BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian true experimental ( eksperimen yang

BAB II LANDASAN TEORI. dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI DAN SIKAP SOSIAL MELALUI PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VII A

NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

RPP PPKn Kurikulum 2013 Kelas VII

Semarang, 8 November 2016

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

Kejadian Sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Budi Pekerti merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk di

JURNAL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

PENANAMAN NILAI MORAL MELALUI METODE BERCERITA DI RAUDHATUL ATHFAL RAUDHATUL ISLAH MARGOSARI PAGELARAN UTARA PRINGSEWU

Interaksi Edukatif. Kelompok 8 Labiba Zahra K Novita Ening B K Rini Kurniasih K

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

Lampiran B.5 HASIL ANALISIS OBSERVASI KOMPETENSI SIKAP DALAM PEMBELAJARAN

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

31. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNANETRA

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNADAKSA

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

HASIL ANALISIS OBSERVASI KOMPETENSI SIKAP DALAM PEMBELAJARAN. Kemunculan Indikator Sikap Sikap. X dianut. Maha Esa c. Menghormati pemeluk agama

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang indah dan menyenangkan. Menurut

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERISTIWA ROTASI BUMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Sarotun

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

LEMBAR OBSERVASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK

BUKU KODE ETIK MAHASISWA

Bab I. Pendahuluan. yang saling menghormati dan menghargai tidak akan terbentuk jika tidak

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

PERESMIAN LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) DAN LEMBAGA PENEMPATAN ANAK SEMENTARA (LPAS)

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP. 8) : : : : :

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani

Allah Swt. menciptakan langit dan bumi beserta isinya.

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1.Interaksi Sosial Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. No Nama Skor Kategori Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sikap merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk didalamnya

DOKUMENTASI KEMUNCULAN INDIKATOR KOMPETENSI SIKAP DALAM RPP : INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA

B. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

Ramah adalah sesuatu yang berhubungan dengan senyum dan sapaan hangat.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 7 BARENG KLATEN TAHUN 2012/2013

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. teknik sosiodrama untuk meningkatkan percaya diri siswa.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNAGRAHITA

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Klasifikasi Benda : Ciri-ciri makhluk hidup

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budi Pekerti 2.1.1. Pengertian Budi Pekerti Menurut kurikulum berbasis kompetensi (dalam Zuriah, 2008) budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, morma hukum, tata krama, sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat. Budi pekerti akan mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat terwujud dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan dan kepribadian peserta didik. Menurut Edi Setyawati, dkk. (dalam Zuriah, 2008) budi pekerti diterjemahkan sebagai moralitas yang mengandung adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Secara hakiki, budi pekerti adalah perilaku yang mencakup sikap sebagai pencerminnya. Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa budi pekerti adalah perilaku baik yang dilakukan manusia dengan sesama dan lingkungannya. 2.1.2. Aspek-Aspek Budi Pekerti Ruang lingkup budi pekerti menurut Milan Rianto (dalam Zuriah, 2008) secara garis besar dapat dikelompokan dalam tiga hal nilai akhlak yaitu sebagai berikut: 8

1. Akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa a. Mengenal Tuhan 1) Tuhan sebagai Pencipta Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan semua benda yang ada didunia ini adalah makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa. Percaya kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta ini, artinya manusia wajib mengakui dan meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu memang ada, maka diwajibkan untuk beriman dan bertaqwa kepada-nya dengan yakin dan patuh serta taat dalam menjalankan segala perintah-nya dan menjauhi larangan-nya. 2) Tuhan sebagai Pemberi ( Pengasih, Penyayang ) Tuhan Yang Maha Esa adalah maha pemberi, pengasih, dan penyayang. Meyakini akan keberadaannya, kekuasaan dan kebesarannya maka Tuhan akan memberi apa yang diinginkan umatnya. Oleh karena itu janganlah merasa bosan untuk berdoa dan memohon, jangan pula cepat menyerah, tetapi tetap harus berusaha dengan sekuat tenaga. 3) Tuhan sebagai Pemberi Balasan ( baik dan buruk ) Selain Tuhan Maha Pemberi, juga akan selalu memberi balasan terhadap apa yang manusia kerjakan, di manapun dan kapanpun. Jika berbuat baik, pasti Tuhan akan membalasnya dengan kebaikan dan pahala yang berlipat ganda, tetapi sebaliknya jika berbuat buruk/jahat, maka membalasnya dengan siksaan dan dosa. Menurut norma agama, jika melanggar perintah Tuhan maka akan mendapat hukuman dari Tuhan karena perbuatan itu berdosa. Oleh karena 9

