BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. tujuan perusahaan karena masalah yang akhirnya menentukan dan. memprediksikan keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan, strategi

Perkembangan Industri Kreatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya sejak beberapa dekade terakhir, perekonomian dunia bergerak

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

Industri Kreatif Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

Assalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu.

INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

2015 PENGARUH BRAND PERSONALITY TERHADAP PURCHASE DECISION U

BAB I PENDAHULUAN. setiap pelaku bisnis di berbagai sektor industri. Era globalisasi memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri. Tidak hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis

Kata Kunci: Orientasi Pasar, Inovasi Produk, Keunggulan Bersaing, Kinerja Pemasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan Industri Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan rencana..., Rabiah Amalia, FE UI, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah asset maksimal 0 sampai Rp 50 juta dan omzet total 0 sampai 300 juta.

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke 21, terjadi pergerakan dan perubahan yang sangat

mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. berbeda pada proses perencanaan strategis. itu dilakukan (Bryson and Roering 1988; Elbanna 2007; Hassan et al).

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha lainnya. Menurut Porter dalam Solihin (2012 :42), intensitas

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan konsep kualitas, kerjasama tim, produktivitas serta kepuasan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

LOMBA KARYA TEKNOLOGI 2013 WILAYAH KEDU

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB. I PENDAHULUAN. dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi. Karyawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu bagian dari bauran promosi yang berdampak vital

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PANDUAN LOMBA PENCIPTAAN SOFTWARE APLIKASI INTERAKTIF 2011 MENINGKATKAN KREATIVITAS MAHASISWA DIY MELALUI PENGEMBANGAN MOBILE WEB APPLICATION

PANDUAN STUDENT UNION GRANT 2013 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban ekonomi dunia terbagi dalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat merupakan gelombang ekonomi kreatif yang berorientasi pada ide (Toffler, 1980). Howkins (2001) menemukan kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat. Kemajuan teknologi telah merubah cara cara bisnis yang dikelola. Teknologi tinggi memungkinkan karyawan bekerja lebih cepat dan lebih produktif. Akibat kemajuan teknologi, suatu negara dapat relatif mudah mendistribusikan produknya ke negara lain (Kismono, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, perubahan cara cara pengelolaan bisnis, serta peningkatan kompetisi dalam lingkungan bisnis merupakan dampak dari globalisasi ekonomi. Kondisi seperti ini mengharuskan manajemen perusahaan untuk mencari berbagai strategi baru agar perusahaan mampu bertahan dalam persaingan dan berkembang menjadi pemimpin pasar. 1

Industri kreatif di Indonesia, diawali oleh pentingnya peningkatan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global. Pemerintah melalui Departemen Perdagangan yang bekerja sama dengan Departemen Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) serta didukung oleh Kamar Dagang Indonesia (KADIN) membuat Roadmap Indonesia Design Power 2006 2010 yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi produk berstandar Internasional dan memiliki karakter nasional yang diterima di pasar dunia (Departemen Komunikasi dan Informatika, 2006). Indonesia telah mengambil langkah dalam menyambut tren ekonomi kreatif dengan mencanangkan visi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025. Pada tahun 2008, Departemen Perdagangan RI menerbitkan buku Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 2015. Buku tersebut merupakan panduan bagi setiap departemen terkait dalam pembuatan kerjanya pada 14 subsektor industri kreatif sehingga terjalin sinergi antar departemen. Departemen Dalam Negeri (Depdagri) membagi industri kreatif menjadi 14 subsektor, antara lain: (1) Periklanan; (2) Percetakan; (3) TV & Radio; (4) Film, Video, Fotografi; (5) Musik; (6) Seni Pertunjukan; (7) Pasar Barang Seni; (8) Kerajinan; (9) Desain; (10) Fasyen; (11) Arsitektur; (12) Permainan Interaktif; (13) IT & Software; dan (14) R&D (Depdagri, 2008). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, secara makro kontribusi PDB industri kreatif tahun 2010 berdasarkan harga konstan 2000 adalah sebesar 462,38 triliun rupiah atau 7,2% dari total PDB Nasional. Angka ini 2

