BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. nasional karies aktif (nilai D>0 dan karies belum ditangani) pada tahun 2007

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang utuh dari kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Diabetes Bisa Disembuhkan Seutuhnya..?

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi gigi yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia adalah karies.1 Menurut World Health Organization (WHO) karies gigi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara industri, mempengaruhi 60%-90% anak-anak sekolah dan sebagian besar orang dewasa.2 Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang telah dilakukan pada tahun 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3 Karies merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi.1 Demineralisasi gigi adalah proses kerusakan yang terjadi akibat larutnya email oleh asam yang dihasilkan melalui metabolisme bakteri. Apabila demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi maka akan menyebabkan karies.4,5 Pengalamanan karies sebelumnya merupakan suatu indikator yang kuat untuk menentukan terjadinya karies di masa yang akan datang. Anak dengan karies pada gigi sulung memiliki kecenderungan tiga kali lebih besar untuk terjadinya karies pada gigi permanen.1 Menurut laporan dari National Oral Health Survey di Filipina tahun 2009, anak kelas 1 sekolah dasar (usia 6 tahun) yang mengalami karies sekitar 97,1%. Di Saudi Arabia tahun 2001 indeks def anak usia 6-7 tahun pada kota Riyard 1

2 mencapai 7,3 sedangkan pada kota Jeddah mencapai 8,1. Data ini menunjukan bahwa indeks karies pada anak 6-7 tahun sekolah dasar sangatlah tinggi.6,7 Karies memiliki hubungan yang erat dengan pola diet seseorang.8 Gizi yang baik penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak yang optimal, selain itu juga berperan dalam perkembangan gigi serta jaringan periodonsium. Asupan gizi yang tidak tercukupi dapat menyebabkan gigi terlambat erupsi, meningkatkan terjadinya karies gigi, dan menyebabkan disfungsi kelenjar saliva.9-11 Karies gigi yang banyak dialami oleh anak sekolah dasar, salah satunya disebabkan oleh kegemaran mengkonsumsi makanan kariogenik. Sifat makanan ini banyak mengandung karbohidrat, lengket, dan mudah hancur di dalam mulut. Sukrosa adalah jenis karbohidrat yang paling umum menyebabkan karies.12 Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran status gizi dan indeks karies anak kelas 1 di SD X dan SDN Y. Pemilihan dua sekolah tersebut dikarenakan atas perbedaan sosial ekonomi. SD X dengan sosial ekonomi menengah ke atas dan SDN Y dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Dari penelitian Widodorini, menunjukkan status gizi lebih atau baik pada anak yang mengkonsumsi makanan kariogenik menyebabkan indeks karies yang tinggi dan hasil penelitian Asmawati, menunjukkan status gizi kurang akan menyebabkan indeks karies yang tinggi. Oleh karena itu, diharapkan anak usia sekolah memiliki status gizi yang seimbang sehingga tumbuh kembang seorang anak berjalan dengan normal, hal ini akan mempengaruhi keadaan rongga mulut yang sehat salah satunya memiliki indeks karies yang rendah.13,14

3 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dibuat suatu identifikasi masalah berupa: 1. Bagaimana gambaran status gizi berdasarkan BB/U dan indeks karies anak kelas 1 di SD Cipto dan SDN Industri. 2. Bagaimana gambaran status gizi berdasarkan TB/U dan indeks karies anak kelas 1 di SD Cipto dan SDN Industri. 3. Bagaimana gambaran status gizi berdasarkan BB/TB dan indeks karies anak kelas 1 di SD Cipto dan SDN Industri. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui gambaran status gizi melalui pengukuran BB/U dan indeks karies anak kelas 1 di SD Cipto dan SDN Industri. 2. Untuk mengetahui gambaran status gizi melalui pengukuran TB/U dan indeks karies anak kelas 1 di SD Cipto dan SDN Industri. 3. Untuk mengetahui gambaran status gizi melalui pengukuran BB/TB dan indeks karies anak kelas 1 di SD Cipto dan SDN Industri.

