PERBAIKAN PROSES STRIPING DENGAN METODE DMAIC PADA PT SIP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Persiapan Penelitian

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

SKRIPSI. Disusun oleh : NAILATIS SHOFIA JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

Journal of Industrial and Manufacture Engineering

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Oleh : Miftakhusani

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KECACATAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC DI PT. UNISON SURABAYA. Oleh

Analisis Six Sigma untuk Mengurangi Jumlah Cacat di Stasiun Kerja Sablon (Studi Kasus: CV. Miracle)

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KUALITAS PRODUK SEPEDA PHOENIX DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KECACATAN PRODUK DI PT RODA LANCAR ABADI - SIDOARJO SKRIPSI.

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland)

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH :

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PINTU DEPAN KANAN KIJANG INNOVA PADA LINI PERAKITAN PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

ANALISIS KECACATAN PRODUK KEMASAN DENGAN METODE DMAIC DI PT.SURABAYA PERDANA ROTOPACK SKRIPSI

KAJIAN SIX SIGMA DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PADA BAGIAN PENGECEKAN PRODUK DVD PLAYERS PT X

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TEH HIJAU MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DALAM UPAYA MENCAPAI ZERO DEFECT

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PROSES PRODUKSI WAFER ABON DENGAN METODE SIX SIGMA

IMPLEMENTASI METODE SIX SIGMA MENGGUNAKAN GRAFIK PENGENDALI EWMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI CACAT PRODUK KAIN GREI

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y

BAB V HASIL DAN ANALISIS

Transkripsi:

PERBAIKAN PROSES STRIPING DENGAN METODE DMAIC PADA PT SIP Iemel Faranila Staf Quality Departemen, Manufacture Industry, Jakarta iemelfaranila@yahoo.com ABSTRACT Production quality is a very critical element in the pharmaceutical industry. One of the methods used to increase product quality is to decrease error factors and product defects, which can have a bad impact on the final product quality. Method DMAIC as an improvement model for Six Sigma is used to analyze required repairs. Striping process that took place has a good performance with 5:05 and DPMO Sigma level of 67. However, the process is not in statistical control (the process is unstable) due to variations in the number of existing defects. To reduce product defects, the company needs to conduct a more optimal scheduling to minimize WIP. Based on calculations using the fuzzy method, initial settings for the machine must be done well to guard temperature changes during operation of the machine, to keep it below the machine initial setting limit (80-0 C). Keywords: quality, six Sigma, DMAIC, Sigma level, DPMO, fuzzy method ABSTRAK Kualitas produksi merupakan hal yang sangat penting dalam industri farmasi. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk adalah dengan mengurangi faktor kesalahan dan cacat produk, yang dapat berdampak buruk terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Metode DMAIC sebagai model perbaikan Six Sigma digunakan untuk melakukan analisis perbaikan yang diperlukan. Proses striping yang berlangsung memiliki kinerja yang cukup baik dengan level Sigma 5.05 dan DPMO 67. Tetapi, proses tersebut tidak berada dalam kendali statistik (proses tidak stabil) akibat variasi jumlah produk cacat yang ada. Untuk mengurangi produk cacat, perusahaan perlu melakukan penjadwalan yang lebih optimum untuk mengurangi WIP. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode fuzzy setting awal mesin harus dilakukan dengan baik untuk menjaga perubahan suhu pada saat mesin beroperasi, agar tidak melebihi batas ketentuan setting awal mesin (80-0 C). Kata kunci: kualitas, six Sigma, DMAIC, level Sigma, DPMO, metode fuzzy 8 INASEA, Vol. 0 No., April 2009: 8-8

