KONTRIBUSI DALAM RAPAT DAN RAPAT YANG EFEKTIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONTRIBUSI DALAM RAPAT DAN RAPAT YANG EFEKTIF"

Transkripsi

1 KONTRIBUSI DALAM RAPAT DAN RAPAT YANG EFEKTIF Oleh: Iqbal Islami *) ABSTRAK Kontribusi dalam rapat merupakan kompetensi yang penting dimiliki para peserta rapat untuk mewujudkan rapat yang efektif. Tingkat kemahiran kompetensi kontribusi dalam rapat ini adalah mulai dari menjadi sekadar sebagai peserta rapat, kemudian meningkat menjadi peserta rapat yang aktif dan kontributor rapat yang baik, dan puncaknya adalah mendukung hasil keputusan rapat. Efektifitas rapat juga ditentukan oleh metode yang digunakan dalam melaksanakan rapat. Metode yang digunakan harus mendukung aplikasi dari parallel thinking sehingga arah berfikir yang digunakan para peserta rapat pada saat yang sama adalah sama yaitu metode six thinking hats. Dalam metode ini terdapat enam jenis topi yang merupakan metafora dari tipe atau jenis thinking dan bukan merupakan kategori dari pemikir. Untuk dapat memberikan kontribusi yang baik dalam rapat maka penting bagi para peserta rapat untuk membiasakan diri untuk dapat menggunakan keenam jenis thinking tersebut dengan baik. Efektivitas rapat tidak hanya ditentukan pada saat rapat berlangsung tetapi dimulai dari tahap persiapan rapat dan juga tahap tindak lanjutnya setelah rapat berlangsung. Agar dapat memberikan kontribusi yang penuh maka para peserta rapat harus juga melakukan persiapan dengan mengumpulkan dan menyiapkan bahan rapat. Kemudian setelah rapat berlangsung, para peserta rapat juga harus melaksanakan tindak lanjutnya dengan mengerjakan tugas-tugas yang diterimanya dengan baik dan tepat waktu. A. Pendahuluan Kompetensi yang ketigapuluh lima dalam Kamus Kompetensi (KK) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) adalah Meeting Contribution (Kontribusi Dalam Rapat). Kompetensi ini masuk dalam kluster relating. Kompetensi kontribusi dalam rapat merupakan salah satu kompetensi yang penting agar rapat dapat berjalan dengan efektif. Dalam suatu organisasi seperti Kemenkeu hampir dapat dipastikan bahwa tiada hari tanpa rapat. Semakin tinggi jabatan seseorang maka akan semakin banyak waktunya yang dihabiskan untuk mengikuti rapat. Apabila rapat berjalan tidak efektif dapat 1

2 dibayangkan berapa banyak sumberdaya seperti waktu, tenaga, dan juga uang terbuang percuma karena rapat yang dilakukan tidak dapat menghasilkan apa yang menjadi tujuan diadakannya rapat tersebut. Oleh sebab itu, penting sekali bagi setiap orang yang mengikuti suatu rapat untuk dapat memberikan kontribusinya dalam rapat secara aktif. Selain itu, agar rapat berjalan dengan efektif, maka rapat juga harus dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat. Salah satu metode yang dapat digunakan agar suatu rapat berjalan dengan efektif adalah six thinking hats. Metode ini diperkenalkan oleh Edward de Bono seorang pakar dalam metode berfikir. Metode six thinking hats merupakan metode yang efisen untuk mengaplikasikan parallel thinking atau konsep berfikir paralel yang merupakan lawan dari argument atau adversarial thinking. B. Kompetensi Kontribusi dalam Rapat Pengertian kompetensi kontribusi dalam rapat menurut KK Kemenkeu adalah sebagai berikut. a. Memiliki keterampilan untuk ikut serta secara efektif dalam rapat. b. Orang-orang yang kompeten, adalah kontributor yang aktif. Mereka mempersiapkan diri sebelumnya dan menawarkan gagasan serta opini. Mereka mendengarkan secara terbuka gagasan orang lain dan memberikan umpan balik serta rekomendasi dengan cara yang konstruktif. Mereka secara sukarela menawarkan diri dan menerima hal-hal yang harus dilakukan yang dihasilkan pada saat rapat dan menyelesaikannya secara penuh tanggung jawab. Dengan mempunyai kompetensi ini diharapkan para peserta rapat tidak hanya sekedar hadir secara fisik namun juga dapat memberikan kontribusi secara aktif dan penuh. Untuk dapat menjadi seorang kontributor yang aktif dalam suatu rapat maka seseorang harus mau melakukan persiapan sebelum rapat dilaksanakan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi terkait dengan topik rapat yang akan dibahas. Kemudian selama rapat berlangsung ia juga harus mau mendengar pendapat orang lain dan juga menawarkan gagasan-gagasannya serta bersedia untuk mengambil peran dalam melaksanakan keputusan-keputusan rapat secara penuh tanggung jawab. Tingkat kemahiran dan indikator perilaku dari masing-masing tingkat kemahiran untuk kompetensi kontribusi dalam rapat adalah sebagai berikut: Tingkat Kemahiran Indikator Perilaku Deskripsi 1. Menjadi peserta rapat. Mengetahui urgensi diadakannya rapat. Menjadi pendengar dalam rapat. 2

