Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 Inisiatif Accountability Framework/Kerangka Kerja Akuntabilitas (AFi) adalah suatu upaya kolaboratif untuk membantu perusahaan memenuhi komitmen rantai pasokan etis mereka terhadap rantai pasokan pertanian dan kehutanan. Inisiatif ini berupaya mengembangkan dan mendukung kerangka kerja yang memberi kejelasan, konsistensi, efektivitas dan pertanggung jawaban terhadap pelaksanaan komitmen ini. Dengan demikian, inisiatif ini akan mempercepat kemajuan dalam: Dokumen inti draf untuk konsultasi publik Dokumen ini adalah inti dari Accountability Framework, yang bagian-bagiannya adalah sebagai berikut: Ringkasan eksekutif 1. Ruang lingkup dan spesifikasi komitmen rantai pasokan 2. Pengelolaan usaha dan rantai pasokan untuk mendukung pelaksanaan yang efektif 3-5. Menetapkan dan melaksanakan komitmen yang terkait dengan deforestasi, konversi ekosistem alami lainnya, dan hak asasi manusia 6. Pemantauan, verifikasi, pelaporan dan klaim 7. Remediasi dan perbaikan jika terjadi pelanggaran komitmen 8. Keterlibatan pemangku kepentingan yang lebih luas terhadap rantai pasokan yang bertanggung jawab Lampiran definisi sementara Konsultasi Dokumen inti Accountability Framework saat ini berada pada tahap konseptual. Kelompok pengarah AFi meminta masukan dari semua pemangku kepentingan yang berminat akan isi dan kegunaan konsep dokumen dan mengundang saran tentang bagaimana dokumen ini dapat ditingkatkan. Saat anda meninjau dokumen ini, perhatikan format dua kolom (dimulai setelah Ringkasan Eksekutif). Draf Kerangka Kerja itu sendiri berada di kolom kiri, sementara kolom kanan memberikan penjelasan tambahan dan tiga jenis catatan tambahan: Pertanyaan dimana mitra AFi secara khusus mengundang masukan dan saran dari para penasihat Catatan tentang penerapan setiap bagian Kerangka Kerja Topik-topik yang diharapkan dapat dijelaskan lebih lanjut dalam Manual Operasional, yang akan menyertai dokumen inti pada tahun 2018 Sebelum meninjau dokumen inti, pembaca diharapkan untuk melihat presentasi pendahuluan yang dipandu sendiri, yang menjelaskan konteks, tujuan dan pendekatanpendekatan AFi lebih jauh; silakan kunjungi

2 Menetapkan dan menerapkan komitmen yang efektif terhadap deforestasi, konversi lahan, dan hak asasi manusia dalam rantai pasokan yang bertanggung jawab DRAF UNTUK KONSULTASI PUBLIK 10-October-2017 Organisasi yang mendukung dan membentuk Kelompok Pengarah Accountability Framework inisiatif:

3 Ringkasan Eksekutif Dalam beberapa tahun terakhir ini, ratusan perusahaan telah membuat komitmen publik untuk menghapuskan deforestasi dan eksploitasi manusia dari rantai pasokan pertanian dan kehutanan mereka. Ikrar ini merupakan kemajuan yang menjanjikan demi perlindungan ekosistem dan kesejahteraan manusia dan masyarakat. Tetapi untuk menerjemahkan komitmen ini ke dalam kemajuan yang nyata di lapangan, dibutuhkan mekanisme yang efektif dan panduan yang jelas akan penerapan, pemantauan, verifikasi dan pelaporannya. Accountability Framework memenuhi kebutuhan ini dengan menyediakan pendekatan yang dapat diterapkan secara global untuk membangun dan melaksanakan komitmen terhadap deforestasi, konversi lahan, dan hak asasi manusia dalam rantai pasokan pertanian dan kehutanan yang bertanggung jawab. Kerangka kerja ini diajukan oleh sebuah koalisi organisasi masyarakat sipil yang, bersama dengan pendukung lainnya, menyokong pengadopsian kerangka kerja ini dalam konteks produksi dan perdagangan komoditas pertanian dan kehutanan. Kerangka kerja ini tidak dimaksudkan untuk mengganti inisiatif atau alat yang sudah ada untuk mendukung rantai pasokan yang bertanggung jawab. Juga, ini bukanlah sistem sertifikasi baru. Sebaliknya, kerangka kerja ini menyediakan struktur menyeluruh yang membantu menyelaraskan, meningkatkan dan memperkuat beragam alat implementasi yang ada, sambil membantu pelaku-pelaku rantai pasokan mengidentifikasi dan memanfaatkan metode yang kredibel dan efektif untuk melaksanakan komitmen mereka. Kerangka kerja ini dirancang untuk digunakan oleh perusahaan-perusahaan penghasil dan pembeli komoditas, serta pemerintah, kelompok advokasi, lembaga keuangan dan lainnya. Accountability Framework mencakup dua bagian: kerangka kerja tingkat tinggi untuk menetapkan dan menerapkan komitmen rantai pasokan yang efektif, dan bagian lainnya adalah Manual yang lebih rinci untuk menambahkan kejelasan di tiap topik. Dokumen ini adalah draf pertama dari kerangka kerja tingkat tinggi, yang menjadi fokus dari masa konsultasi para pemangku kepentingan sampai akhir November Berdasarkan masukan dari pemangku kepentingan dokumen ini akan direvisi, dan mungkin akan menjalani konsultasi tambahan, sebelum dipubikasikan awal tahun Bagian-bagian dari Manual sedang dikembangkan sejak akhir 2017 dan juga akan melalui proses konsultasi publik sebelum dipulikasikan. Kerangka kerja ini membahas delapan bidang topik yang penting untuk membangun dan melaksanakan komitmen yang efektif; semuanya diuraikan dibawah ini dalam bentuk ringkasan. 1. Ruang lingkup dan spesifikasi komitmen 1A: Ruang lingkup. Komitmen berlaku secara luas diseluruh perusahaan untuk menangani risiko sosial dan lingkungan. 1B: Hukum yang berlaku. Selain komitmen sukarela, perusahaan juga mematuhi hukum yang berlaku dibidang hak asasi manusia, hak buruh, lahan dan lingkungan. 1C: Terminologi and definisi. Komitmen merujuk dan menerapkan terminologi umum terkait kehutanan, ekosistem alami lainnya, dan hak asasi manusia. 1D: Tindakan yang dapat diverifikasi dan target yang terikat waktu. Komitmen mencakup target-target yang dinyatakan didepan umum dan terikat waktu. 2. Sistem pengelolaan usaha dan rantai pasokan 2A: Sistem dan proses internal. Perusahaan membangun sistem dan proses yang secara efektif mendukung dan mempermudah penerapan komitmen. 2B: Ketertelusuran, manajemen risiko dan manajemen pemasok. Asal bahan dalam rantai pasokan diketahui atau dikontrol secara memadai untuk memastikan bahwa unit produksi dan pengolahan bahan asal sesuai dengan komitmen, atau untuk menentukan besarnya dan sifat masalah yang harus The Accountability Framework Ringkasan Eksekutif

4 diselesaikan. Perusahaan pengolah dan pembeli komoditas memberikan insentif dan secara aktif mendukung kepatuhan penuh dari pemasok mereka. 3. Rantai pasokan bebas deforestasi dan melindungi ekosistem alami lainnya 3A: Bebas deforestasi. Perusahaan berkomitmen untuk menghapuskan deforestasi dari rantai pasokan mereka. 3B: Ekosistem alami lainnya. Perusahaan berkomitmen menghindari konversi ekosistem alami lainnya sebagai akibat dari operasi dan rantai pasokan mereka. Ekosistem alami lainnya termasuk savana, semak belukar alami, lahan gambut, lahan basah dan padang rumput alami. 4. Rantai pasokan menghormati dan mendukung hak asasi manusia 4A: Hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal. Perusahaan berkomitmen untuk menghormati, mendukung dan melindungi hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal di seluruh kegiatan produksi dan perdagangan. 4B: Hak-hak buruh. Subbagian ini merupakan tempat sementara sambil menunggu keterlibatan pemangku kepentingan dan konsultasi selanjutnya untuk menetapkan peran Accountability Framework dalam menangani masalah hak-hak buruh. 5. Perencanaan dan pengelolaan tata guna lahan yang bertanggung jawab Perusahaan berkomitmen untuk mendukung perencanaan tata guna lahan yang bertanggung jawab dan pengelolaan lahan jangka panjang yang efektif, setaraf dengan peran mereka dalam rantai nilai. 6. Pemantauan, verifikasi, pelaporan, dan klaim 6A: Pemantauan. Pemantauan berkala dilakukan terhadap target-target terikat waktu yang terkait dengan setiap komitmen. Pemantauan mengikuti metode teknis yang diterima dan sesuai untuk pengkajian hasil-hasil sosial, lingkungan, dan tata guna lahan sehubungan dengan cakupan komitmen. 6B: Verifikasi. Kemajuan terhadap pemenuhan komiten dikaji dan didokumentasikan melalui proses verifikasi yang dilakukan sesuai dengan norma praktik yang baik demi kredibilitas, ketelitian dan independensi. 6C: Pelaporan, pengungkapan, dan klaim. Kemajuan dan hasil implementasi komitmen yang dicapai dilaporkan kepada publik secara berkala. 7. Remediasi dan akses terhadap perbaikan Ketika perusahaan telah menyebabkan atau secara substansial berkontribusi terhadap dampak sosial dan lingkungan yang merugikan dan melanggar komitmen, mereka menyediakan atau bekerja sama dalam memperbaiki kerusakan-kerusakan ini. Mekanisme pengaduan yang efektif disediakan untuk memastikan akses terhadap perbaikan tersebut. 8. Keterlibatan pemangku kepentingan dan hubungan eksternal Perusahaan melakukan usaha mereka dan menggunakan pengaruh mereka secara etis dan transparan untuk melindungi lingkungan dan memajukan hak asasi manusia di dalam wilayah operasi dan pengaruhnya. Ringkasan ini akan diuraikan dengan lebih jelas di dalam isi dokumen ini. Sebagai tambahan, silakan baca dokumen secara keseluruhan untuk mendapatkan definisi, penjelasan tambahan dan komentar, dan pertanyaan dimana para pemangku kepentingan diajak untuk memberikan masukan sebagai bagian dari proses konsultasi. Untuk informasi lebih lanjut mengenai inisiatif Accountability Framework, untuk meninjau materi selengkapnya yang tersedia bagi konsultasi publik, atau untuk berlangganan dan mendapatkan update, silakan kunjungi The Accountability Framework Ringkasan Eksekutif

