KESTABILAN GLOBAL BEBAS PENYAKIT FLU SINGAPURA (Hand, Foot and Mouth Disease) BERDASARKAN MODEL SEIRS

dokumen-dokumen yang mirip
(lt);lr\$ I'il. Daftar Isi ISSN : Vofume 7, Nomor L,luni20!2. t l0r t-14

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

Analisis Kestabilan Model Matematika Penyebaran Infeksi Penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dengan Faktor Host dan Vaksinasi

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS INFLUENZA

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISA KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN BURUNG SKRIPSI. Oleh : Septiana Ragil Purwanti J2A

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI

MODEL EPIDEMI SEIV PENYEBARAN PENYAKIT POLIO PADA POPULASI TAK KONSTAN

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEIIT (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL-ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

Analisis Kestabilan Model Seiqr pada Penyebaran Penyakit Sars

ABSTRAK. Kata Kunci: SEIS, masa inkubasi, titik kesetimbangan, pertussis, simulasi. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. ibu kepada anaknya melalui plasenta pada saat usia kandungan 1 2 bulan di

Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alam, Universitas Lampung pada semester genap tahun akademik 2011/2012.

Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA

Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik dan Migrasi

ANALISIS KESTABILAN LOKAL MODEL DINAMIKA PENULARAN TUBERKULOSIS SATU STRAIN DENGAN TERAPI DAN EFEKTIVITAS CHEMOPROPHYLAXIS

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan

Kestabilan Model SIRS dengan Pertumbuhan Logistik dan Non-monotone Incidence Rate

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema

Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.501 MODEL MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA

Model Matematika Jumlah Perokok dengan Nonlinear Incidence Rate dan Penerapan Denda

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS. Dian Permana Putri, 2 Herri Sulaiman 1,2

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN KOINFEKSI MALARIA-TIFUS

BAB I PENDAHULUAN. Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang

Analisis Kestabilan Model Veisv Penyebaran Virus Komputer Dengan Pertumbuhan Logistik

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk,

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI. RR Laila Ma rifatun 1, Sugiyanto 2

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE

Analisis Stabilitas Model SIR (Susceptibles, Infected, Recovered) Pada Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Maluku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis

PENGARUH PARAMETER PENGONTROL DALAM MENEKAN PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG. Rina Reorita, Niken Larasati, dan Renny

TUGAS AKHIR KAJIAN SKEMA BEDA HINGGA TAK-STANDAR DARI TIPE PREDICTOR-CORRECTOR UNTUK MODEL EPIDEMIK SIR

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu

Esai Kesehatan. Disusun Oleh: Prihantini /2015

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM MODEL EPIDEMI SIR DENGAN EFEK DEMOGRAFI

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

Prosiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyakit menular karena masyarakat harus waspada terhadap penyakit

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENULARAN PENYAKIT GONORE

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan lingkungan

UNNES Journal of Mathematics

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

UJM 2 (1) (2013) UNNES Journal of Mathematics.

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT

ANALISIS MODEL SEIR (SUSCEPTIBLE, EXPOSED, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BOGOR

Analisis Model Penyebaran Penyakit Menular Dengan Bakteri dan Hospes

Eksistensi dan Kestabilan Model SIR dengan Nonlinear Insidence Rate

KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN KONTROL OPTIMAL MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT INFLUENZA H1N1 SKRIPSI

UNNES Journal of Mathematics

Simulasi Pengaruh Imigrasi pada Penyebaran Penyakit Campak dengan Model Susceptible Exposed Infected Recovered (SEIR)

MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya.

