Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di

dokumen-dokumen yang mirip
C-I-R5-714-F Juni Investasi IFC di Delta Wilmar Kasus Wilmar-3 / Jambi Rangkuman

INVESTIGASI KEPATUHAN

LAPORAN PENILAIAN. Tentang. Pengaduan ke-3 Keprihatinan Komunitas dan Masyarakat Sipil Terkait Dengan Kegiatan Kelompok Perusahaan Wilmar di Indonesia

Catatan informasi klien

Inisiatif Accountability Framework

OMBUDSMAN CONCLUSION REPORT WILMAR 2

Kebijakan Pengamanan dan Keberlanjutan di Dunia yang Berubah

Final - disetujui pada Juli 2010

Perubahan ini telah memberikan alat kepada publik untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan ekonomi. Kemampuan untuk mengambil keuntungan dari

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

4 Agustus 2009 BANK DUNIA/IFC/M.L.G.A MEMORANDUM RESMI

LAPORAN PENGKAJIAN CAO CAO ASSESSMENT REPORT

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017


Pertanyaan Umum (FAQ):

2013, No BAB I PENDAHULUAN

Catatan Pengarahan FLEGT

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

Sustainability Policy

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

Kebijakan Manajemen Risiko

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Akses untuk Keadilan bagi Masyarakat yang Terkena Dampak Pertambangan PT Weda Bay Nickel Laporan Sementara Ringkasan Eksekutif

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

Profil. Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis

Marzuki Usman PENDIRI FIHRRST

Wilmar dan persoalan minyak sawit. Ringkasan eksekutif - Bahasa Indonesia. Dr Samantha Balaton-Chrimes. Dr Kate Macdonald

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Dokumen final disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

LAYANAN PENANGANAN KELUHAN

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis

Profil. Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA USULAN TINJAUAN DAN PEMBARUAN PEMBAHASAN TENTANG PENDEKATAN

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Rangkuman Eksekutif. Konteks. Seberapa efektif pendekatan atau strategi IFC untuk operasi-operasinya di Indonesia sebelum krisis? RANGKUMAN EKSEKUTIF

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

Kerangka Tiga Pilar Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM

DANA INVESTASI IKLIM

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

Prosedur dan Daftar Periksa Evaluasi Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Resolusi Serikat Pekerja/Serikat Buruh di Indonesia terhadap Tinjauan Kebijakan Perlindungan Kelompok Bank Dunia (WBG)

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

SAAT HAK ANDA DILANGGAR: MEMASTIKAN AKUNTABILITAS KELOMPOK BANK DUNIA

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

ECD Watch. Panduan OECD. untuk Perusahaan Multi Nasional. alat Bantu untuk pelaksanaan Bisnis yang Bertanggung Jawab

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektr

Total Quality Purchasing

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PENGAMANAN INFORMASI

Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN 604 BNSP 2012

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Ombudsman Penasihat Kepatuhan untuk IFC/MIGA

STANDAR PENGENDALIAN MUTU 1 STANDAR PERIKATAN JASA 4410 PERIKATAN KOMPILASI

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

Transkripsi:

AUDIT PEMANTAUAN DAN LAPORAN PENUTUPAN CAO Audit IFC Kepatuhan CAO C-I-R6-Y08-F096 27 Maret 2013 Respon Pemantauan IFC ke Audit CAO mengenai investasi IFC di Wilmar Trading (IFC No. 20348) Delta Wilmar CIS (IFC No. 24644) Wilmar WCap (IFC No. 25532) Delta Wilmar CIS Expansion (IFC No. 26271) Kantor Ombudsman Penasehat Kepatuhan (CAO) Untuk Korporasi Keuangan Internasional (IFC) Badan Penjamin Investasi Multilateral (MIGA) Anggota-anggota dari Kelompok Bank Dunia

