BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

dokumen-dokumen yang mirip

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK


EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT (SIPBM) Rangga Perdhana, SE Kasubbid Pendidikan dan Pemerintahan BAPPEDA KAB.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

Bagian Kedua Kepala Dinas

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

5. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA MADIUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

INDIKATOR KINERJA UTAMA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG,

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROPINSI JAWATIMUR

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BIODATA. : Dr. SAIFUL RACHMAN, MM, M.Pd

KONDISI AWAL TAHUN % 62.00% 50.00% 55.00% 98.40% % % 97.00%

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

P E N U T U P P E N U T U P

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur KATA PENGANTAR

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)

1.1. KONDISI KETENAGAKERJAAN, KETRANSMIGRASIAN DAN KEPENDUDUKAN DI JAWA TIMUR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

Pasal 2. permen_14_2008

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN PERIODE

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI MAGETAN PERATURAN BUPATI MAGETAN NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN BUPATI MAGETAN,

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU

BUPATI MANDAILING NATAL

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Struktur Organisasi,Tugas, dan Fungsi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Secara umum Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur mengemban tanggung jawab bagi tercapainya keberhasilan pembangunan bidang pendidikan sesuai dengan visi dan misi yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur, struktur organisasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur sebagai berikut: STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKANPROVINSI JAWA TIMUR (II-1) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

Komponen Organisasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut: 1. Kepala Dinas; 2. Sekretariat; 3. Bidang Pendidikan TK/SD dan pendidikan khusus; 4. Bidang Pendidikan Pendidikan Menengah Pertama dan Pendidikan Menengah Atas; 5. Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi; 6. Bidang Pendidikan Non Formal, Informal dan Nilai Budaya; 7. Bidang Tenaga Pendidikan dan kependidikan Bagian Sekretariat dan masing masing bidang dipimpin oleh Kepala Bidang dan Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 81 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian, dan Seksi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, dapat diuraikan tugas masing-masing komponen organisasi sebagai berikut: 1. Kepala Dinas Kepala Dinas memiliki tugas yaitu memimpin, mengkoordinasi, mengawasi dan mengendalikan penyelenggaraan kegiatan bidang pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. 2. Sekretariat a. Sekretariat mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program, keuangan, hubungan masyarakat dan protokol. b. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekretaris mempunyai fungsi: 1. Pengelolaan administrasi umum; 2. Pengelolaan administrasi kepegawaian; (II-2) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

3. Pengelolaan administrasi keuangan; 4. Pengelolaan administrasi perlengkapan; 5. Pengelolaan urusan rumah rumah tangga, hubungan masyarakat dan protokol; 6. Pelaksanaan koordinasi penyusunan program dan tugas-tugas bidang; 7. Pengelolaan kearsipan dan perpustakaan Dinas; 8. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi organisasi dan tatalaksana; 9. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. c. Susunan Organisasi Sekretariat, terdiri atas: 1. Sub Bagian Tata Usaha; 2. Sub Bagian Penyusunan Program; 3. Sub Bagian Keuangan d. Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh kepala sub bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris. 3. Bidang Pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar Dan Pendidikan Khusus. a. Bidang Pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar dan Pendidikan Khusus mempunyai tugas melaksanakan penyiapan kebijakan operasional perluasan kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan Pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar Dan Pendidikan Khusus. b. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bidang Pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar Dan Pendidikan Khusus, mempunyai fungsi: 1. Perumusan kebijakan operasional perluasan dan pemerataan memperoleh pendidikan pada jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar dan Pendidikan Khusus; 2. Perumusan kebijakan operasional peningkatan mutu dan relevansi penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar dan Pendidikan Khusus; (II-3) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

3. Perumusan kebijakan operasional peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar dan Pendidikan Khusus; 4. Pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis penyelenggaraan dan pengelolaan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Dasar SSN dan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional dan Pendidikan Khusus; 5. Pelaksanaan penyiapan standar kompetensi dan kurikulum Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar dan Pendidikan Khusus, termasuk pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis implementasinya; 6. Pelaksanaan koordinasi penyelengaraan pendidikan Taman Kanak- Kanak, Sekolah Dasar dan Pendidikan Khusus; 7. Pelaksanaan koordinasi pembinaan penyelengaraan pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar dan Pendidikan Khusus; 8. Pelaksanaan koordinasi pengembangan dan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar dan Pendidikan Khusus; 9. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. c. Bidang pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar Dan Pendidikan Khusus terdiri atas: 1. Seksi Pendidikan Taman Kanak-Kanak; 2. Seksi Sekolah Dasar; 3. Seksi Pendidikan Khusus. d. Masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. 4. Bidang Sekolah Menengah Pertama Dan Sekolah Menengah Atas a. Bidang Sekolah Menengah Pertama dan Bidang Sekolah Menengah Atas mempunyai tugas melaksanaan penyiapan kebijakan operasional perluasan kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). (II-4) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

b. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas mempunyai tugas: 1. Perumusan kebijakan operasional perluasan dan pemerataan memperoleh pendidikan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA; 2. Perumusan kebijakan operasional peningkatan mutu dan relevansi penyelenggaraan pendidikan SMP dan SMA; 3. Perumusan kebijakan operasional peneningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan SMP dan SMA; 4. Pelaksanaan, pembiayaan, pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis penyelenggaraan dan pengelolaan SMP dan SMA bertaraf internasional; 5. Pelaksanaan penyiapan standar kompetensi dan kurikulum pendidikan SMP dan SMA; 6. Pelaksanaan koordinasi pembinaan penyelenggaraan pendidikan SMP dan SMA; 7. Pelaksanaan penyelenggaran ujian nasional SMP dan SMA; 8. Pelaksanaan koordinasi pengembangan dan pengadaan sarana prasarana pendidikan SMP dan SMA; 9. Pelaksanaan koordinasi penilaian dan akreditasi SMP dan SMA; 10. Penyusunan rencana peningkatan mutu manajemen lembaga SMP dan SMA; 11. Penyusunan pedoman penulisan buku pelajaran/modul SMP dan SMA; 12. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengadaan buku pelajaran/modul pendidikan, buku paket dan media pendidikan; 13. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. c. Bidang Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas terdiri atas: 1. Seksi Manajemen; 2. Seksi Kurikulum; 3. Seksi Sarana Pendidikan. (II-5) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