5 Visi Organisasi pendukung inisiatif Accountability Framework (AFi) dan banyak mitra mereka di seluruh dunia berbagi sebuah visi. Kita bekerja untuk menciptakan dunia dimana hutan dan ekosistem alami lainnya dilestarikan demi nilainya yang tinggi, dimana hak asasi manusia dihormati secara universal, dan dimana masyarakat pedesaan dapat berkembang dan menjadi penataguna tanah yang efektif. Yang lain di sektor publik dan swasta telah mengartikulasikan visi yang sama dan bergabung untuk memperkuatnya dalam ikrar dan target global, termasuk Deklarasi New York terhadap Hutan (the New York Declaration on Forests) dan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (the Sustainable Development Goals). Untuk mencapai visi ini diperlukan perubahan bagaimana komoditas pertanian dan kehutanan diproduksi dan diperdagangkan. Sesegera mungkin rantai pasokan harus dipisahkan dari deforestasi dan kerusakan ekosistem, juga rantai pasokan harus melindungi hak atas tanah, hak buruh, dan hak asasi manusia lainnya yang tercantum dalam hukum internasional dan praktik yang baik. Upaya untuk mengurangi risiko rantai pasokan tidak boleh terjadi secara terpisah, namun bersinergi dengan pemerintah dan pihak lainnya yang bekerja untuk menghentikan deforestasi, memperbaiki tata kelola lahan, mereformasi kebijakan dan insentif publik, serta mengubah pola konsumsi demi menghormati sumber daya bumi yang terbatas. Jika pendekatan multi-elemen ini berjalan efektif, inisiatif rantai pasokan dapat membantu mengakhiri deforestasi dan konversi pada skala lanskap sambil memenuhi Kontribusi yang Disepakati secara Nasional dalam pengurangan gas rumah kaca, sesuai dengan Persetujuan Paris. Mereka mendukung pembangunan pedesaan yang adil dan kesejahteraan petani kecil, pekerja dan masyarakat. Dan pendekatan multi-elemen ini tidak dapat dilemahkan oleh kebocoran dampak negatif dari wilayah darat, sektor komoditas, atau tipe ekosistem. Kumpulan organisasi yang saat ini mendukung AFi adalah yang logonya tertera pada sampul halaman dari dokumen ini. Untuk informasi lebih lanjut mengenai konteks dan tujuan inisiatif Accountability Framework, silakan lihat Slide Pengantar dan kunjungi Inisiatif Accountability Framework berupaya memenuhi visi ini dengan membantu perusahaan dan pihak lainnya mengatasi hambatan utama dalam mentransformasi rantai pasokan pada skala yang luas. Pertama, AFi bertujuan untuk memberikan kejelasan dan kesamaan tentang bagaimana mendefinisikan dan menerapkan aspek-aspek penting dari komitmen rantai pasokan pada konteks geografis dan komoditas yang berbeda. Kedua, inisiatif ini berupaya mengintegrasikan beragam sistem untuk mengukur, memverifikasi, dan melaporkan kemajuan, sambil menentukan praktik terbaik untuk memperbaiki fungsi-fungsi ini dibagian yang kurang memadai untuk mendorong pertanggung jawaban yang kuat. Akhirnya, AFi bertujuan untuk mengilhami komitmen-komitmen baru yang tujuan akhirnya adalah untuk menangani keseluruhan sektor komoditas penting. Penerapan dan peran Accountability Framework Accountability Framework menyediakan pendekatan yang berlaku secara global untuk membangun dan menerapkan komitmen terhadap deforestasi, konversi lahan, dan hak asasi manusia dalam rantai pasokan pertanian dan kehutanan yang bertanggung jawab. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki efektivitas dan kredibilitas inisiatif rantai pasokan yang bertanggung jawab dengan cara: mengklarifikasi aspek-aspek penting penerapan komitmen rantai pasokan mengklarifikasi standar, alat dan sistem mana yang dapat secara efektif memenuhi dimensi komitmen rantai pasokan yang mana, di konteks yang berbeda-beda membantu meningkatkan tingkat koherensi dan keselarasan diantara beragam alat yang berbeda Tujuan spesifik ini mencerminkan hasil dari proses penjajakan (scoping) dan konsultasi pada akhir 2017 dan awal 2017, yang mengkaji kesenjangan dan hambatan saat ini terhadap pelaksanaan komitmen rantai pasokan secara efektif. AFi berusaha mengisi kesenjangankesenjangan penting ini. Dalam banyak kasus, elemen Accountability Framework dapat dipenuhi melalui sistem yang ada The Accountability Framework 1

6 memberikan referensi global untuk menyampaikan pengembangan alat-alat dan sistem baru yang diperlukan untuk mendukung penerapan komitmen mendefinisikan harapan masyarakat sipil terhadap komitmen rantai pasokan Accountability Framework mengacu dan didasarkan pada prinsip-prinsip yang berlaku dalam hukum internasional dan praktik baik yang disetujui oleh industri mengenai hak asasi manusia dan lingkungan. Kerangka kerja ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan inisiatif atau alat yang sudah ada untuk memandu pelaksanaan komitmen rantai pasokan. Demikian juga, ini bukanlah sistem sertifikasi baru, melainkan berfungsi sebagai kerangka kerja menyeluruh yang memberikan kejelasan tentang bagaimana inisiatif yang ada dapat dimanfaatkan secara saling melengkapi untuk memenuhi komitmen. Kerangka kerja ini juga menetukan norma bagi penerapan, pemantauan, verifikasi dan pelaporan yang efektif guna memandu kegiatan dalam konteks dimana alat yang sudah ada kurang atau tidak memadai. Accountability Framework sedang dikembangkan melalui proses konsultatif yang dipimpin oleh suatu koalisi yang didukung organisasi-organisasi masyarakat sipil dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Kerangka kerja ini diharapkan akan didukung oleh serangkaian mitra, pendukung, dan pengadopsi yang terus berkembang. Organisasiorganisasi ini menganjurkan seluruh elemen Kerangka kerja yang berlaku untuk diadopsi ke dalam semua konteks produksi dan perdagangan hasil pertanian dan kehutanan, yang memiliki risiko konversi lahan dan pelanggaran hak asasi manusia. Penerapan Kerangka kerja harus mendukung perbaikan yang berkesinambungan oleh pelaku rantai pasokan dan pihak lain yang mendukung atau mempengaruhi tanggung jawab rantai pasokan. seperti program sertifikasi sukarela, kesepakatan zero-deforestasi pada tingkat sektor dan moratorium, kerangka peraturan, inisiatif multipihak dan lainnya. Hubungan antara Kerangka kerja dan sistem serta alat implementasi yang ada akan diuraikan dalam Manual yang akan menyertai dokumen ini. Kerangka kerja ini berorientasi pada konteks dengan risiko konversi lahan atau pelanggaran hak asasi manusia yang sedang, tinggi, atau tidak diketahui. Risiko ini dapat hadir di daerah tropis dan subtropis juga di daerah beriklim, dan di negara-negara maju maupun berkembang. Ruang lingkup dan penyusunan Accountability Framework Pada saat ini, Accountability Framework membahas topik sosial dan lingkungan yang kritis dan paling sering disertakan dalam komitmen rantai pasokan perusahaan, dimana kejelasan atas penerapan yang efektif dan kredibel sangat dibutuhkan. Topik-topik ini mencakup perlindungan hutan dan ekosistem alami lainnya serta hak atas tanah, hak pekerja, dan hak asasi manusia lainnya dalam konteks unit produksi komoditas dan fasilitas pengolahan primer/utama. Namun, untuk dapat sepenuhnya berkelanjutan, rantai pasokan pertanian dan kehutanan juga harus menangani banyak masalah sosial dan lingkungan lainnya. Ke depan tergantung pada permintaan dan masukan pemangku kepentingan kerangka kerja ini dapat diperluas untuk mememenuhi kebutuhan tambahan akan rantai pasokan berkelanjutan, seperti memperbaiki kehidupan produsen dan pekerja, memulihkan ekosistem, mencegah degradasi lahan, meningkatkan efisiensi produksi, dan melindungi sumber daya air. Untuk saat ini, sponsor dan pendukung Accountability Framework sangat menganjurkan pengguna untuk mengatasi masalah penting lainnya dengan menggunakan atau berpartisipasi dalam standar, pedoman, kemitraan, dan inisiatif lain yang berfokus pada topik ini. Inti Accountability Framework adalah dokumen ini, yang mencakup bagian-bagian berikut: 1: Ruang lingkup dan spesifikasi komitmen rantai pasokan 2: Sistem pengelolaan usaha dan rantai pasokan untuk mendukung pelaksanaan komitmen yang efektif The Accountability Framework 2

