BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Teguh Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah awal dari proses pencernaan. 8 Manula pada umumnya memiliki gigi geligi yang lebih sedikit dan mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kehilangan keseluruhan gigi akibat efek kumulatif dari karies, penyakit periodontal dan trauma. 4,10 Di Indonesia batasan usia lanjut diatur dalam UU No13 tahun 1988 tentang kesejahteraan manula yang berbunyi : Manula adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. 1 Kehilangan gigi merupakan masalah umum yang terjadi dalam rongga mulut manula dan memiliki dampak yang cukup besar terhadap kesehatan rongga mulut dan kesehatan secara umum. 5,7 2.1 Kehilangan Gigi Seiring dengan bertambahnya usia, manula pada umumnya akan memiliki gigi geligi yang lebih sedikit dan memiliki resiko lebih tinggi mengalami kehilangan seluruh gigi geligi. 10 Menurut Indonesia s National Basic Health Research Survey pada tahun 2007 manula yang mengalami kehilangan seluruh gigi geligi terdapat sebanyak 17,6%. 8 Kehilangan gigi terjadi akibat beberapa faktor yaitu karies, penyakit periodontal dan trauma. 4 Penelitian di Ghana oleh Bruce menyatakan bahwa faktor utama penyebab kehilangan gigi yang paling banyak adalah karies gigi yaitu 83% dan penyakit periodontal yaitu 17%. 13 Manula pada umumnya lebih sering mengalami karies dan periodontitis kronis yang merupakan faktor utama penyebab kehilangan gigi. 11 Karies adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu , dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik yang terdapat dalam
2 karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi dan diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringpan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Bila karies tidak dirawat maka akan menyebakan kehilangan gigi. Oleh sebab itu, masalah ini perlu mendapat perhatian yang serius agar dapat diupayakan cara pencegahan dan penanggulangannya. 11,12 Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan peradangan pada gingiva. Terdapat dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah penyakit periodontal yang ringan dengan ciri-ciri gingiva berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah. Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan pada tulang pendukung gigi yang disebut sebagai periodontitis. Bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang menghasilkan toksin yang akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat pada gigi dan membentuk saku yang akan bertambah kedalamannya dan merusak semakin banyak tulang dan jaringan pendukung. Bila penyakit ini terus berlanjut dan tidak segera dirawat maka akan menyebabkan perlekatan gigi semakin longgar dan harus dicabut. 12 Kehilangan gigi juga dapat disebabkan oleh trauma. Trauma yang langsung mengenai gigi maupun jaringan sekitarnya dapat membuat gigi terlepas dari soketnya. Trauma dapat terjadi akibat kecelakaan, psikotik pasien dan radiasi Dampak Kehilangan Gigi Dampak Emosional Prinsipnya fungsi dari gigi geligi adalah memungkinkan kita untuk mengunyah makanan, memudahkan berbicara dan menyempurnakan penampilan wajah. Semua fungsi tersebut dapat terganggu akibat kehilangan gigi. 16 Penelitian yang dilakukan oleh McMillan dkk di Hongkong menemukan bahwa 22% populasi
3 mengalami kesulitan untuk menerima kehilangan gigi. Dampak yang terjadi yaitu penurunan interaksi sosial karena merasa malu dan tidak percaya diri. Penelitian di Inggris membuktikan bahwa banyak orang merasa kesulitan saat mengalami kehilangan gigi, mereka cenderung membatasi kegiatan sosial mereka dan menghindari berhubungan dengan orang. 14 Penelitian lain yang meneliti suatu populasi yang mengalami kehilangan seluruh gigi geligi menunjukkan 45% mengalami kesulitan dalam menghadapi situasi ini, banyak yang mengalami kehilangan kepercayaan diri dan ketidakmampuan menerima perubahan dalam bentuk wajah Dampak Sistemik Konsumsi diet yang sesuai dan seimbang merupakan penuaan yang sehat. Terdapat tantangan untuk menjaga keseimbangan asupan makanan untuk para manula akibat kehilangan gigi yang diderita. 