PERHITUNGAN POLARISASI SPONTAN DAN MOMEN QUADRUPOL POTENSIAL LISTRIK BAHAN PIZT (PbInxZryTi1-x-yO3-x/2)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2005 sampai Juni 2006, bertempat di

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS BARIUM FERRUM TITANAT (BFT) DENGAN METODE SOL GEL

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang

KAJIAN PENGARUH DOPING Fe PADA Ba 1-X Sr X TiO 3 TERHADAP STRUKTUR MIKRO, MORFOLOGI DAN SIFAT FERROELEKTRIK

Analisis Pengaruh Variasi Dopan Lantanum pada Lapisan Tipis Barium Strontium Titanat Terhadap Struktur Kristal

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI FILM Ba 0,5

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK DAN PIROELEKTRIK Ba 0,75 Sr 0,25 TIO 3 (BST) YANG DIDADAH GALIUM (BGST) DI ATAS SUBSTRAT SI (100) TIPE-P ERDIANSYAH PRATAMA

Efek Annealing Pada Penumbuhan Film Tipis Ferroelektrik PbZr 0,625 Ti 0,375 O 3 (PZT)

KAJIAN VARIASI SUHU ANNEALING DAN HOLDING TIME PADA.

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

Molekul, Vol. 5, No. 1, Mei 2010 : KARAKTERISTIK FILM TIPIS TiO 2 DOPING NIOBIUM

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

1. Departemen Fisika, Fakultas FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424

Pengaruh Variasi doping Lantanum pada Barium Titanat (Ba 1-x La x TiO 3 ) terhadap Struktur Mikro dan Sifat Ferroelektrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

EFEK FOTOVOLTAIK DA PIROELEKTRIK Ba 0,25 Sr 0,7 75TiO 3 (BST) YA G DIDADAH IOBIUM (B ST) ME GGU AKA CHEMICAL SOLUTIO DEPOSITIO. Agung Seno Hertanto

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

KARAKTERISASI BAHAN FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba 0.3 Sr 0.7 TiO 3 ) DENGAN MENGGUNAKAN DIFRAKSI SINAR-X (XRD)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Fisika. Oleh Herlin Dien Mahmudah S

2 SINTESA MATERIAL SEMIKONDUKTOR BERBASIS BAHAN FERROELEKTRIK FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) Pendahuluan

Jurnal MIPA. KAJIAN VARIASI SUHU ANNEALING DAN HOLDING TIME PADA PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS BaZr 0,15 Ti 0,85 O 3 DENGAN METODE SOL GEL

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK BAHAN Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 YANG DIDADAH GALIUM (BSGT) DI ATAS SUBSTRAT Si (100) TIPE-N. Abraham Marwan

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Fisika. Oleh: YUNITA SUBARWANTI NIM S

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

III. METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PEMBUATAN FILM TIPIS BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba 0,6 Sr 0,4 TiO 3 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL DAN KARAKTERISASI MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI IMPEDANSI

SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

Disusun oleh : Fildzah Khairina Nisa M SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

SIFAT OPTIK DARI FILM TIPIS BARIUM STRONSIUM TITANAT MENGGUNAKAN KARAKTERISASI SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET- VISIBLE. TaufiqHidayat*, Rahmi Dewi, Krisman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Gambar 2.1. Kurva histerisis (Anggraini dan Hikam, 2006)

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) DENGAN MENGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis)

Keywords: Barium Strontium Titanate, Absorbancy, Transmitancy, Annealing, Sol-Gel, Spectroscopy Ultraviolet-Visible(Uv-Vis)

UNIVERSITAS INDONESIA. PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT FERROELEKTRIK LAPISAN (Ba 0.5 Sr 0.5 ) 1-x Cu x TiO 3 TESIS

SINTESIS MATERIAL FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba0,75Sr0,25TiO3) MENGGUNAKAN METODE CO-PRECIPITATION

Bab III Metoda Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISASI DAN PEMBUATAN LAPISAN TIPIS BaZr (x) Ti (1-x) O 3 DIDOPING INDIUM PADA SUBSTRAT Pt MENGGUNAKAN METODE CSD (Chemical Solution Deposition)