7 3-5: Menetapkan dan melaksanakan komitmen yang terkait dengan deforestasi, konversi ekosistem alami lainnya, dan hak asasi manusia 6: Pemantauan, verifikasi, pelaporan dan klaim 7: Remediasi dan perbaikan jika terjadi pelanggaran komitmen 8: Keterlibatan pemangku kepentingan yang lebih luas terhadap rantai pasokan yang bertanggung jawab Selain dokumen ini, Accountability Framework juga akan mencakup Manual yang lebih rinci, yang merupakan bagian integral dari Kerangka kerja dan memberikan ketegasan lebih jauh untuk setiap bagiannya. Manual ini juga akan menjelaskan bagaimana inisiatif regional, nasional dan komoditas tertentu yang berbeda-beda dapat terkait dengan Accountability Framework secara global. Manual ini sedang dirancang supaya isinya dapat digunakan secara langsung oleh perusahaan dan pengguna lain, misalnya melalui kode dan kontrak pemasok, sistem pemantauan, platform pelaporan, skema sertifikasi, mekanisme penanganan keluhan, dan kerja penyedia layanan yang mendukung pelaksanaan rantai pasokan yang bertanggung jawab. Untuk semua Detail atau panduan bagaimana yang anda paling berminat untuk disertakan kedalam Manual? Penggunaan Accountability Framework yang dimaksudkan Accountability Framework menanggapi permintaan dari sektor swasta agar para LSM memberikan arahan yang lebih jelas, sederhana, dan lebih terpadu tentang bagaimana merumuskan, menerapkan, dan mengukur kemajuan terhadap komitmen rantai pasokan yang bertanggung jawab. Dengan demikian, Kerangka kerja ini dirancang untuk digunakan oleh perusahaan yang memproduksi, memperdagangkan, atau membeli komoditas pertanian dan kehutanan, bersama dengan pemasok, anak perusahaan, pelanggan dan afiliasi dari perusahaan tersebut. Bagaimana perusahaan dapat menggunakan Accountability Framework? Bagi perusahaan yang ingin mencapai rantai pasokan yang bertanggung jawab, Accountability Framework dimaksudkan untuk membantu melalui beberapa cara: i) Mengkaji komitmen dan sistem implementasi saat ini terhadap tolok ukur praktik yang baik yang disetujui oleh koalisi LSM yang luas, dan menentukan apakah penyesuaian diperlukan; ii) Mengarahkan dan mengkaji beragam definisi, alat implementasi dan sistem, dan membantu mengidentifikasi yang mana yang paling sesuai untuk mengoperasionalkan komitmen perusahaan secara global dan dalam konteks yang berbeda-beda; dan iii) Menggabungkan atau mengklarifikasi rincian utama dalam sistem dan prosedur operasional mereka untuk meningkatkan efektivitas dan kredibilitas upaya penerapan dan untuk memastikan keselarasan dengan praktik umum dan norma yang diterima. Kelompok perusahaan pengguna utama yang dimaksud mencakup staf senior untuk pembelian/procurement dan keberlanjutan/sustainability; manajer operasi regional; dan anggota tim yang bertanggung jawab atas pembelian, manajemen pemasok, pemantauan dan verifikasi, pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting), serta prosedur dan kebijakan yang terkait. Secara umum, dokumen ini lebih diorientasikan kepada staf senior dan global, sedangkan rincian dalam Manual mungkin sangat relevan untuk anggota tim operasional dan staf regional. Namun, kedua bagian dari Kerangka kerja ini akan terintegrasi secara kuat untuk mendukung perusahaan dalam membangun suatu pendekatan implementasi yang jelas, yang menghubungkan komitmen dan kebijakan global dengan sistem dan rincian yang kontekstual. Untuk perusahaan Apakah kasus penggunaan ini merefleksikan kebutuhan saat ini dalam perusahaan anda? Apakah ada kebutuhan utama lainnya untuk mengklarifikasi dan mendukung pelaksanaan rantai pasokan yang bertanggung jawab? Untuk perusahaan Apakah ini kelompok pengguna utama untuk norma dan pedoman topik keberlanjutan? Jenis fitur, format, atau alat interaktif apa yang akan membuat Accountability Framework sangat berguna bagi staf perusahaan? The Accountability Framework 3

8 Mitra AFi menganjurkan perusahaan untuk menyampaikan niat mereka untuk mengikuti Accountability Framework secara terbuka dan langkah-langkah yang mereka ambil untuk melakukannya. Tetapi, karena Accountability Framework bukanlah sistem sertifikasi, AFi tidak bermaksud mendukung klaim perusahaan terkait kepatuhan terhadap Kerangka kerja ini. Sebaliknya, Kerangka kerja ini akan membantu meningkatkan kredibilitas dari klaim yang dibuat berdasarkan alat dan sistem lainnya. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi Pengguna lainnya yang dimaksudkan meliputi: Penduduk dan masyarakat yang terkena dampak produksi komoditas, dan organisasi masyarakat sipil yang mendukung atau mewakili mereka, dapat menggunakan Kerangka kerja ini untuk memantau kondisi dan dampak di lapangan, serta berpartisipasi dalam proses pertanggungjawaban untuk membantu melindungi hak-hak individu dan kolektif mereka, dan mencari solusi untuk pelanggaran hak apabila diperlukan. Asosiasi produsen atau koperasi dapat menerapkan Kerangka kerja ini untuk mengantisipasi pilihan pembeli terhadap pasokan yang bertangung jawab dan membedakan diri mereka untuk mendapatkan keuntungan pasar dengan menyediakan pasokan tersebut. Pemerintah dapat menerapkan Kerangka kerja ini untuk membantu melaksanakan inisiatif dan kewajiban mereka sendiri, termasuk dengan memantau kemajuan di tingkat yurisdiksi, sub-nasional atau nasional, dan menghubungkan upaya lokal atau nasional dengan kerangka kebijakan lokal. Dalam peran mereka sebagai pembeli komoditas atau regulator perdagangan, pemerintah dapat menggunakan Kerangka kerja ini untuk membantu menerapkan standar pengadaan atau ketentuan perdagangan yang mendukung produksi dan perdagangan yang bertanggung jawab. Kelompok advokasi atau pengawas dapat menggunakan Kerangka kerja ini untuk membantu mengkaji dengan cara yang umum dan berarti kemajuan kuantitatif dan kualitatif dari perusahaan tertentu dalam menetapkan dan memenuhi komitmen rantai pasokan. Investor dapat menggunakan Kerangka kerja ini untuk mendefinisikan atau menerapkan praktik pemberian pinjaman yang bertanggung jawab, dan untuk membantu menyaring atau mengevaluasi peluang pemberian pinjaman yang berpotensi berdasarkan kinerja aktual calon peminjam terhadap metrik risiko sosial dan lingkungan yang penting. Inisiatif pelaporan dan pelacakan dapat menggunakan Kerangka kerja ini untuk membantu membuat ringkasan kemajuan yang dapat diandalkan, sebanding dan dapat ditafsirkan diseluruh sektor, geografi dan tema. Penyedia layanan implementasi dapat mengadopsi Kerangka kerja ini untuk membantu mengembangkan dan menerapkan pendekatan praktik terbaik untuk implementasi, pemantauan dan verifikasi, sehingga meningkatkan kredibilitas dan nilai kerja mereka. Sistem sertifikasi dan majelis pembahas komoditas dapat menggunakan Kerangka kerja ini untuk membantu menginformasikan pengembangan standar dan prosedur baru, atau revisi dari yang sudah ada, untuk menyatukannya dengan alat dan perlindungan praktik terbaik yang muncul pada titik fokus topik lingkungan dan Selain menjadi pengguna Kerangka kerja yang dimaksudkan (sesudah selesai), masing-masing kelompok ini diundang melalui proses konsultasi untuk membantu merancang dan mengembangkan Kerangka kerja supaya dapat menangani kebutuhan dan kesenjangan utama sehubungan dengan peran mereka dalam penerapan komitmen rantai pasokan. Untuk semua Untuk jenis pembaca yang paling sesuai dengan diri anda atau organisasi anda, apakah deskripsi tersebut tampak konsisten dengan bagaimana anda mungkin memanfaatkan Kerangka kerja ini? Apakah ada keperluan utama lainnya untuk mengklarifikasi, mendukung, atau mengkaji pelaksanaan rantai pasokan yang bertanggung jawab? Jenis fitur, format, atau alat interaktif apa yang akan membuat Kerangka kerja ini sangat berguna bagi organisasi anda? The Accountability Framework 4

