KATA PENGANTAR. LKIP Kabupaten Bandung 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. LKIP Kabupaten Bandung 2016"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR P uji dan Syukur kami panjatkan ke-khadirat Allah SWT, karena atas Ridho dan perkenan-nya kami dapat menyelesaikan Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Bandung Tahun 2016, sesuai waktu yang telah ditetapkan.penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) ini dilakukan sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dan pertanggungjawaban Pemerintah Kabupaten Bandung atas pelaksanaan tugas, tanggungjawab, dan kewenangan yang dimiliki, khususnya kewenangan pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya dalam proses perwujudan Visi dan Misi organisasi selama kurun waktu satu tahun anggaran. Kewajiban penyusunan LKIP bagi setiap instansi pemerintah, ini didasarkan pada Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. LKIP ini menyajikan informasi tentang ukuran sejauh mana keberhasilan ataupun kekurangan dalam pencapaian target kinerja pemerintah yang telah dilaksanakan selama lima tahun dalam kerangka perwujudan tujuan RPJMD. LKIP merupakan potret nilai prestasi hasil kerja pemerintah, sehingga merupakan informasi penting yang wajib disampaikan kepada seluruh stakeholder dan masyarakat, serta khususnya bagi segenap aparatur penyelenggara Pemerintah Kabupaten Bandung, yang merupakan satu kesatuan penting dalam proses pelaksanaan pembangunan. Kami sangat menyadari, bahwa dalam laporan ini masih terdapat berbagai hal yang masih memerlukan penyempurnaan baik menyangkut pada aspek penulisan, data- i

3 data dan materi laporan, yang disebabkan berbagai kendala-kendala baik internal maupun eksternal, sehingga kami membuka diri untuk menerima informasi-infomasi berupa saran dan masukan, koreksi bahkan kritik sebagai bahan evaluasi dan perbaikan terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan secara menyeluruh. Akhirul kata, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah- NYA, serta kekuatan kepada kita semua dalam mengemban amanah untuk meningkatkan kualitas pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan dalam mewujudkan Visi Kabupaten Bandung, yaitu memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri, dan Berdaya Saing melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, dan Pemantapan Pembangunan Perdesaan, berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan. Amiin Soreang, Maret 2017 BUPATI BANDUNG H. DADANG M. NASER, SH.,S.IP. M.IP ii

4 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Bandung Tahun 2016 merupakan laporan realisasi hasil penyelenggaraan pemerintahan tahun ke 1 (satu) dari 5 (lima) tahun perencanaan RPJMD Kabupaten Bandung. RPJMD merupakan landasan utama yang mengarahkan seluruh gerak penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan Kabupaten Bandung, pada arah Visi dan Misi Kabupaten Bandung. Pada tahun 2016 RPJMD Kabupaten Bandung ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bandung Tahun dengan Visi Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan. Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan ke depan, serta memperhitungkan peluang yang dimiliki, Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan 9 (sembilan) Misi Pembangunan sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan; 2. Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan;l 3. Mewujudkan pembangunan infrastruktur yang terpadu tata ruang wilayah; dengan memperhatikan aspek kebencanaan; 4. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat; 5. Menciptakan Pembangunan Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif; 6. Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup; 7. Meningkatkan Kemandirian Desa; 8. Meningkatkan reformasi birokrasi; 9. Meningkatkan Kemanan dan Ketertiban Wilayah. Pemerintah Kabupaten Bandung menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 2016, sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan Halaman vi

5 kebijakan yang dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. LKIP juga berperan sebagai alat kendali dan penilai kinerja untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan dengan konsep good governance, selain itu merupakan informasi penting untuk masyarakat tentang hasilhasil kinerja pemerintahan pada tahun Secara umum, penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Bandung pada tahun 2016 dapat dikatakan Sangat Memuaskan. Hal ini, didasarkan pada hasil pengukuran kinerja pencapaian sasaran yang dapat dicapai melalui pelaksanaan berbagai kebijakan, program dan kegiatan sebagaimana tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun Hasil pengukuran kinerja menunjukkan bahwa dari 30 sasaran strategis dengan 34 indikator kinerja utama (IKU Revisi) menunjukkan bahwa : Nilai rata-rata capaian kinerja sasaran strategis dari 30 sasaran strategis adalah 93,58%, berada pada kategori AA atau memuaskan Capaian kinerja sasaran strategis dari 30 sasaran strategis adalah 23 sasaran dikategorikan AA atau Memuaskan, 1 sasaran dikategorikan A atau Memuaskan, memimpin perubahan berkinerja tinggi dan sangat akuntabel, 1 sasaran dikategorikan BB atau Sangat Baik, akuntabel, berkinerja baik, memiliki system manajemen kinerja yang andal, 1 sasaran dikategorikan CC atau Cukup (memadai), Akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggung jawaban, perlu banyak perbaikan tidak mendasar, 1 sasaran dikategorikan C atau kurang Sistem dan tatanan kurang diandalkan, memiliki sistem untuk manajemen kinerja tapi perlu banyak perbaikan minor dan perbaikan yang mendasar, 1 sasaran dikategorikan D atau Sangat Kurang, Sistem dantatanan tidak dapat diandalkan untuk penerapan manajemen kinerja; Perlu banyak perbaikan, sebagian perubahan yang sangat mendasar, sedangkan 2 sasaran belum bisa diukur capaian kinerjanya terkait perhitungan yang masih dilakukan oleh instansi terkait, seperti BPK dan BPS Beberapa kendala yang ditemukan dalam proses penyusunan LKIP Kabupaten Bandung yang menyebabkan belum tersusunnya dokumen LKIP secara Halaman vi

6 maksimal sesuai dengan tata cara dan mekanisme penyusunan LKIP antara lain adalah : 1. Ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang terbatas dalam pengerjaan beberapa jenis pelaporan penyelenggaraan pemerintahan yang wajib dipenuhi oleh pemerintah daerah yaitu antara lain Laporan Tahunan, LKIP, LKPJ, LPPD, IPPD dan laporan keuangan daerah, dengan mekanisme penyajian yang berbeda-beda, namun dengan tenggat waktu penyelesaian laporan yang bersamaan. Kondisi tersebut tentunya menyebabkan tidak terkonsentrasinya penyusunan laporan dengan baik dan terjadinya in-efisiensi pengalokasian sumber daya yang cukup besar hanya untuk sekedar memenuhi penyusunan laporan. Banyaknya jenis laporan yang harus tersusun dengan tengah waktu bersamaan menjadi beban kerja yang tidak efektif bagi seluruh unit pelaksana penyusun pelaporan. 2. RPJMD baru saja ditetapkan pada pertengahan tahun 2016 sehingga penyesuaian indikator-indikator kinerja sasaran keseluruhan belum dapat dipahami dan terakselerasi dengan perencanaan OPD. Kondisi ini menyebabkan pada beberapa indikator kinerja sasaran yang dipaparkan belum memiliki data dan informasi pendukung yang mencukupi. 3. Perencanaan kinerja dalam dokumen RPJMD belum memuat indikator kinerja tujuan dan target reliasasi, yang tersaji saat ini hanya indikator kinerja outcome, sehingga belum optimal dalam penilaian atas kriteria indikator tujuan. 4. Masih ada beberapa indikator kinerja yang belum tepat, sesuai dan relevan dengan sasaran dan tujuan yang hendak diwujudkan, hal ini menyebabkan penjelasan atas analisis kinerja belum akurat dideskripsikan. 5. Belum adanya standar pengkategorian nilai capaian indikator, sehingga dalam penyusunan LKIP tahun 2016 pengkategorian berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 13 tahun 2010, yaitu menggunakan pengkategorian nilai hasil reviu LKIP. Semoga, LKIP ini dapat menjadi bahan evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Bandung. Prestasi kinerja yang berhasil diraih merupakan hasil kerja keras seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bandung bersama dengan stakeholder yang dibingkai semangat kebersamaan dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Berbagai kekurangan yang ada, tentunya Halaman vi

7 menjadi pemacu untuk memotivasi agar lebih bersemangat dalam bekerja dan berusaha demi tujuan Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Halaman vi

8 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i IKHTISAR EKSEKUTIF... iii DAFTAR ISI... v BAB 1 PENDAHULUAN... I - 1 A. Latar Belakang... I - 1 B. Gambaran Umum Kabupaten Bandung... I Kondisi Geografis... I Gambaran Umum Demografis... I Kondisi Makro Kabupaten Bandung... I - 5 C. Aspek Strategis Kabupaten Bandung... I Aspek Pemerintahan... I Aspek Sosial Budaya... I Aspek Pembangunan Ekonomi Perdesaan... I Aspek Tata Ruang Dan Insfrastruktur Dasar... I Aspek Lingkungan Hidup... I - 8 D. Maksud dan Tujuan... I Aspek Akuntabilitas Kinerja... I Aspek Manajemen Kinerja... I - 8 E. Organisasi Pemerintah Kabupaten Bandung... I Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi... I Sumber Daya Aparatur... I - 12 F. Permasalahan Utama (strategic issued)... I - 14 G. Dasar Hukum... I - 19 H. Sistematika Penyajian... I - 21 BAB 2 PERENCANAAN KINERJA... II - 1 A. Rencana Strategis Kabupaten Bandung... II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bandung Tahun II Visi Dan Misi... II - 2 vii

9 3. Tujuan Dan Sasaran... II Strategi Dan Arah Kebijakan... II - 16 B. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung... II Prioritas Pembangunan Daerah... II Perjanjian Kinerja Tahun II - 39 BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA... III - 1 A. CAPAIAN KINERJA... III Tujuan 1 : Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan berkualitas dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan... a) Sasaran 1 : Optimalnya Ketersediaan Fasilitas Pendidikan Formal Baik Dari Segi Kuantitas Maupun Dari Segi Kualitas... III - 3 III - 4 b) Sasaran 2 : Meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah... III - 6 c) Sasaran 3 : Meningkatnya Jumlah Guru Profesional... III Tujuan 2 : Meningkatkan pelayanan kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat... III - 14 a) Sasaran 4 : Optimalnya layanan kesehatan oleh pemerintah... III - 14 b) Sasaran 5 : Meningkatnya derajat kesehatan penduduk sejalan dengan upaya membangun keluarga berencana dan keluarga sejahtera... c) Sasaran 6 : Meningkatnya Kesadaran Penduduk Untuk Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Tujuan 3 : Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar yang tahan terhadap bencana serta mewujudkan keserasian pembangunan dengan tata ruang wilayah... a) Sasaran 7 : Meningkatnya aksesiblitas, kapasitas dan keselamatan terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi... III - 17 III - 20 III - 23 III - 24 b) Sasaran 8 : Meningkatnya aksesiblitas, kapasitas dan kualitas infrastruktur sumber air... III - 27 viii

10 c) Sasaran 9 : Meningkatnya penataan kawasan ibu kota Kabupaten Bandung III - 29 d) Sasaran 10 : Meningatnya kualitas kawasan pemukiman III - 31 e) Sasaran 11 : Optimalnya sistem telekomunikasi dan informatika yang terpadu melalui pemanfaatan teknologi dan komunikasi.. III - 33 f) Sasaran 12 : Meningkatnya efektifitas pemanfaatan ruang wilayah.. III - 34 g) Sasaran 13 : Meningkatnya upaya pengelolaan sarana dan Prasana sanitasi III - 35 h) Sasaran 14 : Meningkatnya upaya penanganan Masyarakat yang tergenang banjir III Tujuan 4 : Mengentaskan permasalahan kesejahteraan sosial di Kabupaten Bandung... III - 41 a) Sasaran 15 : Meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam sektor ketenagakerjaan Tujuan 5 : Meningkatkan daya saing perekonomian Kabupaten Bandung sebagai upaya optimalisasi kontribusi sektor ekonomi terhadap pembangunan daerah... a) Sasaran 16 : Tercapainya kondisi ketahanan Pangan... b) Sasaran 17 : Meningkatnya daya saing komoditas pertanian... c) Sasaran 18 : Meningkatnya Transaksi Pada Sektor Perdagangan Dan Jasa Di Kabupaten Bandung... d) Sasaran 19 : Meningkatkan Kapasitas, Kapabilitas Serta Produktivitas UMKM-IKM Dan Kualitas Produk Unggulan... III - 41 III - 43 III - 43 III - 46 III - 48 III - 50 e) Sasaran 20: Meningkatnya Kesejahteraan Petani III - 52 f) Sasaran 21 : Meningkatnya Investasi. III Tujuan 6 : Menciptakan lingkungan yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, daya tampung lingkungan serta perubahan iklim... a) Sasaran 22 : Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan... III - 57 III - 58 ix

11 b) Sasaran 23 : Terselenggaranya konservasi Sumber Daya Alam Tujuan 7 : Meningkatnya Pemberdayaan Masyarakat Desa... III - 62 III - 64 a) Sasaran 24 : Meningkatnya pemberdayaan masyarakat perdesaan... III - 64 b) Sasaran 25 : Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa... III Tujuan 8 : Meningkatkan kinerja aparatur dan kelembagaan penyelenggara pelayanan publik.. III - 70 a) Sasaran 26 : Meningkatnya kualitas kinerja aparatur pemerintah.. III - 70 b) Sasaran 27 : Meningkatkan efisiensi pelayanan administrasi publik.. III - 74 c) Sasaran 28 : Meningkatnya Kapasitas dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. III - 76 d) Sasaran 29 : Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah III Tujuan 9 : Meningkatkan stabilitas keamanan yang kondusif bagi pembangunan wilayah III - 81 a) Sasaran 30 : Meningkatkan Stabilitas Keamanan Yang Kondusif Bagi Pembangunan Wilayah III - 82 B. AKUNTABILITAS KEUANGAN... III - 85 C. DAFTAR PENGHARGAAN.... III - 97 BAB 4 PENUTUP... IV - 1 LAMPIRAN-LAMPIRAN x

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan Good Governance ( tata kelola pemerintahan yang baik, transparan dan akuntabel ) merupakan prasyarat dari setiap pemerintahan untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara. Untuk itu diperlukan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan terukur sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu bentuk pertanggungjawaban yang terukur dan terlegitimasi sesuai dengan Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, pada intinya mengamanatkan agar setiap instansi pemerintah dalam penyelenggaraan tugas, tanggung jawab, dan kewenangannya, wajib dilaksanakan secara akuntabel dan salah satu bentuknya adalah kewajiban penyusunan laporan kinerja penyelenggaraan pemerintahan. Pelaporan dimaksud secara tidak langsung merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat tentang kualitas kinerja yang dihasilkan terkait pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber daya yang dimiliki termasuk sumber daya keuangan. Pelaporan kinerja pemerintahan tersebut diantaranya adalah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) yang disampaikan kepada Gubernur, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Menteri Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. I 1

13 Substansi pelaporan didasarkan pada realisasi capaian kinerja tahunan perencanaan strategis dan pengaruhnya terhadap proses perwujudan kondisi akhir rencana lima tahunan, yang ditetapkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), yang pada gilirannya pelaporan ini prinsipnya menggambarkan realisasi tahapan pencapaian proses perwujudan cita-cita Kepala Daerah yang dituangkan ke dalam visi, misi dan program strategis RPJMD. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Bandung Tahun 2016 merupakan laporan realisasi hasil penyelenggaraan pemerintahan tahun ke 1 (satu) dari 5 (lima) tahun perencanaan RPJMD Kabupaten Bandung. RPJMD merupakan landasan utama yang mengarahkan seluruh gerak penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan Kabupaten Bandung, pada arah Visi dan Misi Kabupaten Bandung. Pada tahun 2016 RPJMD Kabupaten Bandung ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bandung Tahun dengan Visi Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan. Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan ke depan, serta memperhitungkan peluang yang dimiliki, Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan 9 (sembilan) Misi Pembangunan sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan; 2. Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan;l 3. Mewujudkan pembangunan infrastruktur yang terpadu tata ruang wilayah; dengan memperhatikan aspek kebencanaan; 4. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat; 5. Menciptakan Pembangunan Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif; 6. Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup; 7. Meningkatkan Kemandirian Desa; 8. Meningkatkan reformasi birokrasi; 9. Meningkatkan Kemanan dan Ketertiban Wilayah. RPJMD Kabupaten Bandung adalah dokumen perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun dalam mewujudkan kinerja capaian visi dan misi Kabupaten Bandung. Penetapan indikator-indikator sebagai alat ukur keberhasilan proses I 2

14 perwujudan visi dan misi Kabupaten Bandung. Sehingga dengan disusunnya dokumen RPJMD, maka pengukuran akuntabilitas kinerja pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung dapat digambarkan dan dipertanggungjawabkan secara lebih tepat. Pemerintah Kabupaten Bandung menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 2016, sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah (PD), berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. LKIP juga berperan sebagai alat kendali dan penilai kinerja untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan dengan konsep good governance, selain itu merupakan informasi penting untuk masyarakat tentang hasil-hasil kinerja pemerintahan pada tahun B. Gambaran Umum Kabupaten Bandung 1. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada koordinat 107 o o 50 Bujur Timur dan o 19 Lintang Selatan dengan ketinggian 500 meter sampai meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah ,67 Ha. Batas wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Bandung adalah : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang; b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur; d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi. Gambar 1.1 Peta Kabupaten Bandung Sumber : Website resmi Pemerintah Kabupaten Bandung ( gambaran-umum-sumber-daya-alam) I 3

15 Morfologi Kabupaten Bandung terdiri atas : wilayah datar/landai, perbukitan, dan pegunungan dengan kemiringan lereng beragam antara 0 8 %, 8 15 % hingga di atas 45 %. Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara mm sampai dengan mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 12 o C sampai 24 o C dengan kelembaban udara beragam antara 78 % pada musim hujan dan 70 % pada musim kemarau. Kondisi alam tersebut membuat Kabupaten Bandung rentan dengan bencana alam, baik itu bencana banjir, bencana longsor, erosi dan sebagainya. Secara proporsi, penggunaan lahan di Kabupaten Bandung didominasi oleh kawasan budidaya pertanian yaitu seluas 53,22% dari luas keseluruhan ,67 Ha. Penggunaan lahan lainnya yaitu kawasan lindung sebesar 33,83%, kawasan budidaya non pertanian 12,44%, dan kawasan lainnya 0,51%. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung masih berupa kawasan ruang terbuka, dimana mampu menyerap air larian hujan yang mencapai mm per tahun. Berdasarkan luas lahan terbuka yang ada di Kabupaten Bandung baik yang berupa kawasan lindung maupun kawasan budidaya, tanah di Kabupaten Bandung memiliki kemampuan untuk menyerap air sebanyak 0,793-2,115 miliar meter kubik per tahun. 2. Gambaran Umum Demografis Diagram 1.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Bandung Tahun 2016 Laki-laki Perempuan Sumber : BPS Kab. Bandung, 2016 (Angka Sementara) Jumlah penduduk Kabupaten Bandung tahun 2016 sebesar jiwa terdiri atas : Laki-laki jiwa (50,71 %) dan perempuan jiwa (49,29 %). Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Tahun 2016 sebesar 1,77%, menurun dibandingkan dengan LPP Tahun 2015 sebesar 1,84%. Walaupun dari segi laju pertumbuhan penduduk menurun namun dari jumlah penduduk masih meningkat dari tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah penduduk harus ditangani dengan baik dan komprehensif diiringi dengan upaya pengendalian jumlah penduduk secara terpadu dan berkesinambungan serta upaya I 4

16 peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Dengan pertambahan jumlah penduduk, akan menimbulkan permasalahan bagi pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung, Pemerintah harus menyediakan berbagai fasilitas yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan hidup penduduknya. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain : fasilitas perumahan, pendidikan, lapangan pekerjaan, sarana sosial, kesehatan dan sebagainya. Secara lebih rinci komposisi penduduk Kabupaten Bandung berdasarkan kelompok umur, diuraikan dalam tabel berikut. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2016 (Jiwa) Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Jumlah Penduduk Sumber : BPS Kab. Bandung, Tahun 2016 (Data Sementara) 3. Kondisi Makro Kabupaten Bandung Gambaran kondisi Kabupaten Bandung secara umum dapat dilihat dari perubahan angka atau nilai-nilai indikator-indikator makro Kabupaten Bandung yang terdiri dari kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas pembangunan manusia. Kondisi indikator makro Kabupaten Bandung tahun dapat dilihat dari uraian dalam tabel berikut. I 5

17 Tabel 1.2 Indikator Makro di Kabupaten Bandung No Indikator ***) 1. Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk 1,84% 1,77 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,89% 5,33 4. Inflasi PDRB 6,09 % 4,15 5. PDRB atas Dasar Harga Berlaku (juta rupiah) , ,2 6. PDRB atas Dasar Harga Konstan (juta rupiah) ,1 68,144,362,0 7. Pendapatan per Kapita per Tahun IPM 70,05 70,98 9. Indeks Pendidikan 61,73 63, Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,41 8, Harapan Lama Sekolah 12,13 12, Indeks Kesehatan 81,65 81, Angka Harapan Hidup (tahun) 73,07 73, Indeks Daya Beli 68,17 69, Daya Beli Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Tahun 2016, ***) angka sangat sementara Dari tabel di atas, secara umum dapat dijelaskan bahwa Berdasarkan perhitungan, IPM Kabupaten Bandung pada Tahun 2016 mecapai 70,98*) point yaitu kontribusi dari Indeks Pendidikan 63,21; Indeks Kesehatan 81,81 dan Indeks Daya Beli 69,15,34. IPM Tahun 2016 ini meningkat 0,93 point dibandingkan IPM Tahun 2015 yang mecapai 70,05 point, Perhitungan IPM tahun 2016 sudah menggunakan metode perhitungan baru. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan hasil penjumlahan dari seluruh nilai tambah (value added) produksi barang dan jasa dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi dan gambaran perekonomian pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah baik secara keseluruhan maupun sektoral. I 6

18 C. Aspek Strategis Kabupaten Bandung 1. Aspek Pemerintahan Strategi pembangunan aspek pemerintahan mencakup peningkatan kualitas implementasi tata kelola pemerintahan yang baik, yang ditandai dengan: menguatnya kapasitas kelembagaan pemerintah, penguatan kelembagaan manajemen kinerja pembangunan; meningkatkan kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi; meningkatkan kapasitas, profesionalisme dan kinerja Pegawai; meningkatkan kualitas pelayanan publik; meningkatkan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan; meningkatkan efektivitas implementasi sistem manajemen kinerja pembangunan. 2. Aspek Sosial Budaya dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Strategi pembangunan aspek sosial budaya dan peningkatan SDM mencakup upaya meningkatkan derajat dan kondisi sosial masyarakat dengan cara peningkatan SDM Kabupaten bandung melalui peningkatan derajat kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan peningkatan daya beli masyarakat yang dibarengi pula dengan upaya-upaya untuk menjunjung tinggi budi pekerti, budaya sunda, dan berlandaskan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Aspek Pembangunan Ekonomi Perdesaan Strategi pembangunan aspek pembangunan ekonomi perdesaan mencakup upaya pemberdayaan dan pendayagunaan potensi ekonomi yang ada di kawasan perdesaan menghasilkan kekuatan ekonomi secara global. diharapkan juga pemanfaatan potensi ekonomi masyarakat desa secara optimal memberikan kontribusi terhadap indikator ekonomi makro yaitu PDRB, Inflasi, Laju Pertumbuhan Ekonomi, Laju Investasi, konsumsi pemerintah dan indikator sosial makro. 4. Aspek Tata Ruang dan Infrastruktur Dasar Strategi pembangunan tata ruang dan infrastruktur Dasar merupakan upaya untuk mendukung keselarasan pemanfaaatan ruang yang mampu mengembangkan fungsi setiap kawasan. Menciptakan hubungan sinergis antara wilayah dengan wilayah/daerah sekitar. Mendukung Pembangunan agar dapat I 7

19 5. Aspek Lingkungan Hidup Strategi pembangunan Lingkungan Hidup merupakan Landasan Pembangunan Kabupaten Bandung sesuai dengan Visi Bupati Bandung Tahun D. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan penyusunan LKIP Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 2016 mencakup hal-hal berikut ini : 1. Aspek Akuntabilitas Kinerja Bagi keperluan eksternal organisasi, sebagai sarana pertanggung jawaban pemerintah Kabupaten Bandung atas capaian kinerja yang berhasil diperoleh selama tahun Esensi capaian kinerja yang dilaporkan merujuk pada sampai sejauh mana visi, misi, tujuan dan sasaran strategis yang telah dicapai selama tahun Aspek Manajemen Kinerja Bagi keperluan internal organisasi, sebagai sarana evaluasi pencapaian kinerja dalam upaya perbaikan kinerja di masa datang, terutama untuk melakukan perbaikan kekurangan yang ditemukan pada setiap celah kinerja. Selain itu dalam rangka mengelola penataan manajemen pemerintahan dapat merumuskan strategi pemecahan masalah sehingga capaian kinerja pemerintah Kabupaten Bandung dapat ditingkatkan secara berkelanjutan. E. Organisasi Pemerintah Kabupaten Bandung 1. Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung sebagai wadah penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan ditetapkan mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah yang merupakan pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Perangkat I 8

20 Daerah yang ditindaklanjuti penerapannya di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Adapun perangkat daerah terdiri dari : a. Sekretariat Daerah tipe A; b. Sekretariat DPRD tipe A; c. Inspektorat tipe A; d. Dinas tipe A, terdiri atas: 1. Dinas Pendidikan, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang pendidikan; 2. Dinas Kesehatan, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang kesehatan; 3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang; 4. Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang perumahan rakyat, kawasan permukiman dan Urusan Pemerintahan bidang pertanahan; 5. Satuan Polisi Pamong Praja, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat sub urusan ketenteraman dan ketertiban umum; 6. Dinas Sosial, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang sosial; 7. Dinas Tenaga Kerja, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang tenaga kerja dan Urusan Pemerintahan bidang transmigrasi; 8. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana dan Urusan Pemerintahan bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; 9. Dinas Lingkungan Hidup, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang lingkungan hidup; 10. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; I 9

21 11. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang pemberdayaan masyarakat dan desa; 12. Dinas Perhubungan, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang perhubungan; 13. Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang komunikasi dan informatika, Urusan Pemerintahan bidang statistik dan Urusan Pemerintahan bidang persandian; 14. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang penanaman modal; 15. Dinas Kepemudaan dan Olah Raga, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang kepemudaan dan olah raga; 16. Dinas Perdagangan dan Perindustrian, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang perdagangan, urusan pemerintahan bidang perindustrian dan Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral; 17. Dinas Pertanian, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang pertanian; dan 18. Dinas Pangan dan Perikanan, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang pangan dan Urusan Pemerintahan bidang kelautan dan perikanan. e. Dinas tipe B, terdiri atas: 1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang pariwisata dan Urusan Pemerintahan bidang kebudayaan; 2. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang koperasi, usaha kecil dan menengah; dan 3. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang perpustakaan dan Urusan Pemerintahan bidang kearsipan. f. Dinas tipe C, 1. Dinas Kebakaran, menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat sub urusan kebakaran. g. Badan tipe A, terdiri atas: I 10

22 1. Badan Perencanaan, Penel itian dan Pengembangan Daerah, menyelenggarakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan bidang perencanaan daerah dan Urusan Pemerintahan bidang penelitian dan pengembangan; 2. Badan Keuangan Daerah, menyelenggarakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan bidang keuangan daerah; dan 3. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah, menyelenggarakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan bidang kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan. h. Kecamatan tipe A, terdiri atas: 1. Kecamatan Soreang; 2. Kecamatan Pasirjambu; 3. Kecamatan Ciwidey; 4. Kecamatan Rancabali; 5. Kecamatan Kutawaringin; 6. Kecamatan Katapang; 7. Kecamatan Margaasih; 8. Kecamatan Cangkuang; 9. Kecamatan Banjaran; 10. Kecamatan Cimaung; 11. Kecamatan Pangalengan; 12. Kecamatan Baleendah; 13. Kecamatan Margahayu; 14. Kecamatan Dayeuhkolot; 15. Kecamatan Bojongsoang; 16. Kecamatan Cimenyan; 17. Kecamatan Cilengkrang; 18. Kecamatan Ciparay; 19. Kecamatan Arjasari; 20. Kecamatan Kertasari; 21. Kecamatan Ibun; I 11

23 22. Kecamatan Paseh; 23. Kecamatan Pacet; 24. Kecamatan Majalaya; 25. Kecamatan Cicalengka; 26. Kecamatan Solokanjeruk; 27. Kecamatan Pameungpeuk; 28. Kecamatan Cileunyi; 29. Kecamatan Rancaekek; 30. Kecamatan Nagreg; dan 31. Kecamatan Cikancung. 2. Sumber Daya Aparatur Dalam menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Bandung ditunjang oleh sumber daya aparatur sebanyak orang yang tersebar di berbagai Organsasi Perangkat Daerah (OPD). Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.3 Jumlah Sumber Daya Aparatur Di Kabupaten Bandung Tahun 2016 No SKPD Jumlah 1 Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah 64 3 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 30 4 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 44 6 Badan Penanaman Modal dan Perijinan 52 7 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 29 8 Badan Pengendalian Lingkungan Hidup 66 9 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Perpustakaan, Arsip dan Pengembangan Sistem Informasi Dinas Bina Marga Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Dinas Kesehatan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan I 12

24 18 Dinas Perhubungan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan Dinas Peternakan dan Perikanan Dinas Sosial Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi Dinas Tenaga Kerja Inspektorat Kecamatan Arjasari Kecamatan Baleendah Kecamatan Banjaran Kecamatan Bojongsoang Kecamatan Cangkuang Kecamatan Cicalengka Kecamatan Cikancung Kecamatan Cilengkrang Kecamatan Cileunyi Kecamatan Cimaung Kecamatan Cimenyan Kecamatan Ciparay Kecamatan Ciwidey Kecamatan Dayeuhkolot Kecamatan Ibun Kecamatan Katapang Kecamatan Kertasari Kecamatan Kutawaringin Kecamatan Majalaya Kecamatan Margaasih Kecamatan Margahayu Kecamatan Nagreg Kecamatan Pacet Kecamatan Pameungpeuk Kecamatan Pangalengan Kecamatan Paseh Kecamatan Pasirjambu Kecamatan Rancabali Kecamatan Rancaekek Kecamatan Solokan Jeruk Kecamatan Soreang Kelurahan Andir 9 58 Kelurahan Baleendah 9 I 13

25 59 Kelurahan Cibeunying 7 60 Kelurahan Jelekong 8 61 Kelurahan Manggahang 9 62 Kelurahan Padasuka 8 63 Kelurahan Pasawahan 8 64 Kelurahan Rancaekek Kencana 8 65 Kelurahan Sulaiman 9 66 Kelurahan Wargamekar 7 67 Rumah Sakit Daerah Kelas B Majalaya Rumah Sakit Daerah Kelas C Cicalengka Rumah Sakit Daerah Kelas C Soreang Satuan Polisi Pamong Praja Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Sekretariat KORPRI 4 74 Sekretariat KPUD 8 Total Sumber : Bezzeting BKPP Kab. Bandung per 31 Desember 2016 F. Permasalahan Utama (strategic issued) Kabupaten Bandung merupakan daerah dengan perubahan yang cepat dan dinamis, dengan tingkat keterpengaruhan perkembangan wilayah regional yang tinggi. Kabupaten Bandung dapat di klasifikasikan sebagai daerah penyangga Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, yaitu Kota Bandung. Pada sisi lain Kabupaten Bandung memiliki sumber-sumber potensial daerah yang dapat dikembangkan menjadi ikon pendorong peningkatan kualitas kemajuan pembangunan daerah. Dengan kecukupan kuantitas sumberdaya manusia, potensi sumber daya alam, merupakan modal dalam perencanaan pembangunan. Namun tentunya pengaturan, penataan, dan analisis terhadap seluruh potensi perlu di kaji secara lebih mendalam sehingga potensi positif dapat dikelola secara benar dengan kendali arah pencapaian tujuan yang tepat, yang pada gilirannya dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bandung. Berdasarkan kondisi singkat diatas, maka isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Bandung Tahun , yang menjadi prioritas penanganan: I 14