3 2. Peserta rapat yang aktif. Terlibat dalam pembahasan masalah di dalam rapat dengan memberikan usulan dan gagasan. Menawarkan gagasan dan pendapat sesuai dengan topik. 3. Kontributor rapat yang baik. 4. Mendukung hasil keputusan rapat. Mempersiapkan data yang diperlukan untuk pembahasan masalah yang tercantum dalam agenda rapat. Memberikan umpan balik dan rekomendasi secara konstruktif. Mengingatkan agenda dan batasan waktu rapat. Menerima dan melaksanakan hasil keputusan rapat secara konsekuen, konsisten, dan bertanggung jawab. Menerima butir-butir tindakan yang dihasilkan dalam rapat dan menyelesaikannya secara bertanggung jawab. Semakin besar tugas dan tanggung jawab seseorang tentu saja semakin tinggi juga tingkat kemahiran yang dituntut pada orang tersebut untuk dapat memberikan kontribusinya dalam rapat. Oleh sebab itu, kompetensi kontribusi dalam rapat ini harus terus dilatih dan semakin ditingkatkan seiring dengan semakin meningkatnya tugas dan tanggung jawab seseorang. Pada waktu masih dalam tahap awal mula bekerja dimana tugas dan tanggung jawab yang diberikan belum terlalu besar maka mungkin tingkat kemahiran tingkat pertama yaitu menjadi peserta rapat sudah cukup. Namun demikian, seiring dengan meningkatnya tugas dan tanggung jawabnya maka tingkat kemahiran tingkat pertama tersebut tidak cukup lagi. Seseorang akan mulai dituntut untuk menjadi peserta rapat yang aktif yaitu dengan terlibat secara aktif dalam pembahasan topik yang sedang dirapatkan yaitu dengan menawarkan usulan atau gagasan serta memberikan tanggapan atau umpan balik atas usulan atau gagasan orang lain. Tentu saja tanggapan dan umpan balik harus disampaikan secara konstruktif. Sifat-sifat mau menang sendiri, tidak mau mendengar, apalagi sifat mencari-cari kesalahan orang lain merupakan sifat-sifat yang harus dihilangkan. Untuk dapat memberikan kontribusi yang baik dalam rapat tentu saja seorang peserta rapat harus mau melakukan persiapan sebelum rapat berlangsung dengan mempelajari bahan-bahan rapat yang telah disediakan dan juga mencari bahan-bahan yang terkait dengan topik rapat yang akan dilakukan. Dengan persiapan sebelumnya tersebut maka seorang peserta rapat akan mampu untuk memberikan usulan dan gagasan yang didukung dengan data dan fakta yang cukup serta relevan. Pada tingkat yang keempat, kompetensi kontribusi dalam rapat diwujudkan dalam bentuk mendukung hasil keputusan rapat yaitu dengan menerima dan melaksanakan keputusan rapat 3

4 secara penuh tanggung jawab. Apabila dalam rapat diputuskan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu, maka tugas dan tanggung jawab tersebut harus dilaksanakan dengan baik dan tepat waktu. Dengan demikian kontribusi dalam rapat tidak berhenti pada saat rapat selesai dilakukan namun juga berlanjut dengan tindak lanjutnya setelah rapat. Suatu rapat tidak akan efektif apabila hasil keputusan rapat tidak dilaksanakan atau tidak ditindaklanjuti. Untuk itu, penting bagi pimpinan rapat untuk dapat memonitor perkembangan tindak lanjut hasil-hasil rapat untuk memastikan bahwa hail-hasil keputusan rapat dilaksanakan dan ditindaklanjuti oleh orang-orang yang ditugaskan. C. Six Thinking Hats dan Parallel Thinking Six Thinking Hats adalah suatu metode sistem berfikir yang diciptakan oleh Edward de Bono. Metode ini menggunakan enam topi dengan warna yang berbeda-beda yang setiap topinya secara metafora merepresentasikan satu cara atau arah dan fokus dalam berfikir. Topi-topi tersebut tidak dimaksudkan untuk menggambarkan atau mengelompokkan tipe-tipe pemikir. Jadi, metode ini tidak dimaksudkan untuk mengelompokkan orang, berdasarkan cara berfikirnya, ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Setiap topi dengan warnanya masing-masing, semata-mata dimaksudkan untuk menggambarkan satu cara atau arah dan fokus dalam berfikir. Setiap orang diharapkan dapat menggunakan semua jenis topi tersebut dalam berfikir. Ketika seseorang mengganti topi yang dipakainya berarti orang tersebut harus juga mengganti tipe thinking yang digunakan. Pada metode ini, aturan main dasarnya adalah setiap orang akan menggunakan warna topi yang sama pada waktu yang sama artinya pada saat yang sama setiap orang harus menggunaan tipe thinking yang sama. Menurut de Bono, metode six thinking hats ini merupakan metode yang cocok dan memudahkan untuk mengaplikasikan parallel thinking atau konsep berfikir paralel yang merupakan lawan dari argument atau adversarial thinking. Topi dan warna topi dirancang untuk membuat parallel thinking menjadi suatu proses yang praktis. Dengan six thinking hats, setiap orang akan berfikir dengan arah yang sama pada saat yang sama, sehingga parallel thinking akan terjadi. Suatu masalah atau agenda akan dibahas dengan menggunakan arah berfikir yang berbeda-beda sesuai dengan 4

5 warna topi yang sedang digunakan. Dengan demikian, sebelum keputusan diambil maka atas suatu masalah atau agenda tersebut telah dipertimbangkan dari berbagai arah atau fokus berfikir yang berbeda. Sehingga proses pengambilan keputusan diharapkan dapat menghasilkan keputusan yang terbaik. Sebaliknya, dalam argument atau adversarial thinking, para peserta rapat akan menggunakan warna topi atau arah berfikir yang berbeda-beda pada saat yang bersamaan. Akibatnya, suatu rapat yang berlangsung dengan menggunakan argument thinking dapat menjadi tidak efektif. Rapat yang tidak efektif biasanya berlangsung lama namun tidak menghasilkan apa-apa. Rapat akan dipenuhi dengan argumen antar para peserta rapat karena masing-masing peserta rapat hanya berfikir dengan cara yang biasa dilakukannya saja. Tidak ada kolaborasi dan sinergi diantara para peserta rapat. Seseorang yang terbiasa melihat sesuatu secara kritis selalu akan melihat kelemahan dari suatu ide dan gagasan. Akibatnya, ide atau gagasan dapat mati secara terlalu dini karena tidak mendapatkan kesempatan untuk dilihat aspek positifnya. Rapat dapat menjadi tidak efektif karena terlalu banyak aspek yang dibahas pada saat yang sama. Agenda rapat menjadi tidak fokus dan pembahasan yang dilakukan menjadi tidak tuntas. Oleh sebab itu, agar rapat berjalan efektif maka suatu rapat perlu untuk menggunakan metode yang mendukung aplikasi dari parallel thinking yaitu metode six thinking hats. Topi-topi yang dipakai dalam six thinking hats sebagai metafora atau ikon dari jenis thinking atau arah berfikir adalah sebagai berikut: 1. Topi Biru Topi biru berperan dalam mengatur proses seperti layaknya fungsi konduktor pada suatu orkestra. Pada suatu rapat, topi birulah yang berperan untuk merencanakan agenda rapat, mendorong seluruh peserta rapat untuk memberikan pemikiran yang terbaik, mengatur urutan topi yang akan digunakan, mengelola waktu, dan menetapkan langkah berikutnya. Dengan demikian topi biru akan berperan sebagai fasilitator yang akan mengatur jalannya rapat agar rapat berlangsung secara efisien dan efektif. Warna topi yang digunakan pada awal dan akhir rapat selalu topi biru. Pada awal rapat orang yang berperan sebagai topi biru akan menentukan misalnya agenda rapat atau fokus yang akan dibahas, urutan topi yang akan digunakan, dan alokasi waktu untuk masing- 5

