TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT Pada bagian ini akan dibahas mengenai kebijakan yang terkait dengan pengembangan industri tembakau, yang terdiri dari : 1) Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Berbasis Agro Tahun 2010-2014, dan 2) RTRW Kabupaten Bandung 2007-2027. 3.1 Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Kluster Industri Prioritas Berbasis Agro Tahun 2010-2014 Industri Hasil Tembakau (IHT) merupakan industri yang memegang peranan cukup penting sampai saat ini dalam menumbuhkan industri/jasa terkait, penyediaan lapangan usaha, dan penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2005 jumlah IHT, Dalam hal ini industri rokok adalah sebesar 3.217 perusahaan dan dalam tahun 2006 sudah mencapai 3.961 perusahaan atau meningkat sebesar 23,12 %. Dalam periode yang sama produksi rokok mencapai 220,3 milyar batang dan 218,7 milyar batang. Sebaran IHT secara geografis sebagian besar (75%) berada di Jawa Timur, Jawa Tengah (20%), dan sisanya berada di daerah-daerah lain seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, dan D.I Yogyakarta. Produk hasil olahan tembakau terdiri dari rokok (rokok kretek dan rokok putih), cerutu dan tembakau iris (shag). Industri Hasil Tembakau mendapatkan prioritas untuk dikembangkan karena mengolah sumber daya alam, menyerap tenaga kerja cukup besar baik langsung maupun tidak langsung (±10 juta orang) dan LAPORAN AKHIR III - 1
sumbangannya dalam penerimaan negara (cukai). Padatahun 2006 cukai dari industri rokok adalah sebesar Rp. 42,03 triliyun sedangkan tahun 2007 sebesar Rp 43,54 triliun. Walaupun pengembangan industri tembakau memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam perekonomian negara, pengembangan industri ini dihadapkan pada sejumlah kendala. Kendala terbesar adalah semakin disadarinya dampak merokok bagi kesehatan. Disamping itu pengembangan industri tembakau juga dihadapkan pada masalah kebijakan cukai yang tidak terencana dengan baik, tidak transparan dan lebih berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan negara tanpa mempertimbangkan kemampuan industri rokok dan daya beli masyarakat ditambah dengan maraknya produksi dan peredaran rokok ilegal. Sasaran pengembangan IHT melalui pendekatan klaster adalah meningkatkan hubungan dan jaringan kerjasama yang saling menguntungkan antar stakeholders yang terkait dengan IHT guna meningkatkan daya saing dan value chains diantara pelaku usaha. Pada akhirnya pengembangan IHT diharapkan mampu menyediakan lapangan kerja,meningkatkan penerimaan negara melalui cukai dan pajak, menjamin kelangsungan usaha budidaya tembakau dan cengkeh, menumbuhkan industri terkait dengan tetap memperhatikan aspek kesehatan. Berdasarkan sasaran tersebut, Roadmap Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Berbasis Agro Tahun 2010 2014 telah menggariskan sasaran jangka menengah dan jangka panjang, visi dan arah pengembangan industri tembakau, indikator capaian, dan tahapan implementasi sebagai berikut : LAPORAN AKHIR III - 2