d. Masing-masing Seksi dipimpin Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. 5. Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan Dan Perguruan Tinggi a. Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi mempunyai tugas melaksanaan penyiapan kebijakan operasional perluasan kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan pendidikan menengah kejuruan serta pemberian dukungan sumber daya terhadap penyelenggaraan perguruan tinggi. b. Untuk penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi mempunyai fungsi: 1. Pelaksanaan perumusan rencana pembinaan penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan; 2. Pelaksanaan pengembangan penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan; 3. Pelaksanaan, pembiayaan, pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis penyelenggaraan dan pengelolaan Sekolah Menengah Kejuruan bertaraf internasional; 4. Pelaksanaan pengendalian pembinaan dan pengembangan penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan; 5. Pelaksanaan perumusan pedoman dan evaluasi pelaksanaan penerimaan siswa baru, mutasi siswa, kalender pendidikan, evaluasi hasil belajar, standar kompetensi dan sertifikasi siswa serta pengembangan kurikulum dan pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan; 6. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi pembinaan penyelenggaraan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan; 7. Pelaksanaan pembinaan standarisasi kurikulum, ketenagaan, sarana prasarana, pembelajaran, evaluasi dan manajemen Sekolah Menengah Kejuruan; (II-6) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

8. Pelaksanaan perumusan pedoman evaluasi pelaksanaan pembukaan dan penutupan sekolah, pengelolaan sekolah, penilaian sekolah dan penilaian pelaksanaan tugas Kepala Sekolah Menengah Kejuruan; 9. Pelaksanaan perumusan rencana peningkatan mutu guru dan Kepala Sekolah dan penetapan kualifikasi jabatan fungsional Kepala Sekolah serta perumusan rencana dari pelaksanaan peningkatan profesionalisme guru, kepala sekolah, instruktur dan Pengawas Sekolah Menengah Kejuruan; 10. Pelaksanaan perumusan pedoman penulisan buku/modul dan peralatan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan; 11. Pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengadaan buku pelajaran/modul dan sarana-prasarana/peralatan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan; 12. Pelaksanaan penyelenggaraan ujian nasional Sekolah Menengah Kejuruan; 13. Pelaksanaan pemberian dukungan sumber daya terhadap penyelenggaraan perguruan tinggi; 14. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Diknas. c. Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi terdiri atas: 1. Seksi Manajemen; 2. Seksi Kurikulum; 3. Seksi Sarana-Prasarana. d. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. 6. Bidang Pendidikan Non Formal, Informal, Dan Nilai Budaya a. Bidang Pendidikan Non Formal, Informal Dan Nilai Budaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan kebijakan operasional perluasan kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan pendidikan non formal, informal dan nilai budaya. (II-7) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

b. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Pendidikan Non Formal, Informal Dan Nilai Budaya mempunyai fungsi: 1. Pelaksanaan perumusan kebijakan operasional perluasan dan pemerataan memperoleh pendidikan non formal, informal dan nilai budaya. 2. Pelaksanaan perumusan kebijakan operasional penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan non formal, informal dan nilai budaya; 3. Pelaksanaan, pembiayaan, pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan non formal, informal dan nilai budaya; 4. Pelaksanaan penyiapan standar kompetensi pendidikan non formal, informal dan nilai budaya termasuk pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis impelementasinya; 5. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan ujian nasional pendidikan kesetaraan dan uji kompetensi pendidikan non formal, informal dan pengembangan nilai budaya; 6. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan ujian nasional pendidikan kesetaraan dan uji kompetensi pendidikan non formal, informal dan nilai budaya meliputi pengelolaan kelembagaan, kemitraan peserta didik, sarana prasarana, standarisasi, kurikulum dan pembelajaran; 7. Pelaksanaan koordinasi pengembangan dan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan non formal, informal dan nilai budaya; 8. Pelaksanaan penyiapan rumusan kebijakan standar, norma, kriteria dan prosedur serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pendidikan karakter dan pekerti bangsa; 9. Pelaksanaan koordinasi pembangunan dan sosialisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa; 10. Pelaksanaan koordinasi revitalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa; 11. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. (II-8) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

c. Bidang Pendidikan Non Formal, Informal Dan Nilai Budaya terdiri atas: 1. Seksi Pendidikan Anak Usia Dini; 2. Seksi Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Dan Kesetaraan; 3. Seksi Pendidikan Karakter Dan Pekerti Bangsa. d. Masing-masing Seksi dipimpin Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. 7. Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan a. Bidang tenaga pendidik dan kependidikan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan kebijakan operasional pembinaan karir, peningkatan mutu dan profesionalisme, pelayanan serta perlindungan profesi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. b. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan mempunyai fungsi: 1. Pelaksanaan perumusan kebijakan operasional peningkatan mutu dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan lainnya; 2. Pelaksanaan perumusan kebijakan peningkatan karir pendidik dan tenaga kependidikan lainnya; 3. Pelaksanaan pembinaan dan peningkatan kompetensi terhadap tugas pokok pendidik dan tenaga kependidikan lainnya; 4. Pelaksanaan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya; 5. Pelaksanaan pemetaan dan pendataan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya; 6. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program tenaga kependidikan; 7. Melaksakana tugas-tugas yang diberikan oleh Kepala Dinas. c. Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan terdiri dari: 1. Seksi Tenaga Pendidik; 2. Seksi Tenaga Kependidikan; 3. Seksi Tenaga Pendidikan Non Formal Dan Informal. d. Masing-masing Seksi dipimpin Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. (II-9) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

2.2. Sumber Daya Manusia Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, diketahui jumlah Pejabat Struktural (Eselon II, III dan IV) di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur sebanyak 36 orang, Staf sebanyak 520 orang, dan kelompok fungsional yang terdiri dari guru dan pengawas sebanyak 157 orang. Dengan demikian totalpegawai negeri yang ada di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur sebanyak 713orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, berikut ini jumlah pegawaisesuai dengan kualifikasinya. Tabel 2.1 Jumlah pegawai sesuai dengan kualifikasi pendidikan Kualifikasi Pejabat Struktural Staf Guru Pengawas Total SD - 8 - - 8 SMP - 24 - - 24 SMA - 211 - - 211 Diploma III - 21 1 2 24 S1 6 225 71 43 345 S2 28 31 8 32 99 S3 2 - - - 2 Jumlah 36 520 80 77 713 Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Sumberdaya manusia di Dinas Pendidikan sebagaimana digambarkan pada Tabel 2.1, diharapkan Dinas Pendidikan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dalam upaya pembangunan pendidikan di Jawa Timur.Sebagai catatan untuk sumberdaya yang lain belum dapat dipaparkan karena ketersediaan data. 2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Untuk menggambarkan kinerja layanan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, dapat dilakukan dengan menguraikan berbagai capaian pembangunan pendidikan yang berhasil diraih Provinsi Jawa Timur hingga akhir periode pembangunan pendidikan 2009-2013.Berbagai indikator yang digunakan untuk menggambarkan keberhasilan pembangunan pendidikan di Jawa Timur, meliputi: 1. Angka Partisipasi Sekolah (APS), Rata-rata lama sekolah, dan Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) (II-10) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

