Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)

dokumen-dokumen yang mirip
Penentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduyanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansyah b)

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

APLIKASI METODE CELLULAR AUTOMATA UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEMPERATUR KONDISI TUNAK

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

ANALISIS DISTRIBUSI SUHU PADA PELAT DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA BEDA HINGGA

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN OLEH : IRMA ISLAMIYAH

Solusi Problem Dirichlet pada Daerah Persegi dengan Metode Pemisahan Variabel

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pedoman untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan juga untuk

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

KOMPUTASI DISTRIBUSI SUHU DALAM KEADAAN MANTAP (STEADY STATE) PADA LOGAM DALAM BERBAGAI DIMENSI

PENENTUAN LAJU DISTRIBUSI SUHU DAN ENERGI PANAS PADA SEBUAH BALOK BESI MENGGUNAKAN PENDEKATAN DIFFUSION EQUATION DENGAN DEFINITE ELEMENT METHOD

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

Metode elemen batas untuk menyelesaikan masalah perpindahan panas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA

SOLUSI PENYEBARAN PANAS PADA BATANG KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

Bab 5 Potensial Skalar. A. Pendahuluan

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA. Jl. Ganesha No 10 Bandung Indonesia SOLUSI

Studi dan Implementasi Integrasi Monte Carlo

PENYELESAIAN MASALAH NILAI EIGEN UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL STURM-LIOUVILLE DENGAN METODE NUMEROV

Bab 10. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

BAB III KONDUKSI ALIRAN STEDI - DIMENSI BANYAK

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT

MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

SIMULASI NUMERIK PADA ALIRAN AIR TANAH MENGGUNAKAN COLLOCATION FINITE ELEMENT METHOD

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

PROJEK 2 PENCARIAN ENERGI TERIKAT SISTEM DI BAWAH PENGARUH POTENSIAL SUMUR BERHINGGA

Minggu 13. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial

W = p V= p(v2 V1) Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap perubahan volume yang ditulis sebagai

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

PENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3

PENERAPAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK SOLUSI PERSAMAAN STURM-LIOUVILLE

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

Solusi Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson. (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method)

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

BAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA SEMESTER 1 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 USAHA DAN ENERGI. Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rahfiqa Zainal NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PEMBANGUNAN MODEL SIMULASI MONTE CARLO. Simulasi Monte Carlo merupakan salah satu metode simulasi sederhana yang

VI. Teori Kinetika Gas

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan energi (energy state) dari sebuah sistem potensial sumur berhingga. Diantara

Analisis Distribusi Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Indonesia Menggunakan Temperatur Negatif Distribusi Boltzmann

EFEK DISKRITASI METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP AKURASI DARI SOLUSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SUKU KONVEKSI

Metode Beda Hingga pada Persamaan Gelombang

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL

METODE BEDA HINGGA dan PENGANTAR PEMROGRAMAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

Pengantar Teknologi Informasi

Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method)

