PENGARUH FREKUENSI PENCUCIAN SURIMI TERHADAP MUTU PRODUK BAKSO IKAN JANGILUS (Istiophorus sp.)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENYIMPANAN BEKU SURIMI TERHADAP MUTU BAKSO IKAN JANGILUS (Istiophorus sp.) Uju 1)

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap meliputi penentuan kesegaran ikan layaran dengan uji organoleptik, preparasi ik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

31 untuk perhitungan rendeman memiliki berat sebesar gram. Rendemen ikan tubuh layaran dihitung dengan cara persentase perbandingan dari bagian

Studi Subtitusi Tepung Tapioka dengan Tepung Maizena Terhadap Kualitas Fisik Kamaboko Ikan Belut ( Synbrancus bengalensis)

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

METODE. Waktu dan Tempat

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Analisis Data

PENGARUH CARA KEMATIAN IKAN DAN TAHAPAN PENURUNAN KONDISI KESEGARAN IKAN TERHADAP KUALITAS PASTA IKAN GURAMI (Osphronemous gouramy)

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

Lampiran1. Lembar penilaian (score sheet) organoleptik kamaboko Lembar penilaian uji lipat kamaboko

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar ABSTRAK

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGOVENAN TERHADAP KARAKTERISTIK CUMI-CUMI (Loligo sp) KERTAS

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

JURNAL. PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH KARAGENAN BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LOMEK (Harpodon neherreus) OLEH DWI MUARIF

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

PRODUK OLAHAN PANGAN TURUNANNYA DALAM RANGKA PENGUATAN KETAHANAN PANGAN

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di

KARAKTERISTIK BAKSO KERING IKAN PATIN (Pangasius sp.) Oleh : David Halomoan Hutabarat C

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

PEMANFAATAN CANGKANG RAJUNGAN (Portunus sp.) SEBAGAI FLAVOR. Oleh : Ismiwarti C

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

KUALITAS BAKSO DAGING SAPI DENGAN PENAMBAHAN GARAM (NaCl) DAN FOSFAT (SODIUM TRIPOLIFOSFAT/STPP) PADA LEVEL DAN WAKTU YANG BEBEDA

Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Islami

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

PEMANFAATAN PROTEIN IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus Peters.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN FISH CAKE GORENG. Abstrak

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

BAB III METODE PENELITIAN

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

PENGARUH SUBSTITUSI DAGING SAPI DENGAN KULIT CAKAR AYAM TERHADAP DAYA IKAT AIR (DIA), RENDEMEN DAN KADAR ABU BAKSO SKRIPSI. Oleh:

I. PENDAHULUAN. dan bumbu-bumbu yang dibentuk bulat seperti kelereng dengan bera gram

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

METODE. Bahan dan Alat

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol

3 METODOLOGI Penelitian pendahuluan

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN PENGIKAT TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK OTAK-OTAK IKAN SAPU-SAPU (Liposarcus pardalis)

1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar 2) Staf Pengajar Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar ;

Pengaruh Konsentrasi Garam Sodium Trypoliposphate (STPP) terhadap Kualitas Torimi Daging Ayam (Gallus Domesticus)

Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik (Uji skoring) Produk yang Diuji : Baso Kerang Darah Nama Panelis : Tanggal Uji :

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG UBI JALAR, NATRIUM TRIPOLIFOSFAT (Na5P3O10) DAN FIBRISOL TERHADAP MUTU FISIKO-KIMIA, DAN GIZI PROTEIN BAKSO SAPI

KAJIAN PENERIMAAN KONSUMEN DAN MUTU NUGGET UDANG REBON (Acetes erythraeus)

PEMANFAATAN DAGING LIMBAH FILET IKAN KAKAP MERAH SEBAGAI BAHAN BAKU SURIMI UNTUK PRODUK PERIKANAN

Sifat-sifat Organoleptik Nikumi Kuda dan Sapi pada Beberapa Frekuensi Pencucian (Leaching)