9 sosial. Juga untuk lebih mengintegrasikan alat implementasi, pemantauan dan pelaporan yang diterapkan perusahaan. 1. Ruang lingkup dan spesifikasi komitmen 1A. Ruang lingkup Komitmen diterapkan secara luas diseluruh perusahaan untuk mengatasi risiko sosial dan lingkungan yang mungkin timbul sebagai akibat operasi perusahaan. Ruang lingkup yang luas sangat penting jika komitmen perusahaan dimaksudkan untuk mendorong perubahan yang transformatif sambil meminimalkan dampak penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan di tempat lain. Komitmen diterapkan pada seluruh segmen usaha dimana produksi atau perdagangan pertanian dan kehutanan dapat menimbulkan risiko sosial dan lingkungan yang signifikan; cakupan mereka tidak terbatas pada pasar, lini produk, kepemilikan, atau geografi tertentu. Jika komitmen tidak berlaku pada seluruh perusahaan karena beberapa segmen usaha tidak memiliki risiko sosial atau lingkungan yang signifikan, maka komitmen tersebut harus secara jelas menentukan produk, operasi dan transaksi keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup. Ruang lingkup yang ditetapkan dapat dibenarkan oleh analisa risiko yang kredibel dan tersedia untuk umum dalam bentuk ringkasan. Dalam batas ruang lingkup yang ditentukan, komitmen mencakup kegiatan usaha yang terkait dengan perusahaan, termasuk seluruh anak perusahaan, afiliasi, perusahaan patungan, kepemilikan mayoritas, dan pemasok yang memproduksi, memproses, atau memperdagangkan komoditas, serta membiayai salah satu dari semua ini. 1B. Hubungan antara perusahaan dan hukum yang berlaku Selain komitmen sukarela, perusahaan tunduk pada hukum hak asasi manusia, hak buruh, hak atas tanah dan lingkungan yang berlaku. Sebagaimana ditentukan dalam Prinsip-prinsip Panduan PBB mengenai Bisnis dan Hak Asasi Manusia, perusahaan harus menghormati hak asasi manusia, bahkan ketika hukum dan kebijakan nasional tidak mengikutinya. Ketika hukum yang berlaku dan komitmen perusahaan diterapkan pada topik yang sama, standar yang tertinggi yang akan diberlakukan. 1C. Terminologi dan definisi Komitmen merujuk dan menerapkan terminologi umum yang terkait dengan hutan, ekosistem lainnya, dan hak asasi manusia. Hal ini penting karena komitmen hanya dapat dimengerti dan dipantau jika konsep-konsep utamanya terpapar dengan jelas. Penggunaan istilah umum menghindari duplikasi upaya dalam mendefinisikan istilah dan membantu menetapkan indikator kinerja dan data pemantauan serta data verifikasi yang sebanding. Komitmen merujuk dan menggunakan definisi umum dari Accountability Framework dan, jika memungkinkan, definisi kontekstual tertentu (misalnya, ditetapkan dalam standar sertifikasi, undang-undang, atau proses multi-pihak yang sah) yang akan diidentifikasi dalam Manual sebagai definisi yang kredibel dan konsisten dengan definisi umum ini. Bagian ini menguraikan praktik yang baik untuk merumuskan komitmen rantai pasokan yang jelas, kredibel, dan dapat dipantau dan dikaji secara obyektif. Penerapan Bagian ini berlaku untuk perusahaan pada semua tahap rantai pasokan. Elemen ini konsisten dengan definisi perusahaan yang diberikan dalam Lampiran. Hukum yang berlaku mencakup hukum sub-nasional, nasional dan internasional. Ketika lebih dari satu hukum berlaku, standar yang tertinggi yang digunakan. Tanggung jawab perusahaan pembeli komoditas terhadap kepatuhan hukum dari pemasok mereka ditangani serupa dengan dampak dan risiko dari hulu rantai pasokan sebagaimana diuraikan dalam Bagian 2B. Definisi sementara dari berbagai istilah dimuat dalam Lampiran dokumen ini. Setelah selesai, definisi umum ini akan disertakan dalam Manual, yang juga akan memperjelas hubungan The Accountability Framework 5

10 Definisi umum ini diterapkan pada semua aspek usaha dan pengelolaan rantai pasokan yang relevan, seperti kontrak dan pengawasan pemasok, pengadaan dan pelaporan. 1D. Tindakan yang dapat diverifikasi dan target yang terikat waktu Komitmen mencakup target-target yang dinyatakan didepan umum, dan terikat waktu yang mencerminkan pentingnya penanganan masalah-masalah lingkungan dan sosial. Juga mencakup target-target yang spesifik, kuantitatif, dan dapat dievaluasi serta diverifikasi secara obyektif. Untuk setiap aspek komitmennya, perusahan secara publik menetapkan targettarget yang terikat waktu dan spesifik secara geografis. Target menentukan pencapaian komitmen secepat mungkin, dan juga mengakui kapasitas pelaksanaan yang berbeda-beda serta pentingnya memaksimalkan penyertaan (terutama untuk petani kecil) untuk mencapai perubahan yang berskala dan langgeng. Jika sesuai, perusahaan mereferensi target dan bergabung dengan tujuan atau target yang lebih luas, seperti Deklarasi New York terhadap Hutan, kecuali ketika komitmen perusahaan yang ada telah menetapkan target yang lebih agresif. Jika implementasi akan dilakukan secara bertahap di berbagai kelompok produk, segmen usaha, atau tingkat pemasok (misalnya, pemasok langsung dan tidak langsung), jadwal pelaksanaan yang terikat waktu akan ditetapkan per segmen. Pengurutan ini memprioritaskan area dimana isu-isu sosial dan lingkungan cenderung paling signifikan. Target yang ditetapkan dan indikator terkait cukup spesifik sehingga kemajuan dan klaim dapat dikaji secara obyektif, baik secara internal (didalam perusahaan dan basis pasokannya) maupun oleh pihak eksternal. Target dan indikator ditinjau secara berkala untuk mengkaji keberlanjutannya dalam menentukan pelaksanaan yang efektif, dan direvisi jika perlu. Hal ini dilakukan dengan mengingat keadaan yang berubah-ubah dan dengan berkonsultasi kepada pemangku kepentingan yang terkait. antara definisi umum ini dan berbagai definisi kontekstual yang saat ini dipergunakan. Target-target spesifik yang terikat waktu memberikan rincian mengenai kapan, dimana dan bagaimana perusahaan bermaksud untuk memenuhi komitmennya. Mereka juga memberikan ukuran obyektif untuk menilai kinerja, mempermudah modifikasi dalam pengerjaan, dan mendorong pertanggung jawaban. The Accountability Framework 6