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

BAB I 1 PENDAHULUAN. kemampuan mengubah bentuk radiasi cahaya menjadi sinyal listrik. Radiasi yang

Irzaman, A Maddu, H Syafutra, dan A Ismangil. Jalan Meranti Gedung Wing S no 3 Dramaga Bogor

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT OPTIK DARI Ba 1-x Sr x TiO 3 MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER ULTRAVIOLET VISIBLE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

Fiki Fahrian*, Rahmi Dewi, Zulkarnain

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

KARAKTERISASI BAHAN FEROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba 0,7 Sr 0,3 TiO 3 ) MENGGUNAKAN MIKROSKOP IMBASAN ELEKTRON (SEM)

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama :

Kajian Variasi Temperatur Annealing dan holding time pada Penumbuhan Lapisan Tipis BaZr 0,15 Ti 0,85 O 3 dengan Metode Sol-Gel

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

SIFAT OPTIK LiTaO 3 DIDADAH Ga 2 O 3 BERDASARKAN METODE TAUC PLOT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LAPISAN Ba 0.5 Sr 0.5 TiO 3 (BST) YANG DIDOPING DENGAN MAGNESIUM DENGAN METODE CHEMICAL SOLUTION DEPOSITION (CSD)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

Transkripsi:

PERHITUNGAN POLARISASI SPONTAN DAN MOMEN QUADRUPOL POTENSIAL LISTRIK BAHAN PIZT (PbInxZryTi1-x-yO3-x/2) Muhammad Hikam 1, Edy Sarwono 1, dan Irzaman 2 1. Program Pascasarjana Ilmu Material, Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Fisika, FMIPA, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16143, Indonesia E-mail: hikam@ui.edu Abstrak PZT (PbZr 1-x Ti x O 3 ) merupakan bahan berbentuk kristal perovskite yang dapat dimanfaatkan sebagai sensor inframerah. Penambahan sedikit dopan (bahan pendoping) dapat mengubah secara drastis karakteristik spesifik dari bahan keramik-ferroelektrik seperti polarisasi spontan, sifat dielektrik, sifat elektromekanik, elektrooptik dan sifat lainnya. Hard doping dengan menggunakan ion In3+ diaplikasikan pada penelitian ini dan dilakukan penumbuhan lapisan tipis dari bubuk PIZT (PbIn x Zr y Ti 1-x-y O 3-x/2 ) pada substrat Si() dengan metode Chemical Solution Deposition (CSD) dengan konsentrasi 0,5 M dan kecepatan putar spin coating 3000 rpm. Karakteristik bahan PIZT baik bubuk maupun lapisan tipisnya diuji dengan difraksi sinar x. Analisis Rietveld dilakukan dengan menggunakan program GSAS-EXPGUI dan diperoleh parameter kisi dan komposisi fasa dari kristal. Polarisasi spontan (P s ) PIZT bubuk dan lapisan tipisnya mengalami penurunan dibandingkan dengan bahan asalnya (PZT). Polarisasi spontan yang optimum dari lapisan tipis PIZT dicapai pada rentang doping 0,5% - 1% In2O3. Momen quadrupol potensial listrik ( Q(r) ) bahan PIZT pada suatu titik P (0,0,2a) mencapai kondisi optimum pada % doping 6% In 2 O 3 dan dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bentuk lapisan tipis PIZT memiliki nilai ( Q(r) ) yang lebih baik daripada bentuk bubuknya untuk rentang doping > 1% In2O3. Abstract The Calculation Spontaneous Polarization and Quadrupole Moment of Electric Potential PIZT (PbIn x Zr y Ti 1-x-y O 3-x/2 ). PZT (PbZr 1-x Ti x O 3 ) is a perovskite crystal that can be used for IR sensor. Small amount of dopant can drastically change the specific characteristic of ferroelectric ceramic such as spontaneous polarization, dielectric constant, electromechanical and also electro-optic properties. The addition of In 3+ ion (called as hard doping) has been applied in this research. Thin film of PIZT (PbInxZryTi1-x-yO3-x/2) has been deposited on Si() substrate with Chemical Solution Deposition (CSD) method. The concentration of solution is 0,5 M and the angular speed applied of spin coating is 3000 rpm. The PIZT sample has been analyzed with x-ray diffraction method. Rietveld analyses using GSAS-EXPGUI software resulted lattice parameter of crystal and phase compositions of PIZT samples. The values of all sample PIZT spontaneous polarization (P s ) have been calculated lower than PZT. The optimally P s was reached at 0,5% to 1% In 2 O 3 doping. Quadrupole moment of electric potential ( Q(r) ) at point P (0,0,2a) reached optimum at 6% In2O3 doping and they also showed that PIZT thin film have Q(r) higher value than their bulk form for In2O3 doping >1%. Keywords: PZT, PIZT, XRD, Rietveld analyses, spontaneous polarization, quadrupole moment of electric potential 1. Pendahuluan 108

