PENDAHULUAN Hampir semua negara di dunia saat ini melakukan konvergensi antara GAAP (General Accepted Accounting Principle) dengan IFRS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUNGKAPAN INFORMASI ASET KEUANGAN DAN IMPAIRMENT-NYA DI PERBANKAN MENURUT PSAK 50 DAN 60

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian.

BAB I PENDAHULUAN. (BEI) sampai tahun 2011, sektor perbankan ini mengalami fluktuasi pada harga

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengambil keputusan-keputusan penting bagi kelangsungan perusahaan,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan penelitian tentu dibutuhkan metode yang tepat untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Meningkatnya kinerja

LAMPIRAN. Daftar perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kriteria No Kode Nama Perusahaan 1 2 3

Daftar Penentuan Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan event study yang dilakukan dengan cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Daftar Perusahaan Perbankan Tahun

BAB 3 METODE PENELITIAN. menggunakan metode pengujian statistik. Penelitian analisis komparatif

Erni, Heny Kurniawati Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat, Telp : ,

Daftar Populasi dan Proses Seleksi Sampel Kriteria No Kode Nama Bank

LAMPIRAN DAFTAR NAMA PERBANKAN. Nama Bank

Tabel 3.1 Daftar Populasi Perusahaan Perbankan

KLASIFIKASI ITEM PENGUNGKAPAN

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN BANK YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE

LAMPIRAN. No. Peneliti Judul Variabel Kesimpulan. Ukuran. perusahaan. Corporate. Governance, Ukuran. Leverage,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan perusahaan kepada masyarakat/publik (go public).

I. PENDAHULUAN. saham yang beredar ataupun harga yang bergerak di pasar (Darmadji dan Fakhruddin:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan mulai dari tahap persiapan penelitian sampai dengan penyusunan

DAFTAR POPULASI BANK YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE

Gayatry, Ayu Dwi Determinan Struktur Modal Pada Perusahaan Non Keuangan Kompas 100 Periode Skripsi. FE Universitas Indonesia.

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL

BAB III METODE PENELITIAN. website Bursa Efek Indonesia dan

BAB IV GAMBARAN UMUM. profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (SIZE), capital adequacy ratio

LAMPIRAN. Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Efek Indonesia pada tahun Adapun objek yang diteliti ialah volume

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas Risiko Kredit. (23 Mei 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan. Tabel 4.1.

BAB III METODE PENELITIAN. dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Sampel yang

LAMPIRAN DAFTAR INDIKATOR GOOD CORPORATE GOVERNANCE. No. Pilar Indikator

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia tahun 2010

BAB III METODE PENELITIAN

FINANCIAL INSTRUMENT

ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP RETURN ON ASSET (Sensus Pada Emiten Sektor Perbankan Yang Terdaftar di BEI) Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti kunjungi adalah pusat referensi di pojok Bursa Efek Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

PERANAN ANALISIS METODE Z-SCORE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas survey

JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN, Vol.2, No.1, Juni 2017, E-ISSN:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PENGUNGK APAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (SOCIAL DISCLOSURE)

BAB I PENDAHULUAN. membentuk Gross Domestic Product. Perkembangan pasar modal akan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka sebagai alat analisis keterangan mengenai apa yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN sesuai pengklasifikasian Indonesia Capital Market Directory (ICMD)

LAMPIRAN 1 DAFTAR NAMA PERUSAHAAN PERBANKAN SAMPEL. Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode No. Kode Nama Perusahaan Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang terusmenerus.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

DAMPAK PENERAPAN PSAK 50, PSAK 55 DAN PSAK 60 (REVISI) PADA PENYISIHAN KERUGIAN KREDIT PERBANKAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang sahamnya terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun bank. (Gooneratne and Hoque, 2012, p.

ANALISIS MODEL ALTMAN Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA BANK YANG LISTING DI BEI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN SKRIPSI

PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jalan Raya Gajayana

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA) DAN BOPO TERHADAP HARGA SAHAM (Sensus Pada Emiten Sektor Perbankan Yang Terdaftar di BEI)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. tentang Akuntansi Investasi Efek Tertentu yang telah dikeluarkan oleh DSAK sejak

ANALISIS Z-SCORE PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2013 Dhika Setyo Wahyu Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

03 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. Indonesia (BEI). Alasan pemilihan objek penelitian tersebut adalah :

Investasi Stock. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 7. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen/bebas dan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN

Investasi Stock. Pertemuan ke 7

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian in, penulis ingin mengetahui apakah corporate social

LAMPIRAN I DATA SEKUNDER

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mencari atau menguji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggambarkan hubungan antara variabel independen dan dependen dengan

Analisis Tingkat Kesehatan Perbankan Konvensional dengan Metode Risk Profile, Earnings, Capital

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi, keberlangsungan perusahaan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian yang bersifat explanatory research.

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia tahun 2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENUTUP. pengukuran. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: arus kas dari aktivitas operasi membuktikan bahwa tidak terdapat

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a. Sejarah singkat Perusahaan. pengembangan agro bisnis nasional. mengelola risiko secara efektif.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu

BAB V PENUTUP. (BEI) setelah mengadopsi International Accounting Standards (IAS) 39. Dengan kata. lain hipotesis dalam penelitian ini tidak diterima.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia secara makro dapat menjadi bahan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

Transkripsi:

PENDAHULUAN Hampir semua negara di dunia saat ini melakukan konvergensi antara GAAP (General Accepted Accounting Principle) dengan IFRS (International Financial Reporting Standard). Saat ini Indonesia juga sedang melakukan harmonisasi dengan melakukan revisi standar PSAK (Peraturan Standar Akuntansi Keuangan) agar sesuai dengan standar internasional (IFRS). Salah satu standar yang direvisi adalah kebijakan mengenai instrumen keuangan, kebijakan tersebut diatur didalam PSAK 50 (revisi 2006) yang berisi penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan dan 55 (revisi 2006) yang berisi tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan. Kedua standar mengacu IAS (International Accounting Standard) 32 dan 39. PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) telah diterapkan oleh seluruh perusahaan perbankan dan telah berlaku efektif mulai 1 Januari 2010. Pada tahun 2010, IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) merevisi kembali PSAK 50 (revisi 2006). PSAK 50 (revisi 2006) yang tadinya berisi tentang penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan setelah direvisi PSAK 50 (revisi 2010) hanya berisi tentang penyajian instrumen keuangan sedangkan kebijakan mengenai pengungkapan instrumen keuangan dipisahkan ke dalam PSAK 60 (revisi 2010). PSAK 50 dan 60 (revisi 2010) berlaku efektif mulai 1 Januari 2012. Secara konten PSAK 50 (revisi 2010) hampir sama dengan PSAK (2006) perbedaannya terdapat istilah puttable instrument (instrumen yang memiliki opsi jual) yang dikategorikan dan disajikan sebagai liabilitas keuangan, akan tetapi dapat dikategorikan sebagai instrumen ekuitas jika memenuhi syarat seperti yang disebutkan dalam PSAK 50 (revisi 2010). Sedangkan PSAK 60 (revisi 2010) berisi tentang pengungkapan instrumen keuangan dan risiko. Instrumen keuangan merupakan setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain (PSAK 50, revisi 2010). IFRS merupakan standar yang mengedepankan pengukuran berdasarkan nilai wajar (fair value) oleh karena itu di dalam standar akuntansi keuangan yang mengatur instrumen keuangan pengukuran aset keuangan berdasarkan nilai wajar (fair value). Sehingga dalam melihat nilai wajar setiap akhir periode pelaporan dilihat apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai (impairment) suatu kondisi dimana nilai tercatat suatu aset lebih tinggi daripada nilai pasarnya. Jika terdapat indikasi penurunan nilai perusahaan harus mengukur nilai terpulihkan aset. Jika 1

