PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL DINAS KESEHATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012

AKI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

BAB II PERENCANAAN KINERJA

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 2

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN DESA KELURAHAN DESA+KEL.

PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH

dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

Juknis Operasional SPM

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

Transkripsi:

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika Penyajian BAB II GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Geografi B. Keadaan Penduduk. 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk. 2. Rasio Jenis Kelamin... 3. Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur C. Keadaan Ekonomi.. 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 2. Angka Beban Tanggungan. D. Keadaan Pendidikan.. i iii v x xiv xv 1 1 2 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Angka Kematian.. 1. Angka Kematian Bayi... 2. Angka Kematian Balita... 3. Angka Kematian Ibu 4. Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas B. Angka Kesakitan 1. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Acute Flaccid Paralysis (AFP)... 2. Prevalensi Tuberculosis... 3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA (+)... 4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)... 5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani. 6. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan kematian karena AIDS... 7. Jumlah Kasus Baru Infeksi Menular Seksual lainnya... 8. Donor Darah Diskrining terhadap HIV... 9. Kasus Diare Ditangani... 10. Prevalensi Kusta... 11. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat... 12. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue... 13. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue... 14. Angka Kesakitan Malaria... 15. Angka Kematian Malaria... 8 8 8 10 11 13 14 14 15 16 17 17 18 19 20 21 21 22 23 24 25 26 v

BAB IV 16. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani 17. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).. a. Difteri b. Pertusis... c. Tetanus (Non Neonatorum)... d. Tetanus Neonatorum.. e. Campak f. Hepatitis B... 18. Penyakit Tidak Menular a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah 1) Hipertensi 2) Stroke. 3) Dekompensasio Kordis... b. Diabetes Melitus... c. Neoplasma... d. Penyakit paru Obstruktif Kronis... e. Asma Bronkial... C. Status Gizi Masyarakat.. 1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah... 2. Persentase Balita Dengan Gizi Kurang... 3. Persentase Balita Dengan Gizi Buruk... SITUASI UPAYA KESEHATAN. A. Pelayanan Kesehatan... 1. Pelayanan Kesehatan Ibu... a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1... b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4... c. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan. d. Cakupan Pelayanan Nifas... e. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani... 2. Pelayanan Kesehatan Anak... a. Cakupan Kunjungan Neonatus... b. Cakupan Kunjungan Bayi... c. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani... d. Cakupan Pelayanan Anak Balita... e. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 3. Pelayanan Gizi... a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi... b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita... c. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas... d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe... e. Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif... f. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan Keluarga Miskin... g. Jumlah Balita Ditimbang... h. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan... i. Desa dengan Garam Beryodium yang Baik... 26 26 27 27 28 28 28 29 29 31 31 32 32 33 35 35 36 37 37 38 38 40 40 40 40 40 41 42 42 43 43 44 45 46 47 48 48 49 50 51 52 54 55 56 57 vi

4. Pelayanan Keluarga Berencana a. Peserta KB Baru... b. Peserta KB Aktif... 5. Pelayanan Imunisasi. a. Persentase Desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI)..... b. Cakupan Imunisasi Bayi c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak.. d. WUS mendapat Imunisasi TT... 6. Pelayanan Kesehatan Gigi.. a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap.. b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut... c. Murid SD/MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut.. 7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 8. Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa.. a. Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota... b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang Ditangani <24 Jam... c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa 9. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan.. 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar... 2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin... 3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin 4. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan.. 5. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan... 6. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit.. a. Angka Kematian Umum Penderita yang dirawat di RS (GDR)... b. Angka Kematian Penderita yang dirawat <48 jam (NDR).. 7. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit... c. Pemakaian Tempat Tidur (BOR)... d. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien (ALOS)... e. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati (TOI)... C. Perilaku Hidup Masyarakat... 1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat... D. Keadaan Lingkungan... 1. Persentase Rumah Sehat... 2. Persentase Rumah/Bangunan yg Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes... 3. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan 57 57 58 58 58 60 61 62 62 62 63 64 65 66 67 67 70 70 72 72 73 74 74 74 75 75 76 77 77 78 78 79 79 80 81 81 82 vii

BAB V 4. Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan.. 5. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar. 6. Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat.. 7. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. A. Sarana Kesehatan 1. Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat 2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola. 3. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar.. 4. Posyandu menurut Strata. a. Posyandu Purnama... b. Posyandu Mandiri... 5. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)... 6. Data Dasar Puskesmas.. B. Tenaga Kesehatan 1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan. a. Dokter Spesialis... b. Dokter Umum... c. Dokter Gigi... d. Dokter Spesialis Gigi 2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan a. Bidan... b. Perawat... c. Perawat Gigi.. 3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan 4. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan.. a. Kesehatan Masyarakat... b. Tenaga Lingkungan... 5. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan 6. Jumlah dan Rasio Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan. 7. Jumlah dan Rasio Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan.... 8. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Lainnya di Fasilitas Kesehatan.... 9. Jumlah dan Rasio Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan.... C. Pembiayaan Kesehatan. 1. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten/Kota 83 84 85 86 87 87 87 88 89 90 91 92 93 94 95 95 95 96 96 97 97 97 98 98 98 99 99 99 100 100 101 101 102 102 102 viii

BAB VI KESIMPULAN.. A. Derajat Kesehatan.. 1. Mortalitas / Angka Kematian. 2. Morbiditas / Angka Kesakitan. 3. Status Gizi B. Upaya Kesehatan. 1. Pelayanan Kesehatan.. 2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan. 3. Perilaku Hidup Masyarakat 4. Keadaan Lingkungan. C. Sumber Daya Kesehatan.. 1. Sarana Kesehatan. 2. Tenaga Kesehatan. 3. Tenaga Non Kesehatan 4. Pembiayaan Kesehatan. 104 104 104 104 106 107 107 109 110 110 111 111 112 113 114 LAMPIRAN ix

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 3.16 Gambar 3.17 Gambar 3.18 Gambar 3.19 Gambar 3.20 Gambar 3.21 Gambar 3.22 Gambar 3.23 Gambar 3.24 Gambar 3.25 Gambar 3.26 Gambar 3.27 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Angka Kematian Bayi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Angka Kematian Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Angka Kematian Balita di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Angka Kematian Ibu di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Penyebab Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah... Penemuan Kasus AFP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Angka Penemuan TB Paru di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Angka Kesembuhan TB Paru di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2012... Persentase Penanganan Kasus Pneumonia Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Kasus HIV/AIDS dan Kematian karena AIDS di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Persentase Kasus Baru AIDS menurut Jenis Kelamin Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Grafik Cakupan Penemuan Penderita Diare Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Persentase Penderita Kusta selesai diobati Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Angka Kesakitan DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Angka Kematian DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Angka Kesakitan Malaria di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013.. Penemuan Kasus Difteri Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Penemuan Kasus Pertusis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Penemuan Kasus Tetanus Non Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Penemuan Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Kasus Campak yang Dilaporkan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Kasus Hepatitis B Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Persentase Kasus Penyakit Tidak Menular Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Tren Peningkatan Kasus Hipertensi Essensial Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Prevalensi Penyakit Stroke Hemoragik & Non Hemoragik Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... 9 9 10 11 12 12 13 15 16 17 18 19 19 21 22 24 24 25 25 26 27 27 28 28 29 30 31 x

Gambar 3.28 Gambar 3.29 Gambar 3.30 Gambar 3.31 Gambar 3.32 Gambar 3.33 Gambar 3.34 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21 Gambar 4.22 Prevalensi Dekompensasio Kordis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Prevalensi Penyakit Diabetes Mellitus di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Prevalensi Penyakit Kanker Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Prevalensi PPOK Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Prevalensi Asma Bronkial Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Persentase Bayi dengan Berat Lahir Rendah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Peta Kasus Balita dengan Gizi Buruk (BB/TB) Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Cakupan Pelayanan Antenatal Provinsi Jawa Tengah Th. 2009-2013 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Cakupan Kunjungan Neonatus Provinsi Jawa Tengah Th. 2009-2013 Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013.. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD/MI Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Cakupan Suplementasi Kapsul Vit.A pada Bayi Tahun 2009-2013... Cakupan Suplementasi Kapsul Vit.A pada Balita Tahun 2009-2013... Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul Vit. A Tahun 2009-2013... Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu hamil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Tahun 2009-2013... Cakupan Balita yang Ditimbang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Jumlah Balita dengan Gizi Buruk Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik Tahun 2009-2013... Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid SD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Cakupan Perawatan Gigi Murid SD di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Pelayanan Kesehatan Usia lanjut di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat yang dapat Diakses Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... 32 33 34 35 36 36 38 40 40 43 44 47 48 49 50 51 52 54 55 56 57 58 59 60 62 63 63 64 66 xi

Gambar 4.23 Gambar 4.24 Gambar 4.25 Gambar 4.26 Gambar 4.27 Gambar 4.28 Gambar 4.29 Gambar 4.30 Gambar 4.31 Gambar 4.32 Gambar 4.33 Gambar 4.34 Gambar 4.35 Gambar 4.36 Gambar 4.37 Gambar 4.38 Gambar 4.39 Gambar 4.40 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7 Gambar 5.8 Gambar 5.9 Gambar 5.10 Gambar 5.11 Gambar 5.12 Distribusi Frekuensi KLB menurut Jumlah Desa yang Terserang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Grafik Distribusi Frekuensi Desa/Kelurahan Terkena KLB yang ditangani kurang dari 24 jam Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013 Kejadian KLB menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Jenis KLB menurut Desa/Kelurahan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Distribusi Frekuensi Penyuluhan Kelompok yang Dilakukan, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Distribusi Frekuensi Penyuluhan Massa yang Dilakukan, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Cakupan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Non Maskin Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Cakupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Kunjungan Gangguan Jiwa di Puskesmas dan Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013.. Angka Rata-rata Gross Death Rate di Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013.. Angka Rata-rata Net Death Rate di Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013.. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Cakupan Rumah Sehat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Cakupan Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk dii Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Akses Air Bersih di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Akses Sumber Air Minum di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Cakupan Sanitasi Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Cakupan Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Sepuluh Besar Prosentase Ketersediaan Obat/Vaksin di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Jumlah Sarana Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013.. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013... Persentase Posyandu Berdasarkan Strata, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Jumlah Posyandu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Cakupan Posyandu Purnama Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013 Cakupan Posyandu Mandiri Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Rasio Dokter Spesialis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Rasio Dokter Umum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Rasio Dokter Gigi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Rasio Tenaga Bidan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... 67 67 68 68 70 70 71 72 74 75 75 79 80 81 82 83 83 85 86 87 88 90 90 91 92 94 95 95 96 96 xii

Gambar 5.13 Gambar 5.14 Gambar 5.15 Gambar 5.16 Gambar 5.17 Gambar 5.18 Gambar 5.19 Rasio Tenaga Perawat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Rasio Tenaga Kefarmasian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Rasio Tenaga Kesehatan Lingkungan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Rasio Tenaga Gizi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... Rasio Tenaga Keteknisian Medis di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013... 97 98 98 99 99 100 xiii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah Tahun 2009-2013... PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun 2009-2012... Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2012... Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013... Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013.. 4 6 7 20 77 xiv

DAFTAR LAMPIRAN PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TABEL 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 TABEL 6 RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun keatas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 7 Jumlah Kematian Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 TABEL 11 TABEL 12 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus AFP (Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) Menurut Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 14 TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18 TABEL 19 TABEL 20 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, Dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV-AIDS Menurut Jenis Kelamin Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota xv

TABEL 21 TABEL 22 TABEL 23 TABEL 24 TABEL 25 TABEL 26 TABEL 27 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota - Lanjutan Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota. TABEL 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota TABEL 30 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kabupaten/Kota TABEL 31 TABEL 32 TABEL 33 TABEL 34 TABEL 35 TABEL 36 TABEL 37 TABEL 38 TABEL 39 TABEL 40 TABEL 41 TABEL 42 TABEL 43 TABEL 44 TABEL 45 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil Dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita, Dan Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Cakupan Imunisasi DPT, HB, Dan Campak Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Imunisasi BCG Dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak Usia 6-23 Bulan Dari Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota xvi

TABEL 46 TABEL 47 TABEL 48 TABEL 49 TABEL 50 TABEL 51 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level 1 Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani <24 jam Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis KLB TABEL 52 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 53 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota (Lanjutan) TABEL 54 TABEL 55 TABEL 56 TABEL 57 TABEL 58 TABEL 59 TABEL 60 TABEL 61 TABEL 62 TABEL 63 TABEL 64 TABEL 65 TABEL 66 TABEL 67 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Angka Kematian di Rumah Sakit Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Menurut Kabupaten/Kota Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kabupaten/Kota Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih Yang Digunakan, Kabupaten/Kota Persentase Keluaga Menurut Sarana Air Minum Yang Digunakan, Kabupaten/Kota Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/Kota TABEL 68 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kabupaten/Kota xvii

TABEL 69 TABEL 70 Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan TABEL 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar TABEL 72 TABEL 73 TABEL 74 TABEL 75 TABEL 76 TABEL 77 TABEL 78 TABEL 79 TABEL 80 TABEL 81 TABEL 82 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kabupaten/Kota Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan TABEL 83 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota TABEL 84 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang Baik TABEL 85 Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular Menurut Kabupaten/Kota TABEL 86 Jumlah Kasus Kecelakaan Lalu Lintas xviii

DAFTAR LAMPIRAN PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TABEL 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 TABEL 6 RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun keatas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 7 Jumlah Kematian Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 TABEL 11 TABEL 12 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus AFP (Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) Menurut Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 14 TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18 TABEL 19 TABEL 20 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, Dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV-AIDS Menurut Jenis Kelamin Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota xiii

TABEL 21 TABEL 22 TABEL 23 TABEL 24 TABEL 25 TABEL 26 TABEL 27 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota - Lanjutan Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota. TABEL 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota TABEL 30 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kabupaten/Kota TABEL 31 TABEL 32 TABEL 33 TABEL 34 TABEL 35 TABEL 36 TABEL 37 TABEL 38 TABEL 39 TABEL 40 TABEL 41 TABEL 42 TABEL 43 TABEL 44 TABEL 45 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil Dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita, Dan Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Cakupan Imunisasi DPT, HB, Dan Campak Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Imunisasi BCG Dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak Usia 6-23 Bulan Dari Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota xiv