PENDAHULUAN Perkembangan dunia industri sekarang ini, yang didukung dengan perkembangan teknologi meningkatkan persaingan ketat antar perusahaan. Penguasaan pasar dapat dilakukan dengan baik jika produk yang dihasilkan mampu memberikan kepuasan bagi pelanggannya. Dikarenakan ada begitu banyak pilihan produk yang tersedia, konsumen akan bersikap kritis terhadap kualitas produk yang mereka gunakan. Perusahaan bergerak di bidang perindustrian obat di Indonesia dan merupakan salah satu perusahaan yang ikut memegang peranan penting di bidang kesehatan masyarakat. METODE PENELITIAN Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk adalah dengan mengurangi faktor kesalahan dan cacat produk, yang dapat berdampak buruk terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Penggunaan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) sebagai salah satu metode Six Sigma, dapat digunakan dalam upaya peningkatan kualitas produk. Six Sigma merupakan pengukuran kualitas untuk mencapai kesempurnaan serta merupakan metode untuk mengeliminasi cacat di semua proses. Metode ini merupakan sebuah terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas, berupa suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatik menuju tingkat kegagalan 0 (zero defect) sehingga dengan penggunaan metode ini memungkinkan untuk dilakukan analisis usaha-usaha perbaikan kualitas yang dibutuhkan. Six Sigma secara sederhana didefinisikan sebagai pendekatan pengambilan keputusan dalam usaha peningkatan proses, yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya. Kata Sigma sendiri yang merupakan salah satu huruf alfabet yunani berarti indikasi banyaknya tingkat variasi output terhadap target yang telah ditetapkan. Metode ini juga memiliki basis yang cukup kuat pada statistik, di mana Six Sigma merujuk pada target kinerja operasi yang diukur dengan hanya 3,4 cacat (defect) untuk setiap satu juta aktivitas atau peluang (Defect Per Million Opportunity). Ada banyak keuntungan yang didapat dari penggunaan Six Sigma yang telah terbukti, di antaranya adalah pengurangan biaya, peningkatan produktivitas, mempercepat tingkat perbaikan, pertumbuhan pangsa pasar, retensi pelanggan, pengurangan waktu siklus, pengurangan defect (cacat), dan pengembangan produk atau jasa. Siklus perbaikan 5 fase yang makin umum dalam organisasi Six Sigma adalah Define Measure Analyze Improve Control (DMAIC). DMAIC didasarkan pada siklus dasar PDCA. Beberapa keuntungan yang ditawarkan model DMAIC dibanding yang lain adalah dapat membuat suatu awal yang baik, memberikan sebuah konteks yang baru terhadap alat-alat yang sudah dikenal, menciptakan sebuah pendekatan yang konsisten, memprioritaskan pelanggan dan pengukuran sebagai 2 komponen kritis sistem Six Sigma, dan menawarkan jalur perbaikan proses dan juga perancangan (baru atau ulang) untuk perbaikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Terdapat 3 jenis cacat yang ada pada proses striping. Dari 3 jenis cacat tersebut, tidak semua jenis yang selalu terjadi. Untuk cacat jenis test dan massa frekuensi, terjadinya hanya Perbaikan Proses Striping (Iemel Faranila) 9

sesekali saja dan secara kebetulan tidak terjadi pada data produk SOFAR yang diambil sebagai data penelitian. Data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Pengolahan Data Tabel Jumlah Cacat pada Produk SOFAR Batch Jenis Defect Total ke Test Tab Massa Produksi - 05-59089 2-60 - 5909 3-30 - 588075 4-04 - 587083 5-245 - 586606 6-25 - 59080 7-200 - 589297 8-70 - 592268 9-66 - 59633 0-72 - 5985-90 - 59367 2-45 - 594037 3-60 - 594424 4-28 - 58899 5-89 - 5963 6-60 - 590303 7-56 - 592824 8-60 - 59252 9-24 - 59999 20-00 - 590643 2-66 - 59239 22-63 - 592203 23-94 - 59348 24-300 - 587582 25-40 - 586369 26-66 - 58738 27-32 - 59459 28-0 - 59066 29-20 - 59844 30-08 - 587862 3-50 - 589773 32-90 - 589759 33-00 - 592606 Sumber: PT SOHO Industri Pharmasi Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari 5 fase berdasarkan metode DMAIC untuk memperoleh usaha perbaikan yang dapat dilakukan. Dalam fase DMAIC tersebut, digunakan beberapa alat statistik yang dapat digunakan untuk mengolah dan menganalisa data yang ada. Fase Define Fase ini bertujuan untuk mendefinisikan masalah yang ada dengan penjabaran dalam project statement, pembuatan diagram SIPOC dan peta proses dari produk. Pertama, project statement. Definisi dari pernyataan proyek penelitian yang dilakukan, yaitu () Latar belakang (bussiness case). Perusahaan bergerak di bidang farmasi. Namun, dalam kegiatan produksi yang berlangsung, masih terdapat sejumlah produk cacat yang dihasilkan. Untuk itu, masih perlu dilakukan tindakan perbaikan untuk mengurangi cacat yang dihasilkan; (2) Pernyataan masalah (problem statement). Dari keseluruhan proses, cacat yang paling banyak terjadi pada proses pengemasan (striping); (3) Pernyataan tujuan (goal statement). Tujuan yang ingin dicapai adalah 0 INASEA, Vol. 0 No., April 2009: 8-8

