ESTIMASI KURVA REGRESI PADA DATA LONGITUDINAL DENGAN WEIGHTED LEAST SQUARE

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL REGRESI NONPARAMETRIK BERDASARKAN ESTIMATOR POLINOMIAL LOKAL KERNEL PADA KASUS PERTUMBUHAN BALITA

REGRESI SPLINE BIRESPON UNTUK MEMODELKAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS

ESTIMASI KURVA REGRESI SEMIPARAMETRIK PADA DATA LONGITUDINAL BERDASARKAN ESTIMATOR POLINOMIAL LOKAL

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP INVESTASI DI KABUPATEN TUBAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Regresi Spline Kuadratik

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, ekonomi, ilmu-ilmu pengetahuan sosial, kesehatan, dan biologi.

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis hubungan fungsional antara variabel prediktor ( ) dan variabel

PENENTUAN MODEL REGRESI SPLINE TERBAIK. Agustini Tripena 1

Aplikasi Spline Kuadrat Terkecil dalam Pemodelan Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Antropometri

PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP MATA UANG EURO DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE. Sulton Syafii Katijaya 1, Suparti 2, Sudarno 3.

PEMILIHAN PARAMETER PENGHALUS DALAM REGRESI SPLINE LINIER. Agustini Tripena Br.Sb.

ESTIMATOR SPLINE KUBIK

APLIKASI REGRESI SPLINE UNTUK MEMPERKIRAKAN TINGKAT FERTILITAS WANITA BERDASARKAN UMUR

REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED DENGAN SOFTWARE R. Abstract. Keywords: Spline Truncated, GCV, Software R.

Seminar Tugas Akhir. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Drs. I Nyoman Budiantara, MS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel prediktor terhadap variabel respons. Hubungan fungsional

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menaksir pola hubungan antara variabel prediktor atau

APLIKASI MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED (Studi Kasus: Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Puri Raharja)

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA. 1. Pendahuluan

PEMODELAN REGRESI SPLINE (Studi Kasus: Herpindo Jaya Cabang Ngaliyan)

BAB III REGRESI SPLINE = + dimana merupakan fungsi pemulus yang tidak spesifik, dengan adalah

PENENTUAN GENERALIZED CROSS VALIDATION (GCV) SEBAGAI KRITERIA DALAM PEMILIHAN MODEL REGRESI B-SPLINE TERBAIK

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK DENGAN PENDEKATAN DERET FOURIER PADA KASUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR

PREDIKSI INFLASI DI INDONESIA MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK B-SPLINE

PEMODELAN HARGA CABAI DI KOTA SEMARANG TERHADAP HARGA INFLASI MENGGUNAKAN REGRESI SEMIPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL

Oleh : Edwin Erifiandi (NRP ) Pembimbing : Prof. Dr. Drs. I Nyoman Budiantara, MSi

ABSTRAK. Kata Kunci: regresi nonparametrik spline, knot, GCV, angka kematian bayi.

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman Online di:

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode analisis data yang telah diterapkan

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman Online di:

Pemodelan Spline Truncated dalam Regresi Nonparametrik Birespon

2-RP RENCANA PEMBELAJARAN. Semester : VI Hal: 1 dari 5. No.Revisi : 00. tim. Regresi Nonparametrik. Deskripsi. Kemampuan. lokal).

PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT MENGGUNAKAN

PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Disusun Oleh : NOVIA AGUSTINA. Skripsi. Jurusan Statistika Fakultas Sains dan Matematika Undip

ANALISIS INFLASI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE REGRESI NON PARAMETRIK B-SPLINE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PREDIKSI KURS RUPIAH TERHADAP EURO MENGGUNAKAN MODEL REGRESI SPLINE TERSEGMEN

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

PEMODELAN REGRESI SPLINE TRUNCATED UNTUK DATA LONGITUDINAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN REGRESI SPLINE UNTUK RATA- RATA BANYAK ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP DI KOTA SURABAYA, KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BANGKALAN

PEMODELAN KASUS KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK METODE B-SPLINE