26 1. Jaminan Pendidikan dan Kesehatan bagi masyarakat; 2. Pelayanan publik yang aman dan nyaman bagi wanita, anak- anak, lansia, dan difabel; 3. infrastruktur dasar dan kurangnya sarana pelayanan publik yang aman dan nyaman bagi wanita, anak- anak, lansia, dan difabel 4. Penanganan banjir dan kekeringan 5. Penanggulangan kemiskinan; 6. Peningkatan daya saing perekonomian produk unggulan dan ketahanan dan kemandirian pangan; 7. Pengendalian pencemaran lingkungan dan masih terbatasnya luas Ruang Terbuka Hijau; 8. Pemberdayaan masyarakat desa; 9. Pengoptimalan kinerja pemerintahan dan kerjasama dalam penyelenggaraan ketertiban umum dan keamanan; Penjabaran masing-masing isu strategis disajikan dalam uraian berikut : 1. Sektor pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam menentukan tingkat kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang diharapkan yaitu yang mampu melakukan inovasi, kreasi serta memiliki karakter dan budi pekerti. Beberapa peningkatan dan akselerasi program diperlukan dalam mengatasi belum optimalnya partisipasi masyarakat yang mampu secara ekonomi untuk mengakses layanan pendidikan, belum memadainya kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan, belum memadainya jumlah guru tetap dan jumlah guru yang berpendidikan keguruan, masih kurang baiknya distribusi tenaga pengajar. Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga berbicara mengenai kesehatan yang secara kontinyu diintervensi melalui program/kegiatan yang bersifat kuratif, preventif maupun promotif. Akselerasi dan perbaikan perlu dilakukan dalam mengantisipasi sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang masih belum memadai serta kurang dan belum meratanya jumlah dan persebaran tenaga medis. 2. Dalam arti luas pelayanan publik adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat umum yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Penyelenggara pelayanan publik dilakukan oleh institusi pemerintahan (birokrasi) yang meliputi pelayanan dasar (substantif) dan pelayanan administrasi. I 15

27 Belum meratanya kualitas sumber daya manusia pada Pemerintahan, terutama pada unit kerja yang melaksanakan pelayanan kepada masyarakat menyebabkan perbaikan dan peningkatan kapasitas aparatur dan lembaga publik perlu terus diperbaiki dalam rangka mewujudkan Good Govermance. 3. Infrastruktur merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam mendukung sektor prioritas bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli.sektor infrastruktur terdiri atas : prasarana transportasi, sumber daya air, dan prasarana permukiman, yang berperan sebagai pembentuk struktur ruang, pemenuhan kebutuhan wilayah, pemacu pertumbuhan wilayah, serta pengikat antar-wilayah. Peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur harus terus dilakukan dalam mendukung perekonomian. Keterpaduan pembangunan dan saling keterkaitan antar wilayah yang terangkum dalam dokumen ketataruangan masih perlu ditingkatkan efektivitas dan pelaksanaannya, begitu pun dengan pengendaliannya. Beberapa masalah yang masih perlu langkah penangangan lanjutan, di antaranya ialah perlu adanya perda tentang RDTR sebagai tindak lanjut penyusunan dokumen RDTR Baleendah-Dayeuhkolt, Soreang, Kutawaringin dan Tegalluar. Hal ini menyebabkan terhambatnya rencana dan pelaksanaan pembangunan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat umum, karena beberapa dokumen harus mengacu terhadap RDTR dan Peraturan Zonasinya. 4. Berkaitan dengan lingkungan hidup dan bencana, dalam penanganan banjir dan genangan masih diperlukan peningkatan efektivitas program dan partisipasi masyarakat dalam mematuhi peraturan perundangan yang ada. Masih tingginya degradasi dan longsoran-longsoran tebing yang diakibatkan oleh arus sungai yang cukup deras dan daerah konservasi yang mulai mengalami penurunan fungsi, sedangkan daerah hilir sungai sudah menunjukkan adanya abrasi yang cenderung membentuk badan sungai menjadi lebar dan dangkal. 5. Kemiskinan merupakan permasalahan krusial yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat dalam mengakses pelayanan standar terkait dengan pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan dan kemampuan daya beli. Berbagai program dari beberapa sektor yang telah dilaksanakan belum mampu/tidak signifikan dalam mengurangi jumlah keluarga miskin di Kabupaten Bandung. Hal tersebut, terutama karena belum terpadunya berbagai program penanggulangan kemiskinan (ego sektor) serta belum terukur secara jelas mengenai upaya pengurangan kemiskinan I 16

28 pada setiap program, hal ini dikarenakan belum adanya keseragaman data jumlah keluarga miskin sehingga target yang ingin dicapai setiap sektor belum jelas. 6. Untuk membangun perekonomian Kabupaten Bandung yang berdaya saing, beberapa sektor yang menjadi prioritas pengembangan antar lain meliputi sektor perdagangan dan jasa, sektor industri, sektor agrobisnis, sektor pariwisata, sektor koperasi dan UMKM serta sektor investasi, 7. Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupannya dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten Bandung sudah perlu mendapatkan perhatian khusus karena jika tidak ditangani secepatnya dikhawatirkan akan berdampak buruk untuk jangka panjang. Pembuangan limbah padat yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah baru bagi lingkungan, pembuangan limbah cair yang tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu juga akan mencemari sungai yang pada akhirnya akan merusak biota di dalam ekosistem sungai, sementara polusi udara yang ditimbulkan dari proses pembuangan residu ke udara tanpa disaring terlebih dahulu akan menimbulkan polusi udara yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. 8. Pembangunan pedesaan di Kabupaten Bandung merupakan strategi yang mutlak harus dilakukan oleh pemerintah, mengingat lebih dari 96 % dari total wilayah merupakan wilayah pedesaan. Kesenjangan dalam segi ekonomi antara wilayah pedesaan dan perkotaan menjadi perhatian utama. Hali ini di sebabkan pertumbuhan ekonomi pedesaan merupakan aspek penting dari pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bandung. Maka dari itu pemerintah Kabupaten Bandung perlu menetapkan core businessnya Sektor Pertanian, karena potensi yang dimiliki Kabupaten Bandung dalam memenuhi surplus pangan terutama padi, tetapi Pemerintah Kabupaten Bandung perlu melakukan langkah-langkah yang terstruktur dalam mempertahankan dan meningkatkan iklim usaha yang kondusif dalam meningkatkan nilai investasi serta memperkuat ekonomi lokal melalui peningkatan peran UKM yang menunjang usaha pertanian dan peternakan. Selain itu, perkembangan ekonomi pedesaan yang didominasi oleh aktivitas ekonomi I 17

29 pertanian, sangat berhubungan dengan sektor pariwisata, produksi kewaspadaan serta keamanan pangan dan bahan baku sektor lainya. 9. Keamanan dan ketertiban masyarakat diharapkan tetap terjaga dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif serta mendukung kinerja pembangunan secara umum. Prioritas ini selaras dengan prioritas dalam RPJPD Kabupaten Bandung Tahun Tahap II yaitu peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam keamanan dan ketertiban umum, juga selaras dengan RPJMN yaitu bidang polhukam. Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapantahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan dan secara moral dan etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan. Tabel 1.4 ISU STRATEGIS DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KABUPATEN BANDUNG ISU STRATEGIS PRIORITAS PEMBANGUNAN Masih terbatasnya jaminan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat Masih perlunya penanggulangan kemiskinan Kurangnya sarana pelayanan publik yang aman dan nyaman bagi wanita, anak-anak, lansia, dan difabel Masih terbatasnya infrastruktur dasar Belum efektifnya pengendalian pencemaran lingkungan dan masih terbatasnya luas ruang terbuka hijau Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pendidikan Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas kesehatan Penanggulangan kemiskinan dan PMKS Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar wilayah Pengendalian pencemaran lingkungan I 18

30 ISU STRATEGIS PRIORITAS PEMBANGUNAN Belum optimalnya penanganan banjir dan kekeringan Belum mantapnya ketahanan dan kemandirian pangan Belum optimalnya kinerja pemerintahan dan kerjasama dalam penyelenggaraan ketertiban umum dan keamanan Masih perlu ditingkatkannya daya saing perekonomian produk unggulan Masih perlunya pemberdayaan masyarakat desa Penanggulangan bencana banjir dan kekeringan Pemantapan ketahanan dan kemandirian pangan Reformasi birokrasi Pemantapan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat Peningkatan daya saing perekonomian produk unggulan Pemantapan pembangunan wilayah perdesaan Sumber : RKPD Kab. Bandung Tahun 2016 G. Dasar Hukum Peraturan perundang-undangan yang melatarbelakangi penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Bandung Tahun 2016 adalah: 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara; 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; I 19

31 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Penimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian/Lembaga; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 15. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 16. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2009; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; I 20

32 19. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004 tentang Transparansi dan Partisipasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kabupaten Bandung; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun H. Sistematika Penyajian Pada dasarnya Laporan Kinerja ini mengkomunikasikan pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Bandung selama tahun Capaian kinerja (Performance Results) 2015 tersebut diperoleh dari perbandingan atas hasil capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan setiap tahun terhadap rencana kinerja (Performance Plan) 2016 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini menguraikan keberhasilan, hambatan, dan permasalahan sehingga memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (Performance Gap) bagi perbaikan kinerja dimasa datang. Berdasarkan pola pikir tersebut, sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung tahun 2016, adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab II Rencana Strategis Bab III Akuntabilitas Kinerja Bab IV Penutup I 21

33 Bab I - Pendahuluan Menjelaskan latar belakang, gambaran umum Kabupaten Bandung, aspek strategis Kabupaten Bandung, maksud dan tujuan penyusunan LKIP, organisasi Pemerintah Kabupaten Bandung, sumber daya aparatur, dasar hukum penyusunan LKIP dan sistematika penyajian LKIP. Bab II Perencanaan Kinerja Menjelaskan muatan RPJMD untuk periode Tahun , visi dan misi, tujuan dan sasaran, strategi dan arah kebijakan, prioritas pembangunan daerah dan perjanjian kinerja tahun Bab III - Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi Pada Sub bab ini akan disajikan mengenai hasil pengukuran kinerja untuk masing-masing pernyataan sasaran kinerja pada tujuan yang ada di RPJMD yang memuat : a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Menjelakan tentang capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. b. Analisis Capaian Kinerja Untuk setiap capaian kinerja sasaran strategis dilakukan analisis capaian kinerja sebagai berikut : Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016; Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir; Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun 2016 dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Penyebab keberhasilan/kegagalan peningkatan / penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan, Efisiensi penggunaan I 22

34 sumber daya; Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja. B. Realisasi Anggaran Pada Sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja. Bab IV - Penutup Menjelaskan kesimpulan dari Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 2016, permasalahan dan kendala secara umum yang dihadapi, upaya-upaya penyelesaiannya dan langkah serta solusi dalam perbaikan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di masa yang akan datang. I 23

35 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS KABUPATEN BANDUNG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat. Sebagai kerangka perencanaan jangka panjang dijabarkan dengan perencanaan jangka menengah melalui penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun Penjabaran lebih lanjut dalam perencanaan tahunan dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bandung Tahun 2016 dan Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Kabupaten Bandung Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bandung Tahun Pemerintah daerah diwajibkan menyusun dan menetapkan perencanaan jangka menengah daerah merupakan amanat pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Kabupaten Bandung telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun RPJMD Kabupaten Bandung Tahun merupakan dokumen perencanaan strategis yang menetapkan arah kebijakan dan strategi pembangunan pada tahun , sebagai tolok ukur pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten Bandung dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dokumen ini LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 1

36 berfungsi sebagai penuntun segenap penyelenggara Perangkat Daerah (PD) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung dalam melaksanakan program/kegiatan pembangunan sesuai tugas dan fungsi yang diemban, dalam arah perwujudan visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi yang akan dicapai dalam lima tahun periode kepemimpinan Kepala Daerah. Tahun 2016 merupakan tahun pertama dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun Visi dan Misi Berbagai isu global dan nasional turut dipertimbangkan dalam upaya penyelesaian isu lokal yang berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat. Isu yang dihadapi Kabupaten Bandung antara lain : Pelayanan publik, Kualitas Sumber Daya Manusia (Pendidikan, Kesehatan, dan Kesalehan Sosial), Pembangunan Perdesaan dan Ketahanan Pangan, Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, Infrastruktur Wilayah dan Tata Ruang, Kemiskinan serta Lingkungan Hidup. Dalam menangani isu tersebut diperlukan penguatan kepemimpinan yang didukung oleh segenap komponen masyarakat dan penyelenggara pemerintahan. a. Visi Dengan mempertimbangkan isu yang ada, maka visi Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, yang dituangkan dalam RPJMD tahun , adalah : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemantapan Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Melalui visi tersebut, diharapkan Kabupaten Bandung melanjutkan membangun dan memiliki kemampuan menghadapi paradigma dan kondisi dimasa yang akan datang, lebih dari itu Kabupaten Bandung dapat berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup regional, nasional maupun global. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 2

37 b. Misi Dari pernyataan Visi Kabupaten Bandung tersebut, dirumuskan 9 (sembilan) Misi Kabupaten Bandung yang menggambarkan hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal yang masih terlihat abstrak pada visi akan lebih nyata pada misi tersebut. Lebih jauh, pernyataan misi Kabupaten Bandung memperlihatkan kebutuhan apa yang hendak dipenuhi oleh organisasi, siapa yang memiliki kebutuhan tersebut, dan bagaimana organisasi memenuhi kebutuhan tersebut. Adapun 9 (sembilan) misi Kabupaten Bandung yang telah ditetapkan adalah : 1. Misi Pertama: Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan Misi peningkatan kualitas dan cakupan layan pendidikan sejalan dengan visi Kabupaten Bandung, khususnya dalam upaya membangun Sumber Daya Manusia yang Berkualitas. Perbaikan dalam sektor pendidikan menjadi misi pertama yang diusung dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bandung Tahun Penetapan sektor pendidikan sebagai prioritas pertama didasari oleh pentingnya aspek ini dalam pembangunan Kabupaten Bandung, masyarakat Kabupaten Bandung sebagai aktor utama dalam penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Bandung perlu memiliki kapasitas dan daya saing dalam mendukung keberhasilan pembangunan Kabupaten Bandung. Dalam rangka membangun sumber daya manusia Kabupaten Bandung yang berkualitas maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan, yang mana antara lain dengan meningkatkan jumlah fasilitas pendidikan, terutama fasilitas sekolah menengah atas yang tersebar secara merata dan mencakup seluruh wilayah, meningkatkan kualitas pada fasilitas- fasilitas pendidikan melalui peningkatan efisiensi sekolah, meningkatkan kualitas tenaga pengajar, serta meningkatkan kompetensi siswa melalui penguasaan budaya lokal, olah raga dan keterampilan lain. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 3

38 2. Misi Kedua: Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan Seperti halnya misi pengembangan sektor pendidikan, misi mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan juga sejalan dengan upaya menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas. Dalam hal ini derajat kesehatan penduduk menjadi fokus yang ingin dicapai melalui misi ini. Derajat kesehatan masyarakat menjadi satu tolak ukur bagi kualitas SDM yang secara langsung berpengaruh terhadap produktivitas penduduk. SDM yang kreatif, inovatif dan kontributif terhadap pembangunan Kabupaten Bandung tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pembangunan Kabupaten Bandung tanpa didukung oleh drajat kesehatan penduduk yang tinggi. Untuk mendukung misi ini, beberapa upaya peningkatan kuantitas fasilitas kesehatan serta upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan perlu dilakukan. Dijabarkan lebih rinci beberapa upaya untuk mendukung pencapaian misi ini antara lain meningkatkan kuantitas dan kualitas puskesmasdan rumah sakit, menurunkan angka kesakitan penduduk melalui berbagai upaya pemberdayaan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga pola hidup bersih serta meningkatkan jumlah tenaga medis secara optimal yang melayani seluruh wilayah Kabupaten Bandung. 3. Misi Ketiga: Mewujudkan pembangunan infrastruktur yang terpadu tata ruang wilayah dengan memperhatikan aspek kebencanaan Penyediaan infrastruktur dasar memiliki pengaruh luas terhadap pembangunan di berbagai sektor. Infrastruktur dasar dalam hal ini meliputi infrastruktur transportasi, infrastruktur air bersih, infrastruktur air limbah, infrastruktur telekomunikasi dan infrastruktur energi. Dalam implementasinya, pembangunan infrastruktur terkait erat dengan tata ruang. Pengembangan infrastruktur dapat menstimulus perkembangan guna lahan suatu wilayah, sehingga perencanaan infrastruktur dan perencanaan tata ruang perlu dilakukan secara seiring untuk menciptakan adanya keterpaduan. Upaya- LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 4

39 upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dan keterpaduan tata ruang wilayah antara lain melalui mengoptimalkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar serta mewujudkan perencanaan tata ruang secara simultan, mulai dari perencanaan tata ruang, hingga ke pemanfaatan ruang dan pengendalian permanfaatan ruang. Aspek kebencanaan merupakan salah satu komponen yang perlu diakomodir dalam perencanaan pembangunan. Hal tersbut didasari oleh kondisi Kabupaten Bandung yang memiliki beberapa potensi bencan. Meninjau historis kebelakang, beberapa bencana cenderung tidak dapat dihindarkan dan menggangu stabilitas pembangunan. Mitigasi berupa pencegahan terjadinya bencana tidak akan menghilangkan seluruh resiko bencana. Berdasarkan hal tersebut, maka upaya terkait penanganan aspek kebencanaan selain mengakomodir upaya mitigasi pelu pula untuk diarahkan pada upaya adaptasi berupa rekayasa infrastruktur dan fasilitas publik agar memiliki kelentingan terhadap bencana. 4. Misi Keempat: : Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Penetapan misi meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat sejalan dengan upaya membangun sumber daya manusia Kabupaten Bandung yang berkualitas. Dengan meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat, diharapkan secara tidak langsung menciptakan stabilitas kemanan wilayah. Beberapa upaya yang akan diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat antara lain dengan peningkatan upaya pemenuhan layanan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), serta peningkatan partisipasi masayrakat dalam upaya pengentasan masalah kesejahteraan sosial. 5. Misi Kelima: Menciptakan Pembangunan Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 5

40 Pembangunan ekonomi memiliki cakupan yang luas meliputi beberapa sektor, seperti misalnya perdagangan dan jasa, pertanian, industri, pariwisata, koperasi dan UKM serta investasi dan modal. Misi menciptakan pembangunan ekonomi ini sejalan dengan pokok visi pembangunan Kabupaten Bandung untuk menciptakan Perekonomian yang Berdaya Saing. Untuk sektor industri dan jasa, perkembangan diarahkan untuk mendorong potensi perdagangan dan jasa dalam rangka meningkatkan PAD. Pada kondisi eksisting, perdagangan dan jasa merupakan sektor yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Kabupaten Bandung. Meskipun demikian pada kondisi eksisting pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal. Sektor perdagangan dan jasa erat kaitannya dengan transaksi yang terjadi di suatu wilayah, untuk mendorong transaksi maka berbagai upaya seperti misalnya meningkatkan jaminan ketersediaan kontinuitas pasokan komoditas, menciptakan kepastian mengenai mutu dan harga barang, serta memberikan jaminan mengenai stabilitas harga barang perlu dilakukan. Sejalan dengan upaya- upaya tersebut, regulasi terkait perdagangan berperan penting untuk memberikan arahan serta batasan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mengoptimalkan sektor perdagangan, perlu pula ditunjang dengan keberadaan regulasi terkait usaha perdagangan dan jasa yang memadai. Untuk sektor industri, pengembangan diarahkan pada optimalisasi pengembangan potensi pariwisata serta peningkatan pengelolaan objek wisata eksisting. Upaya- upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan sektor pariwisata dalam rangka meningkatkan competitive advantage sektor ekonomi Kabupaten Bandung antara lain melalui kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dan dunia usaha serta melalui branding dan promosi pemasaran objek wisata. Untuk sektor industri, pengembangan lebih diarahkan pada mendorong perkembangan industri konvensional menuju industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan. Beberapa upaya terkait antara lain melalui insentif dan insentif bagi industri yang telah melakukan pemanfaatan teknologi tinggi dalam LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 6

41 hal produksi dan pengelolaan limbah. Selain dari pada itu, untuk memberikan imbas pada perekonomian lokal, maka keberadaan sektor industri perlu dikaitkan dengan penggunaan sumber daya dan bahan baku lokal. Adapun untuk sektor pertanian dan perikanan, pengembangan lebih diarahkan pada pengoptimalan potensi pertanian dan peternakan serta penguasaan petani dna peternak terhadap teknologi pertanian dan peternakan. 6. Misi Keenam: Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup Selain ditopang oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan sektor ekonomi yang berdaya saing, untuk menciptakan pembangunan Kabupaten Bandung yang berkelanjutan perlu pula ditopang oleh pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Bandung diarahkan pada upaya menetralisir dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan- kegiatan yang memacu perumbuhan ekonomi. Upaya yang dapat dilakukan untuk memelihara dan mengelola lingkungan hidup antara lain melalui penanggulangan pencemaran lingkungan, baik oleh limbah padat, cair maupun udara. 7. Misi Ketujuh: Meningkatkan Kemandirian Desa Penetapan misi ini dilatar belakangi oleh kondisi fisik Kabupaten Bandung eksisting yang lebih didominasi oleh kawasan perdesaan. Pembangunan perdesaan tidak semata- mata dilakukan melalui pembangunan infrastruktur perdesaan, lebih dari itu pembangunan perdesaan perlu mengedepankan pemberdayaan masyarakat perdesaan sebagai pelaku utama pembangunan desa. Melalui pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu menciptakan kemandirian desa yang jika diakumulasikan dalam skala kabupaten akan bersinergi mendukung pembangunan Kabupaten Bandung. Misi meningkatkan kemandirian desa melalui pemberdayaan masyarakat ini sejalan dengan upaya pencapaian pokok visi menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas serta ekonomi yang berdaya saing. Beberapa LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 7

42 upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemandirian desa antara lain dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat perdesaan, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur di perdesaan. 8. Misi Kedelapan: Meningkatkan reformasi birokrasi Untuk menjamin tercapainya pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Ekonomi yang Berdaya Saing, serta Lingkungan yang Lestari, maka perlu ditunjang oleh kapasitas aparatur. Dalam hal ini unsur pemerintahan akan berperan sebagai agen yang menjaga keseimbangan pembangunan. Aparatur yang berkualitas akan menjadi katalisator bagi pembangunan Kabupaten Bandung. Birokrasi dan aparatur dengan tugas utama pelayanan publik menjadi kunci bagi efektivitas dan efisiensi pembangunan. Berdasarkan hal tersebut maka reformasi birokrasi diharapkan mampu menciptakan optimalisasi bagi penyediaan pelayanan publik. Upaya- upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pelayanan publik melalui reformasi birokrasi antara lain melalui meningkatkan kualitas kinerja aparatur, mempersiangkat waktu pelayanan administrasi dan mengembangkan sistem pelayanan berbasis teknologi. 9. Misi Kesembilan: Meningkatkan Kemanan dan Ketertiban Wilayah Pembangunan wilayah tidak dapat dilepaskan dari komponen keamanan dan ketertiban wilayah. Stabilitas keamanan wilayah secara signifikan akan berpengaruh terhadap kelangsungan pembangunan wilayah. Berdasarkan hal tersebut, sebagai upaya mencapai visi pembangunan Kabupaten Bandung, maka penetapan misi meningkatkan keamanan dan ketetiban wilayah mutlak diperlukan. Beberapa upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah antara lain dengan meminimalisasi terjadinya ancaman terhadap kemanan dan ketertiban masyarakat melalui peningkatan penegakan peraturan daerah, serta Meningkatkan peran serta LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 8

43 masayarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat melalui peningkatan pemahaman masyarakat tentang wawasan kebangsaan. 3. Tujuan dan Sasaran Dalam upaya pencapaian visi-misi Kebupaten Bandung, maka visi dan misi tersebut dirumuskan dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan (strategic goals) organisasi. Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Formulasi tujuan strategis Pemerintah Kabupaten Bandung ditujukan untuk dapat mengetahui susunan atau tahapan tahunan langkah kebijakan yang harus dilaksanakan secara tepat oleh organisasi dalam proses perwujudan visi misinya untuk lima tahun ke depan. Penyusunan formula tersebut diarahkan pada upaya penanganan atau penyelesaian isu-isu strategis Kabupaten Bandung dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu, perumusan tujuan strategis ini juga akan memungkinkan Pemerintah Kabupaten Bandung mengukur sejauh mana visi misi organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis dirumuskan berdasarkan visi misi organisasi. Adapun penjabaran visi-misi Pemerintah Kabupaten Bandung dirumuskan dalam tujuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan; 2. Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan;l 3. Mewujudkan pembangunan infrastruktur yang terpadu tata ruang wilayah; dengan memperhatikan aspek kebencanaan; 4. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat; 5. Menciptakan Pembangunan Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif; 6. Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup; 7. Meningkatkan Kemandirian Desa; 8. Meningkatkan reformasi birokrasi; 9. Meningkatkan Kemanan dan Ketertiban Wilayah. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 9

44 Sebagai tindak lanjut atas isu sentral dan strategis Kabupaten Bandung serta formulasi tujuan Kabupaten Bandung, lebih lanjut diuraikan tahapan pencapaian tujuan melalui 44 sasaran. Klasifikasi sasaran Kabupaten Bandung berdasarkan tujuannya, diuraikan dalam tabel 2.1 dibawah ini : Tabel 2.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun Visi: Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Target 2020 Misi Pertama: Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan berkualitas dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan Optimalnya ketersediaan fasilitas pendidikan formal baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas Meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah Meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah Meningkatnya jumlah guru profesional Persentase ruang kelas baik: a. Tingkat SD/ MI/ Sederajat b. Tingkat SMP/ MTs/ Sederajat Angka Partisipasi Murni (APM): APM SD/ MI/ sederajat APM SMP/ MTs/ sederajat APM SMA/ MA/ sederajat Angka Partisipasi Kasar (APK) APK SD/ MI/ sederajat APK SMP/ MTs/ sederajat APK SMA/ MA/ sederajat Persentase tingkat pendidikan guru (berkualifikasi S1/DIV ke atas): 77,40 % 85,45 % 94,73 84,59 50,01 105,43 97,98 59,68 a. Tingkat SD/ MI/ Sederajat 90 LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 10

45 Visi: Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Target 2020 b. Tingkat SMP/MTs/ Sederajat 90 Meningkatnya kompetensi penduduk melalui penguasaan budaya lokal, olah raga, dan pendidikan non formal c. Tingkat SMA/MA/SMK/ Sederajat Jumlah atlet yang berprestasi di tingkat Provinsi (Orang) Orang APK Paket A 0,62 APK Paket B 3,85 APK Paket C 2,58 Misi Kedua: Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan Meningkatkan pelayanan kesehatan serta meningkatkan drajat kesehatan masyarakat Meningkatnya minat baca masyarakat Kabupaten Bandung Optimalnya penyediaan layanan kesehatan oleh pemerintah Meningkatnya drajat kesehatan penduduk Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Bidang Kesehatan 77,20 % AHH 72,26 AKB 33,50 Cakupan pasangan usia 90% subur peserta KB Aktif Meningkatnya kesadaran penduduk untuk menerapkan perilaku hidup bersih Persentase PHBS pada rumah tangga Persentase penyelenggaraan promosi kesehatan 50% 100 % Misi Ketiga: Mewujudkan pembangunan infrastruktur dasar yang terpadu dengan tata ruang wilayah serta memperhatikan Meningkatkan Ketersediaan dan kualitas Infrastruktur dasar yang tahan terhadap bencana serta mewujudkan keserasian Meningkatnya aksesbilitas, kapasitas dan keselamatan terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi (%) Rata-rata persentase jalan mantap (baik dan sedang) Level of Service (LOS) 92 % LOS C (4) LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 11

46 Visi: Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Target 2020 aspek kebencanaan pembangunan dengan tata ruang wilayah Meningkatnya aksesbilitas, kapasitas dan kualitas infrastruktur sumber air Meningkatnya penataan kawasan ibu kota Kabupaten Bandung Meningkatnya kualitas kawasan permukiman Akses aman terhadap air bersih Persentase terbangunya sistem jaringan jalan dan drainase Kawasan Perkotaan Soreang (Koridor Jalan Tol Soroja) Persentase luas kawasan kumuh (%) 100 % 100 % 9,38 % Optimalnya sistem telekomunikasi dan informatika yang terpadu melalui pemanfaatan teknologi dan komunikasi Meningkatnya ketersediaan infrastruktur listrik dan energi yang merata mencakup seluruh wilayah Meningkatnya efektivitas perencanaan tata ruang Meningkatnya efektivitas pemanfaatan ruang wilayah Optimalnya pengendalian Persentase terbangunya jaringan fiber optik Persentase tersedianya dokumen penataan ruang Persentase keterpaduan antar daerah yang berbatasan mengenai kerjasama perencanaan penyediaan sarana, prasarana dan pelayanan publik Persentase luas pemanfaatan lahan budidaya non pertanian yang berijin sesuai rencana tata ruang 100 % 60 % 100 % 58 % LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 12

47 Visi: Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Target 2020 pemanfaatan ruang Meningkatnya upaya pengelolaan sarana dan prasarana sanitasi Meningkatnya mitigasi dan adaptasi wilayah terhadap resiko bencana Meningkatnya upaya penanganan masyarakat yang tergenang banjir Akses Terhadap Sanitasi Persentase korban bencana yang tertangani Tertanganinya wilayah berpotensi banjir seluas ,9 m2 Persentase polder/kolam retensi Persentase penanganan drainase skala kawasan dan skala kota 100 % 100 % 100 % 15 % Misi Keempat Meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Misi Kelima: Menciptakan Pembangunan Ekonomi yang Memiliki Keunggulan Kompetitif Mengentaskan permasalahan kesejahteraan sosial di Kabupaten Bandung Meningkatkan daya saing perekonomian Kabupaten Bandung sebagai upaya optimalisasi kontribusi sektor ekonomi terhadap pembangunan daerah Berkurangnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam sektor ketenagakerjaan Tercapainya Kondisi Ketahanan Pangan Meningkatnya daya saing komoditas pertanian Meningkatnya kesejahteraan petanian Meningkatnya transaksi pada sektor perdagangan dan jasa di Kabupaten Bandung Rata- Rata PMKS yang ditangani dan mampu berinteraksi sosial (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Persentase ketersediaan pangan utama (Skor PPH Ketersediaan) Jumlah komoditas pertanian yang memiliki daya saing berskala nasional Jumlah kelompok tani yang berpredikat utama LPE Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 52,84 % 8,42 % 92,70 9 Jenis 288 Kelompok Tani 9,79 % LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 13