11 2. Sistem pengelolaan usaha dan rantai pasokan 2A. Sistem dan proses internal untuk mendorong penerapan yang efektif Perusahaan membangun sistem dan proses yang secara efektif mendorong dan mempermudah penerapan komitmen. Berikut ini adalah elemen-elemen penting sistem perusahaan untuk mendukung penerapan yang efektif dari komitmen rantai pasokan yang bertanggung jawab. Perusahaan membentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas pimpinan senior untuk mendukung komitmen mereka, termasuk pada tingkat CEO dan/atau dewan. Komitmen dimasukkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan metrik kinerja unit bisnis inti (misalnya, pengadaan) dan unit operasional, agen, afiliasi dan anak perusahaan di tingkat regional, nasional dan lokal. Ini termasuk dengan meningkatkan kesadaran, kapasitas, dan dedikasi personil terkait melalui artikulasi dalam kebijakan perusahaan, manual, dan inisiatif pelatihan. Perusahaan mengembangkan dan menerapkan sistem yang efektif untuk mencegah pembiayaan atau bentuk dukungan lainnya kepada produsen atau pemasok yang terlibat dalam deforestasi, konversi lahan, atau pelanggaran hak asasi manusia, kecuali jika dukungan ini adalah untuk mencapai rencana perbaikan terikat waktu dalam memenuhi persyaratan komitmen (lihat Bagian 2B). Bilamana perusahaan pembeli komoditas tidak memiliki kendali penuh atau langsung atas pemasoknya, perusahaan tersebut bekerja sama dengan pemasok langsungnya untuk memastikan bahwa mereka hanya mendapatkan komoditas dari pemasok tidak langsung yang mematuhi komitmen perusahaan dan Accountability Framework. Dalam situasi seperti ini, perusahaan juga bekerja sama dengan rekanan sumber dari area yang sama, dan dengan pihak lain seperti pemerintah, untuk mendorong pemasok mengadopsi dan menerapkan praktik-praktik yang mematuhi komitmen. 2B. Ketertelusuran, manajemen risiko, dan manajemen pemasok Sumber bahan di dalam rantai pasokan diketahui atau dikendalikan sampai batas memadai untuk memastikan bahwa unit produksi dan unit pengolahan sumber mematuhi komitmen, atau untuk menentukan luas dan sifat masalah yang harus diselesaikan. Perusahaan pembeli dan pengolah komoditas memberikan insentif dan mendukung secara aktif kepatuhan sepenuhnya dari pemasok mereka. Bagi perusahaan pada semua tahap rantai nilai (value chain), pasokan bahan baku dikaji untuk risiko ketidakpatuhan terhadap komitmen, dan penilaian risiko tersebut selalu diperbarui. Sistem kontrol yang efektif termasuk program-program sertifikasi tertentu, sistem pemantauan dan penegakan dari pemerintah, manajemen yurisdiksi, atau sistem kontrol yang dikelola pedagang boleh dipergunakan untuk mengidentifikasi pasokan dengan risiko rendah. Untuk bagian dari basis pasokan dimana risiko terhadap topik sosial dan lingkungan dalam Accountability Frameworknya sedang, tinggi atau tidak diketahui, proses ketertelusuran dilakukan sampai pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan kepatuhan atau untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang tidak patuh. Dalam situasi seperti ini: o Produsen, pengolah, dan pedagang mengetahui sumber bahan baku sampai kepada tingkat pertanian, perkebunan, peternakan, dan unit pengelolaan hutan. Untuk petani kecil, sumber diketahui sampai pada tingkat kelompok petani atau yurisdiksi hukum terkecil, kecuali ketika risiko pada tingkat kumpulan ini tinggi, maka pasokan akan dilacak sampai ke pertanian Bagian ini mengidentifikasi sistem manajemen untuk membantu melembagakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam perusahaan dan di seluruh rantai pasokan. Meskipun pendekatan sistem dan manajemen ini tidak menjamin efektivitas, namun biasanya merupakan kondisi awal untuk itu. Penerapan Bagian ini mungkin berlaku berbeda tergantung pada ukuran, struktur organisasi, dan posisi perusahaan dalam rantai pasokan. Poin yang berlaku hanya untuk beberapa jenis perusahaan dinyatakan seperti itu. Untuk perusahaan Menurut pengalaman atau perkiraan anda, apakah sistem dan proses seperti ini membantu memastikan bahwa kebijakan rantai pasokan perusahaan diberlakukan diseluruh organisasi? Apakah ada yang ingin anda tambahkan? Seperti ditunjukkan disini, Accountability Framework tidak meminta ketertelusuran penuh dalam segala situasi. Ketertelusuran adalah sarana untuk mencapai rantai pasokan yang bertanggung jawab, termasuk dengan mengidentifikasi dan melakukan investasi untuk menangani isu-isu yang belum selesai. Manual akan memberikan rincian lebih lanjut mengenai karakteristik dan contoh sistem kontrol yang efektif yang memenuhi Accountability Framework. Untuk perusahaan Apakah harapan untuk pengkajian risiko dan ketertelusuran ini mungkin dilakukan dalam konteks usaha anda, termasuk dalam The Accountability Framework 7

12 o individu. Jika pelacakan pada tingkat ini tidak sejak awal tersedia, maka ketertelusuran harus diperbaiki secara progresif sampai ke tingkat ini dalam jangka waktu yang ditentukan, dan memprioritaskan risiko yang paling tinggi. Pabrik dan pengecer melacak pasokan lebih jauh ke hulu sampai mereka mampu memastikan kepatuhan atau menetapkan tingkat dan sifat ketidakpatuhan yang harus diselesaikan. Persyaratan ini dapat dipenuhi dengan menggunakan informasi yang diberikan oleh pemasok yang mengikuti elemen-elemen Accountability Framework yang berlaku, termasuk yang terkait dengan pemantauan dan verifikasi. Perusahaan menyatakan kepada pemasok bahwa mereka hanya akan menerima bahan yang diproduksi dan dikendalikan sesuai dengan Accountability Framework. Perusahaan yang memelihara hubungan pembelian jangka panjang atau pembelian berulang dengan produsen atau pengolah (harus) mendukung pemasok ini supaya dapat memenuhi komitmen. Dukungan memprioritaskan keterlibatan dengan pemasok berkapasitas lebih rendah, seperti petani kecil, untuk menghindari pengecualian mereka dari rantai pasokan. Perusahaan mengelola ketidakpatuhan pada basis pasokan mereka untuk menyelesaikan masalah dengan cepat tanpa memberikan sanksi atau mendorong (secara sengaja atau tidak sengaja) ketidakpatuhan lebih jauh disekitar area pasokan. Secara khusus: o o o Pengolah atau pedagang yang tidak patuh dapat dipertahankan sebagai pemasok jika mereka telah mengembangkan dan menerapkan rencana aksi yang cepat dan terikat waktu untuk mencapai kepatuhan diseluruh operasi mereka. Jika diperlukan, hal ini termasuk mendukung tindakan perbaikan untuk mempertahankan atau mengintegrasikan kembali pihak yang tidak patuh (lihat Bagian 7). Kontrak dengan pengolah dan pedagang yang tidak patuh dihentikan dengan alasan ketidakpatuhan jika ada pelanggaran yang terus-menerus atau kurangnya perbaikan yang signifikan berdasarkan rencana yang terikat waktu, meskipun telah diberikan investasi atau dukungan untuk mengatasi ketidakpatuhan tersebut. Produsen yang tidak patuh (kecuali petani kecil) diberhentikan sebagai pemasok dalam kasus-kasus tertentu (sebagaimana akan ditentukan lebih lanjut pada Manual) sampai mereka dapat menunjukkan kepatuhan, termasuk perbaikan yang diperlukan (Bagian 7). Produsen yang tidak diberhentikan telah mengembangkan dan menerapkan rencana tindakan yang terikat waktu untuk mencapai kepatuhan. Petani kecil yang tidak patuh dapat dipertahankan sebagai pemasok jika mereka secara aktif berusaha memperbaiki ketidakpatuhan dan mencegah ketidakpatuhan lebih jauh di wilayah tersebut, atau jika mereka adalah bagian dari kelompok petani kecil, program, atau rantai pasokan lokal (misalnya dari sebuah pengolah atau pedagang) yang mengambil langkahlangkah perbaikan tersebut. konteks spot trading (jika dilakukan)? Jika tidak, apa keterbatasan atau hambatan untuk mengetahui atau mengontrol pasokan anda dengan cara ini? Pengecer termasuk supermarket dan restoran waralaba. Praktik terbaik untuk pengecualian dibandingkan dengan terus menyertakan pemasok yang tidak patuh harus menyeimbangkan tujuan ganda yaitu mendorong perbaikan berkesinambungan tanpa mendorong ketidakpatuhan (dari pemasok yang ada) atau ketidakpatuhan baru (termasuk di area produksi baru). Bobot pertimbangan ini mungkin berbeda menurut konteks geografis dan kebijakan (misalnya, apakah ada moratorium): dalam beberapa konteks, sanksi yang tegas dan mekanisme pengecualian mengirim sinyal pasar yang efektif untuk menghentikan praktik yang tidak patuh, sementara dalam kasus lain pendekatan ini malahan mendorong pemasok untuk menjual ke pembeli lain yang kurang bertanggung jawab, dan dapat memperburuk dampak negatif. Dengan demikian, elemen ini menentukan pendekatan umum terhadap ketidakpatuhan dan pengecualian, tetapi bukan satu aturan generik. Detail lebih lanjut akan diberikan dalam Manual. The Accountability Framework 8