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) 1) Program Studi Fisika Jurusan Fisika Universitas Tanjungpura 2)Program Studi Ilmu Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak *Email : yudhaarman@gmail.com Abstrak Telah dilakukan penentuan distribusi suhu dalam keadaan tunak pada sebuah plat dua dimensi menggunakan metode Random Walk. Setiap sisi plat dikondisikan bersuhu 100C dan 0C dalam 4(empat) konfigurasi dan dalam keadaan steady. Persamaan Laplace yang mengkarakterisasi permasalahan ini dihampiri dengan melibatkan sejumlah walker pada setiap titik perhitungan untuk kemudian secara acak disebar menuju ke setiap sisi plat. Hasil yang diperoleh untuk setiap kondisi plat menunjukkan kesalahan relatif terhadap solusi analitik secara rata-rata adalah 5,17%. Nilai kesalahan tersebut diperoleh dengan menggunakan 2000 walker. Penelitian ini juga mendapatkan bahwa akurasi hampiran ditentukan oleh banyaknya walker yang digunakan. Secara umum, semakin banyak jumlah walker yang digunakan maka akurasi hampiran akan semakin baik. Kata Kunci : Persamaan Laplace, Distibusi Suhu Keadaan Steady, Random Walk, Walker 1. Latar Belakang Suhu adalah besaran yang menyatakan panas dan dingin suatu bahan. Kajian fenomena laju distribusi suhu telah banyak dilakukan dengan menerapkan model konvensional yaitu model analitik dan numerik, model yang digunakan untuk memecahkan langsung persamaan Laplace yang merupakan persamaan pengatur laju distribusi suhu. Perkembangan teknologi dewasa ini terutama dalam bidang komputasi menyebabkan ditemukannya beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan distribusi suhu. Tahun 2008 Apriansyah menerapkan metode Cellular Automata, tahun 2011 Supandiyono menggunakan metode beda hingga dan tahun 2012 Sumarji menggunakan metode elemen hingga. Pada penelitian ini akan dilakukan pemecahan masalah distribusi suhu dengan menggunakan metode random walk. Metode random walk didasarkan pada peluang pergerakan acak partikel pada ruang dan peluang untuk menggandakan ataupun menghilangkan dirinya (Anderson, 2002). Pemilihan metode random walk didasarkan pada kesederhanaan operasi matematis yang digunakan. Solusinya akan dibandingkan dengan hasil dari perhitungan analitik. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan persamaan Laplace dan metode random walk untuk menentukan distribusi suhu dalam keadaan jenuh pada sebuah plat, serta membandingkan hasil perhitungan distribusi suhu dari metode random walk dengan solusi analitik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran visual terhadap penyelesaian persamaan Laplace 2. Metodologi 2.1 Persamaan Laplace Persamaan gelombang dapat dituliskan sebagai berikut : ψ = (1) Dengan ψ perpindahan atau simpangan. Jika ψ tak bergantung waktu, maka persamaan (1) menjadi ψ = 0 (2) Persamaan (2) ini dikenal sebagai persamaan Laplace Persamaan Laplace sering ditemui dalam fisika, sebagai contoh dalam medan elektrostatik, dimana persamaan Laplace mendeskripsikan distribusi potensial listrik dalam keadaan tunak (steady state) dalam ruang tanpa muatan. Persamaan yang mirip dengan persamaan (1) ditemukan dalam termodinamika dalam bentuk; T = (3) Dalam hal ini T merupakan fungsi yang mendeskripsikan distribusi suhu T di dalam ruang sebagai fungsi dari ruang dan waktu. D adalah konstanta difusi dan persamaan ini dikenal dengan persamaan difusi. Bila T tidak 65

bergantung waktu, persamaan (3) menjadi persamaan Laplace sin kx X = cos kx (13) T = 0 (4) Dalam sistem koordinat kartesian, persamaan (4) dapat ditulis sebagai; + + = 0 (5) Persamaan (4) juga berlaku untuk kasus distribusi suhu di dalam lempeng yang terdapat sumber panas. ditulis dalam koordinat kartesian karena domain permasalahan berbentuk persegi panjang. Selain itu, permasalahan yang ditinjau dibatasi berdimensi dua. Secara analitik, untuk menyelesaikan persamaan (4) digunakan teknik separasi variabel. Dengan menganggap bahwa : T(x, y) = X(x)Y(y) (6) adalah hasil perkalian dari dua fungsi saling bebas, yaitu X adalah fungsi dengan peubah bebas x sementara Y adalah fungsi dengan peubah bebas y, substitusi persamaan (6) ke persamaan (5) menghasilkan: Y + = 0 (7) + X = 0 (8) Y = e (14) e Hasil substitusi persamaan (13) dan persamaan (14) ke persamaan (12) menghasilkan : Ae sin kx T = XY = Be sin kx Ce cos kx De cos kx (15) Jika konstanta ( k ), diganti dengan (+k ). maka persamaan (10) kemudian ditulis sebagai: = = konst = +k, (16) k 0 X " = k X dan Y " = k Y (17) Konstanta (k ) disebut konstanta separasi. Solusi dari persamaan (17) dituliskan sebagai: X = e (18) e sin ky Y = cos ky (19) Substitusi persamaan (18) dan persamaan (19) ke persamaan (10) menghasilkan Hasil pembagian persamaan (8) dengan perkalian dua fungsi tersebut, XY, diperoleh : + = 0 (9) Ae sin ky Be T = sin ky Ce cos ky De cos ky (20) = (10) Karena ruas kanan dan kiri tidak dapat berubah bila x dan y berubah, maka ke dua ruas harus sama dengan sebuah konstanta ( k ). Persamaan (10) kemudian dapat sdituliskan sebagai : = = konst = k, (11) k 0 X " = k X dan Y " = k Y (12) Konstanta (k ) disebut konstanta separasi. Solusi dari persamaan (12) adalah: 66