6 masing jenis topi. Pada akhir rapat, topi biru berperan untuk mengambil kesimpulan rapat ataupun keputusan rapat dan langkah berikutnya. Beberapa contoh pertanyaan yang digunakan oleh topi biru adalah sebagai berikut: a. Apa fokus utamanya? b. Apa problemnya? Bagaiman problem tersebut diselesaikan? c. Jelaskan! Ikhtisarkan! d. Apa kesimpulan anda? e. Apa selanjutnya? Rencana aksi? 2. Topi Putih Topi putih fokus pada data dan informasi. Topi putih antara lain berperan dalam menilai keakuratan dan relevansi dari informasi, memisahkan fakta dengan spekulasi, menentukan langkah yang perlu dilakukan terkait dengan adanya kesenjangan informasi. Dalam mencari atau mendapatkan data informasi, topi putih dapat digabungkan dengan pendapat orang lain (other people s views). Dengan demikian sumber informasi dapat lebih luas sehingga dapat mengurangi subjektivitasnya. Beberapa contoh pertanyaan yang relevan dengan topi putih adalah sebagai berikut. a. Apa yang kita ketahui? b. Apa yang perlu kita ketahui? c. Dimana kita dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan? 3. Topi Merah Topi merah fokusnya berkaitan dengan perasaan, emosi, dan intuisi. Perasaan dan intuisi ini dapat berasal dari pengalaman panjang bertahuntahun. Dengan topi merah ini, peserta rapat diberikan kebebasan untuk mengemukakan perasaanyaan tanpa perlu harus menjelaskan alasannya. Pada waktu topi merah digunakan, hendaknya para peserta rapat dapat mengemukakan secara singkat dan paling baik dinyatakan dengan pernyataannya dalam satu atau dua kata saja. Atas pernyataan yang disampaikan tersebut tidak perlu ditanyakan mengapa atau apa dasarnya. Beberapa contoh pernyataan yang digunakan oleh topi merah adalah sebagai berikut: a. Intuisi saya mengatakan bahwa harga-harga akan terus naik. b. Menurut perasaan saya, solusi ini tidak tepat. c. Saya tidak suka dengan alternatif ini. 6

7 4. Topi Kuning Topi kuning fokus pada mencari manfaat dan nilai. Topi kuning merepresentasikan sudut pandang berfikir yang logis, positif, dan optimis. Oleh sebab itu, dengan menggunakan topi kuning memungkinkan seseorang untuk mencari manfaat, kemungkinan, dan bagaimana sesuatu dapat dilakukan. Topi kuning ini mengharuskan sesorang berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mencari manfaat karena seringkali manfaat tidak secara langsung atau jelas kelihatan. Topi kuning akan dapat mendorong timbulnya ide-ide kreatif. Setiap ide kreatif membutuhkan topi kuning agar mendapatkan perhatian dan tidak mati sebelum sempat dilihat atau dicari manfaatnya. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan pada waktu menggunakan topi kuning antara lain: a. Apa manfaat dari pilihan ini? b. Mengapa proposal ini lebih disukai? c. Apa aspek positif dari solusi ini? 5. Topi Hitam Penggunaan topi hitam memungkinkan seseorang untuk menunjukkan kelemahan dan kesulitan. Kelemahan dan kesulitan tersebut harus disampaikan secara kritis dan logis yang didukung dengan argumen-argumen yang valid. Tidak sekedar tidak suka atau menurut perasaan saja. Topi hitam dapat digunakan untuk mencari mengapa sesuatu tidak berfungsi atau tidak dapat dijalankan. Topi hitam ini sangat berguna apabila digunakan setelah topi kuning karena dapat menunjukkan kelemahan yang sekarang atau pun masih berupa potensi, dan juga perhatian dan keprihatinan yang ada. Kesalahan pengambilan keputusan dapat menimbulkan kerugian yang besar. Oleh sebab itu, topi hitam sangat berperan dalam mencegah dipilihnya keputusan yang salah. Namun demikian, penggunaan yang berlebihan dan terlalu dini dari topi hitam akan dapat membunuh ide-ide kreatif secara dini. Aspek-aspek yang mungkin perlu dipertimbangkan pada waktu menggunakan topi hitam antara lain aspek biaya, peraturan, rancangan, bahan baku, lingkungan, dan keamanan. Contoh pernyataan yang dapat diajukan pada waktu menggunakan topi hitam antara lain: a. Saya fikir proposal ini terlalu mahal biayanya. b. Ide ini bagus, tetapi apakah peraturan yang ada sekarang memungkinkan ide ini untuk dilaksanakan? 7