13 3. Rantai pasokan yang bebas deforestasi dan melindungi ekosistem alami lainnya Hutan dan ekosistem alami lainnya sangat penting untuk penyimpanan karbon, perlindungan keanekaragaman hayati, pasokan air, adaptasi terhadap perubahan iklim, dan mempertahankan kesejahteraan masyarakat adat dan komunitas setempat. Dengan demikian, Accountability Framework mendukung transisi yang cepat dalam menghapuskan konversi ekosistem alami dalam produksi komoditas pertanian dan kehutananan. Komitmen bebas deforestasi adalah langkah sangat penting menuju tujuan ini, namun dalam beberapa konteks dapat berisiko menggeser tekanan konversi dari hutan kepada ekosistem alami lainnya. Oleh karena itu, bagian ini membahas rantai pasokan yang bebas deforestasi (bagian 3A) dan juga pendekatan tanpa konversi yang menyeluruh (bagian 3B). Kedua komitmen tersebut harus menggunakan definisi umum (bagian 1B) dan mengikuti praktik yang baik untuk menggambarkan dan melestarikan ekosistem alami secara efektif (bagian 5) dan untuk pemantauan, verifikasi dan pelaporan (bagian 6). 3A. Rantai pasokan bebas deforestasi dan perlindungan hutan Perusahaan berkomitmen untuk menghapuskan deforestasi dari rantai pasokan mereka untuk membantu menghentikan deforestasi global sebagaimana ditetapkan dalam Deklarasi New York tentang Hutan (the New York Declaration on Forests) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (the UN Sustainable Development Goals). Bebas deforestasi menandakan bahwa kegiatan perusahan yang berbasis lahan, sumber dan investasi keuangan tidak terkait dengan deforestasi. Komitmen melindungi terhadap konversi hutan untuk menjadi lahan pertanian, hutan perkebunan, produksi ternak dan penggunaan lahan lainnya, kecuali pada tingkat minimal. Konversi juga mencakup degradasi yang disebabkan manusia sampai tingkat tertentu dimana hutan kehilangan karakteristik atau fungsi utama, sebagaimana diuraikan dalam definisi. Rantai pasokan bebas dari deforestasi pada tanggal yang ditetapkan dalam komitmen perusahaan yang ada atau oleh Deklarasi New York tentang Hutan dengan tenggat waktu 2020, yang mana yang lebih awal. Untuk meminimalkan dorongan deforestasi menjelang tanggal target, setiap komitmen menentukan tanggal penutupan/cutoff date (setelah tanggal tersebut unit tanah yang terkait dengan deforestasi baru, akan dianggap tidak patuh) sebagai tanggal penerbitan komitmen atau lebih awal. Jika tanggal penutupan telah ditetapkan dalam norma atau kebijakan yang ada dalam konteks atau komoditas tertentu, maka tanggal penutupan ini berlaku untuk semua produksi dan perdagangan komoditas dalam konteks ini. 3B. Perlindungan ekosistem alami lainnya Perusahaan berkomitmen untuk menghapuskan konversi ekosistem alami lainnya sebagai akibat dari operasi dan rantai pasokan mereka. Ekosistem alami lain termasuk savana, semak belukar alami, lahan gambut, lahan basah, dan padang rumput alami. Tanpa konversi menandakan bahwa kegiatan perusahan yang berbasis lahan, sumber dan investasi keuangan tidak terkait dengan konversi ekosistem alami. Komitmen melindungi dari konversi ekosistem alami non-hutan (termasuk gradien dari hutan ke ekosistem alami non-hutan) ke pertanian, hutan perkebunan, produksi ternak dan penggunaan lahan lainnya. Konversi termasuk degradasi yang disebabkan manusia, termasuk pengeringan lahan gambut dan lahan basah lainnya, Penerapan Bagian ini berlaku untuk perusahaan pada semua tahap rantai nilai. Untuk semua Dengan cara apa (jika ada) yang anda yakin bahwa ketentuan dalam bagian ini perlu disesuaikan atau dinuansakan untuk konteks petani kecil? Lihat Lampiran untuk definisi tingkat minimal dan penjelasan bagaimana ini diperlihatkan dalam praktiknya. Hasil pertanian dan hutan yang terkait konversi pada high forest cover landscapes (HFCLs) tidak sesuai dengan Bagian 3A dan tidak dianggap bebas deforestasi. AFi tidak memberikan sanksi untuk konversi semacam ini. AFi menyadari bahwa beberapa pemerintahan mungkin sedang menjajaki pengembangan komoditas dalam HFCLs sebagai bagian dari rencana pembangunan nasional dan rencana tata guna lahan. AFi menyambut masukan tentang bagaimana cara terbaik untuk memastikan hasil konservasi dan pembangunan yang positif dalam konteks semacam itu. Untuk perusahaan Apakah pendekatan tanpa konversi memungkinkan bagi perusahaan anda? Jika tidak, mengapa? Dalam konteks bagaimana (komoditas & wilayah) anda merasakan tantangan terbesar? Jika anda merasa pendekatan semacam itu tidak memungkinkan pada saat ini, apakah jangka waktu yang layak The Accountability Framework 9

14 sampai tingkat tertentu dimana ekosistem alami kehilangan karakteristik atau fungsi utama. Perusahaan yang belum berkomitmen terhadap produksi dan sumber tanpa konversi menetapkan komitmen untuk itu, menentukan tenggat waktu untuk penghentian cepat semua konversi ekosistem alami sambil meminimalkan konversi untuk sementara. untuk pentahapan konversi ekosistem alami non hutan? Untuk semua kecuali perusahaan Apakah anda atau organisasi anda mendukung pendekatan tanpa konversi? Mengapa atau mengapa tidak? 4. Rantai pasokan menghormati dan mendukung hak asasi manusia 4A. Perlindungan hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal Perusahaan berkomitmen untuk menghormati, mendukung dan melindungi hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal dalam semua kegiatan produksi dan perdagangan. Hal ini termasuk, antara lain, hak masyarakat tersebut terhadap properti, budaya, lingkungan yang sehat, penentuan nasib sendiri, tata kelola pemerintahan sendiri, non-diskriminasi, serta partisipasi penuh dan efektif dalam keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Perusahaan berkomitmen untuk: Mengikuti Deklarasi PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat. Menghormati hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal untuk tata kelola pemerintahan sendiri, menentukan prioritas pembangunan mereka, serta untuk memelihara dan mewariskan identitas budaya mereka (termasuk pengetahuan tradisional dan ranah budaya). Memastikan, dalam konteks kegiatan perusahaan, hak formal maupun hak adat atas tanah, bagi masyarakat adat dan lokal, diidentifikasi, diakui dan dijaga. Hal ini termasuk hak untuk memiliki, menempati, menggunakan dan mengelola tanah, wilayah dan sumber daya ini. Memastikan bahwa sebelum melakukan kegiatan apapun yang dapat mempengaruhi hak, lahan, sumber daya, wilayah, mata pencaharian dan ketahanan pangan masyarakat adat dan lokal, suatu proses yang bebas, terdahulu dan persetujuan terinformasi (FPIC - free, prior and informed consent) dilaksanakan sesuai dengan budaya, tradisi, norma dan nilai-nilai yang berlaku bagi masyarakat ini, dan melalui perwakilan dan lembaga yang mereka pilih. Memastikan jika penggunaan komersial atau konservasi bertabrakan dengan hak, lahan, sumber daya, wilayah dan mata pencaharian mereka, masyarakat adat dan setempat memiliki: i) akses berlanjut untuk lahan, wilayah dan sumber daya tersebut; ii) kompensasi yang adil dan sepantasnya; dan/atau iii) bagian yang adil atas keuntungan dari penggunaan tersebut masing-masing sesuai dengan hak formal dan hak adat mereka, hasil proses FPIC yang dinegosiasikan, dan hukum yang berlaku. Mengambil tindakan untuk memberikan ganti rugi dan kompensasi yang adil dan sepantasnya melalui prosedur yang disepakati bersama dalam kasus-kasus dimana perusahaan telah menyebabkan atau secara substansial berkontribusi dalam penggunaan atau kerusakan lahan, wilayah atau sumber daya masyarakat adat atau lokal, tanpa proses FPIC yang efektif. Dalam kasus konflik tanah yang berkepanjangan, hentikan upaya untuk memperoleh atau menguasai lahan, sumber daya atau wilayah yang berkaitan dengan konflik ini, Penerapan Bagian ini berlaku untuk perusahaan pada segala tahap rantai nilai. Manual akan memberikan informasi lebih lanjut untuk menerapkan FPIC. The Accountability Framework 10

15 sampai mereka ditangani melalui proses negosiasi yang disepakati bersama berdasarkan hukum yang berlaku. 4B. Perlindungan hak-hak buruh Sub bagian ini adalah tempat sementara sambil menunggu konsultasi lebih lanjut dan keterlibatan pemangku kepentingan untuk menentukan peran AFi dalam membantu menangani masalah-masalah hak buruh. AFi menyadari bahwa banyak organisasi telah bekerja bertahun-tahun untuk mencapai pendekatan bersama dan praktik terbaik dalam mengatasi isu-isu kritis dan meningkatkan akuntabilitas berkaitan dengan hak-hak buruh. AFi telah memulai proses penjajakan (scoping) dan konsultasi dengan organisasi-organisasi yang menangani hak-hak buruh dan akuntabilitas sosial untuk menentukan bagaimana AFi dapat berkontribusi sepenuhnya dengan segala kemajuan dan upaya yang telah dilakukan sampai saat ini. Proses ini akan berlanjut sepanjang masa konsultasi publik. Berdasarkan hasil dari proses ini, Bagian 4B mungkin diuraikan dalam versi dokumen di masa mendatang, dengan keterlibatan para pakar dan organisasi yang kredibel yang terlibat dalam masalah hak-hak buruk. Untuk semua Masukan mengenai bagaimana AFi dapat melengkapi dan mendukung upaya yang ada dalam menangani masalah hak-hak buruh akan disambut baik. Silakan lihat beberapa pertanyaan dalam formulir masukan yang terkait dengan topik ini. The Accountability Framework 11

