BAB I PENDAHULUAN. 2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/ kekayaan negara;

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut :

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

VISI, MISI DAN TUJUAN VISI

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

BAB I PENDAHULUAN. 2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/ kekayaan negara;

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Suplemen Rencana Strategis

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KATA PENGANTAR. Kepala Perwakilan, Sudiro NIP LAKIP 2013 Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. LAKIP sebagai media pertanggungjawaban, berisikan informasi tentang Rencana Strategis (Renstra) dan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013.

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

PENETAPAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2014 TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014

No Sasaran Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi. Persentase IPP yang Mendapat Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun Kata Pengantar

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Sasaran 7 dari Tujuan 5 : Dari 2 IKU dominan, tercapai 100,00% Sasaran 4 dari Tujuan 3 : Dari 1 IKU dominan tercapai 100,00%

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

BAB I P E N D A H U L U A N

PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN TRIWULAN IV TA 2013

PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG KATA PENGANTAR

- 3 - Pasal 4 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

PERWAKILAN BPKP PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014

Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Revisi Suplemen Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Papua Barat Tahun Maret 2013

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF...

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

P.T. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat. Panijo

Oleh Kepala BPKP. A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LAKIP. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah PERWAKILAN BPKP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Laporan Kinerja Tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar

Lampiran Keputusan Nomor KEP-5987/PW20/1/2012

Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013 Perwakilan BPKP Jawa Timur disusun

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

L a p o r a n R e a l i s a s i R K T B u l a n D e s e m b e r Halaman 1

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF

Pergi belayar ke Pulau Meranti Singgah dulu membeli cabai Raihlah kinerja tak hanya menanti LKj disusun kinerja tercapai

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

Rencana Strategis

8 April Nomor : LKIN-1044/PW21/1/2014 Lampiran : Satu Berkas H a l : Laporan Kinerja Triwulan I Tahun 2014

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SUPLEMEN RENSTRA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUTIR-BUTIR TAMBAHAN RENSTRA PERWAKILAN BPKP PROVINSI NTT

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB i PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN D alam era informasi dan transparansi sekarang ini setiap organisasi publik dituntut untuk lebih terbuka dan dapat memberikan transparansi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Untuk itu, organisasi publik diharapkan dapat membuat suatu Penetapan Kinerja, Rencana Kinerja Tahunan (RKT/Performance Plan), dan Laporan Pertanggungjawaban Kinerja (Performance Accountability Report) yang mencerminkan transparansi dan akuntabilitasnya. Tugas, fungsi, dan wewenang, aspek strategis organisasi, kegiatan dan layanan produk BPKP, Struktur Organisasi dan komposisi pegawai, serta sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2012 lebih lanjut diuraikan sebagai berikut: A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi sebagai salah satu unit pelaksana BPKP di daerah, sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep- 06.00.00-286/K/2002 tanggal 31 Mei 2002, dan terakhir telah diperbaharui dengan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-713/SU/2002 tanggal 15 Oktober 2002, mempunyai tugas pokok melaksanakan pengawasan keuangan dan pembangunan serta penyelenggaraan akuntabilitas di daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan rencana dan program kerja pengawasan; 2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/ kekayaan negara; 3. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah dan pengurusan barang milik/ kekayaan daerah atas permintaan daerah; 4. Pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat strategis dan/ atau lintas departemen/ lembaga/ wilayah; 5. Pemberian asistensi penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi 1

BAB i PENDAHULUAN pemerintah pusat dan daerah; 6. Evaluasi atas laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah; 7. Bimtek/Asistensi/Konsultasi/Pendampingan Simda; 8. Pemeriksaan terhadap badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, Kontraktor bagi hasil dan kontrak kerja sama badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, pinjaman/ bantuan luar negeri yang diterima pemerintah pusat, dan badan usaha milik daerah atas permintaan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 9. Evaluasi terhadap pelaksanaan good corporate governance dan laporan akuntabilitas kinerja pada badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 10. Investigasi terhadap indikasi penyimpangan yang merugikan negara, badan usaha milik negara dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, pemeriksaan terhadap hambatan kelancaran pembangunan dan pemberian bantuan pemeriksaan pada instansi penyidik dan instansi pemerintah lainnya; 11. Pelaksanaan analisis dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta pengendalian mutu pengawasan; 12. Pelaksanaan administrasi Perwakilan BPKP. B. Aspek Strategis Organisasi Sebagai ujung tombak di daerah, perlu menindaklanjuti mandat sebagai Auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas negara dan sebagai Pembina SPIP untuk seluruh instansi pemerintah dengan mendukung reposisi dan revitalisasi organisasi sebagaimana dinyatakan oleh Kepala BPKP dalam Rapat Kerja BPKP pada bulan Desember 2008. BPKP harus dapat menunjukkan paradigma barunya melalui unjuk kerja yang optimal sehingga peran BPKP di daerah semakin nyata dalam memberikan masukan untuk membantu pemerintah daerah menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Strategi penguatan BPKP melalui product differences (penguatan kualitas produk 2