Kata Kunci : regresi semiparametrik, spline, knot, GCV

PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN REGRESI PENALIZED SPLINE

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GENERALIZED CROSS VALIDATION DALAM REGRESI SMOOTHING SPLINE

PREDIKSI INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI KERNEL

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017, Halaman Online di:

BAB 1 PENDAHULUAN. variabel respon dengan variabel prediktor. Menurut Eubank (1988), f(x i ) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

BAB I PENDAHULUAN. Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah

Pemodelan Regresi Nonparametrik Spline Truncated Dan Aplikasinya pada Angka Kelahiran Kasar di Surabaya

APLIKASI SPLINE TRUNCATED DALAM REGRESI NONPARAMETRIK SKRIPSI FIKA KHAIRANI

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK MULTIVARIABEL DENGAN ESTIMATOR SPLINE PARSIAL

PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT MENGGUNAKAN REGRESI PENALIZED SPLINE BERBASIS RADIAL

MODEL REGRESI SEMI PARAMETRIK DENGAN ESTIMATOR SPLINE PARSIAL

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE MULTIVARIAT UNTUK PEMODELAN INDIKATOR KEMISKINAN DI INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang

BAB III MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

PEMODELAN KASUS KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK METODE B-SPLINE ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS

REGRESI SPLINE SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL REGRESI SPLINE KNOT OPTIMAL UNTUK MENGETAHUI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMILIHAN BANDWIDTH PADA ESTIMATOR NADARAYA-WATSON DENGAN TIPE KERNEL GAUSSIAN PADA DATA TIME SERIES

Seminar Hasil Tesis ESTIMATOR SPLINE DALAM REGRESI NONPARAMETRIK MULTIRESPON (STUDI KASUS TINGKAT KESEJAHTERAAN DI INDONESIA TAHUN 2009)

Analisis Regresi Spline Multivariabel untuk Pemodelan Kematian Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur

PENDEKATAN REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK PROSES PEMBENTUKAN LIMBAH PABRIK GULA ASEMBAGUS SITUBONDO

MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI KEJADIAN KONSTIPASI TERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU DAN PEMBERIAN AIR SUSU FORMULA

REGRESI NONPARAMETRIK DERET FOURIER BIRESPON

BAB III MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWLRS)

EFISIENSI RELATIF ESTIMATOR FUNGSI KERNEL GAUSSIAN TERHADAP ESTIMATOR POLINOMIAL DALAM PERAMALAN USD TERHADAP JPY

MODEL SPLINE TERBOBOT UNTUK MERANCANG KARTU MENUJU SEHAT (KMS) PROPINSI JAWA TIMUR

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMP Menggunakan Metode Regresi Nonparametrik Spline di Papua

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Algoritme Least Angle Regression untuk Model Geographically Weighted Least Absolute Shrinkage and Selection Operator

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ESTIMASI MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK BIRESPON PADA DATA LONGITUDINAL BERDASARKAN ESTIMATOR LOKAL LINIER

APLIKASI SPLINE ESTIMATOR TERBOBOT

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Menggunakan Regresi Nonparametrik Spline di Jawa Tengah

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMILIHAN MODEL REGRESI NONPARAMETRIK TERBAIK UNTUK ANALISIS DATA INFLASI DI JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh: ELYAS DARMAWAN NIM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI ABSTRACT. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pembatasan Masalah TujuanPenulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor.

