PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

BAB II LANDASAN TEORI

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

BAB 2 LANDASAN TEORI

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0.

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti

PENGUKURAN WAKTU STANDART DAN PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK PERBAIKAN PENJADWALAN PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Penetapan Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Standar di PT. Semen Tonasa

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH

BAB III LANDASAN TEORI

Lakukan Pekerjaanmu secara Efektif & Efisien

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan dengan prinsip keuntungan dalam bidang ekonomi. Pencapaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO

BAB II LANDASAN TEORI. Perkembangan organisasi dan perubahan struktur dalam organisasi

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta)

MENGUKUR PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN SEVEN ELEVEN MANGGA DUA

BAB 2 LANDASAN TEORI

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBUATAN MEDIA TEKNIK PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PEKERJA TERINTEGRASI PADA PERANGKAT PENGAMAT WAKTU

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

MODUL II WORK MEASUREMENT

Lamp n (menit) x/n

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

DESKRIPSI TIME AND MOTION STUDY UNTUK MENGETAHUI WAKTU BAKU DI PRODUKSI SAMBAL PT. HEINZ ABC INDONESIA KARAWANG

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM

EPSIKER LABORATORY 2016

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Nurjannah. Pendahuluan

BAB VI PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA. Pada Stasiun Kerja Pemotongan dan Sortasi CV. Agrindo Suprafood. Menggunakan Studi Waktu

Penjadwalan Produksi Dengan Metode Non Delay (Studi Kasus Bengkel Bubut Chevi Sintong Palembang)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORK SAMPLING PADA PEKERJAAN KOLOM DAN BALOK MEGA TRADE CENTER MANADO. Ronny Walangitan ABSTRAK

PENGUKURAN BEBAN KERJA DAN OPTIMALISASI JUMLAH KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORK

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Tugas dari Presiden Direktur, antara lain : Adapun tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah:

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

III. TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR FINISHING SORTIR DENGAN METODE WORK SAMPLING (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

BAB 1 LANDASAN TEORI

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling

Transkripsi:

PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea - Makassar, 90245 Telp/Fax: (0411) 588 400/(0411) 588 400 e-mail: syamsul_bahri@ymail.com Abstrak Sebagai salah satu bengkel terbesar di Makassar, BPPT. Urip Makassar PT. Hadji Kalla terus berupaya meberikan pelayanan prima bagi para pengguna mobil Toyota untuk merawat mobil mereka di wilayah Makassar. Masalah yang dihadapi adalah masih kecilnya pencapaian target jumlah kendaraan yang dikerjakan di bengkel. Hal tersebut disebabkan oleh pelayanan yang belum prima dan karena ada pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan dengan waktu yang cepat tapi pada kenyataannya penyelesaiannya membutuhkan waktu yg lebih lama dari waktu yang ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur produktivitas teknisi/montir BPPT. Urip Makassar PT. Hadji Kalla.dan memberikan usulan untuk meningkatkan produktivitas teknisi pada pengerjaan service berkala 10.000 km dan 20.000 km melalui optimalisasi metode kerja, SOP, perlatan dan skill. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan metode dapat menurunkan waktu kerja menjadi 33 % dan meningkatkan produktivitas montir menjadi 26.66 %. Kata Kunci: Motion Study, Time Study PENDAHULUAN BPPT. Urip Makassar PT. Hadji Kalla merupakan salah satu bengkel terbesar di Makassar yang terus berupaya meberikan pelayanan prima bagi para pengguna mobil Toyota untuk merawat mobil mereka di wilayah Makassar.Banyaknya unit yang terjual tidak sebanding dengan jumlah unit kendaraan Toyota yang kembali ke bengkel untuk melakukan service berkala. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen diketahui bahwa terdapat 40% lost customer, atau hanya sekitar 3096 unit mobil dari 5160 unit mobil terjual pada tahun 2010 yang kembali ke bengkel resmi Toyota PT. Hadji Kalla untuk melakukan service berkala. Kondisi tersebut disebabkan antara lain pelayanan yang belum maksimal. Untuk menarik kembali 40% costumer yang lost (2064 unit mobil) maka perusahaan perlu melakukan pembenahan-pembenahan dengan cara meningkatkan pelayanan secara maksimal (pelayanan prima). Adapun jumlah unit mobil yang dikerjakan di bengkel selama sebulan ridak mencapai target unit mobil dalam sebulan. Hal ini disebabkan karena ada pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan dengan waktu yang cepat tapi pada kenyataannya penyelesaiannya membutuhkan waktu yg lebih lama dari waktu yang ditentukan.salah satu cara yang perlu dilakukan adalah meningkatkan produktivitas teknisi dengan tetap mengutamakan kualitas. Dimana hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah unit yang dihasilkan oleh bengkel selama sebulan dan mengefisienkan waktu pengerjaan dengan cara memperbaiki metode kerja. Dalam penelitian ini penulis menganalisa 4 faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu, metode kerja, SOP, peralatan dan skill teknisi dengan tujuan hasil dari analisa ini akan meningkatkan produktivitas teknisi. Peningkatan produktivitas teknisi dapat dilakukan dengancara yaitu memeperbaiki metode kerja yang ada dengan harapan teknisi dapat lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya tanpa mengabaikan kualitas dari output sehingga jumlah outputnya juga dapat meningkat per satuan waktu.. Penulis menggunakan metode motion study. Metode ini berguna mempelajari gerak dari teknisi pada saat bekerja dengan tujuan akan ada perbaikan perbaikan dari metode kerjanya sehingga tidak terjadi gerakan yang tidak perlu yang hanya akan menciptakan pemborosan waktu/waktu non produktif. Dengan mengurangi Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Mesin ISBN : 978-979-127255-0-6 TM12-1