BAB i PENDAHULUAN bersifat strategis, makro, lintas sektoral), market differences (mengenali market pengawasan) dan methodology differences (pengembangan metodologi pengawasan yang kontemporer, spesifik dan bermanfaat) yang tentunya secara hirarkis perlu diterapkan dalam setiap aspek pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Perwakilan BPKP. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem pengendalian intern pemerintah di daerah, Perwakilan BPKP sebagai bagian dari APIP melakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraannya. Dalam upaya mewujudkan tuntutan tersebut sesuai amanat PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP dengan cakupan penugasan yang semakin luas, Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu lebih mengedepankan aspek pencegahan, dengan lebih menekankan membangun sistem yang mampu mencegah kecurangan/penyimpangan atau memudahkan mendeteksi adanya kecurangan/penyimpangan. Dua peran utama yang dapat dilakukan adalah peran assurance dan consulting bagi stakeholder untuk memberikan keyakinan yang memadai atas pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Jasa assurance dilakukan melalui audit, reviu, evaluasi dan pemantauan, sedangkan consulting antara lain berupa sosialisasi, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultansi, penglolaan hasil pengawasan dan pemaparan hasil pengawasan. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi (tupoksi), tidak lepas dari pengaruh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh, baik positif maupun negatif, terhadap kinerja, adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan Internal a. Jumlah Sumber Daya Manusia Terbatas Sumber daya manusia yang tersedia tahun 2012 sebanyak 115 orang terdiri dari pejabat struktural 10 orang (8,69%), pejabat fungsional auditor (PFA) 82 orang (71,30%), arsiparis 2 orang (1,73%), analis kepegawaian 1 orang (0,86%), fungsional pranata komputer 1 orang (0,86%), dan fungsional umum 19 orang (16,52%). Jumlah tenaga yang ada masih belum memadai jika dibandingkan dengan jumlah obyek pengawasan yang potensial. Selain itu, hasil Analisis Beban Kerja dan Jabatan tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah pegawai tersebut 3

BAB i PENDAHULUAN masih di bawah kondisi ideal yaitu sebanyak 143 orang. Hal ini mempengaruhi cakupan pengawasan serta mempengaruhi terlaksananya pengawasan secara optimal. b. Sumber Pendanaan yang Terbatas Masih terbatasnya anggaran untuk membiayai pembinaan berdasar permintaan Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota untuk kegiatan pengawasan internal (audit, sosialisasi dan asistensi/bimtek). Kegiatan tersebut selama tahun 2012 sebagian masih dibiayai oleh Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota setelah adanya Kesepakatan (MoU). c. Perubahan Kebijakan BPKP di Tingkat Pusat Sebagai suatu organisasi yang menginduk kepada organisasi tingkat pusat, tidak lepas dari pengaruh kebijakan yang dibuat BPKP Pusat. Adanya perubahan suatu kebijakan organisasi yang dilakukan pada perjalanan tahun jelas mempengaruhi capaian kinerja pada akhir tahun. Komitmen pimpinan untuk menjawab tuntutan terciptanya Wilayah Tertib Administrasi (WTA) dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dalam organisasi sudah menjadi komitmen bersama termasuk Perwakilan BPKP di daerah. mengakomodasi kebijakan tersebut melalui action plan untuk melakukan reviu dan revisi atas seluruh SOP yang ada dalam rangka peningkatan kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas organisasi seperti tertuang dalam Desain Penyelenggaraan SPIP di Lingkungan Pewakilan BPKP Provinsi Bengkulu. Hal ini sejalan dengan blueprint implementasi SPIP di lingkungan intern organisasi BPKP melalui penguatan seluruh unsur-unsur SPIP. 2. Lingkungan Eksternal a. Tuntutan Masyarakat untuk Terbentuknya Aparatur yang Bersih dan Bebas dari Praktik-praktik KKN Perkembangan yang terjadi di masyarakat pada saat ini adalah makin tumbuhnya kesadaran terhadap bahaya praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kesadaran masyarakat tersebut mempengaruhi tuntutan terhadap kinerja sebagai lembaga pengawasan. Tuntutan tersebut terutama berpengaruh terhadap investigasi atas indikasi penyimpangan yang merugikan negara, BUMN/D, dan badanbadan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah serta pemberian bantuan audit pada instansi penyidik dan instansi pemerintah 4

BAB i PENDAHULUAN lainnya. b. Tuntutan Terselenggaranya Kepemerintahan yang Baik (Good Governance) Perkembangan paradigma kepemerintahan menuju ke arah good governance dan penciptaan administrasi pemerintah yang berdaya guna, berhasil guna, dan berkeadilan telah membuka kesadaran bagi setiap orang, terutama aparat pemerintah, untuk senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya dengan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik secara transparan dan berakuntabilitas. Terhadap tuntutan ini, Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu telah memberikan tanggapan antara lain dengan melakukan evaluasi dan memberikan bimbingan kepada Instansi Pemerintah Pusat, Daerah maupun BUMD. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang dalam PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP dimana BPKP memiliki mandat sebagai pembina dalam penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi Sesuai dengan Renstra, Pewakilan BPKP Provinsi Bengkulu melaksanakan kegiatan-kegiatan pengawasan sebagai berikut: 1. Pre-emptif Kegiatan pre-emptif bertujuan agar auditan menyiapkan infrastruktur yang diperlukan untuk pengembangan good governance, pelayanan publik, dan pemberantasan KKN. Sasaran kegiatan ini adalah berkurangnya penyakit birokrasi yang bersifat laten. 2. Preventif Kelompok kegiatan preventif mencakup kegiatan konsultasi manajemen untuk memecahkan permasalahan kesisteman yang mempengaruhi penciptaan peringatan dini (early warning system) atas proses governance. 3. Represif Kelompok kegiatan represif berupa audit investigatif untuk menjustifikasi perhitungan kerugian negara atas kasus-kasus dengan atau tidak diketemukannya indikasi melawan hukum/tindak pidana korupsi. Sasarannya adalah terungkap dan terselesaikannya kasus-kasus penyimpangan dan perbuatan melawan hukum. 5