16 5. Perencanaan dan pengelolaan tata guna lahan yang bertanggung jawab Perusahaan berkomitmen untuk mendukung perencanaan tata guna lahan yang bertanggung jawab dan pengelolaan lahan jangka panjang yang efektif, setaraf dengan peran mereka dalam rantai nilai. Tindakan ini sangat penting untuk membantu memenuhi komitmen yang terkait ekosistem alami (Bagian 3) dan menghargai hak atas tanah (Bagian 4A). Tanggung jawab perusahaan dalam setiap tahap rantai nilai ditentukan dibawah ini dan akan dirinci lebih jauh dalam Manual. Pengembang lahan: Bagi perusahaan yang terlibat dalam pengembangan lahan untuk produksi komoditas atau dalam mendukung, membiayai, atau mendapatkan lahan untuk pengembangan tersebut: o o o Sebelum melakukan pembangunan atau perubahan lain dalam penggunaan lahan atau penunjukan lahan (land designation), perusahaan melakukan atau mendukung kajian partisipatif mengenai nilai konservasi dan nilai masyarakat serta hak penguasaan lahan atas tanah tersebut, potensi dampak dari kegiatan yang diusulkan, dan alternatif atau tindakan mitigasi untuk mengatasi dampak tersebut. Pengkajian ini menggunakan pendekatan yang diakui dan sesuai secara teknis, mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan secara bersama dan hubungannya satu sama lain, secara aktif memungkinkan partisipasi masyarakat adat dan lokal yang mungkin terkena dampak, dan menyediakan hasil kajian ini untuk umum. Rencana pembangunan lahan atau penunjukan lahan lainnya didasarkan pada hasil kajian ini. Dalam konteks dimana komitmen untuk menghapuskan deforestasi atau konversi lahan mungkin bertentangan dengan rencana tata guna lahan atau keinginan masyarakat adat dan setempat, perusahaan mengikuti panduan dalam Manual untuk menetukan jika dan bagaimana mereka dapat memenuhi komitmen yang berlaku dalam konteks tersebut. Sebagai hasil dari proses pengkajian dan perencanaan dan sebelum memulai kegiatan apapun mekanisme yang efektif diterapkan untuk memastikan perlindungan jangka panjang dan pengelolaan yang efektif dari area konservasi atau kepentingan masyarakat. Mekanisme ini didokumentasikan secara tertulis, disetujui oleh otoritas terkait, oleh masyarakat adat dan setempat, dan menentukan peran dan kewajiban perusahaan, penduduk dan masyarakat yang terkena dampak, dan pihak lainnya. Pengelola lahan di lahan produksi komoditas melakukan atau mendukung kegiatan pengelolaan lahan yang diperlukan untuk melindungi nilai konservasi dan masyarakat di lahan tersebut dan sekitarnya, sebagaimana ditetapkan dalam poin sebelumnya atau sebaliknya. Pihak yang memperoleh lahan produksi komoditas berkewajiban atas konservasi, pengelolaan lahan, hubungan masyarakat, dan perbaikan kerusakan dimasa lalu. Pengembang lahan, pengelola lahan, dan pedagang yang memiliki jejak produksi atau pembelian yang signifikan dalam lanskap tertentu (harus) berpartisipasi dalam, atau mendukung upaya perencanaan dan kebijakan multi pihak untuk memperbaiki tata kelola lahan pada tingkat lanskap atau tingkat yuridiksi. Penerapan Hal ini mungkin berlaku berbeda tergantung pada posisi dan peran perusahaan dalam rantai nilai. Bagi perusahaan yang memiliki banyak peran, penerapan didasarkan pada peran perusahaan pada setiap contoh, aktivitas, atau transaksi perusahaan. Bagian ini tidak berlaku untuk petani kecil. Contoh pendekatan yang diakui dan sesuai secara teknis termasuk kajian dampak sosial dan lingkungan (ESIA- environmental and social impact assessment), pendekatan Nilai Konservasi Tinggi (HCV-High Conservation Value), kajian Pendekatan Stok Karbon Tinggi (HCSA- High Carbon Stock Approach), Perencanaan Konservasi Sistematis, penggambaran Kawasan Keanekaragaman Hayati Penting (Key Biodiversity Areas), dan lainnya. Jika kegiatan yang diusulkan dapt mempengaruhi hak, tanah, sumber daya, wilayah atau mata pencaharian masyarakat adat atau masyarakat setempat lainnya, maka kajian tersebut harus mengintegrasikan proses FPIC (Bagian 4A). Mekanisme yang efektif dapat mencakup zoning atau perubahan administrasi lahan, alokasi atau penunjukan ulang hak kepemilikan, penetapan rencana pengelolaan ekosistem, insentif kepada masyarakat lokal, dan komitmen pendanaan, dukungan atau bantuan teknis lainnya. Sebagai contoh, ketentuan pengelolaan lahan ini mewajibkan pengelola perkebunan untuk mempertahankan kawasan ekosistem alami yang berada dibawah kendali mereka dan secara efektif mengelola (atau mendukung pihak lain untuk mengelola) nilai konservasi di wilayah ini. Manajer mungkin perlu juga untuk membatasi akses, mencegah perambahan, dan secara konstruktif The Accountability Framework 12

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 21 Maret 2013 Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 5 Februari 2013 mungkin merupakan hari paling penting dalam sejarah APP. Pada tanggal tersebut kami mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan, dengan

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC) Kebijakan Asosiasi Tujuan Pada bulan Juni 2015, APRIL telah menerapkan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan ("SFMP") 2.0 1 yang menyatakan komitmen Grup APRIL untuk: mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

Forest Stewardship Council

Forest Stewardship Council Forest Stewardship Council Roadmap menuju diakhirinya dis-asosiasi dari APP DRAF 6 Disetujui dengan syarat pada tanggal 9 Februari 2017 Di bulan Oktober 2007, Forest Stewardship Council (FSC) melakukan

Lebih terperinci

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015 Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 3 Juni 2015 APRIL Group (APRIL) berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di seluruh areal kerja perusahaan dengan menerapkan praktik-praktik

Lebih terperinci

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola BP 2013 Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis 1. Pendahuluan Kami mengirimkan energi kepada dunia.

Lebih terperinci

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di AUDIT PEMANTAUAN DAN LAPORAN PENUTUPAN CAO Audit IFC Kepatuhan CAO C-I-R6-Y08-F096 27 Maret 2013 Respon Pemantauan IFC ke Audit CAO mengenai investasi IFC di Wilmar Trading (IFC No. 20348) Delta Wilmar

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

Kode Etik Pemasok 1/11

Kode Etik Pemasok 1/11 1/11 Kami akan memimpin sebuah gerakan yang akan menjadikan cokelat berkelanjutan sebagai norma, sehingga cokelat yang kita semua cintai akan selalu hadir untuk generasi yang akan datang. Pengantar Sebagai

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Kode etik bisnis ini berlaku pada semua bisnis dan karyawan Smiths Group di seluruh dunia. Kepatuhan kepada Kode ini membantu menjaga dan meningkatkan

Lebih terperinci

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ID Dokumen BAHASA INDONESIA Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi Kelompok Pakar Sejawat, Skema Lisensi Penilai (ALS) HCV Resource Network (HCVRN) Prosedur

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20% Kode Perilaku 2 Vesuvius / Kode Perilaku 3 Pesan dari Direktur Utama Kode Perilaku ini menegaskan komitmen kita terhadap etika dan kepatuhan Rekan-rekan yang Terhormat Kode Perilaku Vesuvius menguraikan

Lebih terperinci

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Rapat SAC ke-10 di Pangkalan Kerinci, Riau - Indonesia, 23-25 Mei 2017 ANGGOTA SAC TURUT

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama POL-GEN-STA-010-00 Printed copies of this document are uncontrolled Page 1 of 9 Kode Etik PT PBU & UN Global Compact Sebagai pelopor katering di Indonesia, perusahaan

Lebih terperinci

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE Pada tanggal 1 Juli 2015, the Komite Keefektifan Pembangunan (Committee on Development Effectiveness/CODE) membahas draf kedua dari Tinjauan dan Pembaruan

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited

Indorama Ventures Public Company Limited Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik untuk Pemasok (Sebagaimana yang di setujui pada Desember 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang di setujui pada Mei 2017) Catatan Dalam hal ketentuan apa pun

Lebih terperinci

Pertanyaan Umum (FAQ):

Pertanyaan Umum (FAQ): Pertanyaan Umum (FAQ): Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Kelompok Produksi TBS (Versi AKHIR, Maret 2016) Untuk diperhatikan: dokumen FAQ ini akan diperbaharui secara berkala setelah menerima

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN

2013, No BAB I PENDAHULUAN 2013, No.233 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ARSIP ELEKTRONIK BAB I PENDAHULUAN A. Umum Kemajuan