2

Ringkasan Eksekutif Pemantauan dan laporan penutupan ini mengumumkan status tindakan khusus IFC menanggapi kesimpulan CAO sebagaimana dinyatakan dalam Laporan Audit CAO, pada tanggal 19 Juni 2009, sesuai dengan update terbaru bulan Maret 2013. Laporan ini adalah Laporan Pemantauan CAO yang kedua, untuk melengkapi Laporan CAO tanggal 22 April 2010. Pemantauan CAO dibatasi untuk menindaklanjuti kesimpulan yang dibuat oleh CAO dalam Laporan Audit. Respon IFC atas Audit itu termasuk pengembangan suatu strategi pendekatan untuk investasi minyak kelapa sawit di masa yang akan datang; peninjauan kembali keterlibatan saat ini di sektor minyak kelapa sawit Indonesia; suatu program pelayanan penasehatan yang ditujukan untuk sektor minyak kelapa sawit Indonesia; dan komitmen untuk menanggapi beberapa temuan audit sebagai bagian tinjauan kembali kebijakan IFC yang berkesinambungan. CAO menemukan bahwa komitmen dan tindakan IFC merupakan suatu pendekatan yang substansial untuk menanggapi kesimpulan yang dicapai oleh Laporan Audit CAO. CAO menemukan bahwa pada tahap ini CAO telah melihat bukti bahwa strategi pendekatan yang diambil bisa diterapkan, bahwa IFC telah mengkaji kembali keterlibatannya dalam sektor minyak kelapa sawit Indonesia, bahwa proyek pelayanan penasehatan sudah ditetapkan, dan IFC telah menindak-lanjuti komitmennya untuk menyelesaikan kekurangan yang sudah diidentifikasi, mengenai proses kategorisasinya. Oleh sebab itu audit ini akan ditutup. CAO juga menegaskan bahwa CAO hanya diberi mandat untuk memantau bagaimana IFC menanggapi kekurangan-kekurangan yang diidentifikasi dalam audit CAO, karena berkaitan dengan bagaimana pendekatan IFC dan memproses investasinya. CAO sepenuhnya mengakui bahwa penutupan temuan audit CAO hanyalah salah satu bagian dari sebuah pendekatan menyeluruh oleh IFC untuk menanggapi kekuatiran yang berhubungan dengan sektor minyak kelapa sawit secara global. 3

Tentang CAO Misi CAO adalah sebagai mekanisme alternatif mandiri yang melayani secara adil, terpercaya, dan efektif, serta meningkatkan akuntabilitas lingkungan dan sosial IFC dan MIGA. CAO (Kantor Ombudsman Penasehat Kepatuhan) adalah suatu posisi mandiri yang melapor langsung ke Presiden dari Grup Bank Dunia. CAO meninjau kembali keluhankeluhan dari masyarakat yang terkena dampak proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh dua sektor swasta yang merupakan lengan peminjaman dari Kelompok Bank Dunia, Korporasi Keuangan Internasional (IFC) dan Badan Penjamin Investasi Multilateral (MIGA). Untuk informasi lebih lanjut mengenai CAO, silahkan kunjungi www.cao-ombudsman.org 4

Daftar Isi 1. Latar Belakang 5 2. Status 5 3. Komentar dan Kesimpulan dari Pemantauan CAO 7 4. Ringkasan 10 Lampiran. Standar Kinerja IFC yang ada hubungannya dengan Audit CAO. 5