TABEL 46 TABEL 47 TABEL 48 TABEL 49 TABEL 50 TABEL 51 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level 1 Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani <24 jam Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis KLB TABEL 52 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 53 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota (Lanjutan) TABEL 54 TABEL 55 TABEL 56 TABEL 57 TABEL 58 TABEL 59 TABEL 60 TABEL 61 TABEL 62 TABEL 63 TABEL 64 TABEL 65 TABEL 66 TABEL 67 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Angka Kematian di Rumah Sakit Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Menurut Kabupaten/Kota Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kabupaten/Kota Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih Yang Digunakan, Kabupaten/Kota Persentase Keluaga Menurut Sarana Air Minum Yang Digunakan, Kabupaten/Kota Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/Kota TABEL 68 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kabupaten/Kota xv

TABEL 69 TABEL 70 Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan TABEL 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar TABEL 72 TABEL 73 TABEL 74 TABEL 75 TABEL 76 TABEL 77 TABEL 78 TABEL 79 TABEL 80 TABEL 81 TABEL 82 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kabupaten/Kota Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan TABEL 83 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota TABEL 84 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang Baik TABEL 85 Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular Menurut Kabupaten/Kota xvi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan Jawa Tengah Sehat 2015 sesuai Rencana Strategis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018, maka pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan cara: 1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeadilan, 2) Mewujudkan sumber daya manusia yang berdaya saing, 3) Mewujudkan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan, 4) Melaksanakan pelayanan administrasi internal dan pelayanan publik yang bermutu. Pelaksanaan pelayanan publik yang bermutu diantaranya adalah pelayanan informasi yang meliputi pelayanan kehumasan dan informasi publik. Dalam rangka meningkatkan pelayanan informasi publik di bidang kesehatan, dibutuhkan adanya manajemen dan pengelolaan data dan informasi yang baik, akurat, lengkap, dan tepat waktu. Peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka. Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu sendiri. Untuk itu pengelola program harus bisa menyediakan dan memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan dikemas secara baik, sederhana, informatif, dan tepat waktu. Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif, untuk dipakai sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah adalah gambaran situasi kesehatan yang memuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun yang memuat data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator hasil pembangunan kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 1

B. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisi penjelasan tentang maksud, tujuan dan sistematika penyajiannya. BAB II : GAMBARAN UMUM Menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Jawa Tengah meliputi letak geografis, kependudukan, ekonomi dan pendidikan yang erat kaitannya dengan kesehatan. BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN Menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota. BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. BAB VI : KESIMPULAN Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan porgram/kegiatan berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan keputusan di Provinsi Jawa Tengah. LAMPIRAN Berisi resume atau angka pencapaian kabupaten/kota dan 82 tabel data yang sebagian diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 2

BAB II GAMBARAN UMUM A. KEADAAN GEOGRAFI Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak cukup strategis karena berada diantara dua provinsi besar, yaitu bagian barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur. Sedangkan bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa dan bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya antara 5 40 ' - 8 30 ' lintang selatan dan antara 108 30 ' - 111 30 ' bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar 32.544,12 km², secara administratif terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota, yang tersebar menjadi 573 kecamatan dan 8.576 desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Cilacap dengan luas 2.138,51 km², atau sekitar 6,57% dari luas total Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kota Magelang merupakan wilayah yang luasnya paling kecil yaitu seluas 18,12 km². Secara topografi, wilayah Provinsi Jawa Tengah terdiri dari wilayah daratan yang dibagi menjadi 4 (empat) kriteria : a. Ketinggian antara 0 100 m dari permukaan air laut, seluas 53,3%, yang daerahnya berada di sepanjang pantai utara dan pantai selatan. b. Ketinggian antara 100 500 m dari permukaan air laut seluas 27,4%. c. Ketinggian antara 500 1.000 m dari permukaan air laut seluas 14,7%. d. Ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan air laut seluas 4,6%. B. KEADAAN PENDUDUK 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 (angka proyeksi) sebesar 33.264.339 jiwa, dengan luas wilayah sebesar 32.544,12 kilometer persegi (km²), rata-rata kepadatan penduduk sebesar 1.022 jiwa untuk setiap km². Wilayah terpadat adalah Kota Surakarta, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 11.534 jiwa per km². Wilayah terlapang adalah Kabupaten Blora, dengan tingkat Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 3

kepadatan penduduk sekitar 471 jiwa per km², dengan demikian persebaran penduduk di Jawa Tengah belum merata. Jumlah rumah tangga sebanyak 8.704.482, maka rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 3,82 jiwa untuk setiap rumah tangga. Penduduk terbanyak di Kabupaten Brebes 1.764.648 jiwa (5,30%) dan paling sedikit di Kota Magelang 119.935 jiwa (0,36%). Data mengenai kependudukan dapat dilihat pada lampiran Tabel 1. 2. Rasio Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan penghitungan angka proyeksi penduduk tahun 2013 berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, didapatkan angka proyeksi jumlah penduduk laki-laki di Jawa Tengah 16.499.377 jiwa (49,60%) dan jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah 16.764.962 jiwa (50,40%). Sehingga didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 98,42 per 100 penduduk perempuan, berarti setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 98 penduduk laki-laki. Data mengenai rasio jenis kelamin (sex ratio) dapat dilihat pada lampiran Tabel 2. 3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur 15 64 tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 3. Perbandingan komposisi proporsi penduduk menurut usia produktif dari tahun 2009 sampai tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah tahun 2009 2013 Kelompok Usia (Tahun) TAHUN 2009 2010 2011 2012*) 2013 0-14 25,03 % 26,32 % 26,30 % 25,37 % 25,30 15 64 67,87 % 66,53 % 66,53 % 67,24 % 67,23 65 + 7,11 % 7,05 % 7,18 % 7,40 % 7,47 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 4

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi penduduk tahun 2013 bila dibandingkan dengan tahun 2012, kelompok usia produktif (15-64 tahun) mengalami penurunan 0,07%, sedangkan kelompok usia belum produktif (0-14 tahun) mengalami sedikit peningkatan. Hal ini berarti bahwa angka beban tanggungan relatif sama dengan tahun 2012. C. KEADAAN EKONOMI 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Kondisi perekonomian nasional pada tahun 2012 menunjukkan arah pertumbuhan yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,23%, lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2011 (6,49%). Dengan rendahnya peningkatan permintaan eksport dan masih tingginya harga minyak dunia menjadi penyebab lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dibanding tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2012 meningkat sebesar 6,34%, lebih tinggi dibanding tahun 2011 sebesar 6,03%. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2012 secara agregat cukup dinamis yaitu mencapai 6,34%. Produk Domestik Regional Bruto per kapita di Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku sebesar 556,48 triliun rupiah dan atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar 210,85 triliun rupiah. PDRB Jawa Tengah tahun 2012 atas dasar harga berlaku meningkat menjadi 4,85 kali dan PDRB atas dasar harga konstan menjadi 1,84 kali. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 5

Tabel 2.2 PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun 2009 2012 (Rupiah) Tahun PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku PDRB per Kapita atas dasar harga konstan 2009 12.322.889 5.471.490 2010 13.732.413 5.774.556 2011 15.376.171 6.112.861 2012 17.140.206 6.494.368 Sumber : PDRB Jawa Tengah Tahun 2012 2. Angka Beban Tanggungan Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 48,74. Angka tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2012 (48,73), berarti pada tahun 2013 setiap 100 penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) harus menanggung beban hidup sekitar 49 penduduk usia belum produktif (0 14 tahun) dan usia tidak produktif (65 tahun ke atas). D. KEADAAN PENDIDIKAN Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. Dibandingkan dengan tahun 2011, pada tahun 2012 secara umum telah terjadi peningkatan di bidang pendidikan. Peningkatan terjadi pada tingkat pendidikan SD dan SMP. Hal ini wajar terjadi mengingat semakin digalakkannya program sekolah gratis bagi jenjang SD dan SMP dan program-program pendidikan lainnya. Berikut ini disajikan tabel persentase jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 6

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2012 Tahun Blm/Tdk Pernah Sekolah Tdk punya Ijazah SD/MI SD/MI SMP SMU/SMK DIPL/AK/ PT Total 2008 9,33 23,03 32,01 16,58 14,64 4,41 100,00 2009 8,42 22,16 32,50 17,22 15,21 4,48 100,00 2010 8,13 18,91 34,55 18,11 10,48 4,93 100,00 2011 6,95 20,68 32,59 18,92 16,00 4,85 100,00 2012 6,32 25,16 33,95 19,71 11,19 3,67 100,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 Peningkatan tersebut berimbas pada kemampuan baca tulis penduduk yang tercermin dari angka melek huruf. Persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya pada tahun 2012 sebesar 91,22%, sedangkan yang buta huruf sebesar 8,78%. Bila dilihat dari jenis kelaminnya, maka penduduk laki-laki lebih banyak yang melek huruf dibandingkan dengan penduduk perempuan, angka melek penduduk laki-laki sebesar 94,94% dan perempuan sebesar 87,61%. Data mengenai angka melek huruf dapat dilihat pada lampiran Tabel 5. Demikian gambaran umum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 secara ringkas dengan penyajian tentang kependudukan, perekonomian dan pendidikan. Faktor perekonomian dan pendidikan secara bersama-sama dengan kesehatan digunakan untuk menentukan Indeks Pembangunan Manusia. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 7

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. A. ANGKA KEMATIAN Angka kematian dari waktu ke waktu menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI dan Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas. 1. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah. AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 10,41/1.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 10,75/1.000 kelahiran hidup maka terjadi penurunan angka tetapi ini berarti ada peningkatan kinerja dalam upaya penurunan AKB. Dibandingkan dengan target Millenium Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 8

Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Dibawah ini grafik AKB di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009-2013. 10.8 10.7 10.6 10.5 10.4 10.3 10.2 10.1 10 9.9 2009 2010 2011 2012 2013 AKB 10.25 10.62 10.34 10.75 10.41 Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Angka kematian bayi terendah adalah Kota Surakarta sebesar 3,22/1.000 kelahiran hidup dan tertinggi adalah Kabupaten Rembang sebesar 17,12/1.000 kelahiran hidup. Kt Surakarta Demak Kudus Magelang Boyolali Wonogiri Klaten Sragen Pemalang Tegal Jepara Kt Semarang Kendal Kebumen Karanganyar Pekalongan Brebes Sukoharjo Pati Cilacap Purbalingga Purworejo Semarang Kt Tegal Banyumas Wonosobo Blora Grobogan Kt Pekalongan Batang Kt Magelang Temanggung Kt Salatigan Banjarnegara Rembang 3.22 5.78 7.12 7.27 7.54 7.71 8.46 8.73 8.92 8.94 9.13 9.27 9.38 9.77 9.89 9.92 10.58 10.8 10.94 10.96 11.31 11.54 11.95 12.39 12.54 13.17 13.78 14.14 14.19 14.91 15.02 15.44 15.96 16.61 17.12 0 5 10 15 20 Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 9

2. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita 0 5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan. AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 11,80/1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 11,85/1.000 kelahiran hidup, ini berarti ada peningkatan kinerja dalam upaya penurunan AKB di Provinsi Jawa Tengah. Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup, AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sudah melampaui target. Dibawah ini grafik AKB di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009-2013. 12.1 12 11.9 11.8 11.7 11.6 11.5 11.4 11.3 11.2 2009 2010 2011 2012 2013 AKABA 11.6 12.02 11.5 11.85 11.8 Gambar 3.3 Angka Kematian Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 AKABA tertinggi di Kabupaten Rembang sebesar 19,91/1.000 kelahiran hidup, sedangkan terendah di Kota Surakarta sebesar 4,63/1.000 kelahiran hidup. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 10

Kt Surakarta Demak Magelang Boyolali Kudus Wonogiri Klaten Tegal Pemalang Jepara Sragen Kendal Kt Semarang Kebumen Karanganyar Pekalongan Cilacap Pati Sukoharjo Purbalingga Brebes Semarang Banyumas Purworejo Wonosobo Grobogan Kt Tegal Blora Temanggung Kt Salatiga Kt Pekalongan Kt Magelang Batang Banjarnegara Rembang 4. 6 3 6. 8 9 8. 11 8. 15 8. 3 9 8. 8 4 9. 3 6 9. 5 7 9. 6 2 9. 7 1 9. 9 8 10. 6 7 11. 0 5 11. 3 4 11. 4 7 11. 8 8 12. 14 12. 3 5 12. 4 7 12. 5 12. 7 3 13. 4 4 13. 5 5 13. 7 3 14. 0 9 15. 7 2 16. 3 7 16. 5 1 16. 7 8 17. 15 17. 3 2 17. 8 18. 19 18. 3 3 19. 9 1 0 5 10 15 20 25 Gambar 3.4 Angka Kematian Balita di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 3. Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisii ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 terlalu, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 11

laporan dari kabupaten/kota sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2012 sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, hal ini berarti terjadi peningkatan permasalahan kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah. Gambar 3.5 di bawah ini tren AKI di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. 120 115 110 105 100 95 2009 2010 2011 2012 2013 AKI 117,02 104,97 116,01 116,34 118,62 Gambar 3.5 Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Jumlah kasus kematian maternal terbanyak adalah di Kabupaten Brebes sebanyak 61 kasus kematian. Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah kasus kematian maternal paling sedikit adalah Kota Magelang dengan 1 kematian. Kt magelang Kt Surakarta Kt Pekalongan Kt Salatiga Temanggung Purworejo Kt Tegal Karanganyar Magelang Wonosobo Wonogiri Sukoharjo batang Blora Boyolali Kebumen Sragen Semarang Rembang Banjarnegara Kendal Kudus Grobogan Klaten Demak Jepara Purbalingga Pemalang Kt Semarang Pekalongan pati Cilacap Banyumas Tegal Brebes 1 3 6 7 7 7 8 9 11 11 13 13 14 14 14 15 16 17 17 19 21 21 22 22 24 26 26 27 29 29 29 34 35 0 10 20 30 40 50 60 70 42 61 Gambar 3.6 Jumlah Kasus Kematian Ibu di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 12

