BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGRIDA SARAGIH HASIL TABLETASI LANGSUNG IBUPROFEN DAN MANITOL BERBAGAI PRODUSEN PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

PENDAHULUAN . J Pharm Biomed Anal.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang. Kentang Putih. Kentang Kuning. Kentang Merah. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Revika Rachmaniar, Dradjad Priambodo, Maulana Hakim. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran. Abstrak

HASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (

PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

NIZAR ABDUSSALAM KORELASI ANTARA UKURAN GRANUL ASETAMINOFEN HASIL FLUIDIZED BED DRYER DENGAN VARIASI BOBOT TABLET PADA TABLETASI

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

1. Mesin cetak tablet

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK GRANUL PEMBAWA

LAMPIRAN A HASIL UJI KERAGAMAN BOBOT TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1. Gambar Kertas HVS Bekas, ᾳ selulosa, dan SMKHB. Gambar 1. Gambar 2. Keterangan : Gambar 1 : Kertas HVS bekas. Gambar 2 : Alfa Selulosa

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

4 Hasil dan Pembahasan

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

LAMPIRAN A HASIL UJI KERAGAMAN BOBOT TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak. kering akar kucing dengan kadar 20% (Phytochemindo), laktosa

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET. Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D

Bab III Metodologi Penelitian

4 Hasil dan Pembahasan

Pembuatan Tablet Asetosal dengan Metode Granulasi Kering

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A...Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian...

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

PENGARUH MILLING TERHADAP LAJU DISOLUSI CAMPURAN METAMPIRON-FENILBUTASON (7:3)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

Pembuatan Tablet CTM Dengan Metode Kempa Langsung

BAB II PEMBAHASAN. biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

LAMPIRAN A HASIL DETERMINASI TANAMAN PISANG AGUNG

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Transkripsi:

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui perbedaan karakter masing-masing manitol, dilakukan serangkaian penelitian berupa penentuan bentuk polimorf dan pemeriksaan ukuran partikel. Struktur internal suatu senyawa dapat diketahui dengan metode difraksi sinar X. Puncak-puncak difraktogram menunjukkan intensitas senyawa, semakin tajam/kuat intensitas yang terbentuk maka semakin kristalin zat tersebut. Tingkat kristalinitas menunjukkan keteraturan dari posisi atom-atom penyusunnya, semakin tinggi tingkat kristalinitas semakin teratur atom penyusun kristal tersebut. Berdasarkan difraktogram dapat dilihat bahwa pada lima intensitas tertinggi (minimal tiga intensitas) manitol A, C, dan O mempunyai nilai 2θ yang sama, hanya menunjukkan pergeseran sedikit satu sama lain (Lampiran B). Hal ini berarti manitol A, C, dan O memiliki struktur internal yang sama dan bentuk polimorf yang sama. Dengan metode analisis termal menggunakan Differential Scanning Calorimetry, termogram manitol A, C, dan O, menunjukkan puncak endotermik yang tajam (suhu lebur) sekitar 170,4 171 ºC. Hal ini juga menegaskan bahwa manitol A, C, dan O berada pada bentuk polimorf yang sama. Sementara pada difraktogram manitol B, puncak difraktogram menunjukkan intensitas tertinggi berbeda dengan jenis manitol yang lain. Termogram manitol B menunjukkan puncak endotermik yang tajam (suhu lebur) pada 173,2 ºC. Perbedaan suhu lebur ini cukup signifikan dibandingkan jenis manitol yang lain. Oleh karena itu manitol B memiliki polimorf yang berbeda dibandingkan dengan manitol A, C, dan O. Distribusi ukuran partikel bahan yang dipakai merupakan hal penting, karena berpengaruh kepada keberhasilan pencampuran. Ukuran partikel ibuprofen, manitol A, B, C, dan O diperiksa dengan metode pengayakan menggunakan ayakan Restch. Distribusi ukuran partikel manitol A dan B berada pada rentang yang sama yaitu 100 315 µm. Sementara ukuran partikel manitol C berada pada rentang 630-900 µm (berbentuk granul) dan manitol O 50-100 µm (serbuk halus). Selain perbedaan struktur internal zat dan ukuran partikel, empat jenis manitol juga berbeda pada proses produksi dan berasal dari produsen yang berbeda. Manitol A dan B