APLIKASI METODE MATRIKS GENERASI DALAM MENENTUKAN NILAI MATEMATIKA PENYEBARAN VIRUS HIV/AIDS. 10 Makassar, kode Pos 90245

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

ANALISIS DINAMIK MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN MODIFIKASI TINGKAT KEJADIAN INFEKSI NONMONOTON DAN PENGOBATAN

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONTROL PENGOBATAN OPTIMAL PADA MODEL PENYEBARAN TUBERKULOSIS TIPE SEIT

Evaluasi Dampak Program Edukasi, Skrining Dan Terapi HIV Pada Model Penyebaran Infeksi HIV

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI TUGAS AKHIR

BAB III PEMBAHASAN. genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam

Transkripsi:

Vol. 7, No. 1, Juni 212 KESTABLAN GLOBAL BEBAS PENYAKT FLU SNGAPURA (Hand, Foot and Mouth Disease) BERDASARKAN MODEL SERS Eminugroho Ratna Sari Jurusan Pendidikan Matematika FMPA UNY Karangmalang, Yogyakarta eminugrohosari@gmail.com Abstrak Penelitian mengenai penyebaran HFMD pertama dilakukan menggunakan model SR. Pada model ini, populasi individu yang sebenarnya telah terinfeksi tetapi belum menunjukkan gejala-gejala penyakit tidak dijelaskan. Dalam paper ini akan dibahas mengenai pembentukan model matematika dari penyebaran penyakit HFMD menggunakan model SERS. Adanya penambahan kelas populasi E (Exposed) untuk melengkapi kekurangan pada model sebelumnya. Berdasarkan model, diperoleh titik ekuilibrium bebas penyakit dan endemik. HFMD tidak akan mewabah jika R 1. Selanjutnya dilakukan simulasi menggunakan MAPLE 13. Kata Kunci: flu Singapura (HFMD), model SERS, titik ekuilibrium, La Salle Liapunov, stabil asimtotik global Abstract Research on the spread of HFMD first performed using SR models. n this model, population of individuals who have been infected but has not shown any symptoms of the disease has not been clarified. n this paper we will discuss the establishment of a mathematical model of the spread of HFMD SERS model. There is an additional class of population E (Exposed) to supplement deficiencies in the previous model. Based on the model, there are the disease-free and the endemic equilibrium point. HFMD will not outbreak if R 1. Furthermore, the simulations are made using MAPLE 13. Keywords: flu Singapore (HFMD), model SERS, the equilibrium point, La Salle Liapunov, global asymptotic A. Pendahuluan nfluenza adalah penyakit pernapasan yang sangat menular dan disebabkan oleh virus influenza. Sementara virus influenza terdiri dari 3 tipe, yaitu A, B dan C. Virus influenza tipe A dapat menginfeksi manusia, kuda, babi, anjing laut, ikan paus, burung dan binatang lainnya. Virus ini yang paling berbahaya, karena virus ini dapat menjangkiti hewan dan manusia. Virus influenza A mengalami mutasi (perubahan genetik) menghasilkan virus influenza baru yang lebih berbahaya yang bisa mengakibatkan wabah epidemik dan pandemik influenza. Pada tahun 1918, terjadi wabah pandemik yang disebabkan virus influenza, yang disebut dengan Spanish Flu. Tahun 1957, virus influenza kembali bermutasi yang dikenal dengan Asian Flu dan wabah global kembali terjadi. Pada tahun 1968, virus flu kembali menyebabkan wabah pandemik, mutan virus tersebut dikenal 23