nilai terpulihkan tersebut lebih rendah dari nilai tercatat aset, maka perusahaan harus menyesuaikan nilai aset tersebut dan mengakui kerugian penurunan nilai dan memberikan pengungkapan yang memadai atas penurunan nilai tersebut. Sebelum direvisi, PSAK 48 (1998) mengatur tentang penurunan nilai (impairment) kecuali persediaan, aset timbul dari kontrak konstruksi, aset pajak tangguhan dan aset dari imbalan. Sehingga PSAK 48 (1998) juga mengatur tentang penurunan nilai aset keuangan. Akan tetapi sejak PSAK 48 (revisi 2009) penurunan nilai aset keuangan tidak diatur lagi didalamnya, aset keuangan saat ini diatur didalam PSAK 50 dan 55 (revisi 2006). Perbedaan PSAK 50 dan 55 (2006) dengan PSAK 48, terletak pada bagaimana menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) pada aset yang telah mengalami penurunan nilai. Dalam penelitian Andrić, et al (2011), dalam studinya yang didasarkan pada sampel dari 225 laporan keuangan perusahaan berukuran besar dan menengah di Republik Serbia untuk periode 2007-2009, menggambarkan peningkatan jumlah presentase perusahaan yang mengungkapkan kerugian penurunan nilai. Dari hasil penelitian tersebut kerugian penurunan nilai piutang merupakan bagian terbesar dibandingkan akun lain dalam komponen aset perusahaan yang terkait dengan piutang dan investasi jangka pendek. Penelitian Emanuela (2012), membahas tentang analisis penerapan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) terhadap penurunan nilai piutang pada perusahaan multifinance di Indonesia. Penelitian tersebut melakukan analisis deskriptif dengan sampel 10 perusahaan multifinance tahun 2009-2010 yang telah menerapkan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006). Hasil penelitian menemukan fakta bahwa hanya 2 perusahaan dari 10 perusahaan yang sangat spesifik mengungkapkan kebijakan akuntansi mengenai instrumen keuangan perusahaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini menganalisis aset keuangan dan penurunan nilainya dalam implementasi PSAK 50 dan 60 dari segi penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perbankan. Perbankan dipilih sebagai obyek penelitian karena sebagai highly regulated industry dengan konsep tersebut seharusnya perbankan rata-rata lebih baik dalam penerapan standar jika dibandingkan dengan penelitian Emanuela (2012) di perusahaan multifinance. Disamping itu berdasarkan www.bi.co.id, PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia) ditemukan belum direvisi berdasarkan 2

PSAK 50 dan 60 (revisi terbaru). Berbagai kejadian yang mengakibatkan penurunan aset keuangan dapat terjadi dalam periode pelaporan. Seperti kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam. Peristiwa seperti itu dapat mengakibatkan adanya penurunan nilai aset, sehingga perusahaan harus menurunkan nilai tercatat menuju jumlah yang dapat terpulihkan. Jika tidak, aset perusahaan akan dinilai overstatement (lebih saji) pada aset, hal tersebut dapat mengakibatkan pengguna laporan mengambil keputusan yang kurang tepat. Untuk itu tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan penyajian dan pengungkapan aset keuangan dan penurunan nilainya (impairment) pada sektor perbankan yang telah efektif menerapkan PSAK 50 dan 60 (revisi 2010). Oleh karena tidak adanya perbedaan yang berarti antara PSAK 50 (revisi 2006) dengan PSAK 50 dan 60 (revisi 2010) dalam hal praktik menyajikan atau mengungkapkan aset keuangan dan penurunan nilainya sehingga perbankan dijadikan sebagai obyek penelitian, disisi lain perbankan merupakan highly regulated industry sehingga akan dilihat pengaturan yang sangat ketat apakah telah sejalan dengan baiknya penerapan PSAK 50 dan 60 terkait penyajian dan pengungkapan penurunan nilai aset keuangan pada periode laporan keuangan 2010-2012. Hasil penelitian ini nantinya akan bermanfaat untuk pihak perbankan di Indonesia dalam mengevaluasi penerapan PSAK 50 dan 60 (revisi 2010) yang telah dilakukan. Serta bagi Bank Indonesia dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan penerapan PSAK 50 dan 60 (revisi 2010). Selain itu hasil penelitian ini bermanfaat bagi investor membantu pengambilan keputusan dalam rangka investasi. TELAAH TEORITIS Perbankan di Indonesia Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat dijelaskan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Industri perbankan di Indonesia merupakan industri yang perkembangannya cukup pesat di Indonesia. Selain itu perbankan merupakan highly regulated industry, 3

oleh karena ketatnya peraturan yang mengatur perbankan, dalam hal standar perbankan merupakan salah satu industri yang cepat dalam menerapkan standar keuangan yang diadopsi dari IFRS. Industri perbankan hampir seluruhnya berisi instrumen keuangan, oleh karena itu salah satu standar IFRS yang paling berkaitan dengan perbankan adalah PSAK 50 dan 60 tentang penyajian, pengungkapan instrumen keuangan. PSAK 50 dan 60 (revisi 2010) PSAK 50 (revisi 2010) berisi penyajian instrumen keuangan dan persyaratan klasifikasi dari sisi penerbit. Dalam PSAK 50 (revisi 2010) terdapat tambahan pengaturan khusus tentang instrumen yang dapat dijual (instrument puttable), kewajiban untuk menyerahkan bagian aset neto secara prorata saat likuidasi, dan rights, opsi, waran dikategorikan dan disajikan sebagai liabilitas keuangan, akan tetapi dapat dikategorikan sebagai instrumen ekuitas jika memenuhi syarat- syarat tertentu. PSAK 60 (revisi 2010) berisi tentang pengungkapan instrumen keuangan dan risiko. Dalam standar ini secara lebih tegas mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan. Berikut ini beberapa definisi yang akan dibahas dalam penelitian ini menurut PSAK 50 (revisi 2010): 1. Instrumen keuangan Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain. 2. Aset keuangan Aset keuangan adalah hak kontraktual untuk menerima kas atau instrumen keuangan lainnya dari entitas lain; atau untuk bertukar aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain dalam kondisi yang berpotensi memberikan keuntungan pada entitas tersebut termasuk kas, instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain, serta kontrak non derivatif atau derivatif. 3. Instrumen ekuitas Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh kewajibannya. 4. Nilai wajar (fair value) 4

Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm s length transaction) 5. Instrumen yang mempunyai fitur opsi jual (Puttable Instrument) Instrumen yang mempunyai fitur opsi jual (puttable instrument) adalah instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual kembali instrumen kepada penerbit dan memperoleh kas atau aset keuangan lain atau secara otomatis menjual kembali kepada penerbit pada saat terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti di masa yang akan datang atau kematian atau purna karya dari pemegang instrumen. Aset Keuangan Aset keuangan dibagi dalam 4 kategori sesuai dengan persyaratan dan klasifikasi yang diatur pada PSAK 55 (revisi 2011) sebagai berikut: 1. Financial asset at fair value through profit & Loss (at FVTPL); Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi adalah aset keuangan yang memenuhi salah satu kondisi berikut ini: a) Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan. Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, yaitu jika: i. Diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual dalam waktu dekat; ii. Pada pengakuan awal merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek (short term profit taking) yang terkini; atau iii. Merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan kontrak jaminan keuangan atau sebagai instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan efektif). b) Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Entitas dapat menggunakan penetapan ini hanya bila memenuhi paragraf 11, atau ketika melakukannya akan menghasilkan informasi yang lebih relevan, karena: 5

i. Mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan (kadang diistilahkan sebagai accounting mismatch) yang dapat timbul dari pengukuran aset atau liabilitas atau pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau ii. Kelompok aset keuangan dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan, dan informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci dari entitas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 7 (revisi 2009): Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi), misalnya direksi. 2. Held to maturity investment (HTM); Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali: a. Investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi; b. Investasi yang ditetapkan oleh entitas dalam kelompok tersedia untuk dijual; dan c. Investasi yang memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang. Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo (lebih dari jumlah yang tidak signifikan dibandingkan dengan total nilai investasi dimiliki hingga jatuh tempo), kecuali penjualan atau reklasifikasi tersebut: (i) Dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati jatuh tempo atau tanggal pembelian kembali (contohnya, kurang dari tiga bulan sebelum jatuh tempo) di mana perubahan suku bunga tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai wajar aset keuangan tersebut; 6

(ii) Terjadi setelah entitas telah memperoleh secara substansial seluruh jumlah pokok aset keuangan tersebut sesuai jadwal pembayaran atau entitas telah memperoleh pelunasan dipercepat; atau (iii) Terkait dengan kejadian tertentu yang berada di luar kendali entitas, tidak berulang, dan tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh entitas. 3. Loans and receivable (L&R); Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali: a) Pinjaman yang diberikan dan piutang yang dimaksudkan oleh entitas untuk dijual dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, dan pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal oleh entitas ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi; b) Pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau c) Pinjaman yang diberikan dan piutang dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual. Kepemilikan atas kelompok aset yang bukan merupakan pinjaman yang diberikan atau piutang (seperti kepemilikan atas reksadana atau yang serupa) tidak dapat diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan atau piutang. 4. Available for sale (AFS). Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan sebagai (a) pinjaman yang diberikan dan piutang, (b) investasi yang diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, atau (c) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. 7

Penurunan Nilai (Impairment) Setiap tanggal pelaporan, aset keuangan harus dinyatakan pada nilai recoverable amount. Untuk itu, pemegang aset harus melakukan evaluasi kemungkinan terjadinya penurunan nilai atas semua aset keuangan kecuali kategori yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Penurunan nilai dilakukan jika nilai tercatat (carrying amount) aset keuangan melebihi nilai pemulihannya (recoverable amount). Kelompok aset keuangan diturunkan nilainya jika terdapat bukti yang objektif mengenai terjadinya penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa kerugian yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut, dan peristiwa tersebut berdampak pada arus kas masa depan yang dapat diestimasi secara handal. Berdasarkan PSAK 55 (revisi 2011, paragraf 66) bukti objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai meliputi data yang dapat diobservasi yang menjadi perhatian dari pemegang aset tersebut mengenai peristiwa-peristiwa yang merugikan. Pemegang aset memperhatikan peristiwa-peristiwa yang merugikan sebagai berikut: a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; b. Pelanggaran kontrak; c. Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan (konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut; d. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya; e. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; f. Tersedianya data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa depan dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut, termasuk: (i) Memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok tersebut (misalnya meningkatnya tunggakan pembayaran atau meningkatnya jumlah pihak peminjam kartu kredit yang mencapai 8

(ii) batas kreditnya dan hanya mampu membayar cicilan bulanan minimal); atau Kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut (misalnya bertambahnya tingkat pengangguran di area geografis pihak peminjam, turunnya harga property untuk kredit properti di wilayah yang relevan, turunnya harga minyak untuk pinjaman yang diberikan kepada produsen minyak, atau memburuknya kondisi industri yang memengaruhi pihak peminjam dalam kelompok tersebut). Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam penelitian Andrić, et al (2011), dilihat dari dampak ekonomi dan kinerja perusahaan, penelitian ini memperlihatkan peningkatan jumlah persentase perusahaan yang mengungkapkan kerugian penurunan nilai dimulai dari tahun 2007 hingga 2009 dan pengungkapan penurunan piutang memperoleh bagian terbesar. Jika dilihat dari segi pelaporan keuangan, penelitian ini menguji bagaimana keterbukaan informasi tambahan tentang penurunan nilai signifikan dari aset. Hasil penelitian mengenai persentase perusahaan di Republik Serbia yang mengungkapkan informasi tambahan tentang penurunan nilai aset yang signifikan dalam periode 2007-2009 adalah sebagai berikut : Tabel 1. Persentase perusahaan yang mengungkapkan informasi tambahan tentang penurunan nilai signifikan dari aset di Republik Serbia di periode 2007-2009 Informasi tambahan atas Penurunan Nilai 2007 2008 2009 Kejadian yang mempengaruhi penurunan nilai 12 % 17% 18% Sifat asset 12% 17% 18% Jenis nilai yang dipulihkan 8% 8% 9% Metode penentuan nilai wajar 2% 4% 2% Tingkat diskonto yang dipakai 0% 2% 2% Sumber : Andrić et al (2011) Penelitian ini membuktikan peningkatan jumlah perusahaan yang mengungkapkan informasi tambahan mengenai kejadian yang mempengaruhi penurunan nilai signifikan. Sedangkan strutur penurunan nilai dijelaskan pada diagram 1: 9