109 Peranan bahan pyroelektrik PbZr x Ti 1-x O 3 (PZT) sangat menarik untuk diteliti karena dalam penerapannya dapat digunakan sebagai sensor inframerah [1-3]. Bahan pyroelektrik PZT dan turunannya memiliki kepekaan (responsivitas) tinggi terhadap panas dibanding dengan bahan pyroelektrik lainnya seperti LiTaO 3, BaSr 1-x Ti x O 3 [4]. Berdasarkan hasil penelitian Iyon Suryana [2], polarisasi spontan bahan PZT bubuk dan lapisan tipisnya (dengan konsentrasi 0,5 M dan kecepatan putar spin-coating 3000 rpm) masing-masing adalah 64,4502 C/cm2 dan 66,0432 C/cm2. Sedangkan bahan ferrolektrik lainnya seperti BaTiO3, PbTiO3 dan KNbO 3 memiliki nilai polarisasi spontannya masing-masing adalah: 26; 52 dan 30 C/cm 2 [5,6]. Selain itu, bahan ferroelektrik PZT dan turunannya mempunyai kelebihan dalam lingkungan yang tidak memerlukan pendinginan, berarti pembuatannya lebih layak dilakukan di laboratorium kampus-kampus Indonesia. Pada aplikasinya seringkali diperlukan suatu keramik piezoelekrik yang memiliki karakteristik tertentu agar sesuai dengan kebutuhan pada penggunaan yang spesifik. Untuk memenuhi kebutuhan keramik pada aplikasi khusus tersebut, dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi pada kondisi yang berbeda sehingga dihasilkan karakteristik yang berbeda pula. Teknik yang dipakai dalam memodifikasi keramik piezoelektrik adalah dengan subtitusi unsur atau doping [6]. Dalam pembuatan lapisan tipis pada penelitian ini digunakan metode Chemical Solution Deposition (CSD) karena pada metode ini stokiometrinya mudah dikontrol dengan baik, mudah dibuat dan dilakukan pada temperatur rendah. Tujuan umum penelitian ini adalah menumbuhkan thin film (lapisan tipis) bahan PbZr x Ti 1-x O 3 yang didoping In 2 O 3 dengan menggunakan metode Chemical Solution Deposition (CSD). Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menambahkan doping In2O3 pada bahan PZT untuk melihat pengaruhnya pada mutu lapisan tipis (PIZT) yang terbentuk kemudian menghitung polarisasi spontan (P s ) dan momen quadrupol potensial listrik ( Qr ) dari bubuk dan lapisan tipis PIZT tersebut. 2. Metode Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Departemen Fisika FMIPA UI Depok. Pengujian lapisan tipis yang menggunakan peralatan XRD, XRF dan SEM dilakukan di Program Pascasarjana Ilmu Material FMIPA, UI Salemba. Alat dan bahan yang dipergunakan mencakup bubuk PbTiO3, bubuk PbZrO3, bubuk In2O3 senuanya dengan kemurnian minimum 99%, pelarut 2-methoksietanol 99,99%, aceton pa (99%), aquades, hidrogen proksida pa, hidrogen fluorida pa dan hidrogen klorida pa. Substrat yang dipakai untuk lapisan tipis adalah Si(). Peralatan yang digunakan adalah: Evaporator untuk menguapkan pelarut, analytical balances SARTORIUS model BL 6, furnace merk VULCAN 3-550, Spin-coater dengan speed controler system merk CLEMENTS, XRF device (x-ray flouresence) merk JEOL SX 29020, XRD device (x-ray diffraction) merk PHILIPS Analytical PW3710, dan SEM device (scanning electron microscope) merk JEOL seri JSM-5310LV. Tahapan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut : Tahap I yaitu pembuatan bubuk PIZT yang dilanjutkan dengan proses annealing bubuk pada temperatur 750 o C. Tahap II yaitu pembuatan lapisan tipis PIZT dari bahan bubuk PIZT yang telah diannaeling dan dilanjutkan dengan proses annealing kembali lapisan tipis tersebut pada temperatur 750oC. Tahap III selanjutnya karakterisasi struktur kristal baik dari bubuk maupun lapisan tipis PIZT. Tahap IV berupa menganalisis nilai parameter kisi dan menghitung polarisasi spontan dan momen quadrupol potensial listrik bahan. 3. Hasil dan Pembahasan Pembuatan 12 gram bubuk PIZT dengan reaksi padatan dilakukan dengan cara mencampurkan 5,302 gram bubuk lead titanat (PbTiO 3 99%), 6,698 gram bubuk lead zirkonat (PbZrO 3 99.7%) dan indium oksida (In 2 O 3 ) ditumbuk dalam mesin mortar selama 24 jam dan diperoleh 12 gram bubuk PIZT. Campuran ini kemudian ditekan sampai pada tekanan

