KETERKAITAN SEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN DENGAN SEKTOR PEREKONOMIAN LAINNYA DI PROPINSI SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik

ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pusat Statistik dan dari berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan

DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

TINGKAT KETERKAITAN ANTAR SEKTOR EKONOMI DI PROVINSI ACEH (PENDEKATAN MODEL INPUT-OUTPUT)

PERANAN SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : PENDEKATAN MODEL INPUT OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERIKANAN DENGAN SEKTOR LAIN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

Kinerja Sektor Industri Kota Bandung Berdasarkan Analisis Shift Share pada Model Input Output

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yang menggunakan Tabel

Formula Multiplier Output

III. METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu ekonomi regional atau ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang dari ilmu

Oleh/ by : Indartik dan Elvida Yosefi Suryandari ABSTRACT. Keywords : Forestry sector, input-output analysis, sawmill industry.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. lain meliputi data kependudukan dan ketenagakerjaan Kota bandung, Produk Domestik

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

POSISI SEKTOR PERIKANAN DAN PARIWISATA BAHARI DALAM PETA KETERKAITAN EKONOMI SULAWESI UTARA: Analisis Pendekatan Input-Output

Inflasi dan Indeks Harga I

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 1998 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN MALUKU: ANALISIS INPUT-OUTPUT

PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA: ANALISIS INPUT-OUTPUT

KONTRIBUSI KOMODITAS KOPI TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER. Novi Haryati *) ABSTRACT

PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA: ANALISIS INPUT-OUTPUT

DAYA PENYEBARAN SEKTOR PERTANIAN DALAM STRUKTUR EKONOMI PROPINSI KALIMANTAN TIMUR: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN INDONESIA: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SEKTOR DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH JAWA BARAT. Benny Rachman*) Abstract

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,

IV. METODE PENELITIAN

REGRESI DAN KORELASI

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

KETERKAITAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI SWASTA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PALEMBANG (INPUT - OUTPUT ANALISIS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PEREKONOMIAN JAWA TIMUR DENGAN MEMAKSIMALKAN EKSPOR BARANG DAGANG (MODEL INPUT-OUTPUT LINEAR PROGRAMMING)

KETERKAITAN USAHA KECIL SEKTOR PARIWISATA DENGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI LAINNYA DI PROVINSI BALI: SUATU PENDEKATAN MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN PROPINSI MALUKU UTARA TAHUN 2010 (MODEL INPUT-OUTPUT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

2.3. PENGEMBANGAN MODEL

Bab III Metoda Taguchi

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara yang sedang melakukan pembangunan.

MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Indonesia Tahun

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI

MATERI 11 ANALISIS INDUSTRI

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGETAHUAN BISNIS KODE : EK11. B112. Sub pokok bahasan TIK Referensi

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat

BAB IV METODE PENELITIAN

PERENCANAAN KARIR DAN KOMPENSASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu menentukan desain

MATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN

REGRESI LINIER SEDERHANA

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

Ratih et al., Analisis Kausalitas Kesenjangan Pendapatan, Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Malang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PROSIDING ISBN:

ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN PROFITABILITAS USAHATANI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG DI SULAWESI SELATAN

4/15/2009. Arti investasi : a. Hasil penjualan. b. Biaya c. Ekspektasi dan kepercayaan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) UNTUK PREDIKSI PERMINTAAN KEBUTUHAN BERAS SECARA MULTIUSER

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi,

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Potensi Ekowisata Hutan Mangrove ini dilakukan di Desa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.8 N0. 2 Juli 2008 ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU (STUDY KASUS PD.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di halaman Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Bandar Lampung pada bulan Agustus 2011.

METODOLOGI PENELITIAN. penggunaan metode penelitian. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

Penentuan Prioritas dan Strategi Penanganan Aksesibilitas Terhadap Prasarana Pendidikan di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya

FORECASTING (Peramalan)

Transkripsi:

KETERKAITAN SEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN DENGAN SEKTOR PEREKONOMIAN LAINNYA DI PROPINSI SUMATERA UTARA Ja Hotma (hotma@mailutacid) Uiversitas Terbuka ABSTRACT This study aimed to kow performace of food crops sector i North Sumatera Provice The sector roles were aalyzed by likages The data was the North Sumatera Provice Iput Output data, year 00 update from year 000 Data was aalyzed by usig Grimp 7 The result show idicate that likages the food crops sector have law with other sectors Keyword: food crops, likage Dalam usaha merecaaka pembagua, para perecaa serig meghadapi masalah adaya ketimpaga Salah satu peyebab ketimpaga tersebut adalah peyebara ivestasi yag tidak merata baik dalam ligkup regioal ataupu sektor-sektor Upaya yag dapat ditempuh utuk meguragi ketimpaga di dalam perecaaa adalah dega megetahui berbagai pera sektoral di dalam pembagua Pera dari berbagai sektor iilah selajutya dibutuhka utuk melihat pertumbuha ekoomi secara keseluruha Perekoomia Sumatera Utara sejak tahu 994 telah bergeser dari domiasi sektor pertaia ke sektor idustri pegolaha Hal ii ditadai dega peraa sektor pertaia terhadap Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku yag cederug megecil, sebalikya peraa sektor idustri semaki besar Walaupu sektor idustri sudah mulai meggeser pera sektor pertaia sebagai peyumbag terbesar pada PDRB Sumatera Utara tetapi sektor pertaia tidak dapat diabaika Besarya kotribusi sektor pertaia tidak lepas dari pergeraka yag ditimbulka oleh sub sektor taama baha makaa da perkebua yag memag cukup domia di Sumatera Utara Pada tahu 003, kotribusi sektor pertaia terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sumatera Utara sebesar 933 perse, lebih redah dari tahu 00 sebesar 303 perse (BPS, 004a) Keuggula komparatif yag dimiliki Sumatera Utara pada sektor pertaia khususya taama baha makaa merupaka alasa kuat utuk tetap mejadika sektor ii sebagai uggula Keuggula komparatif yag dimiliki Sumatera Utara terutama terletak pada aspek teaga kerja Berdasarka Survei Agkata Kerja Nasioal 003 Propisi Sumatera Utara diketahui bahwa pada tahu 003 jumlah teaga teaga kerja yag diserap sektor pertaia cukup besar yaitu lebih dari 5603 perse dari total teaga kerja Sumatera Utara (BPS, 004b) Selai aspek teaga kerja, aspek iklim da taah juga medukug tumbuhya sektor taama baha makaa Kesubura laha yag tiggi serta iklim cocok merupaka alasa utuk mejadika Sumatera Utara sebagai daerah yag tepat utuk dadika daerah pertaia Dega segala keuggula yag dimiliki Sumatera Utara dalam sektor pertaia yag merupaka adala komoditas strategis di Propisi Sumatera Utara khususya taama baha makaa, maka upaya utuk memacu pertumbuha sektor ii sagat petig