1. Latar Belakang. Laporan Audit CAO mengenai keterlibatan IFC dalam Wilmar Group, tanggal 19 Juni 2009, menyimpulkan bahwa IFC tidak memenuhi maksud dan persyaratan Standar Kinerja mereka sendiri (PS) dalam penilaian atas investasi dalam fasilitas perdagangan Wilmar dan Wilmar WCap. 1 Mengenai investasi di kilang Wilmar (Wilmar CIS-Delta dan Delta-Wilmar CIS Expansion), CAO menyimpulkan bahwa IFC gagal menilai pasokan perkebunan berantai atau perusahaan dan pemasok lain yang terkait melalui Wilmar Group, seperti yang dipersyaratkan oleh Standar Kinerja Perusahaan (PS). Akhirnya, CAO menyimpulkan bahwa pemakaian tafsiran sempit dari pada dampak investasi dalam pengertian penuh dari implikasi yang lebih luas tidak konsisten dengan peran tegas IFC, mandat untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup, serta komitmen untuk pembangunan yang berkelanjutan. Laporan Pemantauan ini mengumumkan status tindakan khusus IFC untuk mengulas kesimpulan yang dinyatakan dalam Laporan Audit CAO, tanggal 19 Juni 2009. Laporan Pemantauan ini berdasarkan informasi yang telah diberikan oleh CAO per Maret, 2013. Pemantauan CAO terbatas untuk menindaklanjuti kesimpulan yang dibuat oleh CAO dalam Laporan Audit. Pada tahap ini CAO meyakinkan bahwa tindakan yang diambil oleh IFC sejak audit tahun 2009 telah mengurangi kemungkinan bahwa investasi yang sama akan diproses lagi meskipun melanggar maksud dari kebijakan IFC. Dengan Laporan Pemantauan ini, CAO akan menutup audit. 2. Status Dalam responnya pada tahun 2009, IFC menyatakan bahwa IFC akan mengembangkan strategi minyak kelapa sawit global. Menurut IFC, strategi ini akan memandu operasi investasi serta pelayanan-pelayanan penasehatan, dan strategi ini juga akan membimbing bagaimana IFC akan terlibat dengan para pemangku kepentingan. IFC berkomitmen untuk aktif dan berulang konsultasi dengan pihak terkait, seperti industri, lembaga keuangan, organisasi masyarakat sipil, dan organisasi masyarakat adat. IFC juga menyatakan bahwa pengembangan strategi ini akan memberikan kesempatan untuk menganalisa isu-isu yang lebih luas mengenai sektor ini di Indonesia. IFC merilis Laporan Masalah pada tanggal 21 April 2010, dan mengadakan konsultasi di Washington, DC, Medan, Pontianak, dan Jakarta, Indonesia, San Jose, Kosta Rika, Accra, Ghana, Amsterdam, Frankfurt dari tanggal 23 April sampai 1 September 2010. Selanjutnya, IFC mengeluarkan rancangan "Kerangka Kelompok Bank Dunia untuk Keterlibatannya di Sektor Kelapa Sawit," tanggal 22 Juli 2010, dan konsep revisi untuk komentar publik terakhir pada tanggal 6 Januari 2011. Sebuah konsep final ditinjau oleh Dewan pada tanggal 24 Maret 2011 dan laporan terakhir dan pernyataannya dikeluarkan pada tanggal 1 April 2011. 1 Lihat www.cao-ombudsman.org untuk laporan yang lengkap. 6

Kelompok Bank Dunia telah mengembangkan empat pilar, melalui pilar ini kelompok ini bisa bekerja dengan para pemangku kepentingan lain untuk memperkuat dasar-dasar ekonomi, sosial, dan lingkungan dari sektor minyak kelapa sawit: Kebijakan dan peraturan lingkungan Investasi sektor swasta yang berkelanjutan Pembagian keuntungan Aturan-aturan praktek yang berkelanjutan. Kelompok Bank Dunia dan IFC telah mengembangkan "Revisi Pendekatan Kolaborasi dari pada Penerapannya," yang terdiri dari: Penilaian Awal Pendekatan Terpadu Catatan Praktek yang Baik untuk Bimbingan Staf o Pemilihan Risiko dan alat penilaian (untuk IFC). Secara khusus, pendekatan ini menyatakan bahwa dalam penilaian atas investasi kelapa sawit yang baru, IFC akan memanfaatkan penyesuaian dari kerangka sektor dan proyek penilaian risiko negara yang memperhitungkan isu-isu yang disorot melalui proses konsultasi. Memperkuat kolaborasi Pemantauan dan evaluasi Juga sebagai catatan, IFC menyatakan bahwa mereka telah merevisi pendekatan penilaian risiko dan prosedur lingkungan untuk pencerminan dari rekomendasi CAO dan masukan dari proses konsultasi. Penangguhan pada investasi minyak kelapa sawit telah dihapus pada tanggal 1 April 2011. Kelompok Bank Dunia / IFC telah menyiapkan Laporan Status mengenai proses implementasi dari kerangka empat pilar tersebut. IFC menyatakan bahwa IFC akan mengembangkan dan menerapkan program Pelayanan Penasehatan yang menargetkan sektor kelapa sawit di Indonesia, dengan perhatian khusus untuk meningkatkan kapasitas petani kecil / pemasok. Selain melanjutkan dukungan dan keterlibatannya melalui pertemuan Meja Bundar dalam hal Minyak kelapa sawit yang berkelanjutan (RSPO), IFC telah memulai tiga proyek Pelayanan Penasehatan dalam upaya untuk menerapkan Strategi IFC untuk keterlibatannya dalam Sektor Minyak Kelapa Sawit. Pelayanan Penasehatan (Proyek 579387, Indonesia) "Tujuan dari proyek ini adalah untuk memberikan pemahaman yang kuat tentang praktek keberlanjutan yang dapat meningkatkan manfaat ke petani kecil dan masyarakat lokal dari operasi minyak sawit, serta panduan yang jelas kepada perusahaan kelapa sawit untuk bertindak ke arah ini." 7