48 Visi: Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Target 2020 Misi Keenam: Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup Menciptakan lingkungan yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, daya tampung lingkungan serta perubahan iklim Meningkatkan kapasitas, kapabilitas serta produktivitas UMKM-IKM dan kualitas produk unggulan Meningkatnya destinasi wisata Meningkatnya kemudahan investasi Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan Terselenggaranya konservasi sumber daya alam Nilai omzet UMKM- IKM Rp 6,54 Trilyun Jumlah Objek 64 Wisata yang dikembangkan Nilai Investasi Rp 7,8 Trilyun Persentase Pengendalian Pencemaran Air Pengendalian Pencemaran Udara Pengendalian Pengelolaan Limah B3 Persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah Persentase luas lahan kritis yang tertanami (%) Luas Persemaian Desa/Kebun Rakyat 56,75 % 91,44 % 50% 34 % 76,97 % 2,25 Ha Meningkatnya Persentase Ruang Terbuka Hijau (%) 0,24 % Misi Ketujuh: Meningkatkan kemandirian Desa Meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan wilayah Adaptasi perubahan iklim Meningkatnya pemberdayaan masyarakat perdesaan Jumlah desa swasembada/ cepat berkembang Jumlah desa swakarya/ desa berkembang 10 Desa 25 Desa Meningkatnya partisipasi Jumlah swadaya dalam pembangunan desa 70 % LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 14

49 Visi: Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Target 2020 masyarakat dalam pembangunan desa Misi Kedelapan: Meningkatkan reformasi birokrasi Meningkatkan kinerja aparatur dan kelembagaan penyelenggara pelayanan public Meningkatnya kualitas kinerja aparatur pemerintah Meningkatkan efisiensi pelayanan administrasi publik Meningkatkan efisiensi kinerja dan fungsi kelembagaan Meningkatkan pemanfaatan potensi daerah Meningkatkan efisiensi pelayanan administrasi publik Presentase Peningkatan Kapasitas Aparatur (%) Jumlah Perangkat Daerah yang telah ditata secara kelembagaan Jumlah kecamatan yang telah memiliki roadmap kewilayahan Jumlah lembaga yang sudah melaksanakan penataan kearsipan 23,19 % 62 Perangkat Daerah 31 Kecamatan 9 Aplikasi Jumlah aplikasi yang bisa diakses oleh seluruh Perangkat Daerah 9 Aplikasi Meningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan aset daerah Jumlah aplikasi yang terintegrasi Status Laporan 20 Aplikasi WTP Misi Kesembilan: Meningkatkan keamanan dan Meningkatkan stabilitas kemanan yang Meningkatnya Kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah Meningkatnya kemanan dan ketertiban Persentase kesesuaian program pada dokumen perencanaan terhadap program pada dokumen anggaran Persentase Penegakan Perda 100 % 100 % LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 15

50 Visi: Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Target 2020 ketertiban wilayah kondusif bagi pembangunan wilayah masyarakat Meningkatkan peran serta masayrakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat Sumber : RPJMD Kabupaten Bandung Tahun Persentase peningkatan jumlah masyarakat yang mengikuti pendidikan politik 80 % Dalam konteks manajemen berbasis kinerja, pengukuran kinerja penyelenggaraan pemerintahan merupakan alat untuk mengetahui gambaran atas tingkat pencapaian sasaran dan tujuan organisasi pemerintah dalam upaya mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Ukuran ini harus mampu menjelaskan tentang tingkat realisasi target kinerja sasaran ataupun tujuan yang dicapai oleh instansi pemerintah dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Dengan pengukuran tersebut pemerintah akan terdorong untuk lebih membangun komitmen dan konsistensi pada pelaksanaan program dan kegiatan yang lebih signifikan berorientasi pada capaian kinerja yang bersifat hasil (outcome), bukan hanya menghasilkan output kegiatan yang tidak berujung pada perubahan kondisi masyarakat yang lebih baik, yang pada gilirannya kinerja instansi pemerintah benar-benar akan dapat dirasakan kemanfaatannya bagi masyarakat (stakeholders). Susunan sasaran strategis Kabupaten Bandung disusun sebagai pedoman untuk memudahkan dalam menentukan langkah kebijakan yang lebih teknis. Dengan ditetapkannya sasaran strategis, maka tahapan pencapaian tujuan dapat terukur secara jelas, melalui pengukuran atas capaian dari setiap indikator-indikator kinerja sasarannya. 4. Strategi dan Arah Kebijakan Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran dari setiap misi maka dijabarkan dalam beberapa strategi dan arah kebijakan pembangunan lima tahun LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 16

51 ( ) Kabupaten Bandung. Berikut ini merupakan keterkaitan antara misi, tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan di masing-masing misi : 1. Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan yang merupakan titik sentral pembangunan. Peran pendidikan sebagai engine of growth atau penggerak pembangunan dituntut untuk menghasilkan manusia-manusia unggul yang mampu berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pendidikan diselenggarakan sebagai bentuk investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan memberdayakan seluruh komponen pemerintahan daerah dan masyarakat serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperanserta dalam penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan. Adapun definisi pendidikan dalam hal ini yaitu mengacu pada Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana lingkup pendidikan tidak hanya meliputi pendidikan formal, tetapi juga meliputi pendidikan nonformal seperti pendidikan anak usia dini serta pendidikan informal seperti kursus dan pelatihan. Pengembangan budaya serta pemberdayaan pemuda merupakan faktor yang tidak terkecuali dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. Kebudayaan daerah merupakan hasil kreativitas dan pemikiran yang memiliki nilai luhur serta merupakan warisan bagi generasi saat ini. Kebudayaan daerah merupakan kekayaan daerah yang perlu dipahami dan dilestarikan oleh masyrakat sehingga pengembangan aspek kebudayaan ini erat kaitannya dengan pendidikan masyarakat. Demikian pula halnya dengan pemuda, Pemerintah Kabupaten Bandung menempatkan pendidikan dan pemberdayaan pemuda sebagai salah satu prioritas pembangunan Kabupaten Bandung lima tahun kedepan. Berdasarkan hasil penurunan strategi pembangunan Kabupaten Bandung yang telah ditampilkan dalam sub-bab sebelumnya, beberapa arahan kebijakan pembangunan Kabupaten Bandung tahun yaitu sebagai berikut: LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 17

52 1. Efisiensi jumlah siswa per rombel dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal; 2. Optimalisasi daya tampung pada sarana pendidikan agar sesuai dengan standar pelayanan minimal; 3. Peningkatan penyediaan sarana ruang kelas bagi siswa dengan kapasitas yang memadai; 4. Peningkatan pendirian sekolah menengah kejuruan berbasis vokasional sesuai kebutuhan pasar tenaga kerja; 5. Pengembangan kawasan pendidikan terpadu; 6. Peningkatan sarana pendidikan berakreditasi A; 7. Perluasan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang dikelola oleh masyarkat dan dunia usaha; 8. Peningkatan minat masyarakat untuk mengikuti dan pendidikan sekolah dasar; 9. Peningkatan minat masyarakat untuk mengikuti dan pendidikan sekolah menengah; 10. Pengurangan angka putus sekolah pada tingkat sekolah menengah pertama/ sederajat; 11. Peningkatan minat masyarakat untuk mengikuti pendidikan sekolah menengah; 12. Peningkatan minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan sekolah menengah kejuruan berbasis vokasional; 13. Peningkatan penyediaan sarana pendidikan bagi masyarakat berkebutuhan khusus; 14. Peningkatan pemberian beasiswa pendidikan bagi tenaga pendidik dan kependidikan; 15. Penyelenggaraan pendidikan bahasan dan budaya sunda pada setiap jenjang pendidikan (dasar dan menengah); 16. Peningkatan jumlah kebudayaan daerah yang dilestarikan; 17. Peningkatan atlet berprestasi di ajang PON dan PORDA; LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 18

53 18. Peningkatan ketersediaan fasilitas dan sarana olah raga bagi kelompok disabilitas; 19. Peningkatan pembinaan kegiatan olahraga bagi aparatur; 20. Peningkatan ketersediaan fasilitas dan sarana olahraga pada fasilitas pendidikan di setiap kecamatan; 21. Peningkatan jumlah organisasi kepemudaan (karang taruna) di setiap kecamatan; 22. Peningkatan peranan pemuda pelopor dalam berbagai bidang pembangunan; 23. Perluasan pendidikan non formal bagi masyarakat yang belum melek huruf; 24. Peningkatan Penyelenggaraan pendidikan Paket A, B, C; 25. Peningkatan kesadaran masayrakat untuk menerapkan minat membaca. 2. Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan Pendidikan dan kesehatan merupakan dua komponen dasar yang pelayanannya bersifat wajib dipenuhi oleh pemerintah. Kualitas kesehatan penduduk berkorelasi positif dengan produktivitas penduduk. Secara agergat dalam satu kota/ kabupaten secara tidak langsung aspek kesehatan penduduk akan berpengaruh terhadap perekonomian wilayah. Selain mencakup upaya peningkatan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan, pengembangan aspek kesehatan juga sejalan dengan upaya pengembangan keluarga berencanan dan keluarga sejahtera serta pemberdayaan perempuan sebagai aktor kunci dalam pembangunan keluarga. Kesehatan berkaitan erat dengan perilaku hidup bersih yang diterapkan oleh setiap keluarga, sehingga berdasarkan hal tersebut upaya pembangunan kesehatan perlu dimulai dari level terbawah yaitu keluarga. Beberapa kebijakan terkait misi mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan keseahatan di Kabupaten Bandung untuk rentang tahun yaitu sebagai berikut: 1. Optimalisasi ketersediaan sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu dan poliklinik) di setiap kecamatan; LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 19

54 2. Penyelenggaraan informasi pelayanan kesehatan kepada public; 3. Optimalisasi kualitas pelayanan kesehatan pada sarana-sarana kesehatan; 4. Pemberian stimulan bagi tenaga medis di daerah; 5. Pemenuhan kebutuhan obat dan alat kesehatan bagi masyarakat di setiap kecamatan; 6. Peningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan yang terdistribusi di seluruh wilayah Kabupaten; 7. Peningkatan pemantauan dan pencegahan penyakit menular dan tidak menular secara periodik; 8. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat; 9. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yang masuk kriteria prasejahtera; 10. Peningkatan pembinaan keluarga berencana dan keluarga sejahtera; 11. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu, anak, remaja, dan lansia di fasilitas- fasilitas kesehatan masyarakat; 12. Peningkatan peran fungsi wanita dalam pembinaan keluarga; 13. Peningkatan emansipasi perempuan di sektor pemerintahan; 14. Peningkatan penyebarluasan informasi/ kampanye tentang PHBS; 15. Peningkatan promosi untuk pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan; 16. Penginisiasian desa siaga aktif. 3. Mewujudkan pembangunan infrastruktur dasar yang terpadu dengan tata ruang wilayah serta memperhatikan aspek kebencanaan A. Sektor Transportasi dan Perhubungan Pergerakan atau perpindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam rangka untuk melakukan kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial merupakan salah satu hal penting yang perlu diakomodasi oleh pemerintah daerah. Implikasi dari pergerakan yang dilakukan secara massal dan bersamaan dalam kurun waktu tertentu akan membentuk suatu aliran (flow). LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 20

55 Dengan adanya aliran pergerakan ini diperlukan rekayasa transportasi untuk menjamin terselenggaranya pergerakan yang cepat, mudah, nyaman, aman, ekonomis dan selaras dengan lingkungan. Dalam merekayasa transportasi, tentunya perlu mempertimbangkan sistem transportasi wilayah yang didalamnya mengatur pergerakan manusia dan barang antara lokasi asal dan lokasi tujuan dalam wilayah yang bersangkutan dengan menggunakan berbagai prasarana dan sarana atau moda. Rencana sistem prasarana transportasi untuk Kabupaten Bandung berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung Tahun akan diarahkan untuk menunjang struktur ruang yang akan dibentuk. Dalam konteks transportasi sebagai alat pemenuh kebutuhan wilayah, maka demand pergerakan eksisting yang mengarah ke Bandung dan Cimahi sebagai kota inti perlu ditanggulangi dengan segera. Konsep transportasi yang sesuai untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan menyediakan sarana transportasi massal antarwilayah. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, kebijakan transportasi yang direncanakan di Kabupaten Bandung, antara lain: 1. Peningkatan aksesibilitas seluruh wilayah Kabupaten Bandung; 2. Pengendalian Daerah milik jalan dan ruang Milik jalan; 3. Penertiban kegiatan-kegiatan di luar lalu lintas yang dapat memicu kemacetan lalu lintas; 4. Peningkatan penyediaan sarana pengamanan lalu lintas; 5. Pengembangan dan penataan terhadap simpul- simpul transportasi; 6. Pengembangan Sistem Angkutan Publik Terpadu; 7. Peningkatan pelayanan angkutan umum dan pengecekan berkala mengenai kelaikan pengoperasian kendaraan umum; 8. Reaktivasi jalur kereta api eksisting sebagai upaya peningkatan layanan transportasi publik; 9. Pembebasan lahan Jalur Bus Rapid Transit (BRT); 10. Meningkatkan perencanaan sektoral bidang transportasi. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 21

56 B. Sektor Sumber Daya Air Dalam sektor sumber daya air, pengembangan diarahkan pada upaya untuk meningkatkan kualitas dan pengelolaan infrastruktur sumber daya air. Mengacu pada tujuan tersebut, pengembangan ditekankan pada tiga aspek yang meliputi, penyediaan serta peningkatan akses terhadap air bersih dan air baku, pengendalian banjir yang kerap melanda serta pengembangan infrastruktur drainase perkotaan. Secara detail arah kebijakan pembangunan sektor sumber daya air di Kabupaten Bandung tahun yaitu sebagai berikut: 1. Meningkatkan ketersediaan air bersih yang menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Bandung; 2. Peningkatan sistem pengelolaan irigasi partisipatif; 3. Optimalisasi potensi dan pemanfaatan air baku; 4. Penyelelamatanmata air dan sumber daya air lainnya. C. Sektor Permukiman Untuk sektor permukiman, arah kebijakan lebih ditekankan pada upaya yang sejalan dengan strategi mengembangkan serta meningkatkan kualitas kawasan permukiman. Beberapa arah kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Peningkatan penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat 2. Pengembangan Hunian Vertikal bagi (MBR) Masyrakat Berpenghasilan Rendah. D. Sektor Telekomunikasi dan Informatika Sebagai upaya mengoptimalkan sistem tlekomunikasi dan informatika di Kabupaten Bandung, beberapa arah kebijakan dalam sektor telekomunikasi dan informatika yaitu sebagai berikut: 1. Pengembangan infrastruktur telekomunikasi bidang perhubungan; 2. Peningkatan alternatif media komunikasi pemerintah terhadap publik. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 22

57 E. Sektor Listrik dan Energi Untuk sektor listrik dan energi, kebijakan di arahkan pada upaya peningkatan cakupan layanan jaringan listrik di setiap kecamatan F. Sektor Tata Ruang Penataan ruang merupakan komponen krusial yang penanganannya bersifat mutlak diperlukan dalam menjamin keberlangsungan pembangunan. Pada dasarnya pengembangan tata ruang di Kabupaten Bandung diarahkan pada tiga komponen yang meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang. Sehubungan hal tersebut, maka arah kebijakan dalam sektor tata ruang pun sejalan dengan upaya penyelenggaraan ketiga komponen tersebut. Selain dari pada itu, dalam rangka menyelenggarakan penataan ruang yang komprehensif mempertimbangkan berbagai potensi dan tantangan, penyelenggaraan tata ruang Kabupaten Bandung juga akan diarahkan pada penyelenggaraaan tata ruang yang terpadu dengan memperhatikan aspek kebencanaan. Terkait dengan aspek kebencanaan, mengacu pada hasil Kajian Lingkungan hidup Strategis (KLHS) kabupaten Bandung, terdapat beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPJMD. Beberapa rekomendasi antara lain: 1. Relokasi penduduk dari daerah rawan bencana, misal memindahkan penduduk yang berada dipinggir tebing yang mudah longsor; 2. Pelatihan- pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi penduduk di sebuah daerah; 3. Pengkondisian rumah atau sarana umum yang tanggap bencana; 4. Penciptaan dan penyebaran kearifan lokal tentang kebencanaan. Rekomendasi di atas turut menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi dan kebijakan sektor tata ruang. Secara detail, arahan LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 23

58 kebijakan dalam sektor tata ruang Kabupaten Bandung antara lain sebagai berikut: 1. Peningkatan ketersediaan dokumen perencanaan tata ruang; 2. Peningkatan efektivitas pemanfaatan ruang; 3. Intensifikasi penyelenggaraan koordinasi pemanfaatan ruang dalam lingkup pemerintah; 4. Peningkatan peraturan dan dokumen perencanaan yang mendukung terhadap upaya penertiban pengendalian pemanfaatan ruang; 5. Peningkatan upaya pencegahan terjadinya bencana dan dampak bencana; 6. Pemindahan (relokasi) penduduk dari kawasan rawan banjir; 7. Pembangunan polder dan kolam retensi; 8. Pengelolaan Sistem Jaringan Drainase. 4. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Salah satu faktor penting yang mendukung kondusifnya pembangunan wilayah yaitu aspek kesejahteraan sosial masayrakat. Kesejahteraan Sosial akan berpengaruh luas terhadap berbagai aspek pembangunan, terutama terhadap keamanan dan ketertiban umum wilayah. Didasari pertimbangan tersebut, maka dalam rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Bandung periode ditetapkan misi yang secara khusus bertujuan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan sosial masayrakat. Beberapa kebijakan terkait misi meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat antara lain sebagai berikut: 1. Peningkatan upaya pemenuhan layanan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS); 2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pengentasan Masalah Kesejahteraan Sosial; 3. Peningkatan lapangan pekerjaan; 4. Peningkatan kualitas dan produktivitas tenag kerja. 5. Menciptakan pembangunan ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 24

59 Untuk membangun perekonomian Kabupaten Bandung yang berdaya saing, beberapa sektor yang menjadi prioritas pengembangan antar lain meliputi sektor perdagangan dan jasa, sektor industri, sektor agrobisnis, sektor pariwisata, sektor koperasi dan UMKM serta sektor investasi. Arah kebijakan untuk setiap sektor tersebut dijabarkan sebagai berikut. A. Sektor Perdagangan dan Jasa Pembangunan ekonomi secara umum dipahami sebagai usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Pembangunan ekonomi merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk menaikkan pendapatan nasional riil, juga untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini berfungsi untuk mengurangi ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemberantasan kemiskinan. Dengan adanya pembangunan ekonomi diharapkan dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik, yaitu proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam RPJPD tertuang tujuan pembangunan jangka panjang Kabupaten Bandung tahun adalah terwujudnya Kabupaten Bandung yang repeh, rapih, kertaraharja 2025 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai upaya yang terukur untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, sasaran pokok pembangunan di Kabupaten Bandung yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi masyarakat salah satunya yaitu: 1. Meningkatnya perekonomian masyarakat yang berdaya saing, dengan ditandai oleh hal-hal berikut: a) Terwujudnya industri manufaktur berbasis potensi lokal dicirikan oleh meningkatnya jumlah penggunaan bahan baku lokal sebagai pendorong kegiatan industri manufaktur sehingga mampu menjadi LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 25

60 basis ekonomi masyarakat, serta memberi kontribusi bagi peningkatan PDRB; b) Terwujudnya pusat-pusat perdagangan produk unggulan lokal dicirikan oleh meningkatnya jumlah sentra perdagangan produk unggulan, meluasnya jangkauan pasar ke tingkat internasional serta meningkatnya prasarana pendukung fasilitas pusat perdagangan produk unggulan; c) Terwujudnya produk pertanian yang berdaya saing dicirikan dengan ketahanan pangan mandiri melalui pendorongan diversifikasi usaha tani ke arah pengembangan agrobisnis dan agroindustri dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita petani; d) Meningkatnya penataan dan pembangunan sarana dan prasarana objek wisata dicirikan dengan meningkatnya pangsa pasar pariwisata lokal di tingkat internasional, berkembangnya keragaman objek-objek wisata, serta ditandai oleh peningkatan kontribusi PDRB dari sektor pariwisata; e) Terwujudnya pelayanan investasi yang mudah, murah, cepat dan pasti dicirikan oleh meningkatnya pertumbuhan investasi di Kabupaten Bandung; f) Mewujudkan penyediaan infrastruktur wilayah baik kuantitas maupun kualitas secara memadai dicirikan oleh meningkatnya kondisi dan kinerja jaringan jalan dan jembatan, terpenuhinya listrik di setiap kecamatan, tercapainya cakupan pelayanan dan kualitas air minum, serta terpenuhinya debit andalan air baku di setiap Daerah Irigasi (DI). Arah pembangunan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat yang berdaya saing diarahkan pada pembangunan ekonomi masyarakat lokal. Tantangan dalam membangun perekonomian di Kabupaten Bandung hendaknya dapat memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif dengan memaksimalkan ketersediaan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia di Kabupaten Bandung. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 26

61 Sektor-sektor yang selama ini memberikan sumbangan terbesar bagi nilai PDRB meliputi sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertanian. Ketiga sektor tersebut mampu menyerap tenaga kerja hingga 67,7%. Upaya untuk meningkatkan ekonomi yang berdaya saing dilakukan melalui penguatan dan pengembangan industri manufaktur yang berbasis potensi sumber daya lokal, pengembangan sentra-sentra perdagangan produk unggulan lokal, pengembangan agropolitan, pengembangan kepariwisataan, pengembangan iklim investasi yang kondusif serta peningkatan kualitas infrastruktur wilayah. Sasaran pembangunan dibidang ekonomi pada tahun 2025 mendatang hendaknya mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat sebesar Rp /tahun atau setara dengan US$4.502 (asumsi kurs US$ sebesar Rp10.000). Pencapaian tersebut dapat dilakukan melalui beberapa kebijakan, diantaranya: 1. Penggalian potensi pajak yang belum terpungut pada sektor perdagangan, hotel dan restoran; 2. Pengembangan sentra perdagangan dan pergudangan; 3. Pengembangan kebijakan atau regulasi yang mendorong perkembangan iklim usaha perdagangan; 4. Pengembangan kestatistikan dan data base perdagangan; 5. Pengembangan pemberdayaan dan peningkatan kualitas pengelolaan pasar rakyat; 6. Penataan dan pemberdayaan PKL; 7. Meningkatkan pengawasan Barang dan/atau Jasa yang diperdagangkan; 8. Pengendalian ketersediaan barang kebutuhan pokok dan atau barang penting; 9. Memperpendek jalur / rantai distribusi, khususnya produk-produk pertanian dengan Meningkatkan kerjasama dan kemitraan produsen dengan pedagang pasar; 10. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri / P3 DN; 11. Peningkatan branding, promosi dan pemasaran produk; LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 27

62 12. Pengembangan ukm ikm di wilayah pariwisata; 13. Pengembangan E-Commerce; 14. Peningkatan ekspor produk barang dan jasa; 15. Pengurangan Impor dengan Upaya Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri; 16. Pembentukan dan Pengembangan Komite Promosi dan Pemasaran dalam wadah Bussiness Development Center. B. Sektor Usaha Agrobisnis Sebagai salah satu potensi unggulan Kabupaten Bandung, sektor pertanian menjadi salah satu prioritas pengembangan yang sejalan dalam mendukung pengembangan ekonomi Kabupaten Bandung. Beberapa araha kebijakan terkait pengembangan sektor usaha agribisnis antara lain sebagai berikut: 1. Peningkatan produktivitas kawasan pertanian dan perikanan; 2. Peningkatan pelaku usaha pengolahan serta sentra- sentra pemasaran produk pertanian, peternakan dan perikanan; 3. Peningkatan pengawasan terhadap produk pertanian, peternakan dan perikanan; serta 4. Peingkatan pendapatan petani dari sektor pertanian. C. Sektor Pariwisata Selain sektor perdagangan/ jasa, industri dan agrobisnis, sektor lain yang berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi Kabupaten Bandung yaitu sektor pariwisata. Untuk sektor pariwisata ini, arah kebijakan meliputi: 1. Pengembangan dan pemeliharaan objek wisata di Kabupaten Bandung; 2. Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan melalui pengembangan ekowisata; 3. Peningkatan promosi pariwisata; 4. Peningkatan peran serta masyarakat lokal dalam pengelolaan objek wisata serta pengembangan pariwisata berbasis masyarakat; LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 28

63 5. Peningkatan penyediaan jaringan transporatasi yang memadai menuju kawasan objek wisata. D. Sektor Koperasi dan UMKM Dalam sektor koperasi dan UMKM, kebijkaan di arahkan pada upaya tercapainya sasaran untuk emningkatkan kualitas dan kuantitas koperasi dan UMKM. Beberapa arah kebijakan terkait hal tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Pengembangan mesin dan peralatan IKM pada sentra dan klaster UMKM; 2. Pengembangan jaringan dan kemitraan quadrohelix; 3. Pengembangan komunitas dan penguatan kelembagaan; 4. Peningkatan Pangsa Pasar dan perluasan pemasaran; 5. Peningkatan akses permodalan terutama melalui koperasi; 6. Penguatan permodalan koperasi melalui penyertaan modal; 7. Peningkatan keanggotaan koperasi dari sektor pertanian, perdagangan dan usaha kecil menengah; 8. Peningkatan penggunaan teknologi tinggi serta teknologi pengolahan limbah dalam sektor industri; 9. Meningkatkan jumlah kerjasama antara pemerintah dengan dunia usaha dalam sektor industri teknologi tinggi dan ramah lingkungan; 10. Mendorong perbaikan teknologi proses produksi produk unggulan yang mampu bersaing di pasar internasional; ; 11. Peningkatan kemampuan dan kualitas SDM pelaku usaha / UKM / IKM; 12. Peningkatkan mutu pengelolaan (management), proses produksi UMKM dan IKM; 13. Peningkatkan jaminan mutu produk-produk UMKM dan IKM; 14. Pegembangan Desain dan Kemasan produk-produk UKM dan IKM; 15. Pengembangan Legailitas Hak Cipta; 16. Peningkatan pendampingan dan pembinaan dalam mengembangkan ciri khas / keunikan produk; 17. Pengembangan regulasi dan kebijakan yang menunjang pertumbuhan industri olahan berbasis masyarakat; LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 29

64 18. Pengembangan litbang yang menunjang pertumbuhan industri olahan berbasis masyarakat. E. Sektor Investasi/ Penanaman Modal Dalam sektor investasi/ penanaman modal, kebijakan akan diarahkan pada upaya meningkatkan investasi, khususnya dalam sektor ekonomi kreatif. Beberapa arah kebijakan terkait hal tersebut antara lain: 1. Peningkatan fasilitasi kerjasama bidang investasi oleh pemerintah; 2. Peningkatan branding daerah, promosi dan potensi investasi; 3. Peningkatan efektivitas prosedur perijinan investasi; 6. Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupannya dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten Bandung sudah perlu mendapatkan perhatian khusus karena jika tidak ditangani secepatnya dikhawatirkan akan berdampak buruk untuk jangka panjang. Pembuangan limbah padat yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah baru bagi lingkungan, pembuangan limbah cair yang tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu juga akan mencemari sungai yang pada akhirnya akan merusak biota di dalam ekosistem sungai, sementara polusi udara yang ditimbulkan dari proses pembuangan residu ke udara tanpa disaring terlebih dahulu akan menimbulkan polusi udara yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Mengacu pada hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RPJMD yang telah disusun oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Bandung, rekomendasi bentuk mitigasi terhadap lingkungan hidup yang terkait dengan pencemaran udara antara lain: LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 30

65 1. Memasang filter pada cerobong asap pabrik/ industry; 2. Pembangunan RTH pada kawasan industri dan jalur hijau sekitar pabrik; 3. Pembangunan jalur hijau di kanan kiri jalan; 4. Vegetasi disetiap pembangunan perumahan baru. Adapun rekomendasi terhadap kerusakan lingkungan hidup, khusus terkait lahan kritis antara lain: 1. Memberikan penyuluhan kepada petani ladang berpindah untuk mengubah sistem pertanian dari ladang berpindah menjadi ladang menetap; 2. Melarang penebangan hutan liar tanpa izin dari pemerintah, dalam hal ini dinas kehutanan; 3. Memberikan sanksi tegas kepada pembalak sehingga memberi efek jera; 4. Memberikan pengarahan tentang penebangan hutan secara selektif, artinya pohon yang ditebang harus benar- benar pohon yang layak untuk ditebang dan tidak dilakukan secara bersamaan untuk jenis hutan produksi (penataan jadwal); 5. Melakukan penghijauan, yaitu penanam tanaman di luar kawasan hutan, khususnya lahan- lahan kritis; 6. Untuk mitigasi lahan kritis akibat erosi, bentuk mitigasi antara lain menerapkan sistem terasering (membuat teras- teras bertingkat pada tanah pertanian yang letaknya miring), countur plowing (membajak menurut garis kontur), dan crop rotation (pergantian jenis tanaman supaya tana tidak kehabisan salah satu unsur hara aibat penyerapan secara terus menerus oleh satu jenis tanaman). Dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang menimbulkan penurunan kualitas lingkungan serta mempertimbangkan rekomendasi KLHS, maka kebijakan lingkungan hidup yang direncanakan di Kabupaten Bandung, antara lain: 1. Peningkatan dokumen terkait lingkungan yang dapat diakses oleh masyarakat; LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 31

66 2. Peningkatan aktivitas pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; 3. Peningkatan kapasitas pemerintah dalam menyediakan infrastruktur sanitasi lingkungan; 4. Peningkatan kemampuan masyarakat dalam penyediaan sanitasi lingkungan; 5. Peningkatan pembinaan masyarakat terkait pengelolaan lingkungan hidup; 6. Peningkatan jumlah tenaga penyuluh kehutanan yang memiliki kompetensi di bidang kehutanan; 7. Peningkatan pelestarian sumber daya hutan; 8. Peningkatan upaya konservasi terhadap hutan rakyat; 9. Peningkatan penanganan lahan kritis; 10. Pengembangan biopori sebagai upaya pengelolaan air tanah; 11. Penyelenggaraan koordinasi koservasi sumber daya alam secara intensif antara pemerintah dan masyarakat; 12. Peningkatan ketersediaan ruang terbuka hijau yang dikelola pemerintah, masyarakat dan dunia usaha; 13. Peningkatan pengelolaan dan pengaturan areal pemakaman umum dan bukan umum; 14. Peningkatan pembinaan masyarakat terkait pengelolaan lingkungan hidup; 15. Penyusunan rencana aksi perubahan iklim daerah. 7. Meningkatkan Kemandirian Desa Pengembangan perdesaan menjadi salah satu perhatian pemerintah Kabupaten Bandung. Penetapan misi meningkatkan kemandirian desa sejalan untuk mendukung gerakan pembangunan desa semesta (Gerakan Desa) sebagaimana arahan dalam Surat Keputusan Menko PMK No 2 Tahun 2015 tentang Tim Koordinasi Penguatan Pemerintah Desa, Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan. Peningkatan pemberdayaan masyarakat di perdesaan menjadi kunci dalam meningkatkan kemandirian desa yang diharapkan dapat mendorong perkembangan Kabupaten Bandung secara keseluruhan. Terlebih lagi mengingat luas wilayah LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 32

67 Kabupaten Bandung yang sebagian besar merupakan wilayah perdesaan. Dalam rangka pengembangan perdesaan tersebut, maka kebijakan diarahkan pada: 1. Pengembangan desa mandiri percontohan; 2. Peningkatan jumlah swadaya bagi pembangunan desa. 8. Meningkatkan Reformasi Birokrasi Peran pemerintah dalam memfasilitasi masyarakat memperoleh pelayanan yang baik dapat dilihat dari kinerja pelayanan publik. Semakin baik pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah, maka akan semakin baik pula kehidupan masyarakat dari segi ketertiban administrasi, ketertiban bermasyarakat, keamanan dan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Pelayanan publik di Kabupaten Bandung masih perlu ditingkatkan melalui reformasi birokrasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Beberapa kebijakan terkait peningkatan pelayanan publik yang direncanakan, diantaranya: 1. Peningkatan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah; 2. Peningkatan jumlah aparatur yang memiliki jabatan fungsional APIP; 3. Penyelenggaraan penilaian terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah; 4. Penataan Kelembagaan; 5. Penyusunan data potensi wilayah kecamatan; 6. Optimalisasi penataan arsip daerah melalui peingkatan kapasitas SDM pengelola arsip daerah serta peningkatan kualitas infrastruktur kearsipan; 7. Peningkatan penyampaian informasi kinerja pemerintah melalui media diseminasi informasi sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kominfo ; 8. Peningkatan pelayanan pencatatan administrasi kependudukan; 9. Penyelenggaraan survei kepuasan masayrakat; 10. Penyelenggaraan Layanan Jaringan Komunikasi Data di Lingkungan Pemkab Bandung; 11. Penyediaan Aplikasi Penunjang E-Government; 12. Peningkatan kompetensi SDM Aparatur bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK); 13. Optimalisasi pendapatan daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi; LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 33