Kondisi plat yang akan disimulasikan diperlihatkan pada Gambar (1) 2.3 Penerapan Metode Random Walk Pada Persamaan Laplace Solusi persamaan Laplace dua dimensi pada titik (x,y) dituliskan dengan persamaan sebagai berikut ; 10 10 T(x, y) = 1 4 T(i) 4 1 (21) (c) 10 Gambar 1. Kondisi plat yang diamati 2.2 Metode Random walk Metode paling sederhana dalam menyelesaikan suatu permasalahan tanpa harus melibatkan banyak operasi matematika dan struktur data adalah memanfaatkan kejadian acak (random walk). Metode ini menghasilkan sebuah penyelesaian dengan mencoba-coba serta memanfaatkan bilangan acak (Basuki, dkk, 2004). Random walk pertama kali diperkenalkan oleh Karl Pearson pada tahun 1905. random walk merupakan formalisasi matematika dari sebuah lintasan yang terdiri dari langkahlangkah secara acak yang berurutan. Misalnya, lintasan yang dilewati oleh suatu molekul dalam suatu zat cair atau gas. Random walk telah digunakan di berbagai bidang misalnya Ekologi, Sikologi, Ilmu Komputer, Fisika, Kimia dan biologi (Pearson, 1905). Berdasarkan pendekatan dalam memproses data, maka dikenal dua tipe pendekatan, yaitu tipe floating random walk merupakan model yang mengizinkan jumlah walker selalu berubah dalam simulasi. Tipe ini dapat menyebabkan simulasi tidak stabil karena dalam simulasi bisa timbul sedikit walker (kebanyakan hilang dalam proses) sehingga tipe ini spesifik untuk satu aplikasi. Sedangkan tipe fixed random walk merupakan model yang menggunakan jumlah walker selalu tetap atau konstan. Jumlah akan walker bertahan sampai akhir simulasi sehingga cocok untuk beberapa aplikasi perhitungan. Tipe ini lebih baik dari pada tipe floating random walk (Ketut, 2009). 10 10 10 10 10 (d) dengan T(i) adalah nilai suhu terdekatnya. Algoritma metode random walk untuk menghampiri solusi persamaan Laplace dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Dimulai dari titik (x, y) dimana nilai suhu yang diinginkan. Walker kemudian dipindahkan dalam arah acak. 2. Selanjutnya walker dijalankan hingga mencapai permukaan. Suhu permukaan yang dicapai T kemudian disimpan sebagai suhu pada batas (i) 3. Langkah 1 dan 2 diulang setiap waktu dan suhu yang didapat kemudian dijumlahkan pada permukaan setiap waktu. 4. Nilai dari suhu pada titik (x, y) dihasilkan oleh: T(x, y) = T (i) (22) Dalam bentuk lain, persamaan (22) dapat ditulis sebagai : T(x, y) = (,)(,) (,) dimana n jumlah walker. Ilustrasi pergerakan walker dapat dilihat pada Gambar (2). Gambar 2. Contoh pergerakan walker (23) Pada titik (x,y), walker yang digunakan kemudian diarahkan secara acak untuk bergerak ke titik grid terdekat. Setiap satu titik grid yang ditempuh oleh walker memerlukan satu proses perhitungan. Jika grid yang didatangi oleh walker bukan merupakan daerah batas domain, walker akan terus bergerak secara acak ke grid berikutnya. Apabila grid tersebut merupakan wilayah batas domain, walker akan berhenti 67