Kestabilan Global Bebas Penyakit (Eminugroho R) dengan Hongkong Flu. (Eminugroho R, 29). Virus influenza terus mengalami perubahan genetik hingga pada tahun 1972 muncul mutan virus influenza yang kemudian dikenal sebagai penyebab penyakit Flu Singapura. Penyakit flu singapura atau dalam bahasa kedokteran disebut sebagai penyakit Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD) merupakan penyakit infeksi yang seringkali menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun (bahkan hingga 1 tahun). Orang dewasa umumnya kebal terhadap penyakit yang mempunyai masa inkubasi 2 5 hari ini. HFMD disebabkan oleh Coxsackievirus A type 16 (CV A16) dengan bermacammacam strain, yaitu coxsackievirus A5, A7, A9, A1, B2 dan B5. Namun demikian, yang menyebabkan pandemik adalah Enterovirus 71 (EV-71). (Roy, 21). Penularan penyakit ini melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek dan air liur. Penularan melalui kontak tidak langsung juga mungkin terjadi, misalnya penggunaan handuk, baju, peralatan makan dan mainan secara bersama-sama. Biasanya penyakit ini muncul pada musim panas. (CDC, 212) Gejala-gejala yang timbul untuk terserang penyakit ini antara lain, demam selama 2 3 hari, disertai tidak ada nafsu makan, pilek dan gejala seperti flu pada umumnya. Selanjutnya akan muncul sariawan (pada lidah, gusi, pipi sebelah dalam) dan timbul ruam di tangan dan kaki. Menurut Shah et all (23) dalam Singapore Medical Journal, bahwa pada awal kemunculan HFMD di Singapura pada tahun 1972, penyakit ini menginfeksi 14 anak-anak dalam 3,5 bulan. Penyakit ini semakin meluas ke beberapa negara lain, bahkan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan jumlah penderita. Tabel 1. Penyebaran HFMD di Beberapa Negara (Wikipedia, 212 untuk HFMD dan Roy, 212) Tahun Negara Jumlah kasus HFMD 1997 Sarawak, Malaysia 2626 terinfeksi dan 31 meninggal 1998 Taiwan 45 terinfeksi, 78 meninggal 26 Sarawak, Malaysia 14423 terinfeksi dan 13 meninggal 28 Cina 25 terinfeksi dan 42 meninggal 28 Singapura 26 terinfeksi 29 ndonesia Beberapa kasus teridentifikasi dan berakhir fatal (meninggal) 21 Cina 115 kasus dilaporkan, 24

Vol. 7, No. 1, Juni 212 773 diantaranya mengalami komplikasi dan 5 meninggal Tabel 2. Rasio Penyebaran HFMD di Beberapa Negara (WHO, 212) Negara Jumlah Kasus HFMD Rasio (212/ 211 212 211) Cina 3479 9952 2,9 Jepang 7819 677,9 Korea 17 2 1 Singapura 48 16345 3.4 Vietnam - 43196 Berdasarkan Tabel 1 dan 2, tampak bahwa HFMD telah menjadi ancaman bagi penduduk dunia. Jika dilakukan penanganan yang tepat, anak-anak yang terserang penyakit ini bisa sembuh, tetapi dapat terinfeksi kembali dengan strain virus yang berbeda. Namun, jika terjadi komplikasi dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang otot jantung yang mengarah pada kematian. Untuk itu, diperlukan analisa mengenai dinamika penyakit HFMD agar penyebarannya dapat dicegah atau diminimalisir. Wang dan Sung (27) telah menganalisa penyakit HFMD berdasarkan model SR. Dalam penelitiannya belum dijelaskan mengenai populasi individu yang sebenarnya telah terinfeksi penyakit tetapi belum menunjukkan gejala-gejala penyakit. Dalam paper ini, akan dianalisa mengenai penyebaran penyakit HFMD dari sudut pandang matematika sehingga setelah dilakukan identifikasi perilaku penyakit di sekitar titik ekuilibrium dapat diketahui kapan HFMD akan menghilang dan kapan akan mulai menyebar. Analisa yang akan digunakan adalah model SERS. Dalam hal ini populasi individu yang sebenarnya telah terinfeksi penyakit tetapi belum menunjukkan gejala-gejala penyakit akan berada pada kelas tersendiri yaitu kelas E. Selanjutnya, penderita yang telah sembuh dapat kembali rentan terhadap HFMD. B. Formulasi Model Pada Model SERS, populasi dibagi menjadi 4 kelas yaitu kelas S untuk menyatakan populasi yang rentan, kelas E menyatakan jumlah individu yang sebenarnya telah terinfeksi penyakit tetapi belum menunjukkan gejala-gejala penyakit (disebut juga dengan kelas laten), kelas menyatakan populasi yang terinfeksi, dan kelas R menyatakan populasi yang telah sembuh dari penyakit. 25

Kestabilan Global Bebas Penyakit (Eminugroho R) Selanjutnya, dimisalkan S t menyatakan jumlah individu dari kelas yang rentan pada saat t, E t menyatakan jumlah individu yang sebenarnya telah terinfeksi penyakit tetapi belum menunjukkan gejala-gejala penyakit pada saat t (disebut juga dengan laten atau terpapar), t menyatakan jumlah individu dari kelas yang terinfeksi dan menular pada saat t, dan R t menyatakan jumlah individu dari kelas yang sembuh pada saat t. Pada model ini, laju kelahiran dan laju kematian alami dinotasikan dengan. Sementara laju kematian karena HFMD dinotasikan dengan. Diasumsikan bahwa semua bayi yang lahir, masuk ke dalam kelas S. Karena individu yang rentan setelah terjadi kontak dengan individu terinfeksi akan berada dalam masa inkubasi, sehingga akan masuk ke dalam kelas E. Selanjutnya jika individu tersebut telah menunjukkan gejala-gejala penyakit, artinya individu telah terinfeksi, maka masuk kelas, dengan laju. ndividu yang telah sembuh akan masuk ke dalam kelas R dengan laju. Oleh karena, individu yang pernah terkena penyakit HFMD bisa terkena lagi tetapi dengan strain yang berbeda, maka individu yang sudah masuk kelas R masuk kembali ke dalam kelas S dengan laju. Hal inilah mengapa model ini disebut dengan SERS. Dari asumsi dapat digambarkan dalam diagram transfer sebagai berikut: S E R Gambar 1. Diagram transfer model SERS 26

Vol. 7, No. 1, Juni 212 Selanjutnya, berdasarkan diagram transfer tersebut diperoleh model SERS untuk HFMD sebagai berikut: ds dt S S R (1.a) de S E E (1.b) dt d dt E (1.c) dr R R (1.d) dt Lemma 1. Populasi total dari Model (1) adalah S E R 1. C. Titik Ekuilibrium Berdasarkan Sistem (1) dapat diperoleh dua jenis titik ekuilibrium yaitu titik ekuilibrium bebas penyakit dan endemik yang dapat dijelaskan dalam lemma berikut. (i) Jika, maka Sistem (1) mempunyai titik ekuilibrium bebas penyakit, P 1,,,. (ii) Jika, maka Sistem (1) mempunyai titik ekuilibrium endemik, P S, E,, R, dengan S,, R E,. Bukti: Sistem (1) akan mencapai titik ekuilibrium jika ds de d dr,,,, dt dt dt dt sehingga Sistem (1) dapat ditulis S S R (2.a) S E E (2.b) E (2.c) R R (2.d) Berdasarkan Persamaan (2.c) diperoleh E (3) Jika Persamaan (3) disubtitusikan ke Persamaan (2.b), maka diperoleh S. Akibatnya diperoleh S atau. (i) Jika disubstitusikan ke Persamaan (3) dan (2.d), maka diperoleh E dan R. Selanjutnya, jika disubtitusikan ke Persamaan (2.a), maka 27