Diagram 1. Struktur Impairment Loss di Republik Serbia periode 2007-2009 Sumber : Andrić et al (2011) Berdasarkan gambar di atas menunjukkan struktur aset pada perusahaan yang mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai yang paling besar adalah terkait akun piutang. Kesimpulannya, berdasarkan investigasi oleh Andrić et al (2011) dari 225 laporan keuangan perusahaan di Republik Serbia pada periode 2007-2009, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan jumlah perusahaan yang mengungkapkan penurunan nilai aset. Peningkatan rugi penurunan nilai tersebut juga mempertimbangkan kondisi bisnis di Serbia. Selanjutnya, penelitian menunjukan bahwa kerugian penurunan nilai piutang usaha dan investasi jangka pendek memiliki partisipasi tertinggi dalam penurunan nilai total, diikuti oleh kerugian penurunan nilai persediaan dan seterusnya. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa jumlah perusahaan yang mengungkapkan informasi tambahan tentang penurunan signifikan dari aset meningkat pada periode yang diamati, tetapi kualitas pengungkapan informasi tambahan masih belum memuaskan, perusahaan-perusahaan masih belum mengungkapkan informasi tambahan sesuai dengan persyaratan pengungkapan internasional dan regulasi nasional. Dalam penelitian Emanuela (2012), yang berjudul penerapan PSAK 50 dan 55 terhadap penurunan nilai piutang pada perusahaan. Dilakukan analisis berdasarkan 10 sampel perusahaan multifinance yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 dan 2010 dengan membandingkan bagaimana pengungkapan penurunan nilai piutang pembiayaan 10

pada laporan keuangan sebelum penerapan PSAK 50 & 55 (revisi 2006) pada laporan keuangan tahun 2009 dan setelah penerapan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) pada laporan keuangan tahun 2010. Dalam penelitiannya, analisis tidak hanya dari segi pengakuan dan pengukuran tetapi juga dari segi penyajian dan pengungkapan pada laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif dan catatan atas laporan keuangan perusahaan multifinance. Selanjutnya Emanuela menyusun kategori sangat spesifik, cukup spesifik dan tidak spesifik. Tabel 2. Kategori penilaian pengungkapan kebijakan instrumen keuangan Kategori penilaian pengungkapan Sangat spesifik Menjelaskan lebih dari sama dengan 8 poin pengungkapan Cukup spesifik Menjelaskan 4-7 poin pengungkapan Tidak Spesifik Menjelaskan kurang dari sama dengan 3 poin pengungkapan Poin-poin pengungkapan pada kebijakan instrumen keuangan: 1. Kategori instrumen keuangan; 2. Pengakuan awal; 3. Pengukuran setelah pengakuan awal; 4. Saling hapus instrumen keuangan; 5. Pengukuran nilai wajar; 6. Biaya perolehan diamortisasi/ metode suku bunga efektif; 7. Penurunan nilai; 8. Reklasifikasi;9. Penghentian pengakuan; 10. Penjelasan kebijakan instrumen keuangan tambahan. Sumber: Emanuela (2012) Hasil penelitian menemukan fakta bahwa hanya 2 perusahaan dari 10 perusahaan yang sangat spesifik dalam mengungkapkan kebijakan akuntansi mengenai instrumen keuangan perusahaan. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012. Pemilihan sampel berdasarkan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1) Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012. 2) Terdapat laporan keuangan tahun 2010-2012 3) Perbankan yang telah menerapkan PSAK 50 dan 60 11

Berdasarkan kriteria tersebut, berikut ini tabel pemilihan sampel penelitian: Tabel 3. Pemilihan Sampel Kriteria Jumlah Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012 32 Tidak terdapat laporan keuangan tahun 2010 2012 (2) Perbankan yang belum menerapkan PSAK 50 dan 60 0 Total sampel penelitian 30 Berdasarkan tabel 3, dari 32 jumlah perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012 terdapat 2 bank yang tidak terdapat laporan keuangan lengkap tahun 2010-2012 sehingga 2 bank tersebut tidak dapat dijadikan sampel. Bank tersebut yaitu PT. Bank Jabar Banten Tbk (BJBR) dan PT. Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), pada bank tersebut tidak ditemukan laporan keuangan tahun 2012. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perbankan yang telah diaudit tahun 2010-2012. Data-data tersebut diakses melalui website IDX (www.idx.co.id). Teknik dan langkah Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif, dengan langkah analisis yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: 1) Identifikasi jenis aset keuangan pada laporan keuangan perbankan. 2) Mengidentifikasi aset keuangan yang terkena impairment (penurunan nilai), baik dari jenis maupun nilai per aset keuangan. 3) Melakukan analisis antara penyajian dan pengungkapan aset keuangan dan impairment-nya lalu dibandingkan dengan PSAK 50 dan 60. 4) Mengambil kesimpulan 12

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Jumlah Bank yang mengungkapkan Aset Keuangan dan Impairment Dalam menganalisis aset keuangan peneliti melihat jumlah bank menurut jenis aset keuangan. Berikut ini tabel 4 yang berisi jumlah bank yang mengungkapkan aset keuangan menurut jenisnya: Tabel 4. Jumlah Bank yang Mengungkapkan Aset Keuangan Menurut Jenisnya Periode 2010-2012 2010 2011 2012 Jenis Aset Jumlah % Jumlah % Jumlah % FVTPL 8 26.67% 12 40.00% 11 36.67% HTM 15 50.00% 15 50.00% 15 50.00% L&R 30 100.00% 30 100.00% 30 100.00% AFS 27 90.00% 27 90.00% 25 83.33% Sumber: Data diolah, 2014 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa tidak semua bank mengungkapkan memiliki semua jenis aset keuangan hanya jenis aset keuangan L&R yang diungkapkan dimiliki oleh semua perbankan. Hal ini wajar karena usaha utama perbankan bergerak dibidang pemberian kredit oleh karena itu sebagian besar aset keuangan perbankan dikategorikan sebagai aset keuangan jenis L&R sedangkan untuk jenis aset keuangan yang paling jarang diungkapkan dimiliki perbankan adalah aset FVTPL. FVTPL paling jarang diungkapkan dimiliki oleh perbankan dimungkinkan karena aset ini merupakan aset jangka pendek. Sedangkan jika dilihat dari jenis usahanya, perbankan lebih suka aset keuangan jangka menengah dan panjang. Seperti penjelasan sebelumnya, dalam satu bank belum tentu mengungkapkan memiliki semua jenis aset keuangan begitu juga dengan penurunan nilai pada aset keuangan tidak semua perbankan mengungkapkan memiliki penurunan nilai per tiap aset keuangan, tabel 5 memperlihatkan jumlah perbankan yang mengungkapkan adanya penurunan nilai pada aset keuangan: 13