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

ESTIMASI KURVA REGRESI PADA DATA LONGITUDINAL DENGAN WEIGHTED LEAST SQUARE Dian Ragil P.. Abstrak Model varying-coefficient pada data longitudinal akan dikaji dalam proposal ini. Hubungan antara variabel respon dan prediktor diasumsikan linier pada waktu tertentu, tapi koefisien-koefisiennya berubah terhadap waktu. Estimator spline berdasarkan Weighted least square (WLS) digunakan untuk mengestimasi kurva regresi dari Model Varying Coefficient. Generalized Cross-Validation (GCV) digunakan untuk memilih titik knot optimal. Aplikasi pada proposal ini diterapkan pada data ACTG yaitu hubungan antara HIV RNA dan sel CD4 pada orang yang terinfeksi HIV dengan menggunakan bantuan software Matlab 7. Kata Kunci : data longitudinal, Weighted least square, regresi nonparametrik, model varying-coefficient, matlab 7. 1. Pendahuluan Data longitudinal adalah data yang diperoleh dari pengukuran berulang (repeated measures) pada beberapa individu (unit cross-sectional) dalam waktu berturut-turut (unit waktu), dengan asumsi bahwa pengamatan dalam objek yang sama adalah dependen namun pengamatan antara objek yang satu dan yang lain independen. Penelitian menggunakan data longitudinal biasanya lebih kompleks dan membutuhkan biaya lebih besar daripada penelitian cross-sectional, namun lebih andal dalam mencari jawaban tentang dinamika perubahan yang terjadi dalam objek tertentu. Analisis data longitudinal dapat dilakukan dengan pendekatan parametrik, nonparametrik maupun semiparametrik. Namun karena objek yang diamati secara berulang dalam kurun waktu yang berbeda, menyebabkana kurva model hubungan antar variabelnya tidak jelas, sehingga pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat pengaruh waktu terhadap respon adalah regresi nonparametrik. Adapun beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengestimasi kurva regresi dalam regresi nonparametrik antara lain kernel (Hardle, 1990), Spline (wahba, 1990), K-Nearest Neigbor (Hardle, 1990), Deret Fourier (Eubank, 1988) dan Histogram (Green dan silverman, 1994). Pendekatan estimator Spline ada bermacammacam antara lain Spline original, Spline type M, Spline relaxed, dan Spline terbobot. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji pendekatan spline dengan meminimumkan Weighted Least square (WLS) untuk mengestimasi 1

kurva regresi dari model varying coefficient yang ditawarkan oleh Hoover, Rice, Wu dan Yang (1998) dimana variabel prediktornya bergantung pada waktu, yaitu data Aids Clinical Trials Group (ACTG), dengan sel CD4 merupakan prediktor dan HIV- RNA merupakan variabel respon yang akan dituangkan dalam bentuk tugas akhir dengan judul ESTIMASI KURVA REGRESI PADA DATA LONGITUDINAL DENGAN WEIGHTED LEAST SQUARE. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Data Longitudinal Data longitudinal adalah data yang diperoleh dari pengukuran berulang (repeated measures) pada beberapa individu (unit cross-sectional) dalam waktu berturut-turut (unit waktu), dengan asumsi bahwa pengamatan dalam objek yang sama adalah dependen namun pengamatan antara objek yang satu dan yang lain independen. Penelitian menggunakan data longitudinal biasanya lebih kompleks dan membutuhkan biaya lebih besar daripada penelitian cross-sectional, namun lebih andal dalam mencari jawaban tentang dinamika perubahan yang terjadi dalam objek tertentu. Pengamatan dalam studi data longitudinal, pada umumnya dilakukan terhadap n objek yang saling independen. Misalkan t ij menyatakan pengamatan pada waktu ke-j dari objek ke-i dan y ij menyatakan variabel respon pada waktu t ij dan x ij merupakan prediktor yang diamati pada objek ke-i, maka data longitudinal diberikan oleh {(t ij, y ij, x ij ) ; 1< i < n, 1 < j < n i }, dimana n i menyatakan banyaknya pengukuran berulang dari individu ke-i. 2.2 Spline dalam Regresi Nonparametrik Data dalam pendekatan regresi nonparametrik, mencari sendiri bentuk pendugaannya, tanpa dipengaruhi oleh faktor subjektifitas peneliti. Spline merupakan potongan polinomial (piecewise polynomial) orde k yang memiliki sifat tersegmen kontinu. Sifat inilah yang memberikan fleksibilitas lebih dari polinomial biasa, sehingga memungkinkan untuk menyesuaikan diri secara efektif terhadap karakteristik lokal dari fungsi atau data. Titik perpaduan bersama dari potongan-potongan polinomial yang memperlihatkan terjadinya perubahan pola prilaku dari fungsi spline pada interval-interval yang berbeda disebut titik knot. Suatu fungsi spline dengan titik-titk knot didefenisikan sebagai sembarang fungsi f yang dirumuskan dalam bentuk: ( ) ( ), i = 1,2,...,n ; j =1,2,...,n i dengan ( ) { ( ) adalah parameter dan 2 adalah titik knot.