Kestabilan Global Bebas Penyakit (Eminugroho R) diperoleh S 1. Jadi, diperoleh titik ekuilibrium P 1,,,, artinya populasi bebas penyakit HFMD. (ii) Jika ( dinotasikan dengan ), maka dari Persamaan (3) diperoleh E (4) dan dari Persamaan (2.d) diperoleh R. (5) Jika S dan berdasarkan Persamaan (5), maka dari Persamaan (2.a) diperoleh (6) Jadi, diperoleh titik ekuilibrium P S, E,, R dengan S dan E,, R berturut-turut seperti pada Persamaan (4),(6),(5). Artinya penyakit HFMD masih ada dalam populasi. D. Kestabilan Titik Ekuilibrium Bebas Penyakit Pada paper ini hanya akan dibahas mengenai kestabilan Sistem (1) di sekitar titik ekuilibrium bebas penyakit Bukti: HFMD, yang dijelaskan dalam lemma berikut. Lemma 2. (i) Jika R 1, maka titik ekuilibrium P 1,,, stabil asimtotik global. (ii) Jika R 1, maka titik ekuilibrium P 1,,, Matriks Jacobian di sekitar titik ekuilibrium P 1,,, adalah tidak stabil. J P (7) Persamaan karakteristik dari (7) yaitu J P k, dengan k adalah nilai eigen, 28

Vol. 7, No. 1, Juni 212 k k k k k k k k k k k k k k k k 2 k k k k (8). Persamaan (8) dapat ditulis menjadi 2, dengan A k k k Ak B dan B. Berdasarkan Persamaan (8) diperoleh nilai-nilai eigen k1 2 dan k, sedangkan nilai-nilai eigen yang lain merupakan akar-akar dari 2 k Ak B. (9) Selanjutnya didefinisikan R (i) Perhatikan bahwa pada Persamaan (9) nilai A. Karena diketahui bahwa R 1, maka nilai. B 1 1 R Di lain pihak, berdasarkan Kriteria Routh Hurwitz (Eminugroho, 29), pembuat nol dari Persamaan (9) akan bernilai negative jika A dan B. Hal ini berarti semua nilai eigen Persamaan (8) bernilai negatif akibatnya titik ekuilibrium P 1,,, stabil a- simtotik lokal. Untuk meninjau kestabilan global, didefinisikan fungsi Liapunov 4 V : dengan 4 S, E,, R : S E R 1 dan x V E. (1) 29

Kestabilan Global Bebas Penyakit (Eminugroho R) Diperhatikan bahwa fungsi V : pada Persamaan (1) memenuhi: 4 a. Fungsi V kontinu dan mempunyai turunan-turunan parsial yang kontinu pada 4. b. Fungsi V definit positif. c. Jika kedua ruas dari Persamaan (1) V diturunkan terhadap t, maka diperoleh V ds V de V d V dr S dt E dt dt R dt de d dt dt S E E E x S S S 1 1, karena S 1 R 1 Karena diketahui R 1, x V untuk setiap maka x S, E,, R 4 dan x bukan titik ekuilibrium, yaitu 1,,, x. d. Untuk 1,,, diperoleh V x. x, maka Oleh karena a, b dan c terpenuhi, maka berdasarkan Teorema La Salle Liapunov (Hsu, 25), terbukti bahwa titik ekuilibrium P 1,,, stabil asimtotik global. (ii) Diperhatikan Persamaan (9). Karena diketahui R 1, jelas bahwa persamaan kuadrat pada Persamaan (9) mempunyai diskriminan lebih besar dari nol. Jika k 3 dan k 4 merupakan akar-akar dari Persamaan (9), maka diperoleh 3 4 kk B 1 1 R Karena diketahui R 1, maka k3k4, artinya akar-akar Persamaan (9) berbeda tanda ( k 3 positif dan k 4 negative, atau sebaliknya). Jadi, jika R 1, maka Persamaan (8) mempunyai satu nilai eigen yang positif, sehingga titik ekuilibrium P 1,,, tidak stabil. E. Simulasi Numerik Sistem persamaan diferensial untuk HFMD (1) dapat diselesaikan secara numerik dengan MAPLE 13. Berikut akan diberikan simulasi untuk nilai R meningkat. Nilai-nilai parameter diberikan sebagai berikut 3