68 14. Optimalisasi pemanfaatan aset daerah untuk mendukung peningkatan pendapatan daerah; 15. Memfasilitasi penyusunan, pembahasan dan penetapan regulasi penyelenggaraan pemerintahan daerah; 16. Mengoptimlakan kesesuai program yang direncanakan dengan yang dianggarkan; 9. Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban Umum Wilayah Penyelenggaraan tujuh misi yang telah dipaparkan sebelumnya tidak dapat dilepaskan dari aspek keamanan dan ketertiban wilayah. Keberhasilan pencapaian pembangunan Kabupaten Bandung tidak akan terwujud tanpa didukung oleh stabilitas kemanan wilayah. Beberapa kebijakan terkait misi meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah antara lain sebagai berikut: 1. Meningkatkan penertiban terhadap pelanggaran peraturan daerah; 2. Meningkatkan unit satuan aparatur kemanaan dalam masyarakat; 3. Meningkatkan kesiagaan aparatur keamanan dalam mengamankan wilayah; 4. Pencegahan tindak kriminal melalui sosialisasi kewaspadaan dini/ deteksi dini; 5. Meningkatkan jumlah masayarakat yang mengikuti sosialisasi tentang wawasan kebangsaan; 6. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pendidikan politik; 7. Meningkatkan kehidupan beragama dalam kehidupan masyarakat; Meningkatkan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan beragama.. B. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung 1. Prioritas Pembangunan Daerah Prioritas pembangunan RPJMD Kabupaten Bandung Tahun yang disusun dengan rencana pencapaian program Tahun adalah sebagai berikut : a) Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pendidikan b) Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas kesehatan; LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 34

69 c) Penanggulangan kemiskinan dan PMKS; d) Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar wilayah; e) Penanggulangan bencana banjir dan kekeringan; f) Reformasi birokrasi; g) Pemantapan pembangunan wilayah perdesaan; h) Peningkatan daya saing perekonomian produk unggulan; i) Pemantapan ketahanan dan kemandirian pangan; j) Pengendalian pencemaran lingkungan; k) Pemantapan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat. Rencana program prioritas kepala daerah periode tahun yang merupakan program prioritas kepala daerah terpilih, sudah menjadi bagian dari rencana program prioritas pembangunan RPJMD Kabupaten Bandung, berikut Rencana Program Prioritas Kepala Daerah Periode Tahun yaitu : 1. Peningkatan pemasukan daerah yang berasal dari pajak dan retribusi; Pengembangan sentra-sentra perdagangan yang menyalurkan produksi pertanian dan peternakan; Peningkatan ekspor produk barang dan jasa, Peningkatan kualitas sarana pemasaran eksisting; Memicu ransangan penguatan kemapanan industri kreatif; Memantapkan identitas dan legitimasi industri kreatif daerah; Peningkatan SDM insan kreatif yang berdaya saing tinggi; Meperkuat dan memperluas jejaring usaha industri kreatif; Memperkuat daya saing produk industri kreatif; Meningkatan kesejahteraan insan kreatif; Pengembangan bantuan teknis bagi insan kreatif; Meperkuat dan memperluas jejaring infromasi industri kreatif; Peningkatan penggunaan teknologi tinggi serta teknologi pengolahan limbah dalam sektor industry; Peningkatan jumlah kebijakan pengembangan industri berteknologi tinggi; Peningkatan kualitas tenaga kerja local; Peningkatan jumlah kerjasama pemerintah daerah dengan dunia usaha dalam bidang industry; Peingkatan pendapatan petani dari sektor pertanian; Pengembangan dan pemeliharaan objek wisata di Kabupaten Bandung; Peningkatan jumlah kunjungan wisata ke objek- objek wisata yang ada di Kabupaten Bandung; Pengembangan ekowisata; Peningkatan kerjasama pemerintah daerah dengan masyarakat lokal dalam pengelolaan objek wisata; LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 35

70 Peningkatan penyediaan jaringan transporatasi yang memadai menuju kawasan objek wisata; Peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang koperasi dan kewirausahaan; Peningkatan kualitas dan kelembagaan koperasi, Peningkatan fasilitasi pelaku UMKM terhadap sumber- sumber pendanaan; Peningkatan daya saing koperasi dan UMKM dalam; Peningkatan fasilitasi kerjasama bidang investasi oleh pemerintah; Penyelenggaraan penyusunan kebijakan dan sistem informasi penanaman modal; Peningkatan efektivitas prosedur perijinan investasi; serta Peningkatan tenaga kerja lokal yang memiliki kompetensi. Kebijakan- kebijakan ini sejalan dengan upaya mendukung sasaran 1 nasional, dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi wilayah. 2. Peningkatan produktivitas kawasan pertanian dan perikanan; Peningkatan pelaku usaha pengolahan serta sentra- sentra pemasaran produk pertanian; peternakan dan perikanan; serta Peningkatan pengawasan terhadap produk pertanian, peternakan dan perikanan. Kebijakan- kebijakan ini sejalan dengan upaya mendukung sasaran 1 nasional, untuk mewujudkan percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi wilayah serta mendukung sasaran 2 nasional untuk mendukung Percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan). 3. Pengembangan desa mandiri percontohan; Peningkatan kesesuaian kualifikasi/ kapasitas sumber daya aparatur; Peningkatan pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa; Penyelenggaraan pelatihan keterampilan dan wirausaha bagi masyarakat di perdesaan; Peningkatan jumlah stimulan bagi pembangunan desa; Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sarana dan prasarana perdesaan; Intensifikasi pelaksanaan pengawasan terhadap keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan desa; Peningkatan panjang jalan desa dalam kondisi baik; Peningkatan jumlah kelompok pengelola air di perdesaan; serta Perluasan cakupan pelayanan sanitasi lingkungan di perdesaan. Kebijakan- kebijakan ini sejalan dengan upaya mendukung sasaran 3 nasional, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah, mendukung sasaran 5 nasional untuk mengendalikan (buffer) arus urbanisasi, mendukung sasaran 7 nasional untuk mengurangi jumlah desa tertinggal, LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 36

71 mendukung sasaran 8 nasional untuk mendukung keterkaitan pembangunan kota- desa, serta mendukung sasaran 8 nasional dalam ragka pembangunan perdesaan. 4. Peningkatan ketersediaan dokumen perencanaan tata ruang kawasan strategis serta Peningkatan penyediaan sarana dan parasarana pada kawasan- kawasan strategis yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang WIlayah yang sejalan dalam mendukung sasaran 4 nasional untuk mewujudkan percepatan pembangunan kawasan strategis. 5. Peningkatan upaya pencegahan terjadinya bencana dan dampak bencana yang sejalan dalam mendukung sasaran 11 terkait upaya mengurangi risiko bencana. 6. Peningkatan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah; Peingkatan jumlah aparatur yang memiliki jabatan fungsional auditor; Penyelenggaraan penilaian terhadap kinerja aparatur pemerintah; Penataan Kelembagaan; Penyusunan Roadmap kewilayahan; Optimalisasi penataan arsip daerah melalui peingkatan kapasitas SDM pengelola arsip daerah serta peningkatan kualitas infrastruktur kearsipan; Peningkatan penyampaian informasi kinerja pemerintah melalui media cetak, elektronik dan internet; Peningkatan pelayanan pencatatan administrasi kependudukan, Penyelenggaraan survei kepuasan masayrakat, Peningkatan berita daerah yang dapat diakses oleh public; Peningkatan aplikasi komunikasi dan informasi pemerintahan yang dapat diakses oleh Perangkat Daerah (PD); Optimalisasi pendapatan daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi; Penyelenggaraan penusunan laporan penggunaan keuangan daerah; Optimalisasi pemanfaatan aset daerah untuk mendukung peningkatan pendapatan daerah serta Memfasilitasi penyusunan, pembahasan dan penetapan regulasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kebijakan kebijalan ini sejalan dengan upaya mendukung sasaran 12 nasional, untuk penguatan tata kelola pemerintahan dan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah. 7. Peningkatan ketersediaan dokumen perencanaan tata ruang; Intensifikasi kerjasama penyelenggaraan perencanaan tata ruang dengan kabupaten/kota yang berbatasan; Peningkatan efektivitas pemanfaatan ruang; Intensifikasi LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 37

72 penyelenggaraan koordinasi pemanfaatan ruang dalam lingkup pemerintah; Peningkatan penyediaan sarana dan parasarana pada kawasan- kawasan strategis yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah; Intensifikasi kerjasama penyelenggaraan pemanfaatan ruang dengan kabupaten/kota yang berbatasan; Peningkatan peraturan dan dokumen perencanaan yang mendukung terhadap upaya penertiban pengendalian pemanfaatan ruang; serta kebijakan lain dalam aspek lingkungan hidup. Kebijakan kebijalan ini sejalan dengan upaya mendukung sasaran 13 nasional, untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya, prioritas pembangunan daerah tersebut diwujudkan ke dalam strategi pembangunan daerah yang kemudian menjadi dasar bagi program-program kebijakan daerah yang terdapat dalam RKPD Kabupaten Bandung. Penjabaran strategi untuk setiap prioritas pembangunan dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Isu Strategis Dirinci Per Prioritas Pembangunan ISU STRATEGIS PRIORITAS PEMBANGUNAN Masih terbatasnya jaminan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat Masih perlunya penanggulangan kemiskinan Kurangnya sarana pelayanan publik yang aman dan nyaman bagi wanita, anak-anak, lansia, dan difabel Masih terbatasnya infrastruktur dasar Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pendidikan Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas kesehatan Penanggulangan kemiskinan dan PMKS Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar wilayah LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 38

73 ISU STRATEGIS PRIORITAS PEMBANGUNAN Belum efektifnya pengendalian pencemaran lingkungan dan masih Pengendalian pencemaran lingkungan terbatasnya luas ruang terbuka hijau Belum optimalnya penanganan banjir dan Penanggulangan bencana banjir dan kekeringan kekeringan Belum mantapnya ketahanan dan Pemantapan ketahanan dan kemandirian pangan kemandirian pangan Belum optimalnya kinerja pemerintahan Reformasi birokrasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan Pemantapan stabilitas keamanan dan ketertiban umum dan keamanan ketertiban masyarakat Masih perlu ditingkatkannya daya saing Peningkatan daya saing perekonomian perekonomian produk unggulan produk unggulan Masih perlunya pemberdayaan masyarakat Pemantapan pembangunan wilayah desa perdesaan Sumber : Bappeda dalam RKPD Kabupaten Bandung, Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Perjanjian kinerja adalah lembar / dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggarnbarkan tewujudnya kinerja, tercapainya hasil program dan hasil kegiatan. Indikator kinerja instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi. Indikator kinerja yang digunakan harus memenuhi kriteria spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, relevan, dan sesuai dengan kurun waktu tertentu. Pemerintah Kabupaten Bandung telah menetapkan Keputusan Bupati Nomor 061/Kep.674- Org/2016 tentang Indikator Kinerja Utama Rencana Pembangunan Jangka Menengan Daerah Kabupaten Bandung Tahun diaplikasikan sebanyak 38 (Tiga puluh delapan) sasaran strategis dan 64 (enam puluh empat) Indikator Kinerja Utama. Menindaklanjuti dari hasil pencapaian nilai SAKIP yang kurang LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 39

74 maksimal ditahun 2015 maka Pemerintah Kabupaten Bandung melalui tim yang terdiri unsur Bappeda, Bagian Organisasi dan Bagian Program melakukan evaluasi terhadap Indikator Kinerja Utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun Dari Hasil evaluasi dilakukan revisi terhadap Keputusan Bupati Nomor Nomor 061/Kep.674-Org/2016 tentang Indikator Kinerja Utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bandung Tahun Adapun yang menjadi dasar perubahan Keputusan Bupati tersebut adalah masih ditemukannya Indikator yang bersifat output tidak outcome, juga ada beberapa indikator yang semula ditetapkan menjadi Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Bandung namun setelah diuji dengan metoda pohon kinerja cukup menjadi Indikator Kinerja Utama Kepala Perangkat Daerah. Dari semula 38 (Tiga puluh delapan) sasaran strategis dan 64 (enam puluh empat) Indikator Kinerja Utama setelah direvisi dengan terbitnya Surat Keputusan Bupati Bandung Nomor 061/Kep.232.Org/2017, maka ditetapkan sebanyak 30 (Tiga puluh) sasaran strategis dan 34 (tiga puluh empat) Indikator Kinerja Utama. Sedangkan 8 sasaran dan 30 Indikator yang semula tercantum dalam Indikator Kinerja Uama Pemerintah Kabupaten Bandung menjadi Indikator Kinerja Kepala Perangkat Daerah. Sehingga pada penyusunan LKIP Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2016 diukur sebanyak 30 (Tiga puluh) sasaran strategis dan 34 (tiga puluh empat) Indikator Kinerja Utama. Dibawah ini pada tabel 2.1 dan tabel 2.2 akan sajikan perbandingan antara Indikator Kinerja Utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung tahun sebelum dan sesudah direvisi. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 40

75 Tabel 2.3 Indikator Kinerja Utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung tahun (Sebelum Perubahan) Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU Misi kesatu : Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan Misi kedua : Mengoptimalkan kuantitas dan Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan berkualitas dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan Meningkatkan pelayanan kesehatan serta 1. Optimalnya ketersediaan fasilitas pendidikan formal baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas 2. Meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah Persentase ruang kelas baik : 1. Tingkat SD/MI/Sederajat; 2. Tingkat SMP/MTs/Sederajat. 3. APM SD/MI/Sederajat; 4. APM SMP/MTs/Sederajat; 5. APM SMA/MA/Sederajat; 6. APK SD/MI/Sederajat; 7. APK SMP/MTs/Sederajat; 8. APK SMA/MA/Sederajat. 3. Meningkatnya Persentase tingkat pendidikan guru jumlah guru (berkualifikasi S1/DIV ke atas): profesional 9. Tingkat SD/MI/Sederajat; 4. Meningkatnya kompetensi penduduk melalui penguasaan budaya lokal, olah raga, dan pendidikan non formal 5. Meningkatnya budaya baca masyarakat Kabupaten Bandung 1. Optimalnya penyediaan layanan 10. Tingkat SMP/MTs/Sederajat; 11. Tingkat SMA/MA/SMK/Sederajat. 12. Jumlah atlet yang berprestasi di tingkat Provinsi (Orang); 13. APK Paket A; 14. APK Paket B; 15. APK Paket C. 16. Jumlah Pengunjung Perpustakaan (orang); 1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Bidang Kesehatan. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 41

76 Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU kualitas pelayanan kesehatan. meningkatkan drajat kesehatan masyarakat kesehatan oleh pemerintah 2. Meningkatnya drajat kesehatan penduduk sejalan dengan upaya membangun keluarga berencana dan keluarga sejahtera 1. Angka Harapan Hidup (AHH); 2. Angka Kematian Bayi (AKB); 3. Cakupan pasangan usia subur peserta KB Aktif. 3. Meningkatknya kesadaran penduduk untuk menerapkan perilaku hidup bersih 1. Persentase PHBS pada rumah tangga; 2. Persentase penyelenggaraan promosi kesehatan. Misi ketiga : Mewujudkan pembangunan infrastruktur yang terpadu tata ruang wilayah dengan memperhatikan aspek kebencanaan. Meningkatkan Ketersediaan dan kualitas Infrastruktur dasar yang tahan terhadap bencana serta mewujudkan keserasian pembangunan dengan tata ruang wilayah 1. Meningkatnya aksesbilitas, kapasitas dan keselamatan terhadap pelayanan sarana prasarana transportasi (%) dan 2. Meningkatnya aksesbilitas, kapasitas dan kualitas infrastruktur sumber air 1. Rata-rata persentase jalan mantap (baik dan sedang); 2. Level of Service (LOS). 1. Akses aman terhadap air bersih. 3. Meningkatnya penataan kawasan ibu kota Kabupaten Bandung 2. Persentase terbangunnya sistem jaringan jalan dan drainase Kawasan Perkotaan Soreang (Koridor Jalan Tol Soroja). LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 42

77 Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU 4. Meningkatnya kualitas kawasan permukiman 1. Persentase luas kawasan kumuh (%). 5. Optimalnya sistem telekomunikasi dan informatika yang terpadu melalui pemanfaatan teknologi dan komunikasi 6. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur listrik dan energi yang merata mencakup seluruh wilayah 7. Meningkatnya efektivitas perencanaan tata ruang 8. Meningkatnya efektivitas pemanfaatan ruang 1. Persentase terbangunnya jaringan fiber optik. 2. Rasio Elektrifikasi 1. Persentase tersedianya dokumen penataan ruang; 2. Persentase keterpaduan antar daerah yang berbatasan mengenai kerjasama perencanaan penyediaan sarana, prasarana dan pelayanan publik. 3. Persentase luas pemanfaatan lahan budidaya non pertanian yang berijin sesuai rencana tata ruang; 9. Optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang 10. Meningkatnya upaya pengelolaan 4. Akses terhadap sanitasi. sarana dan LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 43

78 Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU prasarana sanitasi 11. Meningkatnya mitigasi dan adaptasi terhadap resiko bencana 5. Persentase korban bencana yang tertangani. 12. Meningkatnya upaya penanganan masyarakat yang tergenang banjir 6. Tertanganinya wilayah berpotensi banjir seluas 14,937,9 m2; 7. Persentase polder/kolam retensi; 8. Persentase penanganan drainase skala kawasan dan skala kota. Misi keempat : Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat. Mengentaskan permasalahan kesejahteraan sosial di Kabupaten Bandung 1. Berkurangnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) 1. Rata rata PMKS yang ditangani dan mampu berinteraksi sosial (%). 2. Meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam sektor ketenagakerjaan 2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Misi kelima : Menciptakan Pembangunan Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif. Meningkatkan daya saing perekonomian Kabupaten Bandung sebagai upaya optimalisasi kontribusi sektor ekonomi terhadap pembangunan daerah 1. Tercapainya Kondisi Ketahanan Pangan 2. Meningkatnya daya saing komoditas pertanian 3. Meningkatnya kesejahteraan petani 1. Persentase ketersediaan pangan utama (Skor PPH Ketersediaan). 2. Jumlah komoditas pertanian yang memiliki daya saing berskala nasional. 3. Jumlah kelompok tani yang berpredikat utama. 4. Meningkatnya transaksi pada sektor perdagangan dan jasa di Kabupaten 4. LPE Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (%). LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 44

79 Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU Bandung 5. Meningkatkan kapasitas, kapabilitas serta produktivitas UMKM-IKM dan kualitas produk unggulan 5. Nilai omzet UMKM-IKM (Rp Trilyun). 1. Meningkatnya destinasi wisata 2. Meningkatnya kemudahan investasi 6. Jumlah Objek Wisata yang dikembangkan. 7. Nilai Investasi (Rp Trilyun). Misi keenam : Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup. Menciptakan lingkungan yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, daya tampung lingkungan serta perubahan iklim 1. Meningkatnya pengawasan dan pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan 2. Terselenggarany a konservasi sumber daya alam 1. Persentase Pengendalian Pencemaran Air; 2. Pengendalian Pencemaran Udara; 3. Pengendalian Pengelolaan Limbah B3; 4. Persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah. 5. Persentase luas lahan kritis yang tertanami (%); 6. Luas Persemaian Desa/Kebun Rakyat; 7. Meningkatnya Persentase Ruang Terbuka Hijau (%). 3. Adaptasi perubahan iklim 8. Jumlah kecamatan/desa yang memiliki dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) Adaptasi Perubahan Iklim (API). Misi ketujuh : Meningkatkan Kemandirian Desa. Meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan wilayah 1. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat perdesaan 2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa 1. Jumlah desa swasembada/cepat berkembang; 2. Jumlah desa swakarya/desa berkembang. 3. Jumlah swadaya dalam pembangunan desa. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 45

80 Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU Misi kedelapan : Meningkatkan Reformasi Birokrasi. Meningkatkan kinerja aparatur dan kelembagaan penyelenggara pelayanan publik 1. Meningkatnya kualitas kinerja aparatur pemerintah 2. Meningkatkan efisiensi kinerja dan fungsi kelembagaan 1. Presentase Peningkatan Kapasitas Aparatur (%). 2. Jumlah Perangkat Daerah yang telah ditata secara kelembagaan. 3. Meningkatkan pemanfaatan potensi daerah 3. Jumlah kecamatan yang telah memiliki roadmap kewilayahan. 4. Meningkatkan efisiensi pelayanan administrasi publik 4. Jumlah lembaga yang sudah melaksanakan penataan kearsipan; 5. Jumlah aplikasi yang bisa diakses oleh seluruh Perangkat Daerah. 5. Meningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 6. Jumlah aplikasi yang terintegrasi. 6. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan aset daerah 7. Status Laporan. 7. Meningkatnya kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah 8. Persentase kesesuaian program pada dokumen perencanaan terhadap program pada dokumen anggaran. Misi kesembilan : Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban Wilayah. Meningkatkan stabilitas kemanan yang kondusif bagi pembangunan wilayah 1. Meningkatnya 1. Persentase Penegakan Perda. keamanan dan ketertiban masyarakat 2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga keamanan dan 2. Persentase peningkatan jumlah masyarakat yang mengikuti pendidikan politik. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 46

81 Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU ketertiban masyarakat Tabel. 2.4 Indikator Kinerja Utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung tahun (Setelah Perubahan) Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU Misi kesatu : Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan berkualitas dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan 1. Optimalnya ketersediaan fasilitas pendidikan formal baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas 2. Meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah Persentase ruang kelas baik : a. Tingkat SD/MI/Sederajat; b. Tingkat SMP/MTs/Sederajat. Angka Partisipasi Murni (APM) a. APM SD/MI/Sederajat; b. APM SMP/MTs/Sederajat; c. APM SMA/MA/Sederajat; Angka Partisipasi Kasar (APK) a. APK SD/MI/Sederajat; b. APK SMP/MTs/Sederajat; c. APK SMA/MA/Sederajat. 3. Meningkatnya jumlah guru profesional Persentase tingkat pendidikan guru (berkualifikasi S1/DIV ke atas): a. Tingkat SD/MI/Sederajat; b. Tingkat SMP/MTs/Sederajat; c. Tingkat SMA/MA/SMK/Sederajat. Misi kedua : Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan. Meningkatkan pelayanan kesehatan serta meningkatkan drajat kesehatan masyarakat 4. Optimalnya penyediaan layanan kesehatan oleh pemerintah Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Bidang Kesehatan. 5. Meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH); LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 47

82 Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU drajat kesehatan penduduk sejalan dengan upaya membangun keluarga berencana dan keluarga sejahtera 6. Meningkatknya kesadaran penduduk untuk menerapkan perilaku hidup bersih Persentase PHBS pada rumah tangga; Misi ketiga : Mewujudkan pembangunan infrastruktur yang terpadu tata ruang wilayah dengan memperhatikan aspek kebencanaan. Meningkatkan Ketersediaan dan kualitas Infrastruktur dasar yang tahan terhadap bencana serta mewujudkan keserasian pembangunan dengan tata ruang wilayah 7. Meningkatnya aksesbilitas, kapasitas dan keselamatan terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi (%) 8. Meningkatnya aksesbilitas, kapasitas dan kualitas infrastruktur sumber air Rata-rata persentase jalan mantap (baik dan sedang); Akses aman terhadap air bersih. 9. Meningkatnya penataan kawasan ibu kota Kabupaten Bandung Persentase terbangunnya sistem jaringan jalan dan drainase Kawasan Perkotaan Soreang (Koridor Jalan Tol Soroja). 10. Meningkatnya kualitas kawasan permukiman Persentase luas kawasan kumuh (%). 11. Optimalnya sistem telekomunikasi dan informatika yang terpadu melalui pemanfaatan teknologi dan komunikasi Persentase terbangunnya jaringan fiber optik. 12. Meningkatnya efektivitas pemanfaatan Persentase luas pemanfaatan lahan budidaya non pertanian yang berijin sesuai rencana tata ruang; LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 48

83 Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU ruang 13. Meningkatnya upaya pengelolaan sarana dan prasarana sanitasi Akses terhadap sanitasi. 14. Meningkatnya upaya penanganan masyarakat yang tergenang banjir Persentase polder/kolam retensi; Persentase penanganan drainase skala kawasan dan skala kota. Misi keempat : Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat. Mengentaskan permasalahan kesejahteraan sosial di Kabupaten Bandung 15. Meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam sektor ketenagakerjaan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Misi kelima : Menciptakan Pembangunan Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif. Meningkatkan daya saing perekonomian Kabupaten Bandung sebagai upaya optimalisasi kontribusi sektor ekonomi terhadap pembangunan daerah 16. Tercapainya Kondisi Ketahanan Pangan 17. Meningkatnya daya saing komoditas pertanian 18. Meningkatnya kesejahteraan petani Persentase ketersediaan pangan utama (Skor PPH Ketersediaan). Jumlah komoditas pertanian yang memiliki daya saing berskala nasional. Jumlah kelompok tani yang berpredikat utama. 19. Meningkatnya transaksi pada sektor perdagangan dan jasa di Kabupaten Bandung LPE Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (%). 20. Meningkatkan kapasitas, kapabilitas serta produktivitas UMKM-IKM dan kualitas produk unggulan Nilai omzet UMKM-IKM (Rp Trilyun). 21. Meningkatnya kemudahan investasi Nilai Investasi (Rp Trilyun). LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 49

84 Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran/ IKU Misi keenam : Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup. Menciptakan lingkungan yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, daya tampung lingkungan serta perubahan iklim 22. Meningkatnya pengawasan pengendalian terhadap pencemaran kerusakan lingkungan dan dan 23. Terselenggaranya konservasi sumber daya alam Persentase Pengendalian Pencemaran Air; Persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah. Persentase luas lahan kritis yang tertanami (%); Misi ketujuh : Meningkatkan Kemandirian Desa. Meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan wilayah 24. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat perdesaan 25. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa Jumlah desa swasembada/cepat berkembang; Jumlah desa swakarya/desa berkembang. Jumlah swadaya dalam pembangunan desa. Misi kedelapan : Meningkatkan Reformasi Birokrasi. Meningkatkan kinerja aparatur dan kelembagaan penyelenggara pelayanan publik 26. Meningkatnya kualitas kinerja aparatur pemerintah 27. Meningkatkan efisiensi pelayanan administrasi publik Presentase Peningkatan Kapasitas Aparatur (%). Jumlah aplikasi yang bisa diakses oleh seluruh Perangkat Daerah. 28. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan aset daerah Status Laporan.(Opini BPK) 29. Meningkatnya kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah Persentase kesesuaian program pada dokumen perencanaan terhadap program pada dokumen anggaran. Misi kesembilan : Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban Wilayah. Meningkatkan stabilitas kemanan yang kondusif bagi pembangunan wilayah 30. Meningkatnya keamanan ketertiban masyarakat dan Persentase Penegakan Perda. LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 50

85 Penetapan kinerja yang ingin dicapai Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 2016 ditetapkan dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang efektif dan akuntabel. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.5 Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupaten BandungTahun 2016 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) Tujuan 1 : Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan berkualitas dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan 1. Optimalnya ketersediaan fasilitas Persentase Ruang kelas baik : pendidikan formal baik dari segi Tingkat SD/MI/Sederajat 72,58 kuantitas maupun dari segi kualitas Tingkat SMP/MTs/Sederajat 84,76 2. Meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah APM SD/MI/Sederajat 94,69 APM SMP/MTs/Sederajat 82,87 APM SMA/MA/Sederajat 42,17 APK SD/MI/Sederajat 105,39 APK SMP/MTs/Sederajat 97,78 APK SMA/MA/Sederajat Meningkatnya jumlah guru profesional Persentase tingkat pendidikan guru (berkualifikasi S1/DIV dan keatas) : Tingkat SD/MI/Sederajat 77,43 Tingkat SMP/MTs/Sederajat 83,51 Tingkat SMA/MA/Sederajat 81,65 4. Meningkatnya kompetensi penduduk melalui penguasaan budaya lokal, olah raga, dan pendidikan non formal Jumlah atlet yang berprestasi di tingkat Provinsi (Orang) 731 APK Paket A 0,59 APK Paket B 3,78 APK Paket C 2,30 5. Meningkatnya minat baca masyarakat Kabupaten Bandung Jumlah pengunjung perpustakaan (orang) 136 LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 51

86 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) Tujuan 2 : Meningkatkan pelayanan kesehatan serta meningkatkan drajat kesehatan masyarakat 6. Optimalnya penyediaan layanan kesehatan oleh pemerintah Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Bidang Kesehatan 76,09 7. Meningkatnya drajat kesehatan Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) penduduk sejalan dengan upaya 71,23 membangun keluarga berencana dan Angka Kematian Bayi (AKB) (%) keluarga sejahtera 33,62 Cakupan pasangan usia subur peserta KB aktif (%) Meningkatnya kesadaran penduduk untuk menerapkan perilaku hidup bersih Persentase PHBS pada rumah tangga Persentase penyelenggaraan promosi kesehatan 43,7 80 Meningkatkan ketersediaan dan kualitas Infrastruktur dasar yang tahan terhadap bencana serta mewujudkan keserasian pembangunan dengan tata Tujuan 3 : ruang wilayah 9. Meningkatnya aksesbilitas, kapasitas dan keselamatan terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi (%) Rata-rata persentase jalan mantap (baik dan sedang) 84,63 Level of Service (LOS) LOS D (3) 10. Meningkatnya aksesbilitas, kapasitas dan kualitas infrastruktur sumber air Akses aman terhadap air bersih Meningkatnya penataan kawasan ibu kota Kabupaten Bandung Persentase terbangunnya sistem jaringan jalan dan drainase Kawasan Perkotaan Soreang (Koridor Jalan Tol Soroja) Meningkatnya kualitas kawasan permukiman Persentase luas kawasan kumuh (%) 7, Optimalnya sistem telekomunikasi dan informatika yang terpadu melalui pemanfaatan teknologi dan komunikasi Persentase terbangunnya jaringan fiber optik Meningkatnya ketersediaan infrastruktur listrik dan energi yang merata mencakup seluruh wilayah Rasio elektrifikasi Meningkatnya efektivitas perencanaan tata ruang Persentase tersedianya dokumen penataan ruang Persentase keterpaduan antar daerah yang berbatasan mengenai 1 36 LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 52