2. Angka Partisipasi Kasar (APK) 3. Angka Partisipasi Murni (APM) 4. Angka Putus Sekolah (APuS) 5. Angka Kelulusan (AL) 6. Angka Melanjutkan (AM) 7. Fasilitas Pendidikan 8. Rasio Siswa/Kelas dan Rasio Guru/Siswa 9. Rasio Buta Aksara 10. Pendidikan Anak Usia Dini. Pembangunan pendidikan di Jawa Timur tidak luput dari perhatian terhadap indikator-indikator pendukung di atas.oleh karena itu, sebaiknya terdapat uraian penjelasan mengenai indikator-indikator tersebut.berikut ini akan dibahas lebih detail mengenai masing-masing indikator. 1. Angka Partisipasi Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah, dan Angka Pendidikan yang Ditamatkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar dan menengah atau sedang sekolah (SD, SLTP, dan SLTA) per 1.000 penduduk usia pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan SD/MI, pada tahun 2013 sebesar 999, untuk jenjang SMP/MTs sebesar 989.Secara keseluruhan untuk jenjang pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) sebesar 994. Artinya ada 994anak dari setiap 1.000 anak usia sekolah 7-15 tahun menempuh pendidikan dasar, dan 6 anak per 1.000 anak tidak bersekolah. Untuk jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK/MA) sebesar 598, artinya ada 598 anak dari setiap 1.000 anak usia sekolah 16-19 tahun menempuh pendidikan menengah, sisanya sebesar 402 anak tidak bersekolah.(catatan: data yang terpaparkan di atas bersumber dari BPS, Susenas, sedangkan data yang ada di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, untuk APS SMP/MTs sebesar 983 dan untuk SMA/SMK/MA sebesar 630). Dilihat dari sebaran data di tingkat kabupaten/kotapada tahun 2012, tingkat APS yang dicapai bervariasi. (II-11) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Dasar Kab Sampang Kab Lumajang Kab Bangkalan Kab Gresik Kota Kediri Kab Madiun 880 900 920 940 960 980 1000 Gambar 2.1 Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Dasar untuk kelompok tertinggi dan terendah di Kab/Kota Berdasarkan Gambar 2.1, tertinggi dicapai oleh Kabupaten Madiun dengan APS 997, menyusul berikutnya Kota Kediri dengan APS 995, dan pada urutan ketiga Kabupaten Gresik dengan APS 987. Sementara pada tiga daerah yang terendah, Kabupaten Bangkalan dengan APS 938, Kabupaten Lumajang dengan APS 935, dan yang terendah Kabupaten Sampang dengan APS 920. Secara ratarata APS dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur pada tahun 2012, sebesar 965, dan masih ada 12 kabupaten yang memiliki APS sama atau dibawah angka rata-rata tersebut. Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah Kab Sampang Kab Probolinggo Kab Bangkalan Kab Sidoarjo Kota Madiun Kota Pasuruan 0 200 400 600 800 Gambar 2.2 Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah untuk kelompok tertinggi dan terendah di Kab/Kota (II-12) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

Berdasarkan Gambar 2.2, untuk jenjang pendidikan menengah sebaran data APS di tingkat kabupaten/kota di tahun 2012 juga bervariasi. Rata-rata APS dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur pada tahun 2012, sebesar 539.Terdapat 14 kabupaten yang memiliki APS dibawah angka rata-rata tersebut. Daerah yang memiliki APS jenjang pendidikan menengah tertinggi adalah Kota Pasuruan sebesar 714, berikutnya Kota Madiun dengan APS 700, menyusul Kabupaten Sidoarjo dengan APS 687. Pada kelompok rendah, ada Kabupaten Bangkalan dengan APS 377, berikutnya Kabupaten Probolinggo dengan APS 371, dan yang terendah Kabupaten Sampang dengan APS 332. Mencermati kinerja layanan pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur melalui indikasi APS, ada dua hal yang masih memerlukan perhatian, pertama masih rendahnya APS pada jenjang pendidikan menengah. Terbukti lebih dari 40% dari setiap 1.000 anak usia 16-19 tahun di Jawa Timur tidak bersekolah di jenjang pendidikan menengah. Kedua, masih tingginya disparitas APS di antara kabupaten/kota di Jawa Timur. Terbukti pada jenjang pendidikan dasar masih ada 13 kabupaten yang memiliki APS dibawah rata-rata provinsi, sementara untuk di jenjang pendidikan menengah ada 14 kabupaten. Rentang perbedaan APS antara kabupaten/kota dengan APS tertinggi dan terendah juga masih besar. Untuk jenjang pendidikan dasar Kabupaten Madiun memiliki APS 997, yang berarti hanya ada 3 anak dari setiap 1.000 anak usia 7-15 tahun yang tidak bersekolah. Sementara Kabupaten Sampang APSnya 920, artinya ada 80 anak dari setiap 1.000 anak usia 7-15 tahun tidak sekolah. Pada jenjang pendidikan menengah kondisinya tidak berbeda, Kota Pasuruan yang tertinggi memiliki APS 714, sementara Kabupaten Sampang yang memiliki APS terendah sebesar 332. Rata-rata lama sekolah dihitung dari jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Pada tahun 2012 sesuai data dari BPS, angka rata-rata lama sekolah sebesar 7,48 tahun. Artinya secara rata-rata penduduk Jawa Timur yang berusia 15 tahun ke atas, menempuh pendidikan hingga kelas 1 SLTP. Bila dijabarkan lebih lanjut pada kelompok-kelompok umur dengan rentang 5 tahunan, nampak bahwa angka rata-rata lama sekolah makin menurun pada kelompok usia yang makin tua. Tertinggi pada kelompok usia 20-24 tahun, angka rata-rata lama sekolah sebesar 10,08 tahun, dan pada kelompok usia yang lebih tua hingga 65 tahun ke atas, (II-13) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