Tabel 5. Jumlah Bank yang Mengungkapkan Adanya Penurunan Nilai Menurut Jenisnya Periode 2010-2012 2010 2011 2012 Jenis Aset Jumlah (%)* Jumlah (%)* Jumlah (%)* FVTPL 0 0% 0 0% 0 0% HTM 2 13.33% 1 6.67% 1 6.67% L&R 16 53.33% 20 66.67% 10 33.33% AFS 27 100.00% 27 100.00% 25 100.00% *ket : Jumlah impairment / Jumlah perbankan, contoh pada th 2010 HTM = 2/15 = 13.33% Sumber : Data diolah, 2014 Pada tabel 5 jenis aset FVTPL diungkapkan tidak mengalami penurunan nilai karena aset FVTPL adalah aset yang dimiliki dalam jangka pendek (kurang dari 1 tahun). AFS adalah jenis aset keuangan yang mengalami penurunan nilai paling banyak diungkapkan di perbankan, jumlah bank yang mengungkapkan adanya penurunan nilai jenis aset keuangan AFS sama dengan jumlah perbankan yang mengungkapkan memiliki jenis aset keuangan AFS, hal ini berarti tiap perbankan yang mengungkapkan memiliki aset AFS dan pada setiap tahunnya mengungkapkan adanya penurunan nilai pada jenis aset keuangan AFS, kemungkinan aset AFS mengungkapkan memiliki risiko penurunan nilai yang besar. Jumlah perbankan yang mengungkapkan adanya penurunan nilai terkecil adalah HTM hal ini dimungkinkan karena aset ini mengungkapkan memiliki jatuh tempo sehingga risiko terjadi penurunan nilai sangat kecil. Oleh karena itu penurunan nilai tidak tergantung besar kecilnya jumlah suatu aset, melainkan dilihat dari risiko tiap jenis aset keuangan. Hal ini dapat dilihat dari jenis aset keuangan L&R yang diungkapkan dimiliki semua perbankan tetapi kenyataannya justru jumlah perbankan yang mengungkapkan adanya penurunan nilai terbesar pada aset AFS. Penyajian dan Pengungkapan Aset Keuangan Kebijakan instrumen mengenai penyajian dan pengungkapan yang diatur didalam PSAK 50 dan 60 (revisi 2010) setelah direvisi tidak banyak mengalami perubahan jika dilihat dari bagaimana menyajikan aset keuangan dan bagaimana pengungkapannya. Berdasarkan data laporan keuangan perbankan 2010-2012 jumlah aset tiap aset keuangan, total aset keuangan dan persentase tiap aset keuangan dirincikan pada tabel 6 berikut : 14

Tabel 6 : Aset Keuangan di Perbankan Periode 2010-2012 Jenis Aset 2010 % 2011 % 2012 % FVTPL 668,504 0.03% 537,532 0.02% 882,399 0.03% HTM 143,192,759 7.37% 148,238,149 6.29% 138,566,175 5.22% L&R 1,627,278,388 83.80% 2,037,393,842 86.44% 2,337,742,098 88.12% AFS 170,727,633 8.79% 170,727,633 7.24% 175,842,044 6.63% TOTAL ASET KEUANGAN 1,941,867,284 100% 2,356,897,156 100% 2,653,032,716 100% Sumber: Data diolah, 2014 Tabel 6 menunjukkan bahwa aset keuangan jenis L&R mengungkapkan memiliki jumlah paling besar hal ini wajar karena semua perbankan mengungkapkan memiliki aset keuangan jenis tersebut. Sedangkan aset keuangan jenis AFS, HTM dan FVTPL secara berurutan merupakan aset keuangan dengan jumlah aset urutan ke dua, ke tiga dan ke empat. Dari tahun 2010-2012 total aset keuangan mengalami peningkatan mengindikasikan meningkatnya kinerja perbankan (Merkursiwati dan Ariyani tahun 2007). Analisis Penyajian dan Pengungkapan Penurunan nilai pada Laporan Posisi Keuangan Sedangkan untuk jumlah penurunan nilai tiap aset pada periode 2010-2012 dapat dilihat dari tabel 7: Tabel 7. Jumlah Penurunan Nilai Aset Keuangan di Perbankan 2010-2012 (dalam jutaan rupiah) Jenis Aset 2010 % 2011 % 2012 % FVTPL 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% HTM 10,980 0.21% 48,133 1.05% 328 0.01% L&R 4,750,051 89.12% 3,957,537 86.51% 2,873,818 93.71% AFS 569,088 10.68% 569,088 12.44% 192,625 6.28% TOTAL PENURUNAN NILAI 5,330,119 100.00% 4,574,758 100.00% 3,066,771 100.00% Sumber : Data diolah, 2014 Berdasarkan tabel 7, aset keuangan jenis FVTPL tidak mengalami penurunan nilai karena FVTPL merupakan aset keuangan yang dijual dalam jangka waktu dekat sehingga jika terjadi kerugian penurunan nilai akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dan sifatnya mengurangi laba rugi suatu perusahaan. Jumlah penurunan nilai aset keuangan dari tahun 2010-2012 mengalami penurunan tiap tahun hal ini dapat dikaitkan 15

dengan total aset keuangan yang meningkat signifikan tiap tahunnya dimungkinkan karena risiko terjadinya penurunan nilai menurun selama 2010-2012. Jika aset keuangan yang mengalami penurunan nilai semakin kecil, maka aset keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan semakin besar. Oleh karena itu perlu dilihat lebih lanjut apakah penurunan nilai yang disajikan oleh perbankan telah disajikan dan diungkapkan benar. Diagram 3 dapat dilihat persentase penurunan nilai aset keuangan perbankan dari tahun 2010-2012: Diagram 2 : Struktur Impairment Aset Keuangan di Perbankan Periode 2010-2012 100% 95% 90% 85% 80% 75% Sumber : Data diolah, 2014 0,21% 1,05% 0,01% 6,28% 10,68% 12,44% 89,12% 86,51% 93,71% 2010 2011 2012 HTM AFS L&R Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 penurunan nilai aset keuangan jenis L&R merupakan persentase tertinggi dibanding dengan total penurunan nilai aset keuangan periode 2010-2012. Persentase terbesar kedua yaitu AFS dan yang mengungkapkan memiliki penurunan nilai terkecil adalah aset keuangan jenis HTM. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penilaian aset jenis HTM menggunakan amortized cost sehingga jarang terjadi impairment. Berikut ini tabel 8 menunjukkan penurunan nilai dibanding dengan aset keuangan : Tabel 8. Penurunan Nilai Aset Keuangan Dibanding dengan Aset Keuangan di Perbankan 2010-2012 (dalam jutaan rupiah) Jenis Aset (%)* (%)* (%)* HTM 0.01% 0.03% 0.00% L&R 0.29% 0.19% 0.12% AFS 0.33% 0.33% 0.11% TOTAL PENURUNAN NILAI 0.63% 0.56% 0.23% *Ket : Impairment Aset/ Jumlah Aset,contoh : HTM pada th 2010 =10,980/143,192,759 = 0.01% Sumber : Data diolah, 2014 16