Sebesar 57,61% kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 24,33% dan pada waktu persalinan sebesar 18,06%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 68,81%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 25,52% dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 5,37%. Sedangkan untuk penyebab kematian dapat dilihat di gambar berikut ini. Proses Audit 0.30% Perdarahan 17.22% Lain-lain 54.49% Infeksi 4.04% Hipertensi 23.95% Gambar 3.7 Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 4. Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas Angka Kematian kecelakaan lalu lintas adalah jumlah kematian sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk dalam kurun waktu satu tahun. Kabupaten/kota yang melaporkan kejadian kecelakaan lalulintas pada tahun 2013 sebanyak 13 kabupaten/kota menurun dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 14 kabupaten/kota. Angka kecelakaan lalulintas per 100.000 penduduk di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 47,36 per 100.000 penduduk sedangkan tahun 2012 sebesar 26,28 per 100.000 penduduk sementara Angka kematian kecelakaan lalu lintas tahun 2013 adalah sebesar 0,95 per 100.000 penduduk di Provinsi Jawa Tengah. Dari 13 kabupaten/kota yang melaporkan, angka kematian kecelakaan lalu lintas tertinggi terjadi di Kota Pekalongan yaitu sebesar 13,06/100.000 penduduk. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 13

B. ANGKA KESAKITAN 1. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Acute Flaccid Paralysis (AFP) Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit Polio, pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans AFP. Surveilans AFP merupakan pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut : a. Melakukan pelacakan terhadap anak usia <15 tahun yang mengalami kelumpuhan mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal. b. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II >24 jam. c. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan khusus (untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung) d. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologi adanya virus polio liar didalamnya. e. Diagnosis akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak. Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti penegakan diagnosis kasus AFP termasuk kasus polio atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara 100.000 anak usia <15 tahun. Target minimal penemuan penderita AFP tahun 2013 sebanyak 196 penderita. Jumlah penderita tahun 2013 sebesar 232 orang, lebih banyak dibanding tahun 2012 (172 orang). Menurut hasil pemeriksaan laboratorium, dari 232 kasus yang diperiksa semua menunjukan negatif polio (berarti tidak ditemukan virus polio liar). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 14

250 200 150 100 50 2009 2010 2011 2012 2013 Kasus AFP 193 178 215 196 232 Gambar 3.8 Penemuan Kasus AFP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 2. Prevalensi Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OATyang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 60,68 lebih rendah dibanding tahun 2012 (106,42). Prevalensi tuberkulosis tertinggi adalah di Kota Magelang (265,14 per 100.000 penduduk) dan terendah di Kabupaten Boyolali (22,38 per 100.000 penduduk). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 15

3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA(+) Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA(+) yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA(+) yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Pencapaian CDR di Jawa Tengah tahun 2009 s/d 2013 masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 100%. Meskipun masih dibawah target yang ditentukan, capaian CDR tahun 2013 sebesar 58,86% lebih tinggi dibanding tahun 2012 (58,45%). CDR tertinggi di Kota Magelang sebesar 244,44% dan yang terendah di Kabupaten Boyolali sebesar 19,66%. Terdapat enam kabupaten/kota yang sudah melampaui target 100% yaitu kota Magelang (244,44), Kota Surakarta (127,05%), Kota Salatiga (161,20), Kota Tegal (198,84%) Kota Pekalongan (139,07%) dan Kab. Pekalongan (107,36%). 80 60 40 20 0 2009 2010 2011 2012 2013 CDR TB 48.15 55.38 59.52 58.45 58.86 Gambar 3.9. Angka Penemuan TB Paru (CDR) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Untuk meningkatkan cakupan CDR dan angka kesembuhan, pada tahun 2013 telah dilakukan berbagai upaya seperti peningkatan SDM, baik tenaga medis, paramedis dan laboratorium, pertemuan jejaring antar unit pelayanan kesehatan dan asistensi ke rumah sakit. Kegiatan-kegiatan tersebut perlu dievaluasi untuk menilai apakah hasil kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan sekaligus mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan untuk selanjutnya disusun rencana tindak lanjut perbaikan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 16

4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA(+) Evaluasi pengobatan pada penderita TB paru BTA(+) dilakukan melalui pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan dengan hasil pemeriksaan negatif. Dinyatakan sembuh bila hasil pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya negatif. Bila pemeriksaan follow up tidak dilakukan, namun pasien telah menyelesaikan pengobatan, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Evaluasi jumlah pasien dinyatakan sembuh dan pasien pengobatan lengkap dibandingkan jumlah pasien BTA(+) yang diobati disebut keberhasilan pengobatan (Succes Rate). Angka kesembuhan (Cure Rate) TB paru Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 81,39 lebih rendah dibanding 2011 sebesar 82,90% dan belum melebihi target nasional (>85%) Angka kesembuhan tertinggi di Kabupaten Karanganyar sebesar 98,40%, sedangkan terendah di Kota Semarang sebesar 54,55%. 86 85,5 85 84,5 84 83,5 83 82,5 82 81,5 81 80,5 80 2008 2009 2010 2011 2012 CR TB 83,9 85,01 85,15 82,9 81,39 Gambar 3.10 Angka Kesembuhan TB Paru (CR) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2012 5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 17

tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2013 sebesar 73.165 kasus (25,85%) meningkat dibanding tahun 2012 (24,74%). Angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 (100%). Berikut ini ditampilkan persentase penemuan pneumonia balita Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2013. 45 40 35 30 25 20 2009 2010 2011 2012 2013 Pneumonia Balita 25.96 40.63 25.5 24.74 25.85 Gambar 3.11 Persentase Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia pada Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Pada tingkat kabupaten/kota, ada satu kota yang mempunyai persentase cakupan tertinggi yaitu Kabupaten kebumen (86,42%), sementara kabupaten dengan persentase cakupan terendah adalah Kabupaten Sragen (1,49%). 6. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan Kematian karena AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling, and Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan perilaku (STBP). Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tahun 2013 sebanyak 1.219 lebih banyak dibanding tahun 2012 (607 kasus), sebagian besar didapat dari hasil VCT di rumah sakit. Kasus Aquiared Immuno Devisiency Syndrome (AIDS) sebanyak 1.063 kasus, lebih banyak dibanding tahun 2012 (797 kasus) dimana kasus tersebut didapatkan dari laporan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 18

VCT rumah sakit, laporan rutin AIDS kab/kota serta Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM). Peningkatan kasus AIDS ini dikarenakan upaya penemuan atau pencarian kasus yang semakin intensif melalui VCT di rumah sakit dan upaya penjangkauan oleh LSM peduli AIDS di kelompok risiko tinggi. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, artinya kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil yang ada di masyarakat. Jumlah kematian karena AIDS di Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 182 kasus, lebih banyak dibanding tahun 2012 (149 kasus). 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 1219 1063 755 797 607 501 521 430 373 143 160 104 149 182 89 2009 2010 2011 2012 2013 HIV AIDS Meninggal Gambar 3.12 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan kematian karena AIDS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Gambar 3.11 menunjukan bahwa kecenderungan (trend) kasus HIV maupun AIDS selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Jumlah kasus baru HIV/AIDS tertinggi adalah di Kota Semarang (119/86 kasus), jumlah kematian karena AIDS terbanyak di Kabupaten Jepara sebanyak 24 kasus. Perempuan 38% Laki-laki 62% Gambar 3.13 Persentase Kasus Baru AIDS menurut Jenis Kelamin Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 7. Jumlah Kasus Baru Infeksi Menular Seksual lainnya Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS meliputi Syphilis, Gonorhoe, Bubo, Jengger ayam, Herpes, dan lain-lain. Infeksi Menular Seksual Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 19

(IMS) yang diobati adalah kasus IMS yang ditemukan berdasarkan sindrom dan etiologi serta diobati sesuai standar. Jumlah kasus baru IMS lainnya di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 10.479 kasus, lebih tinggi dibanding tahun 2012 (8.671 kasus). Meskipun demikian kemungkinan kasus yang sebenarnya di populasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS yang ditemukan harus diobati sesuai standar. 8. Donor Darah Diskrining terhadap HIV Selain melakukan kegiatan serosurvei HIV dan surveilans/ pengamatan kasus AIDS, Dinas Kesehatan juga melakukan pengamatan terhadap hasil skrining/penapisan darah donor melalui UTDD PMI Jawa Tengah. Tujuan skrining ini adalah untuk mengamankan darah donor supaya bebas dari beberapa penyakit seperti Hepatitis C, Sifilis, Malaria, DBD termasuk juga bebas dari virus HIV. Pada tahun 2013 diketahui jumlah pendonor sebanyak 368.936 orang dari 34 kabupaten yang melapor. Pemeriksaan sampel darah terhadap pendonor sebanyak 368.509 (99,88%). Dari hasil pemeriksaan sampel darah tersebut, sebanyak 384 sampel (0,10) yang positif HIV. Tabel perkembangan jumlah sampel yang diperiksa dan hasil yang positif HIV dari tahun 2009 sampai dengan 2013 sebagai berikut : Tabel 3.1 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013 Tahun Jumlah Sample Diperiksa Jumlah Positif HIV Positif HIV 2009 312.793 275 0,09 2010 309.731 510 0,16 2011 324.828 415 0,13 2012 432.341 580 0,13 2013 368.936 384 0,10 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 20

9. Kasus Diare Ditangani Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 51,32%, lebih tinggi dibanding tahun 2012 (42,66%). Pada tingkat kabupaten/kota, diketahui bahwa cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi adalah Kota Pekalongan (106,85%) dan terendah adalah Kabupaten Boyolali (16,42%). 110 105 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 48,5 44,48 57,9 42,66 51,32 10. Prevalensi Kusta Gambar 3.14 Cakupan Penemuan dan Penanganan diare Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut: a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa, b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot, c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif) Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler sebanyak 1.548 kasus, lebih banyak dibanding tahun 2012 (1.308 kasus) dan tipe Pausi Basiler sebanyak 242 kasus, juga lebih tinggi dibanding tahun 2012 (211 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 21

persentase (%) kasus) dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 5,38 per 100.000 penduduk. Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Proporsi cacat tingkat II pada tahun 2013 sebesar 12,40%, lebih rendah dibanding tahun 2012 (16,59%). Sedangkan proporsi anak di antara penderita baru pada tahun 2013 sebesar 3,85%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tahun 2013 lebih berhasil dalam mendeteksi kusta di Jawa Tengah dan tingkat penularannya juga lebih sedikit. 11. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Cakupan program kusta diukur berdasarkan angka penderita kusta tipe Pauci Baciller (PB) dan Multy Baciller (MB) selesai diobati. Cakupan program kusta tipe PB tahun 2013 berdasarkan jumlah penderita baru tahun 2012 yang selesai diobati sampai dengan tahun 2013 sebesar 94,84% lebih tinggi dibanding tahun 2012 (92,31%) dan lebih tinggi dari target 90%. Kusta tipe MB diambil dari data penderita baru tahun 2011 yang selesai diobati sampai dengan tahun 2012 sebesar 86,43% lebih tinggi dibanding tahun 2011 (75,39%) tetapi masih dibawah target 95%. Cakupan selama 5 tahun terakhir kusta tipe PB dan tipe MB mulai tahun 2009 (tabel 12). 100 80 60 40 20 0 2009 2010 2011 2012 2013 PB 85.27 91.21 85 92.31 94.84 MB 87.5 87.61 76.46 75.39 86.43 Gambar 3.15 Persentase Penderita Kusta selesai diobati Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Cakupan kusta tidak bisa tercapai dikarenakan masih banyak penderita yang tidak berobat teratur atau penderita yang seharusnya sudah selesai diobati Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 22

(Release From Treatment - RFT), tetapi belum dicatat sudah RFT. Rendahnya cakupan penderita kusta RFT juga dikarenakan adanya ketentuan baru pengobatan untuk penderita default. Penderita PB tidak minum obat lebih dari 3 bulan dalam jangka waktu 9 bulan sudah dianggap default. Ketentuan lama penderita disebut default kalau 3 bulan berturut-turut tidak minum obat. Penderita MB tidak minum obat lebih dari 6 bulan dalam jangka waktu 18 bulan sudah disebut default. Ketentuan lama penderita MB berturut-turut 6 bulan tidak berobat baru dikatakan default. 12. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 45,53/100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2012 (19,29/100.000 penduduk) dan sudah melampaui target nasional yaitu <20/100.000 penduduk. Angka kesakitan tertinggi di Kabupaten Jepara sebesar 170,39/100.000 penduduk, terendah di Kabupaten Purworejo sebesar 4,96/100.000 penduduk. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi di lapangan serta upaya pengendalian. Tingginya angka kesakitan DBD disebabkan karena adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegipty yang cukup potensial. Selain itu juga didukung dengan tidak maksimalnya kegitan PSN di masyarakat sehingga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD di beberapa kabupaten/kota. Angka kesakitan DBD di kabupaten/kota hampir semuanya lebih dari 20/100.000 penduduk. Tidak ada yang dibawah 2/100.000 penduduk. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 23

70 50 30 10 2009 2010 2011 2012 2013 IR DBD 57.4 59.8 15.27 19.29 45.52 Target 20 20 20 20 20 Gambar 3.16 Angka Kesakitan DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 13. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) Angka kematian/case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2013 sebesar 1,21% lebih rendah dibanding tahun 2012 (1.52%), dan masih lebih tinggi dibandingkan dengan target nasional (<1%). 1,5 1,25 1 0,75 2009 2010 2011 2012 2013 CFR DBD 1,42 1,29 0,93 1,52 1,21 Gambar 3.17 Angka Kematian DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Angka kematian tertinggi adalah di Kabupaten Tegal sebesar 5,45% dan tidak ada kematian di 8 kabupaten/kota. Sedangkan kabupaten/kota dengan angka kematian lebih dari 1% sebanyak 21 kabupaten/kota. 14. Angka Kesakitan Malaria Penyakit malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah. Saat ini masih ditemukan desa High Case Incidence (HCI) sebanyak 31 desa yang tersebar di 5 Kabupaten yaitu Purworejo, Purbalingga, Banjarnegara, Grobogan dan Pati. Angka kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence-API) merupakan indikator untuk memantau perkembangan penyakit malaria. Jumlah kasus tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 24

