Rangkaian Matching. Matching dengan λ/4 Line

dokumen-dokumen yang mirip
Week 8: Rangkaian Matching. Matching dengan λ/4 Line. Matching dengan Stub. Mudrik Alaydrus, Univ. Mercu Buana, 2008 Presentasi 8 8.

Week 6. Transformasi Impedansi. Impedansi Masukan. Transformator λ/2. Impendasi masukan rangkaian Short dan open

PENYESUAIAN IMPEDANSI ANTENA OPEN DIPOLE RF 217 MHz MENGGUNAKAN METODE SINGLE STUB

Contents. Pendahuluan. Jenis-jenis Antenna feedline. Feedline pada antena tunggal dan array. Matching Impedance. Balun

Pulsa Pada Hubungan Singkat, Rangkaian Open dan Matching

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI. Oleh: Team Dosen Elkom

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Elektronika Telekomunikasi Modul 2

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL- BAND ( 2,4 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN STUB PADA SALURAN PENCATU

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri atas dua kata, yaitu micro

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

Teknik Transmisi. Radio

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

SALURAN TRANSMISI TELEKOMUNIKASI

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT KOPLING APERTURE DENGAN FREKUENSI 2,45 GHz MENGGUNAKAN ANSOFT HFSS 11

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

ANALISIS RANGKAIAN RLC

BAB III PERANCANGAN ANTENA. kerja, menentukan krakteristik substrat dan ukuran patch untuk mendapatkan

Elektromagnetika II. Nama : NIM : Kelas : Tanggal Tugas : / Take Home Kuis II

PERBANDINGAN MATCHING IMPEDANSI ANTENA DIPOLE SEDERHANA 152 MHz DENGAN ANTENA DIPOLE GAMMA MATCH 152 MHz

Tanggapan Frekuensi Pendahuluan

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

BAB III PERHITUNGAN, SIMULASI DAN PERANCANGAN

BAB IV HASIL SIMULASI, PENGUKURAN DAN ANALISA Simulasi Parameter Antena Mikrostrip Patch Circular Ring

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA SALURAN MIKROSTRIP ANTARA METODE SINGLE STUB DAN DOUBLE STUB

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP. bahan substrat yang digunakan. Kemudian, menentukan bentuk patch yang

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

1. Alat Ukur Arus dan Tegangan

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat


TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

(6.38) Memasukkan ini ke persamaan (6.14) (dengan θ = 0) membawa kita ke faktor refleksi dari lapisan

PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH

OPTIMISASI Minimisasi Rugi-rugi Daya pada Saluran

RANCANG BANGUN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENGGUNAAN STUB

BAB II DASAR TEORI. Gardu Induk, Jaringan Distribusi, dan Beban seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

Bab I. Bilangan Kompleks

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO

ARUS BOLAK BALIK. I m v. Gambar 1. Diagram Fasor (a) arus, (b) tegangan. ωt X(0 o )

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz

atau pengaman pada pelanggan.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 1 RESONATOR Oleh : M. Ramdhani

Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli.

Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

20 kv TRAFO DISTRIBUSI

Analisis Rangkaian Listrik

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB II TRANSFORMATOR

MATEMATIKA. Sesi TRANSFORMASI 2 CONTOH SOAL A. ROTASI

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Penyesuaian impedansi (matching impedance) adalah suatu upaya untuk

BAB II LANDASAN TEORI

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

BAB 1. RANGKAIAN LISTRIK

BAB 3 KONSEP ADAPTIF RELE JARAK

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

Difraksi. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

Transkripsi:

Rangkaian Matching Matching dengan λ/4 Line Matching dengan Stub Saluran Transmisi Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.1

Dari Pertemuan terdahulu: Transformasi impedansi dengan pemasangan saluran transmisi hanya memutar titik pada diagram Smith dengan titik putarnya titik tengah diagram. jarak ke titik tengah (mutlak faktor refleksi) tak berubah Pemasangan dua saluran transmisi dengan impedansi berbeda akan menyebabkan jump lompatan titik pada diagram Smith. Jumping ini menghasilkan nilai impedansi baru Z Z lama baru ( z + jz ) r x Hasil jumping inii hanya akan ke tengah diagram, jika z x memang nol Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.2

Bagaimana kita bisa men-design rangkaian matching pada suatu impedansi beban yang dipasangkan pada suatu saluran transmisi? Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.3

Matching dengan Saluran Transmisi λ/4 Hanya beban murni riil yang bisa di-match. Dengan menggunakan dua saluran transmisi yang akan menghasilkan jump pada diagram Smith. Dari pembahasan di modul 6 didapatkan hubungan Z B 2 Z 02 = = Z 01 Z 02 = Z 01 RR = 50 100Ω = 70, 71Ω R R Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.4

Dari sudut pandang diagram Smith 100/70,71 = 1,41 Perputaran λ/4 mendapatkan hasil sekitar 0,71 Dan scaling dengan saluran transmisi baru z = (Z lama /Z baru ) 0,71 = (70,71/50) 0,71 = 1 Jadi akan ke tengah diagram Smith sehingga terjadi matching Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.5

Bagaimana jika impedansi beban tidak riil? Impedansi beban b itu akan kita jadikan riil dengan menambahkan saluran transmisi sehingga terjadi perputaran sampai ke sumbu riil setelah itu digunakan λ/4 transformator. Contoh: sebuah impedansi beban 100 + j 100 Ω akan disambungkan ke saluran transmisi Z 01 = 50 Ω. Untuk itu digunakan sebuah transformator λ/4 dengan impedansi Z 02. Tetapi karena impedansi beban tidak riil, impedansi beban ini akan diputar dahulu sampai menuju sumbu riil dengan bantuan sebuah saluran transmisi lain dengan panjang d. Tentukanlah nilai-nilai yang diperlukannya, jika frekuensi kerja f = 500 MHz dan kecepatan phasa di saluran transmisi adalah kecepatan cahaya! Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.6

Dari pernyataan di soal bisa digambarkan rangkaian berikut: Untuk mempermudah realisasi diambil Z 01 yang sama dengan panjang d max 100 + 100 + j100 50 j100 + 50 Faktor refleksi mutlaknya menjadi r = = 0, 62 Proses pengubahan impedansi beban Z R menjadi impedansi yang riil, bisa dilakukan dengan panjang saluran transmisi d = d max. Dari bab 4 didapatkan panjang ini d = max ϕ R 2β Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.7

ϕ R adalah phasa faktor refleksi pada beban : ϕ R 100 + j100 50 1+ j2 1+ j2 3 j2 1 r = = = = + 100 + j100 + 50 3 + j2 3 + j2 3 j2 13 ϕ = = o R arctan(4/7) 29,74 = 0,165 π ( 7 j 4 ) dan 8 2 π 2 π f 2 π 5 10 1 10 π 1 β = = = = 8 λ c 3 10 m 3 m sehingga ϕ R 0,165π d = = m = 0,02480248 m max 2β 2 10π / 3 = 2,48 cm Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.8

Impedansi menjadi ter-transformasi menjadi Z A 1+ r 1+ 0,62 = Z 01 = 50 = 213. 28Ω 1 r 1 0,62 Saluran transmisi kedua harus mempunyai panjang λ/4 = 0,15 m, dengan impedansi Z 02 = 213,28 50Ω = 103, 27Ω Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.9

Atau jika diinginkan sampai ke minimumnya, berarti membutuhkan saluran transmisi pertama, dengan panjang dmin = dmax + λ / 4 = 17,48 cm Impedansi menjadi ter-transformasi menjadi 1 r 1 0,62 Z A = Z 01 = 50 = 11. 72Ω 1+ r 1+ 0,62 Saluran transmisi kedua tetap harus mempunyai panjang λ/4 = 0,15 m, dengan impedansi Z 02 = 11,72 50Ω = 24, 21Ω Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.10

Dari sudut pandang diagram Smith Normalisasi: (100+j100)/50 2 + j2 Putaran sepanjang (0,25-0,208) 0 208) λ= 0,042λ042λ =0,042 x 0,6 m = 2,52 cm Mendarat pada 4,5 atau 4,5 x 50 Ω = 225 Ω. Saluran transmisi kedua: 103,27 Ω 2,18 Perputaran λ/4: mendarat pada 0,48 Dan scaling dengan saluran transmisi Lain 0.48 x 103,27/50 = 1 Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.11

Rangkaian Matching dengan Stub Tunggal (Single Stub) Parallel Untuk melakukan perancangan rangkaian matching divariasikan parameter: - Lokasi stub (jarak stub ke impedansi beban) : d stub - Panjang stub : L stub Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.12

Keuntungan dari teknik matching dengan stub tunggal ini bisa mematching impedansi beban dengan nilai apapun dan hanya menggunakan Saluran transmisi dengan impedansi yang sama Z os =Z o. Dalam analisanya, karena saluran transmisi akan mentransformasikan impedansi i beban b (impedansi i ujung) ke impedansi i depan, dan pada stub di gambar 8.2 akan terdapat dua impedansi yang saling parallel, maka akan lebih baik perhitungannya dilakukan dalam besaran admitansi. Y = Y + Y A Stub ( d Stub ) Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.13

Supaya terjadi matching, haruslah berlaku Y A = YStub + Y ( d Stub ) = Y0 = Saluran transmisi stub dengan akhir short atau open, akan mentransformasikan impedansi ke depan dalam bentuk imajiner (modul 6): Y Stub = jb Stub 1 Z 0 Sehingga Y ( d Stub ) = Y 0 jb Stub Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.14

Lokasi pertama untuk stub y(d stub 1 ) Lingkaran satuan admitansi Lingkaran dengan Γ(d) = konstan Lokasi bebanb y(d stub 2 ) Lokasi kedua untuk stub Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.15

Prosedur dari perancangan rangkaian matching dengan stub Jika sebuah beban Z R akan di-matching dengan saluran transmisi Z 0. 1). Gambarkan impedansi ter-normalisasi z R = Z R /Z 0 di diagram Smith. 2). Admitansi ternormalisasi y R = 1/z R adalah putaran titik ini sejauh 180o. 3). Admitansi ini harus ditransformasikan melalui panjang d Stub sehingga di posisi saluran transmisi stub didapatkan komponen riilnya bernilai 1 (atau Y0). Ada dua kemungkinan (titik potong dua buah lingkaran di atas). Hal ini dibedakan oleh dua sudut putaran ( ϑ1 dan ϑ2) atau beda panjang d Stub,1 dan d Stub,2. 4) Menemui nilai komponen imajiner dari admitansi di atas, yang bisa digunakan untuk menentukan panjang stub LStub. Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.16

Contoh perhitungan: Gunakan diagram Smith untuk mendesian sebuah rangkaian matching stub, yang akan mentransformasikan sebuah impedansi beban Z L = 35 j 47.5 Ω ke saluran transmisi dengan impedansi gelombang Z 0 = 50 Ω. Jawab: 1. Impedansi ternormalisasi z L = (35 j 47.5)/50 = 0.7 j 0.95 Gambarkan z L pada diagram Smith. 2. Lokasi y L didapat dengan memutar posisi z L sejauh 180 o. Posisi y L ini bisa ditransformasikan dengan melakukan putaran searah L dengan jarum jam, yaitu sejauh ϑ 1 dan sejauh ϑ 2 sehingga nilai riil dari y, Re(y)=1. Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.17

3. Perputaran sejauh θ1 = 102 58 = o 44 atau panjang dari L Stub,1 = λ/2. 44/360 = 0,061λ, dengan nilai komponen imajinernya 1,2. θ2 = 102 + 59 = 161 o 4. Dan atau panjang dari L Stub,2 = λ/2. 161/360 = 0,224λ, dengan nilai komponen imajinernya -1,2. Dari Modul 6 untuk rangkaian short, ditransformasikan impedansi sebesar Z S = jz tan β ( L) Untuk mengkompensasikan nilai komponen imajiner dari transformasi saluran transmisi, maka 1 j1,2 / Z = β LStub, 1 jz tan ( β L ) Stub,1 L Stub, 1 = 0,111λ = arctan(1/1,2) = 0,221π Untuk alternatif kedua, dengan cara sama L Stub, 2 = 0,389λ Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.18

y L (2) (3) ϑ 1 ϑ 2 z L (1) (4) Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.19

Rangkaian Matching dengan Stub Tunggal (Single Stub) Serial Rangkaian matching dengan stub tunggal serial ini akan diterangkan dengan contoh praktis, yaitu proses matching sebuah antena dengan impedansi masukan Z L = 80+j15 Ω, yang akan dihubungkan dengan sebuah saluran transmisi dengan impedansi gelombang g Z o = 75 Ω. Tanpa rangkaian matching akan terjadi refleksi gelombang dengan faktornya r = 80 + j15 75 5 + j15 = 80 + j 15 + 75 155 + j 15 = 0,0412 + j0,0928 = 0,1015 e j66,04 o Sehingga dengan demikian (0,1015) 2 100% = 1,03% energinya akan direfleksikan kembali ke generator, dan 98,97 % akan dipancarkan. Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.20

Sekarang antena ini akan dimatch dengan sebuah stub tunggal serial, sehingga pada frekuensi 400 MHz terjadi matching. Struktur dari rangkaian Matching: Tujuan dari perancangan rangkaian matching ini adalah penentuan posisi stub d Stub dan panjang dari stub L Stub. Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.21

Karena rangkaian seri, jadi kita akan bekerja dengan impedansi. 1. Impedansi beban ZLakan dinormalisasikan menjadi 80/75+j15/75 = 1.067+j0.2000, dan gambarkan posisinya di diagram Smith. 2. Kemudian putar searah jarum jam (ke arah generator) kelingkaran impedansi 1. Didapatkan ϑ 1 =68-(-84)=152 o, panjang d Stub,1 jadi 2x2π/λ d Stub,1 = 152 o = 0,844 π menjadi d Stub,1 = 0,211 λ. Impedansi transformasinya bisa dibaca sekitar 1 j 0,18. 3. Komponen imajiner ini harus dikompensasikan oleh stub, yang harus berlaku induktif, atau dengan 2π Z S = jz tan( β L) tan LStub, 1 = 0, 18 λ 2ππ L Stub, 1 = 0,057π LStub,1 = 0,028λ λ Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.22

z L ϑ 1 ϑ 2 Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.23