Salah satu cara untuk mengestimasi kurva regresi nonparametrik dengan pendekatan spline adalah dengan memilih titik knot optimal. Peran titik knots dan parameter penghalus λ dalam model spline adalah serupa tetapi kemampuan pengestimasian estimator spline dengan memilih parameter penghalus optimal, tidak terlihat secara visual. 2.3 Model Varying-Coefficient Model Varying Coefficient secara umum dapat dituliskan dalam bentuk : ( ) ( ) ( ), j = 1,2,,n i ; i = 1,2,.,n Estimasi model Varying Coefficient terboboti dengan menggunakan pendekatan spline polynomial truncated diperoleh dengan meminimumkan WLS : [ ( ) ( ) ( )] = Pembobot. = Variabel respon pada pengukuran ke-j dari subjek ke-i. ( ) = Fungsi koefisien yang belum diketahui. ( ) = Fungsi koefisien yang belum diketahui. = Prediktor pada pengukuran ke-j dari objek ke-i ( ) = Waktu pengukuran ke-j dari objek ke-i. Hubungan antara variabel respon dan variabel prediktor dalam Model Varying-Coefficient pada data longitudinal ini diasumsikan linear pada waktu tertentu akan tetapi koefisien regresinya berubah berdasarkan waktu. 2.4 Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penderita infeksi HIV dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan gejala atau penyakit tertentu yang merupakan akibat dari penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV atau tes darah yang menunjukkan jumlah CD4 < 200/mm 3. 2.5 Cluster of Differentiation 4 (CD4) Sel CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun menjadi sangat penting, karena 3

berkurangnya sel ini menunjukkan berkurangnya sel darah putih yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke dalam tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh normal, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu (seperti pada orang terinfeksi virus HIV) nilai CD4 semakin lama semakin menurun. 3 Data Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data sekunder berupa data AIDS Clinical Trials Group (ACTG) yang diambil dari penelitian Liang, Wu dan Carol (2003). Dipilih 10 pasien penderita HIV yang saling independen dengan catatan bahwa setiap penderita belum pernah mendapatkan obat antiviral dengan sel CD4, yaitu 100-300/μL. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Variabel respon, yaitu virus HIV-RNA diamati mulai hari ke-0 sampai hari ke-175 pada penderita HIV sebanyak 10 orang. 2) Prediktor, yaitu kadar CD4 yang diamati mulai hari ke-0 sampai hari ke-175 pada penderita HIV sebanyak 10 orang. Langkah-langkah yang dilakukan berkaitan dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut : a. Model varying coefficient yang digunakan : ( ) ( ),,, dengan ( ) adalah fungsi koefisien yang merupakan suatu fungsi tertentu yang belum diketahui, adalah hari pengamatan ke-j dari orang ke-i yang menderita HIV, dan adalah error pada waktu. b. Mengkaji taksiran fungsi koefisien pada model varying coefficient pada data longitudinal menggunakan pendekatan spline yaitu meminimumkan WLS dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Diberikan model varying coefficient : 4 ( ) ( ),,, 2. Menyatakan ( ) sebagai fungsi spline basis truncated power yaitu : ( ) ( ) ( ) 3. Menyatakan ( ) sebagai fungsi spline basis truncated power yaitu : ( ) ( ) ( ) 4. Mendapatkan estimator dengan meminimumkan WLS : [ ( ) ( ) ( )] c. Penerapan model varying coefficient pada data longitudinal pada data ACTG dengan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Diberikan model varying coefficient : ( ) ( ),,, 2. Plot data ( ) pada waktu t = 0 hingga t = 175 3. Plot data ( ),,, 4. Menentukan nilai estimator menggunakan pendekatan spline dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Menentukan estimator spline b) Menghitung nilai GCV dari tiap titik knot. c) Memilih titik knot optimal, yakni yang mempunyai nilai GCV terkecil dari setiap pasien. d) Melakukan estimasi secara simultan dengan menggunakan titik knot optimal yang didapatkan dari setiap pasien. e) Menghitung nilai koefisien determinasi dan MSE dari model spline optimal. f) Memodelkan secara parsial dengan menggunakan hasil estimasi yang diperoleh secara simultan. 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Taksiran Fungsi Koefisien Menggunakan Pendekatan Spline Pada data longitudinal, model varying coefficient dapat ditulis dalam bentuk : ( ) ( ) ( ),, (4.1) dengan merupakan variabel respon pada pengukuran ke-j dari obyek ke-i, ( ) dan ( ) merupakan fungsi yang tidak diketahui, dinamakan prediktor pada pengukuran ke-j dari obyek ke-i, melambangkan waktu pengukuran ke-j dari obyek ke-i, menyatakan error pada waktu, adalah banyaknya pengukuran dari obyek ke-i dan fungsi f adalah fungsi koefisien regresi yang tidak diketahui. Hubungan antara variabel respon dan variabel prediktor diasumsikan linear pada waktu tertentu tetapi koefisien regresinya berubah berdasarkan waktu. Suatu fungsi spline dengan titik-titik knot didefenisikan sebagai fungsi sembarang fungsi f yang dirumuskan dalam bentuk : ( ) ( ) = + + + + + ( ) + + ( ) (4.2) dengan ( ) { ( ) adalah parameter dan adalah titik knot. diperoleh persamaan sebagai berikut : 5