BAB i PENDAHULUAN memfasilitasi pelaksanaan beberapa produk unggulan yang bermanfaat bagi pembenahan manajemen pemerintahan di daerah, antara lain: 1. Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA); 2. Sistem Informasi Akuntansi PDAM; 3. Sosialisasi GCG BUMD/PDAM; 4. Program Pengembangan Internal Control BUMN/BUMD berbasis COSO; 5. Asistensi Penyusunan Corporate Plan PDAM; 6. Asistensi Penyusunan Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BUMD; 7. Program Anti Korupsi (PAK); 8. Fraud Control Plan (FCP); 9. Sosialisasi dan Bimtek SPIP; serta 10. Sosialisasi dan Bimtek Peningkatan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Daerah. D. Struktur Organisasi Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya yang telah dibebankan, Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu memiliki struktur organisasi sebagai berikut: Catatan: - - - - - - = Penugasan JFA melalui Bidang Pengawasan/Teknis E. Sistematika Penyajian Laporan akuntabilitas kinerja tahun 2012 melaporkan pencapaian kinerja perwakilan selama tahun 2012. Capaian kinerja 2012 diukur dan dinilai berdasarkan Penetapan Kinerja (Tapkin) 2012 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Tapkin sendiri merupakan penjabaran Renstra Tahun 2010-1014. 6

BAB i PENDAHULUAN Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana nikerja tahun 2012 memungkinkan dilakukannya identifikasi atas sejumlah celah kinerja (performance gap) yang dijadikan sebagai masukan bagi perbaikan kinerja di masa datang. Laporan akuntabilitas kinerja tahun 2012 disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Menyajikan data umum mengenai perwakilan yang mencakup tugas pokok dan fungsi, aspek strategis organisasi, kegiatan dan layanan produk organisasi, serta struktur organisasi dan faktor-faktor yang berpengaruh Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Menyajikan beberapa hal dalam perencanaan dan perjanjian kinerja (dokumen penetapan kinerja) Bab III Akuntabilitas Kinerja Menyajikan capaian kinerja dalam tahun yang bersangkutan, memuat hasil pengukuran kinerja yang menguraikan keberhasilan dan kegagalan capaian kinerja ʅ Bab IV Pentutup Menyajikan simpulan atas capaian kinerja dalam tahun yang bersangkutan 7

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis 2010-2014 Penyusunan Rencana Strategis merupakan amanat yang harus dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Renstra merupakan bagian dari Renstra BPKP yang telah mengacu kepada perencanaan nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan mendukung pencapaian program-program prioritas Pemerintah. Renstra merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan dari dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra periode 2010-2014 mengalami perubahan yang signifikan diselaraskan dengan retrukturisasi program yang dilakukan oleh Bappenas melalui Renstra yang telah disusun oleh BPKP. Seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada tanggal 28 Agustus 2008, BPKP memperoleh mandat baru sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan sebagai pembina SPIP untuk seluruh instansi pemerintah. Peran pembina SPIP terkait erat dengan peran pengawasan intern, karena dengan penguatan SPIP maka pengendalian pelaksanaan kegiatan pemerintahan menjadi semakin terjaga dari penyimpangan dan penyalahgunaan. 1. Pernyataan Visi Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP, termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Presiden. Konsekuensinya, 8

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dari hasil pengawasan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintahan. Kontribusi tersebut dimaksudkan untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai yang merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan kepada shareholder/stakeholdernya. Komitmen tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi sebagai berikut: VISI Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas 2. Pernyataan Misi Misi merupakan menjabarkan lebih lanjut visi dan berisi pernyataan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai visi. Perumusan misi mengacu kepada tugas dan kewenangan yang telah diberikan kepada BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu. Tugas dan kewenangan BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu semula diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, kemudian diperbarui dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Selanjutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, maka BPKP termasuk berperan penting dalam mendukung akuntabilitas Presiden terutama dalam lingkup penyelenggaraan keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Empat misi BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN. 9

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA b. Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah. c. Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. d. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah Penjelasan masing-masing misi adalah sebagai berikut: Misi 1: Menyelenggarakan Pengawasan Intern Terhadap Akuntabilitas Keuangan Negara yang Mendukung Tata Kepemerintahan yang Baik dan Bebas KKN Misi ini berkaitan dengan aktualisasi peran BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu sebagai Auditor Presiden dalam melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara, sekaligus menegaskan bahwa misi ini dilakukan untuk membantu Presiden selaku shareholder BPKP termasuk dalam mendorong terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan upaya pencegahan KKN. Inti misi ini terkait dengan kegiatan pengawasan intern pemerintah yang pada hakekatnya bertujuan memberikan nilai tambah (value added) melalui dua peran utama yaitu aktivitas assurance dan consulting. Dengan peran tersebut, fungsi utama BPKP termasuk adalah memberikan umpan balik (feedback) sebagai bahan masukan bagi Presiden/Pemerintah untuk memastikan tercapainya efektivitas kinerja pemerintah dan pengelolaan keuangan negara, memberikan rekomendasi perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), serta membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya. Dalam misi ini, tercakup seluruh kegiatan utama (core business), baik dalam aktivitas assurance yang dilakukan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, maupun aktivitas consulting yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis/asistensi, konsultansi, pengembangan sistem. Mandat BPKP termasuk sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara semakin jelas dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Dalam Pasal 49 Ayat (2) dinyatakan bahwa BPKP melakukan 10