merupakan manitol hasil spray-dry, manitol C merupakan manitol berbentuk granul yang dapat mengalir bebas, dan manitol O merupakan manitol awal/biasa (tanpa perlakuan). Perbedaan morfologi permukaan partikel masing-masing manitol dapat dilihat pada Lampiran E. Pada metode tabletasi langsung, eksipien sangat memegang peranan penting. Oleh sebab itu, pemilihan eksipien yang tepat menentukan keberhasilan pencetakan tablet dengan metode ini. Banyak obat yang tidak dapat dibuat tablet dengan metode tabletasi langsung akibat adanya keterbatasan sifat teknologi berupa aliran dan kekuatan partikel atau gaya kohesi untuk menghasilkan masa yang kompak. Untuk meningkatkan disolusi dan bioavaibilitas, ukuran partikel obat dapat direduksi sampai mencapai skala mikron. Mikronisasi ini mengakibatkan meningkatnya friksi antar sesama partikulat dan menurunnya laju alir serbuk, dan juga dapat mengakibatkan kompresibilitas yang jelek (Shangraw, 1989). Sebelum ibuprofen sebagai zat aktif dan manitol sebagai eksipien ditabletasi langsung, sifat teknologi masing-masing manitol dan ibuprofen, berupa kecepatan aliran, berat jenis ruah, berat jenis mampat dan kompresibilitas diuji. Tabel 4.1 Data Evaluasi Sifat Teknologi Bahan BJ Ruah BJ Mampat Kompresibilitas Kecepatan aliran (g/ml) (g/ml) (%) (g/s) Ibuprofen 0,36 0,59 38,18 0,49 Manitol A 0,53 0,66 20,00 11,63 Manitol B 0,52 0,60 14,43 15,99 Manitol C 0,65 0,74 11,68 7,41 Manitol O 0,57 0,78 27,14 3,74 A1 0,57 0,70 18,03 4,24 B1 0,57 0,70 18,03 4,20 C1 0,71 0,85 16,33 3,69 O1 0,55 0,75 25,93 1,57 A2 0,53 0,69 23,40 3,61 B2 0,53 0,69 23,16 3,78 C2 0,62 0,78 20,99 3,81 A3 0,46 0,69 33,03 1,58 B3 0,45 0,67 31,82 2,29 C3 0,50 0,75 33,00 2,21

Keterangan : A1 : Parteck M-200 dan ibuprofen 200 mg B1 : Pearlitol SD200 dan ibuprofen 200 mg C1 : Manogem Granular dan ibuprofen 200 mg O1 : Manitol Biasa dan ibuprofen 200 mg A2 : Parteck M-200 dan ibuprofen 300 mg B2 : Pearlitol SD200 dan ibuprofen 300 mg C2 : Manogem Granular dan ibuprofen 300 mg A3 : Parteck M-200 dan ibuprofen 400 mg B3 : Pearlitol SD200 dan ibuprofen 400 mg C3 : Manogem Granular dan ibuprofen 400 mg Melalui data pada tabel 4.1, tampak bahwa ibuprofen memiliki sifat teknologi yang buruk. Hal ini ditunjukkan oleh persen kompresibilitas lebih besar dari 25% dan kecepatan aliran lebih kecil dari 4 g/s. Persen kompresibilitas ibuprofen yang tinggi menunjukkan bahwa ketidakmampuan bahan aktif untuk dikempa secara langsung. Kecepatan aliran ibuprofen yang rendah menunjukkan ketidakmampuan ibuprofen dalam mengalir, salah satu penyebabnya adalah ukuran partikel ibuprofen rata-rata 100-200 µm. Bahan tambahan yang memiliki kompresibilitas dan kecepatan aliran yang baik diperlukan untuk memperbaiki karakteristik sifat teknologi ibuprofen, seperti manitol. Kemampuan manitol A, B, dan C dalam memperbaiki sifat ibuprofen, dapat dilihat dari data. Sedangkan manitol biasa menunjukkan persen kompresibilitas lebih besar dari 25% dan kecepatan aliran lebih kecil dari 4 g/s. Campuran O1 masih dapat ditabletasi langsung akan tetapi campuran tidak homogen dan terjadi perubahan bobot tablet selama pencetakan (dosis tidak seragam sebagai akibat kecepatan aliran yang rendah). Campuran A1, B1, memenuhi syarat kompresibilitas dan kecepatan aliran. Sementara C1 menunjukkan kecepatan aliran kurang dari 4 g/s. Untuk campuran A2, B2, C2, dan A3, B3, C3 dimana proporsi partikelpartikel halus melebihi 40% kecepatan aliran tampak menurun. Untuk campuran A3, B3 dan C3 kompresibilitas bahkan diatas 25%, hal ini disebabkan jumlah partikel-partikel halus mencapai 57%. Pada pencetakan tablet, volume ruang cetak mesin tablet diatur sama untuk setiap tablet, dengan punch berukuran 13 mm. Hasil evaluasi tablet ibuprofen dapat dilihat pada tabel 4.2 4.3. Ukuran sembilan jenis tablet, diameter dan tebal, sebenarnya tidak memenuhi syarat pustaka akan tetapi hal ini disebabkan ukuran punch yang digunakan pada pencetakan tablet.

