Bab I : Pendahuluan Bab II : Gambaran Umum Kota Bandung Bab III : Situasi Derajat Kesehatan Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR Bandung Kota Sehat yang Mandiri

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PROFIL KESEHATAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BAB II PERENCANAAN KINERJA

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

BAB III GAMBARAN UMUM

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Juknis Operasional SPM

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG


NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

PELAYANAN KESEHATAN DASAR

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 3 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kabupaten Pati

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Peran Sistem Informasi Kesehatan sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan akan berhasil dengan baik apabila didukung oleh tersedianya data dan informasi yang akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu. Atau dengan kata lain, pencapaian pembangunan kesehatan memerlukan dukungan informasi yang dapat diandalkan untuk mendukung proses pengambilan keputusan di semua tingkatan administrasi pelayanan kesehatan. Salah satu bentuk output Sistem Informasi Kesehatan berupa penyajian data dan informasi yang menggambarkan hasil Pembangunan Bidang Kesehatan di Kota Bandung yang dikemas dalam bentuk Profil Kesehatan Kota Bandung yang dibuat satu tahun sekali. Profil Kesehatan merupakan gambaran kondisi kesehatan masyarakat Kota Bandung yang tercermin dari indikator-indikator pembangungan kesehatan. Indikator-indikator ini dipakai sebagai alat untuk mengukur hasil pembangunan sektor kesehatan dalam mencapai visi Bandung Kota Sehat yang Mandiri. Visi tersebut memiliki makna suatu kondisi di mana masyarakat Bandung menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit maupun lingkungan dan perilaku yang mendukung untuk hidup sehat. juga menggambarkan kinerja institusi kesehatan maupun koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait yang mempunyai peran penting dalam pencapaian Visi Bandung Kota Sehat yang Mandiri.

Profil Kesehatan Kota Bandung ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan secara optimal oleh segenap pengguna data dan informasi kesehaan sebagai bahan perencanaan, pelaksanaan dan sebagai alat melakukan evaluasi program-program kesehatan. Untuk mempermudah pembaca dalam memahami profil ini maka kami sajikan dengan sistematika berikut ini : Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan Pembuatan serta sistematika penyajiannya. Bab II : Gambaran Umum Kota Bandung Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kota Bandung, uraian tentang letak geografi, kependudukan, ekonomi dan pendidikan serta informasi umum lainnya. Pada bab ini juga diulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor berhubungan dengan kesehatan secara umum di Kota Bandung. Bab III : Situasi Derajat Kesehatan Kota Bandung Pada bab ini diuraikan tentang Derajat Kesehatan Kota Bandung yang digambarkan melalui indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat Kota Bandung. Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan di Kota Bandung Bab ini menguraikan tentang pencapaian hasil pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan,

pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan di Kota Bandung. Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan,tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya yang ada di Kota Bandung. Bab VI : Kesimpulan Bab ini menyajikan tentang hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti serta keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat serta mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam upaya pencapaian Visi Bandung Kota Sehat yang Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6-55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791 m di atas permukaan laut, titik terendah + 675 m berada di sebelah selatan dengan permukaan relatif datar dan titik tertinggi + 1,050 m berada di sebelah utara dengan kontur yang berbukit-bukit. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang sejuk tetapi beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan suhu yang disebabkan polusi dan pemanasan global. Luas wilayah Kota Bandung 176,56 Km 2 yang terdiri dari dataran (145,52 Km²), perbukitan (0,82 km²), pesawahan (21,56 Km²), dan sebanyak 8.791,35 Ha (52,55%) digunakan untuk daerah perumahan/pemukiman. Kota Bandung dipimpin oleh Walikota dibantu oleh Wakil Walikota dan Sekretaris Daerah yang membawahi 3 Asisten Sekretaris Daerah, dengan 11 Kepala Bagian, 11 Kepala Dinas, 6 Kepala Badan dan 2 Kepala Kantor, 1 Inspektorat serta 3 Rumah Sakit Daerah. Wilayah pemerintahan terbagi dalam 30 kecamatan, 151 kelurahan yang terdiri dari 1.558 RW (rukun warga), dan 9.678 RT (rukun tetangga). Secara administratif Kota Bandung berbatasan dengan daerah kabupaten/kota lainnya yaitu : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. 3. Sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung

Dalam pelaksanaan Pembangunan Kesehatan diperlukan kerjasama dengan ketiga Kabupaten Kota diatas karena masalah-masalah kesehatan tidak mengenal batas wilayah kerja. Kota Bandung sebagai kota besar juga memiliki 6 fungsi kota yaitu sebagai : o Pusat Pemerintahan Jawa Barat o Kota Ekonomi dan Perdagangan o Kota Pendidikan o Kota Budaya dan Wisata o Kota Industri o Etalase Jawa Barat Sebagai kota besar tidak terlepas dari berbagai permasalahan akibat urbanisasi, yang membentuk budaya masyarakat yang heterogen sehingga pemerintah Kota Bandung perlu mengadakan penataan kota secara cermat dan akurat. GAMBAR II.1 PETA KOTA BANDUNG

B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI 1. Pertumbuhan Penduduk Kota Bandung memiliki Jumlah penduduk sebanyak 2.421.146 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 1.226.954 jiwa (50,67%) dan penduduk perempuan sebanyak 1.194.192 jiwa (49,33%). Laju pertumbuhan penduduk di tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 sebesar 1,10%. Grafik dibawah ini menunjukkan pertumbuhan penduduk Kota Bandung selama 5 tahun terakhir. GRAFIK II.1 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 2.450.000 2.400.000 2.350.000 2.329.928 2.414.704 2.421.146 2.390.441 2.300.000 2.250.000 2.232.848 2.200.000 2.150.000 2.100.000 2007 2008 2009 2010 2011 jml Pendududk Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011 Grafik di atas menunjukkan penambahan jumlah penduduk dari tahun 2010 sebesar 30.705 orang. Pertambahan jumlah penduduk di Kota Bandung dapat disebabkan oleh migrasi yang berarti pertambahan penduduk ke Kota Bandung (urbanisasi) lebih besar dari penduduk yang keluar dari Kota Bandung.