Peningkatan Produktifitas di BPPT pemborosan waktu yang tidak produktif diharapkan teknisi dapat bekerja dengan efisien dalam memanfaatkan waktu kerja yang tersedia sehingga dapat menghasilkan output yang banyak pula. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Time Study Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan sistem kerja yang terbaik. Adapun kegunaan waktu baku adalah sebagai berikut : a. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja. b. Perkiraan biaya-biaya upah pekerja. c. Penjadwalan produksi dan penganggaran. d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif. e. Menunjukkan output yang mampu dihasilkan pekerja. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengukuran kerja, antara lain : a. Pengukuran waktu kerja secara langsung Yaitu pengukuran kerja dimana pengamat berada di tempat pekerjaan yang diukur. Ada dua metode yang digunakan pada pengukuran langsung : 1. Metode Jam Henti (Stop Watch Time Study). 2. Metode Sampling Kerja (Work Sampling). b. Pengukuran waktu kerja secara tak langsung Yaitu pengukuran kerja dimana pengamat tidak berada di tempat pekerjaan yang diukur. Ada dua metode yang digunakan teknik ini : 1. Metode Data Waktu Baku. 2. Metode Data Waktu Gerakan. 1. Pengukuran Waktu Dengan Metode Jam Henti Pengukuran waktu dengan jam henti dilakukan dengan menggunakan stopwatch, sehingga disebut juga stopwatch time study, dan metode ini diperkenalkan oleh Frederick W. Taylor. Metode ini baik digunakan untuk pengukuran pada situasi yaitu : a. Dimana terdapat siklus kerja berulang-ulang dengan durasi waktu yang pendek hingga panjang. b. Dimana operasi yang baru dapat dilakukan tanpa standar hingga pengukuran dilakukan. c. Dimana banyak variasi dari kerja yang berbeda-beda. d. Dimana elemen-elemen pengendali proses menyusun satu bagian siklus. Pengukuran dengan jam henti dilakukan dengan metode pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing) atau biasa disebut juga dengan metode snap back. Pada metode ini jarum penunjuk stopwatch akan selalu dikembalikan lagi ke posisi nol pada setiap akhir pengukuran sebuah elemen. Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan pekerjaan yang sama. 2. Prosedur Pelaksanaan Dalam Pengukuran dan Pengolahan Data Dengan Jam Henti Untuk memperoleh hasil studi yang baik dan bisa dipercaya maka langkah-langkah yang harus ditempuh dalam perhitungan waktu baku berdasarkan stopwatch time study sebagai berikut : a. Pengukuran Pendahuluan b. Pemilihan Operator c. Melatih Operator d. Mengurai Pekerjaan Atas Elemen-elemen Pekerjaan e. Menyiapkan Alat-alat pengukuran f. Pengujian Kenormalan Data g. Pengujian Keseragaman Data h. Pengujian Kecukupan Data i. Penentuan Penyesuaian Performance Rating (p) Penyesuaian performance rating perlu diperhatikan karena adanya ketidakwajaran yang dapat terjadi selama proses kerja berlangsung. Contoh ketidakwajaran adalah operator bekerja tanpa kesungguhan, operator menjumpai ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Mesin Volume 5 : Desember 2011 TM12-2

PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK kesulitan, dan lain-lain. Ketidakwajaran yang terjadi ini dapat mempengaruhi kecepatan kerja. Hal ini jelas tidak diinginkan, karena untuk perhitungan waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang diselesaikan secara wajar. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalihkan waktu siklus rata-rata atau elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Dengan adanya perhitungan penyesuaian, diharapkan waktu kerja yang tidak wajar tersebut dapat dinormalkan kembali. Penyesuaian yang telah ditentukan akan dikalikan dengan waktu siklus yang telah diperoleh. Ada beberapa metode yang dapat digunakan di dalam menentukan besarnya penyesuaian. Salah satu metode yang umum digunakan adalah metode Westinghouse. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalihkan waktu siklus rata-rata atau elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas berikut ini: 1. Super Skill: 4. Average Skill: 2. Excelent Skill: 5. Fair Skill: 3. Good Skill: 6. Poor Skill: Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga atas kelas-kelas dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini adalah enam kelas usaha. 1. Excessive Effort: 4. Average Effort: 2. Excellent Effort: 5. Fair Effort: 3. Good Effort: 6. Poor Effort. Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu Ideal, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau Consistency. Faktor ini perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas-btasa kewajaran masalah tidak timbul, tetapi variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan. Sebagaimana halnya dengan faktor-faktor lain, konsistensi juga dibagi menjadi enam kelas yaitu: Perfect, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor. Seseorang yang bekerja perfect adalah yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang boleh dikatakn tetap dari saat ke saat. Secara teoritis mesin atau pekerjaan yang waktunya dikendalikan mesin merupakan contoh dimana variasi waktu tidak diharaplan terjadi. Sebaliknya konsistensi yang poor terjadi bila waktu-waktu penyelesaiannya berselisih jauh dari rata-rata secara acak. Konsistensi rata-rata atau average adalah bila selisih antara waktu penyelesaian dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu dua yang letaknya jauh. Dengan melihat tabel Westinghouse yang terdapat pada lampiran maka nilai p dapat ditentukan dengan cara : j. Perhitungan Waktu Normal P = 1 + total nilai performance dari empat faktor (1) Waktu normal untuk suatu elemen operasi menunjukkan bahwa operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menghasilkan pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal. Untuk menghitung waktu normal, digunakan rumus : Waktu Normal (Wn) = Ws x p (2) Dimana : Waktu Siklus (Ws) = (3) Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Mesin ISBN : 978-979-127255-0-6 TM12-3