Pelayanan Penasehatan (Proyek 594007, Indonesia) "Di sektor kelapa sawit, IFC Indonesia bertujuan untuk (1) meningkatkan mata pencaharian pedesaan yang berkelanjutan dengan meningkatkan hasil, penggiatan yang bertanggung jawab dari pada penanaman kelapa sawit oleh petani kecil yang mandiri, (2) memungkinkan investasi di pertanian rakyat, (3) memberdayakan petani melalui organisasi yang lebih baik dan transparansi dalam pemasaran oleh TBS mereka dan dalam hubungannya dengan pabrik CPO, dan (4) mengintegrasikan petani ke pasar global dalam hal komoditas yang diproduksi secara berkelanjutan. " Pelayanan Penasehatan (Proyek 593807, Indonesia) "Tujuan keseluruhan dari proyek ini adalah untuk menunjukkan bahwa alat investasi strategis masyarakat dapat membawa manfaat operasional perkebunan kelapa sawit dan sektor kehutanan." 3. Komentar dan Kesimpulan dari Pemantauan CAO. Pengamatan Laporan Audit CAO 3.1.1 CAO menyimpulkan bahwa IFC tidak memiliki strategi khusus yang memberi panduan bagi keterlibatannya di sektor minyak kelapa sawit Indonesia, meskipun kepekaan sosial, lingkungan, dan sektor tata-kelola telah diakui, sebelum pengalaman IFC dan Kelompok Bank Dunia, dan pengakuan IFC sendiri tentang makna dari keterlibatannya di sektor ini. Komentar Pemantauan CAO 3.1.1 Pandangan CAO terhadap strategi baru IFC adalah bahwa strategi ini memberi panduan tentang isu-isu sosial dan lingkungan seperti itu yang akan memiliki dampak yang lebih bermakna terhadap proses keputusan IFC, seandainya diterapkan ketika meninjau kasus-kasus tertentu yang diaudit. CAO menemukan bahwa komitmen dan tindakan IFC dan merupakan pendekatan yang sesungguhnya untuk mengatasi isu yang diajukan. CAO sepenuhnya mengakui bahwa penutupan temuan audit CAO hanyalah salah satu bagian dari sebuah pendekatan menyeluruh oleh IFC untuk mengatasi masalahmasalah yang ada hubungannya dengan sektor minyak kelapa sawit secara global. CAO memuji pendekatan holistik IFC untuk mengatasi permasalahan yang diidentifikasi. Kesimpulan Pemantauan CAO 3.1.1 CAO menyimpulkan bahwa strategi IFC memberi panduan tentang isu-isu sosial dan lingkungan yang diidentifikasikan kurang pada saat ketika IFC ditinjau dan diproses dalam kasus tertentu yang diaudit. CAO telah mengkaji bukti pelaksanaan kebijakan tersebut dan berpendapat bahwa ketentuan-ketentuannya telah memiliki dampak yang diinginkan. 8