Sasaran Jangka Menengah (2010-2014) Meningkatnya produksi rokok menjadi 240 milyar batang pada tahun 2010; Meningkatnya nilai ekspor tembakau sebesar 15%/tahun dari US $ 397,08 juta pada tahun 2008 menjadi US $ 1.056,24 juta pada tahun 2015; Meningkatnya nilai ekspor rokok dan cerutu sebesar 15%/tahun dari US $ 401,44 juta pada tahun 2008 menjadi US $ 1.067,84 juta pada tahun 2015. Sasaran Jangka Panjang (2010-2025) Tercapainya produksi rokok menjadi 260 milyar batang pada tahun 2015 sampai dengan 2025; Meningkatnya ekspor tembakau dan produk hasil tembakau khususnya ke negara-negara yang sedang berkembang, Eropa (cerutu dan tembakau), Ex-Uni Soviet, Afrika, Amerika dan Asia; Terciptanya jenis/varietas tanaman tembakau dan produk IHT yang memiliki tingkat resiko rendah terhadap kesehatan; Minimalisasi peredaran rokok ilegal; Berkurangnya produksi dan peredaran rokok ilegal. Visi dan Arah Pengembangan Industri Hasil Tembakau Visi pengembangan industri hasil tembakau adalah Terwujudnya Industri Hasil Tembakau yang kuat dan berdaya saing di pasar dalam negeri dan global dengan memperhatikan aspek kesehatan. Berdasarkan visi di atas, dirumuskanlah arah pengembangan industri hasil tembakau sebagai berikut: LAPORAN AKHIR III - 3
A. Arah Kebijakan : Dalam rangka tercapainya sasaran pengembangan Industri Nasional melalui triple track (pro-growth, projob, pro-poor), maka kebijakan pengembangan IHT diarahkan pada: Penciptaan kepastian berusaha dan iklim usaha yang kondusif. Pertumbuhan dalam jangka pendek (sampai dengan tahun 2009) diutamakan untuk IHT menggunakan tangan (SKT). Peningkatan ekspor. Penanganan rokok ilegal. Perbaikan struktur industri rokok. Pengenaan cukai yang terencana, kondusif dan moderat. B. Indikator Pencapaian Meningkatnya produksi rokok menjadi 240 milyar batang pada tahun 2010 dan tahun 2025 sebesar 260 milyar batang. Meningkatnya nilai ekspor tembakau sebesar 15%/tahun dari US $ 397,08 juta pada tahun 2008 menjadi US $ 1.056,24 juta pada tahun 2015 Meningkatnya nilai ekspor rokok dan cerutu sebesar 15%/tahun dari US $ 401,44 juta pada tahun 2008 menjadi US $ 1.067,84 juta pada tahun 2015. Meningkatnya ekspor tembakau dan produk hasil tembakau khususnya ke negara-negara yang sedang berkembang, Eropa, Ex- Uni Soviet, Afrika, Amerika dan Asia. Terciptanya jenis/varietas tanaman tembakau dan produk IHT yang memiliki tingkat resiko rendah terhadap kesehatan. Berkurangnya produksi dan peredaran rokok illegal. LAPORAN AKHIR III - 4
C. Tahapan Implementasi Mengadakan Workshop Pengembangan Klaster Pengolahan Tembakau yang dilakukan bersama stakeholder terkait dalam rangka sosialisasi klaster pengolahan tembakau. Pelatihan Teknis Pengolahan Tembakau bagi aparat pembina dan pengusaha. Melakukan komunikasi dan kerjasama dengan perusahaan mitra tembakau. Melakukan upaya penumbuhan industri pengolahan tembakau lokal (tembakau iris dan industri rokok skala kecil). Melakukan upaya penumbuhan wirausaha baru di bidang industri pengolahan tembakau melalui kegiatan magang di beberapa pabrik rokok di Jawa Tengah. Jangka Menengah (2010-2015) Kajian pengembangan IHT. Bantuan permodalan. Diversifikasi penggunaan energi alternatif. Perumusan dan penerapan SNI Tembakau. Kajian dampak lingkungan penggunaan batu bara atau bahan bakar lainnya untuk proses pengeringan tembakau. Mengupayakan pasokan Bahan Bakar Minyak Tanah (BBMT) bersubsidi untuk proses pengomprongan tembakau. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di Sigaret Kretek Tangan (SKT). Penyusunan RUU Pengendalian Dampak Tembakau yang komprehensif dan berimbang dengan melibatkan industri dan stakeholder. Penanganan produk rokok ilegal. LAPORAN AKHIR III - 5
Pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi Pembenahan struktur industri rokok terutama pada skala sangat kecil melalui Penggabungan Pabrikan Golongan III A & B serta pemberlakuan Golongan Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF) setara dengan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Registrasi kepemilikan dan pengawasan impor mesin pembuat rokok. Penyusunan rumusan insentif ekspor bagi produk tembakau dan rokok. Peningkatan kemitraan antara petani tembakau dengan pengusaha industri rokok. Peningkatan koordinasi dengan stakeholder terkait dalam penentuan kebijakan cukai yang terencana, kondusif dan moderat. Peningkatan ekspor produk IHT melalui promosi, misi dagang, perjanjian bilateral, regional dan multilateral. Jangka Panjang (2010-2025) Peningkatan sarana dan prasarana. Peningkatan mutu SDM dalam penguasaan teknologi. Peningkatan ekspor produk IHT melalui promosi, misi dagang, perjanjian bilateral, regional dan multilateral. Pengembangan produk IHT yang beresiko rendah bagi kesehatan. Peningkatan kemampuan SDM. Kajian dan revisi SNI rokok. Peningkatan Social Responsibility Program/SRP. Peningkatan mutu produk IHT sesuai keinginan pasar. Mengembangkan diversifikasi produk IHT. LAPORAN AKHIR III - 6
3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung 2007-2027 3.2.1 Rencana Struktur Ruang Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung 2007-2027, sistem kota di Kabupaten Bandung dibagi kedalam hirarkiii a, II b, III, dan IV. Kota-kota dengan hirarki IIa adalah Soreang-Kutawaringin-Katapang, Cimenyan, Cilengkrang, Margahayu, dan Margaasih. Cimenyan, Cilengkrang, dan Marhagayu merupakan kecamatan-kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung dan berfungsi sebagai penyangga perkembangan Kota Bandung. Kota-kota dengan hirarki II b terdiri dari Banjaran, Majalaya, Baleendah, Cileunyi-Rancaekek, dan Cicalengka. Pembagian hirarki kotakota di Kabupaten Bandung secara lengkap dapat dilihat pada Tabel. 3.1. LAPORAN AKHIR III - 7
Tabel 3.1. Sistem Kota di Kabupaten Bandung Hirarki I Hirarki IIa Hirarki IIb: Hirarki III Hirarki IV Kota Bandung Soreang Kutawaringin - Ciwidey- Pasirjambu Rancabali Katapang Banjaran Pangalengan Cimaung Cangkuang Arjasari Pameungpeuk Kutawaringin Majalaya Ciparay Kertasari Pacet Ibun Solokanjeruk Paseh Baleendah Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi- Jatinangor Rancaekek Cimanggung Cicalengka Nagreg Cikancung Cimenyan Cilengkrang Margahayu Margaasih. Sumber : RTRW Kabupatenbandung 2007-2027 Struktur ruang Kabupaten Bandung secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.1 LAPORAN AKHIR III - 8
Gambar 3.1 Struktur RuangKabupaten Bandung LAPORAN AKHIR III - 9
Berdasarkan sistem kota yang disebutkan di atas, homogenitas kawasan, serta interaksi antar wilayah, disusunlah satuan wilayah pengembangan. Wilayah Pengembangan (WP) di Kabupaten Bandung meliputi: 1. WP Soreang-Kutawaringin-Katapang dengan pusat Kota Soreang, meliputi Kecamatan Soreang, Katapang, Kutawaringin, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali. 2. WP Banjaran dengan pusat Kota Banjaran, meliputi Kecamatan Banjaran, Pameungpeuk, Cangkuang, Arjasari, Cimaung, Pangalengan. 3. WP Baleendah dengan pusat Kota Baleendah, meliputi Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang. 4. WP Majalaya dengan pusat Kota Majalaya, meliputi Kecamatan Majalaya, Ciparay, Solokanjeruk, Pacet, Kertasari, Paseh, dan Ibun. 5. WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat kota Cileunyi meliputi Kecamatan Cileunyi, dan Rancaekek. 6. WP Cicalengka dengan pusat kota Cicalengka meliputi Kecamatan Cicalengka, Nagreg, dan Cikancung. 7. WP yang ketersediaan fasilitas pelayanan wilayahnya merupakan bagian dari PKN Kota Bandung meliputi Kecamatan Margahayu, Margaasih, Cilengkrang dan Cimenyan. Untuk mewujudkan struktur ruang yang diharapkan dan arah pengembangan di tiap kota maupun tiap wilayah pengembangan maka perlu adanya fungsi pengembangan dari setiap wilayah pengembangan. Penetapan fungsi didasarkan pada pertimbangan : Hirarki kota/kawasan perkotaan. Jangkauan pelayanan perkotaan tersebut terhadap wilayah belakangnya Basis ekonomi kota/kawasan perkotaan dalam wilayah yang lebih luas Kedudukan perkotaan tersebut dalam skala regional. LAPORAN AKHIR III - 10
