Tantangan Industri Manufaktur

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

BAB II LANDASAN TEORI

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Addr : : Contact No :

PENGELOLAAN BIAYA MANUFAKTUR PADA LINGKUNGAN TEKNOLOGI MANUFAKTUR MAJU. Oleh : Edi Sukarmanto Th. 1 Abstrak

DEVIS ZENDY NPM :

TUGAS AKHIR. ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA CV. X

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56

BAB I PENDAHULUAN. untuk gudang persediaan. Biaya seperti ini biasanya disebut dengan carrying cost.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

ZERO DEFECT & AUTONOMOUS DEFECT CONTROL

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

PERUBAHAN PARADIGMA MANAJEMEN LAMA DAN KOTEMPORER: MEMAHAMI INFORMASI AKUNTANSI BIAYA. Agusman

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK

PERANCANGAN LEAN PRODUCTION SYSTEM DENGAN PENDEKATAN COST INTEGRATED VALUE STREAM MAPPING PADA DIVISI KAPAL NIAGA STUDI KASUS PT PAL INDONESIA

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGANTAR PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE RETAD UNTUK MENGURANGI WAKTU SET UP PADA MESIN MILLING P1 DAN P2 DEPARTEMEN MACHINING PT. KUBOTA INDONESIA

BAB I Pendahuluan. Tabel I. 1 Target dan Realisasi Produksi pada Masing-masing Komponen Pesawat A320 Periode Januari-September 2015

Prepared by Yuli Kurniawati

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

Tujuan Instruksional

Manajemen Persediaan. Material Handling. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

AKUNTANSI MANAJEMEN. OLEH: JULI ANWAR, S.E., M.Ak

DAFTAR PUSTAKA. Alexander, DC., 1986, The Practice and Management of Industrial Ergonomics, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVITY (OEE) PADA CYLINDER HEAD LINE PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA JAKARTA

GROUP TECHNOLOGY(GT)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

BAB V LEAN PRODUCTION & AGILE MANUFACTURING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Introduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DALAM MENGIDENTIFIKASI DAN MEMINIMASI WASTE DI PT. HILON SURABAYA SKRIPSI. Oleh : SABTA ADI KUSUMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

Abstract. ROTASI Volume 3 Nomor 1 Januari Gambar 1.2. Lay-out mesin yang tidak efisien. Gambar 1.1. Penerapan umum yang salah dari konveyor

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

Week 11 SIA SIKLUS PRODUKSI. Awalludiyah Ambarwati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

PERPINDAHAN BAHAN (MATERIAL HANDLING)

Transkripsi:

Tantangan Industri Manufaktur Disampaikan oleh: M. Imron Mustajib, S.T., M.T. Penelitian Operasional II (TKI 226) 152) 1 1

Referensi 1. Askin, R.G., and Standridge, C.R., (1993), Modeling and Analysis of Manufacturing Systems, John Wiley & Sons. 2. Hitomi, K., (1996), Manufacturing System Engineering, Taylor & Francis. 3. Askin, R.G., and Standridge, C.R., (2002), Design and Analysis of Lean Production Systems, John Wiley & Sons. 4. Groover, M.P.,(2001), Otomation, Production System and Computer Integrated Manufacturing, Prentice Hall. 5. Singh, N., (1996), Systems Approach to Computer-Integrated Design and Manufakturing, John Wiley & Sons. 6. Suzaki, K., (1993), Tantangan Industri Manufaktur, Productivity & Quality Management Consultans 2

Tujuan Instruksional 1. Memperkenalkan cara pikir sistemik terintegrasi dan metoda keteknikindustrian dalam memecahkan permasalahan dalam sistem manufaktur 2. Mahasiswa dapat melakukan analisis dan memodelkan sistem manufaktur 3 3

Pembahasan (1) 1. Mengilangkan Pemborosan. 2. Memenuhi Permintaan Beragam melalui Kecepatan Set-up. 3. Peningkatan Kemampuan guna Fleksibilitas. 4. Perbaikan Proses untuk Peningkatan Produktivitas. 5. Penguatan Sistem Produksi. 4

Pembahasan (2) 6. Produksi tanpa Kerusakan Mesin. 7. Penjadwalan Produksi yang Stabil. 8. Perbaikan Melalui Standarisasi. 9. Pemasok sebagai Perluasan Pabrik. 10. Membangun Posisi Bersaing. 5

1. Mengilangkan Pemborosan Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste atau muda): segala sesuatu yang berlebih di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Henry Ford: Jika sesuatu tidak memberi nilai tambah, itulah pemborosan. 6

Pemanfaatan Waktu Tenaga Kerja Waktu Pemborosan: 1. Menunggu material 2. Mengawasi jalannya mesin 3. Menghasilkan cacat produksi 4. Mencari alat kerja. 5. Mengatasi kemacetan mesin 6. Membuat barang yang tidak dibutuhkan. 7. Dll. Waktu yang menghasilkan nilai tambah produk Waste 7

Pemanfaatan Waktu Barang dan Material Waktu Pemborosan: 1. Transportasi 2. Penumpukan 3. Pemeriksaan 4. Pengerjaan ulang Waktu yang menghasilkan nilai tambah produk Waste 8

Pemanfaatan Waktu Mesin dalam Pabrik Waktu Pemborosan: 1. Gerakan mesin yang tak perlu. 2. Waktu set-up. 3. Gangguan mesin. 4. Perawatan yang tak produktif. 5. Menghasilkan barang cacat. 6. Memproduksi barang yang tak dibutuhkan. Waktu yang menghasilkan nilai tambah produk Waste 9

