NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 103,21

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah Bulan September 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOPEMBER 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Tabel1 Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya November 2014 Desember 2014 (2012=100)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

Transkripsi:

No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,57 atau mengalami penurunan sebesar 1,28 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 103,90. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 98,69, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 99,88, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 120,50, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 97,83, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,69. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada semua subsektor kecuali subsektor hortikultura. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2016 secara umum mencapai 127,98 atau mengalami inflasi sebesar 1,34 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 126,28. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,84 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,69 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,49 persen, kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,38 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,26 persen, kelompok perumahan naik 0,25 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,09 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Maret 2016 terdapat 10 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 23 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Maluku Utara sebesar 0,73 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Banten sebesar 1,72 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 1

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 1,28 persen dibanding NTP Februari 2016, yaitu dari 103,90 menjadi 102,57. Penurunan NTP bulan Maret 2016 ini disebabkan oleh turunnya indeks harga produk pertanian yang diterima petani sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan. Penurunan indeks NTP yang tercatat pada bulan Maret 2016 terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor hortikultura. Subsektor tanaman pangan mengalami penurunan indeks terbesar yaitu 3,32 persen, disusul subsektor peternakan turun sebesar 1,24 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,55 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,10 persen. Sebaliknya subsektor hortikultura mengalami kenaikan indeks NTP pada bulan ini sebesar 0,40 persen. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Maret 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,29 persen dibandingkan dengan It Februari 2016, yaitu dari 126,58 menjadi 126,21. Subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 1,71 persen disusul subsektor peternakan turun 0,69 persen. Sebaliknya subsektor lain mengalami kenaikan It dengan subsektor horti mengalami kenaikan terbesar yaitu naik 1,31 persen, diikuti adalah subsektor perikanan naik 0,43 persen, dan terakhir subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,30 persen. 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Maret 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan Ib sebesar 1,00 persen bila dibandingkan Februari 2016, yaitu dari 121,83 menjadi 123,05. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 1,67 persen, diikuti subsektor hortikultura naik sebesar 0,90 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,85 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,56 persen dan terakhir subsektor perikanan mengalami kenaikan Ib sebesar 0,52 persen dibanding bulan Februari 2016. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti bawang merah, cabai rawit, bawang putih, cabai merah dan cabai hijau pada bulan ini. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Maret 2016 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 3,32 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,71 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 1,67 persen. Penurunan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok padi sebesar 2,55 persen dan subkelompok palawija sebesar 0,80 persen. Komoditas yang menyebabkan penurunan It pada subsektor ini terutama karena turunnya harga beberapa komoditi terutama gabah, jagung dan kacang tanah. Pada Ib naiknyaindeks disebabkan oleh 2 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016

naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,84 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,56 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 128.09 125.90-1.71 - Padi 118.54 115.52-2.55 - Palawija 140.28 139.16-0.80 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 125.47 127.57 1.67 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.18 129.52 1.84 - Indeks BPPBM 115.24 115.89 0.56 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 102.08 98.69-3.32 d. Nilai Tukar Usaha Petanian 111.14 108.64-2.25 b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Maret 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan indeks sebesar 0,40 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,31 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,90 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, salak, petai dan kencur. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,02 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,37 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan nya Februari 2016 -Maret 2016(2012=100) a. Indeks Diterima Petani (It) 122.79 124.40 1.31 - Sayur-sayuran 119.53 123.11 3.00 - Buah-buahan 127.68 127.68 0.00 - Tanaman Obat 108.74 111.06 2.13 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 123.44 124.55 0.90 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.29 127.57 1.02 - Indeks BPPBM 111.68 112.09 0.37 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 99.48 99.88 0.40 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 109.95 110.98 0.94 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 3

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Maret 2016 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 0,55 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,30 persen,lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,85 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 145,70 menjadi 146,13. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kakao dan tembakau. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 1,12 persen dan kemaikan indeks subkelompok indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,30 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 145.70 146.13 0.30 - Tanaman Perkebunan Rakyat 145.70 146.13 0.30 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 120.26 121.27 0.85 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.92 127.34 1.12 - Indeks BPPBM 110.46 110.79 0.30 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 121.16 120.50-0.55 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 131.90 131.89 0.00 d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan nya a. Indeks Diterima Petani (IT) 117.28 116.46-0.69 - Ternak Besar 116.29 115.29-0.86 - Ternak Kecil 115.72 114.62-0.95 - Unggas 126.26 126.57 0.25 - Hasil Ternak 115.85 115.27-0.50 b. Indeks Dibayar Petani (IB) 118.39 119.05 0.56 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.62 127.27 1.31 - Indeks BPPBM 111.28 110.96-0.28 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 99.06 97.83-1.24 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 105.39 104.96-0.41 4 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016