4 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis 1. Bagi Institusi Sekolah Penelitian ini dapat dijadikan data awal untuk perencanaan dan pengembangan program kesehatan gigi dan mulut di sekolah dengan membentuk suatu Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). 2. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh status gizi terhadap tingkat keparahan karies gigi, sehingga dapat dilakukan monitoring status gizi dan usaha preventif terhadap karies gigi. 3. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang gambaran status gizi dan indeks karies anak kelas 1 sekolah dasar. 1.4.2 Manfaat Akademis Diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam bidang ilmu kedokteran gigi mengenai pengendalian pola diet terhadap kesehatan gigi. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran Pola makan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari aspek ekonomi, sosial, budaya, agama, dan medik. Makanan yang dikonsumsi oleh anak usia sekolah harus serasi, selaras, dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan

5 tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya dan agama dari keluarga. Seimbang artinya nilai gizi sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak.15 Keadaan gizi yang berlebih, kurang, atau ketidakseimbangan dari energi, protein, mineral dan vitamin disebut dengan malnutrisi.16 Kelebihan nutrisi atau overnutrition terjadi akibat konsumsi makanan yang berlebihan selama periode waktu yang lama.17 Efek langsung overnutrition pada anak adalah obesitas, risiko terkena diabetes, penyakit jantung, hati, dan tekanan darah tinggi. Tingginya tingkat obesitas ditemukan pada anak yang mengkonsumsi makanan berlemak tinggi, makanan ringan dan tidak melakukan olahraga secara teratur.18 Undernutrition terjadi akibat konsumsi makanan yang kuantitasnya tidak memadai selama periode waktu yang lama.17 Undernutrition dapat menyebabkan anak menjadi malas, tidak fokus, lekas marah, dan kurang toleransi terhadap situasi yang dapat membuat stres. Anak yang mengalami undernutrition dalam jangka waktu singkat, umumnya akan pulih dari defisit pertumbuhan dengan tumbuh lebih cepat setelah diet mereka tercukupi. Jika undernutrition terjadi secara berkepanjangan pada 5 tahun pertama kehidupan akan menimbulkan dampak yang serius, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental dan relatif memiliki tubuh yang kecil.18 Ketidakseimbangan atau kekurangan energi protein (KEP) dapat mengenai orang dewasa, tetapi paling sering mengenai pada masa awal anak-anak. Keadaan ini merupakan salah satu yang paling umum di seluruh dunia, 33.000 anak

6 meninggal setiap hari karena kekurangan gizi. Asupan makanan yang tidak memadai menyebabkan pertumbuhan yang buruk dan penurunan berat badan pada anak. KEP dibedakan menjadi marasmus malnutrisi dan kwashiorkor malnutrisi.19 Marasmus malnutrisi mempengaruhi anak dengan kekurangan protein dan kalori, sering mengenai anak usia kurang dari 2 tahun. Anak yang mengalami marasmus malnutrisi akan sangat lemah, memiliki kulit keriput, menunjukkan pertumbuhan terhenti dan jaringan tubuh menyusut. Bahkan jika anak dapat bertahan hidup, mereka tetap bertubuh kecil dan sering kali menderita gangguan perkembangan sosial dan intelektual. Kwashiorkor malnutrisi mempengaruhi anak dengan kekurangan protein, umumnya mengenai anak usia 1-3 tahun. Gejalagejala kwarshiorkor malnutrisi, yaitu rambut akan menipis, wajah, perut, kaki membengkak berisi cairan, fatty liver, kulit bersisik dan lesi kulit dapat berkembang.18,19 Gizi tidak hanya berperan penting terhadap kesehatan fisik secara menyeluruh, tetapi juga perkembangan dan pemeliharaan kesehatan mulut, terutama dalam mencegah kerusakan gigi dan penyakit gingiva.20 Ketidakseimbangan atau kekurangan gizi pada anak akan mempengaruhi indeks karies. Karies dapat dipicu oleh karena adanya karbohidrat yang terkandung di dalam makanan, namun dibutuhkan waktu kontak yang lama antara karbohidrat dengan permukaan gigi serta jumlah konsumsi karbohidrat yang cukup.14,21 Jenis karbohidrat yang umum dikonsumsi sehari-hari adalah sukrosa. Sukrosa dibentuk dari gabungan glukosa dan fruktosa. Di dalam produk pangan, sukrosa

7 merupakan pembentuk hampir 99% gula pasir yang digunakan dalam konsumsi sehari-hari. Makanan yang mengandung gula tinggi, seperti coklat, permen, kue, dan roti mempunyai korelasi yang tinggi terhadap terjadinya karies. Konsumsi makanan kariogenik yang sering dan berulang akan menyebabkan ph plak menurun di bawah normal, sehingga terjadi demineralisasi enamel dan pembentukan karies gigi. Makanan yang lengket dan manis merupakan makanan yang mudah mengenyangkan bagi anak sehingga selera makan anak dapat terganggu, jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kerugian bagi pertumbuhan tubuh anak.13,22,23 1.6 Metode Penelitian Penelitian deskriptif dengan jenis penelitian cross sectional. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Cipto dan SDN Industri. Waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober 2012 - Mei 2014.