8 c. Pasar yang ada sekarang sudah terlalu jenuh, tidak memungkinkan untuk pemain baru masuk. 6. Topi Hijau Topi hijau secara khusus berkaitan dengan mencari ide-ide baru, mempertanyaan status quo, dan juga mencari alternatif dan/atau peluangpeluang lain. Topi hijau memungkinkan untuk mengimbangi dominasi dari topi hitam yang lebih bersifat untuk memberikan kritik. Pada topi hijau, ide-ide yang bersifat provokatif yang mungkin jauh sekali kemungkinannya untuk direalisasi didorong untuk disampaikan karena pada saat menggunakan topi hijau tersebut ide yang disampaikan tidak diharuskan untuk disertai dengan dasar yang bersifat logis. Dengan demikian ide-ide liar dimungkinkan untuk muncul. Contoh pertanyaan pada saat topi hijau dipakai antara lain: a. Apakah ada ide-ide atau lain? b. Apakah ada alternatif kegiatan yang lain? c. Apakah ada cara lain untuk melaksanakannya? d. Apakah ada kemungkinan lain yang perlu dipertimbangkan? D. Rapat Yang Efektif Rapat bukanlah tujuan, namun rapat adalah alat untuk mencapai tujuan ataupun menyelesaikan pekerjaan. Rapat yang efektif adalah rapat yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk itu, suatu rapat harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. Selain ada tujuan yang jelas yang hendak dicapai, rapat pun harus dijalankan dengan proses yang benar yang dapat meyakinkan bahwa tujuan rapat akan dapat dicapai. Untuk itu, dalam pelaksanaan rapat diperlukan suatu metode yang tepat yang mendukung aplikasi dari parallel thinking. Salah satu aplikasi dari metode six thinking hats adalah adalah sebagai alat yang dapat digunakan dalam rapat agar rapat dapat berjalan secara efektif karena metode six thinking hats ini mendukung aplikasi secara praktis dari parallel thinking. Secara umum ada tiga tahapan penting dari suatu rapat agar suatu rapat dapat berjalan secara efektif yaitu: 1. persiapan rapat; 2. pelaksanaan rapat; dan 8

9 3. tindak lanjut rapat. Efektivitas rapat tidak hanya ditentukan pada saat pelaksanaan rapat tetapi dimulai dari tahap sebelumnya yaitu persiapan rapat. Pada tahap persiapan ini, pertama-tama harus ditentukan siapa yang akan memimpin rapat. Pimpinan rapat inilah yang kemudian harus memastikan bahwa persiapan rapat dilakukan dengan baik untuk meyakinkan bahwa rapat yang dilakukan akan berlangsung secara efektif. Dalam tahap persiapan ini terdapat beberapa hal yang harus disiapkan seperti agenda rapat, pihak-pihak yang diundang, waktu dan tempat, undangan, bahan-bahan, ruangan dan tata letaknya, serta peralatan dan perlengkapan rapat. Penting untuk diinfokan kepada pihak-pihak yang diundang apa yang diharapkan dari mereka sehingga mereka secara pribadi akan dapat melakukan persiapan juga. Misalnya, apabila kepada seorang peserta rapat akan diminta untuk melaporkan laporan perkembangan pelaksanaan suatu pekerjaan, maka hal tersebut harus dipastikan telah diberitahukan kepada yang bersangkutan jauh hari sebelumnya sehingga memungkinkan ia untuk menyiapkan laporan yang diminta tersebut. Dalam pelaksanaan rapat terdapat beberapa hal yang disarankan untuk dilakukan oleh pimpinan rapat untuk meyakinkan agar rapat berjalan dengan efektif, yaitu: 1. Mulai rapat tepat pada waktunya sesuai jadual. Pimpinan rapat tidak perlu menunggu orang-orang yang datang telat. Mulai saja dengan orang yang telah hadir. Hal ini perlu dilakukan untuk membudayakan rapat selalu dimulai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Untuk membudayakan rapat yang dimulai tepat waktu, di Kemenkeu telah dikembangkan budaya untuk hadir paling lambat dua menit sebelum rapat dimulai. Budaya ini tidak hanya berlaku untuk peserta rapat tapi juga untuk pimpinan rapat. 2. Menetapkan agenda dan aturan main serta tata cara rapat. Agar rapat berlangsung secara efektif maka aturan main dan tata cara rapat dapat menggunakan metode six thinking hats. Pada awal rapat, pimpinan rapat perlu untuk menjelaskan agenda rapat, urutan topi yang digunakan, dan waktunya masing-masing. Urutan topi yang akan digunakan disesuaikan dengan tujuan dari rapat. Yang pasti, topi yang digunakan selalu diawali dengan topi biru dan diakhiri dengan topi biru juga. Sebagai contoh, misalnya suatu rapat dilakukan untuk membahas sebuah proposal yang telah disampaikan yang berisi usulan untuk melaksanakan suatu program diklat baru, maka urutan topi yang dapat digunakan dan waktu untuk masing-masing topi adalah sebagai berikut: a. Biru - 1/2 menit. c. Putih - 1 menit. b. Merah - 1 menit. d. Kuning - 2 menit. 9

10 e. Hitam - 2 menit. g. Merah - 1menit. f. Hijau - 2 menit. h. Biru - 1 menit. Jumlah: 10,5 menit Dalam metode six thinking hats tidak harus semua warna topi dipakai dalam suatu rapat. Satu warna topi dapat saja dipakai lebih dari satu kali sesuai dengan kebutuhan. Waktu untuk masing-masing topi juga biasanya singkat saja sehingga rapat dapat berlangsung dengan lebih fokus dan keputusan dapat diambil dengan lebih cepat sehingga akan menghemat waktu rapat. 3. Pimpinan rapat yang memerankan topi biru harus memastikan bahwa agenda rapat, aturan main, dan tata cara rapat diikuti. Apabila ada peserta rapat yang tidak menggunakan warna topi yang sesuai, pimpinan rapat harus langsung mengingatkannya. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pada saat yang sama semua peserta rapat selalu menggunakan warna topi yang sama. Apabila diperlukan, pimpinan rapat dapat meminta untuk dilakukan perubahan topi yang digunakan. Pimpinan rapat juga harus menangani apabila ada permintaan dari peserta rapat untuk merubah topi yang digunakan. Permintaan tersebut dapat saja disetujui atau ditolak sesuai dengan yang diperlukan. 4. Pimpinan rapat perlu untuk terus menerus memonitor waktu untuk memastikan bahwa agenda rapat dilakukan sesuai dengan rencana dan waktu untuk masing-masing agenda dan topi juga berlangsung sesuai dengan rencana. 5. Agar input setiap orang didengar maka pimpinan rapat harus berusaha untuk mendorong agar orang-orang yang pendiam ikut memberikan pendapat dan idenya. Pimpinan rapat harus berusaha untuk mencegah suatu rapat hanya didominasi oleh satu atau dua orang saja. 6. Pimpinan rapat perlu membuat catatan-catatan penting dari jalannya rapat dan menugaskan seseorang untuk menjadi notulis untuk menyiapkan notulen rapat. Catatan ini penting untuk nanti disampaikan pada akhir rapat. 7. Apabila dalam rapat ada keputusan berupa pembagian tugas, maka pimpinan rapat harus memastikan bahwa orang-orang yang mendapat tugas tersebut telah memahami tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. 8. Pada akhir rapat yaitu sebelum rapat ditutup maka pimpinan rapat harus menyampaikan hasil dan kesimpulan rapat serta pembagian tugas, jika ada, kepada para penanggungjawabnya masing-masing. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa setiap orang memahami apa yang telah terjadi dalam rapat dan tindak lanjut yang harus dilakukan setelah rapat. 10