angkanya makin menurun. Hal ini membuktikan bahwa pada masa-masa yang lebih kini dibandingkan dengan masa yang lebih lama, layanan pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur makin meningkat, atau dapat pula dimungkinkan kondisi tersebut menggambarkan makin meningkatnya tuntutan masyarakat untuk dapat menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pada tahun 2013 sesuai dengan data dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur angka rata-rata lama sekolah sebesar 7,5 tahun, atau setingkat dengan kelas 2 SLTP. Lama Sekolah di Kab/Kota 12 10 8 6 4 2 0 Kota Malang Kota Madiun Kota Kediri Kab Bangkalan Kab Sumenep Kab Sampang Gambar 2.3Lama Sekolah untuk kelompok tertinggi dan terendah di Kab/Kota Berdasarkan dari Gambar 2.3 dapat dikaji bahwa sebaran data rata-rata lama sekolah pada kabupaten/kota, terbukti disparitasnya cukup tinggi. Tiga kota yang memiliki angka rata-rata lama sekolah berturut-turut Kota Malang dengan angka rata-rata lama sekolah sebesar 10,87 tahun, atau hampir setingkat kelas 2 SLTA, disusul Kota Madiun sebesar 10,46, dan berikutnya Kota Kediri dengan angka 10,24 tahun. Pada tingkatan yang rendah, ada Kabupaten Bangkalan dengan angka rata-rata lama sekolah sebesar 5,74, berikutnya Kabupaten Sumenep sebesar 5,71 tahun, dan yang paling rendah Kabupaten Sampang sebesar 4,22 tahun. Pada ketiga kabupaten tersebut, terbukti bahwa rata-rata lama sekolah penduduknya berada pada tingkatan tidak lulus SD. Secara keseluruhan perkembangan capaian kinerja pendidikan di Provinsi Jawa Timur terkait dengan Rata-rata Lama Sekolah dari tahun 2009 hingga 2013, dapat digambarkan sebagai berikut: (II-14) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

Gambar 2.4 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 tahun ke atas 2009-2013 7,6 7,5 7,4 7,3 7,2 7,1 7 Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan.indikator pendidikan ini bermanfaat untuk menunjukkan capaian hasil pembangunan pendidikan di suatu daerah, selain itu berguna pula untuk menyusun perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk mengetahui kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. Prosentase Tamat Sekolah 29,27% 20,13% 20,56% 5,95% Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Gambar 2.5Prosentase tamatan sekolah Sesuai dengan data dari BPS pada tahun 2012, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak sekolah atau tidak menamatkan SD sebesar 24,09%, tamat SD sebesar 29,27%, tamat SLTP sebesar 20,13%, tamat SLTA sebesar (II-15) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

20,56%, dan tamat Perguruan Tinggi (PT) sebesar 5,95%. Bila dicermati hampir seperempat dari penduduk Jawa Timur yang berusia 15 tahun ke atas, tidak memiliki ijasah, dan lebih dari separonya (53,36%) hanya berkualifikasi tertinggi sebagai lulusan SD. Cukup mengherankan dimana yang tamat pendidikan SLTA persentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan yang menamatkan pendidikan SLTP. Hal ini bisa terjadi karena angka melanjutkan ke jenjang SLTA lebih besar dibandingkan dengan angka melanjutkan dari SD ke SLTP. Bisa pula dimungkinkan bahwa jenjang pendidikan SLTP memiliki makna yang tidak beda dengan pendidikan SD, utamanya terkait dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Sementara dalam perkembangan terakhir dunia kerja lebih banyak mempersyaratkan tingkat pendidikan SLTA untuk rekruitmen pekerja. Data APT untuk kabupaten/kota memperlihatkan tingkat disparitas antar daerah, seperti hal dengan data indikator yang lain. Di daerah perkotaan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan pada jenjang menengah dan PT lebih tinggi, dibandingkan dengan daerah kabupaten.daerah yang persentase penduduknya menamatkan pendidikan SLTA paling tinggi adalah Kota Madiun sebesar 39,95%. Sementara yang paling rendah Kabupaten Sampang, sebesar 6,1%. Prosentase Tamatan PT di Kab/Kota 17,86% Kota Malang Kab Sumenep 2,74% 2,65% 2,56% Kab Bojonegoro Kab Pasuruan Kab Sampang 1,62% Gambar 2.6Prosentase Tamatan PT untuk kelompok tertinggi dan terendah di Kab/Kota Untuk jenjang PT, daerah yang memiliki persentase penduduk usia 15 ke atas menamatkan PT adalah Kota Malang, sebesar 17,86%, dan paling rendah adalah Kabupaten Sampang, hanya sebesar 1,62%. Beberapa daerah lain yang (II-16) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

persentasenya juga rendah, misalnya Kabupaten Pasuruan, sebesar 2,56%, Kabupaten Bojonegoro sebesar 2,65%, dan Kabupaten Sumenep sebesar 2,74%. Mencermati kondisi tersebut, seharusnya diambil kebijakan untuk memperluas akses pendidikan bagi masyarakat, khususnya pada jenjang pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Secara keseluruhan perkembangan capaian kinerja pendidikan di Provinsi Jawa Timur terkait dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS) dari tahun 2009 hingga 2013, dapat ditabulasikan sebagai berikut: Tabel 2.2 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) 2009-2013 Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013 SD/MI (7-12 tahun) Usia 7-12 thn sedang sekolah Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 3.392.714 3.158.236 3.677.580 3.651.583 3.918.580 3.599.720 3.639.970 3.804.909 3.806.927 4.055.766 APS SD/MI per 1.000 986 987 983 986 999 SMP/MTs (13-15 tahun) Jumlah murid usia 13-15 thn 1.446.316 1.415.621 1.558.530 1.575.759 1.562.574 Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 1.803.707 1.822.495 1.934.204 1.933.845 1.849.207 APS SMP/MTs per 1.000 880 888 900 916 989 Pendidikan Dasar SD/MI-SMP/MTs (7-15 tahun) Jumlah murid usia 7-15 thn 4.839.030 4.573.857 5.236.110 5.227.342 5.481.154 Jumlah penduduk kelompok usia 7-15 tahun APS Pendidikan Dasar per 1.000 SLTA sederajat (16-18 tahun) 5.363.427 5.462.465 5.739.113 5.740.772 5.904.973 952 956 957 965 996 Jumlah murid usia 16-19 thn 939.314 874.960 964.958 987.157 1.021.858 Jumlah penduduk kelompok usia 16-19 tahun 1.855.090 1.674.036 1.808.731 1.810.625 1.742.716 APS Pendidikan Menengah (16-19 tahun) per 1.000 496 507 507 539 598 Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur Secara keseluruhan perkembangan capaian kinerja pendidikan di Provinsi Jawa Timur terkait dengan Angka Pendidikan yang Ditamatkanpenduduk usia 15 tahun ke atas, dari tahun 2009 hingga 2013, dapat ditabulasikan sebagai berikut: (II-17) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

