PB 2. Undang-undang Desa dan Promosi Inklusi Sosial

dokumen-dokumen yang mirip
PB 7. BUMDes dan Pengembangan Ekonomi Desa

PB 6. Demokratisasi Tata Kelola Desa dan Ruang Publik

PB 10. Peran dan Komitmen Tenaga Ahli Pendampingan Implementasi UU Desa

PB 1. Visi Undang-undang Desa

PB 9. Pemberdayaan Masyarakat Desa

PB 4. Kewenangan dan Produk Hukum Desa

PB 5. Pembangunan Desa Dan Partisipasi Masyarakat

Modul Pelatihan Setrawan

Pokok Bahasan. UU Desa dan Promosi Inklusi Sosial

PB 8. Pengembangan Desa

MATRIK KURIKULUM PELATIHAN TENAGA AHLI DAN PENDAMPING PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

MATRIK KURIKULUM PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA

ANALISA KOMUNITAS. Kelompok sasaran: Alat dan bahan: Rencana fasilitasi. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit.

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik.

Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif

Pelatihan. Fasilitator Masyarakat. untuk. Tahun Oleh: Rianingsih Djohani. Ria Djohani. 1

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

FREQUENT ASK QUESTION (FAQ) PENYUSUNAN PROPOSAL PNPM PEDULI FASE 2 KEMITRAAN

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP

PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN

Bandung dan saat ini tercatat sebagai peneliti magang di AKATIGA.

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA PELATIHAN (RBPMP)

PERUBAHAN, PENCABUTAN, PEMBATALAN DAN RALAT

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

KEGIATAN YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN ANAK-ANAK

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan

PERUMUSAN ISU STRATEGIS. 120 menit

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

Panduan untuk Fasilitator

MODUL PENGEMBANGAN FORUM MULTI STAKEHOLDER (FMS) DALAM UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK YANG BERBASIS STANDAR DAN RESPONSIF GENDER

RENCANA KERJA TINDAK LANJUT (RKTL)

PERILAKU SOSIALMASYARAKATPETANI (PSMP)

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

Modul Pelatihan Fasilitator Dialog Warga untuk Penguatan Hak Perempuan dan Kesetaraan Gender

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH

MAKALAH PEMBERDAYAAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Modul 4 Gagasan KSM Ideal

60 menit tahun. Misi: Kesetaraan Gender. Subjek. Hasil Belajar. Persiapan. Total waktu:

Di akhir sesi paket ini peserta dh diharapkan mampu: memahami konsep GSI memahami relevansi GSI dalam Pendidikan memahami kebijakan nasional dan

Mata Diklat :KOORDINASI & KOLABORASI Nama Diklat : DIKLAT KEPEMIMPINAN TK IV ANGKATAN91

INDIKATOR PERKULIAHAN YANG AKTIF

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laporan Tahunan. Sloka Institute 2010

SETIAP ORANG PUNYA HAK

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

PELAKSANAAN MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

TEKNIK SEVEN JUMP. Yunia Hastami Siti Munawaroh FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015

LPF 8. LANGKAH 8 KONSULTASI PUBLIK 120 menit

WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PELAKSANAAN MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

PELAKSANAAN FORUM SKPD RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK.80/Dik-2/2011. T e n t a n g

Perumusan Isu Strategis

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

-1- BUPATI SINJAI PROPINSI SULAWESI SELATAN

Gerakan STBM di Kabupaten Ende

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN

Indikator. Teknik Menjelaskan pengertian peta dan komponennya. Tes unjuk kerja Menggunakan skala peta.

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PETUNJUK PELAKSANAAN MUSRENBANG KECAMATAN, DISKUSI FORUM SKPD DAN MUSRENBANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2017

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan

SIARAN PERS 1/6. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Sepakati Musrenbang Inklusif dengan Lebih Melibatkan Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan

tujuan program dapat tercapai dengan lebih efektif. Proses penyusunan RT maupun setelah program berjalan harus dilakukan melalui proses dialog ini.