87 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) kerjasama perencanaan penyediaan sarana, prasarana dan pelayanan publik 16. Meningkatnya efektivitas pemanfaatan ruang wilayah Persentase luas pemanfaatan lahan budidaya non pertanian yang berijin sesuai rencana tata ruang Meningkatnya upaya pengelolaan sarana dan prasarana sanitasi Akses terhadap sanitasi (%) Meningkatnya mitigasi dan adaptasi terhadap resiko bencana 19. Meningkatnya upaya penanganan masyarakat yang tergenang banjir Persentase korban bencana yang tertangani Tertanganinya wilayah berpotensi banjir 80 14,937,9 m2 Persentase polder/kolam retensi 100 Persentase penanganan drainase skala kawasan dan skala kota 8,36 Tujuan 4 : Mengentaskan permasalahan kesejahteraan sosial di Kabupaten Bandung 20. Berkurangnya jumlah penyandang Rata rata PMKS yang ditangani dan 50,84 masalah kesejahteraan sosial (PMKS) mampu berinteraksi sosial (%) Meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam sektor ketenagakerjaan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 8,47 Tujuan 5 : Meningkatkan daya saing perekonomian Kabupaten Bandung sebagai upaya optimalisasi kontribusi sektor ekonomi terhadap pembangunan daerah 21. Tercapainya Kondisi Ketahanan Pangan Persentase ketersediaan pangan utama (Skor PPH Ketersediaan) 83,6 22. Meningkatnya daya saing komoditas pertanian 23. Meningkatnya transaksi pada sektor perdagangan dan jasa di Kabupaten Bandung Jumlah komoditas pertanian yang memiliki daya saing berskala nasional LPE Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (%) 5 9, Meningkatkan kapasitas, kapabilitas serta produktivitas UMKM-IKM dan kualitas produk unggulan Nilai omzet UMKM-IKM (Rp Trilyun) 4, Meningkatnya kesejahteraan petani Jumlah kelompok tani yang berpredikat utama Meningkatnya destinasi wisata Jumlah Objek Wisata yang 58 LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 53

88 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) dikembangkan 27. Meningkatnya investasi Nilai Investasi (Rp Trilyun) 7,00 Tujuan 6 : Menciptakan lingkungan yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, daya tampung lingkungan serta perubahan iklim 28. Meningkatkan pengawasan dan Persentase Pengendalian 54,54 pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan Pencemaran Air Pengendalian Pencemaran Udara 87, Terselenggaranya konservasi sumber daya alam Pengendalian Pengelolaan Limbah B3 Persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah Persentase luas lahan kritis yang tertanami (%) Luas Persemaian Desa/Kebun Rakyat Meningkatnya Persentase Ruang Terbuka Hijau (%) 43, ,03 0,65 0,20 Tujuan 7 : Meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan wilayah 30. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat perdesaan Jumlah desa swasembada/cepat berkembang Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa Jumlah desa swakarya/desa berkembang Jumlah swadaya dalam pembangunan desa Tujuan 8 : Meningkatkan kinerja aparatur dan kelembagaan penyelenggara pelayanan publik 32. Meningkatnya kualitas kinerja aparatur pemerintah Persentase Peningkatan Kapasitas Aparatur (%). 20, Meningkatkan efisiensi kinerja dan fungsi kelembagaan Jumlah Perangkat Daerah yang telah ditata secara kelembagaan Meningkatkan efisiensi pelayanan administrasi publik Jumlah lembaga yang sudah melaksanakan penataan kearsipan Jumlah aplikasi yang bisa diakses oleh seluruh Perangkat Daerah 35 6 LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 54

89 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 35. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan aset daerah Status Laporan WDP 36. Meningkatnya kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah Persentase kesesuaian program pada dokumen perencanaan terhadap program pada dokumen anggaran 100 Tujuan 9 : Meningkatkan stabilitas keamanan yang kondusif bagi pembangunan wilayah 37. Meningkatnya kemanan dan ketertiban masyarakat Persentase Penegakan Perda Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat Persentase peningkatan jumlah masyarakat yang mengikuti pendidikan politik 75 Adapun Perjanjian Kerja Pemerintah Kabupaten Bandung Hasil Evaluasi dan Penyederhanaan ada pada tabel berikut dibawah ini Tabel 2.6 Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 2016 Hasil Evaluasi dan Penyederhanaan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) Tujuan 1 : Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan berkualitas dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan 1. Optimalnya ketersediaan fasilitas pendidikan formal baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas Persentase Ruang kelas baik : Tingkat SD/MI/Sederajat 72,58 Tingkat SMP/MTs/Sederajat 84,76 2. Meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah Angka Partisipasi Murni (APM): APM SD/MI/Sederajat 94,69 LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 55

90 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) APM SMP/MTs/Sederajat 82,87 APM SMA/MA/Sederajat 42,17 APK SD/MI/Sederajat 105,39 APK SMP/MTs/Sederajat 97,78 APK SMA/MA/Sederajat Meningkatnya jumlah guru profesional Persentase tingkat pendidikan guru (berkualifikasi S1/DIV dan keatas) : Tingkat SD/MI/Sederajat 77,43 Tingkat SMP/MTs/Sederajat 83,51 Tingkat SMA/MA/Sederajat 81,65 Tujuan 2 : Meningkatkan pelayanan kesehatan serta meningkatkan drajat kesehatan masyarakat 4. Optimalnya penyediaan layanan kesehatan oleh pemerintah 5. Meningkatnya drajat kesehatan penduduk sejalan dengan upaya membangun keluarga berencana dan keluarga sejahtera 6. Meningkatnya kesadaran penduduk untuk menerapkan perilaku hidup bersih Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Bidang Kesehatan Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) Persentase PHBS pada rumah tangga 76,09 71,23 43,7 Tujuan 3 : Meningkatkan ketersediaan dan kualitas Infrastruktur dasar yang tahan terhadap bencana serta mewujudkan keserasian pembangunan dengan tata ruang wilayah 7. Meningkatnya aksesbilitas, Rata-rata persentase jalan 84,63 LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 56

91 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) kapasitas dan keselamatan mantap (baik dan sedang) terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi (%) 8. Meningkatnya aksesbilitas, Akses aman terhadap air bersih 100 kapasitas dan kualitas infrastruktur sumber air 9. Meningkatnya penataan kawasan ibu kota Kabupaten Bandung 10. Meningkatnya kualitas kawasan permukiman Persentase terbangunnya sistem jaringan jalan dan drainase Kawasan Perkotaan Soreang (Koridor Jalan Tol Soroja) Persentase luas kawasan kumuh (%) 20 9, Optimalnya sistem telekomunikasi dan informatika yang terpadu melalui pemanfaatan teknologi dan komunikasi Persentase jaringan fiber optik terbangunnya Meningkatnya efektivitas pemanfaatan ruang wilayah Persentase luas pemanfaatan lahan budidaya non pertanian yang berijin sesuai rencana tata ruang Meningkatnya upaya pengelolaan sarana dan prasarana sanitasi Akses terhadap sanitasi (%) Meningkatnya upaya penanganan masyarakat yang tergenang banjir Persentase polder/kolam retensi 100 Persentase penanganan drainase skala kawasan dan skala kota 8,36 Tujuan 4 : Mengentaskan permasalahan kesejahteraan sosial di Kabupaten Bandung 15. Meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam sektor ketenagakerjaan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 8,47 LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 57

92 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) Tujuan 5 : Meningkatkan daya saing perekonomian Kabupaten Bandung sebagai upaya optimalisasi kontribusi sektor ekonomi terhadap pembangunan daerah 16. Tercapainya Kondisi Ketahanan Pangan Persentase ketersediaan pangan utama (Skor PPH Ketersediaan) 83,6 17. Meningkatnya daya saing komoditas pertanian 18. Meningkatnya transaksi pada sektor perdagangan dan jasa di Kabupaten Bandung Jumlah komoditas pertanian yang memiliki daya saing berskala nasional LPE Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (%) 5 9, Meningkatkan kapasitas, kapabilitas serta produktivitas UMKM-IKM dan kualitas produk unggulan Nilai omzet UMKM-IKM (Rp Trilyun) 4, Meningkatnya kesejahteraan petani Jumlah kelompok tani yang berpredikat utama Meningkatnya investasi Nilai Investasi (Rp Trilyun) 7,00 Tujuan 6 : Menciptakan lingkungan yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, daya tampung lingkungan serta perubahan iklim 22. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan 23. Terselenggaranya konservasi sumber daya alam Tujuan 7 : Persentase Pencemaran Air Pengendalian Persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah Persentase luas lahan kritis yang tertanami (%) Meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan wilayah 24. Meningkatnya pemberdayaan Jumlah desa swasembada/cepat 5 54, ,03 LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 58

93 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) masyarakat perdesaan berkembang Jumlah desa swakarya/desa berkembang Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa Jumlah swadaya dalam pembangunan desa 30 Tujuan 8 : Meningkatkan kinerja aparatur dan kelembagaan penyelenggara pelayanan publik 26. Meningkatnya kualitas kinerja aparatur pemerintah Persentase Peningkatan Kapasitas Aparatur (%). 20, Meningkatkan efisiensi pelayanan administrasi publik Jumlah aplikasi yang bisa diakses oleh seluruh Perangkat Daerah Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan aset daerah Status Laporan (Opini BPK) WDP 29. Meningkatnya kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah Persentase kesesuaian program pada dokumen perencanaan terhadap program pada dokumen anggaran 100 Tujuan 9 : Meningkatkan stabilitas keamanan yang kondusif bagi pembangunan wilayah 30. Meningkatnya kemanan dan ketertiban masyarakat Persentase Penegakan Perda 100 LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 59

94 Jumlah Anggaran Program Pendukung Rp dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2.5 Anggaran Program Pendukung No. Program Anggaran (1) (2) (3) 1. Program fasilitas pindah/purna tugas PNS Program peningkatan kapasitas sumber 2. daya aparatur Program peningkatan pengembangan 3. sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan 4. Program Keluarga Berencana Program Ketahanan Pangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Program pemanfaatan potensi sumber 7. daya hutan Program Pembangunan Jalan dan 8. Jembatan Program Pembangunan Prasarana dan 9. Fasilitas Perhubungan Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan 10. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya Program pembinaan dan pengawasan 11. bidang pertambangan Program Penataan Administrasi 12. Kependudukan Program penciptaan iklim usaha Usaha 13. Kecil Menengah yang konduksif Program Pendidikan Anak Usia Dini Program pengembangan data/informasi Program pengembangan 16. data/informasi/statistik daerah Program Pengembangan Kinerja 17. Pengelolaan Persampahan Program Pengembangan Komunikasi, 18. Informasi dan Media Massa Program Pengembangan Nilai Budaya Program pengembangan pemasaran 20. pariwisata LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 60

95 No. Program Anggaran (1) (2) (3) 21. Program Pengembangan Perumahan Program peningkatan kapasitas iptek 22. sistem produksi Program peningkatan kapasitas lembaga 23. perwakilan rakyat daerah Program peningkatan keamanan dan 24. kenyamanan lingkungan Program Peningkatan Keberdayaan 25. Masyarakat Perdesaan Program Peningkatan Kesejahteraan 26. Petani Program Peningkatan Kualitas dan 27. Produktivitas Tenaga Kerja Program Peningkatan Promosi dan 28. Kerjasama Investasi Program perbaikan sistem administrasi 29. kearsipan Program Perencanaan Tata Ruang Program perlindungan konsumen dan 31. pengamanan perdagangan Program Kerjasama Pembangunan Program Kesehatan Reproduksi Remaja Program Lingkungan Sehat Perumahan Program Pelayanan dan Rehabilitasi 35. Kesejahteraan Sosial Program Pemanfaatan Ruang Program Pembangunan saluran 37. drainase/gorong-gorong Program pemeliharaan kantrantibmas dan 38. pencegahan tindak kriminal Program penataan penguasaan, 39. pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah 40. Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan 41. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Program pengembangan destinasi 42. pariwisata Program pengembangan industri kecil 43. dan menengah LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 61

96 No. Program Anggaran (1) (2) (3) 44. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah Program pengembangan lembaga 45. ekonomi pedesaan Program Pengendalian Pencemaran dan 46. Perusakan Lingkungan Hidup Program Penguatan Kelembagaan 47. Pengarusutamaan Gender dan Anak Program Peningkatan Iklim Investasi dan 48. Realisasi Investasi Program Peningkatan Kesempatan Kerja Program Peningkatan Ketahan Pangan 50. (pertanian/perkebunan) Program peningkatan pelayanan 51. kedinasan kepala daerah/wakil kepala daerah Program peningkatan peran serta 52. kepemudaan Program penyelamatan dan pelestarian 53. dokumen/arsip daerah Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan 54. Prasarana dan Fasilitas LLAJ Program rehabilitasi hutan dan lahan Program Upaya Kesehatan Masyarakat Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 57. Sembilan Tahun Perlindungan dan konservasi sumber 58. daya hutan Pogram peningkatan pelayanan angkutan Program fasilitasi Peningkatan SDM 60. bidang komunikasi dan informasi Program pembangunan 61. turap/talud/bronjong Program Pemberdayaan Komunitas 62. Perumahan Program pembinaan anak terlantar Program pembinaan dan pengembangan 64. bidang ketenagalistrikan Program pemeliharaan rutin/berkala 65. sarana dan prasarana kearsipan Program Pendidikan Menengah LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 62

97 No. Program Anggaran (1) (2) (3) 67. Program Pengawasan Obat dan Makanan Program Pengelolaan Keragaman 68. Budaya Program pengembangan Kemitraan Program Pengembangan Sistem 70. Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Program pengembangan wawasan 71. kebangsaan Program Pengendalian Pemanfaatan 72 Ruang Program peningkatan dan 73. pengembangan ekspor Program peningkatan dan 74. pengembangan pengelolaan keuangan daerah Program peningkatan kemampuan 75. teknologi industri Program Peningkatan Kualitas Hidup dan 76. Perlindungan Perempuan Program Peningkatan Partisipasi 77. Masyarakat dalam Membangun Desa Program peningkatan pemasaran hasil 78. produksi pertanian/perkebunan Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda Program penyiapan potensi sumberdaya, 80. sarana, dan prasarana daerah Program Perlindungan dan Konservasi 81. Sumber Daya Alam Program Perlindungan dan 82. Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan 83. Program transmigrasi regional Program kemitraan pengembangan 84. wawasan kebangsaan Program kerjasama informasi dengan 85. mas media Program pembangunan sarana dan 86. prasarana perhubungan Program pembinaan para penyandang LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 63

98 No. Program Anggaran (1) (2) (3) cacat dan trauma 88. ram pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang mandiri Program Pendidikan Non Formal Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya rogram peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Program peningkatan kualitas pelayanan informasi Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa Program pembinaan panti asuhan /panti jompo Program pembinaan pedagang kakilima dan asongan Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olah Raga Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 106. Program peningkatan peran perempuan di perdesaan Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan Program perencanaan pengembangan LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 64

99 No. Program Anggaran (1) (2) (3) kota-kota menengah dan besar 109. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Program Inspeksi kondisi jalan dan jembatan Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya) 114. Program pengelolaan areal pemakaman Program pengembangan budidaya perikanan Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah 117. Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat) Program peningkatan pengendalian polusi Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH 122. Program Perbaikan Gizi Masyarakat Program perencanaan dan pengembangan hutan Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pendidikan politik masyarakat Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 65

100 No. Program Anggaran (1) (2) (3) 129. Program Pengembangan Lingkungan Sehat Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan 132. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga Program perencanaan pembangunan daerah Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Program Pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak 139. Program peningkatan produksi hasil peternakan Program perencanaan pembangunan ekonomi Program Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan Program penyiapan tenaga pedamping kelompok bina keluarga Program perencanaan sosial dan budaya Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 66

101 No. Program Anggaran (1) (2) (3) 149. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya 150. Program peningkatan penerapan teknologi peternakan Program perancanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskemas pembantu dan jaringannya 153. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak Program Penataan Peraturan Perundang- Undangan Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/ rumah sakit jiwa/ rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata 157. Program pengembangan, pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber daya air lainnya 158. Program Penataan Daerah Otonomi Baru Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan Program pengendalian banjir Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Program rehabilitasi/pemeliharaan Saluran Drainase/Gorong-gorong Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Total LKIP KABUPATEN BANDUNG 2016 II 67

102 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pemerintah Kabupaten Bandung sebagai pihak pemegang amanah masyarakat, berkewajiban memberikan laporan akuntabilitas kinerja sesuai dengan amanat Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan dan Pemberantasan Korupsi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan Pemerintahan yang lebih menjamin adanya keseimbangan dan wujud nyata akuntabilitas kepada masyarakat; Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan kinerja Instansi Pemerintah. Dalam penyusunan laporan akuntabilitas ini, Kabupaten Bandung mengacu kepada ketentuan yang termuat dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Berdasarkan peraturan tersebut, analisis akuntabilitas kinerja dinilai berdasarkan capaian kinerja organisasi dan realisasi anggaran. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) merupakan bentuk akuntabilitas Pemerintah Kabupaten Bandung sebagai pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal). LKIP ini dibuat sebagai usaha perwujudan Good Governance untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi pemerintahan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pengukuran capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi capaian target kinerja pada akhir tahun pelaksanaan anggaran dengan rencana target kinerja yang telah ditetapkan pada awal tahun pelaksanaan anggaran dengan bentuk Perjanjian Kinerja (PK). III 1

103 Pengukuran kinerja pemerintah Kabupaten Bandung, memanfaatkan data kinerja yang diperoleh melalui sistem pengumpulan data kinerja dari dua sumber, yaitu: 1. Data internal yang berasal dari sistem informasi dan pelaporan yang ada, baik laporan kegiatan reguler yang ada seperti laporan bulanan, triwulanan, semesteran, laporan akuntabilitas kinerja OPD, laporan keuangan OPD / laporan keuangan pemerintah daerah maupun laporan kegiatan tahunan lainnya; 2. Data eksternal, digunakan data-data skunder sepanjang relevan dengan pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Bandung, khususnya data-data yang bersumber atas hasil hitung Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung walaupun data masih bersifat sementara karena Badan Pusat Statistik (BPS) baru mengeluarkan Data Makro Kabupaten Bandung tahun 2016 di bulan Agustus Berdasarkan pengukuran kinerja sasaran, dilakukan analisis dan evaluasi terhadap capaian setiap indikator kinerja untuk memberikan penjelasan tentang keberhasilan atau ketidakberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan dan program dalam mewujudkan kondisi sasaran yang diharapkan. Untuk mempermudah interpretasi atas pencapaian sasaran dan program/kegiatan serta indikator makro diberlakukan nilai disertai makna dari nilai yang termuat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.1 Intrepretasi Pencapaian Kinerja Formulasi Perhitungan Pencapaian Kinerja Capaian = Realisasi Target Keterangan : 100% Pengukuran realisasi setiap indikator sasaran dihitung oleh masing-masing OPD No. Katagori Nilai Capaian (%) 1. AA > Sangat Memuaskan, Interpretasi 2. A >80 90 Memuaskan, Memimpin perubahan, berkinerja tinggi, dan sangat akuntabel 3. BB > B > CC > C >50 60 Sangat Baik, Akuntabel, berkinerja baik, memiliki sistem manajemen kinerja yang andal. Baik, Akuntabilitas kinerjanya sudah baik, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk manajemen kinerja, dan perlu sedikit perbaikan. Cukup (Memadai), Akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggung jawaban, perlu banyak perbaikan tidak mendasar. Kurang, Sistem dan tatanan kurang dapat diandalkan, memiliki sistem untuk manajemen kinerja tapi perlu banyak perbaikan minor dan perbaikan yang mendasar. III 2

104 7. D 0-30 Sumber : Permen PAN dan RB No. 12 Tahun 2015 Sangat Kurang, Sistem dan tatanan tidak dapat diandalkan untuk penerapan manajemen kinerja; Perlu banyak perbaikan, sebagian perubahan yang sangat mendasar. Selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi kinerja dilakukan analisis pencapaian kinerja untuk memberikan informasi yang lebih transparan mengenai sebab sebab tercapai atau tidak tercapaianya kinerja yang diharapkan. A. CAPAIAN KINERJA Analisis atas pencapaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun 2016, sesuai dengan perjanjian kinerja yang ditetapkan oleh Bupati Bandung berupa Dokumen Penetapan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bandung, Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah tentang prioritas dan sasaran Pembangunan Daerah Tahun Adapun pengukuran pencapaian kinerja yang dimaksud adalah membandingkan target dari 30 sasaran dan 34 indikator kinerja (IKU setelah direvisi) dengan realisasi kinerjanya. Penyajian capaian kinerja ini akan disajikan berdasarkan tujuan pembangunan daerah sesuai yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bandung Tahun Tujuan 1 : Meningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan Berkualitas dan Partisipasi Masyarakat Dalam Bidang Pendidikan Pengukuran Tujuan 1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan berkualitas dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan melalui 3 Sasaran dengan 4 Indikator kinerja sasaran. Dalam proses implementasi dari perwujudan tujuan ini, Pemerintah Kabupaten Bandung melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendidikan. Hasil pengukuran capaian kinerja dari setiap indikator kinerja sasaran, dan analisa capaian kinerja dalam tujuan ini diuraikan dalam penjelasan sasaran berikut. III 3

105 Sasaran 1 : Optimalnya Ketersedian Fasilitas Pendidikan Formal Baik Dari Segi Kuantitas Maupun Dari Segi Kualitas a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Optimalnya ketersedian fasilitas pendidikan formal baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas diukur melalui persentase ruang kelas baik di tingkat SD/MI/Sederajat dan persentase ruang kelas baik di tingkat SMP/MTS/Sederajat.. Capaian Indikator kinerja persentase ruang kelas baik dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 3.2 Pengukuran Capaian Sasaran 1 Optimalnya Ketersediaan Fasilitas Pendidikan Formal Baik Dari Segi Kuantitas Maupun dari Segi Kualitas Indikator Kinerja Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Trget RPJMD Realisasi Kinerja Persentase Ruang Kelas Baik Tingkat SD/MI/Sederajat % 72,58 75,67 104,26 67,4 75,67 Tingkat SMP/MTS/Sederajat % 84,76 85,58 100,97 76,72 85,58 Sumber : LKIP Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Dari pengukuran sasaran ini, persentasi ruang kelas baik pada tingkat SD/MI/Sederajat maupun pada tingkat SMP/MTS/Sederajat pada tahun 2016 telah melebihi target yang telah ditetapkan bahkan melebihi target RPJMD pada tahun Untuk tingkat SD/MI/Sederajat persentase ruang kelas baik realisasinya mencapai 75,67%, sedangkan untuk tingkat SMP/MTS/Sederajat realisasinya mencapai 85,58%. Capaian indikator kinerja pada sasaran ini sangat memuaskan dengan rata-rata capaian mencapai 104,26% untuk presentase ruang kelas baik di tingkat SD/MI/sederajat, dan 100,97% untuk persentase ruang kelas baik di tingkat SMP/MTS/Sederajat. Nilai rata-rata capaian kinerja untuk sasaran untuk sasaran ini adalah 102,61% III 4

106 Persentase Ruang Kelas baik b. Analisis Capaian Kinerja Persentase ruang kelas baik menggambarkan optimalnya ketersediaan fasilitas pendidikan formal di Kabupaten Bandung baik dari segi kuantitas maupun Capaian kualitasnya guna menunjang peningkatan kualitas SDM di Kabupaten Bandung Grafik 3.1 Target, Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Persentase Ruang Kelas Baik tahun Target Realisasi 60 Capaian Tingkat SD/MI/Sederajat Tingkat SMP/MTS/Sederajat Sumber : LKIP Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Pada tabel diatas bisa kita lihat bahwa secara keseluruhan bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan sasaran indikator kinerja persentase ruang kelas baik pada tahun 2016 telah melebihi target yang telah ditetapkan. Capaian realisasi indikator kinerja persentase ruang kelas baik pada tahun 2016 merupakan salah satu upaya pencapaian sasaran strategis Optimalnya ketersedian fasilitas pendidikan formal baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Upaya pencapaian realisasi sasaran Optimalnya ketersedian fasilitas pendidikan formal baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajib Dikdas) 9 tahun dengan dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 89,071,522,611,- atau 90,69% dari target realisasi anggaran yang telah ditetapkan Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 102,61% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 90,69%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar III 5

107 113,14%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan sangat efisien karena dengan realisasi anggaran 90,69% telah menghasilkan capaian kinerja 102,14%. Sasaran 2 : Meningkatnya Jumlah Penduduk Yang Bersekolah a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah diukur dengan menggunakan Angka Partisipasi Sekolah (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) mulai dari SD, SMP, dan SMA, sehingga untuk pengukuran keberhasilan pencapaian pada sasaran ini, ditetapkan 2 (dua) indikator kinerja sasaran, sebagaimana diuraikan dalam tabel dibawah ini Tabel 3.3 Pengukuran Capaian Sasaran 2 Meningkatnya Jumlah Penduduk Yang Bersekolah Indikator Kinerja Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja APM SD/MI/Sederajat % APM SMP/MTs/Sederajat % APM SMA/MA/Sederajat % APK SD/MI/Sederajat % APKSMP/MTs/Sederajat % APK SMA/MA/Sederajat % Sumber : LKIP Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Pada pengukuran sasaran ini bisa kita jelaskan bahwa ; pada tahun 2016 capaian APM SD/MI/Sederajat mencapai realisasi sebesar 96,48%, melebihi target yang ditetapkan sebelumnya sebesar 94,69%, dan telah melebih target yang ditetapkan dalam RPJMD, capaian realisasi ini sebesar 101,89% target yang ditetapkan sebelumnya. III 6

108 Angka APM SMP/MTs/Sederajat mencapai angka 87,14%, melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 82,87%, dan telah melebih target yang ditetapkan dalam RPJMD. Capaian realisasinya mencapai 105,15% dari target yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan pada Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/Sederajat mencapai 47,94%. Jika melihat target yang diberikan pada tahun 2015 yaitu sebesar 42,17%, maka telah melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 113,68%. Untuk Angka Partisipasi Kasar (APK) hasil pengukuran menunjukan bahwa pada tahun 2016 di Kabupaten Bandung rata-rata capaian APK untuk tiap tingkat pendidikan telah mencapai bahkan melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya, untuk angka APK SD/MI/Sederajat di Kabupaten Bandung mencapai angka 105,39% sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar 105,39%, sehingga capaian realisisasinya adalah 100%. Angka SMP/MTs/Sederajat mencapai 97,73%, belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 97,78%. Persentase realisasi capaian indikator kinerja ini adalah 99,95% dari target yang telah ditetapkan. Sedangkan APK SMA/MTA/Sederajat di Kabupaten Bandung mencapai angka 59,01%, melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 57,7% dan melebihi target yang ditetapkan dalam RPJMD yaitu sebesar 56%, Sehingga capaian realisasinya mencapai 103,53%. b. Analisis Capaian Kinerja 1) Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Sederajat Penghitungan APM SD/MI/Sederajat yaitu dengan menghitung proporsi penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah di SD/MI/Sederajat. Pada tahun 2016, APM SD/MI/Sederajat sebesar 96,48%, Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2015, maka pencapaian angka APM SD/MI/Sederajat pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 1,81%. Gambar dibawah ini adalah adalah grafik tren APM SD/MI/Sederajat dalam 5 tahun terakhir. III 7

109 Angka APM Nilai APM Grafik 3.2 Angka APM SD/MI/Sederajat Tahun Sumber : Hasil Analisa ) Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Sederajat Penghitungan APM SMP/MTs/Sederajat yaitu dengan menghitung proporsi penduduk usia tahun yang sedang bersekolah di SLTP. Pada tahun 2016, angka APM SMP/MTs/Sederajat di Kabupaten Bandung mencapai angka 87,14%. Bila kita bandingkan dengan tahun 2015 capaian angka APM pada tahun 2016 memang mengalami Penurunan sebesar 10,56%. Penurunan Angka APM ini dikarenakan banyaknya siswa SMP/MTs/Sederajat di Kabupaten Bandung yang melanjutkan SMP/MTs/Sederajat di Kabupaten Bandung ataupun di daerah lainnya Grafik 3.3 Angka APM SMP/MTs/Sederajat Tahun Sumber : Hasil Analisa 2016 III 8

110 Angka APM 3) Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/Sederajat Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/Sederajat dihitung dengan melihat proporsi penduduk usia tahun yang bersekolah di SLTA. Pada tahun 2016 Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/Sederajat mencapai 47,94%. Bila kita bandingkan dengan tahun 2015 capaian angka APM SMA/MA Sederajat pada tahun 2016, mengalami peningkatan sebesar 5,78%. Pada grafik dibawah ini kita bisa melihat tren APM SMA/MA/Sederajat di Kabupaten Bandung dalam lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. 60 Grafik 3.4 Angka APM SMA/MA/Sederajat Tahun Sumber : Hasil Analisa ) Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Sederajat Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Sederajat dihitung dari jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada tingkat SD/MI/Sederajat (berapapun usianya) dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah di SD/MI/Sederajat. Pada tahun 2016 APK SD/MI/Sederajat di Kabupaten Bandung mencapai angka 105,39% sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Pencapaian realisasi angka APK SD/MI/Sederajat dapat dikatakan mencapai hasil yang memuaskan. III 9

111 5) Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat dihitung dari jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada tingkat SMP/MTs/Sederajat (berapapun usianya) dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tahun yang sedang bersekolah di SMP/MTs/Sederajat. Pada tahun 2016 APK SMP/MTs/Sederajat di Kabupaten Bandung mencapai angka 97,73%, Meskipun Pencapaian realisasi angka APK SMP/MTs/Sederajat belum mencapai target kinerja yang diharapkan, secara umum capaiain indikator kinerja ini mendapat hasil yang memuaskan, dengan persentase realisasi capaian 99,95% dari target yang telah ditetapkan. 6) Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/Sederajat Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MTA/Sederajat dihitung dari jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada tingkat SMA/MTA/Sederajat (berapapun usianya) dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tahun yang sedang bersekolah di SMA/MTA/Sederajat. Pada tahun 2016 APK SMA/MTA/Sederajat di Kabupaten Bandung mencapai angka 59,01%, Secara umum capaiain indikator kinerja ini mendapat hasil yang memuaskan, dengan persentase realisasi capaian % dari target yang telah ditetapkan. Capaian realisasi indikator kinerja dalam pencapaian sasaran strategis Meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah dilaksanakan melalui 2 (Program) program yaitu Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajib Dikdas) 9 tahun dan Program Pendidikan Menengah. Adapun program kegiatan serta pendanaannya yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut : III 10

112 Tabel 3.4 Program Pendanaan Sasaran 2: Meningkatnya Jumlah Penduduk Yang Bersekolah No Program Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 1 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun 98,213,260,276 89,071,522,611 90,69 2 Program Pendidikan Menengah 51,592,432,470 50,851,988,960 98,56 Jumlah 149,805,692, ,923,511,571 93,40 Sumber : LKIP Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Tahun 2017 Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 104,03% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 93,40%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 111,38%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien, karena dengan realisasi anggaran 93,40% telah mencapai nilai kinerja 104,03% Sasaran 3 : Meningkatnya Jumlah Guru Profesional a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Meningkatnya Jumlah Guru Profesional diukur melalui rata-rata tingkat pendidikan minimal guru. Pengukuran keberhasilan pencapaian sasaran ini, menggunakan 1 (satu) indikator kinerja sasaran, yaitu persentase guru berpendidikan minimal S1/D4. Penetapan indikator ini berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, khususnya pada pasal 29 ayat 1-6, dinyatakan bahwa tenaga pendidik / guru mulai jenjang pendidikan PAUD sampai SMA/MA/SMK harus mempunyai kualifikasi pendidikan minimal Diploma IV atau Sarjana (S.1). Dengan standar pendidikan guru tersebut, diharapkan jumlah guru profesional maupun kualitas guru akan meningkat, sehingga akan mendorong peningkatan III 11