7 Kehilangan gigi pada manula menyebabkan manula cenderung memilih makanan, dengan kecenderungan mengkonsumsi buah yang kurang, makanan rendah serat dan makanan yang mengandung lemak yang tinggi. Akibat dari pemilihan makanan tersebut akan menyebabkan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular,dsb. 7, Dampak Fungsional Pengunyahan dan penelanan merupakan langkah awal dalam pencernaan yang menggunakan kemampuan rongga mulut untuk mengoptimalkan efektivitasnya. Kemampuan rongga mulut pada manula dapat dilihat dari jumlah gigi geligi yang ada dan juga kualitas dan kuantitas saliva. Akibat dari kehilangan gigi dapat menyebabkan fungsi pengunyahan menurun karena di dalam pengunyahan melibatkan gigi geligi, lidah, saliva dan otot-otot. Manula pada umumnya telah mengalami penurunan produksi saliva. Penurunan produksi saliva diakibatkan oleh Sindrom Sjogren, pre-radioterapi dan kebanyakan diakibatkan oleh penggunaan obatobatan. 10,15
4 Akibat penurunan produksi saliva, individu akan mungkin memiliki pelumasan dan kelembaban yang tidak memadai di dalam rongga mulut untuk mengunyah makanan dan membuat bolus makanan yang cukup untuk penelanan. Selain itu, dapat terjadi perubahan pada persepsi rasa. 11 Pada kondisi-kondisi seperti ini mempunyai potensi untuk mempengaruhi pola makan individu yaitu terjadi pemilihan makanan akibat kemampuan mengunyah yang tidak memadai dan kesulitan mengunyah dan menelan akibat perubahan saliva. 10 Penelitian yang dilakukan oleh Loesche et al, pada individu yang mengalami xerostomia akan menghindari makanan seperti wortel, roti dan makanan yang lengket. 11 Pemilihan makanan yang terjadi akibat kemampuan mengunyah yang tidak memadai akan menyebabkan status gizi individu terganggu. Penelitian yang dilakukan oleh Rhodus dan Brown pada 84 manula xerostomia mempunyai energi, protein, vitamin A, vitamin C, vitamin B 6, thiamin, riboflavin, kalsium dan zat besi yang lebih rendah sehingga mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang rendah Keadaan Gigi Geligi Keadaan gigi geligi dapat dievaluasi dengan melihat jumlah gigi geligi yang ada di rongga mulut dan jumlah FTUs. Dengan berkurangnya jumlah gigi geligi yang ada di rongga mulut, maka kemampuan pengunyahan akan menurun. Hilangnya jumlah gigi fungsional di dalam rongga mulut akan menyebabkan penurunan kemampuan pengunyahan. 3, Jumlah Gigi Geligi Di Jepang, The Ministry of Health and Welfare dan The Japan Dental Association bersama-sama memulai kampanye 8020 pada tahun 1989 untuk mendorong penduduk Jepang mempertahankan setidaknya 20 gigi asli atau lebih sampai umur 80 tahun untuk meningkatkan harapan hidup. 4 Jumlah gigi geligi yang sedikit akan menghasilkan bolus yang kasar sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan nutrisi. 17 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Melissa terlihat bahwa 72% populasi mengalami kehilangan gigi dan 18% populasi mengalami
5 kehilangan keseluruhan gigi dan mempengaruhi status gizi para manula yaitu 9% underweight dan 47% overweight. Oleh sebab itu, mempertahankan gigi geligi dapat memberikan kenyaman dalam pengunyahan sehingga asupan makanan juga seimbang. 7,10,17 Kenyamanan dalam pengunyahan dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Ueno dkk dimana individu yang memiliki 20 gigi geligi atau lebih akan memiliki kemampuan pengunyahan yang lebih baik bila dibandingkan dengan individu yang memiliki 19 gigi geligi atau kurang Jumlah FTUs FTUs didefinisikan sebagai gigi posterior yang berkontak dengan gigi antagonisnya. 3,5 Gigi geligi yang dimaksud disini adalah gigi geligi asli tanpa karies yang telah merusak mahkota atau gigi tiruan (cekat atau lepasan). 8 Kehilangan FTUs merupakan faktor yang menyebabkan penurunan kemampuan pengunyahan karena oklusi merupakan faktor penting dalam melakukan penguyahan makanan. 