Jural Orgaisasi da Maajeme, Volume 3, Nomor, September 007, 3-4 Kebutuha Kosumsi paga yag terus meigkat, peraa sektor taama baha makaa tetap strategis utuk dikembagka Swasembada paga dalam arti luas dimatapka, tidak haya terbatas pada swasembada beras tetapi juga mecakup pemeuha kebutuha rakyat secara total termasuk hasil-hasil holtikultura da baha makaa laiya yag merupaka sumber karbohirat, protei da lemak Dalam ragka peigkata kesejahteraa masyarakat khususya petai, peigkata produksi sektor taama baha makaa harus didorog da diberi perhatia khusus Dalam ragka mejadika sektor taama baha makaa mejadi suatu sektor utama di Sumatera Utara sehigga dapat meujag pembagua daerah, maka timbul pertayaa apakah sektor ii mampu mejadi sektor utama di atara sektor-sektor laiya? Utuk dapat mejawab pertayaa tersebut maka perlu diketahui: Bagaimaa keterkaita sektor taama baha makaa dega sektor-sektor laiya, baik ke depa maupu ke belakag, baik lagsug maupu tidak lagsug? Secara khusus peelitia ii bertujua utuk megaalisis: Tigkat keterkaita sektor taama baha makaa dega sektor-sektor laiya Di kebayaka egara berkembag, pertaia merupaka sektor utama dalam pembagua ekoomi da sektor ekoomi laiya haya memberika sumbaga yag relatif kecil terhadap peigkata produksi, pedapata da kesempata kerja Karea sektor pertaia sagat esesial kotribusiya terhadap sektor lai dalam mempercepat pertumbuha ekoomi Kotribusi yag petig dari sektor pertaia (Jhiga, 988) adalah: () meigkatka ketersediaa paga atau surplus paga bagi kosumsi domestik, () meigkatka permitaa aka produk idustri da medorog diperluasya sektor sekuder da tersier, (3) merupaka pasar bagi produk idustri, (4) meigkatka pedapata desa, (5) meyediaka tambaha peghasila devisa melalui ekspor hasil pertaia, da (6) memperbaiki kesejahteraa rakyat pedesaa Demikia halya Idoesia, orietasi pertumbuha ekoomi pada pembagua lima tahu I higga III dega meitik beratka prioritas pada sektor pertaia, da utuk beberapa daerah yag baru berkembag sektor pertaia masih merupaka sektor yag domia Perubaha orietasi kebaka yag semula berorietasi pertaia beralih ke sektor idustri, memberika kecederuga perubaha yag bersifat asimetrik terhadap pagsa relatif teaga kerja da sumbaga terhadap produk domestik bruto Percepata pertumbuha dalam sektor pertaia juga harus didukug oleh adaya kotribusi sektor laiya (Steves & Jabara, 988), membagiya ke dalam produksi sektor idustri, permitaa yag meigkat, ketersediaa ifrastruktur Disampig itu strategi pembagua yag tidak sesuai atara sektoral da potesi wilayah, aka megakibatka keterkaita atara pedapata da kesempata kerja sagat redah, hal ii erat kaitaya dega peilaia terhadap sektor pertaia yag cederug lebih redah Perecaaa ekoomi sebagaimaa dipahami oleh sebagia besar pakar ekoomi, megadug arti pegedalia da pegatura perekoomia dega segaja oleh suatu peguasa utuk mecapai suatu sasara da tujua tertetu di dalam jagka waktu tertetu pula Meurut Kadariah (98), utuk mejami adaya kositesi perecaaa diperluka suatu pedekata yag secara eksplisit memperhitugka adaya hubuga atara idustri atau atara sektor, yag dapat digambarka dalam suatu Model Iput-Output Model Iput-Output pertama kali diperkealka oleh Wassily Leotief pada akhir tahu 930- a (Miller & Blair, 985) Model Iput-Output Leotief ii didasarka atas model keseimbaga umum (geeral equilibrium) yag memiliki kosep dasar sebagai berikut:

Hotma, Keterkaita Sektor Taama Baha Makaa dega Sektor Perekoomia Laiya Struktur perekoomia tersusu dari beberapa sektor yag salig beriteraksi melalui trasaksi jual beli Output suatu sektor dual kepada sektor laiya da utuk memeuhi permitaa akhir 3 Iput suatu sektor dibeli dari sektor lai yaitu rumah tagga (dalam betuk teaga kerja), pemeritah (pajak), peyusuta, surplus usaha da impor wilayah lai 4 Hubuga atara output da iput bersifat liear da dalam suatu periode aalisis (satu tahu) jumlah total iput sama dega total output 5 Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaa da tiap sektor haya meghasilka satu output dega satu tigkat tekologi Merujuk pada Leotief (996), dipaparka tetag kelebiha Tabel Iput- Output yag merupaka model Geeral Equilibrium dimaa sifat keseimbaga merupaka kelebiha Tabel Iput-Output sebagai alat aalisis ekoomi perecaaa da pembagua karea: Dapat mejelaska dega baik keterkaita atara berbagai macam sektor dalam perekoomia asioal maupu wilayah, serta dapat ditetuka besarya output da kebutuha faktor produksi lai dari satu sektor ke sektor lai pada permitaa akhir Akibat yag ditimbulka oleh perubaha permitaa, baik oleh pemeritah maupu swasta terhadap perekoomia dapat diramalka dega rici da tepat 3 Adaya perubaha tekologi da harga relatif dapat diitegrasika ke dalam model melalui peyesuaia koefisie 4 Meggambarka struktur perekoomia yag tersusu atas sektor-sektor ekoomi yag salig beriteraksi Tabel Simplikasi Tabel Iput Output Sektor Pejual Sektor Pembeli x x x x x x x x x Kosumsi Akhir F F F Total Produksi X X X Nilai Tambah V V V Impor M M M Total Masuka X X X Tabel Iput-Output sederhaa terbagi mejadi empat bagia, yaitu kuadra I, II, III, da IV Meurut Jase da West (986) pembagia ii sagat petig utuk dapat memahami ketergatuga ekoomi da gambara holistik masig-masig sektor Keempat kuadra tersebut adalah sebagai berikut: Kuadra I (Itermediate Quadrat) Merupaka matriks dalam Tabel Iput-Output yag meujukka trasaksi barag da jasa yag diguaka dalam proses produksi Kuadra II (Fial Demad Quadrat) Meujukka pejuala barag da jasa yag diproduksi oleh sektor-sektor perekoomia utuk memeuhi permitaa akhir 3 Kuadra III (Primary Iput Quadrat) Meujukka pembelia iput yag dihasilka diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadra atara 3