2013 sebanyak 2.176 kasus, lebih rendah dibanding tahun 2012 (2.420 kasus) dan angka kesakitan malaria sebesar 0,06, sedikit turun dibandingkan tahun 2012 (0.08 ). Perkembangan insidens malaria sejak tahun 2009 dilihat pada gambar berikut. 0.15 0.1 0.05 0 2009 2010 2011 2012 2013 API 0.05 0.1 0.11 0.08 0.06 Gambar 3.18 Angka Kesakitan Malaria Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Penderita malaria tahun 2013 ditemukan di 30 kabupaten, terbanyak di Kabupaten Purworejo (712 penderita) dan tidak ada kasus di 5 Kabupaten/Kota. 15. Angka Kematian Malaria Angka kematian/case Fatality Rate (CFR) Malaria tahun 2013 sebesar 0%. Semua Kabupaten/Kota tidak terdapat kasus kematian. 16. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani Jumlah kasus Filariasis di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin bertambah. Secara kumulatif, jumlah kasus Filariasis pada tahun 2013 sebanyak 583 penderita lebih banyak dibanding tahun 2012 (565 penderita). Pada tahun 2013 terdapat 9 kasus baru, lebih sedikit dibanding tahun 2012 (10 kasus) yang ditemukan di 3 kabupaten/kota. 17. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Pertusis, Tetanus Non Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri dan Hepatitis B. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 25

dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (Redcam) dan Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN). Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus Neonatorum, dan Campak). Dalam waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus PD3I yang dilaporkan adalah sebagi berikut: a. Difteri Jumlah kasus Difteri di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 9 kasus, lebih sedikit dibanding tahun 2012 (32 kasus) Hal ini dimungkinkan karena pencapaian cakupan imunisasi yang meningkat (>85%). Penemuan kasus selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. 35 30 25 20 15 10 5 0 2009 2010 2011 2012 2013 Kasus Difteri 30 14 8 32 9 Gambar 3.19 Penemuan kasus Difteri Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 b. Pertusis Provinsi Jawa Tengah mulai tahun 2012 sudah tidak ada kasus pertusis (nihil), begitu juga dengan tahun 2013. Penemuan kasus selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. 30 25 20 15 10 5 0 2009 2010 2011 2012 2013 Kasus Pertusis 0 24 4 0 0 Gambar 3.20 Penemuan kasus Pertusis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 26

c. Tetanus (Non Neonatorum) Jumlah kasus Tetanus (Non Neonatorum) di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 0 kasus, mengalami penurunan yang sangat drastis dibanding tahun 2012 (18 kasus). Penemuan kasus selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. 20 15 10 5 0 Kasus Tetanus Non Neonatorum 2009 2010 2011 2012 2013 6 3 13 18 0 Gambar 3.21 Penemuan kasus Tetanus Non Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 d. Tetanus Neonatorum Pada tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah terdapat 2 (dua) kasus Tetanus Neonatorum. Penemuan kasus dan kematian Tetanus Neonatorum selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. 12 8 4 0 2009 2010 2011 2012 2013 Kasus 10 6 4 0 2 Mati 5 4 3 0 1 e. Campak Gambar 3.22 Penemuan kasus dan kematian Tetanus Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Jumlah kasus Campak di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 32 kasus (positif campak), lebih sedikit dibanding tahun 2012 (416 kasus). Kasus campak positif terbanyak terdapat di Kabupaten Karanganyar (11 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 27

kasus). Terdapat 24 Kabupaten/Kota yang tidak terdapat kasus campak. Penemuan kasus campak selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. 4000 3000 2000 1000 0 2009 2010 2011 2012 2013 Campak 3614 3664 1873 416 32 f. Hepatitis B Gambar 3.23 Kasus Campak yang dilaporkan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Pada tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah tidak terdapat kasus (0 kasus) Hepatitis B, menurun drastis dibanding tahun 2012 (98 kasus). Penemuan kasus Hepatitis B selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. 200 150 100 50 0 2009 2010 2011 2012 2013 Hepatitis B 74 117 170 98 0 Gambar 3.24 Kasus Hepatitis B Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 18. Penyakit Tidak Menular Penyakit tidak menular (PTM) yang diintervensi meliputi jantung koroner, dekompensasio kordis, hipertensi, stroke, diabetes mellitus, kanker serviks, kanker payudara, kanker hati, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronis, asma bronkiale, dan kecelakaan lalu lintas. Penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronis dan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 28

kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu kelompok PTM utama yang mempunyai faktor risiko sama (common underlying risk factor). Faktor risiko tersebut antara lain faktor genetik merupakan faktor yang tidak dapat diubah (unchanged risk factor), dan sebagian besar berkaitan dengan faktor risiko yang dapat diubah (change risk factor) antara lain konsumsi rokok, pola makan yang tidak seimbang, makanan yang mengandung zat aditif, kurang berolah raga dan adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan. Penyakit tidak menular mempunyai dampak negatif sangat besar karena merupakan penyakit kronis. Apabila seseorang menderita penyakit tidak menular, berbagai tingkatan produktivitas menjadi terganggu. Penderita ini menjadi serba terbatas aktivitasnya, karena menyesuaikan diri dengan jenis dan gradasi dari penyakit tidak menular yang dideritanya. Hal ini berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan tidak diketahui kapan sembuhnya karena memang secara medis penyakit tidak menular tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa dikendalikan. Yang harus mendapatkan perhatian lebih adalah bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian tertinggi dibanding dengan penyakit menular. Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang melaporkan data PTM tahun 2013 sebanyak 31 kabupaten/kota (88,57%). Kasus tertinggi Penyakit Tidak Menular pada tahun 2013 adalah kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari total 1.069.263 kasus yang dilaporkan sebesar 69,51% (743.204 kasus) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. 3.23 0.86 Neoplasma 1.59 10.57 14.24 Diabetes Melitus Jantung & Pembuluh Darah PPOK 69.51 Asma Bronkial Gambar 3.25 Persentase Kasus Penyakit Tidak Menular Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 29

a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit yang mengganggu jantung dan sistem pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner (angina pektoris, akut miokard infark), dekompensasio kordis, hipertensi, stroke, penyakit jantung rematik, dan lain-lain. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2013 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit Hipertensi Esensial, yaitu sebanyak 497.966 kasus (67,00%) menurun dibanding tahun 2012 (554.771 kasus/67,57 %). 1) Hipertensi Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang muncul akibat adanya penyakit lain seperti hipertensi ginjal, hipertensi kehamilan, dll. 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 Hipertensi Essensial 2009 2010 2011 2012 2013 698.816 562.117 634.860 544.771 497.966 Gambar 3.26 Tren Peningkatan Kasus Hipertensi Essensial Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Penyakit Hipertensi Essensial pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan adanya penurunan kasus yang cukup tinggi, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 30

hanya pada tahun 2011 terlihat adanya kenaikan jumlah kasus dan hal ini dapat dilihat pada gambar tersebut diatas. 2) Stroke Stroke adalah suatu penyakit menurunnya fungsi syaraf secara akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak dan cepat yang menimbulkan gejala dan tanda sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke disebabkan oleh kurangnya aliran darah yang mengalir ke otak, atau terkadang menyebabkan pendarahan di otak. Stroke dibedakan menjadi stroke hemoragik yaitu adanya perdarahan otak karena pembuluh darah yang pecah dan stroke non hemoragik yaitu lebih karena adanya sumbatan pada pembuluh darah otak. Jumlah kasus stroke tahun 2013 sebanyak 40.972 terdiri dari stroke hemoragik sebanyak 12.542 dan stroke non hemoragik sebanyak 28.430. Jumlah kasus stroke tahun 2013 tertinggi di Kota Magelang sebesar 14.459 kasus dan terendah di Kabupaten Jepara sebesar 15 kasus. 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 2009 2010 2011 2012 2013 Hemoragik 15.601 8.810 9.040 24.695 22.530 Non Hemoragik 29.632 28.233 30.181 23.257 28.772 Gambar 3.27 Jumlah kasus Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 3) Dekompensasio Kordis Dekompensasio kordis merupakan kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh atau istilah lain adalah payah jantung. Gambaran klinis dekompensasio kordis kiri adalah sesak nafas: dyspnoe d effort dan ortopne, pernafasan cheynes stokes, batuk-batuk mungkin hemoptu, sianosis, suara serak, ronchi basah halus tidak nyaring, tekanan vena jugularis masih normal. Sedangkan gambaran Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 31

klinis dekompensasio kordis kanan adalah gangguan gantrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah, meteorismus dan rasa kembung di epigastrum. Selain itu terjadi pembesaran hati yang mula-mula lunak, tepi tajam, nyeri tekan, lama kelamaan menjadi keras, tumpul dan tidak nyeri. Dapat juga terjadi edema pretibial, edema presakral, asites dan hidrotoraks, tekanan jugularis meningkat. Jumlah kasus dekompensasio kordis tahun 2013 sebanyak 28.596 lebih sedikit dibanding 2012 (38.719 kasus). Jumlah kasus terbanyak di Kota Surakarta (2.821 kasus). 45.000 35.000 25.000 15.000 5.000 Kasus Dekomp Kordis 2009 2010 2011 2012 2013 46.242 35.811 37.249 38.719 28.596 Gambar 3.28 Jumlah Kasus Dekompensasio Kordis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 b. Diabetes Melitus Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif. Absolut artinya pankreas sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin sehingga harus mendapatkan insulin dari luar (melalui suntikan) dan relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin yang kadarnya berbeda pada setiap orang. (Perkeni 2002) WHO (1985) mengklasifikasikan penderita DM dalam lima golongan klinis, yaitu DM Tergantung Insulin (DMTI), DM Tidak Tergantung Insulin (DMTTI), DM berkaitan dengan malnutrisi (MRDM), DM karena Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), dan DM karena kehamilan (GDM). Di Indonesia, yang terbanyak adalah DM tidak tergantung insulin. DM jenis ini baru muncul pada usia di atas 40 tahun. DM dapat menjadi penyebab aneka penyakit seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal, katarak, glaukoma, kerusakan retina mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 32

fungsi hati, luka yang lama sembuh mengakibatkan infeksi hingga akhirnya harus diamputasi terutama pada kaki. DM merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, artinya sekali didiagnosa DM seumur hidup bergaul dengannya. Penderita mampu hidup sehat bersama DM, asalkan mau patuh dan kontrol teratur. Gejala khas berupa Polyuri (sering kencing), Polydipsi (sering haus), Polyfagi (sering lapar). Sedangkan gejala lain seperti Lelah/lemah, berat badan menurun drastis, kesemutan/gringgingan, gatal/bisul, mata kabur, impotensi pada pria, pruritis vulva hingga keputihan pada wanita, luka tdk sembuh-sembuh, dll. Kelompok Faktor Risiko Tinggi antara lain pola makan yang tidak seimbang, riwayat Keluarga/ada keturunan, kurang olah raga, umur Lebih dari 40th, obesitas, hipertensi, kehamilan dengan berat bayi lahir > 4 kg, kehamilan dengan hiperglikemi, gangguan toleransi glukosa, lemak dalam darah tinggi, abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati, berat badan turun drastis, mata kabur, keputihan, gatal daerah genital, dan lain-lain. Jumlah kasus Diabetes Melitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 9.376 kasus, lebih rendah dibanding tahun 2012 (19.493). Kasus tertinggi di Kabupaten Brebes dan Kota Semarang (1.095 kasus). Sedangkan Jumlah kasus DM tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan DM tipe II, mengalami penurunan dari 181.543 kasus menjadi 142.925 kasus. Kasus DM tidak tergantung insulin tertinggi di Kota Surakarta (22.534 kasus). 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 2009 2010 2011 2012 2013 DMTI 0.19 0.08 0.09 0.06 0.03 DMTTI 0.62 0.7 0.63 0.55 0.43 Gambar 3.29 Jumlah Kasus Diabetes Mellitus Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 33

c. Neoplasma Neoplasma atau kanker adalah tumor ganas yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan abnormal dari sel-sel tubuh, yang tumbuh tanpa kontrol dan tujuan yang jelas, mendesak dan merusak jaringan normal. Di Indonesia terdapat lima jenis kanker yang banyak diderita penduduk yakni kanker rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit, dan kanker rektum. Kasus penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 9.145 kasus, lebih sedikit dibanding tahun 2012 (11.341 kasus). Penyakit kanker terdiri dari Ca. servik 2.295 kasus (25,10%), Ca. mamae 4.761 kasus (52,06%), Ca. hepar 1.554 (16,99%), dan Ca. paru 535 kasus (5,85%). Kasus kanker serviks tertinggi di Kota Semarang (529 kasus), kanker payudara tertinggi di Kota Semarang (832 kasus), kanker hati tertinggi di Kota Surakarta (356 kasus), kanker paru tertinggi di Kota Semarang (152 kasus). 4.250 3.250 2.250 1.250 250 Ca Servik Ca Mamae Ca Hepar Ca Paru Jml Kasus 2.295 4.761 1.554 535 Gambar 3.30 Jumlah Penyakit Kanker menurut jenisnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 d. Penyakit Paru Obstruktif Kronis Penyakit Paru Obtruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit yang ditandai adanya hambatan aliran pernafasan bersifat reversible sebagian dan progresif yang berhubungan dengan respon inflamsi abnormal dari paru terhadap paparan partikel atau gas berbahaya. (Global Obstructive Lung Disease 2003). Faktor risiko pencetus terjadinya PPOK adalah perokok aktif/pasif, debu dan bahan kimia, polusi udara di dalam atau di luar ruangan, infeksi Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 34

saluran nafas terutama waktu anak-anak, usia, genetik, jenis kelamin, ras, defisiensi alpha-1 antitripsin, alergi dan autoimunitas. Jumlah kasus PPOK di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan semula 19.557 kasus pada tahun 2012 menjadi 17.014 kasus pada tahun 2013 dan tertinggi di Kota Salatiga sebesar 1.744 kasus. Dalam kurun waktu lima tahun prevalensi PPOK semakin menurun. Grafik Prevalensi Penyakit PPOK dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebagai berikut : 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 2009 2010 2011 2012 2013 Kasus PPOK 39.474 26.423 29.886 19.557 17.014 Gambar 3.31 Trend Kasus PPOK Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 e. Asma Bronkial Asma Bronkial terjadi akibat penyempitan jalan napas yang reversibel dalam waktu singkat oleh karena mukus kental, spasme, dan edema mukosa serta deskuamasi epitel bronkus/bronkeolus, akibat inflamasi eosinofilik dengan kepekaan yang berlebihan. Serangan asma bronkhiale sering dicetuskan oleh ISPA, merokok, tekanan emosi, aktivitas fisik, dan rangsangan yang bersifat antigen/allergen antara lain: - Inhalan yang masuk ketubuh melalui alat pernafasan misalnya debu rumah, serpih kulit dari binatang piaraan, spora jamur dll. - Ingestan yang masuk badan melalui mulut biasanya berupa makanan seperti susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dll. - Kontaktan yang masuk badan melalui kontak kulit seperti obat-obatan dalam bentuk salep, berbagai logam dalam bentuk perhiasan, jam tangan dll. Jumlah kasus asma di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 113.028 kasus mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012 (140.026 kasus) dan Tertinggi di Kota Surakarta sebanyak 10.393 kasus. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 35