17 Dari penelitian Ueno dkk menunjukkan bahwa FTUs sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengunyahan dimana jumlah FTUs yang besar dapat mengunyah lebih baik daripada jumlah FTUs yang kecil. 6 Jumlah FTU lebih akurat dalam menggambarkan kemampuan pengunyahan dibandingkan dengan jumlah gigi geligi karena jumlah gigi asli dapat memberikan estimasi yang terlalu tinggi dari kemampuan pengunyahan pada orang tertentu karena nilai tersebut tidak memperhitungkan fungsional dari gigi. 17 Perhitungan FTUs hanya melihat gigi posterior tanpa mengikutsertakan gigi molar tiga. Bila gigi premolar atas berkontak dengan premolar bawah maka didefinisikan sebagai satu FTUs dan bila gigi molar atas berkontak dengan molar bawah maka didefinisikan sebagai dua FTUs. Oleh karena itu, bila seseorang yang memiliki gigi lengkap mulai dari premolar satu hingga molar dua kiri dan kanan maka akan memiliki 12 FTUs. 2,4
6 Gambar 1 : Delapan buah gigi yang diperiksa untuk perhitungan FTUs 2.2 Status Gizi Dalam kehidupan manusia, seseorang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia. Makanan harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, zat zat itulah yang disebut sebagai gizi. Dengan kata lain makanan yang kita makan dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan bukan hanya makanan, tetapi juga makanan yang mengandung zat-zat gizi. Zat-zat makanan yang diperlukan antara lain : protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Zat-zat gizi tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan. 18 Seiring dengan bertambahnya usia, manula akan mengalami penurunan status gizi akibat kehilangan beberapa gigi dan bahkan kehilangan seluruhnya sehingga terjadi kesulitan dalam mengunyah makanan. Apabila makanan tidak diolah sedemikian rupa maka akan terjadi gangguan dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus. Di samping itu, alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun sehingga makanan yang dianjurkan untuk para manula adalah makanan yang mudah dicerna supaya tidak memberatkan fungsi pencernaan. 8,18
7 Kebutuhan energi untuk para manula sudah menurun. Oleh sebab itu, konsumsi makanan untuk manula secara kuantitas berbeda dengan kelompok lainnya. Yang paling penting adalah kualitas makanan yang berarti keseimbangan zat gizi harus dijaga. Bila zat gizi tidak seimbang maka akan berakibat buruk terhadap kesehatan para manula dan meningkatkan resiko untuk berbagai penyakit Penilaian Status Gizi Status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi yang dilakukan secara tidak langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Penilaian status gizi yang dilakukan secara langsung meliputi pemeriksaan klinis, biokimia, biofisik dan antropometri. 9,19 Pengukuran antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi seperti protein dan energi. Ketidakseimbangan ini dapat terlihat pada pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh. Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter tersebut disebut indeks antropometri. 9 Secara internasional, indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Body Mass Index (BMI). Di Indonesia BMI diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT) yang digunakan untuk megukur berat badan normal orang dewasa bukan untuk menentukan overweight dan obesitas pada anak dan remaja. 19 Tinggi badan dan berat badan pasien adalah indeks antropometri penting dari pertumbuhan, risiko penyakit dan kekurangan gizi. Teknik pengukuran dan hasil interpretasi bervariasi tergantung usia. 18 IMT merupakan indeks yang paling murah dalam segi biaya dan paling sederhana digunakan untuk membantu penilaian status gizi orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. 8,9,19 Terdapat studi terdahulu yang menyatakan bahwa IMT yang rendah atau kondisi berat badan mempengaruhi mental dan fisik seseorang dan juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. 8 IMT tidak diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. IMT juga tidak bisa diterapkan pada