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: a. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral; b. Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN); dan c. Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral pada dasarnya merupakan kegiatan yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian negara/lembaga atau pemerintah daerah yang tidak dapat dilakukan pengawasannya oleh APIP lain. Pengawasan kegiatan lintas sektoral diharapkan dapat memberikan informasi yang bersifat makro dan komprehensif atas pelaksanaan program/kegiatan pemerintah pusat maupun daerah, sehinga bermanfaat bagi pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan. Dengan mengacu kepada UU Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 2, kegiatan BUN terdiri atas delapan bidang yaitu pelaksanaan pendapatan dan belanja negara, pengelolaan uang negara, pengelolaan piutang, pengelolaan utang, pengelolaan investasi, pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN, dan regulator di bidang keuangan negara. Pengawasan intern terhadap kegiatan kebendaharaan umum negara diharapkan dapat memberi masukan dan feed back kepada Menteri Keuangan selaku BUN mengenai pengelolaan BUN yang dilakukan oleh institusi di luar Kementerian Keuangan, yang secara hukum tidak dapat diawasi oleh APIP selain BPKP termasuk. Peran BPKP termasuk dalam mengawasi kegiatan-kegiatan BUN tersebut perlu didukung dengan penetapan Menteri Keuangan selaku BUN, baik mengenai ruang lingkup maupun sasaran pengawasannya. Pengawasan atas kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden merupakan kegiatan BPKP termasuk dalam rangka merespon permasalahan-permasalahan strategis yang mendesak untuk ditangani (current issues) sesuai perintah Presiden dan kabinetnya. Pelaksanaan penugasan-penugasan tersebut merupakan implementasi yang nyata dari peran BPKP termasuk sebagai Auditor Presiden/pemerintah. Selain itu, berdasarkan Pasal 57 ayat (4) PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP juga dimandatkan untuk melakukan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 11

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA (LKPP) sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden. Reviu tersebut terkait atas reviu atas laporan keuangan Kementrian/ Lembaga oleh APIP, terkadang dilakukan pendampingan reviu maupun penyusunan laporan keuangan oleh BPKP termasuk. Misi 2: Membina Secara Efektif Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Dalam misi 1 termasuk juga kegiatan dalam rangka membantu aparat penegak hukum dan pemerintah untuk mencegah dan mengurangi KKN, yang dilakukan dalam bentuk pengawasan investigatif, pemberian keterangan ahli, dan perhitungan kerugian negara. Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 dinyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP seperti diatur dalam PP tersebut. Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPI di lingkungan masing-masing. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari BPKP termasuk, Itjen Kementerian, Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten/Kota. Selain itu, untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI juga dilakukan pembinaan penyelenggaraan SPI. Tugas pembinaan penyelenggaraan SPI terhadap seluruh instansi pemerintah ini diamanatkan kepada BPKP termasuk sesuai dengan pasal 59 PP Nomor 60 Tahun 2008. Peran BPKP termasuk dalam pembinaan SPIP tidak terlepas dari posisi strategis Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu yang langsung berada di bawah Presiden dan membantu Presiden 12

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja Presiden. Akuntabilitas kinerja Presiden merupakan suatu kesatuan akumulatif-integratif dari kinerja berbagai Kementerian/Lembaga dan juga Pemerintah Daerah, sehingga perlu juga dipastikan efektivitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah. Kegiatan pembinaan SPIP tersebut mencakup: a. Penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP b. Sosialisasi SPIP c. Pendidikan dan pelatihan SPIP d. Pembimbingan dan konsultansi SPIP e. Peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah Kegiatan pembinaan butir a sampai dengan butir d merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka membina seluruh instansi pemerintah agar dapat menerapkan SPIP. Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk dalam lingkup misi kedua ini. Sedangkan butir e lebih spesifik terkait peningkatan kemampuan/ kompetensi auditor APIP yang menjadi bagian dari misi ketiga yaitu mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. Pada prinsipnya misi kedua lebih menekankan kepada pembinaan SPIP kepada instansi pemerintah, sedangkan misi ketiga terkait dengan pembinaan terhadap auditor (APIP). Kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP diawali dengan penyusunan pedoman-pedoman terkait SPIP (pedoman umum dan pedoman teknis) yang merupakan panduan untuk membangun SPIP di seluruh instansi pemerintah. Pedoman tersebut selanjutnya disosialisasikan agar diperoleh kesamaan persepsi dan pemahaman tentang SPIP. Selain itu, kegiatan penyusunan modul dan penyelenggaraan diklat SPIP menjadi kegiatan penting untuk membentuk personil yang memahami seluk beluk SPIP dan kompeten untuk menerapkan SPIP di instansi masing-masing. Pada tahap penerapan SPIP, Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu siap untuk membimbing dan memberikan konsultansi kepada seluruh instansi pemerintah dilingkungan Provinsi Bengkulu. Misi 3: Mengembangkan Kapasitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten Misi ketiga adalah misi pengimbang yang disusun dalam kesadaran bahwa kinerja yang berorientasi ke luar tak mungkin terwujud tanpa adanya proses kerja 13