11 Setelah rapat selesai tidak berarti tidak ada lagi yang perlu dilakukan. Tindak lanjut dari rapat merupakan bagian penting dari efektivitas suatu rapat. Keputusan-keputusan rapat yang tidak ditindaklanjuti tidak akan membawa hasil apa-apa. Oleh sebab itu, setelah rapat selesai maka pimpinan rapat perlu untuk menindaklanjutinya. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa orang-orang yang mendapatkan tugas pada waktu rapat berlangsung melaksanakan tugasnya dengan baik dan tepat waktu sehingga hasil yang ingin dicapai dari suatu rapat benar-benar dapat direalisasikan. Sebagai peserta rapat maka seseorang harus mau memberikan kontribusi dalam rapat yang berlangsung secara penuh dan jujur. Peserta rapat harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pimpinan rapat dan menggunakan jenis berfikir sesuai dengan topi yang sedang dipakai. Tidak lupa, seorang peserta rapat juga harus memperhatikan batasan waktu yang diperikan oleh pimpinan rapat. Untuk dapat memberikan kontribusi dalam rapat secara maksimal, merupakan hal yang penting bagi seseorang untuk mempunyai kompetensi dalam memberikan kontribusi dalam rapat. E. Penutup Agar rapat dapat berjalan dengan efektif maka rapat perlu menggunakan metode yang mendukung aplikasi parallel thinking yaitu metode six thinking hats. Manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode six thinking hats antara lain untuk menjadi lebih fokus dalam berfikir, meningkatkan kreatifitas dan inovasi, mendorong kolaborasi berfikir, meningkatkan sinergi dan mengurangi konfrontasi, dan menghemat waktu. Manfaat ini juga akan dapat diperoleh pada suatu rapat yang berlangsung dengan menggunanakan six thinking hats sebagai alat atau metode dalam pelaksanaan rapatnya. Rapat dapat berlangsung lebih cepat karena para peserta rapat akan terbiasa menarapkan parallel thinking atau konsep berfikir paralel yang merupakan lawan dari argument atau adversarial thinking. Pada satu saat yang sama semua peserta rapat menggunakan jenis berfikir yang sama sehingga rapat dapat berlangung dengan fokus dan arah pembicaraan yang dilakukan sama. Artinya, apabila sedang menggunakan topi kuning maka yang dibicarakan adalah aspek positif dan manfaat. Pada saat tersebut, tidak ada pesertaa arapat yang mengemukakan aspek kerugian atau sisi negatif. Selain menggunakan alat yang tepat, rapat yang efektif juga akan tergantung dari kontribusi para peserta rapat. Semakin besar dan aktif kontribusi yang diberikan oleh para peserta rapat maka akan semakin besar kemungkinan suatu rapat akan berlangsung secara efektif. Untuk 11

12 itu penting bagi para peserta rapat untuk meningkatkan kompetensinya dalam memberikan kontribusi dalam rapat. Kontribusi tersebut dimulai sejak sebelum rapat dimulai yaitu dengan melakukan persiapan sebelumnya dengan membaca bahan rapat dan/atau menyiapkan bahan rapat. Pada saat rapat berlangsung, seorang peserta rapat harus mau menjadi peserta rapat yang aktif yaitu mengikuti aturan dan tata cara yang ditentukan oleh pimpinan rapat dengan baik, memberikan ide dan gagasan, serta memberikan umpan balik atas gagasan orang lain secara konstruktif. Terakhir, setelah rapat berlangung peserta rapat harus mau melakukan tindak lanjutnya dengan mengerjakan apa-apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab yang diberikan dalam rapat dengan baik dan tepat waktu. *) Penulis adalah Widyaiswara Madya pada Pusdiklat PPSDM Daftar Pustaka: 1. de Bono, Edward, Six Thinking Hats Tools for Parallel Thinking, de Bono Thinking Systems, Clive, Iowa 50325, Kementerian Keuangan RI, Kamus Kompetensi 3. Rebori, Marlene K. Cooperative Extension, University of Nevada at Reno, How to Organize and Run Effective Meetings, Fact Sheets Saylor, James H, Conducting Effective Meetings Workbook - A Basic Business Victory Guide, USA,

PERMAINAN PERAN. Ada enam topi dengan warna yang berbeda-beda. Setiap warna mewakili satu jenis kegiatan berpikir.