jauh meningkat dibandingkan tahun 2006 yakni sebesar 104,787 triliun rupiah atau 5,67% dari total PDB Nasional. Tabel 1.1 Penjualan Produk Nasional Penjualan produk nasional 2006 2010 Mode 45,8 triliun rupiah 184,95 triliun rupiah Kerajinan 26,7 triliun rupiah 110,97 triliun rupiah Sumber: BPS tahun 2013 Data BPS mencatat dari 462,38 triliun rupiah yang diperoleh pada tahun 2010, penjualan produk mode memberi kontribusi tertinggi sebesar 184,95 triliun rupiah, diikuti produk kerajinan sebesar 110,97 triliun rupiah, dan sisanya merupakan sumbangan dari 12 sektor lain. Jika dibandingkan dengan perolehan tahun 2006, penjualan produk mode hanya memberi kontribusi sebesar 45,8 triliun rupiah, diikuti produk kerajinan sebesar 26,7 triliun rupiah dan sisanya merupakan sumbangan dari 12 sektor lain. Mengacu pada data BPS, perkembangan industri kreatif di Indonesia semakin pesat seiring meningkatnya permintaan akan produk produk inovatif. Menciptakan produk inovatif memerlukan kreativitas. Munandar (2004) menjelaskan kreatifitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan hubungan baru antara unsur unsur yang sudah ada 3

sebelumnya. Perusahaan dapat menggunakan mekanisme pengembangan gagasan gagasan baru untuk meningkatkan kreativitas dan keinovasiannya. Industri kreatif merupakan kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi (Hesmondhalgh, 2002). Industri yang menciptakan produk produk kreatif seperti pembuatan cinderamata, permainan, hiasan, desain, lagu, dan sebagainya dikerjakan atas permintaan dan kebutuhan masyarakat. Dalam pembuatan sebuah produk memerlukan pengelolaan yang serius, mengingat semakin besar ukuran proyek pembuatan produk tersebut, maka semakin kompleks ketergantungan antara satu bagian pekerjaan dengan bagian lain dalam kesatuan proyek. Proyek merupakan usaha temporer yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu tujuan yang unik (Scwalbe, 2004). Banyak hal yang diperhatikan dalam suatu proyek. Perencanaan pelaksanaan proyek yang meliputi kegiatan, jadwal, biaya, dan organisasi harus digariskan. Pelaksanaan proyek itu sendiri mungkin menimbulkan berbagai persoalan alokasi sumber daya, pengawasan dan administratif. Selanjutnya demi keberhasilan proyek, orang selalu harus ingat akan penting dan perlunya pengawasan proyek (Reksohadiprojo, 2001). Perusahaan yang bergerak dalam industri kreatif perlu melakukan pengelolaan proyek dengan baik. Besar kecilnya suatu proyek, dibutuhkan pengendalian sistem menajemen terhadap pengawasan sumber daya yang ada, biaya, kualitas dan anggaran (Render, 2011). Manajemen proyek merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan, keterampilan, alat, dan teknik untuk aktifitas suatu 4

proyek dengan maksud memenuhi atau melampaui kebutuhan stakeholder dan harapan dari sebuah proyek (Schawalbe, 2004). Menurut Ervianto (2005), manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin biaya proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu. Manajemen proyek meliputi perencanaan proyek dan pengendalian aktivitas proyek, keterbatasan sumber daya dan biaya, dan menjaga proyek berjalan tepat waktu (Russel dan Taylor, 2011). Mengacu pada pengertian manajemen proyek tersebut, masalah keterlambatan dalam penyelesaian proyek merupakan masalah yang harus diselaikan dalam suatu proyek. Dalam penelitian ini, Colorful Creatia dipilih sebagai objek penelitian, karena merupakan salah satu perusahaan kreatif yang berada di Yogyakarta. Colorful Creatia didirikan pada tahun 2012. Produk dari perusahaan ini adalah buku tahunan. Buku tahunan adalah buku yang berisikan informasi mengenai individu atau kelompok sesuai dengan keinginan pemesan. Colorful Creatia memiliki tiga divisi penting dalam pengerjaan proyek. Tiga divisi ini yakni divisi Creative and Editing, divisi Pitching, dan divisi Production. Ketiga divisi ini memiliki fungsi dan tugas yang berbeda. Adapun fungsi dan tugas ketiga divisi ini saling berkaitan dalam sebuah jaringan proyek. Dalam menghadapi persaingan ditahun tahun mendatang, Colorful Creatia membutuhkan sistem pengelolaan proyek yang efektif. Colorful Creatia pada periode Juli 2012 sampai dengan Agustus 2013 mengerjakan empat belas proyek yang berasal dari instansi pendidikan (sekolah 5

dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi). Instansi pendidikan yang menjadi konsumen Colorful Creatia tidak hanya berasal dari kota Yogyakarta. Selama periode Juli 2012 sampai dengan Agustus 2013 terdapat tujuh proyek bermasalah, yakni ketidaksesuaian antara rencana dan aktualisasi dalam proses pembuatan buku tahunan oleh Colorful Creatia. Colorful Creatia telah menjadi ikon industri kreatif di Yogyakarta melalui partisipasinya dalam pembuatan buku tahunan. Selain itu, Colorful Creatia telah memiliki prestasi tingkat Nasional dengan memenangi peringkat dua desain halaman depan terbaik pada tahun 2012. Beberapa diantara klien yang pernah ditangani adalah instansi instansi pendidikan ternama di Yogyakarta (SMP N 5 Yogyakarta, SMA N 8 Yogyakarta, Fakultas Gizi Kesehatan UGM, dan lain lain). Dalam menerapkan manajemen proyek, Colorful Creatia diharuskan memiliki strategi yang dapat mengantisipasi hal hal yang dirasa mengganggu jalannya proyek untuk mengurangi risiko kegagalan. Hal hal yang mengganggu jalannya proyek akan berdampak buruk terhadap proyek. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membahas faktor faktor yang berpengaruh terhadap keterlambatan penyelesaian proyek yang terjadi pada proyek buku tahuan Colourful Creatia. 1.2 Rumusan Masalah Proyek pembuatan buku tahunan merupakan proyek yang kompleks, karena dalam pengerjaannya terdapat tahapan tahapan yang saling berkaitan serta melibatkan pihak pihak di luar perusahaan, sehingga banyak risiko risiko yang 6

mungkin berdampak negatif pada proyek tersebut. Dampak yang dapat terjadi adalah keterlambatan penyelesaian proyek. Masalah keterlambatan dalam penyelesaian proyek merupakan masalah yang harus diselesaikan dalam suatu proyek. Keterlambatan juga berpengaruh pada hubungan dengan konsumen. Permasalahan lainnya adalah ketidakpuasan konsumen akan produk yang dihasilkan. Bila produk barang atau jasa yang dihasilkan tidak memenuhi keinginan konsumen (ketidaksesuaian antara waktu yang diharapkan dengan waktu sebenarnya), maka dipastikan konsumen memberikan penilaian buruk terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, pada periode Juli 2012 sampai dengan Agustus 2013 Colorful Creatia mengerjakan empat belas proyek yang berasal dari instansi pendidikan (sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi). Selama periode Juli 2012 sampai dengan Agustus 2013 setidaknya terdapat tujuh proyek yang bermasalah, yakni ketidaksesuaian antara rencana dan aktualisasi dalam proses pembuatan buku tahunan oleh Colorful Creatia. Untuk itu Colorful Creatia perlu melakukan identifikasi faktor faktor yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 7

1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian mengenai pokok permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka berikut pertanyaan penelitian yang harus diketahui jawabannya oleh peneliti dalam penelitian ini: 1. Faktor faktor apa saja yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek buku tahunan? 2. Rekomendasi apa yang dapat diusulkan untuk mengatasi permasalahan keterlambatan penyelesaian proyek buku tahunan? 1.4 Tujuan Penelitan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diketahui tujuan dari penulisan penelitian ini. Pertama untuk mengidentifikasi faktor faktor utama yang berpengaruh terhadap keterlambatan penyelesaian proyek buku tahunan. Kedua memberikan rekomendasi kepada Colorful Creatia untuk mengatasi permasalahan tersebut. 1.5 Batasan Masalah Batasan penelitian dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan penelitian. Penulisan skripsi dengan batasan sebagai berikut: 1. Objek penelitian adalah perusahaan pembuatan buku yang bergerak dibidang kreatif. Pemilihan Colorful Creatia dengan pertimbangan bahwa 8

Colorful Creatia merupakan perusahaan yang memiliki masalah ketelambatan penyelesaian proyek. 2. Penelitian ini dibatasi pada analisis keterlambatan tujuh proyek yang mewakili kriteria dengan risiko besar, sedang, dan ringan yang diterima oleh perusahaan selama periode Juli 2012 sampai dengan Agustus 2013. 3. Penelitian dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor faktor utama dan rekomendasi untuk Colorful Creatia. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara akademik: sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang mengkaji penyebab keterlambatan penyelesaian proyek. 2. Secara praktis: penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk menghindari terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta simpulan, implikasi, keterbatasan dan saran penelitian selanjutnya. Bab I menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Selanjutnya, Bab II menguraikan teori dan 9

konsep yang relevan dengan topik penelitian, antara lain definisi proyek, manajemen proyek, penjadwalan, dan manajemen waktu. Bab III menguraikan tentang desain atau jenis penelitian, objek penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, validitas, dan alat analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Selanjutnya Bab IV akan membahas proses pengumpulan data, sejarah obyek penelitian, struktur manajemen, faktor faktor keterlambatan penyelesaian proyek Colorful Creatia beserta analisis, dan diagram tulang ikan. Bab V yang berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran saran yang ditujukan kepada obyek penelitan yaitu Colorful Creatia. 10