RISET HARIAN Senin, 12 September 2011 HIGHLIGHT BEI STATISTIC - Laba 1H 2011 BLTA turun 12%. - ISAT rampungkan penjualan 4000 menara. - BNBR siapkan opsi penurunan nilai obligasi. GRAFIK IHSG TOP GAINERS/LOSERS, VOLUME/VALUE MARKET PREVIEW Perdagangan saham akhir pekan kemarin berlangsung dalam rentang konsolidasi. IHSG ditutup melemah 6,888 poin ke posisi 3998,502 setelah sempat menguat 23 poin pada perdagangan sesi sebelumnya. Pergerakan IHSG tersebut sejalan dengan tren yang terjadi di pasar saham Asia. Minimnya insentif positif dan masih bergejolaknya perkembangan pasar saham global membuat pelaku pasar cenderung bermain dalam pola trading. Akibatnya penguatan terbatas karena pelaku pasar cenderung melakukan aksi ambil untung. Namun bila dilihat selama sepekan terakhir, IHSG berhasil mencatatkan penguatan 4%. Sementara indeks utama pasar saham global cenderung terkoreksi. Indeks DJIA pada perdagangan akhir pekan kemarin kembali turun tajam hingga 2,69% menyusul meningkatnya kembali kekhawatiran akan kegagalan penanganan krisis utang Eropa dan keraguan pasar akan keberhasilan kebijakan Pemerintahan Obama yang akan menggelontorkan paket stimulus pembukaan lapangan kerja senilai USD447 miliar. Hal ini membuat indeks DJIA di Wall Street pada perdagangan sepekan terkoreksi 2,21%. Hari ini perdagangan diperkirakan masih akan berlangsung bervariasi. Pelaku pasar diperkirakan masih akan lebih banyak mengambil sikap wait and see. Masih bergejolaknya pasar saham global membuat penguatan IHSG akan tertahan. Investor diperkirakan lebih banyak berspekulasi beli di sahamsaham lapis dua, memanfaatkan sejumlah isu individual emiten seperti rencana pembagian dividen interim. Namun koreksi apabila terjadi bisa dimanfaatkan untuk mengakumulasi saham-saham yang bakal menctatkan pertumbuhan laba yang kuat sepanjang tahun ini. Saham-saham unggulan di sektor otomotif, perbankan, barang konsumsi, tambang batubara masih bisa menjadi pilihan investor. Sedangkan lapis duanya bisa ditujukan pada saham sektor CPO, properti dan aneka industri. IHSG hari ini diperkirakan masih akan bergerak dalam rentang 30-50 poin dengan support ada di 3970 dan resisten di 4060. IHSG 3970-4060 GLOBAL MARKET COMMODITIES DUAL LISTED STOCK EXCHANGE MARKET
BERITA TERKINI Agustus, Inflasi China Melorot dari Posisi Tertinggi Dalam Tiga Tahun. Tingkat inflasi China pada Agustus lalu melorot dari level tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Data yang dirilis National Bureau of Statistics China di Beijing hari ini menunjukkan, indeks harga konsumen China naik 6,2% dibanding tahun sebelumnya. Angka tersebut sesuai dengan prediksi 31 ekonom yang disurvei Bloomberg. Sebagai perbandingan, indeks harga konsumen China pada Juli lalu naik 6,5%. Pergerakan inflasi yang moderat ini akan mendorong pemerintah China untuk menahan suku bunga acuannya. Sebelumnya, dalam kurun waktu setahun terakhir ini, China sudah menaikkan suku bunga sebanyak lima kali. Langkah yang sama juga dilakukan oleh negara-negara Asia lainnya seperti Korea Selatan dan Indonesia. (Kontan Online) AISA Akuisisi Beras Ayam Jago. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) mengakuisisi pabrik dan merek beras Ayam Jago milik PT. Ayam Makmur Sembada salah satu penghasil beras modern terbsesar di Indonesia. AISA juga mengambil alih lebih dari 10 merek produk beras milik AMS. Pabrik beras yang diakuisisi berlokasi di Jabodetabek dengan kapasitas 10 ribu ton per bulan atau 120 ribu ton per tahun. Dana akuisisi pabrik dan merek beras AMS perseroan memanfaatkan pinjaman dari Rabo Bank dan kas internal. (Investor Daily) Indosat masih Tawarkan 4.000 Menara Telekomunikasi. PT Indosat Tbk (ISAT) merencanakan menjual 4.000 menara telekomunikasi yang telah menyumbang 20% terhadap bisnis perseroan. Saat ini sudah ada beberapa yang tertarik seperti PT Menara Bersama Insfrastruktur, PT Solusi Tunas Pratama dan PT Sarana Menara Nusantara. Penjualan ini diperkirakan dapat mengantongi dana US$500 juta. Salah seorang sumber Bloomberg.com mengatakan penawaran akan dilakukan selama dua pekan. Indosat yang berbasis di Jakarta menyatakan bsinis menara telah menyumbang sekitar 20% dari pendapatan perseroan. Setiap menara akan dilego sekitar