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

ECD Watch. Panduan OECD. untuk Perusahaan Multi Nasional. alat Bantu untuk pelaksanaan Bisnis yang Bertanggung Jawab

ECD Watch. Panduan OECD. untuk Perusahaan Multi Nasional. alat Bantu untuk pelaksanaan Bisnis yang Bertanggung Jawab ECD Watch Panduan OECD untuk Perusahaan Multi Nasional alat Bantu untuk pelaksanaan Bisnis yang Bertanggung Jawab Tentang Panduan OECD untuk perusahaan Multi nasional Panduan OECD untuk Perusahaan Multi

Lebih terperinci

TFD IMPF III Ringkasan Co-chairs. Pekanbaru 5 8 Maret 2007

TFD IMPF III Ringkasan Co-chairs. Pekanbaru 5 8 Maret 2007 TFD IMPF III Ringkasan Co-chairs Pekanbaru 5 8 Maret 2007 Kesimpulan Gland / Beihai IMPFs tidaklah baik secara alamiah, tidak juga buruk Pengarah eksternal membentuk IMPF s sering di luar kendali sektor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 A) Latar Belakang Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat

Lebih terperinci

BRIDGESTONE GROUP. Versi 1.0. December BRIDGESTONE GROUP KEBIJAKAN PENGADAAN BERKESINAMBUNGAN GLOBAL

BRIDGESTONE GROUP. Versi 1.0. December BRIDGESTONE GROUP KEBIJAKAN PENGADAAN BERKESINAMBUNGAN GLOBAL BRIDGESTONE GROUP Versi 1.0 December 2017 1 BRIDGESTONE GROUP KEBIJAKAN PENGADAAN BERKESINAMBUNGAN GLOBAL DAFTAR ISI PENDAHULUAN 03 FILOSOFI PERUSAHAAN BRIDGESTONE 04 MISI PENGADAAN BRIDGESTONE 06 KOMITMEN

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal.

KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal. KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN Pemberian Hadiah/Penyediaan Hiburan 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal. 1. Semua pemberian hadiah harus sesuai dengan kebijakan

Lebih terperinci

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan No. Dokumen ID : AGRO-SFM-002-PR Tanggal Terbit Sebelumnya : N/A Halaman : 1 dari 11 1.0 LATAR BELAKANG Grup APRIL ("APRIL") telah mengumumkan Kebijakan APRIL Grup dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi Para Pihak pada Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Perhatian: ini adalah terjemahan dari teks bahasa Inggris. Versi asli bahasa Inggrislah yang dianggap sebagai dokumen yang mengikat secara hukum. - April 2015

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Kemajuan Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Ringkasan Eksekutif November 2015 www.forestdeclaration.org An electronic copy of the full report is available

Lebih terperinci

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Untuk diterbitkan segera Siaran Pers Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Jakarta, Singapura, 9 Februari 2011 Golden Agri Resources Limited (GAR) dan anakanak

Lebih terperinci

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) 1 1.Kebijakan Lingkungan 1.1 Dilarang Deforestasi Tidak akan ada pengembangan baru di kawasan stok

Lebih terperinci

Pedoman Perilaku. Nilai & Standar Kita. Dasar Keberhasilan Kita. Edisi IV

Pedoman Perilaku. Nilai & Standar Kita. Dasar Keberhasilan Kita. Edisi IV Pedoman Perilaku Nilai & Standar Kita Dasar Keberhasilan Kita Edisi IV Perusahaan Kita Sejak awal, perjalanan MSD dituntun oleh keyakinan untuk melakukan hal yang benar. George Merck menegaskan prinsip

Lebih terperinci

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982,

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982, PERSETUJUAN PELAKSANAAN KETENTUAN-KETENTUAN KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG HUKUM LAUT TANGGAL 10 DESEMBER 1982 YANG BERKAITAN DENGAN KONSERVASI DAN PENGELOLAAN SEDIAAN IKAN YANG BERUAYA TERBATAS

Lebih terperinci

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Kriteria, Indikator dan KPI Karet Alam Berkesinambungan 1. Referensi Kriteria, Indikator dan KPI SNR mengikuti sejumlah

Lebih terperinci

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kode Perilaku Pemasok... 3 Pendahuluan... 3 Hak Asasi Manusia dan Tenaga

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan? Studi Kasus dalam merancang intervensi tingkat perusahaan mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional 1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan

Lebih terperinci

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) 13 Agustus 2015 Pengantar Bumitama Agri Ltd. adalah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia

Lebih terperinci

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU PEMASOK CATERPILLAR

PEDOMAN PERILAKU PEMASOK CATERPILLAR PEDOMAN PERILAKU PEMASOK CATERPILLAR HARAPAN PEMASOK Saat Caterpillar melaksanakan bisnis dalam kerangka kerja peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, kepatuhan terhadap hukum saja belum cukup bagi

Lebih terperinci

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Pak Muliadi S.E yang terhormat, Terima kasih atas surat Anda tertanggal 24 Februari 2011 mengenai Kalimantan Forests and Climate

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d 13.30 Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Pimpinan pertemuan: Pak Sujana Royat, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Lebih terperinci

2. Rencana pengembangan Insan IMC selalu didasari atas bakat dan kinerja.

2. Rencana pengembangan Insan IMC selalu didasari atas bakat dan kinerja. KODE ETIK PT INTERMEDIA CAPITAL TBK ( Perusahaan ) I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Kode Etik ini disusun dalam rangka meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan

Lebih terperinci

Catatan Pengarahan FLEGT

Catatan Pengarahan FLEGT FLEGT PENEGAKAN HUKUM, TATA KELOLA DAN PERDAGANGAN SEKTOR KEHUTANAN Jaminan legalitas berbasis peserta pasar dan pemberian izin FLEGT Latar belakang Rencana Tindakan mengenai Penegakan Hukum, Tata Kelola

Lebih terperinci

1. Mengelola penyampaian bantuan

1. Mengelola penyampaian bantuan KODE UNIT : O.842340.004.01 JUDUL UNIT : Pengaturan Bidang Kerja dalam Sektor Penanggulangan Bencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini mendeskripsikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kerja yang

Lebih terperinci

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan KODE UNIT : O.842340.003.01 JUDUL UNIT : Menjalin Hubungan yang Positif dengan Pemangku Kepentingan DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan Sikap kerja yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

STANDAR PENGENDALIAN MUTU 1 STANDAR PERIKATAN JASA 4410 PERIKATAN KOMPILASI

STANDAR PENGENDALIAN MUTU 1 STANDAR PERIKATAN JASA 4410 PERIKATAN KOMPILASI EXPOSURE DRAFT STANDAR PENGENDALIAN MUTU STANDAR PERIKATAN JASA 0 PERIKATAN KOMPILASI PENGENDALIAN MUTU BAGI KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS Exposure Draft

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Final - disetujui pada Juli 2010

Final - disetujui pada Juli 2010 Final - disetujui pada Juli 2010 Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 3 PENDAHULUAN... 7 Cakupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli Identitas Grup Pirelli menurut sejarahnya telah terbentuk oleh seperangkat nilai-nilai yang selama bertahun-tahun telah kita upayakan dan lindungi. Selama bertahuntahun,

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths Kode Smiths Pengantar dari Philip Bowman, Kepala Eksekutif Sebagai sebuah perusahaan global, Smiths Group berinteraksi dengan pelanggan, pemegang saham, dan pemasok di seluruh dunia. Para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI MISI NILAI-NILAI GRUP PIRELLI PENDAHULUAN PRINSIP-PRINSIP PERILAKU KERJA - SISTEM KONTROL INTERNAL PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN Pemegang saham, investor, dan komunitas

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat adalah sebuah wadah yang menyatukan para pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jawa

Lebih terperinci

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan 1/5 Keberlanjutan merupakan inti dari strategi dan kegiatan operasional usaha Valmet. Valmet mendorong pelaksanaan pembangunan yang dan berupaya menangani masalah keberlanjutan di seluruh rantai nilainya

Lebih terperinci

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis Tanggal Mulai Berlaku: 2/28/08 Menggantikan: 10/26/04 Disetujui Oleh: Dewan Direksi TUJUAN PEDOMAN Memastikan bahwa praktik bisnis Perusahaan Mine Safety Appliances ("MSA")

Lebih terperinci

Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan

Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan Ikhtisar Layanan Keterangan Layanan ini ("Keterangan Layanan") ditujukan untuk Anda, yakni pelanggan ("Anda" atau "Pelanggan") dan pihak Dell yang

Lebih terperinci

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA) Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA) 6 March 2016 1. APP akan meningkatkan kegiatan pengelolaan hutannya untuk memenuhi standard FSC

Lebih terperinci

2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda

2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda KEBIJAKAN PRIVASI Penidago.com dimiliki dan dioperasikan oleh Grup Perusahaan Penidago ("Penidago" atau "Kami"). Kebijakan Privasi ini menjelaskan bagaimana kami mengumpulkan, menggunakan, menyingkapkan,

Lebih terperinci