II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. GASANDRY, BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mesin, manusia serta bahan-bahan baku produk merupakan salah satu faktor yang

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

Abstrak. Kata Kunci : penjadwalan kerja, active schedule, heuristic schedule

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan

Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

BAB III LANDASAN TEORI. Maintenance Menurut Sisjono dan Iwan Koswara, Perawatan (Mainteance) ditetapkan (Sisjono dan Iwan Koswara, 2004).

III. METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM DAN MODEL Tujuan Instruksional Khusus:

Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur Make to Order dengan Mesin Paralel

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan baja di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyusun suatu urutan prioritas kerja (sequencing) yang sesuai dengan

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pesanan yang dijanjikan baik dari segi waktu maupun dari segi jumlah yang dijanjikan,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Manajemen operasi merupakan salah satu dari fungsi utama perusahaan di samping

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

PRODUCTION SCHEDULING

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I-1

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Rahmat Hidayat SE., MM

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Segala aspek yang berhubungan dengan kehidupan selalu mengalami

OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah

OLEH : RULI ASTRI ANDRIANI ( ) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FCFS, CDS DAN GUPTA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jakarta adalah ibukota yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

4.6 Data Waktu Siap Setiap Mesin Pengerjaan Komponenkomponen Screw Conveyor Penentuan Due Date BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Ratih Wulandari, ST., MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

USULAN SISTEM PERENCANAAN PRODUKSI RAK-RAK STDI DI PT. INTI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MRP TUGAS SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

2 BAB II LANDASAN TEORI

Proses Pengambilan Keputusan

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL

PENENTUAN UKURAN BATCH DAN SEQUENCE OPTIMAL DALAM SISTEM PRODUKSI DUA STAGE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal

BAB I PENDAHULUAN. yang terbaik bagi konsumen dengan memakai mesin-mesin berteknologi tinggi. untuk memproduksi produk pesanan konsumen.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi flow shop merupakan kegiatan perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Penjadwalan merupakan proses pengorganisasian, pemilihan dan penetepan penggunaan sumber daya dalam rangka melaksanakan semua aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan luaran (output) yang diinginkan pada saat yang telah direncanakan, dengan pembatas waktu dan hubungan antara aktivitas dan sumber daya tertentu (Morton & Pentico, 1993). Penjadwalan merupakan tahap terakhir dari perencanaan sebelum dilaksanakannya proses produksi. Selain itu, penjadwalan merupakan penjabaran kegiatan-kegiatan yang direncanakan yaitu yang berisikan kapan dimulainya kegiatan produksi sehingga perencanaan kebutuhan yang telah ditetapkan dapat dipenuhi tepat pada waktunya (Russel dan Taylor, 2006). Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui suatu aktivitas atau tugas. Penjadwalan dapat dibedakan menurut proses produksi, yaitu : 1. Penjadwalan proses yang terus menerus (line process scheduling). Penjadwalan proses ini digunakan untuk jalur perakitan dan pada proses pengolahan. Penjadwalan tergantung pada rancang bangun proses tersebut terutama untuk satu jenis produk. 2. Penjadwalan proses yang terputus-putus (intermittent process scheduling). Berbeda dengan penjadwalan pada proses line maka penjadwalan pada proses intermittent masing-masing pekerjaan (job) mengalir melalui pergerakan yang tidak teratur dan penuh dengan jadwal mulai dan berhenti. Aliran yang tidak teratur disebabkan pusat kerja dikelompokkan berdasarkan jenis mesin dan keterampilan pekerja yang sama, sehingga pekerjaan (job) akan mengalir dari satu pusat kerja satu ke pusat kerja yang lain sesuai dengan jadwal dan tahapan yang telah ditentukan. Penjadwalan digambarkan sebagai alokasi sumber daya dari waktu ke waktu untuk melaksanakan suatu kumpulan pekerjaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut (Pardede,2003) adalah :

1. Jumlah dan jenis pekerjaan yang harus diselesaikan selama periode tertentu. Jumlah dan jenis pekerjaan ini sangat tergantung pada rencana produksi yang disusun serta negoisasi antara perusahaan dengan pelanggan. 2. Perkiraan waktu pelaksanaan suatu pekerjaan (processing time). Perkiraan waktu penyelesaian pekerja ini merupakan masukan yang sangat penting dalam penjadwalan pekerjaan. Perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan sering kali digunakan untuk menentukan urutan prioritas pekerjaan yang akan dikerjakan lebih dahulu. 3. Batas waktu (due time) penyelesaian pekerjaan. Batas waktu pekerjaan digunakan untuk memperkirakan keterlambatan yang mungkin akan terjadi. Besaran ini penting untuk mengantisipasi denda atau penalty yang timbul akibat keterlambatan pengiriman. 4. Situasi pekerjaan yang dihadapai. Penentuan jadwal pekerjaan akan dipengaruhi situasi pekerjaan seperti pekerjaan disuatu prosesor, pekerjaan di beberapa prosesor seri atau paralel, atau pekerjaan di fasilitas produksi jobshop. Penjadwalan operasi produksi bertujuan untuk memperoleh suatu tradeoffs antar sasaran yang saling bertentangan, yaitu antara penggunaan pekerja, mesin-peralatan dan fasilitas yang efisien dan meminimumkan waktu tunggu pelanggan, inventori dan waktu proses operasi (Machfud,1999). Penjadwalan mencakup penugasan batas waktu pada pekerjaan tertentu dimana terdapat banyak pekerjaan secara bersamaan bersaing untuk menggunakan sumber daya yang sama (Heizer dan Reinder, 2004). Teknik penjadwalan yang benar bergantung pada volume pesanan, sifat alami operasi, dan kompleksitas pekerjaan keseluruhan. Kriteria penjadwalan adalah sebagai berikut : 1. Minimasi waktu penyelesaian. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan waktu penyelesaian rata-rata untuk setiap pekerjaan. 2. Minimasi persediaan barang setengan jadi (work-in-process-wip). Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem tersebut. Hubungan antara banyaknya pekerjaan dalam sistem dan persediaan WIP akan tinggi. Oleh karena itu, lebih sedikit pekerjaan dalam sistem, maka persediaan yang ada akan rendah. 5

