AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2)

dokumen-dokumen yang mirip
AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti

MEMPEROLEH HASIL MELALUI RESULT CASCADE

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

L A P O R A N K I N E R J A

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Pendekatan Advokasi Spitfire Dengan Menggunakan Smart Chart

Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak

PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN GENDER

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BAB III PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RANHAM

KODE UNIT : O

Latar Belakang Semua Keluarga Ikut KB

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

O JUDUL UNIT

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

Komunikasi Menggunakan Smart Chart (bagian 1) (disadur dari The Spitfire Strategies Smart Chart 3.0,

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN

Lihat untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS / GURU MATA PELAJARAN. NIP/Nomor Seri Karpeg. Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai Tanggal

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

STANDAR PERIKATAN AUDIT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Judul Unit : MenetapkanEfektivitas Hubungan di TempatKerja

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 2 dari 14

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Format 1: Evaluasi Diri Guru untuk Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi oleh Guru)

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

FORMULIR PENILAIAN PRAKTIK KERJA UJIAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK PROFESSIONAL RECOGNITION PROGRAM FOR CERTIFIED PROFESSIONAL AUDITOR OF INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

Diklat Penjenjangann. Auditor Utama. Auditor Madya. Auditor Muda. Diklat Pembentukann. Auditor Ahli. Auditor

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

Reviu 10 Buku Pengarusutamaan Gender (PUG) bidang Pendidikan

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

WALIKOTA TASIKMALAYA

2017, No Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

1. Lobi politik (political lobiying)

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

: Unit ini menjelaskan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan bagi pekerja penanggulangan bencana.

Advokasi Anggaran untuk SRHR

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

Sebelum Pengamatan. Selama Pengamatan. Setelah Pengamatan

BAB VII PENUTUP. jumlah lansia, tidak terlepas dari timbulnya permasalahan sosial. Berdasarkan hasil

Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

Paket 9 STRATEGI PEMBELAJARAN TEMATIK

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

2017, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUMEN PENILAIAN KEPRIBADIAN DAN SOSIAL GURU MATA PELAJARAN/KELAS

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

Pokok-Pokok Pikiran Robert Chambers

STANDAR PENGENDALIAN MUTU 1 STANDAR PERIKATAN JASA 4410 PERIKATAN KOMPILASI

Tujuan Anggaran yang Responsif Gender

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Dosen : Diana Ma rifah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

KAMUS KOMPETENSI. 1. Mendengarkan ucapan orang lain Berupaya mendengarkan ucapan atau perkataan orang lain dengan seksama.

Disampaikan oleh : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LPF 2 LANGKAH 2 MEMAHAMI KONSEP RENCANA STRATEGIS

KONTRIBUSI DALAM RAPAT DAN RAPAT YANG EFEKTIF

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

DAFTAR ISI CHAPTER 5

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 55

2 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); MEMUTUSKAN:

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PK GURU KELAS/MATA PELAJARAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

1. Mengelola penyampaian bantuan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio

Transkripsi:

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) Ada sembilan langkah dalam AFP SMART yang terbagi kedalam tiga fase atau tahapan sebagai berikut: Langkah 1. Buat sasaran yang SMART Langkah 4. Tinjau konteks Langkah 7. Susun rencana kerja TAHAP 2: FOKUSKAN UPAYA Langkah 6: Tentukan Permintaan Tahap I: Bangun konsensus Langkah 2. Putuskan akan melibatkan siapa Tahap II: Fokuskan upaya Langkah 5. Kenali pengambil keputusan Tahap III: Capai perubahan Langkah 8. Tentukan ukuran keberhasilan Langkah 3. Identifikasi pengambil keputusan Langkah 6. Tentukan permintaan Langkah 9. Implementasi dan evaluasi Setelah melalui langkah 5, kita dapat mengetahui isu apa yang paling penting bagi pengambil keputusan yang dapat menggerakkan sumber daya, menentukan kebijakan, dan mempengaruhi pihak lain untuk mengikutinya. Dalam menyiapkan langkah berikutnya, meminta pengambil keputusan untuk bertindak, pikirkan bagaimana ia membuat keputusan dan buatlah permintaan yang SMART berdasarkan pertimbangan tersebut. Ada tiga jenis argument yang dapat kita ajukan. Pertama, argumen rasional yang lebih mengedepankan bukti. Data, fakta, dan bukti harus dipersiapkan dengan baik. Kita bisa menggunakan hasil penelitian terbaru yang mengidentifikasi kesenjangan dalam mengakses pelayanan kontrasepsi; pendekatan program yang sudah terbukti dan menjanjikan banyak manfaat; dan memberi data mengenai keuntungan investasi dalam penyediaan informasi Program KB, pelayanan dan ketersediaan kontrasepsi. Advokasi berdasar bukti dapat menetralisir perdebatan dan mendorong terjadinya kesepakatan. Argumen emosional menekankan pada sisi kemanusiaan. Argument ini didasarkan pada kisah-kisah personal untuk menekankan kesamaan pengalaman dan potensi kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan. Kita bisa menggunakan kisah atau foto-foto yang mengharukan. 1

Argumen etika menekankan perlunya pengakuan hak orang lain dan pemahaman terhadap norma sosial dan budaya. Argumen ini berpusat pada keadilan, simpati, dan kesadaran mengenai hasil perbuatan pengambil keputusan, baik ia mengambil tindakan atau tidak mengambil tindakan sama sekali dalam isu yang kita usung. Kita harus memikirkan argumen mana yang mungkin paling bisa meyakinkan pengambil keputusan untuk mendukung kita. Kita bisa menggunakan salah satu argumen atau bahkan ketiga jenis argumen. Misalnya, pengambil keputusan memiliki latar belakang pendidikan di bidang obat-obatan atau ekonomi, maka cara terbaik untuk meyakinkannya adalah dengan menggunakan argumen rasional dengan menyodorkan analisis data dan proyeksi. Identifikasi Pengambil Keputusan: Rasional Emosional Etika Contoh kasus yang terjadi di Kenya pada tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2012, ikatan perawat dan pembuat kebijakan di Kenya diadvokasi untuk mendukung panduan yang menyatakan bahwa relawan yang bergerak di bidang kesehatan publik boleh melayani akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi suntikan. Advokasi ini dilakukan dengan menggunakan tiga jenis argumen. Dalam advokasi disajikan data hasil penelitian operasional yang dilakukan selama bertahun-tahun yang memperlihatkan bahwa relawan di bidang kesehatan publik dapat memberikan pelayanan kontrasepsi suntikan dengan baik (argument rasional). Argumen emosional diberikan dengan mengakui pengalaman dan keahlian perawat serta kepedulian mereka agar akseptor menerima pelayanan kontrasepsi yang berkualitas. 2

Dalam argumen moral/etika, ditekankan bahwa pelayanan kontrasepsi suntikan yang akan diberikan oleh relawan kesehatan publik dapat mengatasi masalah kesenjangan pelayanan yang diterima perempuan yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan, serta kesenjangan pelayanan yang diterima oleh perempuan yang kaya dan yang miskin. Asosiasi perawat di Kenya akhirnya mendukung panduan ini, dan program tersebut dicanangkan di seluruh wilayah Kenya pada tahun 2013. Kotak Lima Pesan Buatlah kotak lima pesan yang terdiri dari: 1. Identifikasi nama satu orang pengambil keputusan. Nama pengambil keputusan dapat dilihat pada langkah 3. Tuliskan nama pengambil keputusan, bukan hanya jabatannya. Hal ini akan membantu kita dalam merancang pesan advokasi secara lebih akurat. 2. Identifikasi pokok perhatian dan nilai yang dianut oleh seorang pengambil keputusan. Hal ini bisa dilihat dari langkah 5. 3. Antisipasi keberatan pengambil keputusan dan siapkan tanggapan. Misalnya jika seorang pengambil keputusan beranggapan bahwa isu kesehatan lainnya lebih prioritas dan lebih perlu didukung oleh anggaran kesehatan yang dimiliki negara, maka kita bisa mengajukan bukti mengenai (1) kebutuhan dan efektivitas biaya Program KB; (2) kesenjangan gender sehubungan dengan investasi di bidang kesehatan; dan (3) kisah-kisah mengenai perempuan-perempuan yang harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang dibutuhkannya. Ingatlah untuk hanya menggunakan informasi yang relevan dengan nilai dan pokok perhatian si pengambil keputusan dan kendala yang ia hadapi. 4. Ajukan permintaan yang SMART. Fokuskan pada apa yang secara realistik dapat dicapai dan erat kaitannya dengan sasaran SMART yang telah ditentukan sebelumnya. Permintaan yang SMART adalah hal yang dapat dengan mudah dilakukan oleh pengambil keputusan serta membawa lebih banyak keuntungan daripada risiko yang harus dihadapi pengambil keputusan. 5. Jawablah pertanyaan Apa manfaatnya? Ungkapkan kepada pengambil keputusan bagaimana tindakannya/dukungannya terhadap isu yang kita bawa dapat menguntungkan masyarakat dan negara, serta bagaimana hal itu dapat sejalan dengan nilai yang dianutnya. Fokus pada sisi positifnya dan beri harapan 3

bahwa kemajuan dapat dicapai dan bahwa tindakan si pengambil keputusan akan membuat perbedaan. Berikut adalah contoh: 2. Pokok Perhatian (Langkah 5) Perempuan tidak memiliki akses yang setara terhadap pelayanan kesehatan. 3. Antisipasi keberatan dan siapkan tanggapan. Keberatan: Akses universal terlalu mahal. Tanggapan: KB merupakan investasi yang paling menguntungkan. 1. Nama pengambil keputusan (Langkah 3) Analis anggaran pada Kementerian Keuangan (namanya) 5. Jawab pertanyaan: Apa manfaatnya? Keuntungan kesehatan bagi perempuan yang kurang mampu (misalnya penurunan Angka Kematian Ibu) 4. Artikulasikan permintaan yang SMART Tambahkan anggaran untuk Program KB. Nama Penyampai Pesan: Sampaikan Pesan Seringkali kesempatan untuk melakukan advokasi datang di saat tak terduga. Dengan adanya kotak lima pesan, kita akan mudah mengingat bahan advokasi kita dan bisa menyampaikannya kepada pengambil keputusan di saat tak terduga tersebut. Kesalahan yang umum terjadi dalam melakukan advokasi adalah berpikir bahwa pembawa pesan yang ahli dan meyakinkan merupakan kriteria pembawa pesan yang baik. Hal yang paling penting adalah apakah pengambil keputusan akan mendengarkan penyampai pesan. Penyampai pesan sama pentingnya dengan pesan itu sendiri. Pesan yang baik namun disampaikan oleh pembawa pesan yang tidak tepat, kecil kemungkinannya akan didengarkan oleh pengambil keputusan. 4

Pertimbangkan siapa yang paling berpengaruh dan paling didengar pendapatnya oleh pengambil keputusan. Konsistensi berperan. Dalam strategi yang berhasil, sasaran SMART akan sejalan dengan permintaan advokasi dan quick win. Minta Pengambil Keputusan untuk Bertindak Protokol berbeda-beda di tiap negara dan harus dipertimbangkan dalam persiapan kita: Apakah permintaan kita akan disampaikan melalui suatu pembicaraan informal atau disampaikan secara formal dengan presentasi? Haruskah kita mengenakan baju profesional (bisa diartikan memakai pakaian resmi atau berbicara dalam kapasitas profesi yang kita miliki)? Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyampaikan pesan? Jika lebih dari satu anggota kelompok yang terlibat dalam pertemuan advokasi, pilihlah siapa yang akan menyajikan isu dan siapa yang akan meminta pembuat keputusan untuk bertindak? Bagaimana kita akan menindaklanjuti pertemuan itu? Perlukah diadakan pertemuan lagi? Perlu dilakukan role play untuk mengetahui apakah pesan kita singkat dan jelas. Dalam pertemuan, perhatikan keterbatasan waktu yang dimiliki karena kesibukan pembuat keputusan. Konfirmasi waktu yang kita miliki untuk menyampaikan pesan, baik sebelum maupun saat pertemuan berlangsung. Pastikan kita menyampaikan isu secara singkat dan jelas. Ingatlah bahwa pertemuan ini merupakan diskusi dua arah, dan beri kesempatan pada pembuat keputusan untuk berpartisipasi penuh dalam percakapan. Pastikan untuk menugaskan satu orang untuk menyampaikan permintaan advokasi kita. Tunggu respons/tanggapan pembuat keputusan. Jangan bicara saat pembuat keputusan mempertimbangkan permintaan kita. Terakhir, ulangi dengan cepat apa saja yang akan kita lakukan untuk menindaklanjuti pertemuan itu dan ucapkan terima kasih kepada pembuat keputusan atas waktu yang diluangkannya, baik tanggapannya sesuai harapan kita atau tidak. Keberhasilan menghasilkan keberhasilan. Pencapaian serangkaian tujuan jangka pendek akan mendorong pencapaian tujuan jangka panjang. Pastikan bahwa setiap poin dalam kotak lima pesan mendukung poin yang lain. Berlatihlah sebelum menemui pembuat keputusan dan persiapkan diri untuk 5

menjawab semua pertanyaan dan kendala yang mungkin muncul dalam proses advokasi. Pastikan bahwa semua anggota kelompok kita siap menghadapi peluang tak terduga untuk menyampaikan pesan advokasi pada kesempatan tak terduga yang mungkin muncul. Jangan berasumsi bahwa pembuat keputusan memiliki pengetahuan yang sama banyaknya dengan kita dalam isu yang kita usung. Siapkan fact sheet, policy brief, dan dokumen lainnya untuk persiapan bila diminta oleh pembuat keputusan. Tapi jangan terlalu berlebihan. Lebih baik merespon pertanyaan yang diajukan pembuat keputusan ketimbang membagi semua apa yang kita ketahui. Jangan putus asa apabila pertemuan dengan pembuat keputusan tidak berjalan sesuai harapan kita. Buat strategi lain yang lebih baik. TAHAP 3: CAPAI PERUBAHAN Langkah 7: Susun Rencana Kerja dan Anggaran Kini saatnya merencanakan secara rinci siapa yang akan melakukan apa, kapan, dan dengan sumber daya apa. Ini merupakan titik awal untuk menggerakkan kelompok kita dan pihak lain untuk mencapai suatu hasil cepat/segera (Quick Win). Suatu strategi advokasi yang berfokus pada pembuat keputusan dan hasil segera (Quick Win) jarang yang melibatkan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran atau liputan di media. Sebaliknya, strategi itu akan menggunakan kesempatan yang ada untuk mempengaruhi suatu keputusan (seperti: siklus penganggaran tahunan, reviu rencana pengentasan kemiskinan, dsb) dan kegiatan-kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan apa yang akan membantu pembuat keputusan untuk bertindak. Hal ini termasuk meminta pembuat keputusan untuk bertindak. Rencanakan keberhasilan dan pertimbangkan kegiatan apa yang paling mudah dilakukan oleh anggota kelompok kita serta kontribusi apa yang bsia diberikan oleh setiap anggota kelompok kita. Mengukur Sumber Daya Internal Ukurlah kekuatan dan kelemahan internal kelompok, misalnya: SDM yang dimiliki untuk melaksanakan strategi advokasi. Apakah kita cukup atau kurang dikenal oleh pengambil keputusan? Apakah kita merupakan anggota koalisi, jaringan, atau kelompok kerja yang lebih besar yang dapat menyediakan wawasan tentang kondisi politik, bukti yang diperlukan, atau fakta mengenai pelayanan Program KB di lapangan? 6

Apakah kita memiliki cukup waktu untuk melakukan strategi advokasi? Apakah kita memiliki hubungan dengan orang terkemuka yang pendapatnya akan sangat didengar oleh pembuat keputusan, akses terhadap pendanaan, aliansi dengan asosiasi profesional yang berpengaruh, keahlian dalam masalah yang kita usung, dan/atau hasil penelitian/bukti? Catatlah semua aset dan hambatan yang dimiliki internal kelompok kita, tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah kita memiliki sumber dana? Apakah kita memiliki waktu? Apakah kita mempunyai data untuk mendukung permintaan kita? Apakah kita mempunyai SDM? Kekuatan Internal Kelemahan Internal Spesifikasikan Kegiatan Advokasi Pada langkah ini, kita akan melakukan curah pendapat (brainstorm) untuk menggali ide strategi advokasi. Kemudian ide-ide yang muncul diuji apakah memenuhi sasaran SMART yang sudah kita tentukan di langkah awal? Apakah ide itu berkaitan dengan apa yang dianggap penting oleh pembuat keputusan? Apakah dana dan waktu yang kita miliki memungkinkan untuk melaksanakan ide tersebut? Tujuan SMART Langkah Berikutnya/ Aktivitas Input Rencana Kerja (Langkah 7) Perkiraan Anggaran Penanggung Jawab Waktu Buatlah rencana kerja yang rinci berikut perkiraan waktu yang dibutuhkan, batas waktu pengerjaan, perkiraan anggaran, dan tugaskan satu anggota kelompok untuk mengkoordinasikan kegiatan dan memastikan semua langkah telah 7

diimplementasikan. Diskusikan pula cara kelompok dapat memonitor perkembangan dan perubahan yang mungkin terjadi dan memerlukan perubahan strategi. Pastikan bahwa kita menuliskan nama orang yang menjadi penanggung jawab, bukan sekedar nama organisasinya. Tinjau ulang rencana kerja secara periodik untuk mengetahui apakah kegiatan berjalan sesuai rencana ataukah perlu dilakukan perubahan. Jangan lupa bahwa setiap anggota kelompok kita juga memiliki tugas dan pekerjaan masing-masing, sehingga perlu menunjuk ketua untuk memastikan bahwa kelompok kita tetap bekerja mencapai tujuan yang telah disepakati. Langkah 8: Tentukan Ukuran Keberhasilan Ada tiga cara untuk mengukur keberhasilan upaya advokasi, yaitu: 1. Keluaran (output) apakah semua kegiatan dalam rencana kita sudah dilakukan? 2. Hasil (outcome) apakah sasaran SMART kita terpenuhi dan kita mencapai Quick Win? 3. Dampak (impact) apakah Quick Win kita bermanfaat bagi orang yang membutuhkan dan memerlukan akses terhadap Program KB? Tentukan keluaran dan hasil yang akan membantu kita dalam memantau kemajuan kita. Keluaran contohnya: tersusunnya policy brief sebagai hasil analisis suatu kebijakan, terlaksananya pertemuan dengan pembawa pesan, atau pertemuan dengan pembuat keputusan. Dalam pendekatan AFP, hasil adalah Quick Win dan produk dari strategi advokasi kita. Tinjau informasi yang tersedia untuk mengukur dampak jangka panjang dan mengidentifikasi data yang menggambarkan kebutuhan dan kondisi saat ini dan yang dapat dimonitor terus-menerus. Misalnya: berapa dana yang tersedia untuk Program KB saat ini? Berapa persen tingkat pemakaian kontrasepsi (CPR) di wilayah kita saat ini? Output (Keluaran) yang Diharapkan: Indikator Kemajuan (Langkah 8) Outcome (Hasil/Quick Wins) yang Diharapkan: Langkah 9: Implementasi dan Evaluasi Setelah strategi dan rencana kerja tersusun, kini saatnya kita bertindak. Perkembangan, baik yang positif maupun negatif, merupakan kesempatan untuk meninjau ulang dan memperbaiki strategi advokasi. Reviu kemajuan kita untuk 8

memastikan bahwa kita berada di jalur yang benar dan bahwa rencana kita sejalan dengan kebijakan yang ada saat ini. Hal ini akan memudahkan kita untuk segera mengubah strategi kita untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Kelompok kita harus fleksibel dalam menambahkan aktivitas baru, mengembangkan kotak pesan yang baru, dan tahu kapan harus mengatur ulang strategi apabila tidak ada kemajuan. Apabila kelompok kita berhasil dalam strategi yang telah disusun, maka kini saatnya menyusun strategi untuk langkah selanjutnya. Jangan bertindak sendiri. Teruslah berkonsultasi dengan pembuat kebijakan dan informan lainnya. (ypi) Sumber: Gillespie, D, & Fredrick, B, 2013, Advance Family Planning Advocacy Portfolio, November, www.advancefamilyplanning.org 9