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA internal yang baik maupun proses kerja sesama APIP yang sinergis. Dengan adanya proses kerja sesama APIP yang sinergis diharapkan akan menghasilkan kinerja APIP yang maksimal. Hal ini merupakan jawaban atas arahan Presiden akan perwujudan pengawasan yang terpadu, terarah, dan memberi nilai tambah yang dapat mendukung perwujudan kepemerintahan yang baik, bersih dan kredibel, dan berorientasikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kinerja APIP yang maksimal dapat diperoleh jika pemberdayaan APIP dijalankan dalam semangat profesionalitas dan kesetaraan antar APIP. Namun, efektivitas sinergi akan menjadi lebih besar jika pihak-pihak yang bersinergi memiliki kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masingmasing. Oleh karena itu, misi ketiga diperlukan sebagai pembimbing berbagai strategi pemberdayaan, pembelajaran, dan pertumbuhan kapasitas Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu sendiri maupun kapasitas APIP secara umum. Penjabaran misi ini merupakan bentuk tanggung jawab sebagai anggota komunitas pengawasan untuk turut serta dalam mengembangkan sistem pengawasan nasional yang terpadu. Pengembangan sistem pengawasan nasional tentunya dilakukan bersama-sama, baik dengan BPK, Inspektorat Jenderal Kementerian, Unit Pengawasan LPND, Badan Pengawasan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN/BUMD/BUL, maupun dengan Instansi Pemerintah lainnya yang mengkoordinasikan kegiatan pengawasan seperti Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Kementerian Dalam Negeri pada saat ini, serta pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Lebih luas lagi, dilakukannya pengawasan secara bersinergi akan menjadi agenda yang penting Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu bersama-sama dengan DPRD, Kejaksaan, Kepolisian, maupun masyarakat. Arti penting dari ditetapkannya misi ini terletak pada adanya kesadaran untuk turut serta membenahi hal-hal yang kontra produktif dalam kegiatan pengawasan, misalnya bertubi-tubinya dan tumpang tindihnya pelaksanaan kegiatan pengawasan di lapangan. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian masukan mengenai arah dan kebijakan pengawasan nasional/makro kepada Pemerintah. Substansi arah dan kebijakan yang dimaksud tentunya sejalan dengan program-program Pemerintah yang menjadi prioritas, berskala nasional, memperhatikan analisis risiko per masing- 14

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA masing sektor dan bidang kegiatan pemerintahan, mencerminkan sinergi APIP, dan menunjukkan dukungan bagi pelaksanaan pengawasan oleh auditor eksternal. Penjabaran misi ini terus dioptimalkan oleh agar hasil pengawasannya mempunyai manfaat dan memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama stakeholders utama, yang tercermin dari tanggapan positif ataupun apresiasi para pengguna atas produkproduk. Untuk itu perlu terus diagendakan dan diberikan perhatian yang memadai terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya, kepatuhan pada standar profesi, penataan proses kerja internal, dan sistem kendali mutu yang dapat menunjang peningkatan kualitas hasil pengawasan. Dengan demikian, produk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu diharapkan akan bermanfaat sebagai umpan balik (feed back) bagi penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan kinerja Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan BUMN/BUMD/BUL. Peran BPKP termasuk mengembangkan kapasitas APIP (termasuk ) baik dari sisi SDM, organisasi maupun sistem dan prosedur mencakup: Pembinaan kompetensi APIP dengan pendidikan dan pelatihan auditor (pasal 59 ayat 1 e PP Nomor 60 Tahun 2008) Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dan sertifikasi auditor (pasal 51 ayat 2 dan 3 PP Nomor 60 Tahun 2008) Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Prosedur Pengawasan Pengembangan Kapasitas Internal Pemeriksaan/pengawasan internal Pendukung/fasilitasi pengawasan Sinergi dengan APIP lain. Misi 4: Menyelenggarakan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan yang Andal bagi Presiden/Pemerintah Misi ini merupakan aktualisasi peran BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu sebagai Auditor Presiden dalam rangka membangun sistem dukungan pengambilan keputusan Presiden/Pemerintah yang efektif melalui suatu Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems) atau yang dikenal 15

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA sebagai PASs. PASs adalah alat kendali (control) bagi Presiden terhadap implementasi akuntabilitas Presiden dalam pengelolaan keuangan negara, yang berbasis web, on-line, dengan data yang sedapat mungkin real-time, yang menampilkan informasi secara utuh (integrated) tentang implementasi akuntabilitas Presiden. Dengan sistem seperti ini Presiden akan memperoleh informasi mengenai capaian kinerjanya yang mendekati real-time sehingga dapat melakukan tindakan korektif yang cepat jika terdapat perbedaan antara realisasi dengan rencana pada saat tertentu. Sistem pelaporan kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara yang ada saat ini belum menjamin bahwa Presiden memperoleh informasi yang utuh/menyeluruh atas implementasi akuntabilitas Presiden. Kondisi tersebut kontradiktif dengan kedudukan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan yang juga memegang kekuasaan tunggal pengelolaan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan (UU Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 6 ayat 1). Meskipun telah secara jelas diatur bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara dikuasakan kepada Menteri Keuangan (selaku BUN) dan menteri/pimpinan lembaga (selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang), serta diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala daerah untuk mengelola keuangan daerah, namun sejatinya bukan berarti bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan negara diserahkan keseluruhan ke menteri, pimpinan lembaga, gubernur, bupati, atau walikota. Akuntabilitas pengelolaan keuangan negara tetap melekat kepada Presiden yang menerima amanah dari rakyat, sehingga Presiden juga harus berakuntabilitas kepada rakyat. Berbagai peraturan yang telah diterbitkan terkait Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (PP Nomor 6 Tahun 2008), Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP Nomor 39 Tahun 2006), dan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Daerah-LPPD (PP Nomor 3 Tahun 2007), belum dapat menjamin bahwa Presiden memperoleh informasi periodik, up to date, dan mendekati real-time tentang akuntabilitas kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara. Kondisi di atas memunculkan fenomena baik di pusat dan daerah, yaitu (i) penyerapan anggaran yang rendah, (ii) kurang sinkronnya rencana pembangunan di pusat dan daerah (karena persepsi yang sempit terhadap perundang-undangan yang ada), dan (iii) tidak adanya informasi capaian kinerja 16

