Digraph eksentris dari turnamen transitif dan regular (Eccentric digraph of transitive and regular tournaments)

dokumen-dokumen yang mirip
Digraf dengan perioda 2

Digraf Eksentris Turnamen Tereduksi

Masalah dan algoritma digraf eksentris dari digraf

PERULANGAN PADA DIGRAF HAMPIR MOORE

Konstruksi Pelabelan- Pada Line Digraph dari Graf Lingkaran Berarah dengan Dua Tali Busur

Penerapan Teori Graf untuk Mencari Eksentrik Digraf dari Graf Star, Graf Double Star dan Graf Komplit Bipartit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sepasang titik. Himpunan titik di G dinotasikan dengan V(G) dan himpunan

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB II LANDASAN TEORI

Eksentrik Digraf dari Graf Star, Graf Double Star, dan Graf Komplit Bipartit

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

DIGRAF EKSENTRIK DARI GRAF STAR DAN GRAF WHEEL

EKSENTRIK DIGRAF DARI GRAF-GRAF KHUSUS

SIFAT SIFAT GRAF YANG MEMUAT SEMUA SIKLUS Nur Rohmah Oktaviani Putri * CHARACTERISTIC OF THE GRAPH THAT CONTAINS ALL CYCLES Nur Rohmah Oktaviani Putri

EKSENTRISITAS DIGRAF PADA GRAF TANGGA Andri Royani, Mariatul Kiftiah, Yudhi

SUPER EDGE-MAGIC LABELING PADA GRAPH ULAT DENGAN HIMPUNAN DERAJAT {1, 4} DAN n TITIK BERDERAJAT 4

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

DIMENSI METRIK PADA BEBERAPA KELAS GRAF

Struktur dan Organisasi Data 2 G R A P H

Pelabelan Product Cordial Graf Gabungan pada Beberapa Graf Sikel dan Shadow Graph Sikel

BAB 2 GRAF PRIMITIF. Gambar 2.1. Contoh Graf

BILANGAN DOMINASI LOKASI METRIK DARI GRAF HASIL OPERASI KORONA. Hazrul Iswadi

EDGE-MAGIC TOTAL LABELING PADA BEBERAPA JENIS GRAPH

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF AMALGAMASI BINTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

BAB II LANDASAN TEORI

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF P m P n, K m P n, DAN K m K n

ALTERNATIF PEMBUKTIAN PENGEMBANGAN TEOREMA DIRAC UNTUK GRAF BERORDE KURANG ATAU SAMA DENGAN SEPULUH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3,.., v n } himpunan

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4

BATAS ATAS BILANGAN DOMINASI LOKASI METRIK DARI GRAF HASIL OPERASI KORONA

PENGERTIAN GRAPH. G 1 adalah graph dengan V(G) = { 1, 2, 3, 4 } E(G) = { (1, 2), (1, 3), (2, 3), (2, 4), (3, 4) } Graph 2

BILANGAN TERHUBUNG TITIK PELANGI UNTUK GRAF THE RAINBOW VERTEX CONNECTION NUMBER OF STAR

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. Bilangan kromatik lokasi graf pertama kali dikaji oleh Chartrand dkk.(2002). = ( ) {1,2,3,, } dengan syarat

Edge-Magic Total Labeling pada Graph mp 2 (m bilangan asli ganjil) Oleh Abdussakir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIMENSI METRIK PADA GRAF LINTASAN, GRAF KOMPLIT, GRAF SIKEL, GRAF BINTANG DAN GRAF BIPARTIT KOMPLIT

VERTEX EXPONENT OF A TWO-COLOURED DIGRAPH WITH 2 LOOPS ABSTRACT

Bilangan Ramsey untuk Graf Bintang Genap Terhadap Roda Genap

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun

MENJAWAB TEKA-TEKI LANGKAH KUDA PADA BEBERAPA UKURAN PAPAN CATUR DENGAN TEORI GRAPH. Oleh Abdussakir

SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik

BAB 2 LANDASAN TEORI

GRAF. V3 e5. V = {v 1, v 2, v 3, v 4 } E = {e 1, e 2, e 3, e 4, e 5 } E = {(v 1,v 2 ), (v 1,v 2 ), (v 1,v 3 ), (v 2,v 3 ), (v 3,v 3 )}