113 kualitas pendidikan di Kabupaten Bandung. Adapun hasil pengukuran atas indikator sasaran ini adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.5 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran 3 Meningkatnya Jumlah Guru Profesional Indikator Kinerja Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja Persentase Tingkat Pendidikan Guru (Berkualifikasi S1/DIV) : Tingkat SD/MI/Sederajat % Tingkat SMP/MTS/Sederajat % Tingkat SMA/MA/Sederajat % Rata-rata Sumber : LKIP Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Pada tahun 2016 persentase tingkat pendidikan guru yang berkualifikasi S1/DIV dan keatas di Kabupaten Bandung secara keseluruhan telah melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya, meskipun ada yang belum memenuhi target dari RPJMD Untuk tingkat SD/MI/Sederajat persentase guru yang berkualifikasi S1/DIV dan keatas mencapai realisasi 80,74%, melebihi target realisasi yaitu sebesar 77,43%, dan melebihi target yang telah ditetapkan dalam RPJMD. Pada Tingkat SMP/MTs/Sederajat persentase guru yang telah berkualifikasi S1/DIV dan keatas mencapai realisasi 90,88% melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 83,51%, akan tetapi capaian ini belum memenuhi target RPJMD. Sedangkan untuk tingkat SMA/MA/Sederajat persentase jumlah guru yang berkualifikasi S1/DIV dan keatas mencapai realisasi 93,75%, melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar 81,65%, dan melebih target yang ditetapkan dalam RPJMD. III 12

114 Persentase Guru Berkualifikasi S1/DIV Keatas Gambar 3.1 Kegiatan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan b. Analisis Capaian Kinerja Secara keseluruhan capaian kinerja indikator sasaran 2 meningkatnya jumlah guru professional telah memuaskan dan mencapai target yang telah ditetapkan dengan rata-rata capaian realisasi sebesar 109,31%. Jumlah persentase guru yang berkualifikasi S1/DIV ke-atas pada tahun 2016 menunjukan peningkatan sebesar 0,57% bila dibandingkan dengan tahun Berikut ini adalah grafik tren persentase guru yang berkualifikasi S1/DIV ke-atas dalam rentang tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 ; Grafik 3.5 Presentase Jumlah Guru yang Berkualifikasi S1/DIV Ke-atas Tahun Sumber : Hasil Analisa 2016 III 13

115 Capaian realisasi indikator sasaran 3 meningkatnya jumlah guru professional pada tahun 2016 terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 5,990,831,775,-. Realisasi anggaran tersebut mencapai 96,91% dari target realisasi anggaran. Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 109,31% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 96,91%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 112,79%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien Tujuan 2 : Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Serta Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Tujuan 2 : Meningkatkan pelayanan kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diukur melalui 3 Sasaran dengan 3 Indikator kinerja sasaran. Dalam proses implementasi dari perwujudan tujuan ini, Pemerintah Kabupaten Bandung melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan. Hasil pengukuran capaian kinerja dari setiap indikator kinerja sasaran dalam tujuan ini diuraikan dalam penjelasan sasaran berikut ; Sasaran 4 : Optimalnya penyediaan layanan kesehatan oleh pemerintah a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian kinerja sasaran 4 Optimalnya layanan kesehatan oleh pemerintah diukur dengan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Bidang Kesehatan. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) bidang Kesehatan merupakan tolok ukur dalam menilai tingkat kualitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah. Di samping III 14

116 itu, data IKM bidang kesehatan dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan kesehatan yang masih memerlukan perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Tabel 3.6 Pengukuran Capaian Sasaran 4 Optimalnya penyediaan layanan kesehatan oleh pemerintah Indikator Kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Bidang Kesehatan Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja Point Sumber : LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung 2016 Pada tahun 2016 IKM Bidang Pelayanan Kesehatan memperoleh point dengan predikat kinerja baik dengan capaian realisasi 101,25%, jika dibandingkan dengan tahun 2015 terdapat kenaikan sekitar 1,14 point. Nilai tertinggi terdapat pada unsur pelayanan ke-11 yaitu unsur kepastian biaya pelayanan dengan nilai rata-rata sebesar 3,18, sedangkan nilai terendah terdapat pada unsur pelayanan ke-12 yaitu unsur kepastian jadwal pelayanan dengan nilai rata-rata sebesar 2,90. Gambar 3.2 Bupati Kabupaten Bandung sedang Meresmikan RSUD Majalaya Sebagai RSUD Kelas B III 15

117 b. Analisis Capaian Kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat disusun dengan tujuan untuk mengetahui kinerja unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik. Indeks Kepuasan Masyarakat adalah Data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Dalam perhitungan indeks kepuasan masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama, dan digunakan perhitungan nilai ratarata tertimbang kemudian dikonversikan dengan nilai dasar 25. Indeks Kepuasan Masyarakat Bidang Pelayanan Kesehatan mengalami peningkatan hal ini seiring dengan peningkatan pelayanan kesehatan baik dari peningkatan SDM, prasarana dan sarana kesehatan, serta adanya akreditasi puskesmas. Dengan adanya pengembangan pelayanan kesehatan yaitu puskesmas menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ditahun 2017 diharapkan dapat lebih mendukung peningkatan IKM Bidang Pelayanan Kesehatan di tahun mendatang. Berikut di bawah ini perbandingan capaian indek kepuasan masyarakat : NO Tabel 3.7 Realisasi Indikator Kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun REALISASI INDIKATOR KINERJA Indeks Kepuasan Masyarakat Sumber : LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung 2016 Capaian realisasi indikator sasaran 4 Optimalnya layanan kesehatan oleh pemerintah pada tahun 2016 terlaksana melalui 5 (lima) program Adapun program kegiatan serta pendanaannya yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut : III 16

118 No Tabel 3.8 Program Pendanaan Sasaran 4: Optimalnya Layanan Kesehatan Oleh Pemerintah Program 1 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 2 Program Pendidikan Menengah 3 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan 4 Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan 5 Program Pengawasan Obat Dan Makanan Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 1,569,667,250 1,549,065,783 98,69 28,478,182,500 24,667,098,435 86,62 8,720,510,000 7,758,652,106 88,97 9,777,739,900 9,562,547,374 97,80 185,273, ,273, Jumlah 48,731,372,650 43,722,636,698 89,72 Sumber : LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung 2016 Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, yang dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 101,25% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 89,72%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 112,85%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. Sasaran 5 : Meningkatnya Derajat Kesehatan Penduduk Sejalan Dengan Upaya Membangun Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Upaya pencapaian sasaran meningkatnya derajat kesehatan penduduk sejalan dengan upaya membangun keluarga berencana dan keluarga sejahtera diukur menggunankan 1 Indikator kinerja yaitu Angka Harapan Hidup (AHH). III 17

119 Tabel 3.9 Pengukuran Capaian Sasaran 5 Meningkatnya Derajat Kesehatan Penduduk Sejalan Dengan Upaya Membangun Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Indikator Kinerja Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja Angka Harapan Hidup (AHH) tahun Sumber : LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung 2016 Pada tahun 2016 Usia Harapan Hidup Kabupaten Bandung adalah sebesar 73,18 tahun adapun UHH/AHH ini juga merupakan hasil perkiraan tim analisis LKPJ 2016 yang didampingi oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, jika dibandingkan dengan target maka UHH ini sudah melebihi dari yang di targetkan, interprestasinya dari angka harapan hidup ini adalah seorang bayi yang dilahirkan di Kabupaten Bandung pada tahun 2016 mempunyai harapan untuk hidup selama 73,18 tahun ke depan. Capaian realisasi indikator kinerja Angka Harapan Hidup ini pada kategori memuaskan dengan persentase capaian 102,74 b. Analisis Capaian Kinerja Pada grafik 3.6 dibawah ini, bisa kita bandingkan dengan capaian tahun 2015, maka AHH ini mengalami peningkatan sekitar 2,15 poin pada tahun Keberhasilan program kesehatan terutama dalam pencapaian indeks kesehatan dan usia harapan hidup bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan namun merupakan tanggung jawab bersama antara unsur pemerintah, swasta, akademisi, serta masyarakat sehingga untuk dapat mencapai targetnya harus ada kerjasama yang baik antara unsur pemerintah, swasta, akademisi, serta masyarakat. III 18

120 Angka Harapan Hidup Grafik 3.6 Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun Sumber : Hasil Analisa 2016 Seiring dengan teori yang ada bahwa bila angka harapan hidup meningkat maka angka kematian akan rendah, semakin tinggi kualitas kesehatan maka angka kematian semakin rendah. Keberhasilan ini tidak terlepas dari intervensi program kesehatan dan dukungan berbagai sektor terkait serta kebijakan dari pemerintah. Capaian realisasi indikator sasaran 5 Meningkatnya derajat kesehatan penduduk sejalan dengan upaya membangun keluarga berencana dan keluarga sejahtera pada tahun 2016 terlaksana melalui 6 (program) program. Adapun program kegiatan serta pendanaannya yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut : Tabel 3.10 Program Pendanaan Sasaran 5: Meningkatnya Derajat Kesehatan Penduduk Sejalan Dengan Upaya Membangun Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera No Program 1 Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin 2 Program Upaya Kesehatan Masyarakat 3 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 35,537,284,475 33,468,236,797 94,18 210,456,124, ,500,361,486 67,71 3,629,797,650 3,219,575,473 88,70 III 19

121 No Program 4 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia 5 Program Peningkatan Keselamatan Ibu melahirkan dan anak 6 Program Perbaikan Gizi Masyarakat Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 52,700,000 52,400,000 99,43 6,514,669,940 1,752,420,588 26,90 866,752, ,445,100 96,96 Jumlah 257,057,328, ,833,439,444 70,74 Sumber : LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Untuk nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, yang dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 102,74% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 70,74%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 145,23%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan Sangat efisien. Sasaran 6 : Meningkatnya Kesadaran Penduduk Untuk Menerapkan Perilaku Hidup Bersih a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Upaya pencapaian sasaran Meningkatnya Kesadaran Penduduk Untuk Menerapkan Perilaku Hidup Bersih diukur menggunankan 1 Indikator kinerja yaitu persentase Perilaku Hidup Bersih (PHBS) pada rumah tangga. Persentase Rumah Tangga Sehat (Cakupan rumah tangga ber-phbs), adalah jumlah rumah tangga yang sudah memenuhi 10 indikator PHBS dibagi dengan jumlah seluruh rumah tangga yang nilai. Data rumah tangga sehat yang didapat melalui survei dengan 10 indikator PHBS, dari tahun masih rendah. Hal ini disebabkan adanya 2 indikator yang sulit untuk memenuhi target yaitu indikator tidak merokok didalam ruangan dan mencuci tangan dengan air bersih dan pakai sabun. III 20

122 Tabel 3.11 Pengukuran Capaian Sasaran 6 Meningkatnya Kesadaran Penduduk Untuk Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Indikator Kinerja Persentase PHBS pada rumah tangga. Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja % Sumber : LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung 2016 Persentase Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) pada Rumah Tangga pada Tahun 2016 mencapai 53,2%, telah melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 43,7%. Sehingga capaian realisasi indikator kinerja pada sasaran ini mencapai 121,74% dengan predikat memuaskan. b. Analisis Capaian Kinerja Apabila kita bandingkan dengan pencapaian pada tahun 2015, jumlah persentase Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) yang mencapai angka 43,79% maka cakupan PHBS pada rumah tangga pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 9,5%. Tabel 3.12 Perbandingan Realisasi Indikator Kinerja Persentase PHBS pada Rumah Tangga NO 1 INDIKATOR KINERJA Persentase Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) pada Rumah Tangga REALISASI ,7% 53,2% Sumber : LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Dari data tersebut memperlihatkan bahwa PHBS pada Rumah Tangga semakin membaik. Pencapaian ini lebih rendah dari target nasional rumah tangga ber-phbs yaitu 60%. Pencapaian tersebut erat kaitannya dengan pengetahuan, sikap dan perilaku tiap keluarga dalam menerapkan PHBS di III 21

123 rumah tangganya. Pengetahuan yang cukup, tapi tidak disertai dengan sikap dan perilaku yang menunjang maka menghasilkan pencapaian yang rendah. Pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dilakukan dengan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dan upaya promotif preventif. Beberapa bentuk pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan terkait dengan kampanye PHBS, antara lain: kegiatan pengembangan desa siaga, kegiatan STBM, peningkatan frekuensi penyuluhan dampak merokok dan kampanye tidak merokok di dalam rumah/ruangan. Gambar 3.3 Bupati Bandung Pada Sosialiasi Gerakan Hidup Bersih Sehat Peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan; rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya untukmemberdayakan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. III 22

124 Capaian indikator kinerja sasaran 6 Meningkatnya Kesadaran Penduduk Untuk Menerapkan Perilaku Hidup Bersih terlaksana melalui 2 (dua) program yaitu Program Pengembangan Lingkungan Sehat, dan Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Adapun program kegiatan serta pendanaannya yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut Tabel 3.13 Program Pendanaan Sasaran 6: Meningkatnya Kesadaran Penduduk Untuk Menerapkan Perilaku Hidup Bersih No 1 2 Program Program Pengembangan Lingkungan Sehat Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 838,524, ,941,000 99,57 1,047,145, ,829,500 93,09 Jumlah 1,885,669,500 1,809,770,500 95,97 Sumber : LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, yang dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 121,74% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 95,97%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 126,85%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. Tujuan 3 : Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Dasar Yang Tahan Terhadap Bencana Serta Mewujudkan Keserasian Pembangunan Dengan Tata Ruang Wilayah Pencapaian kinerja tujuan 3 Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar yang tahan terhadap bencana serta mewujudkan keserasian pembangunan dengan tata ruang wilayah diukur melalui 8 (delapan) sasaran dengan 9 III 23

125 (sembilan) indikator kinerja. Hasil pengukuran capaian kinerja dari setiap indikator kinerja sasaran dalam tujuan ini diuraikan dalam penjelasan sasaran berikut ; Sasaran 7 : Meningkatnya Aksesibilitas, Kapasitas Dan Keselamatan Terhadap Pelayanan Sarana Dan Prasarana Transportasi a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 7 Meningkatnya aksesiblitas, kapasitas dan keselamatan terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi diukur dengan menggunakan 1 (satu) indikator kinerja yaitu rata-rata persentasi jalan mantap (baik dan sedang). Berikut ini pengukuran capaian Indikator kinerja nya ; Tabel 3.14 Pengukuran Capaian Sasaran 7 Meningkatnya Aksesiblitas, Kapasitas Dan Keselamatan Terhadap Pelayanan Sarana Dan Prasarana Transportasi Indikator Kinerja Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Rata-rata persentase jalan mantap (baik dan sedang) Sumber : LKIP DPUPR Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Target RPJMD Realisasi Kinerja % , Capaian indikator kinerja rata-rata persentase jalan mantap (baik dan sedang) pada tahun 2016 mencapai 85,22%, hal ini telah melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 84,63%, dan capaian ini juga telah melebihi target yang telah ditetapkan dalam RPJMD. Sehingga capaian indikator kinerja ini ada pada kategori memuaskan dengan realisasi capaian mencapai 100,70% dari target yang ditetapkan III 24

126 Gambar 3.4 Bupati Bandung, pada pelaksanaan Gerakan Tutup Lubang di Kecamatan Ciparay b. Analisis Capaian Kinerja Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisi dapat dikategorikan dengan : jalan kondisi baik, rusak sedang dan rusak berat. Pada tahun 2016, kondisi jalan berdasarkan kategori tersebut hampir seluruhnya mengalami perkembangan yang cukup baik, kecuali panjang jalan kondisi rusak. Panjang jalan kondisi rusak ringan mengalami kenaikan sebesar 3,36%. Dimana pada tahun 2015 panjang jalan kondisi rusak ringan mencapai 101,659 km dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 140,490 km, sedangkan panjang jalan kondisi rusak berat mengalami penurunan sebesar 10,52% dimana pada tahun 2015 panjang jalan kondisi rusak berat mencapai 121,523 km dan pada tahun 2016 menurun menjadi 30,270 km.hal ini berpengaruh terhadap proporsinya, dimana pada tahun 2015 proporsi jalan kondisi rusak sebesar 8,80 % dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 12,16 % atau panjang jalan kondisi rusak mengalami peningkatan sebesar 3,36 %. III 25

127 Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai proporsi dan panjang jaringan jalan di Kabupaten Bandung berdasarkan kondisi selama kurun waktu No. Tabel 3.15 Proporsi Panjang Jaringan Jalan di Kabupaten Bandung Berasarkan KondisiTahun Uraian Panjang Jalan (km) Perkembangan (%) 1 Kondisi Baik 661, ,222 11,05 2 Kondisi Rusak Sedang 271, ,363 8,24 3 Kondisi Rusak 101, ,490 27,64 4 Kondisi Rusak Berat 144,505 30,270 75,09 5 Jalan Kabupaten secara keseluruhan 1.155, ,345 - Poporsi Kondisi Baik (%) 57,23 63,55 9,94 Poporsi Kondisi Rusak Sedang (%) 23,46 21,67 8,26 Poporsi Kondisi Rusak (%) 10,45 12,16 27,63 Poporsi Kondisi Rusak Berat (%) 12,51 2,62 75,10 Sumber : LKIP DPUPR Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Capaian indikator kinerja sasaran 7 Meningkatnya aksesiblitas, kapasitas dan keselamatan terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi yaitu rata-rata persentase jalan mantap(baik dan sedang) terlaksana melalui 3 (tiga) program yaitu Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan, dan Program Inspeksi Kondisi Jalan Dan Jembatan. Adapun program kegiatan serta pendanaannya yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut : III 26

128 Tabel 3.16 Program pendanaan sasaran 7: Meningkatnya Aksesiblitas, Kapasitas dan Keselamatan Terhadap Pelayanan Sarana dan Prasarana Transportasi No 1 Program Program Pembangunan Jalan Dan Jembatan Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 49,769,386,525 43,329,284,382 87, Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan Program Inspeksi Kondisi Jalan Dan Jembatan 335,054,013, ,871,528,437 98,75 663,635, ,199,961 96,77 Jumlah 385,487,034, ,843,012,780 97,24 Sumber : LKIP DPUPR Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 100,70% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 97,24%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 103,56%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien Sasaran 8 : Meningkatnya Aksesibilitas, Kapasitas Dan Kualitas Infrastruktur Sumber Air a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 8 Meningkatnya aksesiblitas, kapasitas dan kualitas infrastruktur sumber air diukur dengan menggunakan 1 (satu) indikator kinerja yaitu Akses aman terhadap air bersih. Terdapat perbedaan pada target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) Pemerintah Kabupaten Bandung dengan target yang ditetapkan dalam renstra OPD sehingga pencapaian sasaran ini belum dapat memenuhi target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK). Berikut ini pengukuran capaian Indikator kinerja sesuai dengan target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) ; III 27

129 Akses Aman Terhadap Air Besih Tabel 3.17 Pengukuran Capaian Sasaran 8 Meningkatnya Aksesiblitas, Kapasitas Dan Kualitas Infrastruktur Sumber Air Indikator Kinerja Akses aman terhadap air bersih di kawasan pedesaan Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Sumber : LKIP DISPERKIMTAN Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Target RPJMD Realisasi Kinerja % Realisasi indikator ini pada tahun 2016 adalah 13,44%. Kondisi realisasi ini tidak mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 100%. Capaian Realisasi sasaran ini adalah 13,44%. b. Analisis Capaian Kinerja Air bersih merupakan salah satu kebutuhan paling dasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan tersebut menjadi hal yang wajib dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah wajib menyediakan prasarana air bersih sebagai akses masyarakat mendapatkan air bersih tersebut. Mengingat pentingnya prasarana air bersih yang memadai dan mudah diakses sangat penting, maka dalam sasaran ini ditetapkan indikator sasaran akses aman terhadap air bersih di kawasan perdesaan Grafik 3.7 Akses Aman Terhadap Air Bersih Jika melihat perkembangan capaian kinerja tahun , perkembangannya selalu menunjukkan peningkatan, sedangkan hasil capaian tahun 2016 bila dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 0,01%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik disamping ini. Sumber : Hasil Analisa 2016 III 28

130 Pelayanan air bersih di Kabupaten Bandung dilakukan oleh PDAM, Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan serta swadaya masyarakat. PDAM melayani penyediaan air bersih perkotaan sedangkan Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan melayani pembangunan sistem penyediaan air bersih perdesaan. Untuk melayani penyediaan air bersih perdesaan tersebut, sumber air baku yang digunakan berasal dari air permukaan, mata air dan sumur dalam, sistem pengaliran yang digunakan baik secara gravitasi maupun bertekanan. Pengelolaan dan pemeliharaan air bersih perdesaan selanjutnya diserahkan pada desa masing-masing yang dikelola oleh Bumdes atau BPABD/KPPABD (Badan Pengelola Air Bersih Desa/Kelompok Penyelenggara Pengelola Air Bersih Desa). Pelayanan penyediaan air bersih oleh PDAM dan Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan belum menjangkau seluruh Kota/desa/kelurahan/ kecamatan di Kabupaten Bandung. Oleh karenanya pemerintah mengharapkan agar penyediaan air bersih ini menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Capaian indikator kinerja sasaran 8 Meningkatnya aksesiblitas, kapasitas dan kualitas infrastruktur sumber air akses aman terhadap air bersih di kawasan pedesaan terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program lingkungan sehat dengan realisasi Anggaran sebesar Rp. 32,921,519,492,-. atau sekitar 92,44% dari total anggaran sebesar Rp. 35,612,207,985,-. Penggunaan anggaran tersebut belum efisien, karena penggunaan anggaran 92,44% hanya menghasilkan capaian kinerja sebesar 13,44%. Sasaran 9: Meningkatnya Penataan Kawasan Ibu Kota Kabupaten Bandung a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 9 Meningkatnya penataan kawasan ibu kota Kabupaten Bandung diukur dengan menggunakan 1 (satu) indikator kinerja yaitu Persentase terbangunnya sistem jaringan jalan dan drainase Kawasan Perkotaan Soreang (Koridor Jalan Tol Soroja). Berikut ini pengukuran capaian Indikator kinerja nya ; III 29

131 Tabel 3.18 Pengukuran Capaian Sasaran 9 Meningkatnya Penataan Kawasan Ibu Kota Kabupaten Bandung Indikator Kinerja Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja Persentase terbangunnya sistem jaringan jalan dan drainase Kawasan Perkotaan Soreang (Koridor Jalan Tol Soroja) % Sumber : LKIP DPUPR, Tahun Capaian indikator kinerja Persentase terbangunnya sistem jaringan jalan dan drainase Kawasan Perkotaan Soreang (Koridor Jalan Tol Soroja) pada tahun 2016 mencapai 22%, hal ini telah melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 20%, Sehingga capaian indikator kinerja ini ada pada kategori memuaskan dengan realisasi capaian mencapai 110%. b. Analisis Capaian Kinerja Realisasi capaian indikator kinerja sasaran 9 Persentase terbangunnya sistem jaringan jalan dan drainase Kawasan Perkotaan Soreang (Koridor Jalan Tol Soroja) terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program pembangunan jalan dan jembatan dengan realisai anggaran sebesar Rp. 43,329,284,382 dari target realisasi sebesar Rp. 49,769,386,525,-. Capaian realisasi anggaran ini mencapai 87,06% Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 110% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 87,06%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 125,34%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. III 30

132 Sasaran 10 : Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 10 Meningkatnya kualitas kawasan pemukiman diukur dengan menggunakan 1 (satu) indikator kinerja yaitu persentase luas kawasan kumuh. Berikut ini pengukuran capaian Indikator kinerja nya ; Tabel 3.19 Pengukuran Capaian Sasaran 10 Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman Indikator Kinerja Persentase luas kawasan kumuh Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja % Sumber : LKIP Disperkimtan, Tahun 2016 Capaian indikator kinerja persentase luasan kawasan kumuh pada tahun 2016 mencapai angka 9,17%, atau 97,76% dari target kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 9,38 %. Capaian ini ada pada kategori memuaskan. b. Analisis Capaian Kinerja Penataan permukiman bertujuan untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman, sehingga kenyamanan dan keamanan masyarakat semakin meningkat. Upaya penataan permukiman ini telah diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa untuk mendukung terwujudnya lingkungan permukiman yang memenuhi persyarakatan keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keandalan bangunan, suatu lingkungan permukiman yang tidak sesuai tata ruang, kepadatan bangunan sanggat tinggi, kualitas bangunan sangat rendah, prasaranan lingkungan tidak memenuhi syarat dan rawan, yang dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni, dapat ditetapkan oleh Pemerintah III 31

133 Kabupaten/Kota yang bersangkutan sebagai lingkungan permukiman kumuh yang tidak layak huni dan perlu diremajakan Keberhasilan capaian Indikator kinerja ini didukung oleh 3(tiga) program yaitu program pengembangan perumahan, program lingkungan sehat perumahan, dan program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa, melalui kegiatan-kegiatan antara lain : 1. Fasiltasi dan stimulasi pembangunan perumahan masyarakat yang kurang mampu. 2. Koordinasi penyelenggaraan pengembangan perumahan 3. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat 4. Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NPSM) 5. Penetapan kebijakan dan strategi penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang. Adapun program kegiatan serta pendanaannya yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut : No Tabel 3.20 Program pendanaan sasaran 10 : Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman Program Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 23,153,293,272 21,589,533,656 1 Program pengembangan 93,25 perumahan 2 Program lingkungan 35,612,207,985 32,921,519,492 92,44 sehat perumahan program peningkatan 220,030, ,067,724 99,11 3 partisipasi masyarakat dalam membangun desa Jumlah 58,985,531,257 54,729,120,872 92,78 Sumber : LKIP Disperkimtan, Tahun 2016 Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 97,76% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 92,78%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 105,37%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. III 32

134 Sasaran 11 : Optimalnya Sistem Telekomunikasi Dan Informatika Yang Terpadu Melalui Pemanfaatan Teknologi Dan Komunikasi a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 11 Optimalnya sistem telekomunikasi dan informatika yang terpadu melalui pemanfaatan teknologi dan komunikasi diukur dengan menggunakan 1 (satu) indikator kinerja yaitu persentase terbangunnya jaringan fiber optik. Berikut ini pengukuran capaian Indikator kinerja nya ; Tabel 3.21 Pengukuran Capaian Sasaran 11 Optimalnya Sistem Telekomunikasi Dan Informatika Yang Terpadu Melalui Pemanfaatan Teknologi Dan Komunikasi Indikator Kinerja Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja Persentase terbangunnya jaringan fiber optik % Sumber : LKIP Dinas Perhubungan, Tahun 2016 Capaian indikator kinerja persentase terbangunnya jaringan fiber optik pada tahun 2016 mencapai angka 37,5% dari target 36% yang telah ditetapkan sebelumnya. Meskipun belum memenuhi target yang telah ditetapkan dalam RPJMD, realisasi capaian kinerja indikator ini ada pada kegori memuaskan dengan pencapaian kinerja 104,17% b. Analisis Capaian Kinerja Pencapaian sasaran Optimalnya sistem telekomunikasi dan informatika yang terpadu melalui pemanfaatan teknologi dan komunikasi dilakukan dengan Program pembangunan jaringan telekomunikasi fiber optik di Kabupaten Bandung. Pelaksanaan program ini baru mencapai tahap penyusuanan masterplan rencana III 33

135 pengembangan jaringan Fiber Optik sehingga belum mencapai target yang telah ditetapkan dalam RPJMD. Realisasi indikator kinerja persentase terbangunnya jaringan fiber optik pada tahun 2016 terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu program pengembangan komunikasi, informasi dan media massa dengan dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 200,990,500,-, dengan capaian realisasi anggaran 93,11% dari target realisasi anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, yang dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 104,17% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 93,11%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 111,89%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. Sasaran 12 : Meningkatnya Efektivitas Pemanfaatan Ruang Wilayah a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pengukuran capaian kinerja sasaran 12 Meningkatnya efektifitas pemanfaatan ruang wilayah dilakukan melalui 1 (satu) indikator kinerja sasaran yaitu Persentase luas pemanfaatan lahan budidaya non pertanian yang berijin sesuai rencana tata ruang. Rincian hasil pengukuran kinerja dan hasil analisis atas kinerja dari indikator kinerja sasaran dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan selanjutnya di bawah ini ; Tabel 3.22 Pengukuran Capaian Sasaran 12 Meningkatnya Efektivitas Pemanfaatan Ruang Wilayah Indikator Kinerja Persentase luas pemanfaatan lahan budidaya non pertanian yang berijin sesuai rencana tata ruang Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja % Sumber : LKIP Disperkimtan Kabupaten Bandung, Tahun 2016 III 34

136 Capaian indikator kinerja persentase luas pemanfaatan lahan budidaya non pertanian yang berijin sesuai rencana tata ruang pada tahun 2016 mencapai angka 56,87% melebih target realiasasi 56% yang telah ditetapkan sebelumnya, dan telah melebihi target yang telah ditetapkan dalam RPJMD Realisasi capaian kinerja indikator ini ada pada kegori memuaskan dengan pencapaian kinerja 101,55%. b. Analisis Capaian Kinerja Pencapaian realisasi indikator kinerja ini terlaksana melalui 1 (satu) program, yaitu program pengendalian pemanfaatan ruang dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 695,660,600,-. Realisasi anggaran ini mencapai 98,27% dari target realisasi anggaran. Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 101,55% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 98,27%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 103,34%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. Sasaran 13 : Meningkatnya Upaya Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Sanitasi a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 13 meningkatnya upaya pengelolaan sarana dan Prasana sanitasi diukur oleh 1 (satu) indikator sasaran yaitu akses aman terhadap sanitasi. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Rincian hasil pengukuran kinerja dan hasil analisis atas kinerja dari indikator kinerja sasaran dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan selanjutnya di bawah ini ; III 35

137 Tabel 3.23 Pengukuran Capaian Sasaran 13 Meningkatnya Upaya Pengelolaan Sarana Dan Prasana Sanitasi Indikator Kinerja Satuan LKIP Disperkimtan Kabupaten, Tahun 2016 Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja Akses aman terhadap sanitasi % Capaian indikator kinerja sasaran Akses aman terhadap sanitasi pada tahun 2016 mencapai angka realiasasi 53,77% dari target realisasi 60% yang telah ditetapkan sebelumnya. Realisasi capaian untuk indikator kinerja ini mencapai 89,62%. b. Analisis Capaian Kinerja Pemenuhan akses aman terhadap sanitasi ini merupakan program nasional yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Tujuan dari indikator ini adalah untuk mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat Bila kita bandingkan realisasi pada tahun 2015 yang mencapai angka 53,43%, maka pada tahun 2016 ini capaian realisasinya mengalami peningkatan sebesar 0,34%.. NO 1 Tabel 3.24 Perbandingan Realisasi Indikator Kinerja Akses Aman Terhadap Sanitasi INDIKATOR KINERJA Akses Aman tehadap Sanitasi LKIP Disperkimtan Kabupaten Bandung, Tahun 2016 REALISASI ,43% 53,77% III 36

138 Peningkatan realiasi indikator kinerja akses aman terhadap sanitasi, meskipun sangat tipis menunjukan upaya serius Pemerintah Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan program yang dapat menunjang upaya peningkatan akses aman terhadap sanitasi. Masih ada beberapa kendala yang menghambat upaya pencapaian indikator sasaran ini antara lain; Pelaksanaan Peraturan daerah dan Peraturan Bupati mengenai pengelolaan limbah yang masih belum efektif, sehingga belum optimalnya sosialisasi dan peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik. Peleburan Dinas Kebersihan menjadi salah satu bidang di bawah Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan pada periode pemerintahan yang lalu mengakibatkan adanya perubahan (penyempitan) tupoksi, wewenang serta beban kerja pengelolaan air limbah, drainase dan persampahan. Kurangnya ketersediaan infrastuktur pendukung pengelolaan sanitasi mengakibatkan masih rendahnya cakupan air limbah domestik. Partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sanitasi berkelanjutan yang masih rendah. Belum adanya kerjasama secara khusus antara pemerintah daerah dengan sektor swasata dalam hal ini dunia usaha dalam hal pengelolaan sanitasi. Capaian Indikator kinerja Akses aman terhadap sanitasi terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu program lingkungan sehat perumahan dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 32,921,519,492,-. Realisasi anggaran ini mencapai 92,44% dari target anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 89,62% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 92,44%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 96,94%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. III 37