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA PLD PENDAMPINGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PANDUAN MUSRENBANG RKPD DI KELURAHAN TAHUN 2015

Modul 10. POD dan Metode Pelatihan Partisipatif

Keterampilan Dasar Memimpin dan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

MATRIK SYLABUS PELATIHAN SETRAWAN

KEDUDUKAN, PERANAN, CIRI-CIRI DAN ASAS-ASAS ADMINISTRASI UMUM POLRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Panduan Teknis Pra-Musrenbang Kelurahan Percontohan

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM TEMU PENGUATAN ANAK & KELUARGA (TEPAK) TAHUN 2015 YAYASAN SWARA PEDULI INDONESIA JAKARTA (YSPIJ)

PANDUAN PELATIHAN MANAJEMEN ORGANISASI KELOMPOK TANI MASYARAKAT PEDULI HUTAN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

PILAR-PILAR KEBANGSAAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2013

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

LAMPIRAN V : PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : 60 TAHUN 2012 TANGGAL : 27 Desember 2012 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Transkripsi:

PB 2 Undang-undang Desa dan Promosi Inklusi Sosial

SPB 2.1. Inklusi Sosial Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan konsep dasar, prinsip dan indikator inklusi sosial 2. Menjelaskan pentingnya pendekatan inklusi sosial dalam pembangunan desa 3 JP (135 menit) Waktu Metode Curah pendapat, tutotial, permainan inklusi sosial Media Bahan Bacaan

Alat Bantu Flipchart, spidol, laptop, infocus, metaplan, perangkat permainan Proses Penyajian 1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran pokok bahasan Inklusi sosial. 2. Secara cepat, bagi kelompok menjadi dua. Jika terlalu besar, peserta bisa dibagi menjadi 3. Masing-masing kelompok terdiri maksimal 15 anggota. Langkah Permainan Ekslusi Inklusi 1. Masing-masing peserta akan diberikan kertas label berisi status sosial asli(given status) atau kondisi lahir seseorang, seperti anak bupati, perempuan, waria, etnis China, anak kepala suku, tuna rungu, adik Ketua DPRD, darah biru, anak kyai, istri kepala desa, ahmadiyah, terinfeksi HIV/AIDs dan seterusnya. 2. Peserta diminta untuk mengenakan label masing-masing kemudian membentuk barisan sesuai urutan dimulai dari yang paling berpengaruh sampai yang paling termarginalkan secara sosial. Setiap kelompok akan mendiskusikan urutan tersebut berdasarkan situasi riil di masyarakat. 3. Peserta mendapatkan label berikutnya, berupa tingkat pendidikan, atau kemampuan/ketidakmampuan yang dimiliki seperti tidak percaya diri, Jago diplomasi, ahli organisasi, lulusan S2 dari Amerika, ahli fotografi, pandai bermain musik, tidak bisa internet dll. Sekarang masing-masing orang memiliki dua label dengan kombinasi yang menarik. Minta peserta untuk kembali membentuk formasi sesuai dengan label yang diperoleh. 4. Berikan label ketiga yang menggambarkan statusnya saat ini, misalnya camat, pedagang kelontong, petani, mahasiswa, direktur LSM, anggota dewan, pemain band, pengusaha kerupuk, Ketua RT, kader desa, pemilik perkebunan dst. 5. Dengan kombinasi 3 label tersebut, minta peserta menyusun formasi berurutan dari yang paling berpengaruh di masyarakat hingga yang terekslusi.

3. Kemudian minta peserta membuat lingkaran dan mendiskusikan makna permainan tadi dengan mengajukan pertanyaan: Apa yang menyebabkan seseorang menjadi termarjinalkan secara sosial? Mengapa setiap satu label ditambahkan, formasi kelompok akan berubah? Apa yang menyebabkan status seseorang bisa berubah? Betulkah kapasitas seseorang sangat menentukan perubahan status? 4. Berdasarkan permainan tadi, jelaskan secara singkat tentang kelompok marjinal (kelompok terekslusi) di masyarakat. Siapa saja mereka dan bagaimana umumnya mereka diperlakukan di masyarakat. Kelompok marjinal seringkali tidak terlihat sehingga tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan tidak bisa mengakses layanan dasar. Oleh karena itu, seorang fasilitator perlu mengetahui pendekatan inklusi sosial, yakni pendekatan yang memungkinkan semua komponen masyarakat, baik yang paling terpengaruh maupun yang paling termarjinalkan berpartisipasi dalam pembangunan. 5. Jelaskan bahwa prinsip inklusi sosial bisa kita mulai terapkan pada praktik selanjutnya tentang teknik fasilitasi.