Bagaimana merepresentasikan struktur berikut? A E

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan

BAB II LANDASAN TEORI

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah

PELABELAN E-CORDIAL PADA BEBERAPA GRAF CERMIN

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF DAN GRAF

BAB II LANDASAN TEORI

NILAI MAKSIMUM DAN MINIMUM PELABELAN- γ PADA GRAF LINTANG

PATH KUAT TERKUAT DAN JARAK KUAT TERKUAT DALAM GRAF FUZZY. Lusia Dini Ekawati 1, Lucia Ratnasari 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang

PENENTUAN DIMENSI METRIK GRAF HELM

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Definisi Graf

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DIMENSI METRIK KUAT PADA BEBERAPA KELAS GRAF

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK JOIN DARI DUA GRAF

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP

BAB II LANDASAN TEORI

GRAF PANGKAT PADA SEMIGRUP. Nur Hidayatul Ilmiah. Dr. Agung Lukito, M.S.

DIMENSI METRIK GRAF BLOK BEBAS ANTING

BILANGAN DOMINASI EKSENTRIK TERHUBUNG pada GRAF

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n. Oleh : Yogi Sindy Prakoso ( ) JURUSAN MATEMATIKA. Company

Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos BASIS FOR DETERMINING THE WHEEL GRAPH

Discrete Mathematics & Its Applications Chapter 10 : Graphs. Fahrul Usman Institut Teknologi Bandung Pengajaran Matematika

AUTOMORFISME GRAF BINTANG DAN GRAF LINTASAN

BAB II TEORI GRAF DAN PELABELAN GRAF. Dalam bab ini akan diberikan beberapa definisi dan konsep dasar dari

BAB 2 DIGRAPH. Representasi dari sebuah digraph D dapat dilihat pada contoh berikut. Contoh 2.1. Representasi dari digraph dengan 5 buah verteks.

BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE. Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema

G r a f. Pendahuluan. Oleh: Panca Mudjirahardjo. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut.

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Graf

I. LANDASAN TEORI. Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, teori graf merupakan salah satu ilmu

FAKTORISASI GRAF BARU YANG DIHASILKAN DARI PEMETAAN TITIK GRAF SIKEL PADA BILANGAN BULAT POSITIF

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

II.TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang definisi serta konsep-konsep yang mendukung

Graf dan Operasi graf

Pelabelan Total (a, d)-simpul Antimagic pada Digraf Matahari

PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF

PELABELAN GRACEFUL PADA GRAF HALIN G(2, n), UNTUK n 3

DIMENSI METRIK DAN DIAMETER DARI GRAF ULAT C m, n

BAB 2 LANDASAN TEORI

Operator 3-Join pada Dua Graf yang Masing-masing adalah 1-edge fault- tolerant Hamiltonian graf

Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, istilah istilah yang berhubungan dengan materi

BILANGAN DOMINASI DAN BILANGAN KEBEBASAN GRAF BIPARTIT KUBIK. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KONSEP DASAR TEORI GRAF. Teori graf adalah salah satu cabang matematika yang terus berkembang

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

Transkripsi:

Digraph eksentris dari turnamen transitif dan regular (Eccentric digraph of transitive and regular tournaments) Oleh : Hazrul Iswadi Departemen Matematika dan IPA (MIPA) Universitas Surabaya (UBAYA), Jalan Raya Kalirungkut, Kampus Tenggilis, Gedung TG lantai 6, Surabaya, e-mail : us6179@ubaya.ac.id Abstract Eccentricity e(u) of vertex u is the maximum distance from u to any other vertices in digraph G. A vertex v is an eccentric vertex of u if the distance from u is equal to e(u). Eccentric digraph ED(G) of digraph G is the digraph that have the same vertices with G and there is an arc from u to v if and only if v is an eccentric vertex of u. Tournament T = (V,E) with order n is a digraph without loop such that every pair vertices i and j joined with one and only one an arc (i,j) or (j,i). Tournament T is called transitive if there are arc (u,v) and (v,w) in T then (u,w) also and arc in T and is called regular if it have n odd n 1 order with each vertex joined to and from another vertices in T. In this 2 paper, we consider the iteration properties of eccentric digraph of transitive and regular tournament Keywords: eccentricity, eccentric digraph, transitive tournament, regular tournament, periodic. 1. Pendahuluan Definisi-definisi berikut yang berkaitan dengan digraph di ambilkan dari Chartrand dan Lesniak (Chartrand dan Lesniak, 1996). Suatu digraph (directed graph) G = G(V,E) adalah sebuah himpunan tak kosong berhingga V = V(G) yang disebut dengan titik-titik dan himpunan pasangan terurut E = E(G) dari titik-titik berbeda di V yang disebut dengan busur-busur. Kardinalitas himpunan titik V(G) digraph G disebut dengan orde (order) G dan kardinalitas himpunan busur E(G) digraph G disebut dengan ukuran (size) G. Digraph G dengan satu titik disebut dengan digraph trivial. Jalan berarah W (directed walk) dengan panjang k di digraph G adalah barisan berhingga W = v 0 a 1 v 1 a k v k yang memiliki bentuk selang-seling titik dengan busur 1