Berdasarkan tabel 7 AFS mengungkapkan memiliki persentase terbesar pada tahun 2010 dan 2012 yaitu sekitar 33% yang artinya setiap 1 rupiah aset keuangan jenis AFS terjadi penurunan nilai sekitar 0.33, jika dilihat dari persentase penurunan AFS hal ini dapat dimungkinkan pada aset ini memiliki risiko yang lebih besar dibanding dengan aset HTM dan L&R. Besarnya risiko AFS disebabkan oleh penilaian risiko AFS menggunakan amortized cost sedangkan HTM menggunakan fair value. Pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan Dalam PSAK 60 (revisi 2010) dijelaskan bahwa perusahaan diwajibkan mengungkapkan penjelasan tentang instrumen keuangan, berikut ini merupakan jumlah perbankan yang mengungkapkan poin-poin kebijakan instrumen keuangan pada catatan atas laporan keuangan: Tabel 9. Jumlah Bank yang Mengungkapkan Kebijakan Instrumen Keuangan Periode 2010-2012 Poin Pengungkapan 2010 % 2011 % 2012 % Kategori instrumen 1 keuangan 30 100% 30 100% 30 100% 2 Pengakuan Awal 20 66.67% 21 70% 21 70% 3 Pengukuran setelah 12 40% 15 50% 15 50% pengakuan awal 4 Saling hapus instrumen 26 86.67% 27 90% 27 90% 5 Pengukuran nilai wajar 21 70% 23 77% 22 73% 6 Biaya perolehan 17 56.67% 22 73% 20 67% diamortisasi/ Suku bunga efektif 7 Penurunan Nilai 30 100% 30 100% 30 100% 8 Reklasifikasi 25 83.33% 27 90% 26 87% 9 Penghentian Pengakuan 30 100% 30 100% 30 100% 10 Penjelasan Kebutuhan 10 33.33% 10 33% 15 50% Instrumen keuangan tambahan Sumber : Data diolah, 2014 Berdasarkan tabel 9 semua perbankan telah melakukan pengungkapan mengenai kategori instrumen keuangan, penurunan nilai dan penghentian pengakuan pada aset keuangan pada periode 2010-2012. Sedangkan pada poin pengukuran setelah pengakuan awal dan penjelasan kebutuhan instrumen keuangan paling jarang dilakukan. 17

Pengungkapan pada catatan laporan keuangan akan memudahkan pembaca laporan keuangan memahami penyajian atas laporan keuangan. Seperti penelitian Emanuela (2012) yang mengkategorikan penilaian pengungkapan pada laporan keuangan perusahaan multifinance dalam kategori sangat spesifik, cukup spesifik atau kurang spesifik berdasarkan menggunakan poin-poin pengungkapan kebijakan instrumen keuangan. Berikut ini adalah kategori yang dibuat oleh Emanuela. Dengan kategori di atas dapat dilihat trend penilaian pengungkapan pada tahun 2010-2012 pada diagram 3 berikut : Diagram 3 : Penilaian Pengungkapan Kebijakan Instrumen Keuangan Periode 2010-2012 100% 90% 27% 80% 53% 47% 70% 60% 50% 40% 73% 30% 47% 53% 20% 10% 0% 2010 2011 2012 Sumber : Data diolah, 2014 Tidak Spesifik Cukup Spesifik Sangat Spesifik Berdasarkan diagram 3 dapat dilihat dari diagram dari tahun 2010-2012 jumlah perbankan yang mengungkapkan kebijakan atas instrumen keuangan semakin meningkat, puncaknya dapat dilihat pada tahun 2012, 73% perbankan telah mengungkapkan kebijakan instrumen keuangan dengan sangat spesifik, dan tidak ada perbankan yang tidak spesifik dalam mengungkapkan kebijakan instrumen keuangan meningkatnya pengungkapan dapat dikaitkan dengan penerapan PSAK 60 (revisi 2010) yang lebih detail dalam memberikan panduan pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan. Peningkatan pengungkapan berguna bagi pembaca laporan keuangan agar semakin memahami laporan keuangan yang disajikan perusahaan. 18

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa aset keuangan jenis L&R merupakan aset keuangan yang diungkapkan dimiliki dalam laporan keuangan oleh semua perusahaan perbankan di Indonesia. Aset keuangan jenis L&R diungkapkan memiliki jumlah nominal paling besar sedangkan jenis aset yang diungkapkan memiliki penurunan nilai (impairment) paling tinggi adalah AFS. Berikutnya aset keuangan jenis AFS, HTM dan FVTPL secara berurutan merupakan aset keuangan yang diungkapkan dengan jumlah aset urutan ke dua, ke tiga dan ke empat. Sedangkan urutan penurunan nilai dari terbesar setelah AFS yaitu L&R dan yang terakhir yaitu HTM. Terkait dengan pengungkapan kebijakan instrumen keuangan didalam catatan atas laporan keuangan, ditemukan bahwa perbankan di Indonesia rata-rata selama tahun 2010-2012 mengungkapkan secara sangat spesifik (tedapat lebih dari 8 poin kebijakan yang telah dijelaskan). Selain itu selama tahun 2010-2012 berturut-turut terjadi peningkatan pengungkapan kebijakan instrumen keuangan dalam laporan keuangan. Implikasi Teori dan Terapan Penyajian dan pengungkapan kebijakan instrumen keuangan dalam laporan keuangan perbankan telah selaras dengan PSAK 50 dan 60 (revisi 2010) dari tahun 2010-2012, dibuktikan dengan tidak adanya pengungkapan yang tidak spesifik didalam laporan keuangan mengenai kebijakan instrumen keuangan. Keselarasan tersebut terjadi karena perbankan yang merupakan highly regulated industry sehingga penyajian dan pengungkapan mengenai kebijakan instrumen keuangan terbukti lebih baik dari industri lain yang dibuktikan oleh penelitian Emanuela (2012) yang menemukan fakta bahwa 2 dari 10 perusahaan multifinance sangat spesifik dalam mengungkapkan kebijakan instrumen keuangan. Serta terjadi peningkatan penyajian dan pengungkapan terkait dengan kebijakan instrumen keuangan dari tahun 2010-2012 di perbankan Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian Andrić (2011) yang menemukan fakta terjadi peningkatan perusahaan di Republic Serbia yang mengungkapkan penurunan nilai aset pada periode 2007-2009. Berdasarkan hasil penelitian ini, implikasi terapan bagi perbankan adalah untuk tetap meningkatkan penyajian dan pengungkapan terkait kebijakan instrumen keuangan. 19

Bagi bank Indonesia disarankan untuk merevisi PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia) agar sesuai dengan PSAK 50 dan 60 revisi terbaru, hal ini akan membantu seluruh perbankan agar dapat mengungkapkan kebijakan instrumen keuangan dengan sangat spesifik. Sedangkan saran untuk investor ketika akan berinvestasi agar tidak hanya melihat aset dalam jumlahnya saja sebaiknya dipertimbangkan serta melihat besarnya penurunan nilai dari suatu aset tersebut, karena ketika aset memiliki penurunan nilai yang besar dapat mengindikasikan adanya peristiwa-peristiwa yang merugikan. Keterbatasan dan Saran Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu hanya menganalisis penyajian dan pengungkapan aset keuangan dan penurunan nilai menurut PSAK 50 dan 60 (revisi 2010) dari segi kuantitatif yang berupa pergerakan penyajian dan pengungkapan dari tahun 2010-2012. Penelitian ini belum menyentuh pengungkapan risiko-risiko yang timbul terkait instrumen keuangan serta kualitas dari penyajian dan pengungkapan. Penelitian ini juga belum mengukur dampak yang ditimbulkan dari penerapan PSAK 50 dan 60 (revisi 2010). Saran bagi penelitan selanjutnya agar dapat melihat pengungkapan risiko-risiko yang timbul terkait instrumen keuangan serta kualitas dari penyajian dan pengungkapan laporan keuangan terkait dengan kebijakan instrumen keuangan dan dapat mengeksplorasi akun-akun lain yang terkena dampak kebijakan instrumen keuangan. 20