Jural Orgaisasi da Maajeme, Volume 3, Nomor, September 007, 3-4 4 Kuadra IV (Primary Iput-Fial Demad Quadrat) Meujukka trasaksi lagsug atara kuadra iput primer dega permitaa akhir tapa melalui sistem produksi atau kuadra atara Dari Tabel dapat dibuat dua persamaa eraca yag berimbag (yaitu jumlah produksi keluara sama dega jumlah masuka): x + Fi = Xi, i =,,, () j= x + Vj + M j = X j, j =,,, () j= dimaa: x = Alira barag atau jasa dari sektor-i ke sektor-j V j = Nilai tambah sektor-j F i = Total kosumsi akhir sektor-i M j = Impor sektor-j X i = Total produksi sektor-i X j = Total masuka sektor-j Koefisie iput atau koefisie tekologi diperoleh dari perbadiga atara output sektor-i yag diguaka dalam sektor-j atau (x ) dega iput total sektor-j atau (X j ) Apabila iput atau koefisie itu a, maka: x X j a = (3) Dega koefisie iput tersebut dapat disusu matriks sebagai berikut: a X + a X + + a X + F = X a X + a X + + a X + F = X (4) : a X + a X + + a X + F = X Atau dalam betuk matriks dapat ditulis sebagai berikut: a a L a X F X a a a X F X L + = M M L M M M M a a L a X F X (5) Atau AX + F = X (6) Atau hubuga dasar dari Tabel Iput-Output: ( I A) F= X (7) (I A) - disebut Matriks Kebalika Leotief Ruag ligkup peelitia ii mecakup perekoomia Propisi Sumatera Utara secara keseluruha dega meekaka dampak sektor taama baha makaa terhadap perekoomia Propisi Sumatera Utara Dega pertimbaga bahwa sektor taama baha makaa tersebut memiliki pera yag cukup strategis dalam pembagua Propisi Sumatera Utara 4

Hotma, Keterkaita Sektor Taama Baha Makaa dega Sektor Perekoomia Laiya Data yag diguaka dalam peelitia ii sebagia besar berasal dari Bada Pusat Statistik (BPS), da beberapa data perekoomia regioal Propisi Sumatera Utara, seperti produksi taama baha makaa Sumatera Utara, PDRB Sumatera Utara Alat aalisis yag diguaka utuk mempelajari peraa sektor taama baha makaa dalam pertumbuha ekoomi dega megguaka Tabel Iput-Output Dari Tabel Iput-Output ii utuk megetahui pera sektor taama baha makaa sebagai sektor peyedia iput maupu sebagai sektor pemakai output dapat dikaji berdasarka aalisis keterkaita Keterkaita ke depa meujukka akibat suatu sektor tertetu terhadap sektor- sektor yag megguaka sebagia output sektor tersebut secara lagsug peruit keaika permitaa total yag dirumuska sebagai berikut: FL i = a (8) j= dimaa: FL i = Keterkaita lagsug ke depa sektor ke-i a = Usur koefisie iput atara Keterkaita lagsug ke belakag meujukka akibat dari suatu sektor tertetu terhadap sektor-sektor yag meyediaka iput atara bagi sektor tersebut secara lagsug per uit keaika permitaa total BLj = a (9) i= dimaa: BL j = Keterkaita lagsug ke belakag sektor ke-j a = Usur koefisie iput atara Keterkaita lagsug da tidak lagsug ke depa merupaka alat utuk megukur akibat dari suatu sektor tertetu terhadap sektor-sektor yag meyediaka output bagi sektor tersebut, baik secara lagsug maupu tidak lagsug per uit keaika permitaa total Utuk megetahui besarya keterkaita lagsug da tidak lagsug ke depa diguaka rumus sebagai berikut: dimaa: FLTL i j= = α (0) FLTL i = Keterkaita lagsug da tidak lagsug ke depa α = Usur matriks kebalika Leotief Keterkaita lagsug da tidak lagsug ke belakag merupaka alat utuk megukur akibat dari suatu sektor yag diteliti terhadap sektor-sektor yag meyediaka iput atara bagi sektor tersebut, baik secara lagsug maupu tidak lagsug peruit keaika permitaa total Utuk megetahui besarya keterkaita lagsug da tidak lagsug ke belakag diguaka rumus sebagai berikut: BLTL j = α i= () 5