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA kumulatif/aggregasi dari kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang dapat dilaporkan kepada Presiden secara tepat waktu (up to date), yang mendekati real-time. Hal tersebut menyulitkan Presiden untuk dapat menilai apakah agenda-agenda Presiden yang tertuang di RPJMN telah dilaksanakan oleh pimpinan kementerian/lembaga dan kepala daerah sesuai dengan target atau harapan Pemerintah dan rakyat. Dalam rangka mengembangkan pelaporan akuntabilitas di Indonesia, masingmasing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dituntut untuk membuat indikator capaian kinerja yang terukur sehingga dapat membantu Presiden untuk menyampaikan akuntabilitasnya kepada rakyat sesuai dengan amanah UUD. Terkait hal tersebut, BPKP mendorong dibangunnya Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems) atau yang dikenal sebagai PASs. Tujuan dari PASs adalah memberikan solusi terhadap kebuntuan (missing-link) proses pelaporan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, mensinergikan sumber-daya informasi antar kementerian/lembaga (pusat dan daerah) sehingga memungkinkan pertukaran data/informasi, dan memudahkan Presiden untuk memonitor dan mengendalikan kemajuan (progress) masing-masing program/agenda Pemerintah. PASs didukung dengan sistem data warehouse yang mengkolaborasikan berbagai informasi dari seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah terkait dengan implementasi sistem akuntabilitas Presiden. Kebutuhan informasi untuk PASs cukup besar dan kompleks, meliputi Akuntabilitas Sasaran Makro, Akuntabilitas Pelaksanaan Kebijakan/Program, Akuntabilitas Pengawasan, Akuntabilitas Keuangan Negara, Akuntabilitas Keuangan Daerah, Akuntabilitas BUMN/D, Akuntabilitas Instansi Pusat, Akuntabilitas Instansi Daerah, Akuntabilitas Penanganan Korupsi, dan Akuntabilitas Lembaga Negara. Pengembangan PASs sinkron dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 khususnya pasal 54 yang mengamanatkan kepada Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu sebagai penunjang pelaksanaan tugas BPKP Pusat untuk menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. 17

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 3. Tujuan Strategis Tujuan merupakan pengejawantahan visi dan misi yang telah ditetapkan, dan berorientasi pada operasionalisasi visi dan misi. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun. Dalam penetapan tujuan-tujuan strategis, BPKP termasuk mengadopsi konsep Balanced Scorecard (BSC) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan karakteristik organisasi publik. Berbeda dengan konsep BSC di sektor privat/bisnis yang berorientasi profit, BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu memodifikasi Perspektif Keuangan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Stakeholder dan Perspektif Pelanggan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Auditan/Pengguna Jasa. Dengan menggunakan pendekatan strategi berimbang (balanced scorecard) tersebut maka tujuan-tujuan utama dari perspektif manfaat bagi pihak stakeholders utama dan manfaat kepada auditan/pengguna jasa diseimbangkan dengan tujuan-tujuan pendukung yang berada pada perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang berorientasi ke dalam. Tujuan utama BPKP termasuk tercermin dalam tujuan-tujuan strategis sebagai berikut: a. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara b. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik c. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara d. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah e. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten f. Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah 4. Indikator Kinerja Utama Setiap program dan kegiatan dalam Renstra selanjutnya dinyatakan dalam suatu indikator kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Hanya dengan indikator kinerja yang memenuhi kelima karakteristik kualitatif inilah 18

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA keberhasilan pencapaian program dan kegiatan nantinya dapat dilakukan. Keberhasilan program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan keberhasilan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output). Penetapan indikator program dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan program dan kegiatan-kegiatan yang mendukung program tersebut. Indikator kinerja utama BPKP termasuk merupakan indikator kinerja yang berada pada perspektif manfaat bagi stakeholders yang menunjukkan peran utama BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu dalam pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan SPIP. Indikator-indikator kinerja utama BPKP sebagai berikut: TABEL INDIKATOR KINERJA UTAMA BPKP NO TUJUAN URAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara 2. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik 3. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara Persentase hasil pengawasan lintas sektor yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh stakeholders Persentase hasil pengawasan BUN yang dijadikan bahan pengambilan keputusan Menkeu Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden Persentase IPP/IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP Tingkat opini BPK terhadap LKPP Persentase peningkatan penerimaan negara dari hasil pengawasan Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh stakeholders Persentase jumlah laporan audit atas proyek PHLN yang opini auditnya WTP Jumlah IPD yang melaksanakan pelayanan sesuai Standar Pelayanan Minimal/Pelayanan Prima BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang GCG atau KPI mendapat skor baik BUMD yang kinerjanya memperoleh minimal predikat baik BUMD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP BUMN yang kinerja PSO nya baik Persentase penghematan biaya (cost saving) dibandingkan dengan nilai yang diaudit Pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/ mengoreksi kebijakan Persentase terselesaikannya Kasus HKP, klaim dan ekskalasi Persentase penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum Hasil LHAI yang ditindaklanjuti oleh instansi berwenang Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat 19