250.000 225.000 200.000 175.000 150.000 125.000 100.000 75.000 50.000 25.000 Kasus Asma Bronkial 2009 2010 2011 2012 2013 215.489 203.470 178.570 140.026 113.028 Gambar 3.32 Jumlah Kasus Asma Bronkial Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 C. STATUS GIZI 1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil mengalami anemia, kurang suply gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi. Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 20,912 (3,75%) sama seperti jumlah BBLR tahun 2012 yang sebanyak 21,573 (3,75%). Persentasi Bayi BBLR berjenis kelamin perempuan (3,79%) lebih tinggi dibandingkan pada bayi laki-laki (3,70%) 4 3 2 1 0 2009 2010 2011 2012 2013 Prevalensi 2.81 2.69 3.73 3.75 3.75 Gambar 3.33 Persentase Bayi dengan BBLR Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 36

2. Persentase Balita Dengan Gizi Kurang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dab TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization National Centre for Health Statistic (WHO- NCHS). Berdasarkan baku WHO-NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor. Persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 3,86%, lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 4,88%. Kejadian gizi kurang lebih banyak pada kelompok balita laki-laki (3,94%) dibandingkan pada kelompok perempuan (3,79%). Persentase balita dengan gizi kurang tertinggi di Kota Tegal (14,10%) dan terendah di Kabupaten Pekalongan (0,52%). 3. Persentase Balita dengan Gizi Buruk. Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 37

gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. J A B A R Cilacap Brebes Tegal Kota Tegal Banyumas Batang Pekalongan Pemalang Purblg Wonosobo Bj negara Kebumen Keterangan : Kasus Gizi Buruk (>100 kasus) Kota Pekalongan Purworejo Kendal Demak Kota Semarang Temanggung Kota Mgl Kab. Mgl Kab Semarang Salatiga DI. Yogyakarta Jepara Kudus Grobogan Sragen Pati Surakarta Boyolali Kr.anyar Klaten Sukoharjo Wonogiri Rembang Blora J A T I M Gambar 3.34 Peta Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Balita Gizi Buruk tahun 2013 berjumlah 2.475 (0,30%) meningkat apabila dibandingkan tahun 2012 sejumlah 1.131 (0,06%). Kejadian gizi buruk lebih banyak terjadi di balita perempuan (1.305 kasus) dibandingkan pada balita lakilaki (1.170 kasus). Sementara persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2013 sebesar 100%. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 38

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan 1. Pelayanan Kesehatan Ibu a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 tahun 2013 sebesar 98,65% sedikit lebih rendah bila dibanding dengan cakupan tahun 2012 yang sebesar 98,89%. Ada 17 kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai 100% yaitu Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Blora, Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Cakupan terendah Kabupaten Boyolali (93,9%). b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian Tetanus Toxoid, (4) Tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi 90 selama kehamilan, (6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC) Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil (K4) di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 92,13% menurun bila dibandingkan dengan cakupan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 39

tahun 2012 (92,99%) dan masih dibawah target SPM 2015 (95%). Cakupan tertinggi (98,8%) di Kabupaten Pekalongan dan terendah (80,8%) di Kabupaten Rembang. Dari 35 kabupaten/kota tersebut baru 9 kabupaten/kota (25,71%) yang telah melampaui target SPM. 96 95 94 93 92 91 90 2009 2010 2011 2012 2013 Cak. K4 93.39 92.04 93.71 92.99 92.13 Target 95 95 95 95 95 Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Antenatal K4 Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013 c. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 98,08% mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (97,14%). Semua Kabupaten/Kota sudah mencapai target SPM 2015 (90%). Data cakupan mulai tahun 2009 sampai dengan 2013 secara keseluruhan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut : 100 95 90 85 2009 2010 2011 2012 2013 Cak. Linakes 93.03 93.62 96.79 97.14 98.08 Target 90 90 90 90 90 Gambar 4.2 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 40

Cakupan tertinggi sebesar 102,8% di Kabupaten Pekalongan dan terendah adalah Kabupaten Karanganyar (90,5%). Dengan semakin naiknya angka cakupan pertolongan persalinan menunjukkan adanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan persalinan yang baik dari ibu, suami maupun dukungan keluarga. d. Cakupan Pelayanan Nifas Paska persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan. Pelayanan Ibu Nifas meliputi pemberian Vitamin A dosis tinggi ibu nifas yang kedua dan pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakan terjadi perdarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit dan lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus. Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2013 yaitu 94,06% lebih rendah bila dibandingkan cakupan tahun 2012 (95,54%) tetapi sudah melampaui target SPM tahun 2015 (90%). Cakupan yang telah mencapai 100% meliputi Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Demak, Kabupaten Pekalongan dan Kota Magelang. Kabupaten yang terendah capaiannya adalah Kota Semarang (83,3%). Dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah masih belum mencapai target SPM ada 3 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Semarang dan Kota Semarang. e. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya (a) Abortus, (b) Hiperemesis Gravidarum, (c) Perdarahan per vaginam, (d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu, (f) ketuban pecah dini. Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan letak/presentasi janin, (b) Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia) (d) Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 41

berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan premature, (g) Kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas diantaranya (a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (b) Infeksi nifas, (c) Perdarahan nifas. Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK). Jumlah komplikasi kebidanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 124.946 (20% dari jumlah ibu hamil). Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2013 sebesar 102,2% meningkat bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2012 sebesar 90,81%. Pencapaian cakupan tahun ini sudah melampaui target SPM tahun 2015 (80%). 2. Pelayanan Kesehatan Anak a. Cakupan Kunjungan Neonatus Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/Th. 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi menjadi 3, yaitu: KN1 adalah kunjungan pada 0-2 hari,kn2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Cakupan kunjungan neonatus 1 (KN1) di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 98,83%. Cakupan KN1 pada kelompok neonatus laki-laki (99,17%) lebih besar dibandingkan cakupan KN1 neonatus perempuan (98,91%). Cakupan kunjungan neonatus 3 (KN-lengkap) sebesar 96,95% dimana cakupan neonatus perempuan (98,18%) lebih tinggi dibanding pada neonatus laki-laki (96,20%). Dari 35 kabupaten/kota, cakupan KN3 rata-rata sudah lebih dari 90%, namun masih ada Kabupaten/Kota yang cakupannya kurang dari 90% yaitu Kabupaten Pekalongan (87,77%). Untuk meningkatkan Kunjungan Neonatus di Kabupaten/Kota, pemerintah telah mengupayakan alokasi dana diantaranya melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) disamping pendanaan lainnya baik dari Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Selain itu perlu dilakukan analisis apakah jumlah tenaga kesehatan yang ada telah mencukupi kebutuhan pelayanan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 42

kesehatan tersebut serta tenaga kesehatan yang bertugas apakah telah melakukan pelayanan kesehatan secara optimal. Adapun cakupan kunjungan neonatus (KN3) di Jawa Tengah pada tahun 2009-2013 dapat digambarkan sebagai berikut: 105 100 95 90 85 2009 2010 2011 2012 2013 KN3 99.37 94.86 95.19 96.7 97 Target 90 90 90 90 90 Gambar 4.3 Cakupan Kunjungan Neonatus (KN3) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Secara keseluruhan cakupan kunjungan neonatus di tingkat Provinsi Jawa Tengah sudah memenuhi target yaitu lebih dari 90%. Hal ini disebabkan adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui penambahan dan penempatan bidan di desa. Selain itu juga adanya upaya peningkatan pelayanan kesehatan dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA serta meningkatnya pengetahuan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk bayinya. b. Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, di luar kunjungan neonatus. Setelah umur 28 hari. Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana pelayanan kesehatan. Cakupan kunjungan bayi tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 95,59%, menurun apabila dibandingkan tahun 2012 (96,95%). Cakupan Kunjungan Bayi laki-laki (95,98%) lebih tinggi dibandingkan cakupan pada bayi perempuan (95,18%). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 43

Cakupan kunjungan bayi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah pada tahun 2013 yang masih dibawah 80% yaitu Kabupaten Kendal (70,3%). Adapun grafik cakupan bayi 2009-2013 dapat digambarkan sebagai berikut: 100 90 80 70 60 50 2009 2010 2011 2012 2013 Kunjungan Bayi 95.07 93.73 92.64 96.95 95.59 Target 80 80 80 80 80 Gambar 4.4 Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 c. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Neonatus dengan komplikasi yang ditangani merupakan neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi baru lahir. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan komplikasi. Tahun 2013 perkiraan neonatal dengan komplikasi yang dihitung dari banyaknya sasaran bayi jumlahnya sebesar 85.838 bayi lebih rendah dibandingkan perkiraan neonatal komplikasi tahun 2012 yang sebanyak 86.252 bayi. Dari jumlah perkiraan tersebut yang mendapat penanganan tenaga kesehatan di tiap jenjang pelayanan kesehatan tahun 2013 sebanyak 64.689 bayi (75,36%) meningkat dibandingkan cakupan tahun 2012 sebesar 66,38% Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 44

(57.276 bayi). Cakupan neonatal risti/komplikasi pada kelompok bayi laki-laki (76,8%) lebih tinggi dibandingkan pada kelompok bayi perempuan (74,6%). Cakupan Neonatus Risiko Tinggi/komplikasi yang ditangani tersebut masih jauh dari target cakupan sebesar 80%. Masih rendahnya neonatus risiko tinggi yang mendapatkan pelayanan kesehatan diantaranya disebabkan belum adanya keseragaman definisi operasional mengenai neonatal yang termasuk dalam risiko tinggi, sehingga belum semua neonatus dengan risiko tinggi/komplikasi dicatat dan dilaporkan. Disamping target neonatus komplikasi yang ditangani untuk neonatal resiko tinggi seharusnya 15% dari jumlah sasaran bayi pertahun, namun belum semua kabupaten/kota mempunyai persepsi/pemahaman yang sama. d. Cakupan Pelayanan Anak Balita Anak balita adalah anak berumur 12 59 bulan. Setiap anak umur 12 59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan, minimal 8 x dalam setahun yang tercatat di Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah, Buku KIA/KMS atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan pertinggi/panjang badan (BB/TB). Di tingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD, Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak, serta Raudatul Athfal dll. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan untuk menentukan status gizinya dan upaya tindak lanjut. Pemantauan perkembangan meliputi penilaian perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya lihat. Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak, dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Bila ditemukan penyimpangan atau gangguan perkembangan harus dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih memiliki kompetensi. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 12-59 bulan dilaksanakan melalui pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 45

Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak umur 12 59 bulan 2 kali per tahun ( bulan Februari dan Agustus) Jumlah anak balita di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 2.195.357, yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 1.823.780 (83,07%) sedikit menurun dibandingkan cakupan tahun 2012 (83,15). Cakupan pelayanan anak balita laki-laki (83,18%) sedikit lebih besar dibandingkan cakupan pelayanan anak balita perempuan (82,97%). Kabupaten yang cakupannya sudah mencapai 100% adalah Kabupaten Kebumen dan kabupaten Tegal. Sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Sukoharjo (57,14%) e. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar (SD) dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan terhadap murid baru kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, pemeriksaan ketajaman mata, ketajaman pendengaran, kesehatan gigi, kelainan mental emosional dan kebugaran jasmani. Pelaksanaan penjaringan kesehatan dikoordinir oleh puskesmas bersama dengan guru sekolah dan kader kesehatan/konselor kesehatan. Setiap puskesmas mempunyai tugas melakukan penjaringan kesehatan siswa SD/MI di wilayah kerjanya dan dilakukan satu kali pada setiap awal tahun ajaran baru sekolah. Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100% mendapatkan pemantauan kesehatan melalui penjaringan kesehatan. Melalui penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat diharapkan dapat menapis atau menjaring anak yang sakit dan melakukan tindakan intervensi secara dini, sehingga anak yang sakit menjadi sembuh dan anak yang sehat tidak tertular menjadi sakit. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan/guru UKS/kader kesehatan sekolah tahun 2013 sebesar 87,79%, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 46

lebih tinggi dibandingkan cakupan tahun 2012 (70,08%). Cakupan penjaringan kesehatan pada siswa SD Laki-laki (89,62%) lebih tinggi dibandingkan cakupan penjaringan kesehatan pada siswa SD perempuan (85,93%). Cakupan terendah di Kabupaten Pati (30,52%) dan tertinggi di Kabupaten Banyumas (101,09%). Adapun grafik cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI tahun 2009-2013 dapat digambarkan sebagai berikut: 120 100 80 60 40 20 0 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 43,8 52,61 81,02 70,08 87,79 target 100 100 100 100 100 Gambar 4.5 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD/MI Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 3. Pelayanan Gizi a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan Nutrition Related Diseases yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Berdasarkan data yang yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota, cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi tahun 2013 sebesar 98,15%, menurun dibandingkan tahun 2012 sebesar 98,74%. Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada bayi laki-laki (98,43%) lebih tinggi dibanding cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada bayi perempuan (97,87%). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 47

Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi selama 5 tahun terakhir (2009-2013) dapat dilihat dalam gambar berikut ini : 100 99 98 97 96 95 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 98,11 96,84 99,08 98,74 98,15 Gambar 4.6 Cakupan Suplementasi Kapsul Vit. A pada Bayi Tahun 2009 2013 b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian). Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak. Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah anak umur 12 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 SI yang diberikan pada anak umur 12-59 bulan dan diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Anak Balita tahun 2013 sebesar 90.37%, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 (98.34%). Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada anak balita perempuan (90,32%) sedikit lebih rendah dibandingkan cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak balita laki-laki (90,42%). Cakupan anak balita mendapat vitamin A tertinggi (100%) sudah dapat dicapai oleh 7 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Cilacap, Kabupaten Magelang, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 48

Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Semarang dan Kota Pekalongan. Sedangkan yang cakupannya terrendah adalah Kabupaten Wonosobo (53,52%). Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita selama 5 tahun terakhir (2009-2013) dapat dilihat dalam gambar berikut ini : 100 95 90 85 80 75 70 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 82,44 96,76 98,45 98,34 90,37 Gambar 4.7 Cakupan Suplementasi Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 c. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2013 sebesar 94,59%, menurun dibandingkan tahun 2012 (95,90%). Cakupan tertinggi (>100%) dicapai oleh Kabupaten Klaten, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kota Magelang dan Kota Semarang. Sementara cakupan terendah di Kabupaten Kendal sebesar 61,23%. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A selama 5 tahun terakhir (2009-2013) dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 49