Jural Orgaisasi da Maajeme, Volume 3, Nomor, September 007, 3-4 dimaa: BLTL j = Keterkaita lagsug da tidak lagsug ke belakag α = Usur matriks kebalika Leotief Daya peyebara diguaka utuk megetahui mafaat dari pegembaga suatu sektor terhadap perkembaga sektor laiya melalui mekaisme trasaksi pasar iput Kosep ii juga serig diartika sebagai kemampua suatu sektor utuk meigkatka pertumbuha idustri huluya atau kemampua suatu sektor utuk mearik sektor huluya Sektor-j dikataka mempuyai kaita ke belakag yag tiggi apabila PD j mempuyai ilai lebih besar dari satu Rumus yag diguaka = adalah: PD = i j α i= j= i α () dimaa : PD j = Daya peyebara sektor-j α = Usur matriks kebalika Leotief Derajat kepekaa utuk megetahui tigkat kepekaa suatu sektor terhadap sektor-sektor laiya melalui mekaisme pasar output Kosep ii serig juga diartika sebagai kemampua suatu sektor utuk medorog pertumbuha produksi sektor-sektor lai yag memakai iput dari sektor ii atau dega kata lai adalah kemampua suatu sektor utuk medorog sektor hilirya Sektor-i dikataka mempuyai derajat kepekaa yag tiggi apabila ilai SD i lebih besar dari satu da sebalikya jika ilai SD i lebih kecil dari satu Rumus yag diguaka adalah: SD j= i = α i= j= i α dimaa : SD i = Derajat kepekaa sektor-i α = Usur matriks kebalika Leotief HASIL DAN PEMBAHASAN (3) Keterkaita ke Kebelakag Dari hasil aalisis keterkaita ke belakag dega klasifikasi 35 sektor meujukka bahwa sektor taama baha makaa mempuyai keterkaita lagsug sebesar 0535 da keterkaita lagsug da tidak lagsug sebesar 508 Agka ii meujukka bahwa peigkata permitaa akhir sektor taama baha makaa sebesar satu rupiah aka meigkatka permitaa output dari sektor lai utuk diguaka secara lagsug sebagai iput sektor taama baha makaa sebesar 0535 rupiah da sebesar 508 rupiah utuk keterkaita lagsug da tidak lagsug Utuk megetahui keterkaita sub sektor taama baha makaa, dapat diperoleh 6