139 Sasaran 14 : Meningkatnya Upaya Penanganan Masyarakat Yang Tergenang Banjir a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Upaya pencapaian sasaran 14 meningkatnya upaya penanganan Masyarakat yang tergenang banjir diukur oleh 2 (dua) indikator kinerja sasaran yaitu Persentase polder/kolam retensi dan Persentase penanganan drainase skala kawasan dan skala kota. Rincian hasil pengukuran kinerja dan hasil analisis atas kinerja dari indikator kinerja sasaran dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan selanjutnya di bawah ini ; Tabel 3.25 Pengukuran Capaian Sasaran 14 Meningkatnya Upaya Penanganan Masyarakat Yang Tergenang Banjir Indikator Kinerja Persentase polder/kolam retensi Persentase penanganan drainase skala kawasan dan skala kota Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja % % Sumber : LKIP DPUPR Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Pada tahun 2016, capaian indikator kinerja persentase polder/kolam retensi belum mencapai target realisasi 100% yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Capaian realisasi indikator kinerja Persentase penanganan drainase skala kawasan dan skala kota mencapai 8,40%, telah melebih dari target yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar 8,36%, dan telah melebihi target yang telah ditepakan dalam RPJMD. Capaian Indikator kinerja ini adalah 100,47%, ada pada kategori memuaskan. III 38

140 Persentase Penaganan Drainase Skala Kawsan dan Skala Kota b. Analisis Capaian Kinerja 1) Persentase folder/kolam retensi Pelaksanaan pembangunan folder/kolam retensi masih dalam tahap perencanaan, Pada saat pelaksanaan kegiatan adanya hambatan terkait pengadaan tanah untuk folder/kolam retensi juga terkait dengan permasalahan regulasi baru di BPN tentang pengadaan tanah, sehinga penetapan lokasi belum bisa ditetapkan. Penganggaran untuk pembuatan folder/kolam retensi dialihkan ke bidang lain. 2) Persentase penanganan drainase skala kawasan dan skala kota Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan Kota (perencanaan infrastruktur khususnya). 10 Grafik 3.8 Persentase Penanganan Drainase Skala Kawasan dan Skala Kota Tahun Sumber : Hasil Analisa 2016 Kalo kita melihat pada grafik diatas capaian Indikator kinerja persentase penanganan drainase skala kawasan dan skala kota dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Namun demikian, dalam pelaksanaan indikator ini terdapat beberapa kendala, yaitu: Keppres No 12 Tahun 2012 tanggal 18 April 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, yang antara lain menetapkan Sungai Citarum Sebagai Sungai Strategis III 39

141 Nasional, masih terbatasnya kewenangan Kabupaten Bandung dalam pengelolaan Sungai Citarum dan anak-anak sungainya, sehingga kegiatan rehabilitasi/pemeliharaan/normalisasi sungai baru dapat dilaksanakan pada lokasi yang bersifat situasional yaitu penanggulangan pasca bencana (atas usulan masyarakat melalui Musrenbang), tidak menyeluruh dari hulu ke hilir sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah No.42 Tahun Kondisi sungai sudah menunjukkan dampak ketidakseimbangan pada bagian hulu sungai, yang telah mengalami degradasi dan longsoran-longsoran tebing yang diakibatkan oleh arus sungai yang cukup deras dan daerah konservasi yang mulai mengalami penurunan fungsi, sedangkan daerah hilir sungai sudah menunjukkan adanya abrasi yang cenderung membentuk badan sungai menjadi lebar dan dangkal. Masih terbatasnya anggaran dalam rangka penanganan banjir. Masih banyaknya masyarakat yang belum peduli terhadap lingkungan seperti membuang sampah/material ke saluran, menyebabkan ruang palung sungai/saluran dan masih sulitnya birokrasi pelaksanaan kegiatan di lapangan karena terbatas oleh kewenangan lintas kewilayahan dan sedang dipengaruhi oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga kami sulit untuk melaksanakan kegiatan penataan/pelaksanaan yang sudah direncanakan oleh dinas. Capaian Indikator kinerja pada Sasaran 14 meningkatnya upaya penanganan Masyarakat yang tergenang banjir didukung oleh 1(satu) program yaitu program pengendalian banjir dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 9,221,532,760,-,. Realisasi anggaran ini mencapai 92,43% dari target realisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 50,23% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 92,43%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 54,34%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, belum terlaksana dengan efisien III 40

142 Tujuan 4 : Mengentaskan permasalahan kesejahteraan sosial di Kabupaten Bandung Pencapaian kinerja tujuan 4 Mengentaskan permasalahan kesejahteraan sosial di Kabupaten Bandung diukur melalui 1 (sasaran) sasaran dengan 1 (satu) indikator kinerja. Hasil pengukuran capaian kinerja dari indikator kinerja sasaran dalam tujuan ini diuraikan dalam penjelasan sasaran berikut ; Sasaran 15 : Meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam sektor ketenagakerjaan a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Upaya pencapaian sasaran 15 Meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam sektor ketenagakerjaan diukur oleh 1 (satu) indikator kinerja sasaran yaitu Tingkat Pengangguran terbuka. TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. TPT yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja. Misal: TPT 6%, artinya dari 100 penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa (angkatan kerja) sebanyak 6 orang merupakan pengangguran Pencapaian Indikator Kinerja untuk tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bandung pada tahun 2016 belum bisa ditampilkan realisasi pencapaianya, hal ini dikarenakan penghitungan data pengagguran 2016 yang dilakukan oleh BPS baru dilakukan pada bulan agustus tahun 2017, sehingga data tingkat penggguran terbuka masih data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2015 yang mencapai angka 4,03%. b. Analisis Capaian Kinerja III 41

143 Kegunaan dari indikator pengangguran terbuka ini baik dalam satuan unit (orang) maupun persen berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Selain itu, perkembangannya dapat menunjukkan tingkat keberhasilan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Lebih penting lagi, indikator ini digunakan sebagai bahan evaluasi keberhasilan pembangunan perekonomian, selain angka kemiskinan. Sesuai dengan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), tingkat pengangguran terbuka terdiri dari empat komponen. 1) mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan. 2) mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha. 3) mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. 4) mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja. Adapun upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Tenaga Kerja dalam upaya mengurangi jumlah pengangguran adalah sebagai berikut ini ; 1. Kegiatan pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi pencari kerja berbasis masyarakat 2. Pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) di Kecamatan Baleendah sebagai sarana penunjang pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi 3. Kegiatan pelatihan berbasis kewirausahaan melalui bimbingan teknis teknologi tepat guna 4. Kegiatan kerjasama pendidikan dan pelatihan dengan metode 3 in 1, pelatihan-pemagangan-penempatan 5. Kegiatan Start and Improve Your Business Program kegiatan serta pendanaannya yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut : III 42

144 Tabel 3.26 Program pendanaan sasaran 10: Meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam sektor ketenagakerjaan No 1 2 Program Program peningakatan kualitas dan produktivtas tenaga kerja Program peningkatan kesempatan kerja Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 16,331,455,000 16,074,234,575 98,42 9,044,580,000 8,964,087,165 99,11 Jumlah 25,376,035,000 25,038,321,740 98,67 Sumber : LKIP Disnaker, Tahun 2016 Realisasi anggaran pada pencapaian sasaran ini sebesar Rp. 25,038,321,740,-. atau mencapai 98,76% dari target anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebesar Rp. 25,376,035,000,-. Penggunaan anggaran ini mencapai efisiensi sebesar 1,24%. Tujuan 5 : Meningkatkan Daya Saing Perekonomian Kabupaten Bandung Sebagai Upaya Optimalisasi Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pembangunan Daerah Pencapaian kinerja tujuan 5 Meningkatkan daya saing perekonomian Kabupaten Bandung sebagai upaya optimalisasi kontribusi sektor ekonomi terhadap pembangunan daerah diukur melalui 6 (enam) sasaran dengan 6 (enam) indikator kinerja. Hasil pengukuran capaian kinerja dari setiap indikator kinerja sasaran dalam tujuan ini diuraikan dalam penjelasan sasaran berikut ; Sasaran 16 : Tercapaianya Kondisi Ketahanan Pangan a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja III 43

145 Upaya pencapaian sasaran 16 TerCapaianya kondisi ketahanan Pangan diukur oleh 1 (satu) indikator kinerja sasaran yaitu Persentase ketersediaan pangan utama (Skor PPH Ketersediaan). Rincian hasil pengukuran kinerja dan hasil analisis atas kinerja dari indikator kinerja sasaran dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan selanjutnya di bawah ini ; Tabel 3.27 Pengukuran Capaian Sasaran 16 Tercapaianya Kondisi Ketahanan Pangan Indikator Kinerja Persentase ketersediaan pangan utama (Skor PPH Ketersediaan) Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja % Sumber : LKIP Dispakan, Tahun 2016 Capaian indikator kinerja sasaran Persentase ketersediaan pangan utama (Skor PPH Ketersediaan) pada tahun 2016 mencapai angka realiasasi 78,90% dari target realisasi 83,60% yang telah ditetapkan sebelumnya. Realisasi capaian untuk indikator kinerja ini mencapai 94,38%. b. Analisis Capaian Kinerja Situasi Persentase Ketersediaan Pangan Utama (Skor PPH) di Kabupaten Bandung saat ini masih di bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang diatur melalui Permentan Nomor 65 Tahun 2010 yang menetapkan Ketersediaan Pangan Utama (Skor PPH) sebanyak 90%. Berikut ini adalah tabel situasi ketersedian pangan Kabupaten Bandung tahun 2016 III 44

146 SKOR PPH Tabel 3.28 Situasi Ketersedian Pangan Kabupaten Bandung tahun 2016 Gram/Kap/H Energi Protein SKOR No Kelompok Pangan % AKE* % AKP ** ari (kkal) (g/kap/hari) PPH 1 Padi-padian 342, ,4 30,5 48,5 25,0 2 Umbi-umbian 66,6 71 2,9 0,4 0,6 1,5 3 Pangan Hewani 110, ,4 16,0 25,3 14,8 4 Minyak dan Lemak 38, ,2 0,1 0,1 5,0 5 Buah/BijinBerminyak 2,7 5 0,2 0 0,1 0,1 6 Kacang-kacangan 39, ,9 13,2 21,0 10,0 7 Gula 21,7 79 3,3 0,1 0,1 1,7 8 Sayur dan Buah 139, ,2 6,4 10,2 20,9 9 Lain-lain 0,0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 Sumber : BKPPP, Tahun 2017 Keterangan * Angka Ketersediaan Energi Ideal = kkal/kap/hari ** Angka Kecukupan Protein Ideal = 63 g/kap/hari 2,149 89,5 66,7 105,9 78,9 Hambatan utama dalama mencapai Skor PPH yang ditetapkan SPM adalah sulitnya masih mengubah kebiasaan pola makan masyarakat khususnya Kabupaten Bandung dalam membudayakan pola konsumsi yang beragam seimbang dan dalam jumlah dan komposisi yang cukup. Tren perubahan presentase konsumsi pangan utama (skor PPH) tahun 2012 hingga tahun 2016 dapat dilihat dari grafik disamping ini Grafik 3.8 Tren Skor PPH Tahun Sumber : Hasil Analisa III 45

147 Pencapaian Indikator kinerja pada Sasaran 16 Persentase ketersediaan pangan utama (Skor PPH Ketersediaan) didukung oleh 2 (dua) program yaitu program ketahanan pangan dan program peningkatan ketahanan pangan. Adapun pendanaan program yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut : Tabel 3.29 Program Pendanaan Sasaran 16: Tercapaianya kondisi ketahanan Pangan No Program 1 Program Ketahanan Pangan 2 Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 19,854,562,000 19,844,024,625 99,94 1,410,200,500 1,308,684,890 92,80 Jumlah 21,264,762,500 21,152,709,515 99,47 Sumber : LKIP Dinas Pertanian 2016 Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 94,38% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 99,47%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 94,88%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, kurang efisien karena dengan realisasi anggaran 99,47% hanya menghasilkan kinerja sebesar 94,38%. Sasaran 17 : Meningkatnya Daya Saing Komoditas Pertanian a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 17 Meningkatnya daya saing komoditas pertanian diukur oleh 1 (satu) indikator kinerja sasaran yaitu Jumlah komoditas pertanian yang memiliki daya saing berskala nasional. Rincian hasil pengukuran kinerja dan hasil analisis atas kinerja dari indikator kinerja sasaran dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan selanjutnya di bawah ini ; III 46

148 Tabel 3.30 Pengukuran Capaian Sasaran 17 Meningkatnya Daya Saing Komoditas Pertanian Indikator Kinerja Jumlah komoditas pertanian yang memiliki daya saing berskala nasional Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja % Sumber : LKIP Dinas Pertanian, Tahun 2016 Capaian indikator kinerja sasaran Jumlah komoditas pertanian yang memiliki daya saing berskala nasional pada tahun 2016 mencapai angka realisasi 5 komoditas dari target realisasi 5 komoditas yang telah ditetapkan sebelumnya. Realisasi capaian untuk indikator kinerja ini mencapai 100%. b. Analisis Capaian Kinerja Komoditas unggulan pertanian yang dimiliki Kabupaten Bandung tidak hanya diunggulkan di tingkat kabupaten, tetapi juga menembus tingkat provinsi dan nasional. Komoditas tersebut dapat dikategorikan sebagai komoditas khas Kabupaten Bandung, dimana kekhasan tersebut dapat dilihat dari perbedaan karakteristik komoditas yang dimiliki Kabupaten Bandung dengan daerah lainnya. Perbedaan karakteristik komoditas ini diantaranya berdasarkan jenis komoditas, besaran produksi serta cita rasa yang dimilikinya. Komoditas pertanian khas Kabupaten Bandung yang menjadi unggulan diantaranya yaitu Padi, strawberry, kopi kentang, tomat, cabe, serta bawang merah. Pencapaian Indikator kinerja pada Sasaran meningkatnya daya saing komoditas pertanian didukung oleh 2 (dua) program yaitu program peningkatan ketahanan pangan (pertanian/perkebunan) dan prohram peningkatan produksi III 47

149 pertanian/perkebunan. Adapun pendanaan program yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut : Tabel 3.31 Program Pendanaan Sasaran 16: Meningkatnya Daya Saing Komoditas Pertanian No 1 2 Program Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Sumber : LKIP Dinas Pertanian, Tahun 2016 Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 5,354,727,124 5,184,877,937 96,82 Program Peningkatan Produksi 2,811,665,400 2,716,846,715 96,62 Pertanian/Perkebunan Jumlah 8,166,392,524 7,901,724,652 96,75 Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 100% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 96,75%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 103,35%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran telah dilaksanakan secara efisien. Sasaran 18 : Meningkatnya Transaksi Pada Sektor Perdagangan Dan Jasa Di Kabupaten Bandung a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 18 Meningkatnya Transaksi Pada Sektor Perdagangan dan Jasa di Kabupaten Bandung diukur oleh 1 (satu) indikator kinerja sasaran yaitu Persentase Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Rincian hasil pengukuran kinerja dan hasil analisis atas kinerja dari indikator kinerja sasaran dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan selanjutnya di bawah ini ; III 48

150 Tabel 3.32 Pengukuran Capaian Sasaran 18 Meningkatnya Transaksi Pada Sektor Perdagangan Dan Jasa Di Kabupaten Bandung Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja LPE Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran persen Sumber : Data BPS dan Diskominfo, Tahun 2016 Capaian indikator kinerja sasaran Persentase Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2016 (Metoda Perhitungan Baru) mencapai angka realisasi 10,21% dari target realisasi 9,15%. Realisasi capaian untuk indikator kinerja ini mencapai 111,58%. b. Analisis Capaian Kinerja Pada tahun 2016 persentase LPE sub sektor Perdagangan, Hotel dan restoran berdasarkan metoda perhitungan baru, untuk LPE Sub sektor Perdagangan, Hotel dan restoran terbagi kedalam 2 bagian yaitu LPE sub sektor perdagangan besar dan eceran dengan capaian pada tahun 2016 sebesar 5,23% dan LPE penyediaan Akomodasi dan Makan minum sebesar 5,01%. Pencapaian Indikator kinerja pada Sasaran Meningkatnya Transaksi Pada Sektor Perdagangan Dan Jasa Di Kabupaten Bandung didukung oleh 1 (satu) program yaitu program Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 3,406,581,175,- atau mencapai 46,81% dari anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. III 49

151 Sasaran 19 : Meningkatkan Kapasitas, Kapabilitas Serta Produktivitas UMKM-IKM Dan Kualitas Produk Unggulan a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 19 Meningkatkan Kapasitas, Kapabilitas Serta Produktivitas UMKM-IKM Dan Kualitas Produk Unggulan diukur oleh 1 (satu) indikator kinerja sasaran yaitu Nilai omzet UMKM-IKM Rincian hasil pengukuran kinerja dan hasil analisis atas kinerja dari indikator kinerja sasaran dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan selanjutnya di bawah ini ; Tabel 3.33 Pengukuran Capaian Sasaran 19 Meningkatkan Kapasitas, Kapabilitas Serta Produktivitas UMKM-IKM Dan Kualitas Produk Unggulan Indikator Kinerja Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja Nilai omzet UMKM-IKM (Rp Trilyun) Rupiah Sumber : LKIP Diskop UKM, Tahun 2016 Capaian indikator kinerja sasaran Nilai omzet UMKM-IKM pada tahun 2016 mencapai angka realisasi 3,02 Trilyun Rupiah, dari target realisasi 4,24 Trilyun Rupiah. Realisasi capaian untuk indikator kinerja ini mencapai 71,13%. b. Analisis Capaian Kinerja Melihat pada ilustrasi pada tabel data diatas capaian indicator sasaran masih kurang dari 100%, hal ini menunjukan bahwa tingkat pencapaian sasaran Meningkatkan Kapasitas, Kapabilitas Serta Produktivitas UMKM-IKM Dan Kualitas Produk Unggulan masih belum optimal. Hal ini didasarkan pada data laporan UKM yang diakibatkan antara lain 1. Produk UKM yang kurang variatif III 50

152 2. Kurang memiliki daya saig antar pelaku usaha yang sejenis 3. Belum optimalnya jaringan pemasaran 4. Keterbatasn sumber daya pelaku usaha/ukm seperti : Man, Money, Matherial, Methode dan Market Realisasi pertumbuhan jumlah omzet UMKM pada tahun 2016 sebesar Rp ,- mengalamai peningkatan 0,22% dari tahun 2015 sebesar Rp ,-, hal ini masih kurang dari target tahun 2016 yang telah ditetapkan oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Bandung sebesar 0,5%. Gambar 3.5 Kegiatan Pameran produk UMKM yang dilakukan Oleh Diskoperindag Pencapaian Indikator kinerja pada Sasaran Meningkatkan Kapasitas, Kapabilitas Serta Produktivitas UMKM-IKM Dan Kualitas Produk Unggulan didukung oleh 3 (tiga) program yaitu program yaitu program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif, program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil menengah, dan program pengembangan system pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah. Adapun pendanaan program yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut : III 51

153 Tabel 3.34 Program Pendanaan Sasaran 16: Meningkatnya Daya Saing Komoditas Pertanian No Program 1 Program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif 2 Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil menengah 3 Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah Jumlah Sumber : LKIP Diskop UKM, Tahun 2016 Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 340,000, ,152,245 92,10 1,574,458,825 1,517,957,400 96,41 334,350, ,957,124 98,39 2,248,808,825 2,160,066,769 96,75 Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 71,13% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 96,75%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 73,52%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran telah dilaksanakan secara kurang efisien. Karena realisasi anggaran yang mencapai 96,75% hanya mencapai realisasi kinerja sebesar 71,13%. Sasaran 20 : Meningkatnya Kesejahteraan Petani a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 20 Meningkatnya Kesejahteraan Petani diukur oleh 1 (satu) indikator kinerja sasaran yaitu Jumlah kelompok tani yang berpredikat utama. Rincian hasil pengukuran kinerja dan hasil analisis atas kinerja dari indikator kinerja sasaran dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan selanjutnya di bawah ini ; III 52

154 Tabel 3.35 Pengukuran Capaian Sasaran 20 Meningkatnya Kesejahteraan Petani Indikator Kinerja Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja Jumlah kelompok tani yang berpredikat utama kelompok Sumber : LKIP Dinas Pertanian, Tahun 2016 Capaian indikator kinerja sasaran yaitu Jumlah kelompok tani yang berpredikat utama pada tahun 2016 di Kabupaten Bandung mencapai angka realisasi 225 Kelompok, dari target realisasi 223 Kelompok. Realisasi capaian untuk indikator kinerja ini mencapai 100,90%. b. Analisis Capaian Kinerja Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Sedangkan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.41/Kpts.OT.210/1/1992, tentang pedoman pembinaan kelompok tani-nelayan, maka pengakuan terhadap kemampuan kelompok diatur sebagai berikut: a. Kelas Pemula, dengan piagam yang ditandatangani oleh Kepala Desa. b. Kelas Lanjut, dengan piagam yang ditandatangani oleh Camat. c. Kelas Madya, dengan piagam yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota. d. Kelas Utama, dengan piagam yang ditandatangani oleh Gubernur. III 53

155 Pencapaian Indikator kinerja pada Sasaran Meningkatnya Kesejahteraan Petani didukung oleh 1 (Satu) program yaitu Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1,067,509,000,-, dari target realisasi sebesar Rp.1,104,640,000,-. Realisasi anggaran ini mencapai 96,64% dari target yang ditetapkan. Untuk Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 100,90% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 96,64%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 104,40%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran telah dilaksanakan secara efisien. Sasaran 21 : Meningkatnya Investasi a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Pencapaian sasaran 21 Meningkatnya Investasi diukur oleh 1 (satu) indikator kinerja sasaran yaitu Nilai Investasi (Rp Trilyun). Rincian hasil pengukuran kinerja dan hasil analisis atas kinerja dari indikator kinerja sasaran dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan selanjutnya di bawah ini Indikator Kinerja Nilai Investasi (Rp Trilyun) Tabel 3.36 Pengukuran Capaian Sasaran 20 Meningkatnya Kesejahteraan Petani Satuan Rp Trilyun Target 2016 Sumber : LKIP DPMPTSP, Tahun 2016 Realisas 2016i Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja Capaian kinerja sasaran meningkatnya investasi dengan indikator kinerja nilai investasi pada tahun 2016 dengan target Rp. 7,00 Trilyun telah melebihi target yang telah ditetapkan yaitu nilai realisasi investasi tahun 2016 sebesar Rp. 8,175,002,462,846,-. Capaian realisasi sasaran ini sebesar 116,71%. III 54

156 b. Analisis Capaian Kinerja Capaian kinerja Sasaran Meningkatnya investasi dengan indikator kinerja nilai investasi pada tahun 2016 bila dibandingkan pada tahun 2015 maka nilai realisasi investasi ini mengalami penurunan. Tabel 3.37 Perbandingan Realisasi Indikator Kinerja Nilai Investasi (Rp. Trilyun) NO INDIKATOR KINERJA REALISASI Nilai Investasi (Rp Trilyun) Sumber : LKIP DPMPTSP, Tahun 2016 Meskipun Capaian kinerja Sasaran Meningkatnya investasi dengan indikator kinerja nilai investasi pada tahun 2016 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya tapi Capaian ini telah melebihi target yang telah ditetapkan dengan nilai capaian realisasi 116,71%. Capaian ini tidak terlepas dari peran pemerintah dan Pemerintah Daerah, dengan upaya secara terus menerus menyederhanakan proses perijinan melalui penyelenggaraan terpadu satu pintu (PTSP) khususnya di Kabupaten Bandung. Selain itu, kepatuhan para pelaku usaha/investor dalam menyampaikan laporan kegiatan usahanya harus terus ditingkatkan agar upaya pemantauan kegiatan penanaman modal di kabupaten bandung dapat dilaksanakan secara efektif. Upaya lainnya dari pemerintah pusat maupuan pemerintah daerah adalah membenahi dan meningkatkan kondisi infrastruktur sehingga dapat meyakinkan para investor yang berminat melakukan kegiatan usahanya di Kabupaten Bandung. III 55

157 Tabel 3.38 Permasalahan dan Solusi Urusan Penanaman Modal Tahun Anggaran 2016 No Permasalahan Solusi 1 Peluang investasi yang belum Perlu dilakukan kajian yang dipromosikan menggambarkan mendalam dengan pendekatan yang permintaan pasar yang membuat komprehensif untuk semua peluang calon investor tertarik berinvestasi di investasi yang ditawarkan Kabupaten Bandung 2 Regulasi yang ada di tingkat lebih atas sering berbah sesuai perkembangan dan peyesuaian dengan kondisi yang terkini 3 Proyek-proyek yang ditawarkan/ dikerjasamakan belum didukung oleh pemberian insentif dari daerah 4 Belum optimalnya proses pelayanan PTSTP pada pelayanan perzinan sesuai dengan SOP karena kewenangan perlengkapan persyaratan perizinan ada pada SKPD pemberi rekomendasi 5 Belum semua investor membuat laporan/ LKPM melalui kepala DPMPTSP 6 Terlalu banyaknya perizinan yang harus dipenuhi oleh pengusaha dalam rangka menanamkan investasi 7 Kondisi masyarakat yang belum sepenuhnya mendukung terhadap perkembangan investasi Sumber : LKIP DPMPTSP, Tahun 2016 Perlu penyesuaian dan harmonisasi regulasi di Tingkat Kabupaten dengan tingkat yang lebih atas untuk menjawab dan menyesuaikan dengan peraturan yang ada Melakukan revisi terhadap regulasi yang mengarah kepada pemberian insentif kepada investor Melakukan koordinasi kepada SKPD pengolah rekomendasi untuk mempedomani SOP PTSP dalam proses rekomendasi Melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap investor tentang pentingnya membuat LKPM MElakukan sosialisasi dan pemahaman tentang peraturan dan persyaratan perizinan kepada investor dan investor yang berminat berinvestasi di Kabupaten Bandung Melakukan sosialisasi melalui aparat kewilayahan beserta masyarakat Pencapaian Indikator kinerja pada Sasaran Meningkatnya Nilai Investasi didukung oleh 3 (Tiga) program yaitu Program peningkatan promosi dan kerjasama III 56

158 internasional, Program peningkatan iklim Investasi dan realisasi investasi, dan Program penyiapaan potensi sumber daya, sarana dan prasarana daerah. Adapun pendanaan program yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut Tabel 3.39 Program Pendanaan Sasaran 21: Meningkatnya Nilai Investasi No Program 1 Program Peningkatan Promosi Dan Kerjasama Investasi 2 Program Peningkatan Iklim Investasi Dan Realisasi Investasi 3 Program Penyiapan Potensi Sumber Daya, Sarana Dan Prasarana Daerah Sumber : LKIP DPMPTSP, Tahun 2016 Untuk Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 116,71% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 94,33%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 123,7%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran telah dilaksanakan secara efisien. Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 2,189,000,000 2,008,922,869 91,77 1,170,000,000 1,146,194,000 97,96 305,000, ,264,000 98,77 Jumlah 3,664,000,000 3,456,380,869 94,33 Tujuan 6 : Menciptakan Lingkungan Yang Serasi dan Seimbang Dengan Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan, Daya Tampung Lingkungan Serta Perubahan Iklim Pengukuran tujuan 6 (enam) yaitu Menciptakan lingkungan yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, daya tampung lingkungan III 57

159 serta perubahan iklim melalui 2 (dua) sasaran dan 3 (tiga) indikator kinerja sasaran. Dalam proses implementasi dari perwujudan tujuan ini, Pemerintah Kabupaten Bandung melaksanakan urusan lingkungan hidup. Hasil pengukuran capaian kinerja dari setiap indikator kinerja sasaran dalam tujuan ini diuraikan dalam penjelasan sasaran berikut ; Sasaran 22 : Meningkatkan Pengawasan Dan Pengendalian Terhadap Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Upaya meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan di Kabupaten Bandung berpedoman pada 2 (dua) indikator kinerja yaitu persentase pengendalian penemaran air dan persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah. Adapun hasil pengukuran atas indikator sasaran ini adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.40 Pengukuran Capaian Sasaran 22 Meningkatkan Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Indikator Kinerja Persentase pengendalian pencemaran air Persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Trget RPJMD Realisasi Kinerja % 54, ,51 51 % Rata-rata 96,76 Sumber: LKIP DLH Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Realisasi capaian indikator persentase pengendalian pencemaran air tahun 2016 adalah 51% dari target yang telah ditetapkan sebesar 54,54%. Sehingga persentase capaian kinerja pengendalian pencemaran air sebesar 93,51%. Sedangkan capaian indikator persentase volume sampah yang dikelola pemerintah III 58

160 sebesar 24% dari target yang telah ditetapkan sebesar 24%, Sehingga persentase capaian kinerja volume sampah yang dikelola pemerintah sebesar 100%. b. Analisis Capaian Kinerja 1) Persentase pengendalian pencemaran air Capaian realisasi indikator pengendalian pencemaran air tahun 2016 terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Realisasi anggaran untuk program ini sebesar Rp. 2,806,087,971,- dari target realisasi yang ditetapakan sebelumnya sebesar Rp. 2,983,330,000,- Capaian Realisasi anggaran ini mencapai 94,06% Gambar 3.6 Kegiatan Uji lab dalam rangka pengendalian pencemaran air 2) Persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah Cakupan pelayanan sampah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap timbulnya masalah lingkungan akibat sampah. Semakin kecil cakupan pelayanan sampah, semakin besar kemungkinan terjadi permasalahan akibat sampah. Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan yang perlu mendapat perhatian. Permasalahan sampah tersebut semakin kompleks dalam kaitannya dengan pengelolaannya karena kuantitasnya semakin meningkat, semakin bervariasi jenis komposisinya, keterbatasan sumber dana bagi pelayanan umum, III 59

161 dampak perkembangan ekonomi dan juga semakin tingginya aktivitas-aktivitas sumber potensial adanya sampah. Kehadiran sampah merupakan hal yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan pencemaran apabila daya asimilasi alam tidak mampu lagi mendukungnya. Selain itu sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut dapat hidup berbagai organisme penyebab penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara vektor. Penyakit-penyakit tersebut seperti Tyhpus abdominalis, diare, Dengue Haemorhagic Fever (Mukono, 1999). Gambar 3.7 Petugas kebersihan sedang melakukan pengakutan sampah di Pasar Baleendah Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung sangat fokus terhadap masalah persampahan. Persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah Kabupaten Bandung selama tahun 2016 sebesar 24%. Jumlah tersebut sesuai dengan target yang telah di tetapkan. sehingga capaian kinerja sebesar 100%. Dari tahun ke tahun, Persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah Kabupaten Bandung semakiin meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut: III 60

162 Realisasi (%) Grafik 3.9 Persentase Volume Sampah Yang Dapat Dikelola Pemerintah Tahun Sumber : Hasil analisa 2016 Capaian realisasi indikator Persentase volume sampah yang dapat dikelola pemerintah Kabupaten Bandung tahun 2016 terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan dan 5 (lima) kegiatan, yaitu kegiatan penyusunan kebijakan manajemen pengelolaan sampah, penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan, peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan, sosialisasi kebijakan pengelolaan persampahan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan. Realisasi anggaran untuk program ini adalah sebesar Rp. 21,521,331,555,- dari target realisasi yang ditetapkan sebesar Rp. 22,729,345,600,-. Capaian realiasasi anggaran untuk program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan mencapai 94,69 dari target anggaran yang ditetapkan Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, yang dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 96,76% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 94,61%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 102,27%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. III 61