110 68.94 MPa selama 15 menit untuk pembuatan pelet. Pelet kemudian dianealing dalam furnace (tanur pemanas) pada suhu 750 o C selama 3 jam dengan proses pemanasan mengikuti kurva pada Gambar 1. Selanjutnya untuk membuat lapisan tipis dengan metode CSD (Chemical Solution Deposition) perlu dibuat larutan dan proses persiapan substrat. Pembuatan larutan 0,5 M PIZT dilakukan dengan menimbang sebanyak 0,42 gram bubuk PIZT kemudian dilarutkan dalam 2,5 ml 2-methoksietanol 99.9%. Larutan ini kemudian diaduk selama 1 jam dalam tabung reaksi sehingga diperoleh larutan 0,5 M larutan PIZT yang siap untuk dibuat lapisan tipis. Substrat yang digunakan adalah Si (). Si () tersebut dipotong-potong dengan ukuran 12 mm x 12 mm dengan menggunakan pemotong intan. Temp 750 28 oc 10 jam 3 jam 12 jam wakt Gambar 1. Kurva perubahan temperatur pada proses annealing Substrat dibersihkan dengan aseton selama 10 menit lalu dibersihkan dengan methanol selama 10 menit kemudian dibilas dengan aquades. Selanjutnya dilakukan 3 tahap pembersihan pada substrat. Pertama substrat direndam selama 15 menit dalam larutan H2O:NH2OH:H2O2 (perbandingan 5:1:1) yang telah dibiarkan selama 1-2 menit. Selanjutnya substrat direndam dalam larutan H 2 O:HF (perbandingan 50:1) untuk membuang lapisan tipis silikon dioksida dimana pengotor logam kemungkinan terkumpul akibat proses sebelumnya. Langkah terakhir adalah merendam substrat dalam larutan H 2 O:H 2 O 2 :HCl (dengan perbandingan 6:1:1) selama 10 menit. Setelah selesai kemudian substrat dibilas dengan aquades. Setelah bersih substrat dikering-kan dan siap dipakai. Substrat yang telah siap digunakan diletakkan pada reaktor spin coating dan ditetesi dengan larutan PIZT yang telah disiapkan. Lapisan tipis dibentuk dengan adanya pemutaran reaktor spin coating pada kecepatan 3000 rpm dalam waktu 30 detik. Lapisan tipis tersebut kemudian dikeringkan untuk selanjutnya diannealing selama 3 jam dengan tahapan sesuai Gambar 1. Dengan menggunakan instrumen XRF, maka unsur-unsur berat (selain O) penyusun bahan PIZT dapat diketahui. Dari hasil pengukuran XRF seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2, dapat dikatakan bahwa semakin besar In2O3 yang ditambahkan dalam campuran PbTiO 3 dan PbZrO 3, maka hasil pengukuran dengan XRF menunjukkan wt%-in yang terdeteksi juga ada kecenderungan semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa unsur Indium yang didoping telah masuk dalam campuran PZT dengan benar sesuai prosentasi dopan (In 2 O 3 ). Sehingga dapat dikatakan bahwa sampel PIZT yang berasal dari bahan-bahan PbTiO3, PbZrO3 dan In2O3 yang dibuat sudah dapat dipakai untuk pengukuran lebih lanjut, yaitu dengan XRD Hasil pengukuran Difraksi Sinar-x sampel PIZT dengan alat XRD Philips type PW 1140/00 untuk sampel bubuk terdapat pada Gambar 3. Dari kurva tersebut, terlihat puncak-puncak intensitas diantara keempat sampel PIZT bubuk dengan variasi %-doping In 2 O 3 mempunyai kemiripan. Puncak-puncak intensitas tertinggi (3 strongest line) fasa PIZT hasil refine dengan GSAS terdapat pada bidang-bidang hkl (), () dan (200). Hasil refine dengan GSAS sampel hasil uji XRD menunjukkan adanya 2 fasa yang terdapat dalam sampel, yaitu fasa PIZT dan fasa PbTiO3 sebagai sisa (residu) bahan penyusun PIZT yang belum terbentuk. Selanjutnya, bubuk PIZT yang telah terbentuk tersebut, dibuat lapisan tipis dengan teknik CSD