Pengamatan Laporan Audit CAO 3.1.2 CAO menyimpulkan bahwa, dari sudut pandang yang lebih lengkap, prosedur lingkungan dan sosial IFC tidak pada saat itu cukup menjawab karakteristik khusus pembiayaan perdagangan, atau investasi sejenisnya. Pada saat audit, tidak ada prosedur yang diterapkan untuk investasi semacam itu yang mengulas sektor, negara, dan resiko yang komoditas. Kesimpulan Pemantauan CAO 3.1.2 Hal ini ditutup pada tahun 2010. Pengamatan Laporan Audit CAO 3.1.3 CAO menyimpulkan bahwa perbedaan dalam lingkup tinjauan lingkungan dan sosial untuk proyek kategori A atau B, dibandingkan dengan kategori C, cukup besar. Akibatnya, IFC terkena kemungkinan mendapat tekanan komersial yang lebih nyata dari dalam dan luar serta ditempatkan pada proses kategorisasi IFC untuk memutuskan hasil Kategori C. Komentar Pemantauan CAO 3.1.3 Lihat juga diskusi tentang Pengamatan Laporan Audit 3.3.1 dan 3.3.2. IFC telah membahas sebagian masalah ini dengan memperkenalkan subkategori yang berbeda untuk kategori (perantara keuangan) FI. IFC belum membahas masalah yang terkait yang berhubungan dengan tekanan komersial yang berlebihan pada proses kategorisasi. CAO tetap berpendapat bahwa hal ini menimbulkan risiko terhadap institusi. CAO membiarkan pilihan ini terbuka, untuk mengatasi masalah ini di bawah peninjauan kembali yang lebih sistemik melalui fungsi Penasehat, tidak secara langsung menghubungkannya dengan investasi IFC di Wilmar Group. Hal yang berhubungan dengan audit ini ditutup. Laporan Audit CAO tentang Ketidakpatuhan 3.2.1 CAO menyimpulkan bahwa IFC tidak memenuhi maksud atau persyaratan Standar Kinerja dalam penilaiannya terhadap investasi perdagangan fasilitas Wilmar (Wilmar WCap, IFC No 25532), dan bahwa proyek seharusnya tidak dikategorikan sebagai Kategori C. Kategorisasi C menyebabkan penilaian yang terlalu sempit dalam lingkupannya dan terlalu terbatas dalam pelaksanaannya, dan kemudian gagal memicu pengkajian Standar Kinerja yang berlaku. Kesimpulan Pemantauan CAO 3.2.1 Perubahan yang sistemik untuk mencegah mengulangi praktek yang diidentifikasi dalam pemeriksaan tersebut telah dipantau di bawah 3.1.2 dan ditutup pada tahun 2010. Temuan audit terkait dengan investasi tertentu ditutup. Lihat juga diskusi tentang Pengamatan Laporan Audit 3.2.2, 3.1.3, 3.3.3 9