dapat memperbaiki proses yang berlangsung sehingga dapat mengurangi jumlah cacat yang dihasilkan; (4) Ruang lingkup proyek (project scope). Penelitian yang dilakukan difokuskan pada proses striping yang berfrekuensi cacat paling tinggi, untuk produk SOFAR yang memiliki tingkat produksi tinggi; (5) Milestone. Batas waktu dilakukannya penelitian adalah antara Maret sampai Juni 2007. Kedua, pembuatan diagram SIPOC. Diagram SIPOC merupakan salah satu teknik yang paling sering digunakan untuk perbaikan proses. Diagram ini juga digunakan untuk menyajikan tampilan dari aliran kerja, yang terdiri dari 5 elemen seperti supplier, input, process, output, dan customer. Ketiga, pembuatan peta proses (OPC). Melalui peta proses, dapat diketahui tahapan proses yang dilakukan pada produk secara lebih detail. Untuk membuat produk SOFAR, dibutuhkan bahan baku utama produk berupa bahan-bahan kimia sesuai dengan formula yang telah ditentukan. Untuk kebutuhan pengemasan, leafleat yang telah diterima dan diperiksa sebelumnya, melalui proses leafleating, yaitu pelipatan menggunakan mesin. Proses dari pembuatan produk SOFAR sendiri dimulai dengan kegiatan granulasi (pengayakan) semua bahan baku campuran utama. Proses berikutnya adalah tableting, yaitu proses pembentukan bahan campuran menjadi bentuk tablet sesuai standar yang ditentukan. Setelah proses coating, tablet-tablet obat tersebut dipindahkan ke area pengemasan. Jika tidak memungkinkan untuk langsung dilakukan dikemas, dan terakhir box-box kecil tersebut lalu dikemas ke dalam kardus. Barang jadi, tersebut kemudian dipindahkan ke warehouse. Fase Measure Hal pertama yang dilakukan adalah penentuan karakteristik kualitas kunci (CTQ). Lalu, pengukuran dilakukan melalui pembuatan peta kendali, perhitungan (Defect Per Million Opportunities) DPMO dan level Sigma yang telah dicapai dari proses yang berlangsung sampai saat ini. Pertama, pembuatan peta kendali seperti pada Gambar. Pembuatan peta kendali ditujukan untuk mengetahui apakah proses yang berlangsung berada dalam kendali statistik atau tidak. 0.0005 P Chart of Defect Proportion 0.0004 0.0003 0.0002 UCL=0.0002545 _ P=0.000995 LCL=0.000444 0.000 0.0000 4 7 0 3 6 9 Sample 22 25 28 3 Tests performed with unequal sample sizes Gambar Peta Kendali P Perbaikan Proses Striping (Iemel Faranila)

