, dan selang tinta tersumbat mengakibatkan print nozzle macet sehingga menjadi macet. PM di P.. X PM di P.. X dapat dicapai dengan memperbaiki sistem maintenance yang ada. Sistem maintenance yang dimiliki P.. X saat ini berupa sistem corrective maintenance dimana dilakukan perbaikan ketika suatu mengalami kerusakan. PM bertujuan menciptakan suatu sistem atau proses yang dapat diandalkan sehingga dapat mengurangi kerusakan yang terjadi, oleh karena itu usulan PM berupa sistem maintenance yang terencana atau planned maintenance. Usulan PM yang dapat diberikan kepada P.. X adalah dengan memberikan instruksi pengoperasian kepada operator agar dapat beroperasi secara optimal. Memaksimalkan efektivitas agar nilai OEE perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi kerusakan, memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan, dan sebagainya. Memperbaiki sistem maintenance yang lama dengan sistem planned maintenance yaitu preventive maintenance, corrective maintenance, dan predictive maintenance. Preventive Start Start Jadwal Jadwal pemeriksaan Pemeriksaan Apakah Apakah sudah sudah sesuai sesuai standar standar End End Pendokumentasian perawatan perawatan Gambar 8 Prosedur Preventive Prosedur sistem maintenance yang dimiliki P.. X saat ini adalah dilakukan penggantian oli, pelumasan, perbaikan kecil, dan sebagainya ketika suatu mengalami kerusakan. Prosedur preventive maintenance didasarkan pada jadwal pemeriksaan yang telah ditentukan sebelumnya. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain penggantian oli, perbaikan kecil, pelumasan, penyetelan, dan sebagainya. Pemeriksaanpemeriksaan tersebut distandarkan untuk setiap dan dilakukan pada selang waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Pendokumentasian perawatan dilakukan ketika telah diperiksa sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya, yang dicatat adalah komponen/ apa yang diperiksa, siapa yang melakukan pemeriksaan, kapan dilakukan pemeriksaan, dan apa saja yang dilakukan ketika melakukan pemeriksaan. Corrective Prosedur corrective maintenance membutuhkan keterlibatan para operator lantai produksi, karena operator lantai produksi yang langsung mengoperasikan. Metode untuk mendokumentasikan kondisi adalah dengan mengisi form checklist kondisi yang diisi setiap shift kerja. Ketika yang digunakan menunjukkan gejala kerusakan, operator dapat segera memberitahukan kepada departemen maintenance untuk memperbaiki tersebut, hal tersebut akan menghemat waktu perbaikan dan dapat digunakan secara optimal. Perbaikan 18

Daniel Limantoro., et al./ otal Productive Di P. X / Jurnal itra Vol. 1 No. 1, Janurari 2013, pp. 13-20 tidak hanya dilakukan ketika tersebut mengalami kerusakan, tetapi ketika terjadi gejalagejala yang menyebabkan tersebut mengalami kerusakan, dapat segera diperbaiki untuk dapat terus beroperasi. sebelum predictive maintenance, dianggap komponen tidak mengalami kerusakan. Start Departemen Produksi Departemen eknik Jadwal Perawatan Start Bagian maintenance membuat work order Diperlukan penggantian sparepart baru Operator mengamati kondisi Mengisi form checklist kondisi Work order diberikan kepada teknisi peralatan Re-Conditioning Mengajukan kepada atasan Ada gejala kerusakan? eknisi mengecek Memperbaiki Disetujui Bagian produksi membuat SPK maintenance Diperlukan penggantian sparepart baru sudah baik peralatan Re-Conditioning Mengajukan kepada atasan kepada bagian produksi kepada bagian produksi Memperbaiki Disetujui kepada operator kepada operator sudah baik End End Gambar 9 Prosedur Corrective Predictive Maintenane Prosedur predictive maintenance didasarkan pada penghitungan MBF dan MR yang telah dilakukan. Hasil pengolahan MBF dan MR digunakan untuk sistem predictive maintenance P.. X. Sistem predictive maintenance