Tabel 4.2 Data Hasil Evaluasi Ukuran dan Bobot Tablet Tablet Ukuran Bobot Diameter (mm) Tebal (mm) Rata-rata ± SB RSB (%) A1 13,04 ± 0,02 2,95 ± 0,02 700,78 ± 3,47 0,50 B1 13,04 ± 0,02 3,03 ± 0,03 700,66 ± 4,06 0,58 C1 13,05 ± 0,01 2,31 ± 0,05 697,86 ± 18,8 2,69 A2 13,05 ± 0,02 3,02 ± 0,03 700,56 ± 3,46 0,49 B2 13,05 ± 0,01 2,98 ± 0,00 700,17 ± 4,49 0,64 C2 13,04 ± 0,02 2,45 ± 0,04 700,14 ± 2,84 0,41 A3 13,05 ± 0,00 3,02 ± 0,03 699,07 ± 4,80 0,69 B3 13,05 ± 0,01 3,03 ± 0,03 705,50 ± 6,42 0,91 C3 13,05 ± 0,02 2,59 ± 0,02 699,93 ± 4,19 0,60 Syarat < 6 Semua tablet yang dihasilkan memenuhi syarat bobot tablet, friksibilitas, kekerasan dan kadar ibuprofen. Sementara friabilitas tablet diatas batas pustaka kecuali tablet A2. Walaupun kekerasan tabet C2 dan C3 lebih rendah dibandingkan dengan A2, B2, A3, B3 (berbeda secara bermakna, ANOVA < 0,05), akan tetapi waktu hancur tablet ibuprofen dengan menggunakan manitol C (C1, C2, dan C3) tidak memenuhi syarat pustaka, yaitu hancur diatas 15 menit. Tabel 4.3 Data Hasil Evaluasi Friabilitas, Friksibilitas, Kekerasan, Kadar Ibuprofen,Waktu Hancur, dan Disolusi Friabilitas Friksibilitas Kekerasan Waktu Disolusi (%) (%) (kg/cm²) Kadar Hancur (%) Tablet Ibuprofen (menit) A1 2,67 0,56 8,12 ± 2,95 99,06 5 48 86,92 ± 5,5 B1 1,47 0,58 7,64 ± 2,23 93,32 6 36 93,15 ± 3,8 C1 2,39 0,32 6,76 ± 0,72 92,92 > 15 < 73,5 A2 0,10 0,50 8,73 ± 2,44 99,78 7 20 83,49 ± 1,9 B2 2,50 0,35 8,72 ± 1,61 90,07 7 46 90,72 ± 2,6 C2 1,60 0,60 7,10 ± 1,07 85,27 > 15 < 73,5 A3 1,51 0,76 9,12 ± 1,93 98,66 8 36 < 73,5 B3 1,05 0,56 10,9 ± 1,02 94,08 10 25 < 73,5 C3 4,36 0,56 7,16 ± 0,73 85,30 > 15 < 73,5 Syarat < 1 < 1 7 s/d 12 85-115 15 73,5

Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Data Evaluasi Tablet dengan metode ANOVA Parameter Tablet Nilai F Keterangan Bobot A1, B1, C1 F<0,05 Tidak berbeda Diameter A1, B1, C1 F<0,05 Tidak berbeda A2, B2, C2 F<0,05 Tidak berbeda A3, B3, C3 F<0,05 Tidak berbeda Tebal A1, B1, C1 F>0,05 Berbeda secara bermakna Kekerasan A1, B1, C1 F<0,05 Tidak berbeda Keterangan : A1 : Parteck M-200 dan ibuprofen 200 mg B1 : Pearlitol SD200 dan ibuprofen 200 mg C1 : Manogem Granular dan ibuprofen 200 mg A2 : Parteck M-200 dan ibuprofen 300 mg B2 : Pearlitol SD200 dan ibuprofen 300 mg C2 : Manogem Granular dan ibuprofen 300 mg A3 : Parteck M-200 dan ibuprofen 400 mg B3 : Pearlitol SD200 dan ibuprofen 400 mg C3 : Manogem Granular dan ibuprofen 400 mg Dosis ibuprofen 200 dan 300 mg pada manitol A dan B dapat ditabletasi langsung dan menghasilkan tablet yang memenuhi syarat kecuali friabilitas. Ibuprofen dengan dosis 400 mg berhasil ditabletasi, tetapi tidak memenuhi syarat uji disolusi. Hal ini disebabkan jumlah zat aktif yang terlalu besar dalam tablet. Ibuprofen dengan dosis 200, 300, dan 400 mg dengan menggunakan manitol C juga berhasil ditabletasi. Akan tetapi tablet ibuprofen dengan menggunakan manitol C tidak memenuhi syarat pustaka pada friabilitas, waktu hancur (hancur lebih dari 15 menit) maupun uji disolusi. Perbedaan manitol A, B, dan C yang mempengaruhi kualitas tablet yang dihasilkan terletak pada perbedaan distribusi ukuran partikel. Ukuran partikel manitol (manitol C 630-900 µm) dan ibuprofen (100-200 µm) yang berbeda akan mengakibatkan masalah berupa tidak bercampurnya atau tidak homogennya campuran. Sebaiknya rentang ukuran partikel bahan tambahan sedekat mungkin dengan ukuran partikel bahan aktif (manitol A dan B 100-315 µm).