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA NO TUJUAN URAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 4. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan SPIP 5. Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/ pemerintah 6. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten ditindaklanjuti Persentase K/L dan Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 Terimplementasinya sistem informasi untuk mendukung pengambilan keputusan internal (manajemen Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu) Terimplementasinya Sistem Kendali Akuntabilitas Presiden (PASs) Persentase jumlah pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu yang kompeten dan profesional di setiap bidang kompetensi yang dibutuhkan Rasio SDM terdiklat sesuai kompetensi terhadap total jumlah yang dibutuhkan Tingkat penerapan Jabatan Fungsional Auditor Penetapan indikator-indikator kegiatan utama tersebut menjadi dasar bagi penetapan dan indikator-indikator kegiatan-kegiatan penunjang pada Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu. Logika pengembangan indikator-indikator penunjang ini diletakkan pada suatu peta strategi yang menggambarkan kaitan sebab-akibat yang menyeimbangkan pengembangan aspek manajemen internal seperti kapasitas kelembagaan dan proses internal dengan aspek pemasaran yang akan meningkatkan penerimaan (akseptasi) pihak eksternal atas peran dan fungsi. Seluruh indikator kinerja kegiatan-kegiatan penunjang ini diletakkan pada perspektif pendekatan terhadap pelanggan (pemasaran), peningkatan kualitas proses internal dan peningkatan kapasitas kelembagaan. 5. Program dan Kegiatan Penyusunan program dan kegiatan pada Renstra BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu 2010-2014 mengacu pada kebijakan restrukturisasi program dan kegiatan yang diterapkan dalam penyusunan RPJMN tahun 2010-2014. Program didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu/lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh K/L untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, dan/atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh K/L. Terdapat dua jenis program, yaitu program teknis dan program generik. Program teknis merupakan program-program yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan eksternal), sedangkan program generik merupakan program-program yang digunakan oleh beberapa organisasi eselon I A 20

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA yang bersifat pelayanan internal untuk mendukung pelayanan aparatur dan/atau administrasi pemerintahan (pelayanan internal). Berdasarkan restrukturisasi program, untuk setiap LPND menggunakan satu program teknis yang spesifik untuk LPND tersebut dan satu atau beberapa program generik. Penambahan program teknis dimungkinkan apabila program tersebut menjadi prioritas nasional. Dengan mempertimbangkan restrukturisasi program yang dirancang oleh Bappenas, Renstra BPKP termasuk 2010-2014 berisi 3 program sebagai berikut: Program Teknis Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Program Generik 1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya- BPKP 2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara-BPKP Dari ketiga program tersebut selanjutnya disusun kegiatan-kegiatan. Kegiatan merupakan bagian dari program yang dilaksanakan oleh satuan kerja setingkat eselon 2 yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya berupa personil, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana dan atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. Satu unit organisasi setingkat eselon 2 yang bersifat memberikan pelayanan eksternal menggunakan 1 kegiatan teknis. Sedangkan kegiatan generik dilaksanakan oleh unit organisasi setingkat eselon II yang bersifat memberikan pelayanan internal. Kegiatan-kegiatan Teknis yang merupakan pelaksanaan Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri atas: TABEL KEGIATAN-KEGIATAN TEKNIS BPKP No. URAIAN OUTCOME KEGIATAN TEKNIS 1. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada Kementerian/ Lembaga Bidang Perekonomian Audit Keuangan /Operasional /Kinerja /Tujuan Tertentu di Bidang Perekonomian Evaluasi Kebijakan /Program /Sistem di Bidang Perekonomian Sosialisasi Bidang Perekonomian Pemantauan Bidang Perekonomian Bimbingan teknis /Asistensi /Pendampingan /Konsultasi Bidang Perekonomian 21

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA No. URAIAN OUTCOME KEGIATAN TEKNIS 2. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada Kementerian/ Lembaga Bidang Polsoskam 3. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada Instansi Pemerintah Daerah 4. Meningkatnya kualitas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPI pada badan usaha milik negara/pemerintah daerah 5. Meningkatnya kualitas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan investigasi Audit Keuangan /Operasional /Kinerja /Tujuan Tertentu Bidang Polsoskam Evaluasi Kebijakan / Program /Sistem Bidang Polsoskam Sosialisasi Bidang Polsoskam Pemantauan Bidang Solsoskam Bimbingan teknis /Asistensi /Pendampingan /Konsultasi Bidang Polsoskam Audit Operasional dan Audit Kinerja Evaluasi Kebijakan /LAKIP /LPPD Monitoring DAK dan DPDF PPD Sosialisasi /Bimbingan Teknis /Asistensi PKD Sosialisasi /Bimbingan Teknis /Asistensi SPIP SPIP Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Perhubungan PT. Pelindo I Cabang Bengkulu Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Milik Daerah : a. Perusahaan Daerah Air Minum b. Rumah Sakit Umum Daerah c. Perusahaan Daerah Lainnya d. Bank ց Pembangunan Daerah e. Bank Pembiayaan Rakyat Milik Daerah Sosialisasi FCP Sosialisasi Program Anti Korupsi Sedangkan kegiatan-kegiatan generik adalah sebagai berikut: a. Kegiatan yang berada pada Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-BPKP: 1) Penyusunan dan evaluasi rencana; 2) Pengelolaan kepegawaian dan organisasi; 3) Pengelolaan anggaran dan sistem akuntansi pemerintah; 4) Pembinaan hukum dan pengelolaan kehumasan; 5) Pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan serta pembayaran gaji/tunjangan; 6) Pengawasan internal (inspektorat) BPKP; 7) Pendidikan dan pelatihan pengawasan; 8) Penelitian dan pengembangan pengawasan; 22

