BAB III MATCHING. Sebelum membahas lebih jauh mengenai optimal assignment problem dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID DUA. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf.

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. Bilangan kromatik lokasi graf pertama kali dikaji oleh Chartrand dkk.(2002). = ( ) {1,2,3,, } dengan syarat

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

Assignment Problem. kolom. Di dalam matriks A yang berukuran m baris dan n kolom (m x n), adalah elemen matriks pada baris ke- dan kolom ke-.

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

AUTOMORFISME GRAF BINTANG DAN GRAF LINTASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

BAB V PENERAPAN 5.1 PERMASALAHAN PENUGASAN PEGAWAI. Dalam suatu perusahaan, n pekerja-pekerja X 1, X 2,... X 3 tersedia untuk

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik

BAB III PELABELAN KOMBINASI

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Penugasan Sebagai Masalah Matching Bobot Maksimum Dalam Graf Bipartisi Lengkap Berlabel

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi 2.1.1: Graf (C. Vasudev, 2006:1) Sebuah graf G terdiri atas sebuah himpunan tak kosong V(G) = {v1, v2, }

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik

BAB III KONSEP DASAR TEORI GRAF. Teori graf adalah salah satu cabang matematika yang terus berkembang

3.1 Beberapa Nilai Dimensi Partisi pada Suatu Graf. Dalam dimensi partisi suatu graf, terdapat kelas graf yang nilai dimensi partisinya

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

Gambar 6. Graf lengkap K n

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi Global yang kian hari kian meningkat memaksa perusahaan

Misalkan dipunyai graf G, H, dan K berikut.

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah

MENJAWAB TEKA-TEKI LANGKAH KUDA PADA BEBERAPA UKURAN PAPAN CATUR DENGAN TEORI GRAPH. Oleh Abdussakir

ALTERNATIF PEMBUKTIAN PENGEMBANGAN TEOREMA DIRAC UNTUK GRAF BERORDE KURANG ATAU SAMA DENGAN SEPULUH

Matematik tika Di Disk i r t it 2

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu materi dalam graf adalah pohon (tree). Pohon didefinisikan

BAB 2 LANDASAN TEORI

EDGE-MAGIC TOTAL LABELING PADA BEBERAPA JENIS GRAPH

Graph. Rembang. Kudus. Brebes Tegal. Demak Semarang. Pemalang. Kendal. Pekalongan Blora. Slawi. Purwodadi. Temanggung Salatiga Wonosobo Purbalingga

Graf dan Operasi graf

Konsep Dasar dan Tinjauan Pustaka

`BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2. Konsep Dasar. 2.1 Definisi graf

BAB III PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER. 3.1 Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super Pada Graf Lintasan

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

BAB II Graf dan Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super

PELABELAN GRAF SIKLUS SEDERHANA UNTUK MENGKONSTRUKSI VERTEX-MAGIC GRAPH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Definisi Graf

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

REPRESENTASI ALGORITMA KUHN-MUNKRES PADA GRAF BIPARTIT UNTUK MENYELESAIKAN OPTIMAL ASSIGNMENT PROBLEM SKRIPSI DESNI RAHMALINA.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN DASAR TEORI GRAF

KLASIFIKASI GRAF PETERSEN BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT ATAU LIMA

BILANGAN DOMINASI LOKASI PERSEKITARAN TERBUKA PADA GRAF TREE

STUDI BILANGAN PEWARNAAN λ-backbone PADA GRAF SPLIT DENGAN BACKBONE SEGITIGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

Oleh : Rindi Eka Widyasari NRP Dosen pembimbing : Dr. Darmaji, S.Si., M.T.

BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE. Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sepasang titik. Himpunan titik di G dinotasikan dengan V(G) dan himpunan

Edge-Magic Total Labeling pada Graph mp 2 (m bilangan asli ganjil) Oleh Abdussakir

I.1 Latar Belakang Masalah

Pelabelan Product Cordial Graf Gabungan pada Beberapa Graf Sikel dan Shadow Graph Sikel

HUTAN DAN SIKEL PADA GRAF FUZZY

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Bilangan Kromatik Graf Hasil Amalgamasi Dua Buah Graf

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Dasar

Bilangan Ramsey untuk Kombinasi Bintang dan Beberapa Graf Tertentu

Bilangan Ramsey untuk Graf Bintang Genap Terhadap Roda Genap

PENGERTIAN GRAPH. G 1 adalah graph dengan V(G) = { 1, 2, 3, 4 } E(G) = { (1, 2), (1, 3), (2, 3), (2, 4), (3, 4) } Graph 2

DIGRAF EKSENTRIK DARI GRAF STAR DAN GRAF WHEEL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3,.., v n } himpunan

LOGIKA DAN ALGORITMA

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu graf G disebut himpunan titik G, dinotasikan dengan V(G) dan

Discrete Mathematics & Its Applications Chapter 10 : Graphs. Fahrul Usman Institut Teknologi Bandung Pengajaran Matematika

INTRODUCTION TO GRAPH THEORY LECTURE 2

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Graf

KONSTRUKSI PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF ULAT

DIMENSI METRIK PADA GRAF LINTASAN, GRAF KOMPLIT, GRAF SIKEL, GRAF BINTANG DAN GRAF BIPARTIT KOMPLIT

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN

INF-104 Matematika Diskrit

DIMENSI METRIK, MULTIPLISITAS SIKEL, SERTA RADIUS DAN DIAMETER GRAF KOMUTING DAN NONKOMUTING GRUP DIHEDRAL

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

DIMENSI METRIK PADA HASIL OPERASI KORONA DUA BUAH GRAF

Aplikasi Pewarnaan Graf pada Penjadwalan Pertandingan Olahraga Sistem Setengah Kompetisi

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Graf

Graf. Bekerjasama dengan. Rinaldi Munir

Digraph eksentris dari turnamen transitif dan regular (Eccentric digraph of transitive and regular tournaments)

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n. Oleh : Yogi Sindy Prakoso ( ) JURUSAN MATEMATIKA. Company

Pewarnaan Graph. Modul 6 PENDAHULUAN

KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3

Graf Ajaib (Super) dengan Sisi Pendan

Representasi Graph dan Beberapa Graph Khusus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MIDDLE PADA BEBERAPA GRAF KHUSUS

Bilangan Terhubung-Total Pelangi untuk Beberapa Graf Amalgamasi

Transkripsi:

BAB III MATCHING Sebelum membahas lebih jauh mengenai optimal assignment problem dan cara penyelesaiannya, pada bab ini akan dibahas mengenai definisi matching dan matching pada graf bipartit, karena penyelesaian optimal assignment problem akan menggunakan penerapan matching pada graf bipartit. 3.1 Definisi Matching Misalkan G=(V,E) adalah graf sederhana dan bukan graf kosong. Maka, matching M didefinisikan sebagai himpunan bagian yang tidak kosong dari rusuk E(G) sedemikian hingga tidak ada dua rusuk dari M yang saling ajasen di G. Selanjutnya simpul-simpul ujung dari matching M disebut matched di bawah M. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 3.1. M ={e 1,e 6,e 7 } adalah salah satu contoh matching yang dapat dibuat pada graf G. Gambar 3.1 21

22 Jika M adalah suatu matching, maka suatu simpul v i dikatakan saturated oleh matching M atau matching M saturates terhadap simpul v i jika ada sebuah rusuk dari matching M menempel pada simpul v i tersebut. Sebaliknya jika tidak ada maka simpul v i disebut unsatured M. Pehatikan Gambar 3.1, v 1 dan v 2 disebut saturated oleh M, sebaliknya pada Gambar 3.2, v 1 disebut unsaturated karena tidak ada matching M yang menempel pada v 1. Gambar 3.2 Matching M disebut matching sempurna jika setiap simpul pada G saturated oleh matching M. Pada Gambar 3.1 semua simpul saturated oleh matching M, maka graf pada Gambar 3.1 merupakan contoh matching sempurna. Sedangkan pada Gambar 3.2 ada satu simpul yaitu v 1 yang tidak saturated oleh matching M, maka graf pada Gambar 3.2 bukan contoh matching sempurna.

23 Dari sebuah graf G, bisa saja diperoleh lebih dari satu matching M. Suatu matching M disebut matching maksimum jika untuk setiap matching pada graf G tidak terdapat matching M' dengan. Sehingga setiap matching sempurna adalah matching maksimum. Namun sebaliknya, jika M adalah matching maksimum belum tentu M merupakan matching sempurna. Gambar 3.1 merupakan matching sempurna sekaligus matching maksimum dan Gambar 3.2 merupakan contoh matching maksimum tetapi bukan matching sempurna. Misalkan M adalah matching dan P adalah lintasan pada graf G. lintasan P disebut M-alternating jika rusuk-rusuk pada P terbentang dalam M dan berada pada E(G)\M, dengan kata lain rusuknya bergantian antara M dan E(G)\M. Selanjutnya Lintasan P disebut M-augmenting jika lintasan ini M-alternating dan simpul awal serta simpul akhir dari lintasan P merupakan M-unsaturated. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 3.3.

24 Gambar 3.3 Pada Gambar 3.3, yang merupakan contoh lintasan M-alternating yaitu v 1 e 1 v 4 e 2 v 2 e 3 v 6 e 6 v 5 e 7 v 3. Sedangkan v 8 e 9 v 6 e 3 v 2 e 5 v 5 e 7 v 3 e 8 v 7 merupakan contoh lintasan M- augmenting karena simpul awalnya yaitu v 8 dan simpul akhirnya yaitu v 7 merupakan simpul yang berada pada E(G)\M dan unsaturated M. Misalkan M adalah matching pada graf G, dan terdapat matching lain, sebut saja dengan menunjukan perbedaan simetris M dan. Maka dapat diperoleh suatu graf H=G( ) yang merupakan graf yang direntang oleh rusuk dengan menghapus semua rusuk dan rusuk (G\M) (G\ ). Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh 3.1. Contoh 3.1: Diberikan graf G yang memuat matching M dan matching seperti pada Gambar 3.4. Akan dicari H= G( ).

25 Gambar 3.4 Rusuk yang menghubungkan simpul v 5 dan simpul v 8 merupakan anggota anggota matching M sekaligus anggota matching ( ). Maka, rusuk tersebut dihapus. Rusuk yang menghubungkan simpul v 5 dan simpul v 11 serta rusuk yang menghubungkan simpul v 6 dan simpul v 8 bukan anggota matching M sekaligus bukan anggota matching ((G\M) (G\ )), oleh karena itu dihapus. Selanjutnya diperoleh H= G( ) seperti Gambar 3.5.

26 Gambar 3.5 H=G( ) Lemma 3.1: Misalkan M dan adalah dua matching yang berbeda pada G, H = G ( ), dengan menunjukkan beda simetris dari M dan. Setiap komponen dari H pasti berkaitan dengan salah satu dari ketiga bentuk di bawah ini: 1. Simpul terisolasi. 2. Siklus (M, M )-alternating dengan orde genap. 3. Lintasan (M, M )-alternating. (Junming Xu, 2003: 232-233) Bukti:

27 Misalkan V adalah himpunan simpul dan E adalah himpunan rusuk pada graf G dengan M dan adalah dua matching yang berbeda, maka akan terdapat tiga kasus: 1. Simpul yang berinsiden dengan rusuk atau rusuk (G\M) (G\ ) tetapi tidak berinsiden dengan matching M maupun, maka pada graf H simpul tersebut merupakan simpul terisolasi. Gambar 3.6 Graf G dengan dua matching yaitu matching M (ditandai dengan garis tebal) dan matching (ditandai dengan garis putus-putus)

28 Gambar 3.7 H = G ( ) 2. Andaikan P adalah komponen dari H. Dalam hal ini. Jika semua simpul pada P mempunyai derajat dua, maka masing-masing simpulnya berinsiden dengan satu rusuk pada M dan satu rusuk pada. Maka dapat disimpulkan bahwa siklus (M, M )-alternating dengan orde genap. 3. Ada x V(P) sedemikian hingga deg H (x) = 1. Maka terdapat paling sedikit satu simpul misalkan saja simpul y, dengan derajat satu selain simpul x. Ketika (P) 2, P adalah lintasan yang menghubungkan x dan y. Simpulsimpul internalnya (jika ada) merupakan simpul berderajat dua, maka P adalah Lintasan (M, M )-alternating.

29 Contoh 3.2: 1. Perhatikan Gambar 3.6 dan Gambar 3.7. Simpul v 2,v 4,v 9 pada graf G menjadi simpul terisolasi pada graf H. 2. Pada Gambar 3.7, v 1 v 7 v 3 v 10 adalah lintasan (M, M )-alternating. 3. Pada Gambar 3.7, v 5 v 8 v 6 v 11 v 5 adalah siklus (M, M )-alternating dengan orde genap. Teorema 3.1 (Teorema Berge): Matching M pada graf G adalah matching maksimum jika dan hanya jika G tidak mengandung lintasan M-augmenting (Chartrand and Lesniak, 1996: 259). Bukti: ( ) Akan dibuktikan dengan kontradiksi. Misalkan M adalah matching maksimum pada graf G dan terdapat lintasan M-augmenting P. Dalam hal ini, P haruslah memiliki jumlah rusuk yang ganjil, karena agar suatu lintasan P merupakan lintasan M-augmenting, setiap satu rusuk yang merupakan matching M harus berajasen dengan dua rusuk lainnya yang bukan matching (E(G)\M). Untuk lebih jelasnya, misalkan lintasan M-augmenting P=v 0 v 1 v 2 v k- 1v k. Perhatikan bahwa k jumlah rusuk berjumlah ganjil, karena v 0 dan v k

30 unsarated M, artinya v 0 v 1 dan v k-1 v k harus bukan anggota matching M. Selanjutnya, definisikan himpunan rusuk (G) dengan = (M- {v 1 v 2, v 3 v 4,, v k-2 v k-1 }) { v 0 v 1, v 2 v 3,, v k-1 v k }, maka merupakan matching pada graf G dengan nilai. Hal ini kontradiksi dengan M adalah matching maksimum. Oleh karena itu, jika M adalah matching maksimum pada graf G, maka G tidak mungkin memiliki lintasan M-augmenting. ( ) Akan dibuktikan dengan kontradiksi. Misalkan M bukan matching maksimum dan adalah matching maksimum di G. Akibatnya. Definisikan, H=G( ) dengan menunjukkan beda simetri di M dan. Dari pembuktian lemma 3.1, diperoleh setiap simpul di H berderajat 1 atau 2, karena setiap simpul di H berinsiden dengan paling banyak satu rusuk di M dan satu rusuk di. Dengan demikian, komponen H adalah lintasan yang rusuknya bergantian di M dan atau siklus dengan banyak rusuknya adalah genap. Karena dimisalkan sebagai matching maksimum, dari penjelasan sebelumnya diperoleh. Akibatnya, H mempunyai lebih banyak rusuk dibandingkan rusuk M. Sehingga lintasan P di H yang rusuk awal dan rusuk akhirnya adalah anggota dari. Dengan kata lain simpul awal serta simpul akhir dari

31 lintasan P merupakan M-unsaturated. Maka lintasan P adalah lintasan M-augmenting. Kita peroleh pernyataan, jika M bukan matching maksimum di G maka G mengandung lintasan M-augmenting. Pernyataan ini ekivalen dengan jika G tidak mengandung lintasan M-augmenting, maka M adalah matching maksimum di G. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, algoritma Kuhn-Munkres dapat direpresentasikan dengan graf bipartit. Representasi algoritma Kuhn-Munkres pada graf bipartit melibatkan penerapan matching, maka akan dibahas mengenai matching pada graf bipartit. 3.2 Matching Pada Graf Bipartit Sebelum membahas lebih jauh mengenai matching pada graf bipartit, akan dijelaskan dulu mengenai himpunan persekitaran. Misalkan terdapat graf sebarang G=(V,E), dengan V adalah himpunan simpul pada G dan S merupakan subset dari V(G), maka himpunan persekitaran dari S (neighbour set of S) adalah himpunan semua simpul yang berajasen dengan simpul-simpul di S. Himpunan persekitaran biasanya dinotasikan dengan N G (S). Teorema 3.2 (Teorema Hall):

32 Misalkan G adalah graf bipartit dengan bipartisi {X,Y}. Maka G mengandung sebuah matching yang saturates untuk setiap simpul di X jika dan hanya jika untuk setiap (Junming Xu, 2003: 212). Bukti: ( ) Misalkan G mengandung matching M yang saturates pada tiap simpul di X dan S adalah subset dari X. Karena tiap simpul pada S matched di bawah M dengan simpul berbeda di, maka diperoleh. ( ) Akan dibuktikan dengan kontradiksi. Misalkan G adalah graf bipartit yang memenuhi untuk setiap, tetapi G tidak mempunyai matching yang saturates pada setiap simpul dari X. Misalkan M* adalah matching maksimum pada G, maka akan terdapat simpul u di X yang merupakan unsaturated M*. Selanjutnya definisikan himpunan simpul di G dengan Z={v V(G): terdapat lintasan M*-alternating dari u ke v}, dengan kata lain Z adalah himpunan semua simpul yang terhubung ke u oleh lintasan M*- alternating. Karena M* adalah matching maksimum dan u unsaturated M*, dari teorema 3.1 (teorema Berge) diperoleh u adalah satu-satunya simpul yang unsaturated M* pada Z.

33 Misalkan S = Z X dan T = Z Y. Maka diperoleh simpul pada S\{u} matched di bawah M* dengan simpul pada T. Sehingga dan T subset dari. Lebih tepat lagi N G (S)=T karena setiap simpul di N G (S) terhubung ke u oleh suatu lintasan M*-alternating. Tetapi jadi diperoleh dan N G (S)=T, hal ini kontradiksi dengan pernyataan Maka haruslah G memiliki matching yang saturates terhadap setiap simpul di X. Akibat 1 (Teorema Marriage, Forbenius): Graf bipartit G dengan bipartisi {X,Y}, memiliki matching sempurna jika dan hanya jika dan untuk setiap atau Y (Junming Xu, 2003: 213). Akibat 2 (König): Jika G adalah graf bipartit k-regular dengan k > 0, maka G memiliki sebuah matching sempurna (Junming Xu, 2003: 213). Bukti: Misalkan G adalah graf bipartit k-regular dengan bipartisi {X,Y}. Karena G adalah k-regular, maka. Karena k>0, maka.

34 Misalkan S subset dari X, dengan E 1 adalah himpunan rusuk yang berinsiden dengan simpul di S dan E 2 adalah himpunan simpul yang berinsiden dengan simpul di N G (S). Maka berdasarkan definisi N G (S) diperoleh E 1 subset dari E 2 oleh karena itu diperoleh menunjukan. Selanjutnya hal ini, maka berdasarkan teorema Teorema 3.2 (teorema Hall) diperoleh pernyataan bahwa G memiliki matching M yang saturates terhadap setiap simpul di X, dan karena, maka M adalah matching sempurna.