Selain itu juga pertambahan penduduk dikarenakan oleh fertilitas yang cukup tinggi (pertumbuhan penduduk alami). Program untuk mengurangi tingkat kepadatan penduduk adalah dengan program transmigrasi ke daerah luar Jawa dan program Keluarga Berencana. GAMBAR II.2 PETA KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 KEPADATAN PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Sukasari Sukajadi Cidadap Coblong Cibeunying Kaler Kepadatan Penduduk (orang/km2) 3.626-10.200 10.201-15.500 15.501-25.000 25.001-39.200 Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Mandalajati Ujungberung N Andir Sumurbandung Antapani 1 0 1 2 Kilometer Bandung Kulon Bojongloa Kaler Astanaanyar Batununggal Kiaracondong Arcamanik Panyileukan Cinambo Cibiru Lengkong Babakan Ciparay Regol Bojongloa Kidul Bandung Kidul Buahbatu Rancasari Gedebage PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINKES KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Bila dilihat dari komposisi penduduk masyarakat Kota Bandung secara umum, penduduk laki laki lebih banyak dari pada perempuan, sebanyak 50,67% dan perempuan sebanyak 49,33 %. Komposisi penduduk menurut golongan umur dapat dilihat pada grafik berikut ini

GRAFIK II.2 PENDUDUK MENURUT GOLONGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Sumber : BPS Kota Bandung, Tahun 2011 Grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kota Bandung berada pada usia 20 29 tahun yaitu sebesar 20,68 %. Komposisi penduduk Kota Bandung menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penduduk berusia muda yaitu 0 14 tahun 25,06 %, usia produktif 15 64 tahun sebesar 70,73 % dan usia tua 65 tahun sebesar 4,21 %. Pengelompokan penduduk berdasarkan umur berguna bagi intervensi program kesehatan yang akan dilakukan. Seperti kelompok umur balita dan usia lanjut merupakan sasaran program kesehatan, karena kelompok tersebut merupakan kelompok rentan terhadap resiko penyakit-penyakit tertentu yang memerlukan penanganan kesehatan khusus.

2. Persebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk Persebaran penduduk di Kota Bandung terbanyak terdapat di Kecamatan Babakan Ciparay (144.987 jiwa) disusul oleh Kecamatan Bandung Kulon (140.422 jiwa) dan jumlah kecamatan dengan penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan Cinambo (23.987 jiwa). Jumlah penduduk di Kota Bandung 2.421.146 jiwa maka rata-rata kepadatan penduduk di Kota Bandung yaitu 14.471 jiwa/km². Kecamatan terpadat di Kota Bandung adalah di Kecamatan Bojongloa Kaler yaitu 39.182 jiwa / km² serta Kecamatan Gede Bage merupakan kecamatan yang terkecil kepadatan penduduknya yaitu 3.626 jiwa /Km². Hal ini menandakan bahwa kepadatan penduduk di Kota Bandung tidak merata masih bertumpuk pada daerah-daerah industri kecil / industri besar. C. PENDUDUK MISKIN Jumlah penduduk miskin dan hampir miskin di Kota Bandung, yang bersumber dari kepemilikan Jamkesmas dan Jamkesda (Bawaku Sehat) di Tahun 2011 adalah berjumlah 669.300 jiwa. Jumlah ini sebesar 27,64 % dari jumlah penduduk Kota Bandung. Sedangkan jumlah warga miskin Kota Bandung bersumber dari data BPS bersama dengan TNP2K (Tim Nasional Program Penanggulangan Kemiskinan) yang menggunakan data unifikasi garis kemiskinan hingga 40% berjumlah 505.435 jiwa. Kemiskinan secara tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kesehatan, terutama berkaitan dengan asupan nilai gizi makanan, lingkungan tempat tinggal serta biaya pengobatan bila menderita sakit dan hal lain. Untuk itu, data kemiskinan dalam pembangunan kesehatan sangat diperlukan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan kebijakan promosi maupun jaminan kesehatan. D. KEADAAN EKONOMI Salah satu indikasi keberhasilan pembangunan yang ada adalah melalui indikator pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi

bukanlah tujuan akhir dari pembangunan. Tujuan utama yang ingin dicapai adalah kesejahteraan rakyat seluas-luasnya. Kondisi perekonomian masyarakat Kota Bandung dapat terlihat dari Indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari grafik berikut ini. GRAFIK II. 3 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007-2011 Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011 Grafik di atas menunjukkan bahwa LPE Kota Bandung meningkat dari 8,46 % pada Tahun 2010 menjadi 8,58 % pada Tahun 2011. Dengan kenaikan 0,12 % hal ini disebabkan adanya peningkatan beberapa faktor indikator makro yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Capaian Indeks Daya Beli Kota Bandung Tahun 2011 adalah sebesar 65,98 naik dari Tahun 2010 65,66. Indeks Daya Beli merupakan alat ukur untuk mengetahui standar kehidupan yang layak.

E. KEADAAN PENDIDIKAN Manusia yang berkualitas, bermutu serta mampu bersaing dalam menghadapi jaman merupakan hasil dari proses pendidikan baik pendidikan formal maupun informal yang berkualitas. Penduduk yang bermutu akan mampu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan sehingga dapat secara mandiri meraih kehidupan yang sehat. Tingkat pendidikan formal penduduk yang diselesaikan dapat dijadikan dasar perencanaan program kesehatan. GRAFIK II.4 PERSENTASE PENDUDUK BERUSIA 10 TAHUN KEATAS DIRINCI MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011 Grafik diatas menunjukkan jumlah penduduk dengan pendidikan terbanyak yang ditamatkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SLTA) sebesar 35,26%, Akademi/Diploma sebesar 5,35%, S1/S2 sebesar 9,62%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia di Kota Bandung cukup memadai.

Walaupun masih ditemukan penduduk yang tamat SD sebesar 22,50% serta yang belum/tidak tamat SD sebesar 7,00% yang secara tidak langsung dapat menjadi ancaman bagi pembangunan kesehatan di Kota Bandung. Capaian rata-rata Lama Sekolah di Kota Bandung Tahun 2010 berdasarlan LKPJ Kota Bandung adalah 10,68 tahun sedangkan di Tahun 2011 sebesar 10,70. Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir dapat dilihat dari grafik di bawah ini. GRAFIK II.5 PERKEMBANGAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH DI KOTA BANDUNG (DALAM TAHUN) TAHUN 2007 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011 Dari grafik di atas dapat diartikan bahwa rata-rata warga Kota Bandung usia 7 18 tahun telah dapat menyelesaikan pendidikan hingga kelas 2 SMA. Situasi pendidikan di suatu wilayah juga dapat digambarkan melalui persentase angka melek huruf. Berikut grafik Angka Melek Huruf di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir.