Kedua, perhitungan DPMO dan level Sigma. DPMO merupakan ukuran peluang kegagalan (defect) yang diidentifikasi dengan berapa banyaknya defect yang akan muncul dalam satu juta kesempatan. Berikut adalah langkah perhitungannya. D (Jumlah keseluruhan produk cacat) = 3888 tablet U (Total produk yang diproduksi) = 94976 tablet OP (Karakteristik Kualitas Kunci / CTQ) = 3 TOP (Total Opportunities) = U OP = 94976 3 = 58475283 D 3888 DOP (Defect per Opportunities) = = = 0.00006649 TOP 58475283 DPMO (Defect Per Million Opportunities) = DOP 0 6 = 66.49 D 3888 DPU (Defect Per Unit) = = = 0.000995 U 94976 Y (Yield) = ( DPU) 00% = 99.98% Level Sigma (Hasil interpolasi dari Yield) = 5.05 Fase Analyze Dalam fase ini, dilakukan penjabaran dari faktor-faktor penyebab timbulnya cacat, yang dilakukan dengan pembuatan diagram sebab akibat (fishbone) (Gambar 2). Dikarenakan hanya cacat jenis tab saja yang terjadi pada produk yang diteliti, maka analisa dilakukan untuk jenis cacat tab saja. Berikut adalah hasil pembuatan diagram yang dilakukan. Gambar 2 Diagram Sebab Akibat Defect Tab Fase Improve Dalam fase ini, ditentukan modus kegagalan potensial dengan FMEA. Sebelumnya, perlu diketahui yang paling memegang peranan dalam proses yang bersangkutan untuk menentukan modus kegagalan tersebut sehingga dilakukan perhitungan AHP untuk menentukannya. 2 INASEA, Vol. 0 No., April 2009: 8-8

Pertama, perhitungan dengan AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP digunakan untuk mengetahui peringkat pemegang peranan dalam proses striping yang dilakukan. Saat proses striping berlangsung, pemegang peranan terhadap penentuan produk cacat yang dihasilkan adalah operator, petugas pembantu, dan controller. Kedua, pembuatan FMEA (dapat dilihat pada Tabel 2). Ketiga, penggunaan metode Fuzzy. Metode Fuzzy (logika Fuzzy) merupakan suatu cara untuk memetakan suatu ruangan input ke dalam suatu ruang output, di mana dalam penelitian ini input nya berupa suhu yang mempengaruhi jumlah defect produk sebagai output nya. Dikarenakan hasil FMEA sebelumnya menunjukkan bahwa setting suhu merupakan modus kegagalan prioritas kedua, maka digunakan metode Fuzzy sebagai solusinya. Tabel 2 FMEA Cacat Jenis Tab Modus Kegagalan Potensial Operator kurang pengalaman (teliti) Setting suhu tidak sesuai Efek Potensial Modus Kegagalan Hasil striping tidak sesuai ketentuan - Tablet Rusak - Strip Bocor Nilai O S D RPN 4 4 3 48 4 7 4 2 Sebab Potensial Modus Kegagalan Operator tidak terbiasa dengan mesin yang digunakan (Job Rotation) Perubahan suhu melebihi batas ketentuan Pengendalian Traning Cari setting yang optimal Kesalahan tidak terduga dalam mesin Material Buruk Penyimpanan Work in Process - Tablet Rusak - Proses striping terhambat Tablet mudah patah (rapuh) 4 5 5 00 3 5 2 30 Tablet rusak 5 5 5 25 Tablet terjepit dalam mesin Tablet tidak sesuai standar Menunggu proses selanjutnya Pengawasan saat proses berlangsung Pengawasan yang lebih ketat Minimasi penyimpanan & banyaknya tumpukan WIP Data setting suhu mesin striping dapat dilihat pada bagian lampiran, dengan batas toleransi setting awal suhu yang digunakan perusahaan adalah 95±5 C (80-0 C). Berdasarkan data yang ada, setting suhu saat mesin beroperasi berada dalam range 05-25 C, di mana dalam pembentukan aturan Fuzzy yang digunakan dibedakan menjadi 2 kondisi, yaitu normal dan tinggi (lihat Gambar 2). Sementara data jumlah defect yang ada maksimum berjumlah 300 tablet. Himpunan Fuzzy Variabel Suhu Derajat Keanggotaan µ(t &t 2 ) Normal Tinggi 0 05 0 5 20 25 Suhu ( C) Gambar 3 Variabel Suhu Perbaikan Proses Striping (Iemel Faranila) 3