Tujuh Jenis Pemborosan 10

Overproduksi 1. Pemborosan ini disebabkan karena produk yang dibuat melebihi jumlah yang dubutuhkan. 2. Jika terjadi pada saat demand sedang menurun, dampaknya adalah kesulitan menyimpan produk yang tidak terjual sebagai persediaan ekstra. 3. Pemborosan karena overproduksi juga disebabkan oleh produksi yang dikerjakan sebelum waktunya. 11

Dampak Overproduksi 12

Pemborosan karena Waktu Menunggu Sumber: Groover, M.P.,(2001) 13

Pemborosan karena Transportasi Perencanaan yang buruk akan menyebabkan kegiatan transportasi membengkak dan penanganan barang yang berulang ulang. Terlebih jika material produksi ditangani secara salah dan disimpan di tempat penyimpanan sementara yang berpindah pindah. 14

Pemborosan karena Proses Metode proses produksi dapat menjadi sumber pemborosan yang seharusnya tidak perlu ada. Jika peralatan produksi kurang terawat atau tidak siap pakai, maka operator harus mengeluarkan usaha lebih banyak. 15

Pemborosan karena Persediaan Pemborosan karena persediaan merupakan dampak overproduksi. 16

Persediaan Menyembunyikan Berbagai Masalah Lengthy Setups Inefficient Layout Bad Design Machine Breakdown Poor Quality Unreliable Supplier 17

Tingkat Persediaan yang Rendah untuk Mengeksplorasi Masalah Lengthy Setups Inefficient Layout Bad Design Machine Breakdown Poor Quality Unreliable Supplier 18

Teknik Menurunkan Tingkat Persediaan 1. Singkirkan barang-barang perediaan yang tidak diperlukan. 2. Jangan memproduksi barang yang tidak diperlukan untuk proses berikut (prinsip line balancing) 3. Jangan membeli/membawa barang dalam ukuran lot besar (meskipun penghematan dari discount pembelian jumlah besar mungkin lebih besar dari biaya pemborosan karena persediaan) 4. Usahakan untuk memproduksi dalam lot kecil (mengurangi waktu set up) 19

Pemborosan karena Gerakan Gerakan anggota tubuh, tidak berarti memberi nilai tambah untuk pekerjaan. 20

Pemborosan karena Cacat Produksi 1. Jika cacat produksi terjadi pada satu stasiun kerja maka, operator pada stasiun kerja berikutnya harus menunggu. Dengan demikian menambah ongkos produksi dan memperpanjang leadtime. 2. Apabila cacat produksi terjadi, maka perlu kerja tambahan untuk mereparasi produk. Otomatis jadwal produksi juga terganggu. 21

Contoh Prosedur yang Dilakukan Toyota untuk Meminimasi Pemborosan Examples: 1. Just-In-Time Production System ( waste from 1) 2. JIT Reduces Unnecessary Inventories (waste form 5) 3. Perfect First-time Quality (waste form 7) 22

Perfect First-Time Quality 1. In mass production, QC based on acceptable quality level (AQL) 2. JIT necessitates a zero defects level in parts, because if the part delivered to the downstream station is defective, production stops. 3. A single defect draws attention to the problem, forcing corrective action and permanent solution. 4. Workers inspect their own work, minimizing defects to the downstream station. 23

2. Memenuhi Permintaan Beragam melalui Kecepatan Set-up. 1. Siklus hidup produk pendek 2. Tuntutan kualitas tinggi 3. Keragaman produk tinggi 4. Konsumen sophisticated 5. Globalisasi pasar 24

Reaksi (1) Karakteristik yang harus dimiliki oleh sistem manufaktur - responsiveness - fleksibility Performansi suatu sistem manufaktur menjadi: - Quality - Cost - Delivery - Time-Inovatiness Memunculkan istilah yang disebut sebagai TIME BASED COMPETITION atau AGILE MANUFACTURING 25

Contoh Kasus SONY membuat Walkman yang terdiri dari 250 model yang berbeda dari 4 product platforms categories evolve 26

Teknologi mesin jam menjadi platform produk yang tidak terlalu banyak diubah Disain menjadi identitas utama (fashioned product) Umur hidup pendek; kecepatan introduksi produk baru menjadi keunggulan utama Source: Toni Karjalainen 27

Reaksi (2) 1. Mempersingkat leadtime dan mempercepat pemenuhan janji pengiriman barang. 2. Mengurangi waktu set-up. 3. Menurunkan batch (lot) produksi. 4. Menurunkan tingkat persediaan produksi. 5. Merubah sistem material handling untuk mengurangi resiko penyimpanan yang berlebihan. 28

Contoh Reduksi Set-up pada Industri Manufaktur Jepang dan USA (source: Suzaki, K., The New Manufacturing Challenge: Techniques for Continuous Improvement, Free Press, New York, 1987.) Industry Equipment Type Setup Time before Reduction Setup Time after Reduction Percent Reduction Japanese Automotive 1000 Ton Press 4 hours 3 minutes 98.7% Japanese Diesel Transfer Line 9.3 hours 9 minutes 98.4% U.S. Power Tool Punch Press 2 hours 3 minutes 97.5% Japanese Automotive U.S. Electric Appliance Machine Tool 6 hours 10 minutes 97.2% 45 Ton Press 50 minutes 2 minutes 96.0% 29