GRAFIK II.6 PERKEMBANGAN PERSENTASE ANGKA MELEK HURUF DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011 Grafik di atas memperlihatkan indikator Angka Melek Huruf (AMH), yang menggambarkan tingkat penduduk di atas 10 tahun yang dapat membaca. AMH Kota Bandung di Tahun 2010 sebesar 99,54 % sedangkan di Tahun 2011 sebesar 99,55%. F. PEMBANGUNAN MANUSIA Indeks pembangunan manusia (IPM) adalah indikator untuk mengukur kualitas manusia di wilayah setempat. Indikator ini adalah indikator komposit yang kompleks yang mengikutsertakan banyak indikator dari berbagai bidang strategis, seperti kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. BPS menghitung indikator ini setiap tahunnya untuk mengukur kualitas manusia di wilayah setempat tersebut sekaligus mengukur evaluasi kinerja pemerintah. Berikut grafik IPM di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir.

GRAFIK II.7 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011 IPM Kota Bandung Tahun 2011 sebesar 79,15. Melalui IPM ini dapat menjadi indikasi bahwa kesejahteran masyarakat Kota Bandung dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Indeks Kesehatan mengukur tingkat kesehatan manusia secara umum di suatu wilayah tertentu. Indeks Kesehatan juga merupakan indikator komposit yang kompleks yang perhitungannya memperhitungkan banyak indikator lain dalam bidang kesehatan. Indeks Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 sebesar 81,32 poin sedangkan di Tahun 2010 mencapai 81,22. Di bawah ini grafik yang menggambarkan perkembangan Indeks Kesehatan di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir.

GRAFIK II.8 PERKEMBANGAN INDEKS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 Sumber BPS Kota Bandung Tahun 2011 Grafik di atas memperlihatkan bahwa Indeks Kesehatan di Kota Bandung dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Capaian Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Bandung di Tahun 2011 sebesar 73,79 tahun. Angka ini naik sebesar 0,06 tahun bila dibandingkan dengan tahun lalu. Definisi AHH sendiri adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak 0 tahun yang akan capai oleh sekelompok penduduk. Peningkatan AHH adalah hasil komulatif dari berbagai kegiatan baik yang bersifat preventif, promotif, maupun kuratif di berbagai tingkatan pelayanan kesehatan. Di bawah ini grafik yang menggambarkan perkembangan Angka Harapan Hidup Kesehatan di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir.

GRAFIK II.9 PERKEMBANGAN ANGKA HARAPAN HIDUP DI KOTA BANDUNG (DALAM TAHUN) TAHUN 2007 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011 Grafik di atas memperlihatkan bahwa Umur Harapan Hidup di Kota Bandung meningkat tahun demi tahun meningkat dalam lima tahun terakhir. Capaian Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Bandung di Tahun 2011 sebesar 73,79 tahun. Ini berarti bayi penduduk Kota Bandung yang dilahirkan di Tahun 2011 akan memiliki kemungkinan hidup hingga usia 73,79 tahun.

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. ANGKA KEMATIAN Angka kematian di suatu wilayah merupakan indikator vital dalam mengukur tingkat kesehatan di masyarakat, diluar kejadian khusus misalnya bencana alam dan rawan keamanan. Berbagai penyebab kematian adalah langsung maupun tak langsung yang juga terdapat interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kematian di masyarakat. Faktor tersebut antara lain adalah tingkat sosial ekonomi, kualitas lingkungan hidup, layanan kesehatan, dan lain-lain. Pada umumnya pola kematian diklasifikasikan ke dalam kematian bayi, kematian balita, dan kematian ibu. Pemaparan mengenai pola kematian berdasarkan sumber data di fasilitas kesehatan dijabarkan sebagai berikut : 1. Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi (AKB) atau lebih dikenal dengan infant mortality rate (IMR). Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator sangat sensitif untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat. Faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian bayi antara lain terutama tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA & KB, kondisi lingkungan, dan sosial Ekonomi. Jumlah kematian bayi yang terlaporkan di Kota Bandung pada Tahun 2011 sejumlah 235 bayi dan lahir mati sebanyak 116 bayi. Melalui pelacakan dan autopsi verbal oleh petugas puskesmas, penyebab kematian tertinggi Tahun 2011 untuk neonatus adalah Asfiksia 68 kasus, BBLR 35 kasus, sepsis 2 kasus. Sedangkan untuk penyebab kematian bayi adalah Diare 13 kasus, Pneumonia

4 kasus, Kelainan Saraf 2 kasus, dan kelainan saluran cerna 1 kasus. Grafik perkembangan jumlah kematian bayi di Kota Bandung dalam 5 tahun terakhir dapat di lihat di bawah ini. GRAFIK III.1 JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2011 Bila dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah kematian bayi mengalami kenaikan kasus sebanyak 34 orang dan lahir mati mengalami penurunan sebesar 133 kasus kematian dari tahun lalu. Angka kematian bayi adalah kemungkinan kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup di suatu wilayah dalam periode tertentu. BPS berwenang menghitung dan mengeluarkan angka ini dalam periode tertentu melalui survey-survey bersama dengan Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Bayi di Kota Bandung berdasarkan sumber BPS Jabar terakhir yang ada di Tahun 2008 sebesar 34,46 / 1.000 kelahiran hidup. 2. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak umur 12-59 bulan per 1.000 kelahiran hidup pada periode waktu

tertentu. AKABA dapat menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan serta faktor lain yang mempengaruhi terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi lingkungan, tingkat pelayanan KIA / Posyandu, penyakit infeksi, dan kecelakaan. Kematian balita di Kota Bandung pada Tahun 2011 menurut laporan bersumber fasilitas kesehatan sejumlah 5 anak, adapun penyebab kematian terbanyaknya adalah karena penyakit ISPA sebanyak 1 kasus, Diare 1 kasus, 1 kasus DBD dan lain lain. Grafik berikut ini menunjukan jumlah kematian balita di Kota Bandung selama 5 tahun terakhir. AKABA di Kota Bandung berdasarkan sumber BPS Propinsi Jabar terakhir yang ada di Tahun 2008 sebesar 8,8 / 1.000 kelahiran hidup. GRAFIK III.2 JUMLAH KEMATIAN BALITA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Jumlah kematian balita disini yang dimaksud adalah jumlah kematian seorang anak balita usia 12-59 bulan yang ditemukan di Kota Bandung di Tahun 2011. Bila dibandingkan dengan angka tahun lalu terdapat adanya penurunan sebesar 15 kasus kematian.