PENGARUH FREKUENSI PENCUCIAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BAKSO IKAN GABUS (Ophiocephalus striatus)

BAB III METODE PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Permen Jelly Dari Karagenan dan Konjak BAB III METODOLOGI

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PERAN TAWAS TERHADAP PERURAIAN PROTEIN IKAN TONGKOL. Nurrahman* dan Joko Teguh Isworo* ABSTRAK

e jurnal boga online 3 new 3, yudisium bulan oktober 2014 hal

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan nugget dan pengujian organoleptik dilaksanakan di Laboratorium

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

O. Mega Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu ABSTRAK. Kata kunci: pencucian, nikumi, daging kuda, daging sapi ABSTRACT

PENDAHULUAN. Djoko Poernomo*, Sugeng Heri Suseno*, Agus Wijatmoko**

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo dan analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN KITOSAN DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN KURISI(Nemipterus nematophorus) PADA PENYIMPANAN SUHU DINGIN DAN BEKU

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Surimi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Penambahan Tepung Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) sebagai Bahan Baku Pempek

METODE. Materi. Rancangan

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

PENGARUH PEMBERIAN SODIUM TRIPOLIPOSPAT (STPP) DAN GARAM DAPUR (NACL) PADA DAGING SEGAR DAN DAGING LAYU TERRADAP MUTU FISIK BAKSO DAN PENERIMAANNYA

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

Pembuatan Sosis Ikan

Transkripsi:

PENGARUH FREKUENSI PENCUCIAN SURIMI TERHADAP MUTU PRODUK BAKSO IKAN JANGILUS (Istiophorus sp.) Uju *, Rudy Nitibaskara *, Bustami Ibrahim * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakso ikan dengan warna putih serta tekstur yang kompak dan kenyal dengan cara perlakuan pencucian pada bahan intermediet bakso (surimi). Proses pencucian dilakukan menggunakan air dingin dengan perbandingan volume air dan daging giling masing-masing 4 :1. Frekuensi pencucian yang dilakukan pada daging giling ikan adalah 0, 1, 2, dan 3 kali. Perlakuan pencucian surimi satu kali dapat memperbaiki tingkat penerimaan kesukaan organoleptik dan kekuatan gel bakso ikan, sedangkan frekuensi pencucian berikutnya kekuatan gel tidak dapat ditingkatkan lagi. Proses pencucian pada surimi juga dapat meningkatkan derajat kecerahan bakso ikan yang dihasilkannya hingga mencapai 80, 52%. Derajat kecerahan bakso ikan yang dihasilkan meningkat pada frekuensi pencucian surimi yang pertama, sedangkan pada frekuensi pencucian yang kedua sampai yang keempat derajat kecerahannya tidak dapat ditingkatkan lagi, namun secara organoleptik peningkatan derajat kecerahan ini tidak mempengaruhi tingkat penerimaan. Perlakuan pencucian pada surimi berdampak terhadap menurunnya kadar protein dalam bakso ikan, namun tingkat penurunannya hanya signifikan sampai pada frekuensi pencucian satu kal., sedangkan pada frekuensi pencucian yang ke- 2, 3 dan yang ke-4 kadar protein dalam bakso ikan relatif tidak berubah. Selain itu pencucian juga dapat menyebabkan hilangnya komponen flavor dan rasa yang terdapat pada daging ikan. Adanya kehilangan komponen pembentuk rasa ini terlihat dari semakin menurunnya tingkat kesukaan panelis terhadap rasa bakso ikan. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa bakso ikan menurun setelah pencucian surimi yang ketiga. Kata kunci: bakso ikan, pencucian, surimi, PENDAHULUAN Bakso merupakan salah satu jenis makanan yang sudah populer di Indonesia. Umumnya bakso dibuat dari daging sapi, tetapi dapat pula dibuat dari berbagai jenis daging lainnya termasuk daging ikan. Hampir semua jenis ikan dapat dijadikan sebagai bahan baku bakso, baik yang bernilai ekonomis tinggi maupun ekonomis rendah. Faktor penampakan, tekstur, dan cita rasa, serta nilai gizi merupakan parameter yang penting dalam menentukan kualitas bakso ikan. Dalam kenyataannya dimasyarakat, untuk mendapatkan bakso yang mempunyai penampakan yang menarik (warna putih), para pengolah sering menggunakan bahan pemutih, seperti H 2 O 2 dan TiO 2, sedangkan untuk mendapatkan bakso dengan tekstur * Staf Pengajar Departemen FPIK - IPB 1