Fungsi keanggotaan: μ μ μ Defect Sedikit Defect Sedang Defect Banyak ; D 50 25 D = ; 50 D 25 00 0; D 25 0; D 75atau D 225 50 - D D = ; 75 D 50 75 D -50 ; 50 D 225 75 0; D 75 D -75 D = ; 75 D 250 75 ; D 250 [ D] [ ] [ ] Berdasarkan aturan dan himpunan yang terbentuk, selajutnya dilakukan perhitungan untuk setiap kemungkinan kombinasi suhu dari kedua pengatur suhu. Berikut contoh perhitungan dan hasil yang diperoleh. Kombinasi suhu 05 dan 0. Nilai keanggotaan suhunya didapat dengan: 20 05 5 μsuhu Normal[ 05] = = = 5 5 μsuhu Tinggi [ 05] = 0 20 0 0 2 μsuhu Normal[ 0] = = = 5 5 3 μ Suhu Tinggi [ 0] = 0 Sedangkan nilai Defect setiap aturan didapat dengan: Aturan : IF Suhu Normal AND Suhu 2 Normal, THEN Defect Sedikit α predikat = μsuhu Normal[ 05] μsuhu Normal[ 0] = min( μsuhu Normal[ 05 ],μ Suhu Normal[ 0] ) 2 2 = min, = 3 3 25 D μdefectsedikit [ D] = 75 2 25 D = 3 75 D = 75 Aturan 2: IF (Suhu Normal AND Suhu 2 Tinggi) OR (Suhu Tinggi AND Suhu 2 Normal), THEN Defect Sedang 4 INASEA, Vol. 0 No., April 2009: 8-8

α predikat2 = μsuhu Normal[ 05] μsuhu Tinggi [ 0] = min( μsuhu Normal[ 05 ],μ Suhu Tinggi [ 0] ) = min(,0) = 0 [ D] = 0 D 75atau D 225 μdefectsedang 2 Aturan 3: IF Suhu Tinggi AND Suhu 2 Tinggi, THEN Defect Banyak α predikat3 = μsuhu Tinggi [ 05] μsuhu Tinggi [ 0] = min( μsuhu Tinggi [ 05 ],μ Suhu Tinggi [ 0] ) = min( 0,0) = 0 [ D] = 0 D 75 μdefect Tinggi 3 Nilai Defect (D) didapat dengan: αpred D pred D pred D D + α 2 2 + α 3 = 3 αpred + αpred2 + αpred3 2 75 + 0 D2 + 0 D3 D = 3 = 75 2 + 0 + 0 3 Fase Control Fase ini bertujuan untuk mengendalikan tindakan perbaikan yang dilakukan, di mana fase ini merupakan awal dari perbaikan yang terus-menerus. Pertama, simulasi perhitungan peningkatan kinerja proses. Simulasi perhitungan ini dilakukan untuk menunjukkan peningkatan kinerja proses yang berlangsung, yang dapat dilihat dari nilai DPMO dan level Sigma yang dicapai (Tabel 3). Tabel 3 Hasil Simulasi Pengurangan Jumlah Defect Pengurangan Defect 0% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Total Defect 3888 3499 30 2722 2333 944 555 66 778 389 DPMO 66.49 59.84 53.9 46.54 39.89 33.24 26.60 9.95 3.30 6.65 Level Sigma 5.05 5.25 5.75 5.225 5.275 5.325 5.375 5.425 5.475 5.638 Kedua, dokumentasi dan sosialisasi. Kegiatan ini dapat mempermudah sosialisasi ke seluruh bagian perusahaan, untuk mendukung perbaikan secara teru-menerus. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di antaranya, yaitu merevisi prosedur lama yang telah disesuaikan dengan perbaikan yang telah dicapai; membuat dokumentasi aktivitas dan hasil yang diperoleh secara sederhana, jelas, mudah dimengerti, dan digunakan. Pastikan dokumen tersebut tetap up-to-date; membuat laporan pengukuran yang dapat memberikan informasi dengan cepat dan sederhana, misalnya dengan pembuatan grafik; menetapkan standar kualitas yang lebih baik; serta sosialisasi secara menyeluruh tentang perbaikan-perbaikan yang telah dicapai. Perbaikan Proses Striping (Iemel Faranila) 5

SIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan di bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian, yaitu () Jenis cacat yang paling dominan pada proses striping adalah cacat jenis tab, yaitu kerusakan pada tablet obat yang diproses seperti patah, hancur, dan lain lain; (2) Terdapat 3 faktor utama yang menyebabkan timbulnya cacat pada proses striping, yaitu penyimpanan WIP, setting suhu, dan kesalahan yang terjadi dalam mesin; (3) Proses yang berlangsung tidak terkendali secara statistik, di mana hanya terdapat 36% data saja yang berada dalam batas kendali, yang disebabkan variasi data jumlah defect sangat signifikan satu dengan yang lainnya. Untuk itu, masih diperlukan tindakan perbaikan agar proses yang berlangsung dapat terkendali dengan baik; (4) Kinerja proses yang berlangsung sudah cukup baik, di mana hanya terdapat 67 cacat dalam satu juta peluang. Level Sigma yang dicapai adalah 5.05, di mana nilai tersebut telah mendekati nilai maksimumnya, yaitu 6 Sigma; (5) Usulan tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi 3 penyebab uatama terjadinya defect antara lain minimasi penyimpanan WIP, yang dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan penjadwalan proses yang optimum sehingga WIP yang dihasilkan dapat langsung diproses; setting awal dari mesin harus disesuaikan dengan perubahan suhu yang terjadi untuk menjaga suhu pada saat mesin beroperasi agar tidak melebihi batas ketentuan setting awal mesin (80-0 C), di mana dengan suhu tersebut jumlah maksimum defect yang mungkin terjadi bernilai paling kecil (<75) serta dilakukan pengawasan yang lebih baik saat proses berlangsung, di mana penuangan tablet dilakukan secara berkala, dengan memperhatikan jumlah tablet yang berada dalam mesin, untuk menghindari desakan berlebihan yang dapat mengakibatkan terjepitnya tablet dalam mesin; (6) Dengan analisis penelitian menggunakan metode DMAIC, maka kinerja proses dapat meningkat. Hal ini terlihat melalui hasil simulasi perhitungan pengurangan jumlah defect, terlihat bahwa jika jumlah defect semakin berkurang. DAFTAR PUSAKA Gasperz, V. (998). Statistical process control: Penerapan teknik-teknik statistikal dalam manajemen bisnis total, edisi pertama, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kusumadewi, S. (2002). Analisis dan desain fuzzy menggunakan toolbox matlab, Yogyakarta: Graha Ilmu. Montgomery, D.C. (200). Introduction to statistical quality control, 4th ed., United States of America: John Wiley & Sons, Inc.. Pande, P.S., and Neuman, C. (2002). The six sigma way: Bagaimana GE, motorola dan perusahaan terkenal lainnya mengasah kinerja mereka, edisi pertama,yogyakarta: ANDI. 6 INASEA, Vol. 0 No., April 2009: 8-8

LAMPIRAN SIPOC OPC Produk SOFAR LAMPIRAN 2 Perhitungan AHP Matriks Kriteria Manusia Mesin Material Metode Manusia /2 2 4 Mesin 2 4 8 Material /2 /4 2 Metode /4 /8 /2 Perbaikan Proses Striping (Iemel Faranila) 7

Matriks Kriteria Manusia Operator Petugas Pembantu Controller Operator 3 9 Petugas Pembantu /3 3 Controller /9 /3 Matriks Kriteria Mesin Operator Petugas Pembantu Controller Operator 2 6 Petugas Pembantu /2 3 Controller /6 /3 Matriks Kriteria Material Operator Petugas Pembantu Controller Operator /2 Petugas Pembantu 2 2 Controller ½ Matriks Kriteria Metode Operator Petugas Pembantu Controller Operator 2 4 Petugas Pembantu /2 2 Controller /4 /2 Hasil Perhitungan Kombinasi Suhu No Kombinasi Suhu Pengatur Pengatur 2 Jumlah Defect Maksimum 05 05 50 2 05 0 75 3 05 5 25 4 05 20 50 5 05 25 50 6 0 0 75 7 0 5 25 8 0 20 50 9 0 25 50 0 5 5 50 5 20 75 2 5 25 75 3 20 20 225 4 20 25 225 5 25 25 300 8 INASEA, Vol. 0 No., April 2009: 8-8