98 96 94 92 90 88 86 84 82 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 87.31 92.78 96.43 95.9 94.59 Gambar 4.8 Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul Vit. A di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Beberapa hal yang mempengaruhi fluktuasi angka cakupan pemberian vitamin A pada bayi, balita, dan bufas diantaranya: 1) Advokasi, pendekatan, dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyebarluasan informasi. 2) Forum komunikasi, yang bermanfaat sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sektor terkait. 3) Sosialisasi pemberian kapsul Vitamin A terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya. 4) Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit pada sasaran ibu anak. 5) Tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau. 6) Lintas program/ lintas sektor terkait (Promosi Kesehatan, Imunisasi, dll) 7) Adanya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu anak yang belum mendapatkan kapsul Vitamin A pada bulan kapsul. d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamill, ibu nifas, remaja putri, dan WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 90,74% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (91,77%). Cakupan tertinggi dicapai Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 50

Kabupaten Kebumen (97,77%) dan terendah Kabupaten Kendal (73,48%). 100 95 90 85 80 75 2009 2010 2011 2012 2013 Fe 1 92,59 95,92 95,43 97,73 96,42 Fe 3 85,62 90,25 89,39 91,77 90,74 Gambar 4.9 Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Dari grafik di atas dapat diihat bahwa cakupan Fe 1 dan cakupan Fe 3 sudah cukup baik dan memadai. Hal ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi pemberian tablet Fe pada ibu hamil. e. Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 51

Pemberian ASI eksklusif bukan hanya isu nasional namun juga merupakan isu global. Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula kepada bayi dapat menjamin bayi tumbuh sehat dan kuat, ternyata menurut laporan mutakhir UNICEF (Fact About Breast Feeding) merupakan kekeliruan yang fatal, karena meskipun insiden diare rendah pada bayi yang diberi susu formula, namun pada masa pertumbuhan berikutnya bayi yang tidak diberi ASI ternyata memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menderita hipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes dll. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2013 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,99%, meningkat dibandingkan tahun 2012 (25,6%). Cakupan tertinggi adalah kabupaten Temanggung (103,54%). Sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Karanganyar (14,89%). 60 50 40 30 20 10 0 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 40,21 37,18 45,36 25,6 52,99 Gambar 4.10 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Tahun 2009 2013 Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah: 1). Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar. 2). Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan. 3). Faktor sosial budaya. 4). Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja. 5). Gencarnya pemasaran susu formula. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif tetap berpedoman pada Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yaitu: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 52

1) Sarana Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. 2) Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. 3) Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. 4) Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin (inisiasi dini). Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. 5) Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6) Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7) Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 8) Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. 9) Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. 10) Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit, rumah bersalin atau sarana pelayanan kesehatan. f. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 bulan Keluarga Miskin. Anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin diberikan makanan pendamping ASI baik makanan lokal maupun pabrikan. Data jumlah anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin tahun 2013 tersedia di 32 kabupaten/kota sebanyak 283.635 anak, yang mendapatkan makanan tambahan ASI (MP-ASI) sebanyak 173.622 (61,22%). Kabupaten yang cakupannya sudah mencapai 100% adalah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 53

Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak, Kabupaten Tembanggung dan Kota Tegal. Cakupan terendah adalah Kabupaten Brebes 1,08%. g. Jumlah Balita Ditimbang Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian kegiatannya dilaksanakan di Posyandu. Penimbangan terhadap bayi dan balita yang dilakukan di posyandu merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit). Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita. Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu tahun 2013 sebesar 72,44% menurun dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (79,0%). Cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Purworejo (93,58%) dan terendah Kabupaten Purbalingga (45,57%. 100 80 60 40 20 0 2009 2010 2011 2012 2013 Balita ditimbang 75,89 89,49 78,32 79 72,44 Gambar 4.11 Cakupan Balita Yang Ditimbang Tahun 2009 2013 Kabupaten/kota yang sudah mencapai target partisipasi masyarakat sebesar 80% sebanyak 6 kabupaten/kota. Banyak hal dapat mampengaruhi tingkat pencapaian partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan masyarakat tentang Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 54

kesehatan dan gizi, faktor ekonomi dan sosial budaya. Dari data yang ada menggambarkan bahwa pedesaan dan perkotaan tidak memperlihatkan perbedaan yang menyolok dalam partisipasi masyarakat tetapi yang sangat berpengaruh adalah faktor ekonomi dan sosial budaya. h. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 2009 2010 2011 2012 2013 Jml Balita Gibur 5,249 3,514 3,187 1,131 2475 Gambar 4.12 Jumlah Balita dengan Gizi Buruk Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 55

Balita Gizi Buruk tahun 2013 berjumlah 2.475 anak meningkat apabila dibandingkan tahun 2012 (1.131). Tetapi persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2013 sebesar 100%. i. Desa dengan Garam Beryodium yang Baik Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik, menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang dikonsumsi penduduk di suatu desa/kelurahan, dimana pada tahun 2013 sebanyak 86,50% meningkat dibandingkan tahun 2012 (56,65%). 100 80 60 40 20 0 % Desa dg garam beryodium 2009 2010 2011 2012 2013 48.81 80.15 53.42 56.65 86.5 Gambar 4.13 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik Tahun 2009 2013 Berdasarkan laporan yang masuk dari 32 kabupaten/kota, yang cakupannya mencapai 100% adalah Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Pekalongan, Kota Salatiga dan Kota Semarang. Sedangkan kabupaten dengan konsumsi garam beryodium terendah adalah Kabupaten Cilacap (29,23%) dan Kabupaten Grobogan (29,23%). 4. Pelayanan Keluarga Berencana a. Peserta Keluarga Berencana Baru Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Jumlah PUS Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 6.700.981 menurun dibanding tahun 2012 (6.738.688). Peserta KB baru pada tahun 2013 (13,83%), menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2012 (15,3%). Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 56

1) MKJP: Tahun 2013 IUD (9,48%), MOP (0,16%), MOW (1,84%) dan Implant (13,46%). Sedangkan tahun 2012 IUD (9,2%), MOP (0,2%), MOW (2,4%) dan Implant (12,5%). 2) NON MKJP: Tahun 2013 Suntik (47,90%), PIL (16,69%) dan Kondom (4,82%), sedangkan tahun 2012 Suntik (54,0%), PIL (16,6%) dan Kondom (5,1%). PIL 17,69% Kondom 5,11% IUD 10,05% MOP 0,17% MOW 1,95% Implan 14,27% Suntik 50,77% Gambar 4.14 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non MKJP yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi suntikan cukup besar yaitu 50,77%, hal tersebut dapat difahami karena akses untuk memperoleh pelayanan suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB. Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB aktif dengan mempergunakan kontrasepsi MOP hanya 0,17% dan kondom hanya 5,11%, karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan sebagian pria masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri), sehingga ibu (istri) yang menjadi sasaran. b. Peserta KB Aktif Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 57

Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan PUS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS. Cakupan peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 80,34%, mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (80,2%). Angka ini sudah mencapai target SPM sebesar 70%. Cakupan tertinggi di Kabupaten Rembang (88,23%) dan terendah di Kota Tegal (73,49%). 90 85 80 75 70 65 60 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 78.37 78.57 76.8 80.2 80.3 Target 70 70 70 70 70 Gambar 4.15 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 5. Pelayanan Imunisasi a. Persentase Desa yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang berdasarkan indikator cakupan DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 80% dari jumlah sasaran bayi di desa. Pencapaian UCI desa tahun 2013 (99,14%) mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 (98,05%). Hasil pencapaian UCI desa tahun 2013 yang mencapai target (100%) sebanyak 24 kabupaten/kota lebih banyak dibanding tahun 2012. Sedangkan kabupaten yang pencapaian UCI desa terendah di Kabupaten Karanganyar (81,92%). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tidak tercapainya pencapaian UCI desa di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah, pada Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 58

umumnya disebabkan karena penghitungan sasaran (denominator) yang melebihi dengan kondisi riil jumlah sasaran di lapangan. 104 99 94 89 84 79 74 2009 2010 2011 2012 2013 UCI 91.95 94.58 96.4 98.05 99.14 target 100 100 100 100 100 Gambar 4.16 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Kabupaten/kota yang belum mencapai target imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan antara lain : 1) Adanya perbedaan jumlah dibandingkan dengan sasaran yang ada, hal ini dikarenakan penentuan jumlah sasaran masih berdasarkan angka estimasi jumlah penduduk, bukan dari hasil pendataan. 2) Belum semua Puskesmas membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) imunisasi secara rutin (bulanan, tribulanan) dikarenakan banyak petugas imunisasi yang merangkap dengan tugas lain. 3) Belum dilakukan pelaksanaan sweeping atau kunjungan rumah untuk melengkapi status imunisasi pada daerah-daerah yang cakupan imunisasinya masih rendah, pada umumnya disebabkan keterbatasan sumber daya atau tenaga banyak yang merangkap dengan tugas lain. 4) Masih ada sebagian kecil orang tua yang menolak anaknya untuk diimunisasi dikarenakan keyakinan/kepercayaan agama, dan lain-lain. b. Cakupan Imunisasi bayi Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program tambahan/suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan Campak. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, HB Uniject 1 kali dan campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 59

persentase (%) bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur 9 (sembilan) bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB). Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua usia kelas I SD/MI/SDLB/SLB, sedangkan BIAS TT diberikan pada semua anak usia kelas II dan III SD/MI/SDLB/SLB, Backlog Fighting (melengkapi status imunisasi). Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Jawa Tengah dari semua antigen sudah mencapai target minimal nasional (85%), pencapaian tiap tahun cenderung menurun, tetapi tahun 2013 terjadi peningkatan. Jumlah sasaran bayi pada tahun tahun 2013 adalah 572.255 menurun dibanding tahun 2012 sebanyak 575.011. Sedangkan cakupan masing-masing jenis imunisasi tahun 2013 adalah sebagai berikut BCG (99,22%), DPT1+HB1 (100,01), DPT3+HB3 (99,98%), Polio 3 (100,18%) dan Campak (99,81%). Hal ini mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2012, hanya BCG yang mengalami penurunan. 105 100 95 90 85 BCG DPT1+Hb1 DPT3+Hb3 Polio 3 Campak 2009 102.05 100.89 99.04 99.14 96.67 2010 100.29 99.95 98.08 96.95 96.29 2011 98 97 95.7 94 93.6 2012 100.65 99.93 99.76 100.69 98.24 2013 99.22 100.01 99.98 100.18 99.81 Gambar 4.17 Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak Dalam rangka mencapai dan mempertahankan UCI desa, analisis PWS harus diikuti dengan tindak lanjut. Dengan grafik PWS akan terlihat dan dapat dianalisis cakupan dan kecenderungan setiap bulan, maka dapat segera diketahui kekurangan cakupan dan beban yang harus dicapai setiap bulan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 60

pada periode berikutnya. Untuk kecenderungan cakupan setiap bulan dapat diketahui dengan indikator Drop Out (DO). Sesuai kesepakatan dengan kabupaten/kota indikator DO di Jawa Tengah maksimal 5% atau (-5%). Tahun 2013 DO tingkat Jawa Tengah sebanyak 0,36%, mengalami penurunan dibanding tahun 2012 (1,69%). Sebanyak 3 kabupaten/kota yang DO-nya lebih dari 5% atau (-5%) yaitu Kabupaten Wonogiri (5,48%), Kabupaten Temanggung (-5,37%) dan Kota Tegal (7,37%). d. WUS Mendapat Imunisasi TT Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Menurut WHO, tetanus maternal dan neonatal dikatakan tereliminasi apabila hanya terdapat kurang dari satu kasus tetanus neonatal per 1.000 kelahiran hidup di setiap kabupaten. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah 1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan 3) penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum. Jumlah ibu hamil 2013 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 624.732 lebih sedikit dibanding tahun 2012 (634.028), yang mendapat TT-1 sebesar 26,09%, TT-2 sebesar 28,35%, TT-3 sebesar 15,88%, TT-4 sebesar 12,63 dan TT-5 sebesar 11,33% dan TT2+ sebanyak 68,18%. 6. Pelayanan Kesehatan Gigi a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif, sebelum gigi tetap betul betul rusak dan harus dicabut. Pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif yang merupakan tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang pasien. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 61

1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 2009 2010 2011 2012 2013 Rasio 0.71 0.81 0.82 0.98 0.94 Gambar 4.18 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013 Rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap menunjukkan tingkat motivasi masyarakat dalam mempertahankan gigi geliginya, semakin besar rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap berarti semakin tinggi motivasi masyarakat dalam mempertahankan gigi geliginya. Rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap di Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2009 cenderung meningkat, tetapi pada tahun 2013 sedikit mengalami penurunan dari 0,98 pada tahun 2012 menjadi 0,94 pada tahun 2013. Data pelayanan gigi dan mulut di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 berasal dari 34 kabupaten/kota. Ada satu kabupaten yang tidak masuk datanya yaitu Kabupaten Kudus. Di kabupaten/kota, rasio tertinggi sebesar 2,28 yaitu di Kabupaten Semarang. Sedangkan rasio terendah sebesar 0,09 yaitu di Kabupaten Rembang. Terdapat 15 (42,86%) kabupaten/kota dengan rasio yang rendah dibawah 1 (satu) yang berarti bahwa pencabutan gigi tetapnya lebih banyak daripada tumpatan gigi tetap. Kondisi tersebut perlu ditindaklanjuti dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut serta dampaknya pada sistem pencernaan dan kesehatan tubuh secara umum. b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan sikat gigi masal di SD/MI merupakan salah satu kegiatan UKGS yang bertujuan agar anak-anak sekolah dasar dapat memahami cara dan waktu yang tepat untuk Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 62

melakukan sikat gigi. Dari 30 kab/kota yang masuk datanya, Persentase SD/MI yang melaksanakan sikat gigi masal sebesar 77,6 %. Sedangkan yang mendapatkan pelayanan gigi sebesar 82,5%. Kegiatan UKGS yang lain adalah pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk mendapatkan murid yang perlu perawatan gigi, kemudian melakukan perawatan pada murid yang memerlukan. Cakupan pemeriksaan kesehatan gigi murid SD/MI tahun 2013 sebesar 42,38%. Sejak tahun 2009 tren cakupan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada murid SD/MI cenderung naik. Terdapat 3 kab/kota yang cakupannya mencapai 100%, yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Blora, dan Kota Salatiga. Cakupan terrendah adalah di Kab. Brebes sebesar 6,41%. 44 42 40 38 36 34 32 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 36,31 37,59 37,9 35,86 42,38 Gambar 4.19 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid Sekolah Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 c. Murid SD/MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut Jumlah Murid SD/MI diperiksa dan memerlukan perawatan tahun 2013 sebanyak 293.758 anak, sedangkan yang dirawat sebanyak 158.058 anak. Cakupan perawatan gigi dan mulut murid SD/MI di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 53,81%, sedikit meningkat bila dibanding cakupan tahun 2012 (53,6%). 55.5 55 54.5 54 53.5 53 52.5 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 54.75 53.83 55.3 53.62 53.81 Gambar 4.20 Cakupan Perawatan Gigi Murid Sekolah Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 63