sehingga untuk i = 1, 2,, k busur a i mempunyai pangkal v i-1 dan akhir v i. Lintasan berarah P (directed path) dengan panjang k di digraph G adalah jalan berarah dengan titik-titik v 0, v 1,, v k semuanya berbeda. Jika lintasan berarah P = v 0 a 1 v 1 a k v k diketahui dengan jelas seringkali ditulis dengan singkat sebagai lintasan berarah v 0 -v k. Lingkaran berarah (directed cycle) C k dengan panjang k adalah sebuah lintasan berarah dengan titik awal v 0 sama dengan titik ujung v k. Untuk selanjutnya jalan berarah, lintasan berarah, dan lingkaran berarah disingkat dengan menyebut sebagai jalan, lintasan, dan lingkaran. Jarak (distance) d(u,v) antara titik u dan v adalah panjang lintasan terpendek yang menghubungkan u ke v. Didefinisikan d(u,v) = jika tidak ada lintasan yang menghubungkan u ke v. Eksentrisitas (eccentricity) e(u) dari titik u adalah maksimum jarak dari u ke suatu titik lain di digraph G. Titik v adalah titik eksentris (vertex eccentric) dari u jika d(u,v) = e(u). Buckley (Buckley, 2002) mendefinisikan digraph eksentris (digraph eccentric) ED(G) dari graph G sebagai suatu digraph yang mempunyai titik yang sama dengan G dan terdapat sebuah busur dari u ke v jika v adalah titik eksentris dari u. Buckley sampai pada kesimpulan Untuk hampir semua graf G, digraph eksentrisnya adalah ED(G) = (G ) *, dengan (G ) * menyatakan komplemen G dimana tiap sisi tak berarah diganti dengan dua busur simetri. Boland dan Miller (Boland dan Miller, 2001), terinspisari dengan pekerjaan Buckley, memperkenalkan digraph eksentris dari sebuah digraph. Miller dkk (Miller dkk, 2002), memperkenalkan iterasi dari digraph eksentrisitas G. Diberikan bilangan bulat k k k 2, digraph eksentrisitas iterasi ke-k G ditulis sebagai ED ( G) ED( ED 1 ( G)). Sedangkan ED 1 (G) = ED(G) dan ED 0 (G) = G. Untuk setiap digraph G terdapat t t p bilangan bulat terkecil p > 0 dan t 0 sehingga ED ( G) ED ( G)). Bilangan p disebut periode (period) G, dinotasikan dengan p(g), dan bilangan t disebut dengan 2

ekor (tail) G, dinotasikan dengan t(g). Digraph G disebut periodic jika t(g) = 0. Karena persoalan digraph eksentris dari digraph sangat baru maka banyak masalah terbuka yang bisa dijawab. Beberapa masalah terbuka (Miller dan Boland, 2001) dikemukan antara lain: 1. Temukan digraph eksentris dari bermacam-macam kelas graph dan digraph. 2. Diberikan suatu digraph G, adakah digraph H sehingga ED(H) = G?. Terpicu untuk menjawab masalah terbuka di atas, pada tulisan ini akan dikaji digraph eksentris dari suatu kelas digraph yang dikenal dengan turnamen. Dalam tulisan ini hanya dibahas digraph eksentris turnamen transitif dan regular beserta dengan sifat iterasinya. Definisi dan istilah yang berkaitan dengan turnamen berikut ini diambilkan dari Chartrand dan Lesniak (Chartrand dan Lesniak, 2001). Sebuah turnamen T = (V,E) berorde n adalah sebuah digraph tanpa loop sedemikian sehingga tiap pasang titik-titik i dan j dihubungkan dengan tepat satu busur (i,j) atau (j,i). Jika (i,j) E maka disebut i mendominasi j dan j didominasi oleh i. Derajat keluar (out-degree) deg ( i) dari suatu titik i pada turnamen T adalah jumlah titik-titik yang didominasi oleh i. Derajat masuk (in-degree) deg ( i) dari suatu titik i pada turnamen T adalah jumlah titik-titik yang mendominasi i. Dalam turnamen setengah kompetisi (round-robin tournament), derajat keluar deg ( i) dari suatu titik i adalah jumlah kemenangan yang dicapai pemain i, dengan alasan kedekatan istilah, maka derajat keluar deg ( i) suatu titik i sering disebut dengan skor s i. Berikut ini beberapa definisi yang berkaitan dengan skor turnamen (Jimenez, 1998). Sebuah titik i di turnamen T yang berorde n disebut pemancar 3