Hotma, Keterkaita Sektor Taama Baha Makaa dega Sektor Perekoomia Laiya dari hasil aalisis klasifikasi 40 sektor bahwa sektor sayur-sayura merupaka sektor yag mempuyai keterkaita lagsug kebelakag terbesar, yaitu sebesar 03004 da lagsug tidak lagsug sebesar 605 dilihat pada Tabel Tabel Keterkaita atar Sektor Taama Baha Makaa di Propisi Sumatera Utara, Tahu 00 Ke Belakag Sub Sektor Lagsug Lagsug da Tidak Lagsug Padi 0359 504 Jagug 087 4805 Umbi-umbia da Pati 0739 3574 Sayur-sayura 03004 605 Buah-buaha 0696 4679 Taama Baha Makaa Laiya 0084 3606 Sumber: Tabel Iput-Output Hasil Updatig Propisi Sumatera Utara Tahu 00(diolah) Ke Depa Lagsug Lagsug da Tidak Lagsug 0865 358 0045 053 0038 04 00997 8 00845 0988 00964 0 Meskipu koefisie keterkaita lagsug ii sagat sederhaa perhitugaya, tetapi iformasi yag diberika cukup memadai utuk mejelaska perilaku dari suatu sektor produksi dalam sebuah perekoomia Sebagai cotoh jika kita megambil rata-rata BDE (backward direct effect) dari sektor-sektor pertaia yag tergolog dalam skala kecil seperti padi, jagug, umbiumbia da pati, sayur-sayura, buah-buaha da taama baha makaa laiya yaki sebesar 036, kemudia kita badigka dega BDE sektor pertaia laiya seperti perkebua da kehutaa yaitu masig-masig sebesar 083 da 00 maka kelihata jelas bahwa kotribusi dari sektor-sektor taama baha makaa terhadap keaika output dari sektor-sektor produksi lai dalam perekoomia Sumatera Utara lebih tiggi dibadigka perkebua da kehutaa Pada sektor taama baha makaa, utuk meghasilka output sebayak rupiah dibutuhka iput dari output sektor-sektor produksi lai sebayak 036 rupiah Semetara perkebua da kehutaa haya membutuhka iput sebayak masig-masig sebesar 083 da 00 rupiah utuk besara output yag sama Dega demikia kebutuha iput taama baha makaa terhadap sektor-sektor domestik jauh lebih besar bila dibadigka dega perkebua da kehutaa Ii artiya sektor taama baha makaa mempuyai keterkaita yag lebih erat dega sektor-sektor ekoomi domestik di Propisi Sumatera Utara di badigka dega sektor perkebua da kehutaa Apabila ditelaah lebih lajut megeai keterkaita lagsug maupu lagsug da tidak lagsug ke belakag atara taama baha makaa terhadap sektor ekoomi laiya seperti yag ditampilka pada Tabel 3 Nilai pada Tabel 3 diatas meujukka bahwa sektor taama baha makaa mempuyai keterkaita lagsug ke belakag terbesar terhadap sektor idustri karet, plastik, kimia da pupuk yaitu sebesar 049 Artiya, jika terjadi peigkata permitaa akhir sebesar satu rupiah pada sektor taama baha makaa, maka sektor taama baha makaa membutuhka iput tambaha utuk proses produksi dari sektor idustri karet, plastik, kimia da pupuk sebesar 049 rupiah secara lagsug Sedagka ilai keterkaita lagsug da tidak lagsug kebelakag sektor taama baha makaa terbesar juga pada idustri karet, plastik, kimia da pupuk sektor sebesar 095 7

Jural Orgaisasi da Maajeme, Volume 3, Nomor, September 007, 3-4 Tabel 3 Perigkat Sepuluh Besar Keterkaita Output ke Belakag Sektor Taama Baha Makaa terhadap Sektor Laiya di Propisi Sumatera Utara, Tahu 00 Ragkig Sektor Keterkaita Lagsug 3 049 0 00365 3 9 00905 4 6 00065 5 9 00058 6 4 000490 7 0 000450 8 00074 9 30 0009 0 00006 Sektor Sumber: Tabel Iput-Output Hasil Updatig Propisi Sumatera Utara Tahu 00(diolah) Keteraga: * Nama-ama sektor dapat dilihat pada Lampira 3 0 9 6 5 4 9 5 4 Lagsug da Tidak Lagsug 095 006746 004565 0035 00840 00387 0007 000963 008834 000790 Keterkaita ke Depa Hasil aalisis meujukka bahwa keterkaita ke depa utuk sektor taama baha makaa mempuyai keterkaita lagsug sebesar 088 rupiah da lagsug tidak lagsug sebesar 4954 Hal ii meujukka bahwa setiap peigkata akhir sektor taama baha makaa sebesar satu rupiah aka meigkatka output yag dialokasika secara lagsug bagi sektor hilirya da juga sektor taama baha makaa itu sediri sebesar 088 rupiah da secara lagsug da tidak lagsug sebesar 4954 rupiah Utuk megetahui keterkaita sub sektor taama baha makaa, dapat diperoleh dari hasil aalisis klasifikasi 40 sektor, dimaa sektor padi merupaka sektor yag mempuyai keterkaita lagsug kedepa terbesar, yaitu sebesar 0865 Nilai dari masig-masig subsektor taama baha makaa dapat dilihat pada Tabel Tabel 4 Perigkat Sepuluh Besar Keterkaita Output ke Depa Sektor Taama Baha Makaa terhadap Sektor Laiya di Propisi Sumatera Utara, Tahu 00 Ragkig Sektor Keterkaita Lagsug 8 06760 004454 3 3 0097 4 00067 5 33 000664 6 34 00076 7 000093 8 5 000086 9 0 000003 0 3 00000 Sektor Sumber: Tabel Iput-Output Hasil Updatig Propisi Sumatera Utara Tahu 00(diolah) Keteraga: * Nama-ama sektor dapat dilihat pada Lampira 8 3 5 33 5 34 6 Lagsug da Tidak Lagsug 0039 00940 00633 00976 0070 0069 0009 00095 000487 000407 8