Berdasarkan pertimbangan di atas, fungsi kota di Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut : WP Soreang Kutawaringin Katapang, dengan fungsi Pemerintahan, Jasa Perdagangan, Permukiman, Pertanian, Pariwisata, Industri non polutif (Kec. Katapang). WP Banjaran, dengan fungsi Industri, Jasa dan Perdagangan, Permukiman, Pertanian, Pariwisata, Konservasi. WP Baleendah dengan fungsi Jasa dan Perdagangan, Pertanian, Industri non Polutif, Permukiman, Pendidikan. WP Majalaya dengan fungsi Industri, Permukiman, Pertanian, Jasa dan Perdagangan. WP Cileunyi-Rancaekek dengan fungsi Permukiman, Jasa dan Perdagangan, Industri, Pertanian, Konservasi. WP Cicalengka, dengan fungsi Industri, Jasa Perdagangan, Pertanian, Permukiman. WP yang merupakan bagian dari PKN Kota Bandung. Margahayu dan Margaasih dengan fungsi Industri dan Permukiman, serta Jasa Perdagangan. Cilengkrang dan Cimenyan dengan fungsi Konservasi, Permukiman, Lahan Pertanian, Pariwisata, dan Perdagangan dan Jasa. Arahan fungsi kawasan pusat-pusat pertumbuhan di Kabupaten Bandung secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut. Wilayah No Pengembangan 1. WP Soreang Kutawaringin - Katapang Tabel 3.2 Arahan Fungsi Kawasan Pusat-Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Pusat Pertumbuhan Soreang Fungsi Utama Kawasan Pemerintahan Jasa Perdagangan Permukiman Pertanian Pariwisata Fasilitas Pelayanan Minimal Sarana Pemerintahan Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : LAPORAN AKHIR III - 11
No Wilayah Pengembangan Pusat Pertumbuhan Fungsi Utama Kawasan Industri non Polutif 2. WP Banjaran Banjaran Industri JasadanPerdagangan Permukiman Pertanian Pariwisata Konservasi 3. WP Baleendah Baleendah Jasa dan Perdagangan Pertanian Industri non polutif Permukiman Pendidikan Fasilitas Pelayanan Minimal RSD, pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type B Peribadatan Perekonomian :pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : Peningkatan sarana dan fasilitas DTP Banjaran dan Pangalengan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type B Peribadatan Perekonomian :pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : Puskesmas Perkotaan dan kesehatan matra pengembangan program LAPORAN AKHIR III - 12
No Wilayah Pengembangan Pusat Pertumbuhan Fungsi Utama Kawasan 4. WP Majalaya Majalaya Industri Permukiman Pertanian JasadanPerdagangan 5. WP Cileunyi- Rancaekek Cileunyi Permukiman JasadanPerdagangan Industri Pertanian Konservasi Fasilitas Pelayanan Minimal pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type C Peribadatan Perekonomian :pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi: Hotel Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : RSUD, Puskesmas Majalaya, dengan kesehatan Matra dan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type B Peribadatan Perekonomian :pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel/penginapa n lainnya Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : Peningkatan fasilitas, dan sarana pada DTP, dan pengembangan Puskesmas perkotaan LAPORAN AKHIR III - 13