US$125.000. (Inilah.com) HEXA Raih Kontrak USD11 Jt dari Riau Pulp & Paper. PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) telah mendapat kontrak dari PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) sebesar USD11 juta. Dari nilai kontrak sebesar USD11 juta tersebut, sebanyak 80 persen sudah dipenuhi oleh HEXA. Dalam kontrak tersebut, perseroan menjual sejumlah alat berat guna mendukung lini bisnis RAPP. Di sisi lain, perseroan juga sedang mengadakan trial sejumlah alat berat, dan jika RAPP tertarik, HEXA bisa berpotensi meraih kontrak tambahan sejumlah USD15 juta. (Okezone) Laba Berlian Laju Tanker Turun Jadi US$ 22,5 Juta. Kinerja PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) semester I-2011 semakin menurun, laba bersih  BLTA turun menjadi US$ 22,5 juta, dari periode yang sama tahun lalu, US$ 24,49 juta. Turunnya kinerja BLTA tidak lepas melorotnya pendapatan usaha perseroan yang turun tipis 1,98%. Pendapatan usaha perseroan di semester I-2011 mencapai US$ 323,11 juta. Padahal di periode yang sama tahun lalu perseroan berhasil mencatat pendapatan usaha US$ 329,66 juta. Laba kotor perusahaan jasa pelayaran ini merosot dari US$ 72,95 juta di Juni 2010 menjadi hanya US$ 53,32 juta. Laba usaha juga turun 34,45% menjadi US$ 39,48 juta di semester I-2011. Padahal di periode yang sama 2010, BLTA berhasil membukukan laba usaha US$ 60,23 juta.(detikcom) BNBR Siapkan Opsi Penurunan Nilai Obligasi. PT. Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) menyiapkan opsi penurunan nilai obligasi menjadi Rp. 500 miliar dari target semula Rp. 1 triliun. BNBR akan memilih opsi tersebut jika peringkat obligasi di bawah A. BNBR telah menunjuk PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) sebagai lembaga pemeringkat obligasi. Jika obligasi BNBR memperoleh predikat layak investasi, perseroan akan melanjutkan rencana emisi obligasi, peringkat tersebut berkisar pada level BBB- hingga AAA. BNBR akan menggunakan dana hasil emisi obligasi untuk melunasi pinjaman jangka pendek. BNBR memiliki hutang jangka pendek sebesar Rp. 4,7 triliun pada Credit Suisse. Utang tersebut jatuh tempo pada Februari 2012. (Investor Daily) PLN Beli Listrik Wika Cs Rp 335/Kwh. PT PLN (Persero) menandatangani kesepakatan untuk membeli listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Rengat di Riau milik PT Wijaya Karya Tbk, PT Prastiwahyu Trimitra Engineering, dan PT Navigat Energy. Konsorsium Wika Cs ini terbentuk sejak 4 Mei 2011 lalu, bekerjasama dengan PLN. PLTG berkapasitas 20 MW ini berlokasi Rengat, di Tanah Merah, Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hilir Riau. Pembanguan PLTG ini merupakan upaya PLN Wilayah Riau dan Kepri dalam mengoptimalkan penyerapan gas yang telah ada di daerah tersebut dan bermaksud mengganti bahan bakar minyak yang saat ini relatif mahal menjadi bahan bakar gas. Wika dan anggota konsorsium lainnya membangun PLTG tersebut dengan sistem BOO (Build, Operate dan Own). Dengan demikian nantinya PLN akan menyewa pembangkit dengan membayar atas listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tersebut. Adapun porsi kepemilikan saham konsorsium PLTG ini adalah 53:30:17 untuk Wika, Navigat Energy, dan Prastiwahyu Trimitra Engineering.(Detikcom)
SAHAM PILIHAN BMRI 6800 7550. Memburuknya kondisi pasar saham akibat terkena imbasan negatif bursa global dan kawasan membuat pergerakan harga saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) selama lima pekan terakhir cenderung melemah. Harga sahamnya awal Agustus lalu telah mencapai Rp.8050 (1/8) kembali tertekan hingga sempat melemah ke Rp.6800 (6/ 9) dan mengalami technical rebound di akhir pekan ditutup di Rp.7200. Pelaku pasar disarankan tetap mengakumulasi saham bank dengan aset terbesar ini apabila mengalami koreksi akibat sentimen pasar yang memburuk. Ini mengingat pertumbuhan kinerja usahanya yang kuat sepanjang tahun ini. Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan kreditnya hingga Juni kemarin mencapai 27% di atas rata-rata pertumbuhan kredit perbankan nasional sekitar 23% sepanjang paruh pertama tahun ini. Data Bank Indonesia (BI) pekan lalu mengindikasikan pertumbuhan kredit perbankan nasional hingga akhir Agustus 2011 mencapai Rp.2037,41 triliun, naik 24,.2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp.1640,43 triliun. Hingga paruh pertama tahun ini (1H11), BMRI membukukan pertumbuhan laba bersih 57% mencapai Rp.6,3 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp.4,03 triliun. Konsensus analis memperkirakan tahun ini laba bersih perseroan mencapai Rp.12,02 triliun atau tumbuh 30,4% dari tahun sebelumnya Rp.9,22 triliun. Ini berarti pencapaian laba pada 1H11 telah mncerminkan 52,4% dari target laba tahun ini. Total aset perseroan per Juni 2011 naik 18,1% menjadi Rp. 474,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja positif tersebut juga tercermin dari kualitas aset seperti yang terlihat dari rasio NPL neto sebesar 0,58%. Harga saham BMRI saat ini di Rp.7200, ditransaksikan dengan rasio PBV sebesar 2,66x, dan PE sebesar 13,7x proyeksi 2011. Harga tersebut jauh lebih murah ketimbang saham BBCA yang saat ini ditransaksikan dengan PBV 5,10x dan PE 20,6x proyeksi 2011. Secara technical saat ini BMRI memiliki level support di Rp.6800 dan resisten di Rp.7550. Maintain Buy
SAHAM PILIHAN BUMI 2750-2925. Pergerakan harga saham BUMI akhir pekan kemarin mengindikasikan meningkatnya minat beli atas saham tersebut. Harga sahamnya berhasil menembus level resisten kuatnya selama empat pekan terakhir di Rp.2750 pada perdagangan akhir pekan kemarin ditutup di Rp.2800. Penguatan harga sahamnya tersebut berpotensi berlanjut menuju target resisten berikutnya di Rp.2925. Namun sentimen pasar yang kurang menguntungkan bisa membuat aksi beli tertahan dan berpotensi menimbulkan terjadinya technical correction. Apabila ini terjadi koreksi diperkirakan tidak akan besar dan bersifat sementara. Pelaku pasar disarankan melakukan akumulasi beli atas saham ini. Perseroan dalam waktu dekat berencana melakukan aksi korporasi berupa buy-back saham, dan ini bisa memberikan dampak positif bagi pergerakan harga saham. Laba bersih BUMI sepanjang semester I 2011 (1H11) tumbuh tipis 2,78% mencapai USD278,57 juta dibandingkan periode yang sama 2010 sebesar USD271,05 juta. Pendapatan usahanya tumbuh 24,40% mencapai UISD1,79 miliar dibandingkan periode yang sama 2010 sebesar USD1,44 miliar. EBITDA perseroan tumbuh 24,44% mencapai USD607,35 juta dengan marjin stabil di 34%. Pencapaian laba BUMI tersebut mencerminkan 57,6% dari target labanya tahun ini yang diperkirakan mencapai USD483,74 juta atau tumbuh sekitar 55% dari tahun lalu. Pada harga Rp.2800, saham BUMI ditransaksikan dengan PE 13,6x, relatif sama pada rata-rata PE sektor batubara saat ini sekitar 13,2x, namun lebih murah ketimbang PE historisnya sekitar 20x tahun lalu. Maintain Buy. Perhatikan : TLKM 7450-7750 Buy on Weakness HRUM 8400-9000 Buy on Weaknes APLN 340-375 Buy on Weakness MNCN 1090-1170 Buy on Weakness SMCB 2000-2150 Buy on Weakness UNTR 24725-25850 Sell on Strength CTRP 485-510 Trading Buy ICB?P 5350-5600 Sell on Strength
TECHNICAL VIEW
CORPORATE ACTION
JADWAL RUPS
PT. First Asia Capital Panin Bank Centre 3 rd Floor Jl. Jend. Sudirman No. 1 Jakarta 10270 Telp : 021-726 3969 (H) Fax : 021-571 0895 Web : www.firstasiacapital.com E-mail : cs@firstasiacapital.com BRANCH OFFICE Jakarta: Gedung Jaya Lt. 2 Suite L02-05 Jl. M. H. Thamrin No. 12 Jakarta 10340 Telp : 021-319 31811 Fax : 021-319 31838 Ruko Mall Taman Palem No.32 Jl. Kamal Raya, Outer Ring Road Cengkareng Jakarta 11730 Telp. 021-543-76266 Fax. 021-543-72102 Jl. The Centro Metro Broadway Blok A No. 28 Lt. 2 Jakarta Utara Telp : (+62 21) 30010315 Yogyakarta: Ruko Gajah Mada Square Kav. E Jl. Juminahan No 26 Yogyakarta 55212 Tlp. 0274-587888 Fax. 589171 Makasar : Jl. Gunung Bawakareng No. 71 Makasar 90157 Telp : 0411-313 122 Fax : 0411-311 118 Pontianak : Jl. Jend Urip No. 7 Pontianak 78111 Telp : 0561-767 839 Fax : 0561-761 056 Disclaimer : Laporan ini dibuat dari opini analis hanya sebagai informasi untuk membantu investor memahami pasar saham Indonesia dan bukan ditujukan untuk memberikan rekomendasi kepada siapa pun untuk membeli atau menjual suatu efek tertentu. Informasi yang ada pada laporan ini diambil dari sumber yang dianggap bisa dipercaya. Namun demikian PT. First Asia Capital tidak menjamin dan bertanggung jawab atas kebenaran dan keakuratan dari informasi dan pendapat yang ada pada laporan ini.