Tabel 2.3 Angka Pendidikan yang Ditamatkan 2009-2013 Uraian 2009 2010 2011 2012 2013* Tidak/belum sekolah 10,05 10,91 9,80 9,06 - Tidak tamat SD 16,52 13,95 15,48 15,03 - SD 26,65 30,96 29,51 29,27 - SLTP 19,10 19,62 20,11 20,13 - SLTA 21,24 19,20 19,55 20,56 - PT 6,44 5,36 5,55 5,95 - Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 - Populasi (000jiwa) 27.939.097 28.282.098 28.244.026 28.963.661 - *) Data tidak tersedia Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur 2. Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Kasar (APK) dimaknai sebagairasio jumlah siswa pada jenjang pendidikan SD/SLTP/SLTA atau yang sederajat dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun (7-12 tahun untuk SD atau yang sederajat, 13-15 tahun untuk SLTP atau yang sederajat dan 16-18 tahun untuk SLTA atau yang sederajat), berapapun usianya yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Angka APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.meskipun demikian APK merupakan salah satu indikator kinerja utama dalam melihat keberhasilan pembangunan pendidikan yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sampai dengan tahun 2013, APK pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Jawa Timur adalah sebagai berikut: (1) untuk jenjang pendidikan SD/MI/Paket A, sebesar 112,7; (2) untuk jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B, sebesar 102,22, dan (3) untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C, sebesar 78,21. Dibandingkan dengan APK rata-rata secara nasional, untuk jenjang pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B) capaian APK Jawa Timur dapat dikatakan baik, karena telah berada di atas APK rata-rata secara nasional. Meskipun demikian bila dibandingkan dengan APK dari provinsi lain (II-18) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

yang ada di Jawa, tingkat APK Jawa Timur berada pada posisi paling rendah. Sementara untuk jenjang pendidikan menengah, capaian APK Jawa Timur masih berada di bawah rata-rata nasional. Selain itu bila dikaitkan dengan target kinerja yang dirumuskan dalam Renstra Kementerian Pendidikan Nasional, terbukti capaian APK Jawa Timur masih berada dibawah angka yang ditargetkan. APK Jenjang SD/MI di Kab/Kota 141,66 141,17 134,09 105,78 105,05 105,04 Kota Blitar Kota Kediri Kota Madiun Kab Jombang Kab Blitar Kab Sidoarjo Gambar 2.7 APK Jenjang SD/MI kelompok tertinggi dan terendah di Kab/Kota Dilihat dari sebaran data untuk masing-masing kabupaten/kota pada Gambar 2.7, capaian APK pada jenjang SD/MI/Paket A untuk tahun 2013 yang tertinggi adalah Kota Blitar dengan APK sebesar 141,66, menyusul kemudian Kota Kediri dengan APK sebesar 141,17, dan diikuti oleh Kota Madiun dengan APK sebesar 134,09. Pada tingkatan rendah, Kabupaten Jombang dengan APK sebesar 105,78, berikutnya Kabupaten Blitar dengan APK 105,05, dan yang terendah Kabupaten Sidoarjo dengan APK sebesar 105,04. (II-19) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

APK Jenjang SMP/MTs di Kab/Kota 137,20 137,13 125,68 94,17 94,11 94,03 Kota Kediri Kota Blitar Kota Pasuruan Kab Sumenep Kab Sampang Kab Probolinggo Gambar 2.8 APK Jenjang SMP/MTs kelompok tertinggi dan terendah di Kab/Kota APK Jenjang SMA/SMK/MA di Kab/Kota 117,52 115,20 106,57 59,83 58,34 48,38 Kota Blitar Kota Kediri Kota Madiun Kab Probolinggo Kab Bangkalan Kab Sampang Gambar 2.9 APK Jenjang SMA/SMK/MA kelompok tertinggi dan terendah di Kab/Kota Untuk jenjang SMP/MTs/Paket B,yang memiliki APK tertinggi adalah Kota Kediri sebesar 137,20, menyusul Kota Blitar dengan APK sebesar 137,13, kemudian Kota Pasuruan dengan APK sebesar 125,68. Untuk kelompok rendah berturut-turut Kabupaten Sumenep dengan APK sebesar 94,17, kemudian Kabupaten Sampang dengan APK sebesar 94,11, dan terendah adalah Kabupaten Probolinggo dengan APK sebesar 94,03. Untuk jenjang SMA/SMK/MA/Paket C, APK tertinggi dicapai oleh Kota Blitar sebesar 117,52, berikutnya Kota Kediri dengan APK sebesar 115,20, kemudian Kota Madiun dengan APK sebesar 106,57. Untuk kelompok rendah ada Kabupaten Probolinggo dengan APK sebesar 59,83, kemudian Kabupaten Bangkalan dengan APK sebesar 58,34, dan yang paling rendah Kabupaten Sampang dengan APK sebesar 48,38. (II-20) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

Di samping itu pada tahun 2013 seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur telah mencapai APK untuk jenjang SD/MI/Paket A di atas 100. Kondisi ini membuktikan bahwa banyak anak yang sekolah di jenjang SD/MI/Paket Aberumur lebih tinggi atau lebih rendah dari rentang 7-12 tahun, dan diduga banyak anak yang sekolah di jenjang SD/MI/Paket A masih kurangdari usia 7 tahun. Dampak dari banyaknya anak yang belum usia 7 tahun sudah bersekolah di jenjang SD/MI/Paket A, adalah meningkatnya APK di jenjang SMP/MTs/Paket B. Oleh karena kondisi tersebut mengakibatkan pula banyak anak yang belum berusia 13 tahun telah bersekolah di jenjang SMP/MTs/Paket B. Hal ini terbukti dari data yang ada APK jenjang SMP/MTs/Paket B di semua kabupaten/kota mendekati 100, dan rata-rata APK SMP/MTs/Paket B sebesar 102,22. Sementara itu APK jenjang SMA/SMK/MA/Paket Cmasih rendah, dan hal tersebut pada dasarnya disebabkan oleh banyaknya anak tamatan SMP/MTs/Paket B yang tidak melanjutkan sekolah kejenjang SMA/SMK/MA/Paket C.Dari data sebaran APK kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2013, dapat pula dipahami bahwa terdapat keterkaitan antara capaian APK pendidikan pada jenjang tertentu dengan jenjang di atasnya. Hal tersebut memberikan menyarankan bahwa untuk meningkatkan APK pada jenjang pendidikan tertentu, diperlukan upaya untuk menaikan APK pada jenjang pendidikan yang ada di bawahnya. Terkait dengan program Wajib belajar 12 tahun, keberhasilannya amat ditentukan oleh adanya peningkatan APK pada jenjang SMP/MTs/Paket B. Berdasarkan capaian APK pada semua jenjang seperti diuraikan di atas, ada dua hal yang perlu mendapatkan perhatian, pertama capaian APK di Jawa Timur masih berada di bawah angka target yang dicanangkan di tingkat nasional, selain itu dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di Pulau Jawa, APK Jawa Timur berada pada posisi terendah. Untuk itu pengembangan program peningkatan akses terhadap pendidikan utamanya pada jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK/MA/Paket C) perlu dilakukan secara intensif.kedua, masalah disparitas tingkat APK pada kabupaten/kota yang masih tinggi, memerlukan pengembangan program yang memprioritaskan peningkatan APK pada kabupaten yang APKnya masih rendah dan berada di bawah APK rata-rata Jawa Timur. (II-21) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