3. Minimasi waktu tunggu pelanggan. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah keterlambatan rata-rata. Sasaran yang dituju dalam penyusunan penjadwalan adalah mengurangi keterlambatan pekerjaan, mengurangi waktu proses dalam sistem, memaksimalkan kerja mesin dan tenaga kerja, mengurangi waktu tunda dan jumlah produk yang tertahan dalam pusat kerja (Russel dan Taylor, 2006). Persolaan dalam penjadwalan adalah menentukan urutan atau produk dalam mesin yang akan memproses pekerjaan sehingga mengoptimalkan ukuran performa. Elemen-elemen yang perlu diketahui dalam proses penjadwalan produksi adalah sebagai berikut : 1. Job, didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang harus diselesaikan untuk memperoleh suatu produk atau hasil. Job umumnya terdiri atas satu atau beberapa proses. 2. Proses, didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah sebuah job. Setiap job minimal terdiri dari suatu proses. Setiap proses memiliki deskripsi, waktu proses, waktu set-up, tempat, dan alat pemrosesan. 3. Sumber daya. Sumber daya dapat berupa mesin atau pekerja yang digunakan untuk menyelesaikan proses suatu job. Setiap mesin hanya dapat mengerjakan satu job pada satu waktu tertentu. (Herjanto, 2006). B. MODEL Model merupakan abstraksi atau representasi ideal dari sistem nyata. Tujuan pembentukan model ialah sebagai alat untuk menganalisis perilaku sistem guna meningkatkan performansi sistem tersebut. Solusi yang diperoleh dari model tergantung pada validasi model dalam mewakili sistem nyata (Moskow dan Wright, 1979). Dari terminologi penelitian operasional,secara umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta timbal balik dalam istilah sebab akibat (Eriyatno, 2003). 6

Menurut Simatupang (1996), ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam memodelkan suatu sistem, antara lain : (a) model harus mewakili (mempersentasikan) sistem nyatanya dan (b) model merupakan penyederhanaan dari kompleksnya sistem, sehingga diperbolehkan adanya penyimpangan pada batas-batas tertentu. C. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara pendekatan permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan dalam permasalahan yang dikaji. Teknik heuristik digunakan dengan harapan didapatkan suatu hasil yang baik dan mendekati ratarata meskipun tidak optimal. Menurut Eriyatno (2003), tidak ada metode yang baku digunakan untuk teknik heuristik, sehingga untuk setiap permasalahannya menggunakan teknik heuristik yang spesifik. Eriyatno (2003) menjelaskan bahwa teknik heuristik merupakan pengembangan dari proses aritmatika dan matematika logika. Ciri-ciri teknik heuristik secara umum adalah sebagai berikut : 1. Adanya operasi aljabar, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. 2. Adanya suatu perhitungan yang bertahap. 3. Mempunyai tahapan yang terbatas sehingga dapat dibuat dengan algoritma komputer. Pengambilan keputusan dalam program heuristik menggunakan aturan situasi/aksi. Jika (s1 sn), maka (a1 an), (s1 sn) merupakan situasi yang dinyatakan dengan operasi dan, atau; (a1 an) adalah aksi atau keputusan yang diambil. (Sugiyono, 2009). Teknik heuristik tidak menjamin penyelesaian yang optimal, tetapi dapat memberikan pemecahan yang memuaskan bagi pengambil keputusan. Menurut Eriyatno (2003) alasan penggunaan teknik heuristik diantaranya adalah : 1. Heuristik mempermudah lingkungan pembuat keputusan sehingga memungkinkan membuat suatu keputusan dengan cepat tanpa tergantung caranya. 7

2. Jumlah permasalahan begitu kompleks dan tidak ada perangkat keras (komputer) yang dapat menyelesaikannya walaupun intisari dari permasalahan dapat dibuat pola matematikanya. 3. Masalah perencanaan dan kebijakan yang harus diatasi oleh seorang manajer sulit untuk dikuantitatifkan dan bersifat ill-structure, sehingga tidak dapat diperoleh faktor-faktor yang diperlukan dalam model matematika. 4. Pengguna model sering tidak mengerti tahapan sebelum sampai permodelan walaupun model matematika berhasil dikembangkan. 8