3. Angka Kematian Ibu Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang wanita yang dikarenakan oleh kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya. Angka kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh : a. Keadaan sosial ekonomi dan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan. b. Kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. c. Tingkat tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan perinatal dan obstetri. Grafik berikut ini menunjukan jumlah kematian balita di Kota Bandung selama 5 tahun terakhir. GRAFIK III.3 JUMLAH KEMATIAN IBU DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Kejadian kematian ibu di Kota Bandung pada Tahun 2011 yang terlaporkan melalui fasilitas kesehatan dan telah dilakukan autopsi verbal sebanyak 20 kasus. Penyebab kematian ibu terbanyak adalah Perdarahan 4 kasus, Hipertensi dalam kehamilan 5 kasus, Emboli air ketuban 1 kasus dan lain lain 9 kasus.

Angka Kematian Ibu (AKI), seperti halnya AKB, dihitung dan dikeluarkan oleh BPS selaku lembaga yang berwenang melalui survey-survey. Angka Kematian Ibu di Kota Bandung berdasarkan sumber BPS Kota Bandung dan UNPA terakhir yang ada di Tahun 2004 sebesar 164,70 / 100.000 kelahiran hidup. Angka ini dihitung menggunakan pola/metoda kematian dari hasil Susenas, yaitu asumsi kematian ibu terhadap kematian wanita dewasa untuk daerah Jabar sebesar 8,70%. B. ANGKA KESAKITAN Data kesakitan di Kota Bandung didapat dari laporan rumah sakit sebagai sarana kesehatan rujukan dan laporan puskesmas sebagai sarana kesehatan dasar. Berdasarkan laporan yang masuk dari puskesmas yang ada di Kota Bandung pada Tahun 2011 didapat 20 penyakit terbanyak sebagai berikut : TABEL III.1 20 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS KOTA BANDUNG TAHUN 2011 NO JENIS PENYAKIT % 1. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut tidak spesifik 14,26 2. Hipertensi primer (esensial) 12,10 3. Nasofaringitis Akuta (Common Cold) 11,95 4. Myalgia 6,34 5. Diare dan Gastroenteritis 4,16 6. Penyakit Pulpa dan Jaringan Perpikal 3,90 7. Gastroduodenitis tidak spesifik 3,33 8. Tukak Lambung 2,99 9. Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang tidak terklasifikasi 2,75 10. Faringitis Akuta 2,73 11. Gejala dan tanda umum lainnya 2,51

NO JENIS PENYAKIT % 12. Dermatitis lain tidak spesifik 2,25 13. Karies Gigi 2,00 14. Demam yang tak diketahui sebabnya 1.93 15. Gangguan Gigi dan Jaringan Penunjang Lainnya 1,71 16. Penyakit Gusi, Jaringan Periodental dan Tulang Alveolar 1,52 17. Konjungtivitis 1,42 18. Asma 1,28 19. Tonsillitis Akuta 1,12 20. Diabetes Melitus Tidak Spesifik 1,05 21. Penyakit Lain-lain 18,68 Sumber : Seksi Data dan Informasi Kesehatan dari rekapitulasi SP3 Tahun 2011 Dibandingkan Tahun 2010, Penyakit infeksi saluran pernafasan akut tidak spesifik masih tetap menjadi penyakit terbesar rawat jalan di puskesmas di Kota Bandung, sedangkan Hipertensi primer dan Nasofaringitis Akuta (Common Cold) bertukar urutan satu dengan lainnya di Tahun 2011. Selain data penyakit seperti diatas dapat disampaikan juga data penyakit menular yang diamati sebagai berikut : C. PENYAKIT MENULAR YANG DIAMATI 1. Penyakit Acute Flaccid Paralysis ( AFP ) Cakupan penemuan penderita penyakit Non Polio Acute Flacid Paralysis (AFP) pada penduduk 100.000 di bawah 15 tahun adalah indikator Standar Pelayanan Mnimal (SPM) yang diamanatkan dalam Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX Tahun 2008 untuk diperhatikan pencapaiannya. Adapun perkembangan cakupan penemuan penderita penyakit AFP dalam 5 Tahun Terakhir di Kota Bandung dapat dilihat dari grafik di bawah ini.

GRAFIK III.4 JUMLAH TEMUAN KASUS ACUTE FLACCID PARALYSE ( AFP ) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007-2011 Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Penemuan kasus AFP dilaksanakan melalui monitoring ke rumah sakit, klinik, dokter swasta maupun di puskesmas yang ada di Kota Bandung dengan mengamati secara cermat berbagai gejala penyakit yang termasuk AFP. Pada tahun 2011 di Kota Bandung telah ditemukan AFP sebanyak 14 kasus pada anak < 15 tahun, kasus ini ditemukan di Kecamatan Sukajadi, Andir, Cidadap, Coblong, Bandung Wetan, Sumur Bandung, Cibenying Kaler, Kiara Condong, Bandung Kulon, Mandalajati, Arcamanik, dan Buah Batu. Bila dihitung angka kesakitannya yaitu jumlah kasus AFP pada anak usia < 15 tahun dibandingkan dengan jumlah penduduk pada usia <15 tahun terdapat 2,31 per 100.000 penduduk, sedangkan target SPM Nasional yang ada adalah 2 / 100.000 penduduk dibawah 15 tahun. Untuk pencapaian target SPM Kota Bandung Tahun 2011 adalah 100% terhadap kasus yang dilaporkan dengan yang ditangani. Sebanyak 14 kasus tersebut diatas telah terlaporkan dan ditangani (100%).

2. Penyakit Tuberculosis Bersadarkan laporan dari puskesmas yang ada di Kota Bandung pada tahun 2011 ditemukan penderita Tuberculosis secara klinis dan laboratoris sebanyak 2.482 kasus. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, penemuan kasus Tuberculosis sebesar 2.506 kasus, sehingga berarti terjadi penurunan penemuan kasus sebesar 124 kasus. Penderita Tuberculosis dengan TB BTA (+) sebanyak 1.137 bila dibandingkan dengan tahun lalu terdapat peningkatan yaitu 69 kasus. Penderita TB BTA (+) sebanyak 1.137 penderita tersebut yang 1.075 (94,54 %) diantaranya telah diobati. Penderita TB BTA (+) pada Tahun 2010 yang mendapatkan pengobatan dan dinyatakan sembuh sebanyak 821 kasus atau 76,37%. Sedangkan persentase kesembuhan Tahun 2010 lalu sebesar 82,59%. 3. Penyakit Pneumonia pada Balita Penyakit Pnemonia yang diperkirakan diderita oleh balita adalah 10 % dari jumlah populasi balita yang ada di suatu wilayah. Di Kota Bandung di Tahun 2011 terdapat populasi balita sebesar 209.008 maka perkiraan balita dengan pneumonia sebesar 10%-nya menjadi 20.909 balita. Namun kasus yang ditemukan dan ditangani sebesar 21.190 kasus. Oleh karenanya, kasus balita dengan Peneumonia yang ditemukan di Kota Bandung melebihi dari perkiraan sebelumnya. Dari jumlah tersebut, bila melihat dari wilayahnya, kasus Pneumonia pada balita terbesar berturut-turut terdapat di Kecamatan Coblong, Batununggal, Regol, dan Lengkong. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terdapat peningkatan sebesar kasus dari 13.914 pada Tahun 2010 menjadi 21.190 pada Tahun 2011 atau sebesar 7.126 kasus.