Secara keseluruhan perkembangan capaian kinerja pendidikan di Provinsi Jawa Timur terkait dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, dari tahun 2009 hingga 2013, dapat ditabulasikan sebagai berikut: Tabel 2.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2009-2013 Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013 SD/MI 113,30 113,82 112,67 112,69 112,70 SMP/MTs 102,69 103,55 102,12 102,15 102,22 SMA/MA/SMK 71,43 73,70 73,78 74,21 78,21 Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur 3. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan jumlah penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan, danjuga merupakan salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan pendidikanataspemerataan serta perluasan akses pendidikan.pada tahun 2013 APM untuk jenjang pendidikan SD/MI/Paket A sebesar 97,83, untuk jenjang SMP/MTs/Paket B sebesar 86,36, sementara untuk jenjang SMA/SMK/MA/Paket C sebesar 59,78. Berbeda dengan APK, capaian APM di Jawa Timur lebih tinggi dari rata-rata nasional dan juga target APM yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Meskipun demikian dilihat dari peningkatannya dari tahun ke tahun sejak tahun 2009, terbukti lamban, bahkan untuk jenjang SD/MI/Paket A justru terjadi penurunan pada tahun 2010 hingga 2012. Pada tahun 2009 APM janjang SD/MI/Paket A sebesar 97,71, dan pada tahun 2010 hingga 2012, APM janjang SD/MI/Paket A, berturut-turut 97,08, 97,16, dan 97,23. Pada prinsipnya sulit menjelaskan apa yang menyebabkan terjadinya penurunan APM jenjang SD/MI/Paket A tersebut. Peningkatan yang cukup signifikan sebenarnya terjadi pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C, tetapi secara keseluruhan masih berada pada tingkatan yang rendah. (II-22) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

Untuk sebaran data pada kabupaten/kota, sama seperti indikator keberhasilan pembangunan pendidikan yang lain, disparitasnya masih tinggi. Dari rata-rata APM di Jawa Timur seperti telah dipaparkan di atas, untuk jenjang SD/MI/Paket A, ada 17 kabupaten yang memiliki tingkat APM di bawahnya.untuk jenjang SMP/MTs/Paket B, terdapat 15 kabupaten yang memiliki tingkat APM di bawah rata-rata provinsi. Sementara untuk jenjang SMA/SMK/MA/Paket C, ada 17 kabupaten dengan APM di bawah rata-rata provinsi. Tiga daerah dengan APM jenjang SD/MI/Paket A tertinggi berturut-turut adalah Kota Blitar dengan APM sebesar 146,06, berikutnya Kota Madiun dengan APM sebesar 130,07, dan kemudian Kota Mojokerto dengan APM sebesar 121,31. Kelompok rendah ada pada Kabupaten Sampang dengan APM sebesar 93,16, berikutnya Kabupaten Situbondo dengan APM sebesar 93,00, dan paling rendah Kabupaten Madiun dengan APM sebesar 87,72. Pada jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B, tiga daerah dengan APM tinggi adalah Kota Kediri dengan APM sebesar 115,43, berikutnya Kota Madiun dengan APM sebesar 114,17, dan kemudian Kota Pasuruan dengan APM sebesar 103,37. Untuk kelompok APM rendah ada Kabupaten Jember dengan APM sebesar 73,72, berikutnya Kabupaten Sampang dengan APM sebesar 72,50, dan yang terendah Kabupaten Sumenep dengan APM sebesar 72,32. Pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C, tiga daerah dengan APM tinggi adalah Kota Pasuruan sebesar 93,58, menyusul Kota Mojokerto sebesar 88,63, dan kemudian Kota Madiun sebesar 79,26. Untuk tiga daerah yang memiliki APM rendah, adalah Kabupaten Malang dengan APM sebesar 43,28, berikutnya Kabupaten Kediri dengan APM sebesar 38,30, dan yang paling rendah Kabupaten Sampang dengan APM sebesar 21,99. Mencermati pembangunan pendidikan melalui indikasi APM, memberikan pemahaman bahwa persoalan APM pada dasarnya terkait dengan upaya untuk meningkatkannya pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C. Selain itu permasalahan juga terkait dengan tinggnya disparitas capaian APM antar kabupaten/kota di Jawa Timur. Kesenjangan terlihat pada lebarnya rentang perbedaan antara Kota dengan angka APM tertinggi dan Kabupaten dengan angka APM terendah. Hal tersebut terjadi pada semua jenjang pendidikan, dan yang (II-23) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