SPB 2.2. Identifikasi Marginalisasi Kelompok Sosial Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mengidentifikasi ketimpangan sosial-ekonomi-budaya yang ada di desa, marginalisasi yang dialami oleh kelompok miskin, perempuan dan anak. 2. Membongkar korelasi antara kepentingan Negara, pemilik modal dan masyarakat sipil sebagai obyek. 3. Mempersoalkan kemiskinan, perempuan dan anak menjadi korban kekuasaan,ketidakadilan kepentingan dan gender. 2 JP (90 menit) Waktu Metode Curah pendapat, tutotial, diskusi kelompok,

Bahan Bacaan Media Alat Bantu Flipchart, spidol, laptop, infocus, metaplan, Proses Penyajian 1. Mulailah materi ini dengan mengingatkan kembali materi sebelumnya tentang inklusi sosial yang sudah dibahas pada sesi sebelumnya, dikaitkan dengan kondisi kemiskinan dan ketidak adilan gender, serta kelompok rentan lainnya. 2. Mengungkap kembali pembahasan tentang inklusi sosial dalam UU Desa yang mengakomodir : kelompok adat, kelompok marjinal, kelompok miskin dan perempuan. 3. Bagilah jumlah peserta ke dalam beberapa kelompok kecil. Mintalah setiap kelompok untuk mendiskusikan proses marginalisasi kelompok yang terpinggirkan (miskin, perempuan, anak, difable, dan marjinal lainnya), dengan panduan sebagai berikut : a. Kelompok masyarakat Desa mana yang seringkali terpinggirkan/terabaikan (miskin, perempuan, anak, difable)? b. Seperti apa bentuk-bentuk marginalisasi/peminggiran yang dialami kelompok tersebut? c. Mengapa marginalisasi itu terjadi? d. Faktor apa yang menyebabkan kasus-kasus kekerasan terjadi terhadap perempuan, anak serta kelompok marjinal, dan siapa pelakunya. e. Apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kondisi kemiskinan dan kekerasan yang terjadi. f. Adakah potensi, peluang yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

4. Berikan kesempatan untuk presentasi kelompok dan fasilitasi dengan mencatat point-point penting yang muncul dari paparan setiap kelompok. 5. Tegaskan point-point temuan kelompok sebagai bagian penting dari agenda perubahan yang bisa dilakukan oleh Tenaga Ahli atau pun pendamping. 6. Akhiri sesi dengan menekankan gagasan penting yang bisa dilakukan oleh seorang Tenaga Ahli.

SPB 2.3. Advokasi untuk kelompok Perempuan, Anak dan Kelompok Terpinggirkan Lain Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mengidentifikasi peluang-peluang untuk mewujudkan penghormatan dan perlindungan hak kelompok perempuan, anak dan kelompok rentan lain 2. Merancang advokasi keterlibatan permempuan,kelompok marginal dalam sistem dan proses pembangunan desa Waktu 3 JP (135 menit) Metode Curah pendapat, tutotial, diskusi kelompok, paparan

Bahan Bacaan Media Alat Bantu Flipchart, spidol, laptop, infocus, metaplan, perangkat permainan Proses Penyajian 1. Mulailah aktivitas pembelajaran dengan menjelaskan tujuan pembahasan materi advokasi, kaitankan dengan materi sebelumnya. 2. Ulangilah secara ringkas materi sebelumnya untuk membantu mengingatkan pentingnya pebahasan agenda kemiskinan, perempuan, dan anak serta kelompok marjinal lainnya. 3. Bagilah jumlah peserta ke dalam kelompok kecil untu mendiskusikan strategi advokasi untuk promosi penghormatan dan perlindungan hak-hak perempuan, anak, kelompok miskin, kelompok difable dan kelompok terpinggirkan lain. Pertanyaan berikut bisa menjadi panduan diskusi. a) Carilah dasar hukum untuk memperjuangkan hak kelompok termarjinalkan (perempuan, kaum miskin, anak dan lainnya), baik dari UU Desa atau peraturanperundangan lain. b) Bagaimana strategi menguatkan hak kelompok perempuan untuk terlibat dalam musyawarah, pengambilan keputusan dan dalam proses pembangunan Desa?

c) Hak kelompok masyarakat miskin dan difable yang mana yang harus diperjuangkan untuk diperhatikan dalam sistem dan proses pembangunan Desa? d) Program-program apa yang relevan dengan kebutuhan pemenuhan hak kaum yang terpiggirkan, terutama anak, kelompok miskin dan kelompok difable? e) Bagaimana langkah strategi advokasi untuk memperjuangkan hak kelompok masyarakat yang terpinggirkan? 4. Lanjutkan dengan pleno untuk membahas hasil temuan diskui kelompok. Fasilitator membantu memperjelas atau mempertajam setiap presentasi kelompok diskusi. 5. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk melakukan klarifikasi, bertanya atau mempertajam presentasi setiap kelompok. 6. Rangkumlah hasil diskusi, perkuat temuan-temuan strategis kelompok dengan menunjukkan dasar-dasar peraturan perundangan tentang asas inklusi sosial, kesetaraan sosial. 7. Akhiri sesi dengan memberikan tekanan pada pentingnya sikap kepedulian Tenaga Ahli pada issu inklusi sosial terkait dengan hak kelompok masyarakat yang terpinggirkan.