Target SPM untuk penanganan penyakit Pneumonia yang ditangani adalah 100,00% oleh karenanya Cakupan Pneumonia pada balita di Tahun 2011 dapat mencapai target. 4. Penyakit HIV/AIDS Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang diakibatkan dari perilaku seks yang tidak sehat dan penggunan alat suntik narkoba bersama. Pada tahun 2011 di Kota Bandung terdapat kasus baru HIV/AIDS sebanyak 442 kasus dan terjadi peningkatan dari Tahun 2010 yaitu 370 kasus. Kasus HIV/AIDS dari tahun ketahun terus meningkat hal ini dapat dilihat pada grafik berikut ini. GRAFIK III.5 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007-2011 Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit HIV/AIDS melalui donor darah, pada tahun 2011 PMI Kota Bandung telah melakukan upaya dengan salah satunya adalah melakukan skrining pada para pendonor darah. Terdapat 100.392 darah

orang pendonor di Tahun 2011 di Kota Bandung. Persentase angka tersebut sebesar 98,47% dari jumlah pendonor darah yaitu sebanyak 98.885 darah orang pendonor dilakukan skrining Uji Saring Anti-HIV. Dari hasil skrining tersebut ditemukan positif HIV/AIDS 441 sampel orang pendonor (0,45 %). Mengingat masih terdapat 1,53% pendonor yang tidak terskrining HIV/AIDS, maka diharapkan kepada masyarakat Kota Bandung untuk lebih berhati-hati bila memerlukan tranfusi darah. Patofisiologi HIV/AIDS sering mengakibatkan kematian bagi para pengidapnya. Perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS meninggal di Kota Bandung Tahun 2007 hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini. GRAFIK III.6 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS MENINGGAL DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Kematian HIV/AIDS Tahun 2011 meningkat bila dibandingkan dengan Tahun 2011 yaitu 37 kasus kematian, sedangkan di Tahun 2010 terjadi kematian akibat HIV/AIDS sebanyak 14 kasus.

Propinsi Jawa Barat menempati urutan pertama perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia, sedangkan Kota Bandung memberikan jumlah terbesar penderita HIV/AIDS di Jawa Barat. Sejak Tahun 2010 telah terjadi pergesaran status pengidap HIV/AIDS dari penasun (pengguna narkoba suntikan) ke heteroseksual. Kondisi saat in juga terjadi fenomena peningkatan penderita HIV/AIDS yang signifikan di kalangan ibu rumah tangga. 5. Penyakit Infeksi Menular Seksual Kota Bandung merupakan kota besar yang berpenduduk sangat heterogen yang juga merupakan kota jasa dan kota wisata sehingga menjadi objek kunjungan penduduk dari penjuru Indonesia yang berdampak pada kehidupan sosial warganya. Oleh karenanya, Kota Bandung tidak lepas dari permasalahn penyebaran penyakit infeksi menular seksual. Perkembangan penyakit infeksi menular seksual di Kota Bandung Tahun 2007 hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini. GRAFIK III.7 PERKEMBANGAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2011 Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011

Infeksi menular seksual di Kota Bandung pada Tahun 2011 terdapat 1.278 kasus dan semuanya telah ditangani. Meski demikian, bila dibandingkan dengan tahun lalu, terjadi peningkatan jumlah kasus dari 1.115 kasus. 6. Penyakit Diare Penyakit Diare dapat mengakibatkan tubuh kehilangan cairan tubuh (dehidrasi), dan apabila tidak ditangani dengan benar akan mengakibatkan kematian. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan sangat dipengaruhi oleh perilaku hidup dan lingkungan yang tak sehat terutama pada bayi dan balita. Perkembangan penyakit Diare pada Balita di Kota Bandung Tahun 2009 hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini. GRAFIK III.8 PERKEMBANGAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009 2011 Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Di Kota Bandung pada Tahun 2011 terlaporkan 77.829 kasus Diare. Kasus Diare, bila dilihat wilayahnya, terbanyak terdapat di Kecamatan Astanaanyar, Mandalajati, dan Regol. Akan tetapi, bila dilihat dari perkiraan kasus, yaitu persentase

dengan perbandingan terhadap penduduk dikalikan dengan angka kesakitan nasional Diare (43/1000 penduduk) didapat berturutturut wilayah Kecamatan Bandung Wetan (204%), Astanaanyar (197%), dan Mandalajati (177%). Sedangkan jumlah kasus Diare pada balita Tahun 2011 sebesar 39.295 kasus meningkat 5.868 kasus dari tahun sebelumnya sebesar 33.427 kasus. 7. Penyakit Kusta Kasus penyakit Kusta di Kota Bandung pada Tahun 2011, jenis MB atau Multi Basiler, berjumlah 4 kasus, yang terdiri dari 1 kasus penderita dibawah 14 tahun dan 3 kasus penderita penderita 15 tahun keatas. Bila dibandingkan dengan Tahun 2010, jumlah kasus baru Penyakit Kusta di Kota Bandung terjadi penurunan sebanyak 4 kasus. Pemerintah Kota Bandung terus memperhatikan adanya kasus pindahan Penderita Kusta yang sedang melanjutkan pengobatan dari kabupaten/kota sehingga tidak menularkan penyakitnya kepada masyarakat Kota Bandung. Penderita Kusta yang ada di Kota Bandung terdapat di Kecamatan Sukasari, Andir, Coblong, Arcamanik, Ujungberung, dan Cibeunying Kaler. Dari jumlah penderita kusta tersebut semuanya sedang dalam pengobatan, bahkan penderita kasus Kusta MB (Multi Basiler) di Tahun 2009 sebanyak 7 kasus di Kota Bandung telah sembuh (RFT MB) 100%. New Case Detection Rate Kusta atau kasus baru Kusta, bila dibandingkan dengan 100.000 penduduk didapat angka 0,17.

8. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah penyakit Diptheri, Pertusis, Tetanus,Tetanus Neonatorum, Campak, Polio, Hepatitis B. Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi yang muncul di Kota Bandung pada Tahun 2011 adalah penyakit Campak dengan 668 kasus dan 3 kasus Diptheri. Sedangkan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi lainnya tidak terjadi di Kota Bandung. Perkembangan penyakit Campak pada Balita di Kota Bandung Tahun 2008 hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini. GRAFIK III.9 PERKEMBANGAN PENYAKIT CAMPAK DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2011 Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Penyakit Campak meningkat cukup mencolok di kota Bandung dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Di Tahun 2010 terjadi 374 kasus Penyakit Campak, sedangkan di Tahun 2011 terjadi 668 kasus Campak (klinis). Kasus Penyakit

Campak (klinis) sepanjang Tahun 2011 hanya tidak ditemukan dua kecamatan di Kota Bandung, yaitu Kecamatan Buah Batu dan Bandung Wetan. 9. Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD) Cara penanggulangan penyakit Demam berdarah yang paling efektif sejak dulu adalah dengan memberantas sarang nyamuk (PSN) melalui 3M Plus (mengubur, menguras, menutup, dan mencegah gigitan nyamuk serta memelihara tanaman/ikan pemakan jentik). Hal ini agar selalu disosialisasikan dan digalakkan di tengahtengah masyarakat untuk menekan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue yang meningkat di Kota Bandung. Jumlah kasus DBD di Kota Bandung Tahun 2010 sebanyak 3.435 kasus, sedangkan di Tahun 2011 di temukan 3.901 kasus dengan jumlah penderita meninggal 11 orang. Perkembangan penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bandung Tahun 2007 hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini. GRAFIK III.10 PERKEMBANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011

Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue paling banyak terjadi di Kecamatan Buah Batu sebesar 396 kasus. Sedangkan untuk jumlah kasus paling sedikit berada di Kecamatan Gedebage sebesar 57 kasus. Dari sebanyak 3.901 kasus DBD selama Tahun 2011 di Kota Bandung semuanya telah ditangani sehingga angka pencapaian penderita ditanganinya mencapai 100 %. Ini berarti target pencapaian SPM Tahun 2011 untuk penderita DBD yang ditangani telah terpenuhi yaitu 100%. GAMBAR III.1 JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 JUMLAH PENDERITA DBD PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Sukasari Sukajadi Cidadap Coblong Cibeunying Kaler DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 27-100 101-200 201-300 301-400 Cicendo Bandung Wetan Andir Sumurbandung Bojongloa Kaler Bandung Kulon Astanaanyar Cibeunying Kidul Batununggal Kiaracondong Antapani Mandalajati Arcamanik Ujungberung Panyileukan Cinambo Cibiru N 1 0 1 2 Kilometer Lengkong Babakan Ciparay Regol Bojongloa Kidul Bandung Kidul Buahbatu Rancasari Gedebage PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINKES KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 10. Penyakit Malaria Penyakit Malaria di Kota Bandung pada Tahun 2011 ditemukan 15 kasus baru, meskipun demikian penderitia penyakit

Malaria tersebut dari luar wilyah Kota Bandung, karena di wilayah Kota Bandung tidak terdapat vektor penular penyakit Malaria. 11. Penyakit Filariasis Total kasus filariasis yang ada di Kota Bandung adalah 11 kasus, terdiri dari 8 kasus warga luar Kota Bandung, dan 3 kasus menimpa warga Kota Bandung. Kasus baru Filariasis pada tahun 2011 berjumlah 1 penderta. Sepuluh dari penderita Filariasis tersebut telah dilakukan survey darah jari dengan hasil negatif. D. STATUS GIZI Masalah gizi yang umum ditemui di Indonesia adalah Kekurangan Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Anaemi Gizi, dan kekurangan Vitamin A. Permasalahan Gizi banyak terjadi pada kelompok rawan, seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur (WUS) dan masyarakat dengan golongan ekonomi rendah. Kondisi status gizi di Kota Bandung dapat dilihat dari uraian berikut ini: 1. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) Semua ibu hamil mengharapkan bayi lahir sehat dengan berat badan normal, karena bila bayi lahir dengan berat badan rendah akan beresiko dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya. Perkembangan jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah di Kota Bandung Tahun 2008 hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini.

GRAFIK III.11 JUMLAH BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008-2011 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan dasar Dinkes Kota Bandung Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Bayi dengan berat badan lahir rendah di Kota Bandung pada Tahun 2011 mencapai 666 bayi. Di Tahun 2011 terdapat 43.366 kelahiran dengan bayi lahir ditimbang sebanyak 41.866 bayi. Bila dibandingkan dengan bayi lahir ditimbang, maka besar BBLR adalah 3,19%. Terdapat kenaikan yang cukup mencolok dibandingkan tahun lalu, yaitu sebesar 371 kasus bayi lahir rendah. Hal ini merupakan penurunan yang berarti karena dengan tingginya kasus BBLR menunjukkan rendahnya kualitas status kesehatan ibu hamil yang dapat disebabkan oleh antara lain jarak kelahiran yang terlalu rapat, asupan gizi yang tak cukup, hingga pelayanan kesehatan kehamilan yang kurang memadai. 2. Balita Gizi Kurang Kondisi status gizi kurang balita merupakan masalah gizi yang harus segera diatasi, karena apa bila tak tertangani lebih lama, maka akan jatuh pada kondisi rentan sakit dan penurunan status gizi menjadi gizi buruk yang penanggulangan dan recoverynya lebih sulit.

Berdasarkan hasil Laporan Kegiatan Bulan Penimbangan Balita di Tahun 2011, terdapat balita gizi kurang sebanyak 4.863 balita dari jumlah balita yang ditimbang sebanyak 131.337 balita atau sebesar 3,69%. Bila melihat data tahun lalu, persentase balita dengan status gizi kurang menurun 5,00 % dari 8,69 % pada tahun 2010. Perkembangan jumlah balita gizi kurang di Kota Bandung Tahun 2007 hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini. GRAFIK III.12 PERKEMBANGAN JUMLAH BALITA GIZI KURANG DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007-2011 Sumber : Seksi Pelayanan kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 3. Balita Gizi Buruk Masalah gizi buruk merupakan kelanjutan dari masalah gizi kurang yang tak terangani. Gizi buruk perlu mendapat perawatan yang sesuai dengan tatalaksana penanganan gizi buruk agar mendapatkan hasil yang optimal. Data status balita gizi buruk diperoleh dari hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) yang rutin dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu bulan Pebruari dan Agustus bersaman dengan Bulan Vitamin A.