111 (Chemical Solution Deposition) yang ditumbuhkan pada substrat Si(), dengan konsentrasi larutan 0,5% M dan kecepatan putar spin-coating yang diaplikasikan adalah 3000 rpm. Hasil pengukuran XRD sampel lapisan tipis PIZT terdapat pada Gambar 4 a-d. Dari keempat kurva lapisan tipis PIZT tersebut, terlihat bahwa puncak-puncak intensitas semakin berkurang pada lapisan tipis, dibandingkan pada bubuk. Arah bidang hkl () pada lapisan tipis ini semakin dominan, walaupun bidang-bidang hkl () dan (111) masih terbentuk cukup jelas. Hal tersebut memberikan arti bahwa penumbuhan PIZT pada lapisan tipis menyebabkan adanya orientasi bidang-bidang hkl dari struktur kristal. Orientasi bidang-bidang hkl tersebut disebabkan oleh batas butir pada bubuk PIZT yang semakin besar, terutama dengan adanya proses re-anealling dalam proses pembuatan wt(%) In yang terdeteksi dengan 40.00 35.00 Bubu 1 Gambar 2. Hasil pengukuran sampel PIZT dengan XRF 30.00 2 wt( %) In 25.00 20.00 15.00 Trend kenaikan wt(%) 10.00 5.00 0.00 0 2 4 6 8 1 1 % Doping 111 200 211 Gambar 3. Kurva Hasil Pengujian Difraksi Sinar-x sampel PIZT bubuk pada berbagai variasi doping In 2 O 3 (dari bawah keatas 0,5%In sampai 10%-In). lapisan tipis tersebut. Kami tidak sampai pada pengujian batas butir lapisan tipis PIZT tersebut karena kami tidak melakukan proses sintering dalam penelitian ini. Karena batas butir lapisan tipis akan terbentuk apabila dilakukan proses intering tersebut [6]. Data hasil pengukuran dengan XRD, kemudian dilakukan refinement dengan software GSAS-EXPGUI. Proses refine dimulai dengan melihat data hasil pengukuran XRD yang dianalogikan parameter kisi dan posisi atomnya sama sebagai hasil refine PZT yang pernah dilakukan penelitian sebelumnya [7]. Setelah dilakukan proses refine dengan mencoba beberapa fase yang mungkin terdapat dalam sample PIZT yang diukur dengan XRD adalah sebagai berikut : Satu fasa PIZT, ternyata hasil refine tidak konvergen dan tick-mark sebagian besar tidak sesaui dengan fasa yang diduga, Fasa PZT + In 2 O 3, Fasa PbTiO 3 + PbZrO 3 + In 2 O 3, Fasa PIZT + substrat Si(),