(transmitter) i jika mempunyai skor s i = n-1 dan disebut penerima (receiver) jika mempunyai skor s i = 0. Kekalahan (reversal) T ~ dari suatu turnamen T adalah turnamen yang diperoleh dari T dengan membalik semua arah busurnya. Sehingga kekalahan dari kekalahan T ~ adalah T sendiri. Sebuah turnamen tak trivial dengan n 1 orde n disebut regular jika n ganjil dan setiap titik mempunyai skor s i =. Barisan 2 skor turnamen adalah barisan skor s 1 s 2 s n dari titik-titiknya. Salah satu sifat skor dari turnamen (Chartrand dan Lesniak, 1996) adalah Teorema 1 Misalkan v sebuah titik pada turnamen T dengan skor maksimum. Jika u titik lain di T maka d(v,u) 2 Turnamen T disebut transitif (transitive) jika (u,v) dan (v,w) busur-busur di T maka (u,w) juga busur di T. Salah satu sifat dasar turnamen transitif (Cartrand dan Lesniak, 1996) disebutkan Teorema 2 Sebuah turnamen transitif jika dan hanya jika turnamen tersebut asiklik (acyclic) Kemudian dengan menggunakan teorema 3 dan akibat 4 (Chartrand dan Lesniak, 1996) dapat disimpulkan bahwa turnamen transitif orde n hanya ada tepat satu dengan barisan skor 0, 1, 2,, n-1. Teorema 3 Barisan tak turun S dari n (n 1) bilangan tak negatif adalah barisan skor turnamen transitif orde n jika dan hanya jika S adalah barisan 0, 1, 2,, n-1 4

Akibat 4 Untuk setiap bilangan bulat positif n, terdapat tepat satu turnamen transitif orde n 2. Hasil-hasil Lema 5 berikut ini akan membantu untuk menentukan digraph eksentris dari turnamen transitif. Lema 5 Jika v suatu titik pemancar di digraph G maka v selalu menjadi titik pemancar pada ED k (G), untuk setiap k 0 Bukti Misalkan v titik pemancar di digraph G berorde n. Akan dibuktikan dengan induksi matematika bahwa v titik pemancar pada ED k (G), untuk setiap k 0. Jelas bahwa v i titik pemancar pada ED 0 (G) = G. Asumsikan bahwa v titik pemancar pada ED k (G), akan ditunjukkan bahwa v titik pemancar pada ED k+1 (G). Karena v titik pemancar pada ED k (G) maka skor s v = n-1 pada ED k (G). Berarti d ( v, u) 1 untuk setiap titik u di ED k (G) dan e(v) = 1. Jadi v memiliki titik eksentris semua titik lain di ED k (G). Sehingga v terhubung dengan semua titik lain pada ED k+1 (G) = ED(ED k (G)). Teorema 6 Misalkan v suatu titik penerima di turnamen T orde n maka v selalu menjadi titik pemancar di ED k (T), untuk setiap k 1 Misalkan v titik penerima di turnamen T orde n. Berarti v didominasi oleh semua titik lain di T. Karena T turnamen maka d ( v, u), untuk semua titik lain u di T. Jadi e(v) = dan titik eksentris dari v adalah semua titik lain di T. Jadi v titik pemancar di 5