paling memprihatinkan adalah jenjang SMA/SMK/MA/Paket C, dimana Kabupaten Sampang dengan APM terendah sebesar 21,99 memiliki perbedaan lebih dari empat kali lebih rendah dibandingkan Kota Pasuruan yang memiliki capaian APM tertinggi sebesar 93,58. Secara keseluruhan perkembangan capaian kinerja pendidikan di Provinsi Jawa Timur terkait dengan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, dari tahun 2009 hingga 2013, dapat ditabulasikan sebagai berikut: Tabel 2.5 APM SD, SLTP, dan SLTA Jawa Timur 2009-2013 Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013 SD/MI 97,71 97,81 97,16 97,23 97,83 SMP/MTs 85,44 85,94 85,96 86,07 86,36 SMA/MA/SMK 51,96 53,37 54,97 55,94 59,78 Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur 4. Angka Putus Sekolah (APuS) Angka Putus Sekolah (APuS)-(Singkatan dipergunakan untuk membedakan dengan singkatan Angka Partisipasi Sekolah) - merupakan perbandingan siswa yang tidak tuntas menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah siswa pada jenjang yang bersangkutan dikalikan 100%. Pada prinsipnya APuS memberikan gambaran tentang persentase jumlah anak pada jenjang pendidikan tertentu yang tidak menyelesaikan belajarnya hingga lulus.pembangunan pendidikan diarahkan untuk mengurangi APuS pada semua jenjang pendidikan. Pada tahun 2013, angka putus sekolah pada jenjang pendidikan SD/MI/Paket A, sebesar 0,12, artinya sebesar 0,12% siswa SD/MI/Paket A, tidak dapat menuntaskan sekolahnya di jenjang pendidikan tersebut. Untuk jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B, APuS sebesar 0,37, atau sebesar 0,37% siswa SMP/MTs/Paket B tidak berhasil lulus pada jenjang pendidikan tersebut. Untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C, lebih besar dibanding jenjang di bawahnya, yaitu sebesar 0,68, yang juga memiliki arti sama, ada 0,68% siswa yang tidak menuntaskan pendidikan menengahnya. Dilihat dari pencapaian pembangunan pendidikan APuS pada berbagai jenjang pendidikan di Jawa Timur (II-24) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

relatif rendah, dan memberikan kesimpulan bahwa penanganan masalah putus sekolah (drop out) di Jawa Timur berhasil dengan baik. Sebaran data APuS untuk kabupaten/kota di Jawa Timur pada dasarnya memberikan gambaran kondisi yang sama dengan indikator keberhasilan pendidikan yang lain. Disparitas antar kabupaten/kota persentase angka putus sekolah relatif masih tinggi. Untuk jenjang SD/MI/Paket A, daerah yang paling berhasil menekan APuS adalah Kabupaten Madiun dan Lamongan, serta Kota Blitar, Mojokerto, dan Madiun, dengan APuS sebesar 0,02. Pada peringkat berikutnya ada Kabupaten Sidoarjo, dan Kota Surabaya, dengan APuS sebesar 0,03, kemudian ada Kabupaten Jombang, Magetan, dan Bojonegoro, serta Kota Kediri dengan APuS sebesar 0,04. Sementara yang kurang berhasil menekan APuS adalah Kabupaten Bondowoso dengan APuS sebesar 0,25, berikutnya Kabupaten Sumenep dengan APuS sebesar 0,31, dan yang paling tinggi Kabupaten Sampang dengan APuS sebesar 0,44. Pada jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B, kondisinya secara umum tidak berbeda dengan jenjang SD/MI/Paket A, disparitasnya juga masih tinggi. Daerah yang paling berhasil mengatasi masalah putus sekolah adalah Kota Surabaya dengan APuS sebesar 0,04, menyusul Kabupaten Lamongan dengan APuS sebesar 0,08, kemudian Kabupaten Ngawi dengan APuS sebesar 0,10. Pada tingkatan rendah, ada Kabupaten Situbondo dengan APuS sebesar o,68, berikutnya Kabupaten Probolinggo dengan APuS sebesar 0,72, dan Kabupaten dengan angka putus sekolah tertinggi pada jenjang SMP/MTs/Paket B, adalah Kabupaten Sampang dengan APuS sebesar 0,78. Sementara pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C, dengan ratarata APuS Jawa Timur 0,68, beberapa daerah memiliki APuS di atas 1%. Daerah yang memiliki APuS paling rendah adalah Kabupaten Pacitan dengan APuS sebesar 0,15, berikutnya Kabupaten Bondowoso dengan APuS sebesar 0,36, kemudian Kabupaten Banyuwangi dengan APuS sebesar 0,38. Sementara daerah dengan APuS tinggi adalah Kota Blitar dengan APuS sebesar 1,27, menyusul Kota Surabaya dengan APuS sebesar 1,30, dan daerah yang angka putus sekolahnya paling tinggi adalah Kota Madiun dengan APuS sebesar 1,32. Fenomena menarik pada APuS jenjang menengah, tidak seperti pada jenjang (II-25) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

pendidikan dasar, APuS di jenjang menengah tinggi tingkatnya pada wilayah perkotaan. Dari 9 (sembilan) kota yang ada di Jawa Timur, 6 (enam) diantaranya memiliki APuS di atas 1%. Sementara di wilayah kabupaten, hanya Kabupaten Sumenep yang angka putus sekolahnya lebih dari 1%.Terbukti bahwa masalah APuS untuk jenjang pendidikan menengah lebih banyak ditemui di wilayah perkotaan, dibandingkan dengan wilayah kabupaten. Secara keseluruhan perkembangan capaian kinerja pendidikan di Provinsi Jawa Timur dalam menurunkan Angka PutusSekolah (APuS) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, dari tahun 2009 hingga 2013, dapat dikatakan masih bersifat fluktuatif. Untuk jenjang SMP/MTs pada tahun 2011 terjadi lonjakan ApuS dari 0,19 di tahun sebelumnya menjadi 0,41, dan pada tahun-tahun berikutnya menurun perlahan hingga pada tahun 2013 sebesar 0,37. Demikian pula untuk jenjang pendidikan menengah, pada tahun 2011 juga terjadi lonjakan angka putus sekolah. Dari semula ditahun sebelumnya sebesar 0,55 melonjak menjadi 0,84. 2013 0,13 0,37 0,68 2012 2011 0,13 0,18 0,4 0,41 0,8 0,84 SMA/MA/SMK SMP/MTs 2010 0,19 0,15 0,55 SD/MI 2009 0,26 0,24 0,56 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Gambar 2.10 Angka Putus Sekolah (ApuS) Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah2009-2013 Di samping ada kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pendataan, perlu dilakukan kajian yang cermat untuk menjawab terjadinya lonjakan angka putus sekolah di jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MA pada tahun 2011. Mengingat pada tahun tersebut pada dasarnya tidak ada peristiwa sosial ekonomi yang (II-26) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