untuk kemudian membawa informasi nilai syarat batas pada titik tersebut. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kondisi I Hasil plot distribusi suhu pada plat untuk kondisi I diberikan oleh Gambar (3) 3.2 Kondisi II kondisi II menggunakan metode analitik dan Gambar (4) 1 2 3 60 50 4 5 6 7 8 9 40 30 20 10 10 2 4 6 8 10 Gambar 3. Hasil plot solusi distribusi suhu kondisi I secara analitik dan numerik Pada Gambar 3a terlihat suhu yang lebih tinggi berada di daerah sebelah kanan plat dengan berbagai variasi gradasi suhu. Hal ini dimungkinkan karena daerah ini dapat dianggap merupakan sumber kalor bagi daerah sekitarnya. Gradasi suhu terlihat sedikit lebih landai di bagian tengah domain permasalahan namun cukup curam di daerah atas dan bawah. Hal ini disebabkan kontribusi suhu rendah di batas domain atas dan bawah yang menyebabkan kesetimbangan kalor lebih cenderung menempatkan daerah yang bersuhu lebih tinggi berada di daerah tengah. Gradasi semakin melandai ke arah kiri domain permasalahan dimana suhu plat dibuat bernilai 0C. Hasil plot distribusi suhu pada plat untuk kasus 1 diperlihatkan pada Gambar 3b. Selisih relatif rms antara hasil simulasi numerik dengan simulasi analitik sebesar 5,44%. Selisih ini didapat menggunakan walker berjumlah 2000. Jumlah walker ini merupakan hasil trial and error. Telah dicoba sebelumnya jumlah walker yang lebih kecil dari jumlah walker tersebut di atas, namun hasil yang diperoleh masih menunjukkan nilai di bawah kualifikasi yang dibutuhkan. Kondisi ini juga sesuai dengan kondisi persamaan (23) dimana pendekatan random walk akan bernilai semakin baik jika jumlah walker diperbesar. Keterbatasan perangkat lunak yang digunakan serta keterbatasan perangkat keras membuat jumlah walker yang digunakan hanya sebesar 2000. Gambar 4. Hasil plot solusi distribusi suhu kondisi II secara analitik dan numerik Dari gambar terlihat gradasi suhu seragam berarah diagonal plat yang ditinjau. Kondisi ini berbeda dengan yang ditunjukkan pada kondisi I dimana gradasi suhu besar hanya di bagian tepi plat. Hal ini disebabkan pada kondisi II dua sisi plat yang bersinggungan diberi suhu tinggi sementara dua sisi plat yang lain dikondisikan bersuhu 0C. Suhu tinggi pada dua sisi plat yang bersinggungan merupakan sumber kalor bagi bagian dalam plat. Kondisi aliran ini merupakan kondisi yang sudah dalam keadaan jenuh. Hasil distribusi suhu menggunakan metode random walk menunjukkan pola yang sama. Selisih relatif rms terhadap solusi analitik sebesar 3,37% menggunakan walker berjumlah 2000. Jumlah walker ini, sama seperti pada kondisi I, diperoleh melalui trial and error. Keterbatasan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan merupakan pertimbangan utama bagi jumlah walker ini. Karena hanya menghitung nilai rata-rata dari pengumpulan nilai walker, metode ini mengharuskan jumlah walker besar untuk mencapai kualifikasi yang diinginkan. 3.3 Kondisi III kondisi III menggunakan metode analitik dan Gambar (5) Gambar 5. Hasil plot solusi distribusi suhu kondisi III secara analitik dan numerik 68