ED(T). Kemudian dengan mengunakan lema 5 diperoleh bahwa v selalu menjadi titik pemancar di ED k (T), untuk setiap k 1. Berdasarkan lema 5 dan teorema 6 berarti titik pemancar dan penerima di turnamen transitif T akan selalu menjadi titik pemancar di ED k (T), untuk setiap k 1. Teorema 7 Misalkan v titik bukan pemancar di turnamen transitif T orde n. Jika (u,v) di T maka (v,u) berada di ED(T) atau sebaliknya Misalkan v titik bukan pemancar di turnamen transitif T berorde n. Akan dibuktikan terlebih dahulu jika (u,v) di T maka (v,u) berada di ED(T). Jika v bukan titik pemancar maka skor s v < n-1. Dengan demikian terdapat sejumlah k = (n-1) - s v titiktitik di T yang mendominasi v. Misalkan u merupakan salah satu titik yang mendominasi v. Jelas bahwa u bukan titik penerima di T. Andaikan bahwa v mungkin mencapai u dalam lintasan v-u. Tapi lintasan v-u digabung dengan busur (u,v) membentuk lingkaran. Hal ini bertentangan dengan teorema 2 bahwa turnamen transitif T adalah asiklik. Jadi v tidak terhubung dengan u. Sehingga d ( v, u). Sedangkan untuk setiap titik w yang didominasi oleh v, d ( v, w) 1. Sehingga e(v i ) = dan titik eksentris dari v adalah titik u dengan (u,v) di T. Jadi (v,u) berada di ED(T). Kemudian jika (v,u) di T maka u bukan titik pemancar di T. Dengan mengunakan cara pembuktian yang sama dengan acuan u titik bukan pemancar dan (v,u) di T maka diperoleh (u,v) berada di ED(T). Kemudian dengan mengunakan lema 5, dan teorema 7 bisa ditentukan digraph eksentris dari turnamen transitif T orde n. 6

Teorema 8 Digraph eksentris ED(T) dari turnamen transitif T orde n dengan v titik pemancar adalah kekalahan T ~ dari turnamen transitif T ditambah dengan busur-busur dari v ke titik-titik yang lain Misalkan v titik di turnamen transitif T berorde n. Dengan lema 5, jika v titik pemancar di T maka v juga titik pemancar di ED(T). Berarti v terhubung ke semua titik lain di ED(T). Misalkan u titik lain di T. Jika v titik bukan pemancar di T dan (u,v) berada di T, berdasarkan teorema 7, maka (v i,u) berada di ED(T) atau jika (v,u) berada di T maka (u,v) berada di ED(T). Jadi busur-busur di ED(T) diperoleh dari membalik arah busur-busur di T ditambah dengan busur-busur dari v ke titik-titik yang lain. Dari teorema 8 didapatkan bahwa busur dari titik pemancar ke titik yang lainnya di ED(T) adalah busur dua arah. Dengan mengunakan busur dua arah tersebut diperoleh teorema 9 berikut. Teorema 9 Turnamen transitif T orde n memiliki p ( T ) 2 dan t(t) = 1 Misalkan turnamen transitif T berorde n dengan titik-titiknya {v 1, v 2,, v n } dan v i {v 1, v 2,, v n }. Akan ditunjukkan ED(T) = ED 3 (T) dengan cara setiap titik di T mempertahankan titik-titik yang didominasinya dan mendominasinya di ED(T) dan ED 3 (T). Tanpa mengurangi keumuman, misalkan skor titik v i di T adalah s i = i 1, dengan i = 1, 2,, n, berarti v i mendominasi v 1, v 2,, v i-1 dan didominasi oleh v i+1, 7