Persentase gizi buruk di Kota Bandung pada Tahun 2011 meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yaitu 0,43 % pada menjadi 0,49 % pada Tahun 2011 dengan jumlah 650 balita. Jumlah balita gizi buruk terbanyak terdapat di Kecamatan Kiara Condong dengan 192 kasus balita gizi buruk. Dari sebanyak 650 kasus gizi buruk yang ada di Tahun 2011 di Kota Bandung semuanya telah mendapat perawatan, sehingga target SPM di Tahun 2011 mengenai Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan sebesar 100,00 % pada Tahun 2011 telah dapat dicapai. Perkembangan jumlah balita gizi buruk di Kota Bandung Tahun 2007 hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini. GRAFIK III.13 PERKEMBANGAN JUMLAH GIZI BURUK DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007-2011 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Peran orang tua sangat dominan dalam menghadapi permasalahan gizi buruk, terutama peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan dan tumbuh kembang balita. Selain itu para

kader, tokoh masyarakat, aparat pemerintah, dan petugas kesehatan juga merupakan pihak yang berperan dalam penanggulangan gizi buruk melalui penyuluhan kesehatan dan program pemberian makanan tambahan.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil a. Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil K1 Salah satu upaya untuk memperkecil resiko kematian ibu adalah dengan memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan. Jumlah Ibu hamil di Kota Bandung tahun 2011 adalah 50.651 orang dan 50.547 diantaranya (94,92%) telah melakukan pemeriksaan yang ke I kehamilannya dalam trimester pertama. Pencapaian ini bila di bandingkan dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 5,08 %. GRAFIK IV.1 PERKEMBANGAN CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 100 80 84,72 78,96 91,77 100,00 94,92 60 40 %K1 20 0 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011

b. Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil K4 Pemeriksaan minimal kehamilan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan seorang ibu hamil adalah 4 kali selama kehamilan. Dengan demikian diharapkan kesehatan ibu dan bayi yang ada di dalam kandungannya dapat terus terpantau. Pada Tahun 2011, ibu hamil yang mendapat pelayanan pemeriksaan kehamilan sesuai standar yang ke 4 kali (K4) sebanyak 53.138 orang atau 98,78%. GAMBAR IV.1 PETA CAKUPAN K4 DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 CAKUPAN K4 PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Sukasari Sukajadi Cidadap Coblong Cibeunying Kaler CAKUPAN K4 (%) 59.00-90.99 91.00-100.00 Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Mandalajati Ujungberung N Andir Sumurbandung Antapani 1 0 1 2 Kilometer Bojongloa Kaler Bandung Kulon Astanaanyar Batununggal Kiaracondong Arcamanik Panyileukan Cinambo Cibiru Lengkong Babakan Ciparay Regol Bojongloa Kidul Bandung Kidul Buahbatu Rancasari Gedebage PEME RINTAH KOTA BANDUNG DINKES KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 Bila dibandingkan dengan tahun lalu, maka pencapaian tersebut mengalami penurunan sebesar 0,88% meski demikian pencapaian ini telah melampaui dari target SPM bidang kesehatan Tahun 2011 sebesar 91,00%.

Berikut adalah grafik perkembangan cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Kota Bandung Tahun 2007 hingga Tahun 2011. GRAFIK IV.2 PERKEMBANGAN CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4 DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011 100 89,33 90,60 99,66 98,78 80 69,14 60 %K4 40 20 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 c. Imunisasi TT Ibu Hamil Unrtuk mendapat kekebalan yang sempurna atau kekebalan seumur hidup, Imunisasi Tetanus Toxoid dilaksanakan sebanyak lima dosis dengan interval tertentu yang dimulai saat atau sebelum kehamilan. Pada Tahun 2011 di Kota Bandung Ibu hamil yang mendapat imunisasi TT 1 sebanyak 86,65 % dan TT 2 sebanyak 84,62 %. Untuk pelayanan TT 3 telah diberikan pada 151 orang wanita, TT 4 sebanyak 125 orang wanita serta TT 5 sebanyak 501 orang wanita. Dengan demikian masyarakat /wanita di Kota Bandung saat ini yang mempunyai kekebalan dengan status TT2+ tentang tetanus toxoid seperti terlihat pada tabel berikut ini.

TABEL IV.1 JUMLAH WANITA USIA SUBUR/IBU HAMIL DENGAN STATUS IMUNISASI TT2+ DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 NO JENIS IMUNISASI TT JUMLAH 1. T T 2 42.862 2. T T 3 151 3. T T 4 125 4. T T 5 501 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Seksi Pencegahan dan Penenggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe Kasus anaemia pada ibu hamil sering terjadi, hal ini dapat ditanggulangi dengan pemberian tablet besi (Fe) dalam 3 trimester selama kehamilan (Fe1 s/d Fe3). Fe diberikan sebanyak 90 tablet selama satu periode kehamilan. Di Kota Bandung pada tahun 2011 terdapat ibu hamil dan dari jumlah tersebut telah diberikan tablet Fe 1 kepada 43.201 ibu hamil atau sebesar 85,29%-nya. Pemberian tablet Fe3 kepada ibu hamil tahun 2011 sejumlah 49.289 ibu hamil atau 97,31%-nya. Dari pengertiannya, Cakupan Ibu Hamil Mendapat Fe1 adalah cakupan ibu hamil yang mendapat 30 tablet Fe selama periode trimester pertama kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk pengetian Fe3 adalah cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe hingga periode trimester ke III di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Oleh karenanya, berdasarkan pengertian diatas maka cakupan Fe3 tidak dapat lebih besar dari cakupan Fe1. Pencatatan dan pelaporan di puskesmas baru sebatas catatan yang bersifat rekapitulasi belum bersifat pencatatan

Berdasarkan perjalanan individu/bumil. Selain itu juga kesamaan sumber pelaporan antara Petugas Gizi dan Bidan sebagai pemberi pelayanan KIA perlu terus dikordinasikan agar mendapatkan kualitas informasi yang baik. Petugas kesehatan di fasilitas kesehatan juga harus memahami definisi operasional variabel pelaporan sehingga berdampak pada keseragaman dan kualitas informasi yang baik. TABEL IV.2 PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT TABLET FE DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 No URAIAN JUMLAH % 1. Jml Ibu Hamil 50.651 2. Jml Ibu Hamil yg dapat Fe I 43.201 85,29 3. Jml Ibu hamil yg dapat Fe 3 49.289 97,31 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 e. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Yang dimaksud dengan komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam ibu dan / atau bayi. Penanganan komplikasi kebidanan di Kota Bandung pada Tahun 2011 sebanyak 10.060 dari 50.651 ibu hamil yang ada atau sebesar 19,86%. Jumlah sasaran ibu hamil dengan komplikasi di Tahun 2011 sebesar 10.130 ibu. Besaran cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan terhadap sasaran ibu hamil yang mengalami komplikasi tersebut sebesar 99,31%. Dengan demikian dari data tersebut masih terdapat ibu hamil dengan komplikasi yang belum tertangani di Kota Bandung. Meski demikian, Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan mengalami peningkatan dari tahun lalu yang berkisar hanya