Daftar Pustaka Andrić, Mirko, Kristina Mijić & Dejan Jakšić. 2011. Financial Reporting And Characteristics Of Impairment Of Assets In The Republic of Serbia According To IAS/IFRS And National Regulation. Economic Annals, Vol LVI, No. 189. Bragg, Steven M. 2012. Panduan IFRS (edisi revisi). Terjemahan Thomas Sumarsan. Jakarta : Indeks Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia. (2008). Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Revisi 2008). Jakarta. Emanuela. 2012. Analisis Penerapan PSAK 50 Dan 55 (Revisi 2006) Atas Impairment Piutang Pada Perusahaan Multifinance. Skripsi program S1 Universitas Indonesia. Epstein, Barry J dan Eva K Jermakowicz. 2007. Interpretation and Aplication of International Financial Reporting Standards. Canada : Wiley. Febriati, Ekaputri Ciptani. 2013. Analisis Penerapan PSAK 55 atas cadangan Kerugian Penurunan Nilai. Jurnal EMBA, Vol 1 No 3. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Eksposure Draft (ED) Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) No 48 (revisi 2009). Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Eksposure Draft (ED) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 50 (revisi 2010). Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Eksposure Draft (ED) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 55 (revisi 2011). Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Eksposure Draft (ED) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 60 (revisi 2010). Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Martani, Dwi. 2010. Dalam Slide PSAK 50 dan 55 Overview. Diunduh pada tanggal 8 April 2013. Merkusiwati dan Ni ketut Lely Aryani. 2007. Evaluasi pengaruh CAMEL terhadap kinerja perusahaan. Buletin studi ekonomi, Vol 12 no 1. 21

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Daftar Perusahaan Perbankan yang menjadi sampel penelitian No Kode Nama Perusahaan 1 AGRO PT. Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk 2 BABP PT. Bank ICB Bumi Putra Tbk 3 BACA PT. Bank Capital Indonesia Tbk 4 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk 5 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk 6 BBKP PT. Bank Bukopin Tbk 7 BBNI PT. Bank Negara Indonesia Tbk 8 BBNP PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 9 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia TBK 10 BBTN PT. Bank Tabungan Negara Tbk 11 BCIC PT. Bank Mutiara Tbk 12 BDMN PT. Bank Danamon Indonesia Tbk 13 BEKS PT. Bank Pundi Indonesia Tbk 14 BKSW PT. Bank Kesawan Tbk 15 BMRI PT. Bank Mandiri Tbk 16 BNBA PT. Bank Bumi Arta Tbk 17 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk 18 BNII PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 19 BNLI PT. Bank Permata Tbk 20 BSIM PT. Bank Sinar Mas Tbk 21 BSWD PT. Bank Swadesi Tbk 22 BTPN PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 23 BVIC PT. Bank Victoria International Tbk 24 INPC PT. Bank Artha Graha International Tbk 25 MAYA PT. Bank Mayapada International Tbk 26 MCOR PT. Bank Windu Kentjana International Tbk 27 MEGA PT. Bank Mega Tbk 28 NISP PT. Bank NISP OCBC Tbk 29 PNBN PT. Bank Pan Indonesia 30 SDRA PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 22

Lampiran 2. Jumlah Aset Keuangan periode 2010 No Kode 2010 FVTPL L&R HTM AFS 1 AGRO 2,768,207 206,769 2 BABP 857 8,089,452 26,522 28,366 3 BACA 1,730,885 993,053 4 BAEK 21,879,589 2,860,795 5 BBCA 250,905,598 52,022,140 6 BBKP 39,665,619 5,764,528 1,486,425 7 BBNI 7,552 62,262,181 32,556,138 8 BBNP 4,919,988 101,323 9 BBRI 87,870 118,895,901 33,919,026 10 BBTN 391,670 58,566,417 1,778,840 5,685,171 11 BCIC 8,239,118 80,115 12 BDMN 98,866,299 6,138,340 4,819,809 13 BEKS 689,957 499,360 14 BKSW 2,279,875 312,635 15 BMRI 322,151,194 78,092,734 12,333,399 16 BNBA 2,325,741 195,419 17 BNGA 231,552,114 6,640,036 4,417,744 18 BNII 12,142 68,144,088 7,659,682 19 BNLI 80,886,601 517,412 20 BSIM 9,315,022 1,909,786 21 BSWD 1,180,106 102,116 22 BTPN 31,662,490 1,077,545 593,362 23 BVIC 6,596,758 819,356 1,689,928 24 INPC 14,874,997 1,695,402 25 MAYA 8,676,488 53,983 652,643 26 MCOR 3,922,520 372,475 27 MEGA 112,446 39,443,398 10,659,632 28 NISP 51,031 39,809,262 1,858,125 7,062,286 29 PNBN 4,936 83,966,871 8,015,894 17,724,376 30 SDRA 3,011,652 73,976 423,726 Total 668,504 1,627,278,388 143,192,759 170,727,633 23

Lampiran 3. Jumlah Aset Keuangan periode 2011 No Kode 2011 FVTPL L&R HTM AFS 1 AGRO 1,447,649 206,769 2 BABP 604 6,544,170 28,366 3 BACA 3,529,923 993,053 4 BAEK 34,698,301 2,860,795 5 BBCA 295,039,672 52,022,140 6 BBKP 1,986 49,538,496 1,436,374 1,486,425 7 BBNI 24,015 84,458,791 36,957,800 8 BBNP 6,207,549 100,495 9 BBRI 17,818 122,695,272 33,919,026 10 BBTN 208,110 78,524,103 1,947,486 5,685,171 11 BCIC 6,930 12,844,808 1,184,818 80,115 12 BDMN 124,900,980 3,947,174 4,819,809 13 BEKS 4,658,216 499,360 14 BKSW 3,011,629 312,635 15 BMRI 429,809,411 78,459,449 12,333,399 16 BNBA 2,664,274 147,584 17 BNGA 269,856,183 6,831,418 4,417,744 18 BNII 112,424 87,000,293 7,659,682 19 BNLI 111,199,208 517,412 20 BSIM 14,101,100 1,909,786 21 BSWD 1,935,745 102,116 22 BTPN 42,783,741 1,523,426 593,362 23 BVIC 8,536,802 1,518,951 1,689,928 24 INPC 1,968 17,353,645 1,695,402 25 MAYA 17 11,317,683 60,817 652,643 26 MCOR 5,977,538 372,475 27 MEGA 85,342 48,423,148 10,659,632 28 NISP 75,002 50,142,477 468,631 7,062,286 29 PNBN 3,316 103,767,830 13,409,925 17,724,376 30 SDRA 4,425,205 243,801 423,726 Total Aset 537,532 2,037,393,842 148,238,149 170,727,633 24