v i+2,, v n. Khusus v 1 titik penerima mempunyai skor 0, sehingga tidak mendominasi satupun titik yang lain tapi didominasi oleh semua titik yang lain. Sedangkan v n titik pemancar di T dengan skor s n = n 1 sehingga mendominasi semua titik yang lain tapi tidak didominasi oleh titik yang lain. Berdasarkan lema 5 dan teorema 6, v 0 dan v 1 selalu menjadi titik pemancar di ED k (T), untuk setiap k 1. Kemudian dari teorema 8 diperoleh ED(T) adalah kekalahan T ~ dari T ditambah dengan busur-busur dari titik pemancar v n. Misalkan v i bukan titik pemancar dan (v i,v j ) di T dengan v j titik lain di T. Jelas v j bukan titik pemancar di T, dari teorema 8, (v i,v n ), (v j,v n ), (v n,v i ), (v n,v j ), dan (v j,v i ) berada di ED(T). Jadi v i tidak dapat mencapai v j dalam satu langkah di ED(T) tapi v i dapat mencapai v j dalam dua langkah yaitu melalui v n. Jadi d(v i,v j ) = 2 di ED(T). Sedangkan jika (v k,v i ) di T dengan v k titik lain di T maka, berdasarkan teorema 8, (v i,v k ) di ED(T). Sehingga titik eksentris dari v i di ED(T) adalah titik v j sehingga (v i,v j ) di T. Jadi ED 2 (T) hampir sama dengan T, kecuali bahwa titik penerima v 1 di ED 2 (T) menjadi titik pemancar. Jadi busur dari titik penerima v 1 ke titik yang lainnya di ED 2 (T) adalah busur dua arah. Dengan menggunakan bantuan busur dua arah di ED 2 (T) akan ditentukan ED 2 (T). Jika (v i,v k ) di T dengan v k titik lain di T maka (v i,v k ) di ED 2 (T). Sedangkan jika (v j,v i ) di T maka (v j,v i ) di ED 2 (T). Jadi v i tidak dapat mencapai v j dalam satu langkah di ED 2 (T) tapi dapat dalam dua langkah melalui v 1. Jadi d(v i,v j ) = 2 di ED 2 (T). Sehingga titik eksentris v i di ED 2 (T) adalah titik v j dimana (v j,v i ) di T. Jadi ED 3 (T) adalah kekalahan T ~ dari T ditambah dengan busur-busur dari titik pemancar v n dan sama dengan ED(T). Ilustrasi untuk iterasi digraph eksentris turnamen transitif T orde 6 dapat dilihat pada gambar 1 8

T: ED(T): ED 2 (T): ED 3 (T): Gambar 1 Iterasi digraph transitif T orde 6 Berikutnya akan ditentukan digraph eksentris dari turnamen regular T orde n, dengan n ganjil dan n 3. Teorema 10 Digraph eksentris dari turnamen regular T orde n adalah kekalahan T ~ dari T Misalkan T turnamen regular T orde n, dengan n ganjil dan n 3. Akan ditunjukkan jika (v,u) di T maka (u,v) di ED(T) dan sebaliknya. Misalkan u dan v titik-titik di turnamen regular T orde n. Karena setiap titik di turnamen regular orde n mempunyai skor sama yaitu n 1 2 maka setiap titik di turnamen regular T orde n adalah titik dengan skor maksimum. Berdasarkan teorema 2, d(u,v) 2. Misalkan (v,u) di T. Berarti (u,v) tidak berada di T maka d(u,v) = 2. Berarti e(u) = 2 di T dan titik eksentris dari u adalah titik yang tidak didominasinya di T. Sehingga (u,v) di ED(T). Misalkan (u,v) di T. Karena e(u) = 2 maka (u,v) tidak berada di ED(T). Kemudian 9

karena (v,u) tidak berada di T dan berdasarkan pembuktian sebelumnya maka (v,u) di ED(T). Setiap kekalahan T ~ dari T juga berbentuk turnamen dengan skor titik-titiknya n 1. Jadi digraph eksentris dari turnamen regular T orde n, dengan n ganjil dan n 2 3 berbentuk turnamen regular orde n. Akibat 11 Turnamen regular T orde n periodic dengan p ( T ) 2 Misalkan T turnamen regular T orde n, dengan n ganjil dan n 3. Akan ditunjukkan ED 2 (T) = T. Dari teorema 11, ED(T) = T ~. Kemudian karena ED(T) juga turnamen regular orde n maka digunakan teorema 11 sekali lagi diperoleh ED 2 (T) = ED(T ~ ) yaitu kekalahan dari kekalahan T ~. Berarti ED 2 (T) adalah T. pada gambar 2 Ilustrasi untuk iterasi digraph eksentris turnamen regular orde 7 dapat dilihat T: ED(T): 10

ED 2 (T): Gambar 2 Iterasi digraph eksentris turnamen regular T orde 7 3. Daftar pustaka Boland, J., and Miller, M., 2001, The eccentric digraph of a digraph, Proceeding of AWOCA 01, 66-70. Bollobas, B., 1998, Modern graph theory, Springer-Verlag, Berlin. Buckley, F., 2002, The eccentric digraph of a graph, Congressus Numerantium, akan terbit. Chartrand, G. and Lesniak, L., 1996, Graphs and Digraphs, 3 rd edition, Chapman & Hill, London Jimenez, G., 1998, Domination graphs of near-regular tournaments and the domination-compliance graph, Dissertation, University of Colorado at Denver, Denver Miller, M., Gimbert, J., Ruskey, F., and Ryan, J., 2002, Iterations of eccentric digraphs, preprint. 11