112 Dari proses uji coba refine GSAS tersebut, ternyata fasa yang sesuai adalah PIZT dengan campuran PbTiO 3 yang dianggap sebagai residu bahan awal penyusun PIZT tersebut. Pada hasil refinement data hasil XRD sampel bubuk dan lapisan tipis PIZT ini kami menemukan bahwa residu PbTiO 3 masih relatif besar (untuk bentuk bubuk wt% hasil GSAS masih sekitar 40% sedangkan untuk lapisan tipis wt% antara 20%-50%). Hal ini memberikan arti bahwa paduan keramik antara PbTiO3, Tabel 1. Hasil proses analisa Rietveld sampel bubuk dan lapisan tipis PIZT dengan program GSAS PbZrO 3 dan In 2 O 3 belum sepenuhnya terbentuk. Fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : homogenitas pencampuran ketiga bahan tersebut yang belum baik, ukuran partikel yang masih terlalu besar saat proses pencampuran untuk membentuk paduan keramik yang sempurna, dan belum dilakukannya proses sintering pada pembuatan keramik PIZT ini. Walupun demikian, pada kasus lapisan tipis yang telah dilakukan proses annealing dua kali (re-anealling) memberikan efek yang cukup baik, yaitu dengan terbentuknya orientasi dominan dari struktur kristal lapisan tipis PIZT tersebut. Hasil parameter kisi yang diperoleh pada proses refine tersebut adalah seperti yang ditampilkan dalam Tabel 1 dengan space group adalah P4mm. Dari hasil analisa Rietveld, fasa PbZrTiO 3 tidak muncul dalam campuran sedangkan fasa PbTiO 3 masih ada dalam campuran akhir bersama PIZT. Hal ini memberikan arti bahwa In 2 O 3 (ion In3+) telah mendoping bahan PZT dengan menempati posisi ion Ti 4+ dalam struktur perovskite. Dengan demikian mekanisme pembentukan PIZT dalam proses doping PZT dengan In2O3 ini dapat digambarkan sebagai berikut: PbZr y Ti 1-y O 3 + x In 2 O 3 PbIn x Zr y Ti 1-x-y O 3-x/2 + x TiO 2 Dengan mekanisme seperti yang ditulis diatas, semestinya dalam campuran akhir PIZT terdapat fasa TiO 2, tetapi kami tidak menemukannya. Hal ini kemungkinan besar, karena ion Pb2+ yang sangat mudah terevaporasi pada temperatur tinggi (saat proses annealing atau re-annealing) dan berdifusi ke TiO 2 sehingga terbentuk fasa PbTiO 3 dan terakumulasi sebagai residu.