PERMAINAN PERAN. Ada enam topi dengan warna yang berbeda-beda. Setiap warna mewakili satu jenis kegiatan berpikir. TOPI BERPIKIR Kecerdasan dan kemampuan berpikir bisa dianalogikan dengan mobil dan pengendaranya. Mobil biasa di tangan pengemudi luar biasa bisa mengalahkan mobil luar biasa yang dikendarai oleh pengemudi

Lebih terperinci

SITUASI SULIT SAAT MEMFASILITASI

SITUASI SULIT SAAT MEMFASILITASI SAAT MEMFASILITASI 1 81 1 82 BAB 4 Teknik Menangani Situasi Sulit Saat Memfasilitasi Bayangkan situasi sulit apa yang bisa dihadapi seorang fasilitator infomobilisasi saat mengelola kegiatan kelompok atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan dapat diambil sesuai kebutuhan yang diharapkan. keputusan, yaitu keputusan untuk tidak melakukan apa-apa.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan dapat diambil sesuai kebutuhan yang diharapkan. keputusan, yaitu keputusan untuk tidak melakukan apa-apa. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah Pengambilan keputusan sangat diperlukan dalam beberapa bidang dan dalam kehidupan sehari-hari. Keputusan-keputusan tersebut biasanya didasarkan pada alternatif-alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Membaca sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari karena membaca

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Membaca sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari karena membaca BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Membaca sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari karena membaca merupakan perilaku yang positif. Perilaku yang harus diawali dengan pembiasaan sebelum

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal di Tempat Kerja

Komunikasi Interpersonal di Tempat Kerja Komunikasi Interpersonal di Tempat Kerja Oleh: Iqbal Islami *) Communication is a skill that you can learn. It's like riding a bicycle or typing. If you're willing to work at it, you can rapidly improve

Lebih terperinci

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2)

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) Ada sembilan langkah dalam AFP SMART yang terbagi kedalam tiga fase atau tahapan sebagai berikut: Langkah 1. Buat sasaran yang SMART Langkah 4. Tinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk mendidik siswanya menjadi warga negara yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: John Doe ID: HC243158 Tanggal: 29 Juli 2015 2 0 0 9 H O G A N A S S E

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN: DARI EFEKTIFITAS MENUJU KREATIFITAS Oleh: Anton Suharyanto

PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN: DARI EFEKTIFITAS MENUJU KREATIFITAS Oleh: Anton Suharyanto PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN: DARI EFEKTIFITAS MENUJU KREATIFITAS Oleh: Anton Suharyanto Dalam artikel yang telah saya tulis sebelumnya, telah dikemukakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr.

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. MANAJEMEN KONFLIK Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. Konflik: percekcokan; perselisihan; pertentangan (KBBI) Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok,

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 TENTANG INTERNAL AUDIT CHARTER (PIAGAM AUDIT INTERNAL) PT ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) 1. VISI, MISI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Lebih terperinci

PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A

PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A DAFTAR ISI Pengantar: Lomba Debat Nasional Indonesia 1. Lembar Penilaian hal.4 a. Isi hal. 4 b. Gaya hal.5 c. Strategi hal.5

Lebih terperinci

-2- pemeriksaan melakukan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK. Untuk menjadikan pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK

-2- pemeriksaan melakukan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK. Untuk menjadikan pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN BPK. Hasil Pemeriksaan. Tindak Lanjut. Pemantauan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 2) PENJELASAN ATAS PERATURAN BADAN

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci

The Six Thinking Hats Proses Cara Berpikir Yang Tidak Biasa

The Six Thinking Hats Proses Cara Berpikir Yang Tidak Biasa The Six Thinking Hats Proses Cara Berpikir Yang Tidak Biasa Retno Utari Widyaiswara Madya Pusdiklat KNPK Think Globally, Act Locally Almost all new ideas have a certain aspect of foolishness when they

Lebih terperinci

Intel Teach Program Assessing Projects

Intel Teach Program Assessing Projects Menilai Proyek Pelajaran berbasis proyek menuntut penilaian yang lebih progresif dimana siswa dapat melihat pelajaran sebagai proses dan strategi penyelesaian masalah untuk memenuhi harapan-harapan proyek.

Lebih terperinci

Proses Cara Berpikir Yang Tidak Biasa

Proses Cara Berpikir Yang Tidak Biasa The Six Thinking Hats Proses Cara Berpikir Yang Tidak Biasa Retno Utari Widyaiswara Madya Pusdiklat KNPK Think Globally, Act Locally Abstract Almost all new ideas have a certain aspect of foolishness when

Lebih terperinci

Risk Leadership Kepemimpinan yang berani mengambil risiko

Risk Leadership Kepemimpinan yang berani mengambil risiko Risk Leadership Kepemimpinan yang berani mengambil risiko Oleh: Antonius Alijoyo 25 Januari 2012 Kepemimpinan selalu memerlukan keberanian dalam menghadapi dan mengambil risiko di suatu tingkat tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, beberapa diantaranya ialah melakukan perubahan kurikulum. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, beberapa diantaranya ialah melakukan perubahan kurikulum. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir seseorang. Namun pendidikan tidak hanya dimaksud untuk mengembangkan pribadi semata melainkan

Lebih terperinci

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat Oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP Abstrak Dalam proses belajar mengajar, terdapat berbagai dinamika yang dialami, baik oleh widyaiswara maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kemampuan penalaran matematika adalah salah satu tujuan terpenting dalam pembelajaran matematika, memberikan materi materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN NORMATIF: HARUSKAH PEMIMPIN YANG MEMUTUSKAN SEMUANYA?

PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN NORMATIF: HARUSKAH PEMIMPIN YANG MEMUTUSKAN SEMUANYA? PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN NORMATIF: HARUSKAH PEMIMPIN YANG MEMUTUSKAN SEMUANYA? Oleh : Anton Suharyanto Salah satu alasan utama dipromosikannya

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 11 SM III

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 11 SM III Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 11 SM III 2017-2018 JENIS DAN TIPE KEPUTUSAN Mahasiswa dapat memahami jenis dan tipe

Lebih terperinci

BERFIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN DAN ANALISIS MASALAH

BERFIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN DAN ANALISIS MASALAH BERFIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN DAN ANALISIS MASALAH Oleh: Iqbal Islami *) Creative thinking is not a talent, it is a skill that can be learnt. It empowers people by adding strength to their natural abilities

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, karena pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Sebagaimana yang telah diuraikan pada rumusan masalah yang ingin

BAB 6 PEMBAHASAN. Sebagaimana yang telah diuraikan pada rumusan masalah yang ingin BAB 6 PEMBAHASAN Sebagaimana yang telah diuraikan pada rumusan masalah yang ingin mengetahui faktor apakah yang memiliki relevansi dengan penilaian prestasi kerja karyawan Bank Syariah Mandiri, maka perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan pergaulan dengan orang lain

BAB I PENDAHULUAN. keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan pergaulan dengan orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap belajar mengajar adalah untuk memperoleh hasil