Vol. 7, No. 1, Juni 212.1;.1;.98;.2;.2. Jadi diperoleh Gambar 2. Simulasi Sistem (1) dengan nilai.3 Gambar 3. Simulasi Sistem (1) dengan nilai.5 Jika nilai-nilai parameter dengan.3 disubstitusikan pada Sistem (1), maka diperoleh R.54. Berdasarkan Gambar 2, tampak bahwa perilaku solusi akan menuju ke titik ekuilibrium P sesaat setelah t 3. Pada saat nilai R.9, dari Gambar 3 tampak bahwa solusi akan menuju P sesaat setelah t 45. Artinya, pada saat nilai R semakin besar tetapi masih kurang dari satu, maka semakin lama HFMD akan menghilang dari populasi. Di lain pihak, ketika R 1, maka HFMD masih akan ada dalam populasi. Seperti tampak pada Gambar 4 berikut Gambar 4. Simulasi Sistem (1) dengan nilai.998 F. Kesimpulan Diberikan model matematika untuk penyebaran HFMD seperti pada Sistem (1) berdasarkan model SERS. Berdasarkan Sistem (1) diperoleh dua titik ekuilibrium yaitu titik ekuilibrium bebas penyakit dan titik ekuilibrium 31

Kestabilan Global Bebas Penyakit (Eminugroho R) endemik. Menggunakan teorema La Salle Liapunov, telah ditunjukkan bahwa titik ekuilibrium bebas penyakit stabil asimtotik global. Artinya, suatu saat HFMD akan benar-benar hilang dari populasi. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, HFMD tidak akan ada lagi dalam populasi atau masih ada, tergantung dari nilai laju kontak. Jika laju kontak individu yang rentan menjadi terpapar dan individu terpapar menjadi terinfeksi kurang dari laju kematian alami, laju kematian karena HFMD, laju kesembuhan dan laju transmisi sehingga individu yang telah sembuh kembali rentan HFMD, maka pada waktu tertentu HFMD akan menghilang dari populasi. Jika sebaliknya, maka HFMD tetap akan ada dalam populasi. G. Daftar Pustaka Hsu, Sze-Bi. (25). A Survey of Constructing Lyapunov Functions for Mathematical Models in Population Biology. Taiwanese Journal of Mathematics. Vol. 9 No. 2 pp. 151-173 Eminugroho, (29), Modeling the Eradication of Aedes Aegypti with Sterile nsect Technique, Proceedings of CMA, Gadjah Mada University, Yogyakarta, pp 31-312. Eminugroho R, (29), Analisa Kestabilan Model SRC Untuk nfluenza Tipe A, Jurnal Matematika Universitas Diponegoro. Vol. 12 No. 3: 122-127. Roy, N., Halder, N., (21). Compartmental Modeling of Hand, Foot and Mouth nfectious Disease (HFMD). Research Journal of Applied Sciences. Vol. 5 No. 3: 177-182. Roy, N., (212). Mathematical Modelling of Hand-Foot-Mouth Disease: Quarantine as a Control Measure. JASETR Research Paper SSN: 1839-7239. Vol. 1 ssue 2 Article 4. Shah, V.A., C.Y. Chong, K.P. Chan, W. Ng., A.E.Ling. (23). Clinical Characteristics of an Outbreak of Hand, Foot, and Mouth Disease in Singapore. Singapore Medical Journal. Vol. 32 No. 3: 381-387. Wang, Y.C. and F.C. Sung. (27). Modeling the nfections for Enteroviruses in Taiwan. Taiwan: nstitute of Environmental Health, National Taiwan University College of Public Health. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). About HFMD http://www.cdc.gov/hand-footmouth/about/index.html diakses tanggal 22 Mei 212 Wikipedia. HFMD http://en.wikipedia.org/wiki/hand,_f oot_and_mouth_disease diakses tanggal 22 Mei 212. WHO, (212), Hand, Foot and Mouth Disease Update, http://www.wpro.who.int/entity/emer ging_diseases/hfmd/en/index.html diakses tanggal 22 Mei 212 32