itu, marilah berbuat baik dan beribadah sesuai dengan ajaran agama masingmasing. Sikap ini sangat baik bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. b. Hubungan Akhlak kepada Tuhan Yang Maha Esa 1) Ibadah/ Menyembah a) Umum Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban terhadap Sang Pencipta dan kewajiban terhadap sesama manusia. Kewajiban terhadap Tuhan melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-nya. Perbuatan yang dilakukan karena perintah-nya disebut ibadah. Semua perbuatan baik yang dilakukan merupakan ibadah, tentu saja yang berada dalam bingkai perintah-nya. Banyak perbuatan baik yang diajarkan oleh agama yang ada di dunia ini seperti tolong menolong dalam kebaikan, kasih sayang, bersikap ramah, sopan, dan bekerja keras mencari nafkah. b) Khusus Ibadah yang bersifat khusus adalah yang pelaksanaannya mempunyai tata cara tertentu. Misalnya dalam ajaran Islam yang bersifat khusus antara lain shalat, puasa, zakat, dan haji. Dalam melaksanakan ajaran agama harus sesuai dengan petujuk yang sudah ditetapkan, agar ibadah tersebut dapat diterima Tuhan dengan baik dan mendapat nilai di sisi Tuhan. 10

2) Meminta Tolong kepada Tuhan a) Usaha dan Upaya Dalam ajaran agama Tuhan tidak akan mengubah nasib manusia kalau manusia tersebut tidak mengubahnya. Ini menunjukan bahwa harus berusaha untuk memperbaiki keadaan. Melaksanakan perubahan harus sesuai dengan cara-cara yang benar, jujur, ikhlas dalam bekerja, serta berdoa dengan keras. b) Doa Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah ibadah sehingga dikatakan bahwa orang yang tidak pernah berdoa kepada Tuhan adalah orang yang sombong. Oleh karena itu jangan malas berdoa. Segala yang dilakukan tidak ada jaminan akan terlaksana dengan baik. Karena itu, memohon kepada Tuhan agar diberi kekuatan untuk bisa melakukan sesuatu perbuatan yang baik. 2. Akhlak terhadap Sesama Manusia a) Terhadap Diri Sendiri Setiap manusia harus mempunyai jati diri. Dengan jati diri, seseorang mampu menghargai dirinya sendiri, mengetahui kemampuannya, kelebihan, kekurangan, serta dapat menjawab beberapa pertanyaan mengenai dirinya sendiri. Jika dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut dengan benar, maka akan mempunyai konsep diri yang positif. Manusia harus berkelakuan dan berbuat baik di setiap waktu dan di mana saja. Berkarya demi kegunaan atau manfaat untuk sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. 11

Jika sampai saat ini masih banyak kekurangannya, maka mulai dari sekarang mencoba memperbaikinya, berbuat yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agama. b) Terhadap Orang Tua Orang tua adalah pribadi yang ditugasi Tuhan untuk melahirkan, membesarkan, memelihara dan mendidik, maka sepatutnya seorang anak menghormati dan mencintai orang tua, serta taat dan patuh kepadanya. Beberapa sikap berikut ini yang perlu diperhatikan dan lakukan kepada orang tua, sebagai berikut : (1) Memohon izin, memberi salam pada waktu akan pergi dan pulang dari sekolah, lebih baik lagi mencium tangannya. (2) Memberi tahu, jika akan pergi kemana dan berapa lamanya. (3) Gunakan dan peliharalah perabotan/barang-barang yang ada di rumah yang menjadi milik orang tua dengan baik. (4) Tidak meminta uang yang berlebih dan jangan bersifat boros. (5) Membantu pekerjaan yang ada di rumah, misalnya membersihkan rumah, memasak dan mengurus tanaman. (6) Kalau ada pembantu di rumah, harus memperlakukannya sebagai sesama manusia yang sama dan sederajad. c) Terhadap Orang yang Lebih Tua Bersikaplah hormat, menghargai, memintalah saran, pendapat, petunjuk, dan bimbingannya. Karena orang yang lebih tua pengetahuan, pengalaman dan kemampuannya lebih banyak dibandingkan orang yang masih muda. Jika 12