yang kenyal sering digunakan boraks. Bahan-bahan tambahan yang digunakan tersebut mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan orang yang mengkonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakso ikan dengan warna putih serta tekstur yang kompak dan kenyal dengan cara perlakuan pencucian pada bahan intermediet bakso (surimi). METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging ikan jangilus (Istiophorus sp) yang diperoleh dari TPI Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat. Bahan-bahan lainnya yang digunakan adalah tepung tapioka, bawang merah, bawang putih, soda kue, garam dapur, merica, penyedap, telur, lada, air, dan es batu serta bahan-bahan kimia untuk keperluan analisis. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pisau, baskom plastik, keranjang plastik, sendok, alat penggilingan, alat pengepres, alat perebusan, kompor, dan kain kasa. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk keperluan analisis bahan dan produk akhir adalah neraca analitik, cawan abu, kjeltec system destilling unit, ph meter, termometer, coloring measuring and diffrence calculating/digital display system, oven, rheometer, score sheet dan alat-alat gelas. Metode Bahan baku yang digunakan adalah ikan jangilus (Istipphorus sp) yang diperoleh dari TPI Pelabuhan Ratu Sukabumi dan dibawa dengan menggunakan cool box. Perbandingan ikan dengan es di dalam cool box adalah 1 : 2. Setelah sampai di laboratorium ikan dicuci, disiangi, kepalanya dipotong serta kulit dan tulangnya dipisahkan dibentuk potongan-potongan daging. Potongan-potogan daging tersebut digiling sehingga menjadi surimi. Surimi yang diperoleh diberi perlakuan pencucian dengan menggunakan air dingin 4 o C dengan perbandingan air : surimi 4 : 1. Perlakuan 2

frekuensi pencucian yang diberikan 0, 1, 2, 3, dan 4. Surimi yang diperoleh dibentuk bakso ikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Keasaman (ph ) Nilai ph berkisar antara 6,49 sampai 7,20, ph bakso ikan semakin meningkat sebanding dengan banyaknya frekuensi pencucian yang diberikan pada surimi (Gambar 1). Analisis ragam menunjukkan bahwa frekuensi pencucian surimi berpengaruh signifikan terhadap ph bakso ikan. Adanya kenaikan ph disebabkan oleh hilangnya residu asam dalam protein otot karena pengaruh pencucian (Babji dan Kee, 1994). Perubahan nilai ph pada surimi akan mempengaruhi terhadap kemampuan miofibril dalam mengikat air. Kemampuan protein miofibril mengikat air akan semakin dengan semakin naiknya nilai ph surimi (Goll et al., 1977). 7,30 7,20 7,10 7,00 ph 6,90 6,80 6,70 6,60 6,50 6,40 0 1 2 3 4 5 Frekuensi Pencucian Gambar 1. Pengaruh frekuensi pencucian pada surimi terhadap ph bakso ikan Kadar Air Frekuensi pencucian surimi juga berpengaruh nyata terhadap kadar air dalam bakso ikan. Bakso ikan yang dihasilkan dari surimi tanpa pencucian mempunyai kadar air 75,90 %. Kadar air bakso ikan terus meningkat sebanding dengan banyaknya frekuensi pencucian yang diberikan hingga mencapai 80,52 % pada pencucian ke-4 (Gambar 2). Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa peningkatan kadar air hanya siginifikan pada pencucian ke-0 dengan ke- 1 saja, sedangkan pada pencucian 3

selanjutnya yaitu pada pencucian ke-1 dibandingkan dengan pencucian yang ke-2 dan ke-3 kadar air dalam bakso ikan peningkatannya tidak signifikan. Adanya peningkatan kadar air dalam bakso ikan diduga karena semakin menigkatnya aktivitas protein miofibril dalam mengikat air. Sunarlim (1992) menyatakan, masuknya air ke dalam jaringan disebabkan oleh penggelembungan protein miofibril karena pengaruh ion Cl - dari garam NaCl. Ion Cl- akan berikatan dengan filamen yang bermuatan positif sehingga ruang antar filamen akan menjadi luas dan air akan masuk dan terjebak didalamnya. Protein miofibril mempunyai daya ikat air yang tinggi yaitu sekitar 97 % (Pomeranz 1991). 81,00 Kadar Air (%) 80,00 79,00 78,00 77,00 76,00 75,00 0 1 2 3 4 5 Frekuensi Pencucian Gambar 2. Pengaruh frekuensi pencucian pada surimi terhadap kadar air Kadar protein Perlakuan pencucian pada surimi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap total kadar protein bakso ikan. Semakin besar frekuensi pencucian yang diberikan maka kadar protein dalam bakso ikan cenderung untuk turun, hal ini dapat terlihat pada Gambar 3. Penurunan total kadar protein tersebut signifikan pada pencucian satu kali, sedangkan pada frekuensi pencucian dua kali dan selanjutnya, penurunan total kadar protein tidak signifikan. Adanya penurunan kadar protein dalam bakso ikan disebabkan oleh larutnya protein sarkoplasma pada pencucian surimi yang ke satu. Prortein sarkoplasma terdapat dalam di dalam sarkoplasma sel otot dan bersifat larut dalam air (Suzuki, 1981; Watabe, 1990). Frekuensi pencucian yang pertama ternyata sudah mampu melarutkan 4

sebagian besar protein sarkoplasma dalam daging ikan, hal tersebut terlihat dari total kandungan protein yang cenderung tetap perubahnnya pada pencucian ke-2, 3, dan yang ke-4. Proses pencucian dapat menurunkan protein larut air sampai 30% (Lee, 1984). 12,00 10,00 Kadar Protein 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 0 1 2 3 4 5 Frekuensi Pencucian Gambar 3. Pengaruh frekuensi pencucian pada surimi terhadap kadar protein Kekuatan gel (gel strength) Frekuensi pencucian pada surimi menyebabkan terjadi perubahan pada nilai kekuatan gel. Pada proses pencucian pertama terlihat bahwa kekuatan gel meningkat tajam dan mencapai tingkat maksimum, sedangkan pada pencucian yang ke dua dan selanjutnya nilai kekuatan gel tampak menurun (Gambar 4). Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa frekuensi pencucian yang pertama berpengaruh signifikan jika dibandingkan dengan pencucian yang ke-0 dan ke-4, tetapi tidak signifikan jika dibandingkan dengan perlakuan pencucian yang ke-2 dan ke-3. Hal tersebut berarti frekuensi pencucian satu kali merupakan perlakuan yang terbaik, karena dengan satu kali pencucian sudah dapat menghasilkan kekuatan gel yang sama baik dengan perlakuan yang ke-2 dan yang ke-3. 5

Kekuatan Gel 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 0 1 2 3 4 5 Frekuensi Pencucian Gambar 4. Pengaruh frekuensi pencucian pada surimi terhadap kekuatan gel bakso ikan Adanya peningkatan kekuatan gel dari frekuensi pencucian ke-0 ke frekuensi pencucian satu kali diduga karena pengaruh peningkatan fraksi protein miofibril dalam daging. Protein ini mempunyai kemampuan dalam pembentukan gel yang terbentuk dengan adanya proses penggilingan, pemanasan dan pemberian garam (Pomeranz, 1991). Adanya garam yang diberikan pada bakso menyebabkan protein ini larut dan kemudian membentuk gel. Selain itu peningkatan kekuatan gel dari frekuensi pencucian ke-0 ke pencucian ke-1 juga disebabkan oleh hilangnya beberapa komponen dalam daging ikan yang dapat menghambat proses pembentukan gel. Komponen penghambat pembentukan gel tersebut antara lain, protein sarkoplasma, lemak dan darah (Lee, 1994). Derajat kecerahan Secara umum bakso ikan yang dihasilkan pada penelitian ini berwarna putih. Pada data tersebut terlihat nilai derajat kecerahan semua perlakuan pencucian masih diatas 50 %, yaitu dengan kisaran 85,71 % hingga 86,31 %. Pada Gambar 5 terlihat bahwa proses pencucian pada surimi dapat meningkatkan derajat kecerahan bakso ikan. Peningkatan derajat kecerahan signifikan pada pencucian ke-0 dibanding dengan pencucian yang ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4, namun setelah frekuensi pencucian yang ke-2 perubahan nilai derajat kecerahan bakso ikan tidak signifikan. 6

86,40 86,30 86,20 Kecerahan (%) 86,10 86,00 85,90 85,80 85,70 85,60 0 1 2 3 4 5 Frekuensi Pencucian Gambar 6. Pengaruh frekuensi pencucian pada surimi terhadap derajat kecerahan bakso ikan Peningkatan derajat kecerahan bakso ikan disebabkan karena larutnya komponen pembentuk warna daging ikan yaitu heme pigment. Proses pencucian dapat menghilangkan darah, pigmen, enzim dan garam-garam anorganik dalam daging (Robin, 1984). Uji organoleptik Analisis uji organoleptik dengan metode kruskal-wallis menunjukkan bahwa panelis cenderung memberikan respon kesukaan yang sama terhadap penampakan warna bakso ikan. Hal tersebut menunjukkan frekuensi pencucian pada surimi pengaruhnya tidak signifikan terhadap tingkat kesukaan warna bakso ikan. Frekuensi pencucian pada surimi tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan kesukaan aroma bakso ikan, hal tersebut dapat terdeteksi dari uji analisis ragam yang tidak signifikan. Adanya tingkat penerimaan kesukaan yang sama terhadap aroma bakso ikan menunjukkan bahwa larutnya komponen flavor yang terkandung dalam daging ikan karena proses pencucian masih dalam batas tingkat penerimaan. 7

Organoleptik Bakso 6 4 2 0 0 Kali 1 Kali 2 Kali 3 Kali 4 Kali Frekuensi Pencucian Surimi Warna Aroma Rasa Tekstur Nilai rata-rata uji organoleptik rasa adalah 5, yang berarti panelis memberikan respon agak suka terhadap aroma bakso ikan. Hasil uji kruskal-wallis menunjukkan bahwa frekuensi pencucian pada surimi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesukaan rasa bakso ikan. Hasil uji lanjut multiple comparison menunjukkan frekuensi pencucian ke- 0, 1, 2 dan ke-3 memberikan tingkat penerimaan rasa yang sama, sedangkan frekuensi pencucian ke-4 memberikan rasa yang signifikan dibandingkan dengan frekuensi pencucian ke- 0, 1 dan ke-2. Pada frekuensi pencucian ke-4, tingkat kesukaan panelis mulai menurun. Hal tersebut diduga berhubungan dengan hilangnya beberapa komponen pemberi rasa pada daging ikan yang larut karena proses pencucian. Gambar 6. Pengaruh frekuensi pencucian surimi terhadap tingkat kesukaan organoleptik bakso ikan. Perubahan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa bakso ikan yang disebabkan oleh frekuensi pencucian surimi disajikan pada Gambar 6. Pembentukan tekstur bakso ikan dipengaruhi oleh faktor frekuensi pencucian surimi, hal ini dapat terlihat dari uji kruskal-wallis yang memberikan hasil yang signifikan. Skor tingkat kesukaan panelis meningkat pada frekuensi pencucian ke-1 kemudian menurun lagi sampai pada skor terendah yaitu pada pencucian yang ke- 4 (Gambar 6). Perubahan tingkat kesukaan terhadap tekstur bakso ikan diduga berhubungan perubahan fraksi protein miofibril yang semakin meningkat dan fraksi sarkoplasma yang semakin menurun. 8

KESIMPULAN Perlakuan pencucian pada surimi ikan jangilus (Istiophorus sp.) dapat memperbaiki sifat mutu fisik dan tingkat penerimaan kesukaan organoleptik bakso ikan yang dihasilkannya. Kekuatan gel bakso ikan jangilus dapat ditingkatkan dengan cara pencucian pada surimi sebanyak satu kali, sedangkan pencucian dua dan tiga kali memberikan pengaruh kekuatan gel yang sama dengan pencucian satu kali. Frekuensi pencucian empat kali dapat menurunkan kekuatan gel bakso ikan. Panelis lebih menyukai tekstur bakso ikan yang dihasilkan dari pencucian surimi satu kali. Proses pencucian pada surimi adalah dapat meningkatkan derajat kecerahan bakso ikan hingga 80,52 %. Derajat kecerahan bakso ikan yang dihasilkan meningkat pada frekuensi pencucian yang pertama, sedangkan pada frekuensi pencucian yang kedua sampai yang keempat derajat kecerahannya tidak dapat ditingkatkan lagi. Meningkatnya derajat kecerahan ini secara organoleptik tidak mempengaruhi tingkat penerimaan. Hasil analisis kadar protein menunjukkan perlakuan pencucian pada surimi berdampak terhadap menurunnya kadar protein dalam bakso ikan, namun tingkat penurunannya hanya sampai pada frekuensi pencucian satu kali saja, sedangkan pada frekuensi pencucaian yang ke- 2, 3 dan yang ke-4 kadar protein dalam bakso ikan relatif tidak berubah. Selain itu pencucian juga dapat menyebabkan hilangnya komponen flavor dan rasa yang terdapat pada daging ikan. Adanya kehilangan komponen pembentuk rasa ini terlihat dari semakin menurunnya tingkat kesukaan panelis terhadap rasa bakso ikan. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa bakso ikan menurun setelah pencucian surimi yang ketiga. Penurunan komponen flavor dalam daging ikan masih dapat diterima oleh panelis. 9

SARAN Untuk meningkatkan mutu bakso ikan jangilus, sebaiknya proses pencucian surimi dilakukan satu kali pencucian. Pada frekuensi pencucian tersebut dapat meningkatkan kekuatan gel, derajat kecerahan dan nilai organoleptik bakso ikan. DAFTAR PUSTAKA Babji AS dan GS Kee. 1994. Changes in color, ph, WHC, protein extraction and gel strength during processing of chicken surimi. Asean Food Journal. 9(2): 63 68. Goll D, RM Robson dan MH Stomer. 1977. Muscle proteins in food proteins. AVI Publishing Co. Westport. Lee CM. 1994. Surimi processing from lean fish. Dalam Seafood, Chemistry, Processing, Technology and Quality. F Shahidi and JR Botta (Eds.). Chapman and Hall. London. Pomeranz Y. 1991. Functional Properties of Food Components. Second Edition. Academic Press. New York. Robin EJ. 1984. The control of post mortem metabolism and the onset rigor mortis. Dalam Recent advance in the chemstry of meat. A J Bailey (Ed.) Sunarlim R. 1992. Karakteristik mutu bakso daging sapi dan pengaruh penambahan natrium klorida dan natrium tripolifosfat terhadap perbaikan mutu. Disertasi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suzuki T. 1981. Fish and Krill Protein Processing Technology. Applied Science Published Ltd. London. Watabe S. 1990. The chemistry of proteins from marine animal. Dalam T Motohiro, H Kadota, K Hamashito, M Kayama dan T Tokunaga (Eds.). Sciences of Processing Marine Food Product. Vol. 1. Japan International Agency. 10