Akses untuk Keadilan bagi Masyarakat yang Terkena Dampak Pertambangan PT Weda Bay Nickel Laporan Sementara Ringkasan Eksekutif

Transkripsi

1 Akses untuk Keadilan bagi Masyarakat yang Terkena Dampak Pertambangan PT Weda Bay Nickel Laporan Sementara Ringkasan Eksekutif Shelley Marshall Samantha Balaton-Chrimes Omar Pidani Proyek Mekanisme Pengaduan Non-Yudisial Yang Mengatur Perilaku Perusahaan Terhadap Hak Asasi Manusia

2 Akses untuk Keadilan bagi Masyarakat yang Terkena Dampak Pertambangan PT Weda Bay Nickel Laporan Sementara Ringkasan Eksekutif Proyek Mekanisme Pengaduan Non-Yudisial Yang Mengatur Perilaku Perusahaan Terhadap Hak Asasi Manusia Bulan Oktober 2013

3 Ringkasan Eksekutif Laporan sementara ini menemukan bahwa komunitas suku Sawai dan Tobelo Dalam yang terkena dampak dari proyek PT Weda Bay Nickel sampai saat ini belum diberikan hak atas konsultasi atau hak atas persetujuan terlebih dahulu yang sungguh-sungguh, tanpa paksaan dan disertai dengan penyediaan informasi yang cukup, sebagaimana diwajibkan dalam standar hak asasi manusia internasional dan standar IFC; ganti rugi yang telah ditawarkan kepada komunitas untuk membebaskan hak atas tanah tidak layak dan tidak sesuai dengan norma-norma internasional; dan komunitas terdampak tersebut belum mempunyai akses yang memadai terhadap mekanisme pengaduan yudisial maupun non-yudisial berkaitan dengan keluhan mereka. Hak-hak ulayat mereka atas tanah adat kurang dihormati. Tindakan untuk menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran tersebut sangat diperlukan sebelum tahap ekstraksi mulai. Riwayat Proyek Kontrak Karya Generasi ke-vii Weda Bay Nickel telah ditandatangai pada tanggal 19 January tahun 1998 dengan memberikan perusahaan tersebut hak pertambangan selama 30 tahun. Endapan yang terletak di pulau Halmahera merupakan sebagian dari endapan nikel laterit yang terbesar di dunia, dengan potensi tambang sebesar 500 juta ton. Strand Minerals memiliki 90% saham dari PT Weda Bay Nickel. Pemegang saham terbesar di Stand Minerals adalah ERAMET Group, sebuah perusahaan Perancis yang bergerak di bidang pertambangan, pengolahan dan metalurgi di seluruh dunia. ERAMET mempunyai peran penting dalam kegiatan sehari-hari proyek PT Weda Bay Nickel. Terlantar secara Economi Komunitas etnis Sawai telah kehilangan akses pada lahan yang telah dibudidayakan secara turun temurun. Kehilangan akses kepada tanah, hutan dan lahan tersebut menimbulkan kehilangan sumber mata pencaharian utama mereka. Walaupun proyek PT Weda Bay Nickel tidak memaksakan pemindahan komunitas dari tempat tinggal mereka, hal ini tidak mengurangi dampak sangat besar terhadap kesejahteraan ekonomi mereka. Pembebasan lahan tidak bersifat sukarela, melainkan tekanan yang dilakukan oleh PT Weda Bay Nickel dan pihak pemerintah sedemikian kuat sehingga keluarga setempat merasa bahwa mereka tidak mempunyai pilihan selain membebaskan hak kepemilikannya, dan ada kemungkinan bahwa kalau keluarga tersebut tetap melawan, 1

4 perusahaan akan menggunakan aparat hukum untuk merampaskan lahan mereka secara paksa. Hal ini merupakan penelantaran ekonomi, maka menurut Standar Perilaku IFC nomor 5 and 7, perusahaan berkewajiban untuk melakukan proses konsultasi yang baik dengan jumlah ganti rugi yang layak dalam bentuk yang pantas. Perubahan baru dalam hukum Indonesia bisa menjadi kesempatan untuk melindungi hak ulayat dan menghindari penelantaran ekonomi. Hak atas Konsultasi dan Persetujuan yang Bebas dan Sadar Komunitas yang terdampak seharusnya mempunyai hak atas konsultasi dan hak untuk memberi atau tidak memberi persetujuan terlebih dahulu dengan bebas dan sadar terhadap perubahan hak tanah mereka yang disebabkan oleh proyek. Persetujuan bebas dan sadar merupakan prinsip yang berlaku bagi masyakarat adat dalam Standar Perilaku IFC nomor 7, yang wajib diterapkan oleh proyek PT Weda Bay Nickel karena asuransinya dijamin oleh MIGA, sebagian dari Bank Dunia. Standar Perilaku nomor 5 mewajibkan perusahaan untuk melakukan perundingan dengan itikad baik dengan siapa pun yang memiliki hak atas tanah tersebut, tanpa melihat apakah menurut hukum setempat tanah tersebut dapat diperoleh tanpa persetujuan komunitas setempat. Di samping itu, PT Weda Bay Nickel telah membuat komitmen untuk mematuhi prinsip persetujuaan besar dan sadar. Penyediaan Informasi dan Konsultasi yang Tidak Layak Terkait dengan Pembayaran Ganti Rugi Penelitian ini menemukan bahwa proses yang dijelaskan kepada komunitas sebagai proses pengadaan tanah dilaksanakan seolah-olah komunitas tidak mempunyai pilihan lain. Yang dirundingkan hanya jumlah ganti rugi yang akan dibayar dan bukan soal apakah komunitas tersebut sesungguhnya setuju untuk membebaskan hak atas lahannya untuk kepentingan proyek. Jumlah ganti rugi telah ditetapkan secara sepihak kemudian ditawarkan kepada komunitas untuk diterima atau ditolak. Anggota komunitas belum diberikan informasi yang cukup mengenai status perjanjian yang telah mereka tandatangani atau tentang dampak dari proyek, yang bisa membuat mereka lebih mampu untuk mengambil putusan dengan sadar. Tekanan dan Intimidasi Komnas HAM telah menemukan bahwa anggota BRIMOB, bagian dari Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bersifat paramiliter, terlibat dalam tindakan tekanan dan 2