113 (a) Gambar 4 (a) 2 lapis Kurva pola Difraksi Sinar-x Lapisan Tipis PIZT 0,5% In 2 O 3 Gambar 4 (b) 111 (b) 1 lapis Kurva pola Difraksi Sinar-x Lapisan Tipis PIZT 1% In 2 O 3 2 lapis Gambar 4 (c) 111 (d) 200 2 lapis 1 lapis Kurva pola Difraksi Sinar-x Lapisan Tipis PIZT 6% In 2 O 3 Gambar 4 (d) Difraksi Sinar-x PIZT 10% In 2 O 3 111 (c) 200 Kurva pola Lapisan Tipis Dari hasil refine GSAS, dapat d i p e r o l e h parameter kisi s t r u k t u r p e r o v s k i t e P I Z T. 200 S e l a n j u t n y a parameter kisi 111 t e r s e b u t d i g u n a n a k a n 1 lapis u n t u k m e n g h i t u n g p o l a r i s a s i spontan. Dari hasil p e r h i t u n g a n p o l a r i s a s i spontan terlihat bahwa pada bubuk dan lapisan tipis PIZT, nilai polarisasi spontan semakin besar dengan bertambahnya %-In 2 O 3 yang didoping dan mencapai maksimum pada doping 6%-In2O3. Sehingga dapat dikatakan bahwa prosentase doping yang optimum untuk menghasilkan polarisasi spontan PIZT maksimum adalah pada rentang doping 1% sampai 10% In 2 O 3 seperti yang dapat dilihat dari kurva pada Gambar 5. Nilai hasil penghitungan polarisasi spontan untuk PIZT pada penelitian ini sedikit lebih rendah dibandingan nilai polarisasi spontan bahan PZT hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya masing-masing untuk bubuk PZT dan lapisan tipis PZT sebesar 64,4502 C/cm 2 dan 66,0432 C/cm 2 [2]. Perlakukan doping In2O3 pada bahan PZT memperkecil nilai polarisasi spontan (Ps) bahan baik untuk bentuk bubuk maupun lapisan tipisnya. Hal ini disebabkan pada doping dengan kategori hard-doping seperti yang dilakukan pada 2 lapis 1 lapis

114 penelitian ini dengan menggunakan ion In 3+ sebagai pengganti ion Ti 4+ /Zr 4+ menyebabkan efek menaikkan sifat kekerasan dari bahan PZT. Tetapi nilai konstanta dielektrik dan sebagian konstanta listrik lainnya seperti koupling faktor kp dan bulk resistivity v menurun [6]. Pembentukan lapisan tipis PIZT dengan prosentasi doping In 2 O 3 diatas 6% pada keramik PIZT seperti terlihat pada Gambar 5 memberikan efek memperkecil nilai polarisasi spontan (P s ) lapisan tipis. Pembentukan lapisan tipis PIZT akan memberikan efek peningkatan nilai polarisasi spontan keramik PIZT seiring dengan semakin tipisnya film untuk rentang doping 0,5%-In2O3 sampai 4%-In2O3. Secara umum, pembentukan lapisan tipis pada keramik ferroelektrik seperti bahan PIZT ini akan memberikan efek sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bubuknya [6]. Seperti terlihat pada hasil refine GSAS pada pembahasan sebelumnya, puncak-puncak intensitas hasil XRD semakin terorientasi pada lapisan tipis, yang mengindikasikan bahwa domain-domain yang dominan pada fasa ferroelektrik semakin terbentuk. Hal inilah yang menyebabkan pembentukan lapisan tipis (untuk rentang doping 0,5% - 1%) memberikan beberapa sifat listrik bahan seperti nilai polarisasi spontan (P s ) yang lebih baik dibandingkan bentuk bubuknya. Pada lapisan tipis PIZT seperti yang terlihat pada Gambar 4-a sampai 4-d, terdapat pola difraksi yang agak unik, karena terbentuk puncak yang relatif dominan pada sudut 2 = 77,8 o yang bukan merupakan fasa PIZT ataupun residu (PbTiO3). Puncak ini berasal dari substrat yang dipakai yaitu Si(). Hasil penelitian menunjukkan, pada rentang doping 0,5% - 4% In 2 O 3 semakin tipis lapisan, memberikan sensitifitas yang lebih baik dari bahan keramik ferroelektrik karena seperti terlihat di hasil GSAS, semakin terbentuk orientasi bidang-bidang hkl yang dominan () dari fasa PIZT dan menurunnya puncak-puncak yang tidak dominan (111). Pada penelitian ini, untuk rentang doping 0,5% sampai 1% In 2 O 3 pembentukan lapisan tipis memberikan hasil yang optimal untuk nilai polarisasi spontan (Ps) bahan PIZT. Berdasarkan perhitungan Tensor Momen Quadrupol dengan menggunakan rumus persamaan (1) dan (2), Q Jk = q i (3 j i k i r i 2 jk ). (1) dengan j,k = x, y, z dan jk = delta kronektor, q i = muatan litrik (coulomb), Sedangkan r i 2 = x i 2 + y i 2 + z i 2 Qr = 1/(8 or 5 ) ji ki QJk (Volt) (2) J=x,y,z k=x,y,z maka momen quadrupol potensial listik ( Qr ) pada suatu muatan titik di dekat kristal PIZT, misal pada suatu titik P (0,0,2a) dapat dihitung. Hasil penghitungan nilai ( Qr ) dan hubungannya dengan prosentasi doping Indium dan jumlah lapisan pada lapisan tipis terdapat pada Gambar 6.