Peningkatan Produktifitas di BPPT Hasil perkalian antara waktu siklus dan performance rating merupakan waktu normal. k. Penentuan Allowance Selain menentukan performance rating (p), untuk mencari waktu baku juga dibutuhkan allowance (kelonggaran). Pada umumnya kelonggaran meliputi tiga hal (Sritomo, 1993) : 1. Istirahat untuk kebutuhan perorangan. Kelonggaran waktu ini ditujukan untuk kebutuhan yang bersifat pribadi, sperti makan, minum, dan lain-lain. Nilai kelonggaran ini berkisar antara 0 2,5 % untuk pria dan 2 5 % untuk wanita. 2. Kelelahan (fatigue) Kelonggaran ini diberikan karena kelelahan fisik ataupun mental setelah bekerja beberapa waktu. Berikut ini beberapa faktor yang mengakibatkan kelelahan ini adalah kondisi kerja, sifat dari pekerjaan, kesehatan pekerja, fisik dan mental. 3. Keterlambatan yang tak terhindarkan (Unaviodable Delay) Kelonggaran ini diberikan untuk elemen-elemen pekerjaan yang berhenti karena hal yang tak dapat dihindarkan, seperti interupsi oleh supervisor, analisis, ketersediaan material, gangguan mesin, mengasah peralatan, dan lain-lain. Cara pengukuran allowance (kelonggaran) ada tiga, yaitu dengan pengamatan secara langsung dan dicatat waktu menganggurnya, metode sampling, dan menggunakan tabel allowance. l. Penentuan Waktu baku Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan diberikan kelonggaran (allowance) untuk hal-hal yang diperlukan (Wignjosoebroto, Sritomo, 1995). Untuk menghitung waktu baku digunakan rumus : Waktu Baku (Wb) = Wn x - (4) Gambaran Umum Produktivitas 1. Definisi produktivitas Produktivitas merupakan komponen yang turut menentukan serta menjadi syarat utama dalam keberhasilan suatu perusahaan. Produktivitas menunjukkan tingkat kualitas perusahaan dalm menghadapi era persaingan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi dan aktivitas, daya produksi sebagai penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya produksi tersebut. Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dari sisi output saja, maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu : sisi input dan sisi output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan jasa). Dalam pencapaian produktivitas pada suatu organisasi atau perusahaan harus dapat mempertimbangkan dan memperhatikan variabel utama yang harus diperbaiki yaitu dalam penggunaan modal, khususnya modal kerja dengan efektif, efisien dan tepat guna, penggunaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang memiliki keahlian sesuai dengan bidang kerja dan kemampuan seorang manajer dalam menjalankan fungsi manajemen perusahaan. Produktivitas total atau secara keseluruhan, artinya keluaran yang dihasilkan diperoleh dari keseluruhan masukan yang ada dalam organisasi. Masukan (Input) tersebut lazim dinamakan faktor produksi, masukan atau faktor produksi dapat berupa tenaga kerja, capital, bahan, teknologi dan energi. Salah satu masukan seperti tenaga kerja, dapat menghasilkan keluaran yang dikenal dengan produktivitas individu, yang dapat juga disebut sebagai produktivitas parsial. ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Mesin Volume 5 : Desember 2011 TM12-4

PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Keluaran yang dihasikan dicapai dari masukan yang melakukan proses kegiatan yang bentuknya dapat berupa produk nyata atau jasa yang hasilnya berupa pendapatan yang diterima setelah melakukan kegiatan produksi yaitu berupa laba. 2. Unsur-unsur produktivitas Unsur-unsur produktivitas adalah sebagai berikut: 1) Efisiensi Merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya dilaksanakan. Efisiensi adalah usaha mencapai prestasi yang sebesar-besarnya denganmenggunakan kemungkinan-kemungkinan yang tersedia (material, mesin, danmanusia) dalam tempo yang sependek-pendeknya, di dalam keadaan yang nyata (sepanjang keadaan itu bisa berubah) tanpa mengganggu keseimbangan antara faktor-faktor tujuan, alat, tenaga, dan waktu. 2) Efektivitas Merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat ditarik baik secara kualitas maupun waktu. 3) Kualitas Suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah dipenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi dan atau harapan konsumen. HASIL DAN BAHASAN 1. Pengukuran produktivitas teknisi di BPPT. Urip Makassar PT. Hadji Kalla dimana outputnya yaitu jam actual teknisi dalam melakukan pekerjaan dan inputnya adalah jam tersedia yaitu mencapai 65 % (Februari 2011) dan 53 % (Februari 2010). 2. Usulan - usulan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas teknisi yaitu : a) Metode kerja 1) Memperbaiki urutan urutan pengerjaan SBE 10.000 km dan 20.000 km dengan cara mempelajari gerakan teknisi dalam melakukan elemen elemen pekerjaan. 2) Menggabungkan beberapa elemen elemen kerja yang dapat dikerjakan dalam 1 lintasan. 3) Menghilangkan waktu non produktif yaitu waktu bolak balik dalam pengerjaan dengan cara mengerjakan setiap elemen kerja dengan teliti dan cerdas. b) SOP 1) Pengembangan SOP dilakukan secara terus menerus bertujuan agar menghasilkan suatu SOP yang mudah dimengerti oleh teknisi dan dapat di aplikasikan dengan baik c) Peralatan 1) Perlu meningkatkan jumlah item beberapa peralatan yang sering digunakan dalam pengerjaan SBE 10.000 km dan 20.000 km 2) Sesudah menggunakan alat, alat diletakkan pada tempatnya kembali agar memudahkan pada saat mencari jika dibutuhkan kembali. 3) Membawa kunci kunci yang akan digunakan dalam mengerjakan beberapa elemen kerja sekaligus agar menghindari waktu non produktif (waktu kembali ke tempat peralatan untuk mengambil). 4) Jika membawa kunci yang cukup banyak dan material pada saat melakukan suatu pekerjaan sebaiknya menggunakan keranjang agar mudah di bawa dan tidak berceceran di lantai stall. d) Skill 1) Perlu dilakukan refreshing yang bertujuan mengingatkan kembali hal hal penting dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang bertujuan menghasilkan output yang berkualitas. Refreshing ini juga bertujuan menambah pengetahuan teknisi dengan cara diskusi dengan teknisi ang berlevel tinggi. Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Mesin ISBN : 978-979-127255-0-6 TM12-5

Peningkatan Produktifitas di BPPT 2) Meningkatkan pengontrolan terhadap teknisi oleh foreman secara rutin yang bertujuan mengontrol pekerjaan teknisi agar tidak ada elemen kerja yang terlewatkan. 3. Mengukur produktivitas teknisi/montir BPPT. Urip Makassar PT. Hadji Kalla pada pengerjaan service 10.000 km dan 20.000 km setelah dilakukan perbaikan. Tabel 1. Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah Usulan Perbaikan Sebelum Perbaikan Waktu Baku 1 jam 30 Unit Yang Dapat Dikerjakan Dalam Sehari (7.5 jam) Produktivitas Teknisi Harian(7.5 jam) { } menit 5 Unit 7 unit (sisa waktu 50.93 menit) Usulan Usulan 10.000 km 20.000 km 57.01 59.38 7 unit (sisa waktu 34.34 menit) { } { } { } Ada 2 unsur yang bisa dimasukkan sebagai kriteria produktivitas yaitu : a) Besar/ kecilnya keluaran yang dihasilkan, dan b) Waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Setelah dilakukan perbaikan metode kerja, terjadi peningkatan output dari pengerjaan SBE 10.000 km dan 20.000 km dapat dilihat pada tabel di atas. ini membuktikan bahwa perbaikan metode kerja yang dilakukan menggunakan motion study guna menghasilkan gerakan gerakan yang ekonomis berhasil meningkatkan produktivitas teknisi. Peningkatan produktivitas teknisi juga dapat dilihat dari dari berapa lama seorang teknisi menyelesaikan suatu pekerjaan. Setelah dilakukan perbaikan metode kerja, waktu actual usulan yang dibutuhkan untuk mengerjakan SBE 10.000 km dan 20.000 km lebih cepat dibandingkan dengan waktu actual kondisi sekarang. Produktivitas tenaga kerja/teknisi ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah output yang dihasilkan per total tenaga kerja dan jam pekerjaan(man hours), yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dengan penggunaan waktu seefisien mungkin maka akan menghasilkan output yang lebih besar pula tanpa mengabaikan kualitas dari output yang dihasilkan. Setelah dilakukan perbaikan pada metode kerja dengan menggunakan metode motion study pada pengerjaan SBE 10.000 km dan 20.000 km, terjadi peningkatan produtivitas teknisi. Peningkatan ini dapat dilihat pada jumlah unit yang dapat dihasilkan per waktu kerja yang disediakan (7,5 jam/hari). Untuk pengerjaan SBE 10.000 km dan 20.000 km masing masing mengalami peningkatan sebesar 26.66% dibandingkan dengan Kondisi tahun lalu. SIMPULAN Dengan penerapan motion dan time study, pemborosan waktu yang tidak produktif dapat dikurangi dengan cukup signifikan. Dengan diterapkannya usulan metode kerja yang baru, diharapkan teknisi dapat bekerja dengan efisien dalam memanfaatkan waktu kerja yang tersedia sehingga dapat menghasilkan output yang banyak pula. DAFTAR PUSTAKA Kroemer,K.H.E. Ergonomics: How to Design for Ease and Efficiency. Prentice Hall. New Jersey. 1994 Oborne,David.J. Ergonomics at Work. 2nd Edition.John Wiley & Sons Ltd. 1987. Pulat, Mustafa. Principals of Industrial Ergonomics, 1994 Walpole Ronald. E., H. Myers, Raymond., 1995, Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan, Edisi ke-4, Terjemahan : Sembiring, R.K., Penerbit ITB. ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Mesin Volume 5 : Desember 2011 TM12-6