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 9) Penyelenggaraan sistem dukungan pengambilan keputusan Pemerintah/ Presiden dan internal BPKP; 10) Pembinaan JFA dan tata kelola APIP; 11) Fasilitasi dukungan manajemen Perwakilan BPKP. b. Kegiatan yang berada pada Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara-BPKP: Pengadaan dan penyaluran sarana dan prasarana-bpkp Pusat; Pengadaan dan penyaluran sarana dan prasarana-perwakilan BPKP. B. Perjanjian Kinerja 2012 Penetapan indikator kinerja pada tingkat program dan kegiatan merupakan prasyarat bagi pengukuran kinerja. kriteria pengukuran yang dipakai adalah target kinerja yang ditetapkan. Target kinerja menunjukkan komitmen dari pimpinan dan seluru anggota organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari setiap program dan kegiatan yang dilakukan. Sesuai dengan Renstra dan Dokumen Penetapan Kinerja, indikator hasil program tahun 2012 terdiri atas: PROGRAM SASARAN INDIKATOR TARGET 1. Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 1. Hasil Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang Perekonomian Laporan hasil pengawasan BUN bidang Perekonomian Laporan hasil bimbingan teknis/ asistensi penyusunan LKKL bidang Perekonomian Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara Bidang Perekonomian Laporan hasil pengawasan atas Proyek PHLN Laporan hasil pengawasan lintas sektor Bidang Polsoskam Laporan hasil pengawasan BUN Bidang Polsoskam Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Polsoskam Laporan hasil bimbingan teknis/ asistensi penyusunan LKKL Bidang Polsoskam 20 Laporan 7 Laporan 4 Laporan 1 Laporan 27 Laporan 32 Laporan 13 Laporan 10 Laporan 11 Laporan 23

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA PROGRAM SASARAN INDIKATOR TARGET Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara Bidang Polsoskam Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder Bidang Polsoskam Laporan hasil pengawasan lintas sektor Bidang Keuangan Daerah Laporan hasil pengawasan BUN Bidang Keuangan Daerah Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Keuangan Daerah Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LKPD Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder Bidang Keuangan Daerah Laporan hasil pengawasan atas kinerja pelayanan publik Bidang Keuangan Daerah Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP Bidang Keuangan Daerah Laporan hasil bimtek/asistensi GCG/KPI sektor korporat Laporan hasil pengawasan atas kinerja BUMD Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LK BUMD Laporan hasil sosialisasi masalah korupsi Laporan hasil bimtek/asistensi implementasi FCP Laporan hasil kajian pengawasan Laporan hasil audit investigasi atas HKP, Eskalasi dan Klaim Laporan hasil audit investigasi, perhitungan kerugian negara, dan pemberian keterangan ahli atas permintaan Instansi Penyidik Jumlah sosialisasi dan bimtek penerapan JFA APIP Daerah 4 Laporan 2 Laporan 2 Laporan 56 Laporan 3 Laporan 31 Laporan 9 Laporan 6 Laporan 15 Laporan 2 Laporan 6 Laporan 5 Laporan 5 Laporan 3 Laporan 1 Laporan 4 Laporan 77 Laporan 4 Kegiatan 24

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA PROGRAM SASARAN INDIKATOR TARGET 2. Hasil Penyelenggaraan Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP 3. Hasil Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana Perwakilan BPKP Jumlah sosialisasi dan bimtek penerapan tatakelola APIP Daerah Laporan evaluasi penerapan tatakelola APIP Daerah Laporan Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP Jumlah Sarana Prasarana Jumlah 7 Kegiatan 2 Laporan 60 Laporan 68 Unit 418 Laporan 11 Kegiatan 68 Unit 25

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA U ntuk dapat melihat sejauh mana hasil yang diharapkan, yang telah dirumuskan dalam Rencana Kinerja Tahunan dapat tercapai, harus dilakukan pengukuran, evaluasi, dan analisis melalui media pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja yang ditetapkan pada Penetapan Kinerja Tahun 2012. A. Tahap pengukuran kinerja merupakan tahapan untuk melihat capaian kinerja dengan cara membandingkan rencana kinerja yang merupakan komitmen dari pimpinan dan seluruh personil, dengan realisasinya pada akhir tahun. Pengukuran kinerja dilakukan utamanya dengan membandingkan realisasi pencapaian output dengan target output yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja. Sesuai dengan Permenpan dan RB nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, capaian kinerja diukur berdasarkan capaian kinerja masing- masing indikator sasaran (output) dan tidak disimpulkan capaian kinerja berdasarkan program (outcome) ataupun indikator secara total (seluruh sasaran pada ). Capaian kinerja secara keseluruhan adalah sebesar 138,79%, atau termasuk dalam kategori memuaskan. Nilai capaian tersebut merupakan rata-rata capaian seluruh indikator output yang ditetapkan, dengan gambaran sebagai berikut: 26

SASARAN STRATEGIS OUTPUT Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga/ BUMN/BUMD Laporan Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana Perwakilan BPKP JUMLAH INDIKATOR KINERJA OUTPUT Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/ Lembaga/BUMN/BUMD Hasil Penyelenggaraan Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP Hasil Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana Perwakilan BPKP Satuan Target Realisasi % Laporan 358 681 190,22 Kegiatan 11 13 118,18 Laporan 60 86 143,33 Unit 68 78 114,71 Laporan 418 767 183,49 Kegiatan 11 13 118,18 Unit 68 78 114,71 B. ANALISIS Rata-rata capaian kinerja tahun 2012 secara keseluruhan adalah 138,79% atau termasuk kategori memuaskan. Capaian tersebut terdiri dari tiga program, yaitu: 1. Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; 2. Dukungan Manajemendan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPKP; 3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara BPKP. Analisis atas capaian kinerja masing-masing program di atas dapat diuraikan sebagai berikut: Program 1 Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Dalam tahun 2012, telah melaksanakan Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) untuk mencapai dua sasaran strategis, yaitu: Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan Negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada kementerian/lembaga/pemda/ BUMN/BUMD; 27