Hotma, Keterkaita Sektor Taama Baha Makaa dega Sektor Perekoomia Laiya Selajutya jika ditelaah berdasarka keterkaita output ke depa sektor taama baha makaa terhadap masig-masig sektor maka dapat terlihat pada Tabel 4 Sektor taama baha makaa di Propisi Sumatera Utara mempuyai keterkaita output ke depa secara lagsug yag palig tiggi terhadap idustri makaa, miuma da tembakau sebesar 0676 Nilai ii mempuyai arti bahwa jika terjadi keaika output di sektor taama baha makaa sebesar satu rupiah maka output dari sektor taama baha makaa yag dialokasika ke sektor idustri makaa, miuma da tembakau secara lagsug aka meigkat sebesar 0676 rupiah Pada ilai keterkaita lagsug da tidak lagsug ke depa taama baha makaa terhadap masig-masig sektor perekoomia di Propisi Sumatera Utara dapat diketahui sektor yag mempuyai keterkaita lagsug da tidak lagsug ke depa yag palig tiggi adalah sektor idustri makaa, miuma da tembakau yaitu sebesar 0039 Nilai tersebut megadug arti bahwa setiap terjadi peigkata sektor taama baha maka sebesar satu rupiah maka aka meaikka output dari sektor taamaa baha makaa yag dialokasika secara lagsug da tidak lagsug pada sektor idustri makaa, miuma da tembakau sebesar 0039 rupiah Daya Sebar Ke Belakag Hasil aalisis daya peyebara dega klasifikasi 35 sektor memperlihatka bahwa sektor taama baha makaa meempati uruta ke 5 dega ilai 08576 Agka ii meujukka bahwa setiap keaika satu rupiah output sektor taama baha makaa meyebabka aikya output seluruh sektor (termasuk sektor taama baha makaa) sebesar 08576 rupiah Dega melihat ilaiya yag lebih kecil dari satu yaitu 08576 maka dapat dikataka bahwa sektor taama baha makaa belum dapat mearik pertumbuha produksi sektor lai yag meyediaka iput utuk sektor taama baha makaa atau mearik sektor huluya Utuk megetahui keterkaita sub sektor taama baha makaa, dapat diperoleh dari hasil aalisis klasifikasi 40 sektor bahwa sektor sayur-sayura merupaka sektor yag mempuyai daya peyebara terbesar, yaitu sebesar 0936 da utuk sektor laiya dilihat pada Tabel 5 Tabel 5 Daya Sebar da Derajat Kepekaa Sektor Taama Baha Makaa di Propisi Sumatera Utara, Tahu 00 Sub sektor Daya Peyebara Derajat Kepekaa Padi Jagug Umbi-umbia da Pati Sayur-sayura Buah-buaha Taama Baha Makaa Laiya 0874 08593 07878 0936 0859 07897 07846 060 06044 06490 06377 06443 Sumber: Tabel Iput-Output Hasil Updatig Propisi Sumatera Utara Tahu 00(diolah) Daya Sebar ke Depa Derajat kepekaa sektor-sektor perekoomia di Propisi Sumatera Utara tahu 00 dega klasifikasi 35 sektor meujukka bahwa sektor-sektor yag termasuk dalam kelompok idustri da kelompok jasa medomiasi dalam peraaya medorog pertumbuha sektor-sektor lai di propisi Sumatera Utara, dimaa sektor-sektor tersebut termasuk 0 terbesar dalam ilai derajat kepekaa Sedagka sektor taama baha makaa sediri meempati uruta ke-7 dalam ilai derajat kepekaa yaitu dega ilai 08489 Hal ii berarti dalam setiap keaika sebesar 9