Laporan Audit CAO tentang Ketidakpatuhan 3.2.2 CAO menyimpulkan bahwa penilaian IFC terhadap Delta Wilmar CIS Expansion (IFC No 26271) gagal karena tidak memperhitungkan rantai pasokan perkebunan dan perusahaan lain serta para pemasok yang terkait dengan Wilmar Group, sebagaimana dipersyaratkan dalam Standar Kinerja (PS). Hal ini menyebabkan ruang lingkup uji tuntas IFC yang terlalu sempit dan terbatas, dan pada akhirya gagal memicu pengkajian Standar Kinerja yang berlaku. Kesimpulan Pemantauan CAO 3.2.2 CAO menemukan bahwa revisi pendekatan yang diterapkan oleh implementasi dari strategi IFC yang baru sebagian meringankan ketidakpatuhan 3.2.2, dan bahwa Catatan Panduan IFC (GN 14-10) harus mengurangi terulangnya pendekatan yang digunakan oleh IFC saat memproses investasinya di Wilmar. Lihat juga diskusi tentang Pengamatan Laporan Audit 3.1.1. Hal ini telah ditutup. Laporan Audit CAO tentang Ketidakpatuhan 3.2.3 Akhirnya, CAO menyimpulkan bahwa pemakaian tafsiran sempit dari pada dampak investasi dalam pengertian penuh dari implikasi yang lebih luas tidak konsisten dengan peran tegas IFC, mandat dan komitmen terhadap perkembangan yang berkelanjutan. Respon dan tindakan IFC meskipun tidak secara eksplisit mengakui atau mengulas kesimpulan ini, tetapi mengakui implikasinya dengan menerima kekurangankekurangannya dalam penerapan prosedur. Komentar dan Kesimpulan Pemantauan CAO 3.2.3 CAO telah memantau dan menutup kesimpulan-kesimpulan lain yang ada kaitannya dengan pemantauan yang mendasari kesimpulan 3.2.3. Hal ini telah ditutup. Laporan Audit CAO, Penyebab Dasar 3.3.1 CAO menyimpulkan bahwa tekanan komersial dibiarkan berlaku dan sangat memengaruhi pengategorian dan lingkup serta skala uji tuntas lingkungan dan sosial dalam investasi Wilmar Group. Akibatnya, pengembangan mandat IFC dan misi tidak terwakili dengan kuat dalam proses pengambilan keputusan. Kesimpulan Pemantauan CAO Monitoring 3.3.1 Lihat juga diskusi mengenai Pengamatan Laporan Audit 3.1.3. dan 3.3.2. CAO telah memantau dan menutup kesimpulan-kesimpulan lain yang ada hubungannya dengan audit yang membentuk dasar dari kesimpulan 3.3.1. Bab ini ditutup, dengan referensi khusus terhadap komentar di bawah 3.1.3. 10

Laporan Audit CAO, Penyebab Dasar 3.3.2 The CAO menyimpulkan bahwa perbedaan yang signifikan antara pendekatan sosial dan lingkungan yang lebih lengkap untuk Kategori A dan proyek B versus proyek Kategori C menciptakan tekanan pada IFC secara internal dan eksternal untuk menyusun investasi sehingga berada dalam kisaran Kategori C. Kesimpulan Pemantauan CAO 3.3.2 Lihat juga diskusi mengenai Pengamatan Laporan Audit 3.1.3. dan 3.3.1. Hal ini sudah ditutup. Laporan Audit CAO, Penyebab Dasar 3.3.3 The CAO menyimpulkan bahwa asumsi yang salah dibuat tentang dampak dari beberapa jenis produk keuangan (fasilitas perdagangan) tanpa pertimbangan yang tepat dari sektor dan konteks negara investasi. IFC tidak boleh berasumsi bahwa proyek fasilitas dagang akan menjadi Kategori C proyek tanpa penyaringan sepatutnya dari konteks keseluruhan investasi. IFC harus menimbang dampak investasinya, bukan tafsiran sempit dari aliran keuangan tertentu. Kesimpulan Pemantauan CAO 3.3.3 Lihat diskusi mengenai Pengamatan Laporan Audit 3.1.2 and 3.2.1. Hali ini telah ditutup. Laporan Audit CAO,Penyebab Dasar 3.3.4 CAO menyimpulkan bahwa IFC tidak cukup memberikan perhatiannya ke Laporan Pemantauan masyarakat sipil dan kekuatiran mengenai masalah-masalah berkelanjutan dalam bidang sosial, lingkungan, dan ekonomi dalam industri minyak kelapa sawit Indonesia. Kesimpulan Pemantauan CAO 3.3.4 Hal ini ditutup pada tahun 2010. 4. Ringkasan CAO menemukan bahwa komitmen dan tindakan IFC merupakan pendekatan konstruktif untuk mengulas kesimpulan yang dicapai dalam Laporan Audit ini. Pada tahap ini, CAO menemukan bahwa semua item telah ditutup. Oleh karena itu, CAO menutup audit ini. 11