163 Sasaran 23 : Terselenggaranya Konservasi Sumber Daya Alam a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1990, konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilai. Sedangkan tujuan konservasi menurut Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya adalah mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung sangat concern terhadap masalah konservasi sumber daya alam. hal tersebut terlihat dari capaian kinerja Kabupaten Bandung terkait konservasi sumber daya alam dengan persentase 100%. Pencapaian sasaran Terselenggaranya konservasi sumber daya alam Kabupaten Bandung tahun 2016 diukur dengan menggunakan 1 (satu) indikator kinerja, yaitu Persentase luas lahan kritis yang tertanami. Dari data yang diperoleh, persentase luas lahan kritis yang tertanami selama tahun 2016 sebesar 68,03% jumlah tersebut sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu sebesar 68,03%. Adapun hasil pengukuran atas indikator sasaran ini adalah sebagaimana tabel berikut: Indikator Kinerja Tabel 3.41 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran 23: Terselenggaranya Konservasi Sumber Daya Alam Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja Persentase luas lahan % 68,03 68, ,03 kritis yang tertanami Sumber : LKIP DLH Kabupaten Bandung, Tahun 2016 III 62

164 Persentase b. Analisis Capaian Kinerja Apabila dilihat dari perkembangannya, realisasi indikator persentase luas lahan kritis yang ditanami dari mengalami peningkatan. Tahun 2012 persentase luas lahan kritis yang ditanami sebesar 32,86%, tahun 2013 persentase luas lahan kritis yang ditanami sebesar 63,72%, pada tahun 2014 persentase luas lahan kritis yang ditanami sebesar 66,37%, tahun 2015 persentase luas lahan kritis yang ditanami sebesar 79.10% Namun tahun 2016, persentase luas lahan kritis yang ditanami mengalami penurunan sebesar 11,07% menjadi 68,03%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut Grafik 3.10 Persentase Luas Lahan Kritis Yang Tertanami Tahun Sumber: Hasil Analisa 2016 Capaian realisasi indikator Sasaran 23 Meningkatnya Kemanan dan Ketertiban Masyarakat tahun 2016 terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program rehabilitasi hutan dan lahan dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 3,389,205,550,- dari target anggaran yang ditetapakan sebesar Rp. 3,808,894,000. Realisasi anggaran untuk program ini mencapai 88,98% dari target anggaran yang telah ditetapkan. Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, yang dilakukan dengan membandingkan antara capaian kinerja sebesar 100% dengan persentase realisasi anggaran III 63

165 sebesar 88,98% diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 112,48%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. Tujuan 7 : Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Desa Pengukuran tujuan 7 yaitu Meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan wilayah melalui 2 sasaran dan 3 indikator kinerja sasaran. Hasil pengukuran capaian kinerja dari setiap indikator kinerja sasaran dalam tujuan ini diuraikan dalam penjelasan sasaran berikut ; Sasaran 24 : Meningkatnya Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Upaya pencapaian sasaran Meningkatnya pemberdayaan masyarakat perdesaan diukur menggunakan 2 Indikator kinerja yaitu Jumlah desa swasembada/cepat berkembang dan Jumlah desa swakarya/desa berkembang. Terdapat perbedaan pada target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) Pemerintah Kabupaten Bandung dengan target yang ditetapkan dalam Renstra Perangkat Daerah sehingga pencapaian sasaran ini belum dapat memenuhi target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK). Berikut ini pengukuran capaian Indikator kinerja sesuai dengan target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) Indikator Kinerja Jumlah desa swasembada/ cepat berkembang Tabel 3.42 Pengukuran Capaian Sasaran 24 : Meningkatnya Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Trget RPJMD Realisasi Kinerja desa III 64

166 Indikator Kinerja Jumlah desa swakarya / desa berkembang Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Trget RPJMD Realisasi Kinerja Desa ,05 4 Rata-rata Sumber: LKIP DPMD Kabupaten Bandung, Tahun 2016 b. Analisis Capaian Kinerja Indikator kinerja yaitu Jumlah desa swasembada/cepat berkembang dan Jumlah desa swakarya/desa berkembang diukur dengan Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan desa yaitu: a. Perkembangan kependudukan b. Ekonomi masyarakat c. Pendidikan masyarakat d. Kesehatan masyarakat e. Keamanan dan ketertiban f. Kedaulatan politik masyarakat g. Persentase masyarakat dalam pembangunan h. Lembaga kemasyarakatan. 1) Jumlah Desa Swasembada/ Cepat Berkembang Pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Bandung telah merealisasikan target capaian jumlah desa swasembada di Kabupaten Bandung. Realisasi capaian jumlah desa swasembada sebanyak 2 desa dari 5 target yang ditentukan, Melihat data tersebut maka dapat disimpulkan target jumlah desa swasembada tidak tercapai dengan persentase ketercapaian indikator kinerja sebesar 40%. Jika dibandingkan dengan data capaian jumlah desa swasembada tahun 2015, capaian tahun 2016 mengalami penurunan. Banyak permasalahan yang dihadapi dalam usaha meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan yaitu terbatasnya SDM baik jumlah personil maupun III 65

167 Desa Swasembada spesifikasi keahlian yang diperlukan dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Namun hal ini sudah ditindak lanjuti dengan melakukan koordinasi ke BKPP untuk menambah personil yang ahli dalam bidang pemberdayaan masyarakat pedesaan. Grafik 3.11 Jumlah Desa Swasembada/ Cepat Berkembang Tahun Sumber: Hasil Analisa 2016 Capaian realisasi indikator kinerja jumlah desa swasembada tahun 2016 terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan dengan 9 (sembilan) kegiatan. Realisasi anggaran untuk progam ini adalah sebesar Rp. 3,794,536,900,- dari target realisasi yang ditetapkan sebesar Rp. 4,049,913,400. Realisasi anggaran ini mencapai 93,69% dari target realisasi yang telah ditetapkan 2) Jumlah Desa Swakarya/ Desa Berkembang Perkembangan desa swakarya sudah lebih maju daripada desa swadaya. Ciriciri desa swakarya adalah mata pencaharian beragam jenisnya, adat istiadat sedang mengalami perubahan, gotong royong untuk membangun desa sudah meningkat, pengaruh dari luar sudah masuk sehingga terjadi perubahan cara berpikir, pemerintahan desa mulai berkembang, bantuan pemerintah hanya sebagai perangsang, lapangan kerja bertambah dan masyarakat telah mampu meningkatkan kehidupannya. III 66

168 Persentase Di Kabupaten Bandung, tahun 2016 jumlah desa swakarya belum mencapai target yang ditentukan. Target tahun 2016 adalah 19 desa swakarsa, namun realisasi yang telah dicapai sebanyak 4 desa swakarsa dengan persentase ketercapaian sebesar 21,05%. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015, tahun 2016 mengalami penurunan yaitu dari awal 18 desa swakarya, menjadi 4 desa. Grafik 3.12 Jumlah Desa Swakaya/ Desa Berkembang Tahun Sumber : Hasil Analisa 2016 Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam usaha meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan, mengembangkan lembaga ekonomi desa, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun desa dan meningkatkan kapasitas aparatur pemerintahan desa antara lain sebagai berikut : 1. Masih terbatasnya SDM yang ada di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa baik jumlah personil maupun spesifikasi keahlian yang diperlukan dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa. 2. Kurangnya sarana dan prasarana pada Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa serta sarana penunjang lainnya seperti Komputer, Notebook, Lemari Arsip/Data untuk menunjang pelaksanaan kegiatan dan tertib administrasi. 3. Kualitas SDM aparat Pemerintahan Desa masih rendah. III 67

169 Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja BPMPD Kabupaten Bandung pada tahun mendatang, beberapa langkah strategis yang rencananya akan dilakukan antara lain : 1. Melakukan kordinasi dan pengajuan penambahan personil ke BKPP untuk penempatan pegawai di BPMPD 2. Menyusun rencana kebutuhan barang dan mengajukan sarana dan prasarana pada rencana kegiatan anggaran 3. Melakukan upaya peningkatan kualitas SDM aparat Pemerintahan Desa melalui pelatihan dan peningkatan keterampilan Capaian realisasi indikator kinerja jumlah desa swakarya tahun 2016 terlaksana melalui 2 (dua) program dan 4 (empat) kegiatan, Adapun program kegiatan serta pendanaannya yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut: Tabel 3.43 Program Pendanaan Sasaran 24: Meningkatnya Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan No 1 Program Proses Pengembangan Lembaga Ekonomi Perdesaan Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 205,693, ,518,500 96,99 2 Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa 1,011,371, ,964,825 89,18 Jumlah 1,217,064,900 1,101,483,325 90,50 Sumber: LKIP DPMD Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Untuk Nilai efisiensi atas kinerja sasaran Meningkatnya pemberdayaan masyarakat perdesaan, dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian ratarata kinerja sebesar 30,53% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 92,96%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 32,84%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja yang telah dilaksanakan III 68

170 dalam kategori kurang efisien, perlu banyak perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar. Sasaran 25 : Meningkatnya Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Upaya pencapaian sasaran Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa diukur menggunankan 1 (satu) indikator kinerja yaitu Jumlah swadaya dalam pembangunan desa. Adapun hasil pengukuran atas indikator sasaran ini adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.44 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran 25 Meningkatnya Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Indikator Kinerja Jumlah swadaya dalam pembangunan Satuan Target 2016 Realisasi 2016 Capaian % Target RPJMD Realisasi Kinerja % Sumber: LKIP DPMD Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Berdasarkan data tersebut, capaian kinerja Pemerintah Kabupaten Bandung dalam hal jumlah swadaya dalam pembangunan desa sebesar ditargetkan 30% dan yang terealisasi sebesar 30% sehingga dapat disimpulkan capaian kinerjanya sebesar 100%. b. Analisis Capaian Kinerja Capaian realisasi indikator sasaran 25 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa tahun 2016 terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa, dengan 8 (delapan) kegiatan seperti kegiatan pembinaan kelompok masyarakat pembangunan III 69

171 desa, penanganan pengaduan masyarakat mengenai pronangkis, peningkatan pembangunan, pemberdayaan dan peran masyarakat melalui TMMD dan BSMSS, pembangunan desa mandiri, dan revitalisasi Posyantek. Realisasi anggaran untuk program ini sebesar Rp. 2,528,547,725,- dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp. 2,583,770,400,-. Realisasi anggaran Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam memabangun desa mencapai angka realiasai 97,86% dari target yang telah ditetapkan. Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, yang dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 100% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 97,86%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 102,22%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. Tujuan 8 : Meningkatkan Kinerja Aparatur dan Kelembagaan Penyelenggara Layanan Publik Pengukuran tujuan 8 (delapan) yaitu Meningkatkan kinerja aparatur dan kelembagaan penyelenggara pelayanan publik melalui 1 (satu) sasaran yaitu Meningkatnya kualitas kinerja aparatur pemerintah dan 1 (satu) indikator kinerja sasaran yaitu Persentase Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Hasil pengukuran capaian kinerja dari setiap indikator kinerja sasaran dalam tujuan ini diuraikan dalam penjelasan sasaran berikut ; Sasaran 26 ; Meningkatnya Kualitas Kinerja Aparatur Pemerintah a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Meningkatnya kualitas kinerja aparatur pemerintah salah satunya ditentukan oleh kapasitas dan kompetensi aparatur itu sendiri. Ketersediaan Aparatur yang memiliki kapasitas dan kompetensi sesuai kebutuhan organisasi merupakan syarat mutlak dan mendasar untuk dapat melaksanakan reformasi birokrasi. III 70

172 Peningkatan kualitas SDM Aparatur dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan SDM Aparatur di Kabupaten Bandung Melalui Pendidikan dan Pelatihan, baik Diklat Struktural, Diklat Formal, Diklat Teknis baik yang diselenggarakan oleh BKPPD, Peningkatan Kapasitas Aparatur Perencana yang diselenggarakan oleh Bappeda dan pelatihan pengembangan tenaga pemeriksa aparatur pengawas yang diselenggarakan oleh Inspektorat Upaya Meningkatnya kualitas kinerja aparatur pemerintah di Kabupaten Bandung berpedoman pada 1 (satu) indikator kinerja yaitu Persentase peningkatan kapasitas sumber daya aparatur. Hasil pengukuran atas indikator sasaran ini adalah sebagaimana tabel berikut: Indikator Kinerja Persentase peningkatan kapasitas sumber daya aparatur Tabel 3.45 Pengukuran Capaian Sasaran 26 : Meningkatnya Kualitas Kinerja Aparatur Pemerintah Realisasi Satuan Target Realisasi Capaian Trget Kinerja % RPJMD % Sumber : Laporan BKPP, Bappeda, Inspektorat, Tahun 2016 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2016 realisasi indikator sasaran ini adalah 20,22% dari target yang ditetapkan sebelumnya sebesar 20,6%. Realisai capaian indikator kinerja mencapai angka 98,15% dari target yang telah ditetapkan. b. Analisis Capaian Kinerja Peningkatan kapasitas SDM aparatur dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan SDM aparatur di Kabupaten Bandung melalui pendidikan dan pelatihan, baik diklat struktural, diklat formal, diklat teknis baik yang diselenggarakan oleh BKPP maupun oleh OPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung dan pengiriman Peserta ujian dinas/ujian penyesuaian ijazah dan tugas belajar. III 71

173 Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur yang dilaksanakan oleh OPD diantaranya adalah sosialisasi, bimtek, dll yang tertuang dalam Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang pengelolaan keuangan daerah program tersebut sangat beririsan dengan belanja program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur yang ada di Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan. Adapun untuk CPNS dilaksanakan diklat prajabatan agar CPNS tersebut dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Adapun penunjang untuk meningkatkan kapasitas sunmber daya aparatur adalah pelaksanaan kediklatan yang dilaksanakan oleh BKPPD pada tahun 2016, yaitu kegiatan Diklat Prajabatan, Diklat Kepemimpinan, Diklat Teknis Tugas dan Fungsi, Diklat Formal dan Diklat Teknis lainnya, dengan perincian sebagai berikut : 1. Diklat PIM Tingkat II target 1 orang realisasi 1 orang 2. Diklat PIM Tingkat III target 6 orang realisasi 7 orang 3. Diklat PIM Tingkat IV target 67 orang realisasi 67 orang 4. Diklat Prajabatan target 44 orang realisasi 44 orang 5. Terselenggaranya pengiriman peserta Diklat Teknis Auditor sebanyak 28 orang Realisasi 28 orang 6. Terselenggaranya pengiriman peserta Diklat Teknis Pengelolaan keuangan berbasis akrual Target sebanyak 48 orang Realisasi 48 orang 7. Terselenggaranya pengiriman peserta Diklat Teknis Peningkatan Kapsitas ASN Target sebanyak 180 orang Realisasi 180 orang 8. Terselenggaranya pengiriman peserta Diklat Teknis Analisa Jabatan dan ABK Target sebanyak 40 orang Realisasi 41 orang 9. Terselenggaranya pengiriman peserta Diklat Teknis Managemen Perubahan Target sebanyak 41 orang Realisasi 41 orang 10. Terselenggaranya pengiriman peserta Diklat Teknis Teknologi Informasi KeuanganTarget sebanyak 74 orang Realisasi 74 orang 11. Terselenggaranya pengiriman peserta diklat Tenkis Pengelolaan Aset Target sebanyak 74 orang Realisasi 74 orang 12. Terselenggaranya pengiriman peserta diklat Tenkis Binaan Mental Target sebanyak 67 orang Realisasi 67 orang III 72

174 Persentase 13. Terselenggaranya pengiriman peserta diklat Tenkis Managemen Pemerintahan Daerah Target sebanyak 41 orang Realisasi 41 orang 14. Terselenggaranya pengiriman peserta diklat Tenkis Barang dan Jasa Target sebanyak 60 orang Realisasi 60 orang 15. Terselenggaranya pengiriman peserta diklat Tenkis Perpajakan Target sebanyak 41 orang Realisasi 41 orang 16. Terselenggaranya pengiriman peserta diklat Tenkis Tata Naskah Dinas Target sebanyak 41 orang Realisasi 41 orang 17. Terselenggaranya pengiriman Diklat teknis tim building sebanyak 59 orang Realisasi 59 orang Sedangkan peningkatan kompetensi sumberdaya yang diselenggarakan oleh Bappeda adalah peningkatan kemampuan teknis aparatur perencana dengan target pada tahun 2016 adalah sebanyak 10 orang dan terlealisasi sebanyak 10 0rang (terlealisasi 100%) dan peningkatan kompetensi yang dilaksanakan oleh Inspektorat adalah peningkatan kompetensi tenaga pemeriksa aparatur dan pengawas. Dari target sebanyak 15 orang untuk ditingkatkan kompetensinya terealisasi sebanyak 14 orang atau terlealisasi sebesar 93,33%. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2015, maka pencapaian persentase peningkatan kapasitas sumber daya aparatur tahun 2016 mengalami penurunan. Grafik dibawah ini adalah adalah grafik tren APM persentase peningkatan kapasitas sumber daya aparatur 4 tahun terakhir Grafik 3.13 Persentase Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Tahun Sumber: Analisa 2016 III 73

175 Capaian realisasi indikator sasaran 26 Meningkatnya kualitas kinerja aparatur pemerintah pada tahun 2016 terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 13,351,349,371,- dari target yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar Rp. 13,531,119,800,-. Realisasi anggaran ini mencapai 98,67%. Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 98,15% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 98,67%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 99,47%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. Sasaran 27 : Meningkatkan Efisiensi Pelayanan Administrasi Publik a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Upaya Meningkatkan efisiensi pelayanan administrasi publik di Kabupaten Bandung berpedoman pada 1 (satu) indikator kinerja yaitu Jumlah aplikasi yang bisa diakses oleh seluruh Perangkat Daerah. Adapun hasil pengukuran atas indikator sasaran ini adalah sebagaimana tabel berikut: Indikator Kinerja Jumlah aplikasi yang bisa diakses oleh seluruh Perangkat Daerah Tabel 3.46 Pengukuran Capaian Sasaran 27 : Meningkatkan Efisiensi Pelayanan Administrasi Publik Satuan Target 2016 Sumber : LKIP Diskominfo, Tahun 2016 Realisasi 2016 Capaian % Trget RPJMD Realisasi Kinerja Aplikasi ,33 8 Jumlah aplikasi yang bisa diakses oleh seluruh OPD dihitung dengan cara jumlah aplikasi terbangun yang dapat diakses oleh seluruh OPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Bandung. Jumlah aplikasi yang bisa di akses oleh seluruh III 74

176 Jumlah Aplikasi PD di lingkungan pemerintah Kabupaten Bandung hingga tahun 2015 telah memenuhi target yaitu 8 (delapan) aplikasi dan di tahun 2016 jumlah aplikasi yang bisa diakses oleh seluruh PD bertambah menjadi 8 aplikasi, pencapaiannya melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 6 aplikasi. b. Analisis Capaian Kinerja Pemanfaatan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pemerintahan diharapkan dapat mempermudah akses informasi antara sesama lembaga pemerintahan dan mempermudah masyarakat dalam mencari informasi tentang pemerintahan di Kabupaten Bandung. Dengan adanya keterhubungan ini arus informasi diharapkan dapat sampai dengan cepat dan tepat. Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah terkoneksinya aplikasi resmi pemerintah Kabupaten Bandung dengan seluruh SKPD. Aplikasi-aplikasi tersebut adalah: 1. Website Kabupaten Bandung 2. Manajemen Data 3. SIMDA Keuangan 4. Kependudukan 5. Keterbukaan Informasi Publik 6. RKPD Online 7. e-monev 8. Kepegawaian 10 Grafik 3.14 Jumlah Aplikasi Yang Bisa Diakses Oleh Seluruh Perangkat Daerah 5 8 Pencapaian jumlah aplikasi yang bisa diakses oleh seluruh OPD setiap tahunnya terlihat dalam grafik disamping ini : Tahun Sumber : Hasil Analisa 2016 III 75

177 Keberhasilan Pemerintah Kabupaten Bandung dalam memenuhi target tidak lepas dari sudah baiknya jaringan komunikasi data yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Meskipun telah mencapai target namun masih banyak kendala yang dapat menjadi pembelajaran bagi pemerintah kabupaten Bandung dan pemerintah pusat yaitu belum memadainya regulasi di bidang TIK dan belum memadainya infrastruktur telekomunikasi. Capaian realisasi indikator Sasaran 27 Meningkatkan efisiensi pelayanan administrasi publik tahun 2016 terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program pengembangan komunikasi, informasi dan media massa dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 554,160,500,- dari target yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar Rp. 583,160,000,-. Realisasi anggaran ini mencapai 95,03% dari target yang telah ditetapkan sebelumnya. Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, yang dilakukan dengan membandingkan antara capaian kinerja sebesar 133,33% dengan persentase realisasi anggaran sebesar 95,03% diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 140,30%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien.. Sasaran 28 : Meningkatnya Kapasitas dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. a. Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Opini Wajar tanpa pengecualian (WTP) adalah opini audit yang akan diterbitkan jika laporan keuangan dianggap memberikan informasi yang III 76

178 bebas dari salah saji material. Jika laporan keuangan diberikan opini jenis ini, artinya auditor meyakini berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, perusahaan/pemerintah dianggap telah menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik, dan kalaupun ada kesalahan, kesalahannya dianggap tidak material dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan b. Wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Opini Wajar dengan pengecualian (WDP) adalah opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material, kecuali untuk rekening atau item tertentu yang menjadi pengecualian. Sebagian akuntan memberikan julukan little adverse (ketidakwajaran yang kecil) terhadap opini jenis ini, untuk menunjukan adanya ketidakwajaran dalam item tertentu, namun demikian ketidakwajaran tersebut tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. c. Tidak wajar (adversed opinion) Opini tidak wajar adalah opini audit yang diterbitkan jika laporan keuangan mengandung salah saji material, atau dengan kata lain laporan keuangan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Jika laporan keuangan mendapatkan opini jenis ini, berarti auditor meyakini laporan keuangan perusahaan/pemerintah diragukan kebenarannya, sehingga bisa menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan d. Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion) Opini tidak menyatakan pendapat (TMP) oleh sebagian akuntan dianggap bukanlah sebuah opini, dengan asumsi jika auditor menolak memberikan pendapat artinya tidak ada opini yang diberikan. Opini jenis ini diberikan jika auditor itidak bisa meyakini apakah laporan keuangan wajar atau tidak. Opini ini bisa diterbitkan jika auditor menganggap ada ruang lingkup audit yang dibatasi oleh perusahaan/pemerintah yang diaudit, misalnya karena auditor tidak bisa memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk bisa menyimpulkan dan menyatakan laporan sudah disajikan dengan wajar. III 77

179 Tabel 3.47 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran 28: Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan aset daerah Indikator Kinerja Status laporan Satuan Target Realisasi Status laporan (Opini) WDP Blm ada hasil pemeriksaan Capaian % Sumber: LKIP Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Trget RPJMD WTP Realisasi Kinerja b. Analisis Capaian Kinerja Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa indikator kinerja yang ditetapkan adalah status untuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dengan target WDP untuk tahun Namun pada saat ini, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung tahun 2016 masih dalam proses penyusunan yaitu pada tahap konsolidasi dengan seluruh perangkat daerah, dan untuk memperoleh opini LKPD tersebut didasarkan pada hasil audit BPK-RI setelah selesai pemeriksaan dilaksanakan. dengan demikian realisasi dari target tesebut belum dapat ditampilkan hasilnya Capaian realisasi indikator Sasaran 28 Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan aset daerah tahun 2016 terlaksana melalui 1 (satu) program yaitu Program peningkatan dan pengelolaan keuangan daerah dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 11,205,806,552,- dari target realisasi sebesar Rp. 12,135,279,541,-. Realisasi anggaran ini mencapai 92,34 % dari target anggaran yang telah ditetapkan. III 78

180 Sasaran 29 : Meningkatnya kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah a. Deskripsi Sasaran dan Capaian Kinerja Sasaran meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah diukur melalui 1 (satu) indikator kinerja sasaran, yaitu ketepatan program kerja yang direncanakan dengan program kerja yang dianggarkan. Indiktor tersebut merupakan indikasi konsistensi mekanisme perencanaan penganggaran, Adapaun realisasi atas target indikator kinerja pada sasaran ini diuraikan dalam tabel berikut di bawah ini : Tabel 3.48 Pengukuran Capaian Sasaran 29 : Meningkatnya kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian % Trget RPJMD Realisasi Kinerja Persentase kesesuaian program pada dokumen perecanaan terhadap program pada dokumen anggaran Persen Sumber : LKIP Bappeda Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Berdasarkan hasil perhitungan terhadap capaian kinerja sasaran tersebut di atas, diperoleh gambaran bahwa dari indikator sasaran tersebut menghasilkan capaian kinerja 90,91% atau bermakna memuaskan. b. Analisis Capaian Kinerja Capaian kinerja ini berdasarkan kesesuaian program yang telah dilaksanakan dalam RKPD Tahun 2016 dengan program yang telah dianggarkan di APBD Tahun Anggaran 2016 baik lingkup sektor bidang perencanaan ekonomi, fisik maupun sosial dan pemerintahan, yakni sebanyak 165 program di RKPD dan sebanyak 161 program di APBD, hanya terdapat perbedaan 15 program, maka persentasenya adalah 150/165x100=90,91%. III 79

181 Persentase Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2015, tahun 2016 mengalami penurunan. Capaian kinerja dari tahun ke tahun terlihat dalam grafik di bawah ini: Grafik 3.15 Prosentase Kesesuaian Program Yang Direncanakan Terhadap Program Yang Dianggarkan Sumber : Hasil Analisa Tahun Capaian realisasi indikator sasaran 29 Meningkatnya kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah tahun 2016 terlaksana melalui 2 (dua) program dan 6 (enam) kegiatan seperti kegiatan penetapan RPJMD, Monev, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan rencana pembangunan daerah, penyusunan perubahan RKPD, Koordinasi perencanaan pembangunan, Penyusunan pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan secara elektronik (e-monev), dan sinergitas perencanaan provinsi dengan Kabupaten/kota. Adapun program kegiatan serta pendanaannya yang mendukung sasaran ini, adalah sebagai berikut: No 1 2 Tabel 3.49 Program Pendanaan Sasaran 29: Meningkatnya kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah Program Program Perencanaan Pembangunan Daerah Anggaran Target 2016 Realisasi 2016 % 2,971,603,000 2,598,802,551 87,45 Program Kerjasama Pembangunan 100,000,000 89,970,000 89,97 Jumlah 3, ,000 2,688,772,551 87,54 Sumber: LKIP Bappeda Kabupaten Bandung, Tahun 2016 Nilai efisiensi atas kinerja sasaran ini, yang dilakukan dengan membandingkan antara nilai capaian kinerja sebesar 90,91% dengan persentase realisasi anggaran III 80

182 sebesar 88,71%, diperoleh nilai efisiensi capaian kinerja sasaran sebesar 102,48%. Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan proses pencapaian kinerja pada sasaran ini, telah dilaksanakan dengan efisien. Gambar 3.8 Bupati Bandung Saat membuka Kegiatan Musrembang Tingkat Kabupaten Tujuan 9 : Meningkatkan Stabilitas Keamanan yang Kondusif Bagi Pembangunan Wilayah Pengukuran tujuan 9 yaitu Meningkatkan stabilitas keamanan yang kondusif bagi pembangunan wilayah melalui 1 sasaran dan 1 indikator kinerja sasaran. Dalam proses implementasi dari perwujudan tujuan ini, Pemerintah Kabupaten Bandung melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Ketentraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat. Hasil pengukuran capaian kinerja dari setiap indikator kinerja sasaran dalam tujuan ini diuraikan dalam penjelasan sasaran berikut: III 81

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1 Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sanggau sebagai salah satu penyelenggara pemerintahan di daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Kubu Raya merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja yang dilaksanakan serta sebagai alat kendali dan penilaian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG sebagai Dokumen ROADMAP KECAMATAN, dimana, berdasarkan (1) luas, (2) jumlah desa dan (3) jumlah penduduk. LANDASAN PENYUSUNAN ROADMAP Pasal 223 Desa/kelurahan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2 Penyampaian LKPJ Walikota Bandung Tahun 2012, merupakan wujud akuntabilitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan ketentuan pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 4.1 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 15 Tahun 1996 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Purbalingga lahir pada tanggal

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (ILPPD) PROVINSI BANTEN TAHUN 2013 I. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM... I-1 1.3. GAMBARAN UMUM JAWA BARAT... I-4 1.3.1.

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2012 merupakan periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ponorogo, Maret 2016 BUPATI PONOROGO. Drs. H. IPONG MUCHLISSONI

KATA PENGANTAR. Ponorogo, Maret 2016 BUPATI PONOROGO. Drs. H. IPONG MUCHLISSONI KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terlaksananya semua tugas-tugas Instansi Pemerintah se - Kabupaten Ponorogo, serta terselesaikannya penyusunan Laporan Kinerja

Lebih terperinci

VISI DAN MISI. "Terwujudnya Garut yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik Menuju Ridlo Allah SWT.

VISI DAN MISI. Terwujudnya Garut yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik Menuju Ridlo Allah SWT. VISI DAN MISI 3.1 Visi Secara teoritik, perumusan rencana kerja terlebih dulu diawali oleh proses analisis mendalam terhadap persoalan yang muncul atau diperkirakan terdapat dalam dinamika pencapaian visi

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II. A. Struktur Organisasi. Pemerintah Kota Bandung

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II. A. Struktur Organisasi. Pemerintah Kota Bandung BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Struktur Organisasi Bandung sebagai salah satu daerah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Jawa Barat, secara yuridis formil didasarkan pada Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 RPJMD Tahun 2008-2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2013 periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Sebagai langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja Pemerintah Kota Depok, diperlukan perumusan suatu perencanaan strategik yang merupakan integrasi antara keahlian sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera BAB - V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan rangkaian kegiatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang.

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang. BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme telah secara tegas mengamanatkan tata kelola

Lebih terperinci

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat 5.1 Visi Visi adalah suatu gambaran keadaan masa depan yang ingin diwujudkan berdasarkan segala sumber daya yang dimiliki. Visi yang ditetapkan dapat memberikan motivasi kepada seluruh aparatur serta masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH - 1 - BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Pembangunan Daerah Dalam kampanye yang telah disampaikan, platform bupati terpilih di antaranya sebagai berikut: a. Visi : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi dan Misi ini dibuat sebagai pedoman dalam penetapan arah kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta pelayanan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

BAB III VISI DAN MISI

BAB III VISI DAN MISI BAB III VISI DAN MISI 3.1 Visi Pembangunan di Jawa Barat pada tahap kedua RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2008-2013 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan yang belum terselesaikan,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1. Visi Proses Pembangunan Kabupaten Musi Rawas lima tahun ke depan tidak bisa dilepaskan dari capaian kinerja lima tahun terakhir, selain telah menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 i

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas semua limpahan rahmat dan hidayah-nya, sehingga Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 dapat diselesaikan,

Lebih terperinci

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode VISI, MISI dan AGENDA PRIORITAS Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Periode 2016-2021 1 INDIKATOR MAKRO KOTA SAMARINDA TARGET TAHAP 3 RPJPD KOTA SAMARINDA 2005-2025 PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS KOTA

Lebih terperinci

INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH ( ILPPD) KABUPATEN MAGETAN 2015

INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH ( ILPPD) KABUPATEN MAGETAN 2015 INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH ( ILPPD) KABUPATEN MAGETAN 2015 I. PENDAHULUAN A. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 yang mengatur Pemerintahan Daerah. 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

A. PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

A. PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 1. Latar Belakang Dengan adanya Peraturan Presiden RI Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BAPEDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008

RENCANA KERJA BAPEDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 RENCANA KERJA BAPEDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN DAERAH (B A P E D A) 2007 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Dengan ramat Alloh SWT, Bapeda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 2017 dirumuskan dengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012 2017 yakni Bekerja dan Berkarya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS RPJMD ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 yang disusun dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 20122

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci