BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal"

Transkripsi

1 2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menguntungkan Safaria (2005) Aspek Kecerdasan Interpersonal Anderson dalam (Safaria, 2005) mengemukakan bahwa kecerdasan sosial mempunyai tiga dimensi utama yang mana ketiga dimensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh serta ketiganya saling mengisi satu sama lainnya. Berikut ini tiga dimensi kecerdasan interpersonal : a. Social Sensitivity (kepekaan sosial) Kecerdasan siswa untuk mampu merasakan dan mengamati reaksireaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun non verbal. Siswa yang memiliki sensivitas yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, baik reaksi positif ataupun negatif. Adapun indikator dari sensivitas sosial itu sendiri adalah sebagai berikut : 1) Sikap empati Empati adalah pemahaman kita tentang orang lain berdasarkan sudut pandang, prespektif, kebutuhan-kebutuhan, pengalaman-pengalaman orang tersebut. Oleh sebab itu sikap empati sangat dibutuhkan di dalam proses bersosialisasi agar tercipta suatu hubungan yang saling menguntungkan dan bermakna. 2) Sikap Prososial Prososial adalah tindakan moral yang harus dilakukan secara cultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain dan mengungkapkan simpati. b. Social Insight (wawasan sosial) Kecerdasan siswa untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam satu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah di bangun siswa. Di dalamnya juga terdapat kecerdasan dalam memahami situasi sosial 9

2 dan etika sosial sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut. Fondasi dasar dari social insight ini adalah berkembangnya kesadaran diri siswa secara baik. Kesadaran diri yang berkembang ini akan membuat anak mampu memahami keadaan dirinya baik keadaan internal maupun eksternal seperti menyadari emosi-emosinya yang sedang muncul, atau menyadari penampilan cara berpakaiannya sendiri, cara berbicaranya dan intonasi suaranya. Adapun indikator dari sosial insight adalah : 1) Kesadaran diri, yaitu mampu menyadari dan menghayati totalitas keberadaannya di dunia seperti menyadari keinginan-keinginannya, citacitanya, harapan-harapannya dan tujuan-tujuannya dimasa depan. Kesadaran diri ini sangat penting dimiliki oleh siswa karena kesadaran diri memiliki fungsi monitoring dan fungsi kontrol dalam diri. 2) Pemahaman situasi sosial dan etika sosial. Untuk sukses dalam membina dan mempertahankan sebuah hubungan, individu perlu memahami norma-norma moral dan sosial yang berlaku di masyarakat. Di dalam norma moral dan sosial terdapat ajaran yang membimbing individu bertingah laku yang benar dalam situasi sosial. Aturan-aturan ini mencakup banyak hal seperti bagaimana etika dalam bertamu, berteman, makan, bermain, meminjam, minta tolong dan masih banyak hal lainnya. 3) Keterampilan pemecahan masalah Dalam menghadapi konflik interpersonal, sangatlah dibutuhkan keterampilan dalam pemecahan masalah. Semakin tinggi kemampuan anak dalam memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang akan di dapatkan dari penyelesaian konflik antar pribadi tersebut. c. Social Communication atau Keterampilan Komunikasi Sosial Merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi sosial, maka seseorang membutuhkan sarananya. Tentu saja sarana yang digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup baik komunikasi verbal, non verbal maupun komunikasi melalui penampilan fisik. Keterampilan komunikasi yang yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan efektif, keterampilan berbicara efektif, keterampilan public speaking dan keterampilan menulis secara efektif (Anderson dalam Safaria, 2005). 1) Komunikasi efektif Komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi harus dimiliki seseorang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Ada empat keterampilan berkomunikasi dasar yang perlu dilatih, yaitu memberikan umpan balik, 10

3 mengungkapkan perasaan, mendukung dan menanggapi orang lain serta menerima diri dan orang lain. 2) Mendengarkan efektif Salah satu keterampilan komunikasi adalah keterampilan mendengarkan. Mendengarkan membutuhkan perhatian dan sikap empati, sehingga orang merasa dimengerti dan dihargai. Individu yang memiliki kemampuan interpersonal yang tinggi, tentunya memiliki karakteristik-karakteristik yang berbeda dengan individu yang tidak memiliki kemampuan interpersonal. Karakteristik individu yang memiliki kemampuan interpersonal yang tinggi berdasarkan beberapa dimensi kemampuan interpersonal (Anderson dalam Safaria, 2005), yaitu: a. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif. b. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain secara total. c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin intim/mendalam/penuh makna. d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal yang dimunculkan orang lain, atau dengan kata lain sensitif terhadap perubahan sosial dan tuntutan-tuntutannya sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya secara efektif dalam segala macam situasi. e. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solution serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya. f. Memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup keterampilan mendengarkan efektif, berbicara efektif dan menulis secara efektif. Termasuk di dalamnya mampu menampilkan penampilan fisik yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya. 2.2 Sosiodrama Pengertian Sosiodrama Sosiodrama berasal dari kata Sosio yang artinya sosial dan drama, kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, benturan antara dua orang atau lebih dalam (Pratiwi, 2011). 11

4 Menurut Romlah (2001) sosiodrama adalah permainan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Konflik-konflik sosial yang disosiodramakan adalah konflik-konflik yang tidak mendalam, yang tidak menyangkut gangguan kepribadian. Berdasarkan pengertian sosiodrama diatas penulis menyimpulkan bahwa sosiodrama adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks hubungan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui sebuah drama sosial Tujuan Sosiodrama Menurut Azwan dan Djamarah (2010), tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah : a) Agar individu dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. b) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab. c) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. d) Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. Berdasarkan tujuan sosiodrama diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari ssiodrama adalah : 1) berani mengungkapkan pendapat secara lisan; 2) memupuk kerjasama; 3) menunjukan sikap berani dalam memerankan tokoh yang diperankan; 4) melatih cara berinteraksi dengan orang lain Manfaat Sosiodrama Manfaat sosiodrama dalam (Pratiwi, 2011) antara lain : a) Individu dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain 12

5 b) Dapat mempertinggi perhatian individu melalui adegan-adegan, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. c) Individu tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan danpikiran orang lain bila berhubungan denan sesama manusia. Berdasarkan manfaat sosiodrama diatas, penulis menyimpulkan manfaat dari sosiodrama adalah : 1) individu tidak hanya mengerti persoalanpersoalan psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia. Ikut menangis bila sedih, rasa marah, emosi, dan gembira; 2) individu dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain Langkah-Langkah Sosiodrama Menurut Romlah (2001) pelaksanaan sosiodrama secara umum mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1. Persiapan. Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan. 2. Membuat skenario sosiodrama 3. Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka rela. Setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri atau rambu-rambu masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain, atau berdasarkan keduakeduanya. 4. Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya. Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut menjadi pemain. Tugas kelompok penonton adalah untuk mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai. 5. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana sosiodrama ituakan dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya. Pemain diharapkan dapat 13

6 memperagakan konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaanperasaan, dan memperagakan sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya. Dalam permainanini diharapkan terjadi identifikasi yang sebesar-besarnya antara permainan maupun penonton dengan peranperan yang dimainkannya. 6. Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-tanggapan penonton. Diskusi diarahkan untuk membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, dan kesan -kesan pemain dalam memainkan perannya. Balikan yang paling lengkap adalah melalui rekaman video yang diambil pada waktu permainan berlangsung dan kemudian diputar kembali. Berdasarkan langkah-langkah sosiodrama diatas penulis menyimpulkan bahwa ada 3 tahap untuk melakukan sosiodrama yaitu : tahap persiapan yang meliputi pembuatan skenarioo, menentukan kelmpok pemeran dan kelompok penonton; tahap pelaksanaan; dan tahap tindak lanjut yang meliputi evaluasi dan diskusi Kelebihan dan Kekurangan Sosiodrama Setiap media bimbingan ada kebaikan dan ada kelemahannya. Kebaikan model bimbingan biasanya merujuk pada potensi yang menjadikan suatu model tersebut berhasil dilakukan, sedangkan kekurangan merujuk pada potensi kemungkinan hal yang membuat model bimbingan ini gagal untuk dipraktikkan. Berikut merupakan kelebihan dari metode bimbingan Sosiodrama menurut Romlah (2001) : a) Berkesan dan tahan lama dalam ingatan mahasiswa. b) Sangat menarik bagi mahasiswa sehingga kelas menjadi dinamis dan antusias. 14

7 c) Mengembangkan kreativitas mahasiswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat berfantasi). d) Memupuk kerjasama antara mahasiswa. e) Menumbuhkan bakat mahasiswa dalam seni drama. f) Mahasiswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri. g) Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas. h) Melatih mahasiswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat. Berdasarkan kelebihan sosiodrama diatas penulis menyimpulkan bahwa sosiodrama memliki kelebihan yaitu : lebih mudah diingat oleh mahasiswa, mengembangkan kreativitas yang dimiliki, memupuk kerjasama antar mahasiswa, dan membuat mahasiswa lebih mandiri untuk menganalisa sendiri kesimpulan dari hasil sosiodrama tersebut. Berikut merupakan kelemahan yang terdapat dalam pembelajaran dengan metode sosiodrama menurut Romlah (2001): a) Memerlukan waktu yang cukup panjang. b) Memerlukan daya kreativitas dan daya kreasi tinggi. Hal ini belum tentu dimiiliki pembimbing dan mahasiswa. c) Mahasiswa malu untuk melakukan suatu adegan. d) Pendengar (mahasiswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana. e) Apabila bila sosiodrama gagal maka tujuan bimbingan tidak dicapai. f) Tidak semua materi dapat dilakukan dengan metode ini. Disamping kelebihan, sosiodrama juga memiliki kelemahan. Penulis menyimpulkan bahwa kelemahan sosiodrama ada pada waktu pelaksanaan yang relatif lama, sikap pemeran yang terkadang malu untuk memperagakan peran yang didapat karena ditertawakan penonton, apabila sosiodrama gagal maka tujuan tidak akan tercapai. 2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilatul (2010), tentang efektivitas penggunaan tekhnik sosiodrama untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas VII SMP NEGRI I Krembung Sidoharjo. 15

8 Didapatkan hasil F=2.087 dan P <0,05 (0,041) dan taraf signifikasi 95%. Hal ini menunjukkan bahwa teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal. 2.4 Hipotesis H1: Terdapat peningkatan yang signifikan kecerdasan interpersonal dengan teknik sosiodrama pada siswa kelas XI Sosial 3 di SMA Negeri 1 Tengaran dengan teknik sosiodrama. H0: Tidak terdapat peningkatan yang signifikan kecerdasan interpersonal dengan teknik sosiodrama pada siswa kelas XI Sosial 3 di SMA Negeri 1 Tengaran dengan teknik sosiodrama 16

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Menurut DeVito (2011), komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006).

BAB II LANDASAN TEORI. dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006). BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian Konformitas Manusia mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Cara yang termudah adalah melakukan tindakan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, proses kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dituntut untuk dapat belajar atau menuntut ilmu sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan hanya mengetahui jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkomunikasi kita menggunakan bahasa verbal atau lisan, baik dalam menyampaikan atau menerima informasi. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto ) METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Oleh : Ari Yanto ) Email : ari.thea86@gmail.com Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh tenaga pengajar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. teknik sosiodrama untuk meningkatkan percaya diri siswa.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. teknik sosiodrama untuk meningkatkan percaya diri siswa. 58 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian kuantitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Interaksi Edukatif. Kelompok 8 Labiba Zahra K Novita Ening B K Rini Kurniasih K

Interaksi Edukatif. Kelompok 8 Labiba Zahra K Novita Ening B K Rini Kurniasih K Interaksi Edukatif Kelompok 8 Labiba Zahra K1310049 Novita Ening B K1310060 Rini Kurniasih K1310069 Pend. Matematika (sbi) 2010 Pengertian Interaksi Edukatif Interaksi edukatif adalah suatu rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah mendukung kepemilikan kompetensi tamatan Sekolah Dasar yang memiliki pengetahuan, nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk melakukan komunikasi dan bekerja sama dengan orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan didalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Hakim (2000: 14), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akan menjadi unik dan otentik, tidak terombang-ambing oleh pengaruh luar.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akan menjadi unik dan otentik, tidak terombang-ambing oleh pengaruh luar. BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Komunikasi Sosial Komunikasi sosial adalah kemampuan untuk mengenali diri sendiri dengan memiliki konsep diri yang jelas serta citra diri yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kematangan Emosional 2.1.1. Pengertian Kematangan Emosional Kematangan emosional dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan Nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia yang bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain. Mereka membutuhkan orang lain untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul. anggapan bahwa kemampuan komunikasi matematika belum dapat dibangun

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul. anggapan bahwa kemampuan komunikasi matematika belum dapat dibangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul anggapan bahwa kemampuan komunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal tahun kehidupannya. Kualitas perkembangan anak dimasa depannya sangat ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode role playing pada proses belajar mengajar jarang atau tidak pernah dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang memahami

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia secara sadar. Bahasa harus mampu menampung perasaan dan pikiran pemakainya, serta dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan perangkat yang penting dan sangat bermanfaat bagi manusia untuk menjalin komunikasi dengan orang lain. Melalui penggunaan bahasa, orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran sejarah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional yang diajarkan di sekolah kepada siswa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas,

Lebih terperinci

Meiko Laily, Haris Mahmud, Pupung Puspa Ardini ABSTRAK Kata Kunci: Kecerdasan Interpersonal, Metode Sosiodrama.

Meiko Laily, Haris Mahmud, Pupung Puspa Ardini ABSTRAK Kata Kunci: Kecerdasan Interpersonal, Metode Sosiodrama. MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK MELALUI METODE SOSIODRAMA DI KELOMPOK BERMAIN BIRULWALIDAYINI 23 JANUARI DESA BOLUDAWA KECAMATAN SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO meiko_laily@yahoo.com Meiko Laily,

Lebih terperinci

c. Metode Curah Pendapat/Urun Pendapat/Brainstorming

c. Metode Curah Pendapat/Urun Pendapat/Brainstorming Jenis-jenis Metode Pembelajaran a) Metode Ceramah Suatu cara menyajikan informasi atau bahan ajar/materi melalui penuturan. Keunggulannya, metode ini efektif untuk menyampaikan informasi bersifat penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaya ataupun orang dewasa lainnya (Yusuf,2001;122, Mubiar: 2008;13).

BAB I PENDAHULUAN. sebaya ataupun orang dewasa lainnya (Yusuf,2001;122, Mubiar: 2008;13). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran tentang diri individu itu sendiri, yang terjadi dari pengetahuan tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian kemampuan berbahasa Kemampuan berasal dari kata mampu yang bermakna cakap atau terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

PEMBINAAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ISLAM HARAPAN INDAH PONTIANAK

PEMBINAAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ISLAM HARAPAN INDAH PONTIANAK PEMBINAAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ISLAM HARAPAN INDAH PONTIANAK Rizka Cahya Dewi, Aloysius Mering, Halida Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia. Kegiatan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000) BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) interaksi sosial adalah relasi sosial yang berfungsi sebagai relasi sosial dinamis,

Lebih terperinci

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budi Pekerti 2.1.1. Pengertian Budi Pekerti Menurut kurikulum berbasis kompetensi (dalam Zuriah, 2008) budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Kerangka Teoritis Sosiodrama adalah: Drama yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik. 1

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Mahmudi (2009) menyatakan bahwa, komunikasi matematis mencakup komunikasi tertulis maupun lisan. Komunikasi tertulis dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mempunyai pengertian sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan senantiasa mengalami perubahan yang bertujuan untuk mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai pengembangan kebijakan tentang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran satra mempunyai peranan penting dalam mencapai berbagai aspek dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran satra mempunyai peranan penting dalam mencapai berbagai aspek dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengajaran satra mempunyai peranan penting dalam mencapai berbagai aspek dari tujuan pendidikan dan pengajaran secara umum. Dalam pengajaran satra peserta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar 2 PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM 3 Azwinar ABSTRAK Perkembangan bahasa anak di Taman Kanak-kanak Syukrillah Agam masih rendah. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, berkepribadian mandiri dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal. produk yang memiliki nilai budaya. Berdasarkan konsep ini Gardner

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal. produk yang memiliki nilai budaya. Berdasarkan konsep ini Gardner BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kecerdasan Interpersonal a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal Gardner (Agus Efendi, 2005: 81), kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang saat ini cukup banyak mendapat perhatian. Hal tersebut salah satunya dikarenakan masuknya bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian untuk meneliti populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia empat sampai dengan enam tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan keterampilan yang dibutuhkan oleh anak sejak memasuki lembaga pendidikan. Melalui menulis anak dapat menyampaikan isi hatinya, gagasan ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pendidikan metode pembelajaran ada berbagai metode yang dilakukan oleh para pendidik. Diantaranya adalah metode bermain peran. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai orang tua harus mempersiapkan

Lebih terperinci

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Pendahuluan Oleh Dinar dan Ahmad Juanda: Latifa Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS 2010 FIS UNY Sejatinya pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sebut tariqah artinya jalan, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan

BAB II KAJIAN TEORI. sebut tariqah artinya jalan, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teori 1. Metode Sosiodrama Metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan ke atau cara ke. Dalam bahasa arab, metode di sebut tariqah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu satu variabel kriterium dan dua variabel prediktor, sebagai berikut: 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Widiharto NIM : S200070130 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014 69 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1 Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : V/2 Alokasi waktu : 2 x 35 Menit Pertemuan : 1 Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam bentuk lisan maupun tulisan. Melalui bahasa, seseorang dapat memberikan informasi atau menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Interaksi Sosial Bonner (dalam Budiningsih, 2008:56) mengemukakan interaksi sosial yaitu hubungan antara dua atau lebih individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. Pembelajaran menulis cerpen dituangkan dalam dua Standar Kompetensi (1) mengungkapkan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan bahasa dalam kehidupan manusia amat penting. Oleh karena itu, wajar jika bahasa menjadi perhatian banyak orang, terutama para ahli bahasa dan mereka

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN Sulistiyana Program Pendidikan Guru Bimbingan Konseling Universitas Lambung Mangkurat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia di SMA adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra, dengan tujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah berkembang dengan sangat pesat terutama dalam hal ruang lingkup materi pokok yang harus dibelajarkan guru kepada peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 Hasil belajar adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016 BAB V PEMBAHASAN 1. Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016 Di dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui Dialog Naskah Drama dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2.1.1 Standar Kompetensi Standar kompetensi mata

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1 1.1 Pengertian Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis ynag mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam rentang. anak prasekolah dipusatkan untuk menjadi manusia sosial, belajar bergaul

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam rentang. anak prasekolah dipusatkan untuk menjadi manusia sosial, belajar bergaul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam rentang kehidupan yang akan menentukan perkembangan anak pada tahap berikutnya (Hurlock, 2006). Salah satu masa kanak-kanak

Lebih terperinci