Lampiran 4. Jumlah Aset Keuangan periode 2012 No Kode 2012 FVTPL L&R HTM AFS 1 AGRO 1,376,531 170,818 2 BABP 857 6,878,279 3 BACA 4,179,386 1,301,837 4 BAEK 40,186,291 1,481,555 5 BBCA 338,663,520 47,310,371 6 BBKP 4,538 57,024,076 1,153,316 914,390 7 BBNI 10,571 79,028,512 38,561,005 8 BBNP 124 7,893,620 50,203 9 BBRI 28,850 127,504,664-41,137,640 10 BBTN 475,009 100,250,265 1,988,150 6,019,567 11 BCIC 3,375 14,803,602 1,037,048 226,838 12 BDMN 112,098,673 4,062,571 7,306,823 13 BEKS 6,783,525 203,466 14 BKSW 4,073,327 15 BMRI 508,319,644 78,935,756 11,012,775 16 BNBA 3,244,834 69,248 17 BNGA 316,116,773 8,083,940 6,019,924 18 BNII 235,948 104,208,399 10,010,147 19 BNLI 151,758,812 197,425 20 BSIM 13,112,459 1,233,039 21 BSWD 2,370,230 113,316 22 BTPN 53,758,906 1,083,078 299,648 23 BVIC 10,281,881 1,452,109 2,500,317 24 INPC 17,977,564 1,601,011 25 MAYA 15,482,017 54,007 534,724 26 MCOR 5,921,008 432,443 27 MEGA 19,987 42,748,580 17,475,762 28 NISP 102,261 65,816,167 1,770,451 6,408,098 29 PNBN 879 118,740,599 11,888,209 30 SDRA 7,139,954 265,293 41,901 Total 882,399 2,337,742,098 138,566,175 175,842,044 25

Lampiran 5. Jumlah Penurunan Nilai periode 2011 No Kode 2010 FVTPL L&R HTM AFS 1 AGRO 121,065 2 BABP 3 BACA 1,475 5,633 4 BAEK 5 BBCA 208,666 6 BBKP 167,216 7 BBNI 8 BBNP 11,598 9 BBRI 2,484,832 10 BBTN 99,495 11 BCIC 12 BDMN 339,613 13 BEKS 14 BKSW 15 BMRI 218,242 16 BNBA 43,837 2,227 17 BNGA 504,527 18 BNII 480,657 88,245 19 BNLI 34 20 BSIM 135 21 BSWD 1,473 22 BTPN 66,542 23 BVIC 8,753 24 INPC 25 MAYA 80,933 26 MCOR 22,015 27 MEGA 28 NISP 29 PNBN 305,271 48,133 30 SDRA 19,502 Total 0 4,750,051 10,980 569,088 26

Lampiran 6. Jumlah Penurunan Nilai periode 2011 No Kode 1 AGRO 2011 FVTPL L&R HTM AFS 2 BABP 60,545 3 BACA 5,429 5,633 4 BAEK 23,473 5 BBCA 208,666 6 BBKP 123,457 7 BBNI 102,725 8 BBNP 14,712 9 BBRI 1,960,125 10 BBTN 79,630 11 BCIC 12 BDMN 13 BEKS 14 BKSW 15 BMRI 524,788 218,242 16 BNBA 108,317 17 BNGA 114,200 18 BNII 88,245 19 BNLI 34 20 BSIM 27,094 135 21 BSWD 1,757 22 BTPN 23 BVIC 1,217 24 INPC 94,922 25 MAYA 9,817 26 MCOR 15,233 27 MEGA 112,739 28 NISP 123,152 29 PNBN 454,205 48,133 48,133 30 SDRA Total 0 3957537 48133 569088 27

Lampiran 7. Jumlah Penurunan Nilai periode 2012 No Kode 2012 FVTPL L&R HTM AFS 1 AGRO 10,300 2 BABP 3 BACA 2,160 4 BAEK 5 BBCA 6 BBKP 24,952 7 BBNI 8 BBNP 10,350 9 BBRI 10 BBTN 11 BCIC 12 BDMN 11,620 13 BEKS 14 BKSW 15 BMRI 1,868,045 87,481 16 BNBA 17 BNGA 567,321 3,781 18 BNII 53,217 19 BNLI 5 20 BSIM 8 21 BSWD 22 BTPN 74,675 23 BVIC 328 24 INPC 25 MAYA 26 MCOR 27 MEGA 28 NISP 277,413 29 PNBN 48,133 30 SDRA 26,982 Total 0 2,873,818 328 192,625 28

Lampiran 8. Penilaian Pengungkapan Kebijakan Instrumen Keuangan Tahun 2010 2010 No Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 tot 1 AGRO 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 2 BABP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 3 BACA 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 BAEK 1 1 1 1 1 1 6 5 BBCA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 6 BBKP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 7 BBNI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 8 BBNP 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 5 9 BBRI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 10 BBTN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 11 BCIC 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 7 12 BDMN 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 6 13 BEKS 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 6 14 BKSW 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 15 BMRI 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 7 16 BNBA 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 7 17 BNGA 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 6 18 BNII 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 19 BNLI 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 20 BSIM 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 5 21 BSWD 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 22 BTPN 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 23 BVIC 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 7 24 INPC 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 25 MAYA 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 5 26 MCOR 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 27 MEGA 1 1 1 1 1 1 1 1 8 28 NISP 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 29 PNBN 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 30 SDRA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 Total 30 20 13 26 21 18 29 25 30 10 Keterangan: 1 = ada, 0 = tidak ada 29

Lampiran 9. Penilaian Pengungkapan Kebijakan Instrumen Keuangan Tahun 2011 No Kode 2011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 AGRO 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 BABP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 3 BACA 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 BAEK 1 1 1 1 1 1 1 7 5 BBCA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 6 BBKP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 7 BBNI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 8 BBNP 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 9 BBRI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 10 BBTN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 11 BCIC 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 7 12 BDMN 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 13 BEKS 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 14 BKSW 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 15 BMRI 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 7 16 BNBA 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 7 17 BNGA 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 6 18 BNII 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 19 BNLI 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 20 BSIM 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 7 21 BSWD 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 22 BTPN 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 23 BVIC 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 7 24 INPC 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 25 MAYA 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 26 MCOR 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 27 MEGA 1 1 1 1 1 1 1 1 8 28 NISP 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 29 PNBN 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 30 SDRA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 30 21 15 27 23 22 29 27 30 10 Keterangan: 1 = ada, 0 = tidak ada 30

Lampiran 10 Penilaian Pengungkapan Kebijakan Instrumen Keuangan Tahun 2012 No Kode 2011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 AGRO 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 BABP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 3 BACA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 4 BAEK 1 1 1 1 1 1 1 1 8 5 BBCA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 6 BBKP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 7 BBNI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 8 BBNP 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 9 BBRI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 BBTN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 11 BCIC 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 7 12 BDMN 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 13 BEKS 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 14 BKSW 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 15 BMRI 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 7 16 BNBA 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 7 17 BNGA 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 6 18 BNII 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 19 BNLI 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 20 BSIM 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 21 BSWD 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 22 BTPN 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 23 BVIC 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 24 INPC 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 25 MAYA 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 6 26 MCOR 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 27 MEGA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 28 NISP 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 29 PNBN 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 30 SDRA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 30 21 15 27 22 20 29 26 30 30 Keterangan: 1 = ada, 0 = tidak ada 31