Lebih terperinci

Bahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

Bahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. Bahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. Oxford Dictionary : Negosiasi didefinisikan sebagai : pembicaran dengan orang lain dengan maksud untuk mencapai kompromi atau kesepakatan

Lebih terperinci

Last But Not Least - Nilai Kesempurnaan

Last But Not Least - Nilai Kesempurnaan Last But Not Least - Nilai Kesempurnaan Oleh: Iqbal Islami *) Pendahuluan Sebagai bagian akhir dari serial tulisan dari penulis tentang nilai-nilai Kementerian Keuangan (Kemenkeu), berikut ini penulis

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1728, 2015 KEMENKEU. Anggaran. Bendahara Umum Negara. Pelaksanaan. Pengawasan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 204/PMK.09/2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kombinasi

Lebih terperinci

Riset Ilmiah: Metode Riset Akuntansi Sebagai Cara Penelitian Ilmiah. Drajat Armono, S.E., M.Si.

Riset Ilmiah: Metode Riset Akuntansi Sebagai Cara Penelitian Ilmiah. Drajat Armono, S.E., M.Si. Riset Ilmiah: Metode Riset Akuntansi Sebagai Cara Penelitian Ilmiah Drajat Armono, S.E., M.Si. Pengertian Riset Menurut kamus Webster mempunyai arti memeriksa/mencari kembali Suatu pemeriksaan atau pengujian

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: Sam Poole ID: HC560419 Tanggal: 23 Februari 2017 2 0 0 9 H O G A N A S

Lebih terperinci

Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan. Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan

Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan. Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Seseorang akan bisa menulis dengan baik kalau ia banyak membaca.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 128 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Desain pembelajaran Cooperative

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning (PBL) Model Problem Based Learning atau PBL merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) merupakan mata pelajaran yang bertujuan mendidik siswanya untuk membina moral dan menjadikan warga Negara yang baik, yang diharapkan

Lebih terperinci

Bab II Pengembangan Area Emosional

Bab II Pengembangan Area Emosional Bab II Pengembangan Area Emosional Kompetensi Akhir 1. Mampu menentukan sikap dan gaya hidup serta merencanakan masa depan dan pekerjaannya. Kompetensi Dasar 1. Mampu berkomunikasi dengan orang tua dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

Karya kreatif, inovatif dalam membuka peluang usaha 2 Materi kegiatan Semua bidang ilmu atau yang relevan

Karya kreatif, inovatif dalam membuka peluang usaha 2 Materi kegiatan Semua bidang ilmu atau yang relevan PANDUAN KOMPETISI LOMBA BUSSINESS PLAN PROGRAM DIII ANALIS KIMIA F-MIPA UII 2014 I. PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Umum Lulusan sebuah perguruan tinggi dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh.

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Menurut Wardhani (2008), pemahaman konsep matematika adalah menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,

Lebih terperinci

dimengerti oleh penerima, dan secara nyata dapat dilaksanakan, sehingga tercipta interaksi dua arah.

dimengerti oleh penerima, dan secara nyata dapat dilaksanakan, sehingga tercipta interaksi dua arah. Sekalipun Anda memiliki produk unggulan, konsep layanan prima dan gagasan-gagasan kreatif, tetapi tidak Anda komunikasikan kepada orang lain, tidak ada gunanya. Sehebat apa pun ilmu dan jurus-jurus bisnis

Lebih terperinci

Teamwork dan Collaboration. It s easier said than done! oleh: Iin Indrawati Widyaiswara Madya PPSDM

Teamwork dan Collaboration. It s easier said than done! oleh: Iin Indrawati Widyaiswara Madya PPSDM Teamwork dan Collaboration. It s easier said than done! oleh: Iin Indrawati Widyaiswara Madya PPSDM Menurut kamus, kata teamwork berarti: the activity of working well together as a team. Sedangkan kata

Lebih terperinci

MEMAKSIMALKAN KEGIATAN RAPAT DI KANTOR Oleh : Sumaryo Widyaiswara Madya BDK Palembang

MEMAKSIMALKAN KEGIATAN RAPAT DI KANTOR Oleh : Sumaryo Widyaiswara Madya BDK Palembang MEMAKSIMALKAN KEGIATAN RAPAT DI KANTOR Oleh : Sumaryo Widyaiswara Madya BDK Palembang 1. Pendahuluan Istilah rapat (meeting) bukan hal yang asing bagi pegawai/ karyawan, karena kegiatan tersebut umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kelas, sejarah merupakan mata pelajaran yang menggunakan peristiwa peristiwa terpilih tertentu di masa lalu. Siswa pada umumnya mengalami kesulitan

Lebih terperinci

Profesionalisme di Tempat Kerja

Profesionalisme di Tempat Kerja Profesionalisme di Tempat Kerja Oleh: Iqbal Islami *) Pendahuluan Nilai yang kedua dari lima nilai-nilai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) adalah profesionalisme. Tidak salah bagi Kemenkeu menempatkan profesionalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli pendidikan dari awal membagi keterampilan bahasa menjadi empat ketrampilan diantaranya menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembagian itu diharapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1913, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pengaduan Masyarakat. PERATURAN BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN EKONOMI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA

Lebih terperinci

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH Riskha Arfiyanti Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Abstrak Pendidikan

Lebih terperinci

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok - edit

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok - edit esaunggul.ac.id http://www.esaunggul.ac.id/article/merancang-strategi-komunikasi-memenangkan-pemilih-dan-kelompok/ Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok - edit Dr. Erman Anom,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik untuk mendukung kinerja saat melaksanakan tugas. Salah satu

Lebih terperinci

DESKRIPSI VERBAL. JURI LOMBA DEBAT SMA TINGKAT NASIONAL DI CISARUA BOGOR (26 November s.d. 1 Desember 2012) oleh Setyawan Pujiono, M.Pd.