Pada Maret 2016 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 1,24 persen. Turunnya NTPT terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,69 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen. Turunnya harga beberapa komoditas seperti harga sapi potong, kambing, ayam ras dan telur ayam ras adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 1,31 persen, meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,28 persen. e. Subsektor Perikanan(NTN) Pada Maret 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,10 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,43 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,52 persen. Kenaikan It di subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok ikan penangkapan sebesar 1,21 persen dan subkelompok ikan budidaya sebesar 0,38 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,89 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,01 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan nya Februari 2016 -Maret 2016(2012=100) a. Indeks Diterima Petani 122.87 123.39 0.43 - Penangkapan 131.45 133.04 1.21 - Budidaya 122.39 122.85 0.38 b. Indeks Dibayar Petani 117.25 117.87 0.52 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.24 127.37 0.89 - Indeks BPPBM 106.81 106.82 0.01 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 104.79 104.69-0.10 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.03 115.51 0.41 Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Maret 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 1,21 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) sebesar 0,60 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tongkol, bawal, udang, tongkol, layur dan kakap pada bulan ini. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,90 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,23 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 5

Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan nya Februari - Maret 2016 (2012=100) a. Indeks Diterima Petani 131.45 133.04 1.21 - Penangkapan Perairan Umum 100.00 100.00 0.00 - Penangkapan Perairan Laut 131.48 133.08 1.21 b. Indeks Dibayar Petani 120.62 121.35 0.60 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.08 127.21 0.90 - Indeks BPPBM 114.22 114.48 0.23 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 108.98 109.64 0.60 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.09 116.22 0.98 Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,14 persen pada Maret 2016. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,38 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,52 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti nila, udang dan lele. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,89 persen sedangkan indeks BPPBM relatif tidak mengalami perubahan. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan nya a. Indeks Diterima Petani 122.39 122.85 0.38 - Budidaya Air Tawar 122.39 122.85 0.38 b. Indeks Dibayar Petani 117.06 117.67 0.52 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.25 127.38 0.89 - Indeks BPPBM 106.40 106.39 0.00 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 104.55 104.40-0.14 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.03 115.47 0.38 5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Maret 2016 mencapai 102,51 atau turun sebesar 1,32 persen dibanding bulan Februari 2016. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,31 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 1,02 persen. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016

Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan nya Indeks Harga yang Diterima Petani 126.70 126.30-0.31 Indeks Harga yang Dibayar Petani 121.97 123.21 1.02 Konsumsi Rumah Tangga 126.28 128.00 1.36 BPPBM 112.36 112.61 0.22 Nilai Tukar Petani 103.88 102.51-1.32 Nilai Tukar Usaha Pertanian 112.76 112.16-0.53 6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2016 secara umum mencapai 127,98 atau mengalami inflasi sebesar 1,34 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 126,28. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,84 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,69 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,49 persen, kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,38 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,26 persen, kelompok perumahan naik 0,25 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,09 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan nya Kelompok Konsumsi Rumah Tangga 126.28 127.98 1.34 - Bahan Makanan 140.21 144.19 2.84 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 124.47 125.33 0.69 - Perumahan 118.83 119.12 0.25 - Sandang 122.48 122.80 0.26 - Kesehatan 114.42 114.98 0.49 - Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga 110.02 110.13 0.09 - Transportasi dan Komunikasi 118.25 118.70 0.38 7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Maret 2016 ada sebanyak 10 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Maluku Utara yaitu sebesar 0,73 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,06 persen terjadi di Provinsi Maluku. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Maluku Utara terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 7

subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama komoditi kakao, kelapa dan cengkeh. Sebanyak 23 provinsi pada bulan Maret 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Banten mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,72 persen, sedangkan Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,04 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Banten banyak disebabkan oleh turunnya harga gabah pada subsektor tanaman pangan. Tabel 10 NTP Provinsi dan nya Provinsi NASlONAL 102.23 101.32-0.89 MALUKU UTARA 104.18 104.94 0.73 BENGKULU 92.03 92.61 0.64 SULTENG 99.08 99.67 0.59 RIAU 96.82 97.36 0.56 BABEL 101.38 101.85 0.47 PAPUA BARAT 99.29 99.74 0.45 JAMBI 96.58 96.93 0.37 PAPUA 95.98 96.13 0.16 SULBAR 106.04 106.11 0.07 MALUKU 103.83 103.90 0.06 SUMUT 99.21 99.17-0.04 KALTIM 97.60 97.46-0.13 SUMBAR 98.57 98.38-0.19 KEPRI 98.41 98.04-0.38 GORONTALO 105.30 104.89-0.39 NTT 101.13 100.73-0.40 NTB 104.85 104.38-0.44 KALBAR 95.17 94.73-0.46 BALI 105.42 104.86-0.54 SUMSEL 94.99 94.48-0.54 SULTRA 99.87 99.31-0.56 SULUT 97.47 96.83-0.65 NAD 97.89 97.25-0.66 KALTENG 97.06 96.42-0.66 DKI 99.57 98.88-0.70 LAMPUNG 103.60 102.73-0.84 SULSEL 106.27 105.37-0.85 JATENG 100.53 99.40-1.12 KALSEL 98.82 97.67-1.16 D.I.YOGYAKARTA 103.90 102.57-1.28 JABAR 107.42 105.84-1.47 JATIM 105.32 103.77-1.48 BANTEN 106.57 104.74-1.72 8 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016

Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan nya Provinsi NASIONAL 102,19 101,28-0,89 MALUKU UTARA 104.28 105.19 0.87 BENGKULU 91.89 92.53 0.70 SULTENG 98.61 99.24 0.64 RIAU 96.23 96.77 0.56 BABEL 101.01 101.51 0.50 PAPUA BARAT 98.70 99.17 0.48 JAMBI 96.45 96.83 0.39 PAPUA 95.33 95.48 0.16 MALUKU 103.43 103.58 0.15 SULBAR 106.28 106.40 0.12 SUMUT 99.23 99.18-0.05 KALTIM 97.41 97.29-0.12 SUMBAR 98.18 98.01-0.17 NTT 101.12 100.72-0.39 GORONTALO 105.61 105.18-0.41 NTB 105.01 104.55-0.44 KALBAR 94.89 94.45-0.46 SUMSEL 94.81 94.33-0.50 BALI 105.47 104.92-0.52 SULTRA 99.23 98.64-0.59 SULUT 97.30 96.69-0.62 NAD 97.89 97.25-0.65 KALTENG 96.34 95.70-0.66 KEPRI 94.60 93.86-0.78 LAMPUNG 103.74 102.87-0.84 SULSEL 106.56 105.64-0.87 JATENG 100.44 99.32-1.12 KALSEL 97.84 96.70-1.16 D.I.YOGYAKARTA 103.88 102.51-1.32 JATIM 105.32 103.76-1.48 JABAR 107.89 106.27-1.51 BANTEN 106.56 104.68-1.76 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 9

Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan nya Provinsi NASIONAL 107,37 106,67-0,65 MALUKU 106.87 107.22 0.33 SULSEL 98.91 99.23 0.32 JAMBI 94.82 95.05 0.24 RIAU 100.98 101.21 0.23 SULUT 92.06 92.04-0.02 KALBAR 99.14 99.02-0.12 D.I.YOGYAKARTA 104.55 104.40-0.14 NAD 94.79 94.64-0.16 KALTENG 97.78 97.58-0.21 SULBAR 96.92 96.72-0.21 SUMUT 95.57 95.32-0.26 PAPUA BARAT 89.76 89.47-0.32 BANTEN 96.61 96.29-0.33 MALUKU UTARA 109.30 108.90-0.36 PAPUA 89.59 89.27-0.37 SUMBAR 108.24 107.83-0.38 KALSEL 101.72 101.29-0.42 KALTIM 89.28 88.91-0.42 SULTENG 89.74 89.33-0.46 LAMPUNG 95.97 95.48-0.51 KEPRI 107.79 107.10-0.65 DKI JAKARTA 94.07 93.39-0.72 JABAR 98.07 97.34-0.74 SULTRA 96.80 96.07-0.76 NTT 99.58 98.72-0.87 SUMSEL 100.99 99.89-1.09 BABEL 95.04 93.95-1.14 GORONTALO 90.77 89.70-1.18 BALI 90.74 89.66-1.19 NTB 90.68 89.57-1.23 JATENG 102.63 101.34-1.25 BENGKULU 95.61 94.24-1.42 JATIM 104.15 102.50-1.59 10 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016

Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 99,58 98,85-0,74 MALUKU 106.87 107.22 0.33 SULSEL 98.91 99.23 0.32 JAMBI 94.82 95.05 0.24 RIAU 100.98 101.21 0.23 SULUT 92.06 92.04-0.02 KALBAR 99.14 99.02-0.12 D.I.YOGYAKARTA 104.55 104.40-0.14 NAD 94.79 94.64-0.16 KALTENG 97.78 97.58-0.21 SULBAR 96.92 96.72-0.21 SUMUT 95.57 95.32-0.26 PAPUA BARAT 89.76 89.47-0.32 BANTEN 96.61 96.29-0.33 MALUKU UTARA 109.30 108.90-0.36 PAPUA 89.59 89.27-0.37 SUMBAR 108.24 107.83-0.38 KALSEL 101.72 101.29-0.42 KALTIM 89.28 88.91-0.42 SULTENG 89.74 89.33-0.46 LAMPUNG 95.97 95.48-0.51 KEPRI 107.79 107.10-0.65 DKI JAKARTA 94.07 93.39-0.72 JABAR 98.07 97.34-0.74 SULTRA 96.80 96.07-0.76 NTT 99.58 98.72-0.87 SUMSEL 100.99 99.89-1.09 BABEL 95.04 93.95-1.14 GORONTALO 90.77 89.70-1.18 BALI 90.74 89.66-1.19 NTB 90.68 89.57-1.23 JATENG 102.63 101.34-1.25 BENGKULU 95.61 94.24-1.42 JATIM 104.15 102.50-1.59 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 11

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MARET 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 61 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Maret 2016, sebanyak 59,02 persen berkualitas rendah dan sisanya 40,98 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Februari 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP turun 9,00 persen menjadi Rp. 4.488,00 per kg di tingkat petani dan turun 8,91 persen menjadi Rp. 4.538,00 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 7,51 persen menjadi Rp. 3,819,44 per kg di tingkat petani dan turun 7,42 persen menjadi Rp. 3.869,44 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.700,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sentolo (Kulonprogo). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.300,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Selama Maret 2016, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Pada Maret 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 61 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 36 observasi dan kualitas GKP sebanyak 25 observasi. Kelompok Kualitas GKG GKP Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Maret 2016 Jumlah Observasi (%) Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 - - - - - - (0,00%) (penggilingan) Gabah Kualitas Rendah Total 25 (40,98%) 36 (59,02%) 61 (100,00%) 3.700,00 5.700,00 4.488,00 4.538,00 3.700,00 (petani) 3.750,00 (penggilingan) 788,00 21,30 788,00 21,01 3.600,00 5.200,00 3.819,44 3.869,44 - - - - - - - - - - 12 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016

1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 25 observasi atau 40,98 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Maret 2016. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 36 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 59,02 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Maret 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga 40,98 persen berasal dari Kabupaten Bantul, 13,12 persen berasal dari Kabupaten Sleman, dan 4,92 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo. Tabel 15 Jumlah dan Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Maret 2016 Kelompok Kualitas Jumlah Observasi Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan (5) (6) (7) (8) GKG 0-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) GKP 25 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 1 (4,00 %) 1 (4,00 %) 24(96,00 %) 24 (96,00 %) GKG dan GKP 25-0 (0,00 %) - 1 (4,00 %) - 24 (96,00 %) Kualitas Rendah 36 2.Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.700,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sentolo (Kulonprogo). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.300,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Januari - Maret 2016 Kelompok Kualitas Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH) Jan 2016 Feb 2016 Mar 2016 Jan 2016 Feb 2016 Mar 2016 (5) (6) (7) GKG - 13,55 - - 1,72 - GKP 13,33 13,84 14,86 6,32 6,44 8,10 KualitasRendah 25,15 24,26 22,26 9,46 13,21 11,64 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 13

Rp/Kg Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 14,86 persen dan 8,10 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Maret 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 22,26 persen dan 11,64 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Januari - Maret 2016 Kelompok Kualitas Tingkat Petani (Rp / Kg) Jan 2016 Feb 2016 Mar 2016 Perub (4) thd (3) (%) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Jan 2016 Feb 2016 Mar 2016 Perub (4) thd (3) (%) (5) (6) (7) (8) (9) GKG - 5.050,00 - - - 5.100,00 - - GKP 5.023,81 4.932,00 4.488,00-9,00 5.073,81 4.982,00 4.538,00-8,91 Kualitas Rendah 4.609,09 4.129,41 3.819,44-7,51 4.659,09 4.179,41 3.869,44-7,42 Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turun Rp. 444,00 per kg (9,00 persen) menjadi Rp 4.488,00 per kg, demikian pula di tingkat penggilingan turun Rp. 444,00 per kg (8,91 persen) menjadi Rp. 4.538,00 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 309,97 per kg (7,51 persen) menjadi Rp. 3.819,44 per kg dan turun Rp. 309,97 per kg(7,42 persen) menjadi Rp. 3.869,44 per kg di tingkat penggilingan. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Maret 2015 -Maret 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Nov-15 Dec-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP 14 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016