Dari gambar terlihat gradasi suhu lebih landai pada bagian tengah dari plat. Sisi atas dan bawah plat masih bersuhu rendah karena pada keadaan jenuh tercapai, jumlah kalor yang diperlukan untuk membuat bagain ini bersuhu lebih tinggi lagi masih kurang walaupun kontribusi suhu tinggi didapatkan dari dua sisi plat. Solusi numerik menggunakan metode random walk juga menampilkan hasil yang serupa. Secara kualitatif, solusi numerik telah mampu menghasilkan solusi yang baik jika dibandingkan dengan hasil solusi analitiknya. Secara kuantitatif, diperoleh selisih relatif rms sebesar 7%. Jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, nilai ini lebih besar. Hal ini disebabkan karena proses pembulatan hasil perhitungan nilai rata-rata suhu yang dibawa oleh walker. Pembulatan ini akan berpengaruh signifikan karena nilai suhu yang digunakan pada batas domain cukup besar. 3.4 Kondisi IV kondisi IV menggunakan metode analitik dan Gambar (6) Gambar 6. Hasil plot solusi distribusi suhu kondisi IV secara analitik dan numerik. Pada gambar terlihat gradasi suhu lebih tinggi berada di bagian bawah plat dengan berbagai gradasi temperatur. Gradai temperatur terlihat lebih landai di bagian tengah plat namun cukup curam di bagian kanan dan kiri plat. Hal ini disebabkan temperatur di bagian atas plat bernilai 0C. Solusi numerik menggunakan metode random walk juga menampilkan hasil yang serupa. Secara kualitatif, solusi numerik telah mampu menghasilkan solusi yang baik jika dibandingkan dengan hasil solusi analitiknya. Secara kuantitatif, diperoleh selisih relatif rms sebesar 4,87%. Selisih ini didapat menggunakan walker berjumlah 2000. Jumlah walker ini merupakan hasil trial and error. Selisih kondisi I dengan walker bervariasi telah dicoba dan didapat hasil sesuai dengan tabel di bawah ini. Walker Selisih rms 100 37,37 500 13,61 1000 9,44 1500 8,71 2000 5,44 Tabel 1. Walker bervariasi pada kondisi I Dari tabel terlihat peningkatan akurasi seiring bertambah jumlah walker yang digunakan. Peningkatan itu cukup signifikan apabila penambahan jumlah walker berkelipatan besar. 4. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk kasus distribusi suhu dalam keadaan tunak pada sebuah plat sebagai berikut: Kondisi I dengan rms sebesar 5,44%, kondisi II dengan rms sebesar 3,37%, kondisi III dengan rms sebesar 7,00%, kondisi IV dengan rms sebesar 4,87%. Metode Random Walk dapat menghampiri solusi analitik dengan baik. Daftar Pustaka Anderson, J.B., 2002, Diffusion and Gren s Function Quantum Monte Carlo Methods, John von Neuman Institute for computing, Jülich, NIC Series, Vol. 10, ISBN 3-00-009057-6, pp. 25-50, 2002. Apriansyah, 2008, Simulasi Distribusi Suhu Keadaan Tunak (steady state) Pada Lempeng 2 Dimensi Dengan Menggunakan Metode Cellular Automata, Jurusan Fisika FMIPA UNTAN, Pontianak (skripsi S1). Basuki, A., Santoso, T. B., dan Huda, M., 2004, Modelling dan Simulasi, IPTAQ Mulia Media; Jakarta. Ketut, G., 2009, Monte Carlo Method, http://www.gagus-ketut.blogspot.com/ /2009/05/metode-monte-carlo.html, (14, Februari 2012). Sumarji, 2012, Simulasi Distribusi Suhu Pada Plat Dua Dimensi Menggunakan Metode Elemen Hingga (Finite Elemen Method), Jurusan Fisika FMIPA UNTAN, Pontianak (skripsi S1). Pearson, K., 1905, The problem of the Random Walk, Nature, 72, 294. Supardiyono, 2011, Analisis Distribusi Pada Pelat Dua Dimensi Dengan Menggunakan Metode Beda Hingga, JPFA, Vol.1, No.2 69