diperlukan karena dapat mengurangi frekuensi kerusakan komponenkomponen, jadi dilakukan penggantian sparepart sebelum komponen-komponen tersebut rusak. Penggunaan predictive maintenance digunakan untuk mencegah kegagalan suatu komponen dengan menggunakan jadwal dari hasil penghitungan MBF dan MR. abel 4.24 merupakan tabel estimasi penurunan frekuensi kecacatan untuk kiln. Diasumsikan apabila sebelum kerusakan dilakukan predictive maintenance dan kerusakan terjadi satu hari Gambar 10 Prosedur Predictive abel 14 Estimasi Penuruan Frekuensi Kecacatan Kiln Frekuensi Kerusakan Breakdown Predictive Penurunan Frekuensi Kerusakan Komponen Ganti Roll Block 19 8 57.90% Servis Motor Dryer 6 1 83.33% Servis Gear Box Roll 6 1 83.33% Ganti Gigi Roll 7 1 85.71% Ganti Motor Line 4 0 100% Bata Jatuh 16 5 68.75% Rata-rata 79.83% 19

Daniel Limantoro., et al./ otal Productive Di P. X / Jurnal itra Vol. 1 No. 1, Janurari 2013, pp. 13-20 abel 15 Estimasi Penuruan Frekuensi Kecacatan Press Frekuensi Kerusakan Breakdown Predictive Penurunan Frekuensi Kerusakan Komponen Servis pompa hidrolik 7 3 57.14% Ganti gir sproket roll compressor 8 1 87.50% Rata-rata 72.32% abel 16 Estimasi Penuruan Frekuensi Kecacatan Glasir Frekuensi Kerusakan Breakdown Predictive Penurunan Frekuensi Kerusakan Komponen Cuci rd, ayak ulang glaze,servis spray lem buntu 6 2 66.67% Ganti roll 6 1 83.33% Pompa jet engobe rusak 10 4 60.00% Sensor loading rusak 11 3 72.73% Servis multi roll 6 1 83% Servis printing 9 2 77.78% Rata-rata 73.97% Kerusakan kiln dapat diturunkan sebesar 79.83% setelah menggunakan predictive maintenance, press sebesar 72.32% dan glasir sebesar 73.97%. bersama-sama dengan operator lantai produksi yang ikut mengamati kondisi yang digunakan sehingga ketika ada gejala kerusakan, operator dapat segera memberitahu bagian maintenance untuk memperbaiki. Predictive maintenance dilakukan untuk mencegah suatu komponen mengalami kerusakan, dengan menggunakan hasil penghitugan MBF dan MR dapat diketahui selang waktu kerusakan dan lama waktu perbaikan suatu komponen. Kerusakan kiln dapat diturunkan sebesar 79.83% setelah menggunakan predictive maintenance, press sebesar 72.32% dan glasir sebesar 73.97%. Daftar Pustaka 1. Garpersz, Vincent, Manajemen Produktivitas otal, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1998. 2. Hansen, Robert C., Overall Equipment Effectiveness, A Powerful Production/ ool for Increased Profits, Industrial Press Inc., New ork, 2001. 3. Leflar, James A., Practical otal Productive, Successful Equipment at Agilent echnology, Productivity Press, Inc., 1998. 4. Monden, asuhiro, otal Production System. Institute of Industrial Engineers. Japan, 1984. 5. akashi, oshikazu, Osada., otal Productive -PM, echnical Report, Lulea ekniska Universitet. Sweeden, 2000. 6. ajiri, Masaji, PM Implementation, A Japanese Approach, New ork, 1993 7. Wireman, erry, otal Productive, 2nd ed. New ork, 2004 Simpulan Penerapan PM di P.. X digunakan untuk meningkatkan efektivitas. Nilai OEE yang dimiliki P.. X saat ini adalah 89.9263% dimana nilai tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan memperbaiki faktor-faktor dari six big losses yang menyebabkan nilai OEE tersebut turun. Usulan penerapan PM yang diberikan diharapakan dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas. Sistem maintenance yang dimiliki P.. X saat ini berupa sistem corrective maintenance, dimana dilakukan perbaikan ketika suatu mengalami kerusakan. Usulan penerapan PM berupa perbaikan sistem corrective maintenance dan membuat sistem preventive maintenance serta predictive maintenance. Preventive maintenance dilakukan dengan jadwal perbaikan yang telah ditentukan sebelumnya, seperti penggantian oli, perbaikan kecil, pelumasan, penyetelan, dan sebagainya. Corrective maintenance dilakukan 20