41,91% dan juga telah memenuhi target SPM 2011 sebesar 74,00%. Berikut adalah grafik cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Kota Bandung Tahun 2011. GRAFIK IV.3 CAKUPAN KOMPLIKASI KEBIDANAN YANG DITANGANI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 9,43 Ditangani Belum tertangani 90,57 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 f. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi salah satu indikator yang erat kaitannya dengan indikator kematian ibu dan bayi, oleh karena itu semua ibu bersalin diharapkan mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan. Di Kota Bandung pada tahun 2011, dari sebanyak 48.348 ibu yang melahirkan, terdapat 45.771 ibu melahirkan (94,67%) yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Dengan demikain dari angka tersebut masih terdapat 2.577 ibu melahirkan (5,33%) yang mendapat pertolongan persalinan ke dukun beranak dan lain lain. Kondisi ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang ber ada di angka 95,58%. Meskipun demikian angka tersebut telah memenuhi amanah SPM di Tahun 2011 yaitu sebesar 87,00%.

GRAFIK IV.4 PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 5,33 94,67 nakes lain-lain Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 GAMBAR IV.2 PETA CAKUPAN LINAKES DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 CAKUPAN LINAKES PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Sukasari Sukajadi Cidadap Coblong Cibeunying Kaler Cakupan Linakes (%) 41.00-86.99 87.00-100.00 Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Mandalajati Ujungberung N Andir Sumurbandung Bojongloa Kaler Bandung Kulon Astanaanyar Batununggal Kiaracondong Antapani Arcamanik Panyileukan Cinambo Cibiru 1 0 1 2 Kilometer Lengkong Babakan Ciparay Regol Bojongloa Kidul Bandung Kidul Buahbatu Rancasari Gedebage PEME RINTAH KOTA BANDUNG DINKES KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung ahun 2011

g. Pelayanan Nifas Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari setelah melahirkan, dimana pada masa tersebut perlu minimal mendapat 3 kali pengawasan / pelayanan dari petugas kesehatan, yaitu pada 6 jam - 3 hari dan pada minggu ke-2 dan minggu ke-4. Cakupan pelayanan kesehatan pada ibu nifas di Tahun 2011 sebesaar 82,61%. Besaran tersebut ada di atas target SPM Tahun 2011 yaitu sebesar 70,00%. Pemberian Vitamin A merupakan salah satu pelayanan kesehatan pada ibu Nifas. Di Kota Bandung pada tahun 2011 kepada ibu nifas telah diberikan vitamin A sebanyak 48.348 orang atau 76,05 %. Pemberian Vitamin A kepada ibu nifas ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang mencapai angka 88,09%. 2. Pelayanan Keluarga Berencana a. Peserta Keluarga Berencana Baru Cakupan Peserta KB baru adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam program Keluarga Berencana. Peserta KB baru di Kota Bandung pada Tahun 2011 tercatat 54.369 orang atau 14,21%. Bila dibandingkan dengan tahun lalu terjadi penurunan dari 14,37 % pada Tahun 2010. Kecamatan Coblong merupakan kecamatan dengan cakupan peserta KB baru terkecil pada Tahun 2011, yaitu sebesar 4,12 % sedangkan Kecamatan Bandung Wetan merupakan kecamatan dengan capaian peserta KB baru terbesar. b. Peserta Keluarga Berencana Aktif Persentase Peserta KB Aktif merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat pemanfaatan alat kontrasepsi dari pasangan usia subur.

Jumlah pasangan usia subur yang ada di Kota Bandung pada tahun 2011 terdapat 382.627 pasangan dan yang aktif memakai KB dengan berbagai jenis kontrasepsi sebanyak 310.548 orang atau 81,16%. Data tersebut bila diandingkan dengan tahun lalu terdapat penurunan sebesar 2,63%. Angka ini juga belum mencapai target SPM yang ditetapkan sebesar 93,00%. Kecamatan dengan cakupan KB Aktif terkecil ada di Kecamatan Gedebage dengan capaian sebesar 66,03%. c. Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Minat peserta KB baru di Kota Bandung pada Tahun 2011 dalam memilih jenis kontrasepsi terbanyak pada jenis kontrasepsi suntik sebesar 57,92% dan terkecil pada jenis kontrasepsi MOW (metode operasi wanita) sebesar 0,03% dan MOP (metode operasi pria) 1,91%. Hal ini dapat dilihat bahwa keikutsertaan ber- KB mantap pada pria maupun wanita masih sangat kecil di Kota Bandung. GRAFIK IV.5 PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTASEPSI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 60 57,92 50 IUD 40 MOP 30 20 10 0 20,32 0,03 1,91 1,36 14,36 4,10 MOW IMPLAN Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP-KB) Kota Bandung Tahun 2011

d. Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Partisipasi masyarakat dalam keikutsertaan ber-kb di Kota Bandung pada Tahun 2011 banyak memakai jenis kontrasepsi hormonal yaitu suntik sebesar 45,80 % dan jenis kontrasepsi yang jarang dipakai, diluar MOP dan MOW adalah Implant sebesar 1,57%, kondom sebesar 1,09 % hal ini dapat dilihat bahwa keikutsertaan ber-kb pada pria masih sangat kecil di Kota Bandung. 3. Pelayanan Kesehatan Bayi a. Kunjungan Neonatus Neonatus merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Untuk itu, perlu perhatian khusus terutama dalam kesehatannya. Pelayanan kesehatan pada neonatal dasar meliputi ASI Ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat pemberian vitamin K, pemberian imunisasi hepatitis B1 dan manajemen terpadu pada bayi muda. Pelayanan ini diberikan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu pada umur 6-24 jam setelah lahir, pada 3 7 hari, dan pada <28 hari yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan. Kunjungan Neonatus pertama kali (KN1) yang ada di Kota Bandung pada Tahun 2011 sebesar 93,01%, sedangkan untuk Kunjungan Neonatus lengkap (ketiga kali / KN3) sebesar 92,71%. b. Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani Neonatus dengan komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Jumlah sasaran Neonatus yang berkomplikasi di Kota Bandung pada Tahun 2011 sebanyak 6.907 bayi dan 6.256 bayi (90,58%) diantaranya telah ditangani.