berarti, besar kemungkinan lonjakan tersebut terjadi karena adanya koreksi data atas capaian ApuS pada tahun-tahun sebelumnya. 5. Angka Kelulusan (AL) Angka Kululusan (AL) menunjukkan rasio perbandingan siswa yang berhasil lulus pada jenjang pendidikan tertentu dengan seluruh siswa pada jenjang yang bersangkutan. Pada tahun 2013 pada berbagai jenjang pendidikan capaian hasilnya membanggakan. Untuk jenjang SD/MI/Paket A sebesar 99,92, untuk jenjang SMP/MTs/Paket B sebesar 98,99, dan untuk jenjang SMA/SMK/MA/ Paket C, sebesar 98,27. Meskipun demikian bila dicermati perkembangannya dari tahun ke tahun ternyata AL berfluktuasi dari tahun ke tahun terutama pada jenjang SMP/MTs/Paket B. Untuk jenjang SMA/SMK/MA/ Paket C relatif baik, oleh karena dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Kondisi ini dapat dipahami, karena seperti diketahui AL yang dicapai banyak sekali dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain variasi kualitas pendidikan yang ada berbagai berbagai lembaga penyelenggara pendidikan,dipengaruhi pula oleh kualitas pelaksanaan Ujian Nasional pada setiap tahunnya. Untuk sebaran data yang ada pada tingkat kabupaten/kota pada tahun 2013, disparitas relatif kecil antar kabupaten/kota. Bahkan untuk jenjang SD/MI/Paket A, perbedaan capaiannya relatif kecil, perbedaan yang layak dikemukakan hanya pada kemampuan untuk mencapai kelulusan 100% ataukah tidak, karena hampir semua kabupaten/kota mencapai AL mendekati angka rata-rata provinsi. Untuk jenjang SD/MI/Paket A, kabupaten/kota yang mampu mencapai AL 100% adalah Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Malang, Lumajang, Pasuruan, Sidoarjo, Megetan, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan, Gresik, dan Kota Kediri, Blitar, Mojokerto, Madiun, dan Surabaya. Ada 15 (lima belas) kabupaten/kota di Jawa Timur yang mampu mencapai AL 100% untuk jenjang SD/MI/Paket A. Sebagai tambahan, kabupaten/kota yang mencapai AL 100% cenderung sama dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan bahwa ada upaya kabupaten/kota yang telah mencapai AL 100% untuk mempertahankannya pada tahun-tahun berikutnya. Untuk jenjang SMP/MTs/Paket B, disparitasnya antar kabupaten/kota hampir sama dengan jenjang SD/MI/Paket A. Perbedaan yang mencolok pada (II-27) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

tahun 2013, tidak ada satupun kabupaten/kota yang mencapai AL 100%, bahkan sejak tahun 2011. Disparitas hanya terlihat pada capaian AL antara wilayah kota dan kabupaten, pada semua kota yang ada di Jawa Timur capaian ALnya di atas 99%, bahkan Kota Batu capaiannya mendekati 100%, yaitu sebesar 99,98%. Tidak adanya kabupaten/kota yang mampu mencapai AL 100% pada jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B, memerlukan pemikiran dan upaya-upaya kreatif. Pada jenjang SMA/SMK/MA/ Paket C, kondisinya hampir sama dengan jenjang SMP/MTs/Paket B. Pada jenjang pendidikan menengah tersebut, selama 3 tahun terakhir juga belum satupun kabupaten/kota yang mencapai AL 100%. Perbedaan terjadi pada disparitas antara kota dan kabupaten. Bila pada jenjang SMP/MTs/Paket B, wilayah kota rata-rata AL capaiannya tinggi, di atas 99%, pada jenjang SMA/SMK/MA/ Paket C capaian AL pada wilayah perkotaan tidak menggembirakan, bahkan Kota Batu dengan AL sebesar 93,33% terendah di Jawa Timur. Terkait dengan indikator angka kelulusan, masih ada permasalahan yang perlu diselesaikan, utamanya untuk jenjang SMP/MTs/Paket B dan SMA/SMK/MA/ Paket C.Secara keseluruhan Angka Kelulusan (AL) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, dari tahun 2009 hingga 2013, dapat ditabulasikan sebagai berikut: Gambar 2.11 Angka Kelulusan (AL) Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah 2009-2013 2013 98,27 98,99 99,92 2012 2011 98,14 98,88 99,91 97,73 98,31 99,45 SMA/MA/SMK SMP/MTs 2010 96,16 97,6 99,38 SD/MI 2009 97,05 99,65 99,65 94 95 96 97 98 99 100 101 Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur (II-28) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019

6. Angka Melanjutkan (AM) Angka Melanjutkan (AM) merupakan rasio perbandingan jumlah siswa baru kelas 1 pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah lulusan jenjang pendidikan sebelumnya.indikator capaian pembangunan ini penting terkait dengan program wajib belajar 12 tahun. Tingkat AM amat dipengaruhi oleh keberhasilan pendidikan pada masing-masing jenjang dan penyediaan fasilitasnya belajar pada jenjang pendidikan selanjutnya, serta bantuan pembiayaan untuk siswa yang kan melanjutkan dan terkendala oleh biaya. Pada tahun 2013 AM untuk Jawa Timur dari jenjang SD/MI/Paket A ke jenjang SMP/MTs/Paket B cukup tinggi, sebesar 98,92, artinya hanya 1,08 siswa yang telah menamatkan pendidikan di jenjang SD/MI/Paket A, tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk AM dari SMP/MTs/Paket B ke jenjang SMA/SMK/MA/ Paket C, sebesar 87,89, berarti masih ada 12,11% siswa lulusan SMP/MTs/Paket B yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.sebaran data AM untuk kabupaten/kota pada jenjang SD/MI/Paket Ake jenjang SMP/MTs/Paket B dapat dikatakan homogen, tingkatannya hampir sama antar kabupaten/kota, dan mendekati angka rata-rata Jawa Timur, bahkan sebagaian besar kabupaten/kota memiliki AM di atas 99%. Sementara AM untuk jenjang SMP/MTs/Paket B ke SMA/SMK/MA/ Paket C lebih variatif. Ada yang memiliki AM sebesar 96,72 yaitu Kabupaten Kediri, ada pula yang capaian AMnya sebesar 79,02, yaitu Kota Batu. Terkait dengan fenomena tersebut, bagi keberhasilan program wajib belajar 12 tahun, diperlukan upaya-upaya untuk memfasilitasi anak-anak lulusan SMP/MTs/Paket B melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK/MA/ Paket C. Secara keseluruhan perkembangan capaian kinerja pendidikan di Provinsi Jawa Timur terkait dengan Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke jenjang SMP/MTs dan dari jenjang SMP/MTs ke jenjang SMA/MA/SMK dari tahun 2009 hingga 2013, dapat ditabulasikan sebagai berikut: Tabel 2.6 Angka Melanjutkan (AM) Jawa Timur 2009-2013 Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 SD/MI ke SMP/MTs 97,48 98,61 98,67 98,85 98,92 SMP/MTs ke SMA/SMK/MA 86,11 87,59 87,69 87,78 87,89 Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur (II-29) RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2014-2019