= Ф 0 ( ) + Ф 1 ( ) +,, = [Ф ( ) Ф ( ) ] [ ] + Untuk memperoleh bentuk estimator dari pada (4.7) dapat dilakukan dengan cara meminimumkan Weight Least Square (WLS) : = = - + Sehingga diperoleh : = Y (4.9) dimana = [ dengan ] = [ ], = [ ] Sehingga estimasi dari (4.1) dapat ditulis menjadi : = 0 ( ) + ( ) 1 ( ), = Ф 0 ( ) + ( )Ф ( ) 4.2 Model Varying Coefficient pada Data ACTG Dengan menggunakan model varying coefficient, akan dimodelkan hubungan antara HIV-RNA dan sel CD4.Selanjutnya, untuk mengestimasi model (4.1), maka dilakukan pendekatan spline dengan menggunakan Weighted Least Square (WLS). Proses selanjutnya dengan memplot data antara HIV-RNA dan sel CD4 untuk memperlihatkan kecenderungan data ACTG dalam mengikuti model varying coefficient. 4.2.1 Model Parsial Model spline yang optimal ditentukan dengan pemilihan titik knot optimal melalui nilai GCV terkecil. Prosedur analisis model varying coefficient dilakukan melalui pemilihan titik knot optimal dimulai dari 1 sampai 2 titik knot pada orde 1 dan 2 untuk semua pasien (Lampiran 2). Selanjutnya model parsial yang optimal dari masing-masing pasien diuraikan berikut ini : a. Pasien 1 Nilai GCV optimum pasien 1 untuk p = 2, d = 1 Letak Titik Knot knot1 knot2 knot1 knot2 GCV 6

HIV RNA Universitas Hasanuddin 8-5 - 1.8637 x 10-8 13-5 10 2.8617 x 10-5 10 2 8-9.9252 x 10-3 2 10 9 5 1.2999 x 10-2 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa untuk data pada pasien 1 dengan derajat polinomial masing-masing p = 2 untuk dengan titik knot 10 dan dan d = 1 untuk dengan titik knot 5 mempunyai nilai GCV minimum yaitu 1.8637 x 10-8. Plot kurva spline polinomial truncated diperlihatkan pada Gambar 4.4 berikut : 4 plot spline fit 3.5 3 2.5 2 1.5 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 waktu Plot antara dan p = 2, d = 1 pasien-1 Berdasarkan Gambar diatas dan nilai GCV minimum yang bersesuain dengan titik knot optimal, sehingga dapat dikatakan bahwa lokasi terjadinya perubahan pola data terjadi pada hari ke- 5 dan 8. Dari titik knot optimal tersebut maka dapat diperoleh model parsial dari pasien 1 sebagai berikut : Tabel 4.3 hasil estimasi untuk pasien 1 Titik Knot Derajat Hasil estimasi parameter k1 k2 Polinomia l 00 01 02 03 8-2 1.3533-0.3166 0.019872-0.019875 7