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa cakupan perawatan gigi murid SD/MI yang membutuhkan perawatan dalam lima tahun terakhir baru berkisar antara 50%- 55% dari sekitar 35% murid SD/MI yang mendapat pemeriksaan gigi dan mulut. Hal ini berarti masih banyak murid SD/MI yang belum mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Fakta menunjukkan bahwa Umur Harapan Hidup di Indonesia semakin tinggi (2010 : rata-rata UHH 71,4 tahun). Populasi lansia di Indonesia meningkat 414 % dari tahun 1990 s.d. 2025. Untuk itu diperlukan upaya agar proses menjadi tua pada lansia tetap berjalan namun menjadi tua yang tetap sehat, berguna, produktif, dan tidak menjadi beban di masyarakat. Pelayanan kesehatan usia lanjut merupakan salah satu upaya tersebut. Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan penduduk usia 60 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, baik di puskesmas maupun di posyandu/kelompok usia lanjut. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 58,58% meningkat bila dibandingkan cakupan pada tahun 2012 (52,83%). Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi (100%) adalah Kabupaten Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pekalongan. Sementara Kabupaten dengan cakupan terrendah adalah Kabupaten Cilacap (9,21%). 70 60 50 40 30 20 10 0 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 42.27 52.61 51.96 52.83 58.58 Gambar 4.21 Pelayanan Kesehatan Usia lanjut Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Tren cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut di Provinsi Jawa Tengah sejak Tahun 2009 hingga Tahun 2013 cenderung meningkat. Cakupan pelayanan kesehatan usila tahun 2013, hampir mencapai target program lansia Tahun 2013 yaitu 60%. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 64

Tengah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pra usila dan usila antara lain sebagai berikut : a. Meningkatkan sosialisasi, advokasi dan komunikasi (Penguatan Promosi Kesehatan melalui pendekatan perubahan gaya hidup) b. Meningkatkan akses masy. Lansia untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas (Penguatan sistem kesehatan untuk mendukung Active and Healthy Ageing ). c. Menjalin kemitraan. d. Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan mandiri di usia lanjut. e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang terlibat dalam upaya kes. Usila. f. Mengupayakan anggaran dari pemerintah, swasta dan masyarakat g. Kerjasama dengan universitas dan lembaga penelitian untuk pengembangan program. 8. Pelayanan Dawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa a. Pelayanan Gawat Darurat Level I yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat merupakan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan pelayanan gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitasi Jantung Paru Otak (Cardio Pulmonary Cebral Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support/BLS) dan Bantuan Hidup Lanjut (ALS). Sarana kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah bersalin, puskesmas, dan rumah sakit baik rumah sakit umum, jiwa maupun khusus. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 65

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 RSU RSJ RS Khusus Pusk RI 2012 100 100 100 96.74 2013 100 100 100 95.5 Gambar 4.22 Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat yang Dapat Diakses Masyarakat Provinsi Jawa TengahTahun 2012-2013 Jumlah rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2013 sebanyak 271. Semua rumah sakit, baik rumah sakit umum, khusus, maupun rumah sakit khusus jiwa semua telah mempunyai kemampuan pelayanan gawat darurat level I. Sedangkan untuk puskesmas perawatan masih ada beberapa yang belum mempunyai kemampuan pelayanan gawat darurat level I sehingga pencapaian untuk Tahun 2013 baru mencapai 95,5%, sedikit lebih rendah dibanding capaian Tahun 2012 sebesar 96,74%. Hal ini disebabkan tedapat Puskesmas rawat inap baru dimana beberapa Puskesmas rawat inap baru tersebut belum mempunyai kemampuan gawat darurat. b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang Ditangani <24 Jam Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam jangka waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Jawa Tengah. Tingginya frekuensi KLB seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Acute Flacid Paralisys (AFP), Keracunan Makanan, Difteri, Campak, Diare, bencana serta munculnya penyakit baru seperti Avian Influenza (Flu Burung), disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada situasi sosial ekonomi masyarakat secara umum (keresahan masyarakat, produktivitas menurun). Kondisi tersebut menuntut upaya atau tindakan secara cepat dan tepat Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 66

(kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan. 800 600 400 200 0 Desa/kel terkena KLB 2009 2010 2011 2012 2013 536 579 353 363 501 Gambar 4.23 Distribusi Frekuensi KLB menurut Jumlah Desa yang Terserang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Dari Gambar 4.23 di atas diketahui bahwa pada Tahun 2013 desa yang mengalami kejadian luar biasa mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu dari 363 desa/kelurahan menjadi 501 desa/kelurahan. Dari 501 desa/kelurahan mengalami kejadian luar biasa seluruhnya (100%) ditangani secara cepat (kurang dari 24 jam). 101 100 99 98 97 Ditangani <24jam (%) 2009 2010 2011 2012 2013 100 98.45 100 100 100 Gambar 4.24 Grafik Distribusi Frekuensi Desa/Kelurahan Terkena KLB yang ditangani kurang dari 24 jam Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Pada Tahun 2013, kejadian luar biasa penyakit menular, bencana, dan keracunan makanan yang sebanyak 17 jenis yang tersebar di 33 kab/kota. Ada dua kab/kota yang tidak melaporkan adanya kejadian luar biasa yaitu Kota Magelang dan Kota Tegal. Frekuensi tertinggi adalah KLB keracunan makanan yang terjadi di 93 kecamatan dan 114 desa/kelurahan. Urutan ke dua adalah KLB DBD yang terjadi di 58 kecamatan dan 95 desa. Urutan ke tiga adalah KLB Chikungunya yang terjadi di 60 kecamatan dan 92 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 67

Kab.Temanggung Kab.Kr.anyar Kab. Cilacap Kab. Sukoharjo Kab. Banyumas Kab. Pemalang Kab. Tegal Kab. Wonogiri Kab. Klaten Kab. Boyolali Kab. Brebes Kab. Batang Kota Semarang Kab. Grobogan Kab. Magelang Kab. Semarang Kab. Pekalongan Kab. Sragen Kota Salatiga Kab. Pati Kab. Wonosobo Kab. Jepara Kab. Purworejo Kab. Kebumen Kab. Kendal Kab. Demak Kab. Kudus Ka. Rembang Kota Pekalongan Kota Surakarta Kab. Purbalingga Kab. Blora Kab. Kota Tegal Kota Magelang desa/kelurahan. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, jenis KLB yang terjadi pada Tahun 2013 mengalami penurunan dari 22 jenis menjadi 17 jenis. 120 100 80 60 40 20 0 114 95 92 Keracunan Makanan DBD Chikungunya 48 24 24 23 14 AFP Diare Hepatitis A Leptospirosis Difteri 10 7 5 4 3 3 2 1 1 Rubela Banjir,Tnh Longsor Campak Scabies Tetanus Neonatorum Tersangka Flu Burung Parotitis Varicella Malaria Gambar 4.25 Jenis KLB Menurut Desa/Kelurahan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Sebaran KLB tahun 2013 menunjukkan bahwa 3 kabupaten/kota dengan frekuensi KLB terbanyak adalah Kabupaten Temanggung (45 kejadian), Kabupaten Karanganyar (42 kejadian) dan Kabupaten Cilacap (35 kejadian). Sedangkan rata-rata desa/kelurahan terjadi KLB per jumlah desa/kelurahan adalah sebesar 0,06. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 45 42 35 34 31 30 26 25 22 22 21 19 16 16 15 14 13 10 9 9 9 5 5 5 4 4 4 3 2 2 2 1 1 0 0 Gambar 4.26 Kejadian KLB Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa Dari tujuh belas jenis KLB penyakit menular, bencana alam, dan keracunan makanan, Jumlah penduduk terancam KLB tahun 2013 sebanyak Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 68

1.031.138 jiwa. Sedangkan yang menderita akibat kejadian luar biasa tersebut sebanyak 4.542 jiwa, sehingga attack rate atau rata-rata kejadian sebesar 0,45%. Dari sejumlah penderita tersebut, yang meninggal sebanyak 75 orang (case fatality rate/cfr: 1,65%). CFR tertinggi adalah KLB Tersangka Flu Burung sebesar 100%. Urutan ke dua adalah Tetanus Neonatorum sebesar 33,33%, dan yang ke tiga adalah Demam Berdarah Dengue sebesar 7,55%. 9. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Metode pembelajaran dalam penyuluhan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan, kemampuan tenaga pengajar, kemampuan objek sebagai pendengar, besarnya kelompok waktu pelaksanaan, dan ketersediaan sarana prasarana. Metode penyuluhan kesehatan bersifat penyuluhan individual, penyuluhan kelompok, dan penyuluhan massa. Dari data kegiatan penyuluhan, 35 kab/kota melaporkan frekuensi kegiatan penyuluhan kelompok, tetapi pada kegiatan penyuluhan massa hanya 32 kab/kota yang melaporkan. Frekuensi kegiatan penyuluhan kelompok di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 sebanyak 291.962 kali. Frekuensi tertinggi adalah di Kab. Pekalongan yaitu sebanyak 34.351 kali. Urutan ke dua adalah Kab. Kebumen sebanyak 21.747 kali, dan urutan ke tiga adalah Kab. Karanganyar sebanyak 20.718 kali. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 69

Kab. Pekalongan Kab. Kebumen Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Tegal Kab. Purbalingga Kab. Temanggung Kab. Brebes Kab. Semarang Kab. Wonosobo Kab. Rembang Kota Surakarta Kab. Banyumas Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Magelang Kab. Banjarnegara Kab. Jepara Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Purworejo Kab. Batang Kab. Kudus Kab. Sukoharjo Kota Magelang Kab. Pemalang Kota Pekalongan Kab. Kendal Kab. Cilacap Kab. Wonosobo Kab. Pati Kota Salatiga Kab. Blora Kota Tegal Kab. Pekalongan 16043 15748 14673 13489 13118 13087 11084 10459 10407 9499 9258 8733 8474 8236 8009 6428 5462 5104 4952 4367 3475 3463 2673 1767 1572 1548 1238 859 706 440 414 361 21747 20718 34351 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 Gambar 4.27 Distribusi Frekuensi Penyuluhan Kelompok yang Dilakukan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Frekuensi penyuluhan massa di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 sebanyak 37.010 kali. Frekuensi tertinggi adalah di Kab. Tegal yaitu sebanyak 15.736 kali. Tiga kabupaten/kota tidak melaporkan kegiatan penyuluhan massa yaitu Kab. Blora, Kab. Demak, dan Kab. Temanggung. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Kab. Tegal Kab. Banyumas Kab. Semarang Kota Pekalongan Kab. Kendal Kab. Rembang Kab. Sragen Kota Surakarta Kab. Purworejo Kab. Magelang Kab. Kudus Kota Semarang Kab. Jepara Kab. Pemalang Kab. Klaten Kota Salatiga Kab. Kebumen Kab. Cilacap Kab. Brebes Kab. Boyolali Kab. Purbalingga Kab. Pati Kab. Karanganyar Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Wonosobo Kota Magelang Kab. Grobogan Kab. Wonogiri Kab. Kota Tegal Kab. Sukoharjo Kab. Temanggung Kab. Demak Kab. Blora 1790 1582 1492 1383 1191 1009 946 731 504 285 263 234 209 194 192 179 175 139 97 122 137 57 50 47 47 45 19 30 4 0 0 0 3647 4474 15736 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 Gambar 4.28 Distribusi Frekuensi Penyuluhan Massa yang Dilakukan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 70

B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan. Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran langsung (out of pocket) yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan menjadi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya. Di Indonesia, ada dua kelompok peserta jaminan pemeliharan kesehatan yaitu kelompok penduduk non maskin yang membayar sendiri premi jaminan pemeliharaan kesehatannya dan kelompok maskin yang ditanggung oleh pemerintah. Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013, kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar 71,64%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2012 (65,52%). Kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan Sedangkan untuk masyarakat miskin, pemerintah menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), di mana semua biaya pemeliharaan kesehatan untuk masyarakat miskin ini semua ditanggung oleh pemerintah. 80 60 40 20 0 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 19.37 21.59 36.18 65.52 71.64 Gambar 4.29 Cakupan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Non Maskin Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Selain jamkesmas, banyak kabupaten/kota yang menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan tujuan agar masyarakat miskin yang belum tercakup jamkesmas bisa tercakup jamkesda. Kepesertaan jeminan pemeliharaan untuk masyarakat miskin (Jamkesmas) di Provinsi Jawa Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 71