8 keadaan khusus seperti adanya edema, asitesis dan hepatomegali. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut : 18 Pada saat mengukur tinggi badan seorang manula, perlu diingat bahwa manula mengalami pengurangan tinggi badan seiring dengan bertambahnya usia. Pengurangan dapat disebabkan oleh beberapa hal. Oleh sebab itu, dianjurkan menggunakan ukuran tinggi lutut untuk menentukan secara pasti tinggi badan seseorang. Tinggi lutut tidak akan berkurang, kecuali terdapat fraktur tungkai bawah. 20 Data tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang berusia diatas 59 tahun. Perhitungan tinggi badan manula dengan menggunakan formula sebagai berikut : 18 Pria : (2,02 x tinggi lutut) - (0,04 x umur) + 64,19 Wanita : (1,83 x tinggi lutut) (0,24 x umur) + 84,88 Kategori indeks massa tubuh (IMT) untuk Indonesia adalah sebagai berikut : 20 Tabel 1. Kategori ambang batas indeka massa tubuh manula menurut Depkes RI tahun 2003 Kategori Laki-laki Perempuan Kurus < 17 kg/m 2 < 18 kg/m 2 Normal kg/m kg/m 2 Kegemukan kg/m kg/m 2 Obesitas > 27 kg/m 2 > 27 kg/m Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi Kehilangan gigi pada manula merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi lansia. Terdapat banyak penelitian yang menunjukkan
9 hubungan kehilangan gigi dengan asupan makanan dimana pada individu yang mengalami kehilangan gigi akan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat seperti mengkonsumsi buah dan sayuran yang kurang, makanan yang tidak mengandung serat dan makanan yang mengandung kadar lemak yang tinggi. 11 Joshipura et al mengobservasi pria dengan kehilangan seluruh gigi geligi mengkonsumsi buah yang kurang, makanan yang kurang serat dan karoten, makanan yang mengandung kolesterol, lemak jenuh dan kalori yang tinggi daripada individu yang memiliki 25 gigi atau lebih. Mereka lebih cenderung mengkonsumsi mikronutrien yang rendah seperti kalsium, besi, asam pantotenik, vitamin C dan vitamin E. 11 Kehilangan gigi yang terjadi juga mempengaruhi efisiensi pengunyahan. Johansen dkk pada penelitiannya terhadap manula yang sehat melaporkan bahwa subjek yang mengalami kehilangan gigi memiliki IMT yang lebih tinggi daripada subjek yang masih memiliki gigi asli di rongga mulutnya. Penelitian lain oleh Elwood dan Bates menunjukkan bahwa manula yang tidak memiliki gigi asli mempunyai kecenderungan nilai berat badan dan IMT yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh pola asupan makanan yang kurang baik akibat penurunan kemampuan pengunyahan oleh karena kehilangan gigi. 11 Selain faktor berkurangnya kemampuan pengunyahan, terdapat faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada manula yaitu akibat berkurangnya cita rasa, koordinasi otot, keadaan fisik yang kurang baik, faktor ekonomi dan sosial serta faktor daya absorbsi. 21
BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia tidak dapat mengunyah makanan. Gigi berfungsi untuk mengunyah beraneka ragam makanan dengan tekstur dan nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengunyahan atau sistem mastikasi merupakan suatu proses penghancuran makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi gigi yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia adalah karies.1 Menurut World Health Organization (WHO) karies gigi merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. 1 Gizi merupakan kebutuhan utama dalam setiap proses
Lebih terperinciKomplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi
Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam populasi dunia saat ini, kelebihan berat badan dan obesitas sudah mulai menggeser kedudukan kekurangan gizi dan penyakit menular sebagai penyebab kondisi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor
Lebih terperinciSri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak
TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT TERHADAP OHI-S DAN TERJADINYA KARIES PADA SISWA/I KELAS IV SDN 101740 TANJUNG SELAMAT KECAMATAN SUNGGAL TAHUN 2014 Sri Junita Nainggolan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala
Lebih terperinciApakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?
Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Bicara tentang diabetes pasti juga perlu membicarakan mengenai diet makanan bagi penderita diabetes. Diet makanan bagi penderita diabetes dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga mulut saat ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, disebabkan karena lapisan
Lebih terperinciMilik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia
umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Kesehatan mulut yang buruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran
30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 3,4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Body Mass Index (BMI) Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan indeks, BMI sebenarnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam kesehatan jaringan keras dan lunak didalam rongga mulut. Saliva mempunyai banyak fungsi, diantaranya
Lebih terperinciPola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.
Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi mulut. Kebanyakan masyarakat Indonesia meremehkan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai Aplikasi Informasi Diet Berdasarkan Golongan Darah, aplikasi ini dirancang untuk dapat membantu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. 1 Saliva terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan asupan nutrisi atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk lanjut usia pria lebih rendah dibanding wanita. Terlihat dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi dan proyeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang, merupakan hasil, tanda, dan gejala dari demineralisasi jaringan keras gigi secara kimia, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan gigi dan mulut masih banyak dialami oleh penduduk Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, 25,9% penduduk Indonesia mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi memiliki peranan penting selama pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara umum dan khususnya rongga mulut. 1 Pada rongga mulut, asupan gizi yang adekuat sangat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
energi. 4,5 Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti Piranti ortodonti cekat adalah salah satu alat yang digunakan di kedokteran gigi untuk perawatan gigi yang tidak beraturan. Biasanya melibatkan penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang hubungan Indeks Massa Tubuh dengan maloklusi menggunakan Handicapping Malocclusion Assessment Index (HMAI) pada anak usia diatas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia dikatakan sehat tidak hanya dari segi kesehatan umum saja tetapi juga meliputi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari GLOBOCAN memperkirakan, terdapat sekitar 14,1 juta ditemukan kasus kanker baru dan tercatat 8,2 juta jiwa meninggal akibat kanker pada tahun 2012 di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi
Lebih terperincikekurangan energi kronik (pada remaja puteri)
kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak TK (Taman Kanak-kanak) di Indonesia mempunyai risiko besar terkena karies, karena anak di pedesaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Epidemiologi masalah kesehatan dan penyakit yang dipelajari dari beberapa populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi mulut anak-anak. United States Surgeon General melaporkan bahwa karies merupakan penyakit infeksi yang paling
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk menentukan atau mengukur derajat asam atau basa saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan kapasitas buffer saliva
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan hal yang harus diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang masih menganggap bahwa gigi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius tentang kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan dihilangkan bijinya, merupakan makanan ringan populer yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan zat-zat gizi. Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan taraf kesehatan pada masyarakat di Indonesia, berakibat pada usia harapan hidup yang diiringi oleh pertambahan jumlah kelompok usia lanjut (usila/lansia)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sindrom Down John Langdon adalah seorang dokter dari Inggris yang pertama kali menggambarkan kumpulan gejala dari sindrom Down pada tahun 1866. Namun sebelumnya Esquirol pada
Lebih terperinciPENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.
PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG OLAH RAGA ADALAH SERANGKAIAN GERAK TUBUH YANG TERATUR DAN TERENCANA SERTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia Penuaan merupakan suatu proses alami yang dihadapi oleh seluruh manusia dan tak dapat dihindarkan. Proses menua akan terjadi terus menerus secara alamiah dimulai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antidepresan adalah terapi obat-obatan yang diberikan pada penderita gangguan depresif. Gangguan depresif adalah salah satu gangguan kesehatan jiwa yang paling sering
Lebih terperinciNutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati
Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri seseorang dapat timbul salah satunya bila memiliki senyum dengan susunan gigi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling banyak ditemukan di masyarakat. Pada anak anak karies gigi adalah permasalahan kesehatan gigi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Empat Sehat atau dikenal dengan istilah Kuartet Nabati yang dijalankan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan gizi yang baik ditentukan oleh pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pada umumnya pola makan yang dijalankan seseorang adalah pola makan
Lebih terperinci