No Wilayah Pengembangan Pusat Pertumbuhan Fungsi Utama Kawasan 6. WP Cicalengka Cicalengka Industri JasadanPerdagangan Pertanian Permukiman Fasilitas Pelayanan Minimal pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type C Peribadatan Perekonomian :pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel/penginapa n lainnya Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : RSD, dan Puskesmas UGD dan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type C Peribadatan Perekonomian :pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel/penginapa n lainnya LAPORAN AKHIR III - 14
No Wilayah Pengembangan WP yang merupakan bagian dari PKN Kota Bandung Pusat Pertumbuhan Margahayu Margaasih Cilengkrang Cimenyan Fungsi Utama Kawasan Industri Permukiman JasadanPerdagangan Konservasi Permukiman LahanPertanian Pariwisata PerdagangandanJasa Fasilitas Pelayanan Minimal Pendidikan : SD, SLTP, SMU, Kesehatan : Puskesmas DTP di Margaasih, RSIA di Bihbul dan pembangunan Puskesmas Bihbul pengganti dan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Peribadatan Pendidikan : SD, SLTP, SMU, Kesehatan : Puskesmas Peribadatan Akomodasi dan pendukungnya Terkait dengan pengembangan kawasan industri, sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Bandung tahun 2007-2027, semua Wilayah pengembangan mempunyai fungsi untuk pengembangan industri. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang telah disebutkan di atas harus ditunjang oleh jaringan sarana dan prasarana, terutama transportasi. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung 2007-2027 rencana pengembangan infrastruktur transportasi adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2 LAPORAN AKHIR III - 15
Gambar 3.2 Rencana Pengembangan Infrastruktur Transportasi LAPORAN AKHIR III - 16
3.2.2 Rencana Pola Ruang Pola pemanfaatan ruang dapat dibagi kedalam pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya dibagi lagi kedalam kawasan budidaya perdesaan/pertanian dan kawasan budidaya perkotaan. Pengembangan kawasan industri tembakau sangat terkait dengan kawasan budidaya perdesaan/pertanian berupa kawasan pertanian, dan kawasan budidaya perkotaan berupa kawasan industri. 1. Kawasan Pertanian Kawasan budidaya pertanian adalah kawasan dengan fungsi utama pertanian, didasarkan pada kondisi alami, manusia, dan buatan.pemanfaatan lahan untuk pertanian dikelompokan pada peruntukan pertanian lahan basah (padi sawah) dan pertanian lahan kering (tanaman pangan lahan kering, tanaman tahunan, perkebunan, dan hutan produksi). Pola pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan budidaya pertanian berdasarkan kesesuaian lahan adalah sebagai berikut : Kawasan tanaman tahunan dan atau perkebunan Kawasan in merupakan kawasan budidaya yang berfungsi lindung.di Kabupaten Bandung kawasan ini terdapat seluas 40.598,31Ha tersebar hampir di seluruh kecamatan terutama di kecamatankecamatan bagian selatan Kabupaten Bandung, kecuali di Kecamatan Katapang, Margahayu, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Rancaekek, Cangkuang. Kawasan pertanian lahan basah (padi sawah) Terdapat seluas 33.780,91 Ha, tersebar di seluruh kecamatan dengan jumlah terbesar terletak di Kecamatan Ciparay dan Pacet,. Kawasan pertanian lahan kering (dengan tanaman tahunan dan tanaman semusim) LAPORAN AKHIR III - 17