Tengah Tahun 2013 sebesar 42,54% dari total penduduk, mengalami penurunan bila dibandingkan kepesertaan Tahun 2012 sebesar 48,40%. Kepesertaan jaminan kesehatan terdiri dari: Askes (7,49%), Jamsostek (4,11%), Askeskin/Jamkesmas (42,54%), Jamkesda (8,80%) dan lain-lain (11,67%). KEPESERTAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN 7,49 % 11,67 % 4,11 % 8,80% 42,54 % Askes Jamsostek Jamkesmas Jamkesda Lain-lain Gambar 4.30 Cakupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Sejak 1 Januari 2014, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah melaunching BPJS Kesehatan yang pesertanya dimulai dari peserta Askes, Jamsostek, dan jaminan kesehatan anggota TNI/Polri. Pada Tahun 2019 ditargetkan Universal Coverage kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang berarti bahwa seluruh penduduk di Indonesia pada tahun 2019 harus memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Terdapat dua cara pembayaran premi yaitu untuk masyarakat non miskin premi dibayar sendiri oleh peserta, sedangkan untuk masyarakat miskin, premi dibayarkan oleh pemerintah. 2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan di Puskesmas meliputi rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama, persalinan normal di Puskesmas dan jaringannya, pelayanan gawat darurat, dan pelayanan transport untuk rujukan bagi pasien. Sedangkan pelayanan di rumah sakit meliputi rawat jalan tingkat lanjut, rawat Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 72

inap tingkat lanjut, pelayanan obat dan bahan habis pakai, pelayanan penunjang medik, serta pelayanan tindakan dan operasi. Jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin pada tahun 2013 sebanyak 15.926.850 orang. Masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di sarana pelayanan strata 1 sebanyak 5.561.947 (34,9%) sedangkan di sarana pelayanan strata 2 dan strata 3 sebesar 564.099 (3,5%). 3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit. Selain mendapatkan pelayanan rawat jalan juga mendapatkan rawat inap. Pada Tahun 2013, jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di sarana kesehatan strata 1 sebanyak 295.164 (1,93%) sedangkan di sarana kesehatan 2 dan 3 sebanyak 389.993 (2,45%). 4. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan ini meliputi kunjungan rawat jalan di Puskesmas, kunjungan rawat jalan di rumah sakit, dan kunjungan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan lain. Cakupan kunjungan rawat jalan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 51,87%. Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat inap ini meliputi kunjungan rawat inap di Puskesmas, kunjungan rawat inap di rumah sakit, dan kunjungan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan lain. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 3,17%. 5. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 73

perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Data yang masuk untuk pelayanan kesehatan jiwa di RS berasal dari Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Umum yang mempunyai klinik jiwa. Permasalahan yang ada saat ini adalah tidak semua Rumah Sakit Umum mempunyai pelayanan klinik jiwa karena belum tersedia tenaga medis jiwa dan tidak banyak kasus jiwa di masyarakat yang berobat di sarana pelayanan kesehatan. Dari permasalahan tersebut, upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan pembinaan program kesehatan jiwa di sarana kesehatan pemerintah dan swasta, pelatihan/refreshing bagi dokter dan paramedis Puskesmas terutama upaya promotif dan preventif, serta meningkatkan pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan program kesehatan jiwa. KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA 32,71% 67,29% Rumah Sakit Pusk. & Sarkes Lain Gambar 4.31 Kunjungan Gangguan Jiwa di Puskesmas dan Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 121.962. Sebagian besar kunjungan gangguan jiwa adalah di rumah sakit (67,29%), sedangkan 32,71% lainnya di Puskesmas dan sarkes lain. 6. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit a. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS / Gross Death Rate (GDR) Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS/GDR (Gross Death Rate) berguna untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan di Rumah Sakit. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 74

Semakin rendah GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka yang dapat ditolerir untuk GDR ini maksimum 45. 70 60 50 40 30 20 10 0 2011 2012 2013 GDR 34,01 59,4 44,47 Gambar 4.32 Angka Rata-rata Gross Death Rate di Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013 GDR rata-rata di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 44,47, berarti masih dalam angka yang dapat ditolerir, dan masih lebih baik bila dibandingkan dengan GDR tahun 2012 sebesar 59,4. Dari 198 RS yang melapor, sebanyak 20 rumah sakit mempunyai nilai GDR melebihi angka yang dapat ditolerir (kurang baik). b. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death Rate (NDR) Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit, berarti bahwa mutu pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin baik. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per 1.000 penderita keluar. 40 30 20 10 0 2011 2012 2013 GDR 17,07 29,7 36,16 Gambar 4.33 Angka Rata-rata Net Death Rate di Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 75

Rata-rata NDR di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 36,16, berarti sudah melampaui batas yang bisa ditolerir dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan NDR tahun 2012 sebesar 29,7. Dari 171 rumah sakit yang melapor, sebanyak 14 rumah sakit mempunyai nilai NDR melebihi angka yang dapat ditolerir. Berdasarkan data GDR dan NDR tersebut berarti pada tahun 2013 terjadi penurunan mutu pelayanan atau perawatan di rumah sakit sehingga diperlukan pembinaan lebih lanjut. 7. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Dalam menentukan peningkatan sarana rumah sakit, indikator yang digunakan antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan, diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidur serta rasio terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2013 jumlah keseluruhan rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 271, bertambah 8 rumah sakit dari tahun 2012. Gambar berikut adalah Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur di Provinsi Jawa Tengah menurut jenis dan kepemilikannya. Tabel 4.1 Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 NO RUMAH SAKIT JUMLAH TEMPAT TIDUR TOTAL KELAS III 1 RSU Pemerintah 51 12.329 6281 2 RS TNI/Polri 11 1.060 411 3 RSU Swasta 141 20.028 12.240 4 RS Khusus Pemerintah 7 1.779 1.454 5 RS Khusus Swasta 60 1.508 728 6 RS Khusus TNI/Polri 1 50 22 JUMLAH 271 36.754 21.136 a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai kinerja rumah sakit dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (>80%) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 76

tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%. Pada tahun 2013, rata-rata BOR di Provinsi Jawa Tengah sebesar 49,39 masih di bawah BOR ideal. Dari 188 rumah sakit yang melapor, 49 RS (26,06%) mempunyai BOR yang dianggap cukup ideal, 24 RS (12,77%) mempunyai tingkat pemanfaatan sangat tinggi diatas maksimal occupancy rate, 113 RS (60,11%) tingkat pemanfaatannya masih kurang. Rumah sakit dengan BOR tinggi pada umumnya terdapat di rumah sakit pemerintah baik milik pemerintah pusat, provinsi, maupun kab/kota. Sedangkan yang mempunyai tingkat pemanfaatan rendah kebanyakan adalah rumah sakit swasta tipe D. b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay (ALOS) Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/average Length of Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6 9 hari. Rata-rata lama rawat seorang pasien di rumah sakit se Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 adalah 3,45 hari, lebih rendah dari ALOS ideal. Dari 186 rumah sakit yang melapor, hanya 5 RS (2,7%) yang mempunyai nilai ALOS ideal, 6 RS (3,2%) mempunyai ALOS yang tinggi melebihi ALOS ideal, dan 175 RS (94,09%) mempunyai ALOS yang rendah dibawah 6. Rumah Sakit yang memiliki ALOS ideal adalah RS PKU Muhammadiyah Kutowinangun Kebumen, RSUD Kudus, RSU Adella, RSUP Dr. Kariadi Semarang, RSUD Kardinah Kota Tegal. Sedangkan yang mempunyai ALOS yang tinggi kebanyakan adalah Rumah Sakit Jiwa. c. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI) TOI dan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Angka ideal untuk TOI adalah 1 3 hari. Rata-rata TOI di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 adalah 3,54 hari, di atas kisaran TOI ideal. Hal ini berarti mengalami penurunan efisiensi penggunaan tempat tidur dari tahun 2012 dimana TOI adalah 2,8 hari atau berada dalam kisaran TOI ideal. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 77

Dari 186 RS yang lapor, 89 RS (47,8%) mempunyai nilai TOI lebih tinggi dari pada nilai ideal, 25 RS (13,44%) mempunyai nilai TOI lebih kecil dari nilai ideal, dan 72 RS (38,7%) mempunyai nilai TOI ideal. Angka BOR, ALOS, dan TOI rata-rata di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 tersebut menunjukkan bahwa kinerja pelayanan rumah sakit masih kurang baik, sehingga diperlukan upaya-upaya perbaikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan tersebut. C. Perilaku Hidup Masyarakat 1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga. Adapun 16 indikator PHBS tatanan Rumah tangga tersebut meliputi: a. Variabel KIA dan GIZI: persalinan nakes; ASI Eksklusif; penimbangan balita; gizi seimbang b. Variabel KESLING: air bersih; jamban; sampah; kepadatan hunian; lantai rumah. c. Variabel GAYA HIDUP: aktifitas fisik; tidak merokok; cuci tangan;kesehatan gigi dan mulut; miras/narkoba d. Variabel UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT: Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2013 persentase rumah tangga yang dipantau sebesar 37,29%, sedikit meningkat dibanding rumah tangga yang dipantau pada tahun 2012 (33,4%). Pencapaian persentase rumah tangga sehat yaitu yang diwakili oleh rumah tangga yang mencapai strata sehat utama dan sehat paripurna telah mencapai 76,77%, meningkat bila dibandingkan tahun 2012 (74,67%). Ada 10 (28,57%) kab/kota yang mempunyai cakupan rumah tangga sehat lebih dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 78

90%. Cakupan tertinggi sebesar 100% yaitu di Kabupaten Demak. Sedangkan Cakupan terrendah sebesar 46,20% yaitu di Kab. Banjarnegara. Perubahan perilaku tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi memerlukan proses yang panjang termasuk didalamnya perlu upaya pemberdayaan masyarakat yang berkesinambungan. Berikut ini adalah Grafik persentase rumah tangga sehat berdasarkan strata Utama dan Paripurna di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 s/d 2013. 100 80 60 40 20 0 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan 63,68 68,63 74,68 74,67 76,77 Gambar 4.34 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 s/d 2013 D. Keadaaan Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: (1) Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar, (2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan, (3) Pengendalian Dampak Risiko Lingkungan, (4) Pengembangan Wilayah Sehat. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat. Pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya, berbagai lintas sektor ikut serta berperan (Bappeda, Bapermas, Perindustrian, Lingkungan Hidup, Pertanian, Cipta Karya, dan Dinas Kesehatan). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 79

1. Persentase Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung, TBC, ISPA dan lain - lain. Data persentase rumah yang diperiksa di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 berasal dari 34 kab/kota. Ada satu kabupaten yang tidak masuk datanya yaitu Kab. Grobogan. Rumah yang diperiksa sebesar 49,70% dari keseluruhan rumah yang ada. Dari yang diperiksa 73,96% merupakan rumah sehat. Cakupan rumah sehat Tahun 2013 ini meningkat bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 (68,1%). 75 70 65 60 55 2009 2010 2011 2012 2013 Rumah Sehat 65,12 65,01 62,95 68,1 73,96 Gambar 4.35 Cakupan Rumah Sehat Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013 2. Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes Penyakit Demam Berdarah masih merupakan permasalahan di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu cara pengendalian penyakit tersebut adalah dengan pemberantasan vektor yang menjadi perantara penularan penyakit tersebut. Pemberantasan vektor dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yang cukup efektif adalah pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3 M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur dan Plusnya adalah Mencegah Gigitan Nyamuk). Angka bebas jentik merupakan indikator keberhasilan program pemberantasan sarang nyamuk. Target angka bebas jentik di Provinsi Jawa Tengah sebesar 95%. Cakupan rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes di Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 80

Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 74,56%, mengalami penurunan bila dibanding cakupan tahun 2012 (83,72%). Angka bebas jentik di Provinsi Jawa Tengah masih fluktuatif dan masih di bawah target. Hal ini akan berpengaruh terhadap kejadian penyakit demam berdarah dengue, yang saat ini cenderung meningkat dan bertambah luas wilayah yang terjangkit. 85 80 75 70 65 Angka Bebas Jentik 2011 2012 2013 77.14 83.72 74.56 Gambar 4.36 Cakupan Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 3. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri serta Kementerian Pekerjaan Umum cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan diantaranya, meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi. Pada dasarnya negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih dan produktif (UU No. 7 Tahun 2004, pasal 10). Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin masih tinggi, sehingga kemampuan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 81

untuk mendapat akses ke sarana penyediaan air minum yang memenuhi syarat masih terbatas. Masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata membayar lebih besar untuk memperoleh air daripada masyarakat berpenghasilan tinggi, hal ini menunjukkan ketidakadilan dalam mendapatkan akses pada air minum. Walaupun terdapat program program air minum dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah, namun akses terhadap air minum belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Perlu dukungan kebijakan yang lebih fokus untuk penyediaan sanitasi dan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dari seluruh keluarga yang ada di Provinsi Jawa Tengah, 51,8% dilakukan pemeriksaan sumber air bersihnya. Dari yang diperiksa, 89,3% telah memiliki akses terhadap sarana air bersih, mengalami peningkatan bila dibandingkan cakupan akses air bersih tahun 2012 (75,05%). Sarana air bersih yang paling banyak adalah sumur gali (43,6%). Jenis Sarana Air Bersih 7,2 % 0,4 % 11 % 0,3 % 20,9 % Kemasan Ledeng 6,2 % SPT SGL 43,6 % Mata Air PAH Lainnya Gambar 4.37 Akses Air Bersih Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 4. Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan Data persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan berasal dari 34 kab/kota. Satu kota tidak masuk datanya yaitu Kota Surakarta. Keluarga yang diperiksa sumber air minumnya sebesar 48,41% dari seluruh rumah tangga yang ada. Dari yang diperiksa, 75,62% telah menggunakan sumber air minum terlindung sedikit meningkat dibanding tahun 2012 (75,4%). Dengan demikian masih ada 24,38% keluarga yang menggunakan sumber air minum tidak Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 82

terlindung yang rawan terhadap pencemaran sehingga potensial untuk terkena penyakit water borne disseases. 4,3% 1,5% 1,8% 11 % 0,1% 8,1% 0,4 % Jenis Sumber Air Minum 0,8 % 5,2 % 3 % 7,2 % 3 % Kemasan Isi Ulang Leding Meteran Leding Eceran Pompa Sumur Terlindung Mata Air Terlindung Gambar 4.38 Akses Sumber Air Minum Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 5. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanitasi dasar merupakan salah satu syarat rumah sehat. Sarana sanitasi dasar meliputi jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah. Keluarga yang diperiksa kepemilikan sanitasi dasarnya di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 50,7% dari keseluruhan keluarga yang ada. Dari yang diperiksa 75% memiliki jamban, 71,1% memiliki tempat sampah, dan 59,4% memiliki pengolahan air limbah. Adapun jamban yang sehat sebesar 75%, tempat sampah sehat sebesar 68,4%, pengelolaan air limbah sehat sebesar 67%. Tren cakupan sarana sanitasi dasar di Provinsi Jawa Tengah selama lima tahun dapat dilihat pada gambar berikut. 100 80 60 40 20 0 Jamban Tempat Sampah Air Limbah 2009 68.95 72.93 55.51 2010 71.44 75.67 73.1 2011 71.29 69.58 63.57 2012 82.9 70.9 55.4 2013 75 68.4 67 Gambar 4.39 Cakupan Sanitasi Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 83