115 Gambar 5. Kurva hasil penghitungan polarisasi spontan dan hubungannya dengan % doping Indium Gambar 6. Momen quadrupol potensial listrik bahan PIZT Tabel 2. Perhitungan Momen Quadrupol Terlihat bahwa nilai momen quadrupol potensial listrik ( Qr) untuk lapisan tipis lebih tinggi dibandingkan bubuk PIZT pada rentang doping In 2 O 3 > 1%. Lapisan tipis PIZT dengan 1 lapisan mempunyai nilai ( Qr ) yang lebih baik dibandingkan 2 lapisan pada doping In 2 O 3 > 0,5%. Penjelasan untuk alasan ini sama dengan penjelasan pada pengaruh lapisan pada pengaruhnya terhadap nilai polarisasi spontan, dimana semakin tipis lapisan mengakibatkan terbentuknya puncak-puncak yang semakin dominan pada bidang hkl () yang tidak lain adalah fasa PIZT pada campuran padatan PIZT seperti yang ditunjukkan pada hasil refine dengan program GSAS (Gambar 4-a sampai 4-d). Dari Gambar 6 juga terlihat nilai ( Qr ) mencapai optimum pada doping In2O3 sebesar 6%. 4. Kesimpulan Telah berhasil dibuat bubuk dan lapisan tipis PZT yang didoping dengan indium oksida (PIZT). dengan kandungan akhir dalam larutan padatan adalah PIZT dan PbTiO3 sebagai pengotor atau residu. Nilai polarisasi spontan (Ps) bahan PIZT lebih kecil dibandingkan dengan bahan PZT baik untuk bubuk maupun lapisan tipis. Nilai momen quadrupol potensial listrik ( Qr ) PIZT untuk lapisan tipis lebih baik dbandingkan dengan bentuk bubuknya (pada doping In 2 O 3 >1%) dan untuk lapisan PIZT 1 lapis memberikan nilai yang lebih baik dibandingkan 2 lapis (untuk doping In 2 O 3 > 0,5%). Nilai momen quadrupol potensial listrik ( Qr) PIZT ini mencapai optimum pada doping In2O3 sebesar 6%. Ucapan Terima Kasih Kami mengucapkan terima kasih kepada KMNRT dan LIPI yang melalui proyek RUT IX telah mendanai sebagian penelitian ini dengan nomor kontrak 14.05/SK/RUT/2004. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Azwar Manaf, ketua program studi Ilmu Material - UI yang telah memberikan kemudahan fasilitas riset.

116 Daftar Acuan [1] Irzaman, A. Fuad, P. Arifin., M. Barmawi, Prosiding Seminar Industrial Electronic, ITS, Surabaya, 1999. [2] I. Suyana, Tesis Master, Program Studi Ilmu Fisika FMIPA, Universitas Indonesia, Indonesia, 2003. [3] M. Hikam, Laporan Pelaksanaan Riset Unggulan Terpadu (RUT) IX.3 Tahun 2004, KRT-LIPI, Jakarta, 2004 [4] J. Fraden, Handbook of Modern Sensors: Physics, Designs and Applications, 2nd. ed., Springer-Verlag, New York, 1996. [5] L.L. Hench, J.K. West, Principle of Electronic Ceramics, John Wiley & Sons, Singapore, 1990. [6] Y. Xu, Ferroelectric Material and Their Applications, North-Holland, Netherlands, 1991. [7] T. Yogaraksa, M. Hikam, Makalah PPI Standarisasi dan Jaminan Mutu, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta, Indonesia, 2002.