5 intimidasi terhadap anggota komunitas agar mereka menandatangani perjanjian ganti rugi. Komnas HAM juga menemukan bahwa salah satu pekerja dari PT Weda Bay Nickel telah mengancam anggota komunitas karena tidak menandatangani perjanjian ganti rugi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian dari keluarga yang telah menandatangani perjanjian merasa bahwa mereka tidak mempunyai pilihan lain. Jumlah dan Bentuk Ganti Rugi yang Tidak Layak Jumlah yang ditawarkan oleh PT Weda Bay Nickel kepada komunitas yang tanahnya berada di dalam wilayah yang segera dibutuhkan untuk pembangunan adalah Rp per meter persegi (sekitar USD 0.79 atau EUR 0.6 per meter persegi) bersama dengan sejumlah ganti rugi untuk tanaman. Selain jumlah ganti rugi yang termasuk sangat rendah, penyediaan ganti rugi dalam bentuk tunai tidak sesuai dengan norma internasional karena tidak bisa melindungi komunitas dari dampak negatif terkait dengan proyek, atau memenuhi persyaratan bahwa ganti rugi harus mampu memulihkan dan meningkatkan sumber mata pencaharian mereka yang telah hilang. Tuduhan Korupsi Komnas HAM menemukan bahwa proses penilaian tanah untuk merumuskan jumlah ganti rugi atas lahan dicemari tindakan korupsi oleh salah satu lembaga pemerintah yang berkaitan. Keterbatasan Akses terhadap Keadilan di Indonesia Beberapa anggota komunitas yang merasa dirugikan telah mengajukan keluhan kepada Komnas HAM. Hasil dari investigasi dilakukan Komnas HAM yang sangat memprihatinkan itu disertai dengan beberapa usulan kepada pihak terkait. Sampai saat ini hanya salah-satu dari usulan tersebut telah dilaksanakan. Badan penyelesaian keluhan di PT Weda Bay Nickel, walaupun efektif dalam mengatasi keluhan yang bersifat kecil, bukanlah mekanisme keluhan yang layak untuk aduan terhadap isu-isu yang penting terkait dengan tanah dan perjanjian ganti rugi. Keterbatasan Akses terhadap Keadilan di luar Indonesia Di luar Indonesia, aduan telah diajukan kepada ombudsman dan penasihat pematuhan CAO (Compliance Advisor and Ombudsman) di Korporasi Keuangan Internasional (IFC) pada bulan Juli tahun

6 CAO (bagian ombudsman) telah melakukan kunjungan penilaian pada tahun 2011 untuk menilai peluang untuk menyelesaikan keluhan tersebut lewat mediasi atau proses penyelesaian masalah yang lainnya, akan tetapi pada saat itu anggota komunitas sangat mengkhwatirkan masalah keamanan pridadi maka mereka memilih untuk tidak berpartisipasi dalam kesempatan tersebut. Bagian CAO yang berfungsi untuk mengawasi pemenuhan persyaratan proyek tidak bersedia untuk melakukan audit terhadap keputusan MIGA untuk mendukung proyek PT Weda Bay Nickel, dengan memberi alasan bahwa perkembangan proyek itu terlalu awal untuk melakukan penilaian tersebut. Penelitian ini berkesimpulan bahwa kalau keluhan diajukan pada saat ini, CAO sebaiknya mempertimbangkan untuk melakukan audit terkait dengan pelanggaran Standar Perilaku IFC mengenai pembebasan hak atas tanah, ganti rugi dan hak masyarakat adat. Rekomendasi Laporan ini menyampaikan berbagai rekomendasi kepada PT Weda Bay Nickel, Pemerintah Republik Indonesia, baik tingkat daerah maupun nasional, dan organisasi masyarakat terhadap cara untuk memastikan bahwa hak-hak ulayat komunitas yang terkena dampak akan dihormati dan menjamin adanya proses konsultasi dan pengambilan putusan yang tanpa paksaan dengan penyediaan informasi yang layak, sebelum tahap ekstraksi dimulai. Kesimpulannya adalah masih ada waktu agar masalah yang ditemukan dalam penelitian ini dapat diselesaikan. Saat ini merupakan kesempatan yang amat penting bagi semua pihak untuk segera mengambil langkah untuk mencegah terjadinya ketidakadilan yang parah dan permanen. 4

7