Jural Orgaisasi da Maajeme, Volume 3, Nomor, September 007, 3-4 satu rupiah output seluruh sektor aka megakibatka keaika output sektor taama baha makaa sebesar 08489 rupiah Nilai derajat kepekaa yag kurag dari satu meujukka bahwa sektor taama baha makaa belum dapat medorog pertumbuha produksi sektor lai yag memakai iput dari produk sektor taama baha makaa atau medorog pertumbuha sektor lai Dari hasil aalisis utuk subsektor taama baha makaa terlihat bahwa derajat kepekaa yag terbesar adalah sektor padi yaitu sebesar 07846 Berdasarka ilai derajat kepekaa semuaya mempuyai ilai dibawah, yag berarti bahwa sektor-sektor taama baha makaa kurag memiliki kemampua utuk medorog pertumbuha sektor laiya (Tabel 5) PENUTUP Hasil peelitia meujukka bahwa: Pertama, Nilai keterkaita sektor taama baha makaa kebelakag lebih besar dari pada ilai ke depa Kodisi ii meujukka bahwa sektor taama baha makaa mempuyai kemampua mearik yag lebih besar terhadap pertumbuha output sektor huluya jika dibadigka dega kemampuaya utuk medorog pertumbuha sektor hilir Kedua, Nilai daya peyebara da derajat kepekaa yag kurag dari satu meggambarka kecilya pera sektor taama baha makaa dalam medorog maupu mearik pertumbuha sektor perekoomia di Propisi Sumatera Utara Melihat eratya kaita atara sektor taama baha makaa da sektor idustri pegolaha, maka utuk meigkatka efisiesi pada sektor taama baha makaa dapat dibagu hubuga kemitraa yag salig megutugka atara kelompok tai da kelompok pegolah hasil taama baha makaa Hubuga kemitraa ii aka lebih baik dega keterlibata Pemeritah Hal ii aka mejami ketersediaa baha baku bagi taama baha makaa, seperti pupuk da kelacara pemasara hasil-hasil taama baha makaa Sehigga berdampak pada lacarya kierja sektor taama baha makaa yag berimplikasi pada peigkata kesejahteraa petai sektor taama baha makaa REFERENSI Bada Pusat Statistik (00) Tabel iput-output propisi Sumatera Utara tahu 000 Sumatera Utara, Meda: Bada Pusat Statistik Bada Pusat Statistik (004a) Produk domestik regioal bruto Sumatera Utara tahu 003 Sumatera Utara, Meda: Bada Pusat Statistik Bada Pusat Statistik (004b) Sesus pertaia tahu 003 Sumatera Utara, Meda: Bada Pusat Statistik Kadariah (98) Ekoomi Perecaaa Jakarta: Fakultas Ekoomi, Uiversitas Idoesia Leotif, W (996) Iput-output ecoomics New York: Oxford Uiversity Press Jese, RC & West, GR (986) Iput-output for practitioers: Theory ad applicatio Caberra: Australia Govermet Publishig Service Jhiga, ML (988) Ekoomi pembagua da perecaaa Jakarta: Rajawali Miller, RE & Blair, PD (985) Iput-output aalysis: Foudatio ad extetio Eglewood Cliffs, New Jersey: Pretice Hall Steves, RD & Jabara, CL (988) Agricultural developmet priciples: Ecoomic theory ad empirical evidece Baltimore: Joh Hopkis Uiversity Press 0

Hotma, Keterkaita Sektor Taama Baha Makaa dega Sektor Perekoomia Laiya LAMPIRAN Klasifikasi 35 Sektor Tabel Iput-Output Provisi Sumatera Utara, Tahu 000 Atas Dasar Harga Produse KODE I-O SEKTOR Taama Baha Makaa Perkebua 3 Peteraka 4 Kehutaa 5 Perikaa 6 Peambaga Miyak da Gas Bumi 7 Peggalia da PeambagaLaiya 8 Idustri Makaa, miuma da tembakau 9 Idustri tekstil, pakaia jadi da kulit,pemitala, Peeua da perajuta 0 Idustri Peggergajia Kayu da Baha Bagua dari Kayu Idustri Kertas, Barag Kertas, Percetaka da Peerbita Idustri Pegilaga Miyak 3 Idustri Kimi, karet da plastik Dasar da Pupuk 4 Idustri barag galia buka logam kecuali miyak bumi da batubara 5 Idustri Logam Dasar Besi da Baja 6 Idustri Barag dari Logam, mesi da peralataya 7 Idustri Barag-Barag Laiya 8 Listrik, Gas da Air Mium 9 Bagua 0 Perdagaga Restora Perhotela 3 Agkuta Kereta Api 4 Agkuta Jala Raya 5 Agkuta Laut, daau da Sugai 6 Agkuta Udara 7 Jasa Peujag Agkuta 8 Komuikasi 9 Bak da Lembaga KeuagaLaiya 30 Usaha Pesewaa Bagua dataah 3 Jasa Perusahaa 3 Pemeritah da Pertahaa 33 Jasa Sosial dakemasyarakata 34 Jasa Hibura, Rekreasi dakebudayaa 35 Jasa Perotaga da Rumahtagga Sumber: BPS (00)