mempunyai saran dan pendapat maka sampaikanlah dengan tenang, tertib, dan tidak menyinggung perasaannya. Lebih baik merendah daripada sombong. d) Terhadap Sesama Melakukan tata krama dengan teman sebaya memang agak sulit karena mereka merupakan teman sederajad dan sehari-hari berjumpa sehingga sering lupa memperlakukan mereka menurut tata cara dan sopan santun yang baik. Sikap yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut : (1) Menyapa jika bertemu (2) Tidak mengolok-olok sampai melewati batas (3) Tidak berprasangka buruk (4) Tidak menyinggung perasaannya (5) Tidak memfitnah tanpa bukti (6) Selalu menjaga nama baik (7) Menolongnya jika mendapat kesulitan Selain itu, bergaul dengan semua teman tanpa memandang asal usul keturunan, suku bangsa, agama, maupun status sosial. Janganlah membentuk kelompok yang terdiri dari orang-orang yang merasa dirinya lebih dari temanteman sebayanya. e) Terhadap Orang yang Lebih Muda Janganlah karena lebih tua seenaknya sendiri memperlakukan teman yang lebih muda. Justru yang lebih tua seharusnya melindungi, menjaga, dan membimbingnya. Berilah mereka petunjuk, nasihat/saran/pendapat yang baik sehingga akan berguna bagi kehidupannya yang akan datang. 13

f) Sosial-Masyarakat-Kelompok Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Bagaimanapun keadaan dan kemampuannya pasti memerlukan bantuan orang lain, misalnya peristiwa melahirkan, khitanan, perkawinan dan kematian. Hubungan antara manusia dengan manusia dalam masyarakat ataupun kelompok harus selaras, serasi, dan seimbang. Manusia harus saling menghormati, menghargai dan gotong royong, ikhlas dan tolong menolong untuk mencapai kebaikan. 3. Akhlak terhadap Lingkungan g) Alam 1) Flora Manusia tidak mungkin bisa hidup tanpa adanya dukungan alam yang sesuai, serasi seperti yang dibutuhkan. Untuk itu harus mematuhi aturan dan norma demi menjaga kelestarian dan keserasian hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Tumbuh-tumbuhan ( flora ) sangat berguna bagi kehidupan manusia, misalnya sayuran, buah-buahan, perkebunan dan padi. Oleh karena itu, jagalah dan peliharalah lingkungan dengan baik. 2) Fauna Bumi Indonesia dikaruniai Tuhan berbagai fauna. Hal ini memperkaya keindahan dan kemakmuran penduduk. Hewan-hewan ada yang dipelihara, diternakan, dan ada juga yang masih liar. Dipeliharanya hewan bisa menjadi tempat wisata dan peternakan yang banyak menghasilkan keuntungan untuk setiap manusia. Flora dan fauna diciptakan Tuhan, oleh karena itu wajib 14

melestarikan. Bersyukurlah karena Indonesia diberi kekayaan flora dan fauna yang berlimpah ruah sehingga dapat memakmurkan rakyatnya. 2.2.Tehnik Sosiodrama 2.2.1. Pengertian Tehnik Sosiodrama Menurut Bennett (dalam Romlah, 2001), sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Kegiatan sosiodrama dapat dilaksanakan bila sebagian besar anggota kelompok menghadapi masalah sosial yang hampir sama, atau bila ingin melatih atau mengubah sikap-sikap tertentu. 2.2.2. Tujuan Penggunaan Sosiodrama Menurut Bennett (dalam Romlah, 2001) sosiodrama lebih merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendidik daripada penyembuhan. Menurut Djumhur dan Surya (dalam Nursalim, 2002), tujuan penggunaan sosiodrama adalah sebagai berikut : a. Menggambarkan bagaimana seseorang/beberapa orang menghadapi suatu situasi sosial. b. Menggambarkan bagaimana cara memecahkan suatu masalah sosial. c. Mengembangkan sikap krisis terhadap tingkah laku yang harus/jangan dilakukan dalam situasi sosial tertentu. d. Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari berbagai sudut pandang tertentu. 15

2.2.3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Sosiodrama Menurut Bennett (dalam Romlah, 2001) terdapat beberapa langkahlangkah pelaksanaan sosiodrama adalah sebagai berikut : a. Persiapan. Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang akan di sosiodramakan dan tujuan permaian. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan. b. Membuat skenario sosiodrama. c. Membentuk kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara sukarela setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri atau rambu-rambu masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok lain, atau berdasarkan kedua-duanya. d. Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya. Kelompok penonton adalah anggota lain yang tidak ikut menjadi pemain. Tugas kelompok penonton adalah untuk mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok penonton merupakan bahan diskusi setelah permaian selesai. e. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulai permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya. Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan 16