Dari Tabel 4.3 di atas, diperoleh model estimasi koefisien untuk ( ) yaitu: = 1.3533 + 0.019872 ( ) Tabel 4.4 hasil estimasi untuk pasien 1 Titik Derajat Knot Polinomi Hasil estimasi parameter k1 k2 al 10 11 12 5-1 -4.3408 8.889x10-1 8.9163x10-1 Dari Tabel di atas, diperoleh model estimasi koefisien untuk yaitu: = -4.3408 8.889x10-1 + 8.9163x10-1 ( ) Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 4.3 dan 4.4, maka diperoleh model regresi yaitu hubungan antara HIV RNA dan sel CD4 untuk pasien 1 sebagai berikut : = 1.3533 + 0.019872 ( ) + 4.2.2 Model Simultan ( ){4.3408 8.889x10-1 + 8.9163x10-1 ( ) } Setelah diperoleh model parsial optimal dari masing-masing pasien, selanjutnya titik-titik knot yang digunakan dalam menentukan model parsial akan digunakan untuk mendapatkan hasil estimasi secara simultan untuk keseluruhan pasien. Setelah didapatkan hasil estimasi secara simultan, maka diperoleh nilai MSE adalah 8.2x10-2, nilai GCV simultan adalah dan R 2 sebesar 91% dengan model varying coefficient sebagai berikut : ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { ( ) { ( ) { ( ) } ( ) ( ) } ( ) } 8

Dari model tersebut di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa penerapan model varying coefficient dengan menggunakan spline polynomial truncated pada data ACTG memberikan hasil estimasi fungsi koefisien yang bervariasi pada setiap pengamatan. 5. Penutup 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Estimasi kurva regresi pada model varying coefficient dengan menggunakan pendekatan splinedengan memininimumkan WLS, diperoleh estimator untuk ( ), ( ) dan sebagai berikut: ( ) ( ),, ( ) ( ),, ( ) ( ),, atau dapat ditulis menjadi : ( ) ( ) 2. Data ACTG pada 10 pasien yang menggambarkan hubungan antara HIV- RNA dengan kadar CD4 memiliki koefisien regresi yang bervariasi dengan nilai koefisien determinasi yang lemah pada setiap waktu pengukuran, sehingga dapat dimodelkan dengan spline varying coefficient. 3. Hubungan antara HIV-RNA dengan kadar CD4 dengan spline varying coefficient menunjukkan pengaruh kadar CD4 terhadap HIV-RNA sangat kuat, yang ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 91% 5.2. Saran Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk menambah jumlah pasien ataupun menggunakan data terbaru. Selain itu, pengembangan metode spline yang laindapat digunakan dalam menganalisis data ACTG, misalnya dengan P-Spline. 9

Daftar Pustaka Eubank, R. L. (1988). Spline Smoothing and Nonparametric Regression, MarcelDekker, New York. Hastie, T. J. Dan Tibshibrani, R. J. (1993). Varying Coefisien Models. J. Roy.Statist. Soc. B 55, 757-796. Hogan, W. J., Lin, X., dan Herman, B. (2004). Mixtures of Varying CoefficientModels for Longitudinal Data with Descrete or ContinuousNonignorable Dropout. Biometrics, 60, 854 864. Hoover, D. R., Rice, J. A., Wu, C. O., dan Yang, L. P. (1998). NonparametricSmoothing Estimates of Time-Varying Coefficients Models withlongitudinal Data. Biometrika, 85, 809-822. Liang, H., Wu, H. dan Carrol, R. J. (2003). The Relationship Virologic andimmunologic Responses in AIDS Clinical Research Using Mixed- Effects Varying Coefficient Models With Measurement Error.Biostatistics, 4, 297 312. Wahba, G. (1990). Spline Models for Observational Data. Society for Industrialand Applied Mathematics Philadelphia, Pennsylvania. Wu, H. dan Zhang, J. T. (2006). Nonparametric Regression Methods forlongitudinal Data Analysis, John Wiley & Sons, New Jersey Chiang, C. T., Rice, J. A. dan Wu, C. O. (2001). Smoothing Spline Estimation forvarying Coefficient Models with Repeatedly Mesured DependentVariables. Journal of American Statistical Association, 96, 605-619. 10