Terdapat seluas 11.735,67Ha, tersebar hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Bandung dengan jumlah terbesar terdapat di Kecamatan Arjasari, Pangalengan, dan Pasir jambu. Kawasan perikanan Kawasan perikanan di Kabupaten Bandung seluas743,96 Ha, dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok kawasan yaitu kawasan pembenihan ikan, tersebar di Kecamatan Ciparay, Pacet, Ibun dan Majalaya. Kawasan pendedelan ikan, tersebar di Kecamatan Banjaran, Dayeuhkolot, Cileunyi, Bojongsoang, Pameungpeuk, Pacet, Majalaya, Ciparay, dan Rancaekek. Kawasan pembesaran (kolam air deras) tersebar di Kecamatan Ciwidey, Soreang, Pacet, Banjaran, Cangkuang, Majalaya, dan Ibun. Kawasan peternakan Kawasan peternakan seluas107,27ha terbagi dalam 3 kawasan pengembangan yaitu kawasan sapi perah, terdapat di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Arjasari, Pasirjambu, Cilengkrang dan Cangkuang. Kawan pengembangan sapi potong terdapat di Kecamatan Cikancung, Nagreg dan Cimenyan.Kawasan pengembangan domba tersebar di Kecamatan Ibun, Paseh, Pacet, Banjaran, Arjasari, Baleendah, Bojongsoang, Soreang, dan Margahayu.Kawasan pengembangan unggas tersebar di Kecamatan Cikancung, Rancaekek, Majalaya, Ciparay, Arjasari, Cimaung, dan Ciwidey. Tanaman tembakau merupakan tanaman kawasan pertanian lahan kering. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung, kawasan pertanian lahan kering tersebar di hampir semua kecamatan di Kabupaten Bandung dengan jumlah terbesar terdapat dikecamatan Arjasari, Pangalengan, dan Pasirjambu. Sesuai dengan RTRW Kabupaten Bandung 2007-2027, pengembangan tanaman tembakau pada dasarnya dapat dikembangkan di semua kecamatan di Kabupaten Bandung. LAPORAN AKHIR III - 18
Kawasan Peruntukan Industri Kawasan peruntukan industri lama yang telah berkembang terletak di Kecamatan Margaasih, Katapang, Dayeuhkolot, Pameungpeuk, Baleendah, Bojongsoang, Solokanjeruk, Banjaran, Arjasari, Cileunyi, Majalaya, Cikancung, Rancaekek, Cicalengka, Arjasari, Margahayu dan Pameungpeuk. Peruntukan industri lama ini, terutama di wilayah selatan Kota Bandung,adalahuntuk jenis industri rumah tangga, pengolahan makanan dan industri yang tidak menggunakan air banyak. Rencana luas kawasan Industri di Kab.Bandung adalah seluas 5.786,36 Ha. Ketentuan mengenai kawasan industri/zona industri dilaksanakan melalui : Peningkatan nilai tambah pemanfaatan ruang dalam memenuhi kebutuhan ruang bagi pengembangan kegiatan industri, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Mengarahkan kegiatan industri yang non polutif dan tidak menggunakan air dalam jumlah besar ke Kawasan Industri Margaasih. Penataan zona-zona industri yang terbatas hanya mengisi ruang kosong di antara industri yang telah ada (infilling), agar tercapai keserasian dan optimasi pemanfaatan ruang/lahan. Pengembangan jenis-jenis industri yang ada di zona-zona industri adalah industri yang ramah lingkungan (non polutif) dan tidak boros air tanah dalam maupun air permukaan. Bagi industri polutif pada zona industri non polutif dapat diijinkan dengan memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Industri pengolahan tembakau merupakan industri non polutif dan tidak menggunakan air dalam jumlah besar, sehingga pengembangan industri tembakau sesuai dengan ketentuan LAPORAN AKHIR III - 19
mengenai kawasan industri/zona industri yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Bandung Pola pemanfaatan ruang di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Gambar 3.3. LAPORAN AKHIR III - 20
Gambar 3.3 Pola PemanfaatanRuang di Kabupaten Bandung LAPORAN AKHIR III - 21
LAPORAN AKHIR III - 22