DESKRIPSI VERBAL. JURI LOMBA DEBAT SMA TINGKAT NASIONAL DI CISARUA BOGOR (26 November s.d. 1 Desember 2012) oleh Setyawan Pujiono, M.Pd. DESKRIPSI VERBAL JURI LOMBA DEBAT SMA TINGKAT NASIONAL DI CISARUA BOGOR (26 November s.d. 1 Desember 2012) oleh Setyawan Pujiono, M.Pd. PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; - v a Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Pengembangan Berpikir Kreatif melalui CTS (Catatan: Tulis dan Susun) Oleh: Salam, S.Pd, M.Pd.

Pengembangan Berpikir Kreatif melalui CTS (Catatan: Tulis dan Susun) Oleh: Salam, S.Pd, M.Pd. Pengembangan Berpikir Kreatif melalui CTS (Catatan: Tulis dan Susun) Oleh: Salam, S.Pd, M.Pd. A. Pengantar Sebenarnya apa yang saya kemukakan pada bagian ini, mungkin tidak akan berarti apa-apa kepada

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 11 Materi Minggu 3 Pengambilan Keputusan dalam Organisasi 3.1 Definisi dan Dasar Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dibutuhkan ketika kita memiliki masalah

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG PA Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Mengapa Saya Harus Mempelajari Manajemen Pemasaran?

Mengapa Saya Harus Mempelajari Manajemen Pemasaran? Mengapa Saya Harus Mempelajari Manajemen Pemasaran? Oleh : Laksmita Sari Dosen : Nanang Suryadi, SE,,MM Pernahkah kita berfikir tentang apa yang akan kita lakukan hari ini dan dengan produk dari merk apa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu yang tersusun secara deduktif (umum ke khusus) yang menyatakan hubungan-hubungan, struktur-struktur yang diatur menurut aturan

Lebih terperinci

STANDAR PELAPORAN AUDIT KINERJA

STANDAR PELAPORAN AUDIT KINERJA LAMPIRAN IV PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APIP PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT STANDAR PELAPORAN AUDIT KINERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melakukan

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMANTAUAN PELAKSANAAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

ETIK UMB. Sarjana yang Profesional dan Ber-etika. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Sistem Informasi. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer.

ETIK UMB. Sarjana yang Profesional dan Ber-etika. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Sistem Informasi. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer. Modul ke: ETIK UMB Sarjana yang Profesional dan Ber-etika Fakultas Ilmu Komputer Yani Pratomo, S.S, M.Si. Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Sarjana Profesional dan Ber-etika Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bandar Setia dengan memberikan 10 soal tentang materi operasi hitung

BAB I PENDAHULUAN Bandar Setia dengan memberikan 10 soal tentang materi operasi hitung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang harus dikuasai oleh setiap siswa, karena matematika merupakan pelajaran yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan 218 Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan LAMPIRAN 2 Komunikasi risiko 1 Definisi dan tujuan Komunikasi risiko merupakan pertukaran informasi dan pandangan mengenai risiko serta faktor-faktor

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN 360-DERAJAT (360-Degree Leadership) Petunjuk Praktek

KEPEMIMPINAN 360-DERAJAT (360-Degree Leadership) Petunjuk Praktek KEPEMIMPINAN 360-DERAJAT (360-Degree Leadership) Petunjuk Praktek Contents Kata Pengantar... 1 Apa itu Kepemimpinan 360-Derajat?... 2 Prinsip-prinsip Memimpin Ke Atas... 4 Prinsip-prinsip Memimpin Ke Samping...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang berkembang merupakan dambaan setiap lembaga atau

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang berkembang merupakan dambaan setiap lembaga atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi yang berkembang merupakan dambaan setiap lembaga atau institusi. Lembaga pemerintah maupun swasta seiring dengan berkembangnya dinamika yang terjadi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.631, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PNBP. Pemeriksaan. Wajib. Bayar. Pedoman PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/PMK.02/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran matematika di adaptasi dalam kurikulum di Indonesia terutama mulai dalam Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 serta pada kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN UNIT 6 9.2 Memberi komentar tentang isi pidato/ ceramah/ khotbah 10.2 Menerapkan prinsip-prinsip diskusi 15.2 Membandingkan karakteristik novel angkatan 20-30 an 16.2 Menulis naskah drama berdasarkan peristiwa

Lebih terperinci

Pencarian Bilangan Pecahan

Pencarian Bilangan Pecahan Pencarian Bilangan Pecahan Ringkasan Unit Siswa ditugaskan sebuah profesi yang menggunakan pecahan bilangan dalam pekerjaannya. Mereka meneliti, meringkas, menarik kesimpulan, dan mempresentasikan penemuan

Lebih terperinci

TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan

TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL Pendahuluan Pengumpulan dana bisa jadi sangat lama, mahal, dan merupakan proses yang membuat frustasi, dan tiada jalan yang bisa memastikan

Lebih terperinci

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran Metode-Metode Penilaian Nah, anda telah merencanakan dengan hati-hati berbagai proyek yang meminta para siswa untuk melatih berbagai macam kecakapan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai suatu hal yang erat kaitannya dengan kegiatan berhitung. Bagi setiap orang dan tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah Tempat penelitian ini adalah MI Cepiring yang beralamatkan Desa Cepiring RT 10/RW 04 Cepiring Kabupaten Kendal. Ditinjau dari tenaga pengajarnya,

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen) DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL (Variabel Independen) No Pertanyaan Jawaban Kuesioner I. 1. 2. 3. 4. 5. II. 6. 7. 8. 9. Independensi Auditor internal mengemukakan pendapatnya dengan bebas tanpa mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang peranan dalam tatanan kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan taraf dan derajatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan akan selalu berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses penambahan informasi dalam upaya membelajarkan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN TEKNIS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEPADA BADAN

Lebih terperinci

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) Jakarta, 17 Januari 2017 DAFTAR ISI Halaman A. PENDAHULUAN... 1 I. Latar Belakang... 1 II. Maksud dan Tujuan Charter Satuan Pengawasan

Lebih terperinci

Manajemen Program Kesehatan

Manajemen Program Kesehatan Manajemen Program Kesehatan Pengertian Program kesehatan adalah kumpulan dari proyek-proyek di bidang kesehatan baik yang berjangka pendek maupun jangka panjang. Tidak sedikit pihak yang merancukan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan siswa serta merupakan penunjang keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang baik dan bermutu dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci