Budidaya tanaman sehat. Banjir. Kekeringan. Pengamatan. Pelestarian musuh alami. Petani ahli

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2010

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan


LAPORAN KINERJA (LKJ)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015

SASARAN PRODUKSI KOMODITI UTAMA TANAMAN PANGAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI TAHUN 2018

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan i

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM SEREALIA

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KACANG-KACANGAN DAN UMBI-UMBIAN TAHUN 2010

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TAHUN 2018

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) SEREALIA

Transkripsi:

Budidaya tanaman sehat Banjir Pengamatan Kekeringan Pelestarian musuh alami Petani ahli

KATA PENGANTAR Pemerintah pada Tahun 2010 telah menetapkan sasaran indikatif produksi padi sebesar 66,680 juta ton gabah kering giling (GKG), guna memenuhi kebutuhan pangan seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Kenaikan angka ini cukup signifikan dibandingkan dengan sasaran produksi tahun 2009 yaitu 63,525 juta ton GKG. Sehubungan dengan hal tersebut, tugas dan tanggung jawab perlindungan tanaman pangan dalam pengamanan produksi guna tercapainya sasaran produksi yang telah ditetapkan semakin berat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawalan pertanaman yang lebih intensif, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap kegiatan pengamanan produksi, telah merancang beberapa kegiatan pokok untuk dilaksanakan oleh pusat dan daerah. Kegiatan pokok tersebut terangkum dalam Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Agar kegiatan yang telah dirancang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan. Dengan demikian, penanggung jawab dan pelaksana kegiatan diharapkan dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan dan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dalam buku pedoman pelaksanaan ini. Jakarta, Desember 2009 Direktur Jenderal Tanaman Pangan Ir. Sutarto Alimoeso, MM NIP. 19490625.197603.1.001 Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang. 1 B. Tujuan dan Sasaran 4 II. PENGAMANAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN.. 4 A. asaran Produksi Tanaman Pangan Tahun 2010.. 4 B. perasional Perlindungan Tanaman Pangan. 6 III. KEGIATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN... 8 A. inas Pertanian Propinsi... 8 B. 1. 2. perasional Penanganan OPT dan DPI 8 perasional Pengamatan OPT, DPI serta Pengawasan Penggunaan Pupuk dan Bahan Pengendalian OPT 12 nit Pelaksana Teknis Dinas-Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH).. 16 1. 2. 3. perasional UPTD-BPTPH.. 16 perasional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan- Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) 23 ekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) 26 4. 32 Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 ii

5. ekolah Lapangan Iklim (SLI).. encanangan Gerakan Pengendalian OPT di Sentra Produksi 38 IV. EVALUASI DAN PELAPORAN... 42 V. PENUTUP. 44 DAFTAR TABEL 1. Sasaran Produksi Tanaman Pangan Tahun 2010.. 5 2. Rincian Alokasi Biaya Operasional Pengamatan (BOP) untuk Petugas THL POPT-PHP 15 3. Rincian Alokasi Biaya Operasional Pengamatan (BOP) untuk Petugas POPT-PHP (PNS)... 25 4 Rincian Alokasi Biaya Operasional Pengamatan (BOP) untuk Petugas POPT-PHP (Honorer).. 25 Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 iii

DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan tentang oman Pelaksanaan Kegiatan POPT-PHP dan THL TB POPT- PHP Tahun 2010.. 45 2. Daftar Nama-nama Petugas THL TB POPT-PHP 77 3. Daftar Nama-Nama Petugas TB POPT-PHP (Honorer) 114 4. Rencana Sebaran Lokasi Pelaksanaan SLPHT tahun 2010 116 5. Rencana Sebaran Lokasi Pelaksanaan SL Iklim tahun 2010 129 6. Topik Khusus Pelaksanaan SLPHT Padi. 135 7. Matrik Kualitas Untuk Kegiatan Latihan SLPHT... 137 8. Laporan Awal : Rencana Pelaksanaan Kegiatan SLPHT/SLI Tanaman Pangan. 138 9. Laporan Kemajuan : Rencana Pelaksanaan Kegiatan SLPHT/SLI Tanaman Pangan 139 10. Laporan Akhir : Rencana Pelaksanaan Kegiatan SLPHT/SLI Tanaman Pangan. 140 11. Rencana Pencanangan Gerakan Pengendalian OPT Tahun 2010 141 12. Inventarisasi Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pengendalian OPT pada Tanaman Pangan 142 13. Keadaan Stok Pestisida.. 143 14. Data Sumberdaya Manusia Perlindungan Tanaman Tahun 2010 Berdasarkan Jenjang Karir... 144 15. Keragaan Sumberdaya Manusia Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 2019... 145 Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 iv

16. Data Brigade Proteksi Tanaman (BPT) 146 17. Data Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/ Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH). 147 18. Data Pos Pelayanan Agens Hayati (Pos PAH).. 148 19. Data Sarana Kerja R-2 dan Roda-4 (Kendaraan Dinas).. 149 20. Data Dasar Luas Wilayah Kerja (Ha) POPT-PHP (PNS, Honorer, dan THL POPT-PHP) Tahun 2010.. 150 21. Form 1 Simonev: Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan SLPHT/SLI Tahun 2010. 151 22. Form 2 Simonev: Perkembangan Pelaksanaan Pembayaran Honorarium POPT-PHP Honorer dan BOP POPT-PHP (Honorer dan PNS).. 152 23. Form 3 Simonev: Perkembangan Pelaksanaan Pembayaran Honorarium dan BOP THL POPT-PHP 153 24. Form 4 Simonev: Perkembangan Pelaksanaan Bantuan Sarana Pengendalian OPT dan DPI. 154 Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika pembangunan tanaman pangan yang berkembang saat ini, dihadapkan pada berbagai tantangan seperti perubahan lingkungan strategis baik secara nasional maupun global, revitalisasi bidang pertanian, dan lain-lain. Sehubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional, tugas dan tanggung jawab perlindungan tanaman pangan dalam rangka pengamanan produksi untuk pencapaian produksi tanaman pangan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan semakin berat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawalan yang lebih intensif, tepat, terintegrasi, dan berkesinambungan yang melibatkan seluruh pihak terkait guna meminimalkan kehilangan hasil akibat gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan dan peningkatan daya saing produk tanaman, perlindungan tanaman pangan merupakan bagian penting yang berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas hasil yang berkaitan erat dengan penanganan gangguan OPT dan DPI yang merupakan dua aspek kegiatan utama. Oleh karena itu, perlindungan tanaman pangan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan baik di tingkat on farm maupun off farm. Terhadap gangguan OPT, perlindungan tanaman pangan berperan dalam mengelola OPT agar tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis, sedangkan terhadap DPI berfungsi mengantisipasi dan mitigasi penanganan terjadinya dampak perubahan iklim berupa kekeringan, banjir, dan bencana alam lainnya seperti longsor, badai, dan lainnya. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 887/Kpts/OT.210/9/ 1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT, operasional perlindungan tanaman pangan dilaksanakan sesuai dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan menjadi tanggung jawab masyarakat bersama pemerintah. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 1

Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan nasional sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sasaran indikatif produksi tanaman pangan utama pada tahun 2010 sebagai berikut: padi sebesar 66,680 juta ton GKG, jagung 19,800 juta ton pipilan kering dan kedelai sebesar 1,300 juta ton biji kering. Sehubungan dengan hal tersebut, tugas dan tanggungjawab perlindungan tanaman pangan dalam rangka pengamanan produksi untuk pencapaian produksi sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan semakin berat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawalan yang lebih intensif, tepat, dan berkesinambungan ke seluruh areal pertanaman yang ada guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan akibat gangguan OPT maupun DPI berupa banjir dan kekeringan. Secara makro kerugian yang diakibatkan oleh OPT utama maupun DPI masih memungkinkan untuk diminimalisasi. Berdasarkan data rerata 5 tahun terakhir luas serangan OPT pada tanaman pangan (2004-2008), secara nasional areal tanaman pangan yang terkena serangan OPT utama tercatat seluas 379.524 ha (puso: 4.109 ha), dengan rincian sebagai berikut: 1) padi seluas 350.065 ha (puso: 3.532 ha) namun kejadian dilapangan telah melampaui rata-rata karena pada data tahun 2004 terjadi ektrim sehingga angka reratanya rendah, 2) jagung: 17.737 ha (puso: 516 ha), 3) kedelai: 6.628 ha (puso: 45 ha), dan 4) kacang tanah: 5.094 ha (puso: 16 ha). Data sementara pada tahun 2009, menunjukan bahwa luas areal tanaman pangan yang terkena serangan OPT adalah 436.433 ha (puso: 3.026 ha) dengan rincian pada tanaman 1) padi: 423.540 ha (puso: 3.010 ha), 2) jagung: 9.039 ha (puso: 6 ha), dan 3) kedelai: 3.854 ha (puso: 10 ha). Rerata luas areal tanaman pangan yang terkena Dampak Perubahan Iklim (DPI) pada tanaman pangan (2004-2008) tercatat seluas 717.783 ha (puso: 130.859 ha), rincian terkena banjir seluas 335.766 ha (puso: 99.586 ha) terdiri dari tanaman 1) padi: 309.859 ha (puso: 99.586 ha), 2) jagung: 17.299 ha (puso: 7.028 ha), 3) kedelai: 6.561 ha (puso: 1.785 Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 2

ha), dan 4) kacang tanah: 2.047 ha (puso: 261 ha), sedangkan kerusakan akibat kekeringan mencapai 382.017 ha (puso: 22.199 ha), dengan rincian sebagai berikut: 1) padi: 311.885 ha (puso: 61.344 ha), 2) jagung: 51.463 ha (puso: 3.610 ha), 3) kedelai: 7.062 ha (puso: 310 ha), dan 4) kacang tanah: 11.607 ha (puso: 510 ha). Data sementara pada tahun 2009, menunjukkan bahwa luas areal tanaman pangan yang terkena DPI tahun 2009, terkena seluas 552.814 ha (puso: 105.306 ha). Banjir adalah: 232.726 ha (puso: 74.776 ha) dengan rincian pada tanaman 1) padi: 208.184 ha (puso: 65.228 ha), 2) jagung: 11.799 ha (puso: 2.934 ha), dan 3) kedelai: 12.596 ha (puso: 6.568 ha); kekeringan tercatat adalah: 330.088 ha (puso: 30.530 ha) dengan rincian pada tanaman 1) padi: 222.049 ha (puso: 17.769 ha), 2) jagung: 90.976 ha (puso: 11.128 ha), 3) kedelai: 7.172 ha (puso: 1.499 ha); dan 4) kacang tanah: 9.891 ha (puso: 134 ha). Selain itu, seiring dengan pemekaran wilayah di era otonomi daerah dan meningkatnya permasalahan penggunaan sarana produksi, jumlah Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) juga belum mencapai kondisi ideal. Kebutuhan petugas tersebut telah diupayakan melalui perpanjangan kontrak kerja Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu (THL TB) POPT-PHP sampai dengan Desember 2010. Diharapkan THL TB POPT-PHP tersebut dapat membantu dan melaksanakan tugas POPT-PHP dalam mengamati OPT dan DPI, serta mengawasi penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT di tingkat lapangan. Kebijakan, strategi, program dan kegiatan serta langkah-langkah operasional yang telah ditetapkan diharapkan dapat mendukung upaya pengamanan produksi tanaman pangan tahun 2010 sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan keberhasilan upaya pengamanan produksi, dukungan dari seluruh instansi terkait maupun stakeholders dibidang perlindungan tanaman pangan sangat diharapkan. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 3

B. Tujuan dan Sasaran Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, sebagai berikut: 1. Tujuan a. Menyediakan acuan untuk menjabarkan program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan ke dalam kegiatan operasional. b. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan antara pusat dan daerah, sehingga efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan dapat tercapai. 2. Sasaran a. Terlaksananya program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan secara efektif dan efisien. b. Tercapainya keterpaduan pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan antara pusat dan daerah serta antar daerah. c. Meningkatnya kinerja perlindungan tanaman pangan. II. PENGAMANAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, tugas dan tanggung jawab perlindungan tanaman pangan dimasa mendatang semakin berat dan kompleks. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawalan yang lebih intensif, tepat, terintegrasi, dan berkesinambungan yang melibatkan seluruh pihak terkait guna meminimalkan kehilangan hasil akibat gangguan OPT dan DPI. A. Sasaran Produksi Tanaman Pangan Tahun 2010 Sasaran luas areal tanam, luas panen, produktivitas, produksi, dan inovasi teknologi tanaman pangan yang perlu mendapatkan pengamanan secara intensif dan terintegrasi pada tahun 2010, adalah sebagai berikut: Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 4

Tabel 1. Sasaran Produksi Tanaman Pangan Tahun 2010 No Komoditi L. Tanam (Juta ha) L. Panen (Juta ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (Juta Ton) 1 Padi 12.602 12.002 55.56 66.680 2 Jagung 4.412 4,200 47.14 19.800 3 Kedelai 920 874 14.90 1.300 4 Kcg. Tanah 712 679 13.00 882 5 Kcg. Hijau 344 327 11.00 360 6 Ubikayu 1.305 1.243 179.00 22.248 7 Ubijalar 192 182 109.89 2.000 Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2009 Keterangan: padi (GKG); jagung (pk); kedelai (bk); kacang tanah (bk); kacang hijau (bk); ubikayu (ub); ubijalar (ub) Akselerasi peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan, khususnya komoditi padi, jagung dan kedelai ditempuh melalui kegiatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) maupun Non PTT serta pengembangan padi dan jagung hibrida. Untuk mendukung program tersebut, pemerintah akan memberikan bantuan berupa benih, pupuk dan sarana produksi lainnya kepada petani di lokasi Laboratorium Lapangan (LL) pada setiap lokasi Sekolah Lapangan (SL). Agar sasaran produksi tanaman pangan yang telah ditetapkan dapat tercapai, perlu adanya upaya peningkatan kinerja jajaran perlindungan tanaman pangan dalam pengamanan produksi melalui pemantapan sistem perlindungan tanaman pangan, yang mencakup aspek sumber daya manusia (SDM), kelembagaan serta pengembangan penerapan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan spesifik lokasi. Secara rinci upaya pemantapan sistem tersebut, sebagai berikut: 1. Pemantapan Sumberdaya Manusia (SDM) Perlindungan Tanaman: a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan melalui kegiatan pelatihan dan magang. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 5

b. Mempekerjakan kembali Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu (THL-TB) POPT-PHP yang bertugas melakukan pengamatan OPT dan DPI serta melakukan pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT di tingkat lapangan sampai dengan Desember 2010. c. Memberikan penghargaan kepada POPT-PHP, LPHP dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati berprestasi. d. Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis perlindungan tanaman pangan. e. Memberikan Biaya Operasional Pengamatan (BOP) kepada POPT-PHP (PNS, Honorer dan THL TB POPT-PHP). 2. Pemantapan dan Penguatan Kelembagaan Perlindungan Tanaman: a. Pemberdayaan kelembagaan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH), dan Brigade Proteksi Tanaman (BPT). b. Fasilitasi dan pemantapan kelembagaan masyarakat petani, antara lain: Regu Pengendali Hama (RPH), Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH), Alumni SLPHT, dll. 3. Pengembangan Penerapan Teknologi Perlindungan Tanaman Pangan: a. Inovasi dan diseminasi teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan spesifik lokasi. b. Penerapan, pengembangan, dan pemasyarakatan PHT. c. Pencanangan gerakan pengendalian OPT. B. Operasional Perlindungan Tanaman Pangan Program dan kegiatan yang dirancang dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI harus disinergikan dengan program pembangunan pertanian di daerah. Kegiatan pengamanan produksi pada dasarnya dilakukan di seluruh wilayah/areal Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 6

pertanaman, sedangkan untuk daerah-daerah dengan program khusus kegiatan perlu dilaksanakan secara spesifik untuk mendukung program tanaman pangan di tiap Kabupaten yang telah disepakati. Sasaran yang akan dicapai, yaitu: 1. Padi; sasaran luas tanam seluas 12,247 juta ha dengan total sasaran indikatif produksi sebanyak 66,680 juta ton GKG yang diupayakan melalui kegiatan PTT, Non PTT, dan padi Hibrida. 2. Jagung; sasaran luas tanam seluas 4,412 juta ha dengan total produksi 19,8 juta ton pipilan kering. 3. Kedelai; sasaran luas tanam 920 juta ha dengan total produksi 1,3 juta ton biji kering. 4. Kacang tanah; sasaran luas tanam 712 juta ha dengan total produksi 882 juta ton biji kering. 5. Kacang hijau; sasaran luas tanam 344 juta ha dengan total produksi 360 juta ton biji kering. 6. Ubikayu; sasaran luas tanam 1,305 juta ha dengan total produksi 22,248 juta ton umbi basah. 7. Ubijalar; sasaran luas tanam 192 juta ha dengan total produksi 2,000 juta ton umbi basah. III. KEGIATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN Kegiatan perlindungan tanaman pangan tahun 2010 baik pusat maupun daerah dilaksanakan melalui Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Di daerah, program tersebut dilaksanakan pada Dinas Pertanian Provinsi dan UPTD-BPTPH di seluruh provinsi, termasuk operasional Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH). Secara rinci kegiatan perlindungan tanaman pangan dapat dijelaskan sebagai berikut: Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 7

A. Dinas Pertanian Provinsi 1. Operasional Pengelolaan OPT dan DPI 1.1. Latar Belakang Peranan subsektor tanaman pangan dalam pembangunan pertanian sangat penting dan strategis. Dalam rangka pencapaian sasaran produksi tanaman pangan, perlindungan tanaman pangan merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dalam proses produksi mulai dari hulu sampai hilir. Perlindungan tanaman berperan dalam mempertahankan kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas produksi tanaman pangan. Sejalan dengan kondisi perubahan iklim global, permasalahan dibidang perlindungan tanaman pangan kedepan semakin kompleks, hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari perubahan lingkungan dan teknologi yang diadopsi. Operasional perlindungan tanaman pangan di lapangan berkaitan erat dengan gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) berupa kekeringan dan banjir. Kedua gangguan tersebut seringkali menjadi ancaman yang serius dalam upaya pencapaian sasaran produksi, apabila tidak ditangani secara tepat. Tingkat keberhasilan pengamanan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI selain ditentukan oleh tersedianya teknologi pengendalian OPT, pemberdayaan SDM dan penguatan kelembagaan juga perlu adanya koordinasi operasional pengamanan di tingkat lapangan. Pada dasarnya kegiatan perlindungan tanaman pangan merupakan tanggung jawab petani dan masyarakat, sedangkan pemerintah dalam hal ini berperan sebagai motivator dan stimulator dalam mengembangkan potensi sumberdaya alam dan masyarakat petani. Seiring dengan semangat otonomi daerah, operasional perlindungan tanaman pangan perlu diselaraskan dengan program pembangunan pertanian dan potensi masing-masing Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 8

daerah. Pengamanan produksi yang dilakukan melalui penanganan gangguan OPT dan DPI diharapkan dapat menjamin peningkatan produksi dan produktivitas pada taraf maksimal, sehingga sasaran produksi yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam rangka mengantisipasi terjadinya gangguan OPT berupa hama, penyakit, dan gulma serta penanganan DPI berupa banjir dan kekeringan, kebijakan dasar yang diambil oleh pemerintah telah dituangkan dalam Inpres No. 3 Tahun 1986, UU No. 12 dan PP No. 6/95 yang dilaksanakan dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Oleh karena itu, PHT menjadi dasar kebijakan pemerintah dalam program perlindungan tanaman pangan di Indonesia. Dalam rangka mewujudkan sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, PHT merupakan salah satu paket teknologi yang dianjurkan dan penerapannya ditingkat lapangan merupakan suatu keharusan. Agar operasional pengendalian OPT dan penanganan DPI dapat terlaksana dengan baik, perlu dilaksanakan pembinaan, bimbingan, koordinasi, dan pengawasan dari petugas perlindungan tanaman secara berjenjang mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi sampai tingkat pusat. 1.2. Tujuan Tujuan utama dari kegiatan operasional pengelolaan OPT dan DPI adalah meningkatkan koordinasi dan keterpaduan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan OPT/DPI di daerah. 1.3. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan operasional pengelolaan OPT dan DPI di daerah, antara lain: a. Menekan luas serangan OPT maksimal 2 % dan luas terkena DPI maksimal 3 % pada areal yang menerapkan budidaya tanaman pangan secara tepat dan berkelanjutan. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 9

b. Meningkatnya koordinasi dan keterpaduan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan OPT/DPI. c. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan sumberdaya manusia perlindungan tanaman (petugas dan masyarakat tani). d. Tercapainya efektifitas dan efisiensi pelaksanaan operasional pengelolaan OPT dan DPI di daerah. 1.4. Pelaksanaan Kegiatan Untuk merealisasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka secara sistematis ditetapkan acuan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: a. Tempat dan Waktu Kegiatan operasional pengelolaan OPT dan DPI di tingkat provinsi dilaksanakan di seluruh Dinas Pertanian Provinsi selama tahun anggaran 2010. b. Metode pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan melalui program Peningkatan Ketahanan Pangan yang dijabarkan dalam kegiatan pembinaan/bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi terutama di daerah-daerah sentra produksi tanaman pangan dan daerah endemis serangan OPT serta daerah rawan bencana alam. Pelaksanaan kegiatan mengacu kepada petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan petunjuk teknis (Juknis) yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian Provinsi. c. Jenis kegiatan Kegiatan yang dilaksanakan dalam operasional pengelolaan OPT dan DPI, antara lain : Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 10

Pembinaan dan bimbingan teknis perlindungan tanaman pangan. Pencanangan gerakan pengendalian OPT. Pengendalian OPT serta antisipasi dan adaptasi DPI. Operasional Brigade Proteksi Tanaman (BPT). Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan. d. Organisasi Pelaksana Penanggungjawab kegiatan operasional pengelolaan OPT dan DPI di tingkat provinsi adalah Dinas Pertanian Provinsi cq. Sub Dinas yang membidangi perlindungan tanaman pangan. 1.5. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan operasional pengelolaan OPT dan DPI, adalah sebagai berikut: a. Terlaksananya operasional pengelolaan OPT dan DPI pada tanaman pangan di tingkat lapangan. b. Menurunnya luas serangan OPT dan luas terkena DPI pada tanaman pangan. 1.6. Evaluasi dan Pelaporan Penanggungjawab kegiatan melakukan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan yang disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan secara periodik dalam bentuk Laporan Bulanan, Triwulan, dan Tahunan. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 11

2. Operasional Pengamatan OPT, DPI serta Pengawasan Penggunaan Pupuk dan Bahan Pengendali OPT 2.1. Latar Belakang Program peningkatan produksi tanaman pangan selain dilakukan melalui upaya perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas, dan dukungan ketersediaan sarana produksi, juga dilakukan melalui upaya pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI baik berupa banjir, kekeringan, maupun bencana lainnya, seperti badai, kebakaran, longsor, gempa bumi, dll. Pelaksanaan upaya pengamanan produksi tersebut, dilakukan melalui kegiatan pengamatan OPT, DPI serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT merupakan hal yang penting. Dalam sistem perlindungan tanaman, ujung tombak keberhasilan di lapangan terletak pada kinerja Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan- Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP), yang mempunyai tugas utama melakukan pengamatan OPT dan DPI serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. Selain tugas utama tersebut, POPT-PHP juga melakukan pengawasan terhadap penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT. Optimalnya kinerja POPT-PHP dalam melaksanakan tugasnya di lapangan sangat dipengaruhi oleh rasio jumlah petugas POPT-PHP dengan luas wilayah kerja pengamatan OPT dan DPI, serta adanya pemekaran wilayah (kecamatan) di era otonomi daerah. Jumlah POPT-PHP saat ini belum mencapai kondisi ideal yang diharapkan, yaitu 1 (satu) orang POPT-PHP per kecamatan/wilayah kerja. Untuk mencukupi kekurangan jumlah petugas tersebut, pada tahun anggaran 2010 telah dilakukan perpanjangan kontrak kerja petugas Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu (THL TB) POPT-PHP yang terdiri dari lulusan SLTA bidang pertanian (SPP SPMA, STM Pertanian, atau sejenisnya), dan lulusan setingkat D-III, D-IV/S-1 bidang Pertanian jurusan proteksi tanaman sampai dengan Desember 2010. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 12

Optimalisasi kinerja petugas THL TB POPT-PHP, baik menyangkut tugas pokok, hak, dan kewajiban telah diatur sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 73/Permentan/OT. 140/12/2007, tentang Pedoman Pembinaan Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP). Pedoman THL TB POPT-PHP, yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan sebagaimana pada Lampiran 1. 2.2. Tujuan Tujuan operasional pengamatan OPT, DPI serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendalian OPT adalah mengoptimalkan kinerja petugas THL TB POPT-PHP di wilayah kerja pengamatan. 2.3. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut adalah optimalnya pelaksanaan operasional pengamatan OPT, DPI serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendalian OPT. 2.4. Pelaksanaan Untuk merealisasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, secara sistematis ditetapkan acuan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: a. Tempat dan Waktu Kegiatan operasional pengamatan OPT, DPI serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendalian OPT di tingkat provinsi dilaksanakan di seluruh Dinas Pertanian Provinsi selama tahun anggaran 2010. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 13

b. Metode pelaksanaan Pembiayaan meliputi honorarium dan Biaya Operasional Pengamatan (BOP) bagi THLTB POPT-PHP dalam rangka mendukung penyelenggaraan kegiatan pengamatan OPT, DPI serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendalian OPT. Anggaran kegiatan dibebankan kepada APBN melalui Dana Dekonsentrasi pada Unit Satker Dinas Pertanian Provinsi. Pembiayaan diberikan untuk 10 bulan (Bulan Maret s/d Desember), dengan rincian sebagai berikut: 1) Besaran honorarium yang diberikan dibedakan berdasarkan kualifikasi pendidikan adalah sebagai berikut: a) Pendidikan SLTA sebesar Rp. 1.150.000,-/ orang/ bulan, b) Pendidikan D-III sebesar Rp. 1.300.000,-/ orang/ bulan, c) Pendidikan D-IV/SI sebesar Rp. 1.450.000,-/ orang/ bulan. 2) Biaya Operasional Pengamatan (BOP) sebesar Rp. 500.000,-/orang/bulan diberikan kepada seluruh THL POPT-PHP tanpa membedakan dasar pendidikan. Daftar nama petugas THL POPT-PHP selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan rincian biaya pengeluaran BOP seperti pada Tabel 2 berikut: Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 14

Tabel 2. Rincian Alokasi Biaya Operasional Pengamatan (BOP) untuk Petugas THL POPT-PHP c. Jenis kegiatan No Pengeluaran Vol. 1 Fasilitasi/visualisasi pertemuan kel. Tani (ATK dan bahan) 2 Transportasi lokal di wilayah kerja pengamatan 3 Bantuan eksploitasi/ makan di wilayah kerja Pengamatan Sat. (Rp) Jml. (Rp) 1 bulan 100.000,- 100.000,- 1 bulan 200.000,- 200.000,- 1 bulan 200.000,- 200.000,- Jumlah (Rp) 500.000,- Kegiatan yang dilaksanakan adalah pemberian honorarium dan BOP kepada petugas THL TB POPT-PHP dalam rangka melaksanakan tugas pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT. d. Organisasi Pelaksana Penanggungjawab kegiatan operasional pengamatan OPT, DPI serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendalian OPT di tingkat provinsi adalah Dinas Pertanian Provinsi cq. Sub Dinas yang membidangi perlindungan tanaman pangan. Sedangkan pembinaan teknis merupakan tanggungjawab UPTD BPTPH. 2.5. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah tersedianya data dan informasi perkembangan OPT, DPI serta penggunaan pupuk dan bahan pengendalian OPT secara akurat, tepat waktu, dan berkesinambungan. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 15

B. Unit Pelaksana Teknis Dinas - Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) 1. Operasional UPTD-BPTPH 1.1. Latar Belakang Peningkatan produksi dan produktivitas dihadapkan pada berbagai tantangan, diantaranya fluktuasi harga, sarana produksi, kelembagaan petani, kelestarian lingkungan, daya dukung lahan, dan inovasi teknologi. Upaya pengamanan produksi perlu mempertimbangkan adanya dampak perubahan iklim berupa banjir atau kekeringan maupun lainnya, serta resiko serangan OPT mulai dari proses budidaya hingga panen. Kegiatan perlindungan tanaman pangan di tingkat lapangan, difokuskan pada dua aspek utama yaitu OPT dan DPI. Berkaitan dengan OPT, perlindungan tanaman berfungsi untuk mengendalikan dan mengelola agar kehadiran OPT tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis. Terhadap DPI, perlindungan tanaman berfungsi meminimalkan terjadinya dampak perubahan iklim berupa kekeringan maupun banjir. Pada prinsipnya perlindungan tanaman pangan mencakup seluruh areal yang menerapkan budidaya tanaman pangan secara tepat dan berkelanjutan. 1.2. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari operasional UPTD BPTPH adalah meningkatkan kinerja perlindungan tanaman pangan melalui optimalisasi sumberdaya manusia dan peran kelembagaan dalam menekan luas serangan OPT dan luas terkena DPI. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 16

1.3. Sasaran Sasaran yang ingin diwujudkan antara lain:1) meningkatnya koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan perlindungan tanaman pangan, 2) meningkatnya kapasitas SDM perlindungan tanaman, 3) meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman. 1.4. Pelaksanaan Kegiatan perlindungan tanaman pangan di daerah dilaksanakan mengacu kepada kebijakan pembangunan pertanian di daerah. Program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan diimplementasikan dalam rangka penerapan, pemasyarakatan dan pelembagaan PHT melalui peningkatan kinerja sistem perlindungan tanaman yang efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, perlu adanya dukungan yang terkoordinasi dan terpadu sebagai berikut: 1.4.1. Dukungan program Kebijakan program perlindungan tanaman pangan yang dilaksanakan melalui penerapan, pemasyarakatan dan pelembagaan PHT merupakan aset yang harus dioptimalkan. Oleh karena itu, sistem PHT perlu terus ditumbuhkembangkan untuk terwujudnya suatu pengelolaan OPT menggunakan konsep PHT. 1.4.2. Dukungan kelembagaan dan SDM Dalam rangka menekan tingkat kehilangan hasil akibat serangan OPT, diperlukan dukungan kelembagaan perlindungan tanaman (UPTD BPTPH dan LPHP) yang memiliki kompetensi dan mampu menjabarkan tugas pokok dan fungsinya kedalam kegiatan operasional. Sedangkan petugas lapangan yaitu POPT-PHP merupakan ujung tombak di tingkat lapangan sebagai pengelola OPT Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 17

dan DPI serta sebagai penyedia informasi dan data bagi institusi perlindungan tanaman. Untuk meningkatkan kinerja kelembagaan dan SDM perlindungan tanaman diperlukan dukungan dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota/Kecamatan. 1.4.3. Dukungan teknis/operasional Dukungan teknis operasional sangat menentukan keberhasilan kegiatan perlindungan tanaman di lapangan dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, khususnya dalam rangka penyediaan data dan informasi serangan OPT/DPI, inovasi dan diseminasi teknologi pengendalian OPT serta pemantapan operasional pengendalian OPT secara terpadu yang melibatkan seluruh pihak terkait pemerintah (kabupaten/kota, kecamatan, desa), kelembagaan petani dan stakeholders. 1.4.4. Dukungan Fokus Kegiatan Fokus kegiatan perlindungan tanaman pangan tahun 2010 di daerah mengacu kepada kegiatan tahun sebelumnya, dimana Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan dasar kebijakan dalam melaksanakan pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI. Peningkatan kinerja sistem perlindungan tanaman pangan yang efektif dan efisien ditempuh melalui pengembangan subsistem pengamatan/peramalan, inovasi dan diseminasi teknologi pengendalian, fasilitasi sarana perlindungan tanaman, dan bimbingan teknis di lapangan. Sistem tersebut diharapkan dapat melatarbelakangi terwujudnya suatu konsep dasar usahatani yang berorientasi Good Agricultural Practices (GAP). Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pengembangan subsistem pengamatan/peramalan OPT Pengembangan subsistem ini merupakan kegiatan utama dalam rangka penyediaan data dan informasi tentang OPT dan DPI secara cepat, tepat, akurat dan berkelanjutan. Data dan informasi Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 18

tersebut berguna untuk menyusun rekomendasi dan prakiraan serangan OPT dan DPI serta daerah sebarannya dalam upaya peningkatan kewaspadaan dan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan berkembangnya OPT. b. Pengembangan subsistem inovasi dan diseminasi teknologi pengendalian OPT Pengembangan subsistem teknologi pengendalian OPT diarahkan untuk mendapatkan metoda atau cara pengendalian yang efektif, efesien, mudah diterapkan petani dan ramah lingkungan. Teknologi pengendalian diperoleh melalui rintisan atau kaji terap yang dilakukan oleh LPHP/LAH. Dalam penerapan pengembangan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan perlu memperhatikan aspek-aspek efisiensi faktor produksi, daur ulang, proses produksi dan produk yang aman, nilai tambah produk, dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. c. Pengembangan subsistem sarana perlindungan tanaman Pengembangan subsistem sarana perlindungan tanaman ditujukan untuk fasilitasi peralatan dan bahan pengendali OPT yang mudah dijangkau dan segera dapat dioperasionalkan di lapangan bilamana terjadi ledakan serangan OPT dan petani tidak mampu menanggulanginya. Bahan pengendali biologi/agens hayati dan agens antagonis OPT yang ramah lingkungan terus digali dan dikembangkan di laboratorium-laboratorium dan pengembangannya oleh Pusat Pelayanan Agens Hayati (PPAH). d. Pengembangan subsistem bimbingan teknis perlindungan Pengembangan subsistem bimbingan teknis bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan SDM perlindungan tanaman (petugas dan petani). Melalui kegiatan bimbingan teknis diharapkan memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengembangkan dan melaksanakan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi di lahan usaha taninya sesuai dengan prinsip PHT. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 19

1.5. Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Kegiatan perlindungan tanaman pangan merupakan bagian integral dari program Peningkatan Ketahanan Pangan yang telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan pembangunan pertanian, baik di pusat maupun daerah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menurunkan luas serangan OPT dan luas terkena gangguan DPI, serta sekaligus meningkatkan kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas hasil yang diharapkan dapat berpengaruh terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani. Peningkatan produksi dan produktivitas perlu didukung dengan upaya pengamanan produksi yang dilaksanakan melalui kegiatan perlindungan tanaman pangan. Pada Tahun 2010 jenis kegiatan perlindungan tanaman pangan yang dilaksanakan melalui APBN (dana dekonsentrasi) pada Unit Satker UPTD-BPTPH, sebagai berikut: a. Pemantapan database dan Sistem Informasi Manajemen (SIM). b. Pemantapan kapasitas sumberdaya manusia perlindungan tanaman. c. Pengamatan dan peramalan OPT/DPI. d. Pemantapan dan harmonisasi kelembagaan perlindungan tanaman (UPTD-BPTPH, LPHP/LAH, BPT, dan Pos PAH). e. Inovasi teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan. f. Penerapan dan pemasyarakatan PHT. g. Perencanaan Teknis Perlindungan Tanaman Pangan. h. Pemantauan dan Evaluasi Perlindungan Tanaman Pangan. i. Pelaporan Sistem Perlindungan Tanaman Pangan. j. Operasional dan Pemeliharaan LPHP/LAH. k. Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium Pestisida (daerah yang memiliki Laboratorium Pestisida). l. Pengembangan/Fasilitas Kelompok Tani dalam Penerapan PHT Tanaman Pangan. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 20

m. Pengamatan, Peramalan, Pengendalian OPT dan DPI. n. Pengendalian OPT dan penanggulangan DPI. o. Pengembangan proteksi tanaman pangan. p. Pemetaan sebaran daerah rawan OPT dan DPI. q. Pembinaan dan penilaian jabatan fungsional. r. Bimbingan teknis petugas POPT-PHP dalam pengamatan OPT, DPI serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendalian OPT. s. Pemberdayaan masyarakat petani melalui kegiatan sekolah lapangan. t. Pembekalan Petugas Teknis Pengendali OPT Pangan. u. Pembekalan Petugas Pemandu SLI. Jenis kegiatan tersebut di atas, disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pembangunan tanaman pangan di masing-masing daerah. 1.5.1. Rencana Operasional UPTD-BPTPH a. Rencana operasional UPTD-BPTPH merupakan bagian sistem manajemen suatu organisasi yang diwujudkan dalam bentuk perencanaan kerja dan strategi peningkatan kinerja berdasarkan analisa kondisi kegiatan pengembangan sistem perlindungan tanaman pangan b. Skala prioritas kegiatan pengembangan sistem perlindungan tanaman pangan diarahkan pada pengamanan produksi untuk mendukung upaya peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian melalui: 1) Penyusunan program dan rencana kerja/teknis/program, meliputi kegiatan rapat koordinasi/rencana kerja teknis pengendalian OPT tanaman pangan dan perencanaan teknis perlindungan tanaman pangan. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 21

2) Evaluasi dan laporan kegiatan, meliputi kegiatan pemantauan dan evaluasi perlindungan tanaman pangan, serta pelaporan sistem perlindungan tanaman pangan. 3) Operasional dan pemeliharaan laboratorium, meliputi kegiatan operasional dan pemeliharaan laboratorium PHPT/agens hayati dan pestisida. 4) Pengembangan proteksi tanaman pangan, meliputi kegiatan Pengembangan/fasilitas kelompok tani dalam penerapan PHT padi melalui rintisan budidaya organik, dengan pengembangan/fasilitas kelompok tani dalam penerapan teknologi. 5) Pengamatan, peramalan OPT dan DPI, meliputi kegiatan pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT dan DPI, Pengembangan model peramalan OPT utama tanaman pangan, pemetaan OPT pangan pada daerah rawan serangan, dan pengamatan petani terhadap OPT sesuai dengan pola Sekolah Lapangan. 6) Peningkatan kemampuan SDM, meliputi kegiatan pembekalan petugas teknis pengendalian OPT tanaman pangan dan pembekalan petugas pemandu SLPHT, SLI, dan PPAH. 7) Pengendalian OPT dan penanggulangan DPI. c. Pengembangan sistem perlindungan tanaman perlu dilakukan secara konsisten dan konsekuen serta berkesinambungan, sehingga PHT berdampak pada peningkatan kemandirian petani dalam usaha mendukung program ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis. 1.6. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari operasional UPTD-BPTPH antara lain: - Terlaksananya operasional perlindungan tanaman pangan di wilayah kerja pengamatan lingkup UPTD-BPTPH. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 22

- Tersedianya data dan informasi perkembangan OPT dan DPI, serta hasil pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendalian OPT. 2. Operasional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan- Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) 2.1. Latar Belakang Dalam operasional perlindungan tanaman pangan di tingkat lapangan, ujung tombak kegiatan pengamanan produksi terletak pada petugas POPT-PHP yang saat ini berjumlah 4.399 orang yang terdiri operasional POPT_PHP 3.081 orang (diantaranya honorer 69 orang), dan kontrak THL TB POPT-PHP 1.249 orang, yang tersebar di 32 provinsi, 492 kabupaten/kota. Jumlah POPT-PHP tersebut belum memadai dibandingkan dengan jumlah kecamatan yang ada yaitu 6.093 kecamatan. Kondisi ideal adalah satu orang POPT-PHP menangani satu wilayah kerja pengamatan (kecamatan). Kurang memadainya jumlah POPT-PHP dapat mengakibatkan kurang akuratnya data dan informasi hasil pengamatan, sehingga kegiatan perencanaan pengendalian OPT dan antisipasi DPI dalam rangka pengamanan produksi tidak optimal. Mengingat pentingnya peranan POPT-PHP dalam menunjang kegiatan pengamanan produksi di tingkat lapangan, melalui kegiatan pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah memperpanjang kontrak kerja petugas THL TB POPT-PHP yang awalnya berjumlah 1.288 orang kemudian direvisi untuk Tahun 2010 menjadi 1.249 orang, yang tersebar di 32 provinsi di Indonesia. Untuk meningkatkan kinerja POPT-PHP dalam pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT, telah dialokasikan anggaran untuk insentif dalam bentuk biaya operasional pengamatan (BOP). Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 23

2.2. Tujuan Kegiatan operasional POPT-PHP bertujuan untuk meningkatkan kinerja POPT-PHP dalam melaksanakan tugasnya dalam pengamanan produksi melalui pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendalian OPT. 2.3. Sasaran Adapun sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan operasional POPT-PHP antara lain: a. Tersedianya data dan informasi perkembangan OPT, DPI serta penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT secara lebih akurat, lengkap dan tepat waktu. b. Meningkatnya kinerja perlindungan tanaman pangan dengan pemberdayaan petugas POPT-PHP melalui kegiatan pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT. 2.4. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari kegiatan operasional POPT-PHP yaitu tersedianya data dan informasi perkembangan serangan OPT, DPI serta penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT. 2.5. Pelaksanaan a. Operasional Pengamatan Biaya Operasional Pengamatan (BOP) diberikan kepada POPT-PHP yang mempunyai wilayah kerja pengamatan (kecamatan). Anggaran biaya tersebut ditampung dalam DIPA dana dekonsentrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2010 melalui seluruh Satuan Kerja (Satker) UPTD- BPTPH dan Dinas Pertanian Provinsi. Besarnya BOP adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 24

Rp.500.000,-/bulan yang diberikan untuk petugas POPT-PHP (PNS dan Honorer) selama 12 bulan, sedangkan untuk petugas THL TB POPT-PHP diberikan selama 10 bulan. b. Pertanggungjawaban Biaya Operasional Pengamatan (BOP) baik untuk petugas POPT-PHP PNS maupun Honorer dialokasikan untuk membiayai operasional pelaksanaan pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT di tingkat lapangan. Rincian alokasi pengeluaran BOP seperti nampak pada tabel 3 dan 4 berikut. Tabel 3. Rincian Alokasi Biaya Operasional Pengamatan (BOP) untuk Petugas POPT-PHP (PNS) No Pengeluaran Vol. Sat. (Rp) Jml. (Rp) 1 Fasilitasi/visualisasi pertemuan Kel. Tani (ATK dan bahan) 2 Bantuan eksploitasi/ pemondo kan / komunikasi di wil. kerja pengamatan 1 bulan 200.000,- 200.000,- 1 bulan 300.000,- 300.000,- Jumlah (Rp) 500.000,- Tabel 4. Rincian Alokasi Biaya Operasional Pengamatan (BOP) untuk Petugas POPT-PHP (Honorer) dan THL TB POPT-PHP No Pengeluaran Vol. Sat. (Rp) Jml. (Rp) 1 Fasilitasi/visualisasi pertemuan kel.tani (ATK dan bahan) 2 Transportasi lokal & pemondokan di wilayah Kerja pengamatan 3 Bantuan eksploitasi/makan di wilayah kerja pengamatan 1 bulan 100.000,- 100.000,- 1 bulan 200.000,- 200.000,- 1 bulan 200.000,- 200.000,- Jumlah (Rp) 500.000,- Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 25

3. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) 3.1. Latar Belakang Dalam rangka pencapaian sasaran produksi tanaman pangan, perlindungan tanaman pangan mempunyai peran yang sangat penting dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses usahatani. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis dan operasional di tingkat lapangan terutama dalam pengendalian serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Semakin berkembangnya teknologi di bidang perlindungan tanaman dan kompleksnya permasalahan di lapangan maka operasional pengendalian OPT di lapangan yang mengacu pada konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) perlu mendapat perhatian yang lebih serius. PHT dilakukan dengan menerapkan berbagai cara pengendalian yang kompatibel, untuk menurunkan dan mempertahankan populasi OPT di bawah batas yang dapat menimbulkan kerusakan dan kerugian secara ekonomis, menstabilkan produksi pada taraf tinggi dan melestarikan lingkungan. Penerapan PHT pada hakekatnya merupakan pengelolaan agroekosistem secara menyeluruh. Namun demikian, penerapan PHT masih mengalami berbagai hambatan, antara lain: 1) kepercayaan petani yang berlebihan dalam penggunaan pestisida, 2) pengetahuan tentang teknologi PHT dan ekobiologi/epidemiologi OPT serta musuh alaminya masih terbatas, dan 3) prinsip ambang pengendalian yang belum diyakini dan belum semua OPT utama dapat diketahui ambang pengendaliannya. Agar strategi pengendalian OPT dapat terlaksana sesuai dengan konsep PHT, salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah sumberdaya manusia (SDM) sebagai subyek pelaku. Oleh karena itu, peningkatan pengetahuan SDM baik petugas maupun petani merupakan hal yang mutlak karena keberhasilan pengendalian OPT berbanding lurus dengan tingkat kemampuan para petugas lapangan dan petani. Salah satu metode pemberdayaan masyarakat petani Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 26

yang dinilai cukup berhasil dalam menerapkan PHT adalah melalui Sekolah Lapangan PHT (SLPHT). Melalui SLPHT diharapkan dapat diwujudkan kemandirian petani dalam pengambilan keputusan di lahan usahataninya. Terkait dengan implementasi SLPHT di tingkat lapangan, agar efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan dan sasaran lebih optimal, keterlibatan kelompok perempuan perlu mendapat perhatian. Berdasarkan kondisi umum di lapangan, sebagian besar peserta yang mengikuti SLPHT adalah kelompok laki-laki (> 65%). Meskipun kenyataan memperlihatkan bahwa peserta kelompok perempuan memiliki efektivitas yang tinggi, khususnya dalam hal transfer informasi teknologi. Selain itu, dari aspek sosial kelompok perempuan memiliki jiwa berkelompok dan berkomunikasi yang lebih dibanding laki-laki. Upaya pemasyarakatan dan pelembagaan PHT di tingkat lapangan perlu dilakukan secara lebih intensif. Untuk itu pada tahun 2010 telah dirancang kegiatan peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM perlindungan tanaman, khususnya petani melalui SLPHT Kelompok yang berprespektif kesetaraan gender (dengan perimbangan yang sepadan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan). Jumlah SLPHT pada Tahun 2010 sebanyak 371 unit (pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan di lapangan), terdiri dari SLPHT Padi non Hibrida (176 unit), Padi Hibrida (60 unit), Jagung (100 unit), dan Kedelai (35 unit) yang tersebar di 31 provinsi, 262 kabupaten. Khusus untuk SLPHT Jagung dan Kedelai, alokasi tempat pelaksanaan diprioritaskan pada daerah sentra produksi. Sebaran lokasi pelaksanaan SLPHT dapat dilihat pada Lampiran 2. 3.2. Tujuan Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dilaksanakannya kegiatan SLPHT adalah: a. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keahlian petani/kelompok tani dalam menganalisis data dan informasi agroekosistem. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 27

b. Memasyarakatkan dan melembagakan penerapan PHT dalam pengelolaan usahatani tanaman pangan. 3.3. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan SLPHT antara lain: a. Meningkatnya pengetahuan, kemampuan dan keahlian petani/kelompok tani dalam menganalisis data dan informasi agroekosistem, sehingga pemahaman dan penerapan PHT oleh masyarakat petani semakin berkembang. b. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas usahatani melalui pengelolaan agroekosistem yang semakin optimal, sehingga kuantitas dan kualitas produk pertanian dapat meningkat serta terjaganya agroekosistem. c. Semakin memasyarakat dan melembaganya penerapan PHT dalam pengelolaan usahatani tanaman pangan. 3.4. Pelaksanaan SLPHT dilaksanakan mengikuti beberapa ketentuan sebagai berikut: a. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 1) SLPHT Skala Kelompok sebanyak 371 unit dilaksanakan di 262 kabupaten (31 provinsi). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. 2) Lokasi SLPHT merupakan daerah sentra produksi tanaman pangan dan endemis serangan OPT. 3) SLPHT dilaksanakan selama 1 (satu) musim tanam (MH atau MK). b. Peserta SLPHT terdiri dari petani (laki-laki dan perempuan) yang memiliki kriteria antara lain: 1) Aktif melakukan kegiatan pertanian di lahan usahataninya. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 28

2) Sanggup mengikuti kegiatan SLPHT selama satu MT. 3) Responsif terhadap inovasi teknologi. 4) Berasal dari satu hamparan usahatani. 5) Jumlah peserta kelompok laki-laki dan perempuan diupayakan agar seimbang, diutamakan dari generasi muda petani. c. Pemandu/Fasilitator SLPHT Pemandu/fasilitator SLPHT adalah pemandu lapangan atau petugas POPT-PHP yang mampu menggali dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis petani. Oleh karena itu, pemandu SLPHT harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Telah mengikuti kepemanduan SLPHT. 2) Munguasai metode pendidikan orang dewasa (andragogi). 3) Menguasai konsep dan prinsip PHT. 4) Menguasai dan memahami pengelolaan OPT secara holistik yang dijadikan sarana belajar sekolah lapangan. d. Metode Pelaksanaan Kegiatan SLPHT dilaksanakan menggunakan metode pembelajaran (teori dan praktek) yang bersifat partisipatoris. Proses belajar dilaksanakan berdasarkan siklus belajar, mulai dari mendapatkan pengalaman, mengungkapkan, diskusi, menganalisa, menyimpulkan, dan menerapkan. Kurikulum dirancang berdasarkan analisis keterampilan lapangan yang perlu dimiliki oleh seorang petani untuk menjadi ahli PHT di lahannya sendiri, dan mampu menularkannya kepada para petani lainnya. SLPHT terpola dalam siklus berkala, dimana setiap unsur agroekosistem dikaji secara sistematis dan mendalam. Hal ini berdasarkan pertimbangan, bahwa perubahan keadaan agroekosistem lahan cukup berbeda antar waktu pengamatan. Tiap akhir pengamatan keadaan agroekosistem dikaji secara utuh untuk merencanakan pengelolaan ekosistem ke depan. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 29