memperagakan sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya. Dalam permainan ini diharap terjadi identifikasi yang sebesarbesarnya antara pemain maupun penonton dengan peran-peran yang dimainkannya. f. Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-tanggapan penonton. Diskusi diarahkan untuk membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara memecahkan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam memainkan perannya. Balikan yang paling lengkap adalah melalui rekaman video yang diambil pada waktu permainan berlangsung dan kemudian diputar kembali. g. Ulangan permainan. Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan permaian atau tidak. Ulangan permainan dapat dilakukan dengan berbagai cara. 2.2.4. Kelebihan Metode Sosiodrama Kelebihan-kelebihan sosiodrama menurut Mutoharoh (2010) antara lain sebagai berikut : a. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Di samping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan. b. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias. 17

c. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi. d. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri. e. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa dan dapat menumbuhkan/membuka kesempatan bagi lapangan kerja. 2.3. Temuan yang Relevan Berdasar hasil penelitian Nur Lia Wiji Lestari (2010) yaitu Upaya Peningkatan Budi Pekerti Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Tehnik Sosiodrama Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 25 Semarang Tahun 2009/2010. Dari perhitungan uji t-tes diperoleh Zhitung = 17,783>Ztabel = 2,021. Hasil tersebut menunjukan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan tehnik sosiodrama dapat digunakan untuk meningkatkan budi pekerti siswa SMP Negeri 25 Semarang. Berdasar hasil penelitian Dhita Pramaria Maulana (2012) yaitu Upaya Meningkatkan Perilaku Berbudi Pekerti Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Ungaran Tahun Ajaran 2011/2012". Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku berbudi pekerti siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria rendah dengan prosentase rata-rata sebesar 57,02% dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria tinggi dengan prosentase rata-rata sebesar 18

69,32%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 12,3%. Melalui hasil uji Wilcoxon diperoleh Zhitung = 3,409 > Ztabel = 1,96. Simpulan penelitian ini adalah perilaku berbudi pekerti siswa kelas VIII E SMP N 1 Ungaran tahun ajaran 2011/2012 meningkat setelah diberikan layanan bimbingan kelompok. Berdasar hasil penelitian Nurwidati Hanis (2010) yaitu Pengembangan Nilai Budi Pekerti Melalui Layanan Penguasaan Konten Bidang Sosial Dengan Teknik Sosiodrama Pada Siswa Kelas VIII Bilingual SMP N 18 Semarang Tahun 2009/2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan jumlah subjek sebanyak 23 siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum mendapatkan perlakuan termasuk dalam kategori sedang dan rata-rata presentasenya 65% dan sesudah mendapatkan perlakuan rata-rata presentasenya menjadi 75% termasuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 10%. Hasil uji Wilcoxson menunjukan bahwa diperoleh z- hitung 3,982 > z-tabel 1,96 maka hasilnya signifikan antara sebelum dan sesudah mendapatkan penguasaan konten dengan metode sosiodrama yang berarti nilai budi pekerti dapat dikembangkan melalui layanan penguasaan konten dengan teknik sosiodrama. Berdasar hasil penelitian Heny Anggraini (2012) yaitu Peningkatan Penyesuaian Diri dan Sikap Sosial Melalui Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama Pada Siswa Kelas VII A MTs Muhammadiyah Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTs Muhammadiyah Kudus yang berjumlah 12 siswa yaitu 10 siswa yang cukup dan 2 siswa yang kurang pada tingkat penyesuaian diri dan sikap sosialnya 19

dalam memahami diri dan orang lain, mematuhi norma-norma yang berlaku di sekolah, pondok, dan masyarakat, etika pergaulan, berpikir realistis, mempunyai pengarahan diri, empati, kerja sama, tanggung jawab, suka menolong dan berbuat baik untuk kepentingan umum. Penelitian ini adalah PTK BK dengan pelaksanaan penelitian sebanyak 2 siklus, siklus I sebanyak 6 kali pertemuan dan siklus II sebanyak 4 kali pertemuan. Pra Bimbingan Kelompok, rata-rata poin siswa adalah 23,75 dengan persentasi 47,5%. Terjadi peningkatan 32 poin dengan 6,4% pada siklus I. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 85 poin dengan 17%. Setelah pelaksanaan siklus II, tingkat keberhasilan rata-rata per indikator sebesar 80,4%. Kesimpulan dijelaskan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan penyesuaian diri dan sikap sosial siswa kelas VII A MTs Muhammadiyah Kudus. 2.4. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis bahwa tehnik sosiodrama secara signifikan dapat meningkatkan budi pekerti siswa kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga. 20