Standar Kinerja IFC yang ada hubungannya dengan Audit CAO Standar Kinerja 1, paragraf 10 10. Dimana klien cukup dapat melakukan kontrol, risiko dan dampak proses identifikasi juga akan dipertimbangkan risiko dan dampak yang terkait dengan rantai pasokan utama, sebagaimana didefinisikan dalam Standar Kinerja 2 (paragraf 27 dan 28-29) dan Standar Kinerja 6 (paragraf 30 dan 31). Standar Kinerja 2, paragraf 27-29 Rantai Pasokan 27. Bila mana ada risiko tinggi ada pekerja anak atau kerja paksa 2 dalam rantai pasokan utama, klien akan mengidentifikasi risiko tersebut sesuai dengan paragraf 21 dan 22 di atas. Jika pekerja anak atau kasus kerja paksa diidentifikasi, klien akan mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengatasinya. Klien akan memonitor rantai pasokan utama secara berkelanjutan untuk mengidentifikasi perubahan signifikan dalam rantai pasokan dan jika ada risiko baru atau insiden anak dan / atau kerja paksa diidentifikasi, klien akan mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengatasinya. 28. Tambahan lagi, bila mana ada risiko tinggi dalam masalah keamanan yang signifikan terkait dengan pekerja rantai pemasok yang dipekerjakan oleh pemasok utama, klien akan memperkenalkan prosedur dan langkah-langkah mitigasi untuk memastikan bahwa pemasok utama dalam rantai pasokan mengambil langkah-langkah untuk mencegah atau untuk memperbaiki situasi yang mengancam kehidupan. 29. Kemampuan klien untuk sepenuhnya mengatasi risiko ini akan tergantung pada tingkatan klien dalam mengontrol manajemennya atau mempengaruhi pemasok utamanya. Jikalau perbaikan tidak mungkin, klien akan menggeser proyek rantai pasokan utama dari waktu ke waktu kepada pemasok yang dapat menunjukkan bahwa mereka mematuhi Standar Kinerja ini. Standar Kinerja 6, Paragraf 30 Rantai Pasokan 30. Ketika ada potensi habitat alam dan / atau kritis secara signifikan, terpengaruh oleh klien pemasok utama, klien harus memberikan preferensi untuk membeli dari pemasok yang dapat menunjukkan bahwa mereka tidak secara signifikan berdampak negatif ke daerah-daerah tersebut. Jika ada klien membeli produksi primer (terutama tetapi tidak secara khusus makanan dan komoditas serat) yang diketahui diproduksi di daerah di mana ada risiko yang signifikan mengubah habitat alami dan / atau secara kritis, sistem dan praktek verifikasi akan diadopsi sebagai bagian dari ESMS klien untuk 2 Potensi resiko dari pekerja anak-anak dan pekerja paksaakan ditentukan selama proses identifikasi resiko dan dampaknya seperti diharuskan dalam Standar Kinerja 1. 12

mengevaluasi pemasok utamanya. 3 Sistem dan praktek verifikasi akan (i) mengidentifikasi dari mana pasokan itu dan jenis habitat daerah ini, (ii) menyediakan kajian berkala atas rantai pasokan klien utama, (iii) membatasi pemasok yang dapat menunjukkan bahwa mereka tidak memberikan kontribusi perubahan signifikan habitat alam dan / atau kritis (ini dapat dibuktikan dengan pengiriman produk bersertifikat, atau kemajuan menuju verifikasi atau sertifikasi di bawah skema kredibel dalam komoditas tertentu dan / atau lokasi), dan (iv) jika mungkin, menggeser rantai pasokan utama klien dari waktu ke waktu kepada pemasok yang dapat menunjukkan bahwa mereka tidak secara signifikan berdampak negatif ke daerah-daerah tersebut. Kemampuan klien untuk sepenuhnya mengatasi risiko ini akan tergantung pada tingkatan kontrol manajemen klien atau pengaruh atas pemasok utamanya. 3 Pemasok utama ialah pemasok yang secara terus-menerus, menyediakan mayoritas dari sumber kehidupan yang alami, barang-barang, dan bahan-bahan penting untuk proses busines inti dari proyeknya. 13