BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
|
|
- Yanti Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas dan tentang komunitas, memungkinkan radio komunitas berkembang dengan pesat sebagai media alternatif warga. Radio komunitas memberi kesempatan pada warga untuk mengekspresikan diri dan pikirannya, menyampaikan informasi tentang komunitasnya, dan memberi peluang bagi kelompok-kelompok minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan penyandang disabilitas untuk berkontribusi dan memberikan suaranya. Kehadiran radio komunitas yang bersifat fenomenal tampak nyata dan mempunyai peran penting dalam memproduksi wacana kelokalan di tengah derasnya arus media baru (new media). Sebagai institusi publik, radio komunitas masih signifikan untuk menyebarkan wacana, minimal di komunitasnya, seperti masalah pencemaran air, tawuran antar warga, kesehatan ibu dan anak, kebijakan pemerintah desa, politik, serta seni dan budaya lokal (Fraser dan Estrada, 2001; Jankowski dan Prehn, 2002; Nasir dkk., 2007; Seneviratne, 2007). Radio komunitas mempunyai peran penting dalam kehidupan komunitas yang tidak bisa diremehkan. Legalitas radio komunitas yang keberadaannya secara legal diakui oleh pemerintah tahun 2002 melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
2 2 Penyiaran (UU Penyiaran) merupakan perjuangan para aktivis radio komunitas untuk mendapatkan hak berkomunikasi dan akses informasi. Perkembangan demokrasi, desentralisasi dan deregulasi di Indonesia pun turut mendukung lahir dan berkembangnya radio komunitas. Data dari berbagai sumber menyebutkan bahwa saat ini jumlah radio komunitas diperkirakan sebanyak 600 stasiun di berbagai wilayah Indonesia. Kebanyakan radio komunitas di Indonesia didirikan oleh anggota komunitasnya, yakni warga desa/kota, pelajar/mahasiswa/santri, aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM), kelompok perempuan, ataupun kelompok hobi. Keunikan radio komunitas tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga berbasis hobi, sosial-budaya, agama, maupun pendidikan. Radio komunitas yang didirikan oleh komunitasnya biasanya dapat bertahan lama karena dikelola langsung oleh komunitasnya dan sesuai kebutuhan komunitasnya. Sedangkan radio komunitas yang didirikan oleh suatu lembaga, seperti LSM, perusahaan atau lembaga pemerintah, dengan kepentingan tertentu, biasanya tidak bertahan lama, terutama saat alokasi anggaran untuk radio komunitas sudah habis atau proyek radio komunitas sudah selesai. Di awal pertumbuhannya, radio komunitas, baik di perkotaan maupun di pedesaan, banyak didirikan dan dikelola oleh laki-laki. Perkembangan berikutnya, perempuan mulai terlibat dalam siaran radio. Keterlibatan perempuan di radio komunitas kemudian mengubah posisi laki-laki dan perempuan dalam hal tanggung jawab, pembagian peran dan pembagian tugas. Perempuan dan laki-laki mempunyai peran masing-masing dalam pengelolaan dan siaran radio.
3 3 Kondisi ini memungkinkan kelompok perempuan untuk membentuk nilainilai yang ada di masyarakat, serta menyuarakan dan mendiskusikan persoalanpersoalan perempuan di komunitasnya dari sudut pandang perempuan. Seperti persoalan kekerasan dalam rumah tangga, perawatan diri, kesehatan perempuan, dan kesetaraan gender. Di banyak negara, radio komunitas digunakan oleh kelompok-kelompok perempuan untuk membahas masalah seksualitas, advokasi terhadap perempuan, anak-anak korban konflik, dan pemerintahan yang bersih. Radio komunitas memfasilitasi perempuan dalam strategi pengurangan kemiskinan pada komunitasnya. Radio komunitas juga membantu perempuan dalam mengakses dan memiliki radio komunitas (Solervicens, 2008: 5-6). Di Indonesia, kehadiran radio komunitas belum memberikan ruang sepenuhnya bagi perempuan untuk menyuarakan isu-isu perempuan dan kesetaraan gender. Isu gender mulai muncul di radio komunitas sekitar tahun 2008, enam tahun setelah disahkannya UU Penyiaran. Para pegiat radio komunitas mulai melibatkan perempuan dalam kepengurusan organisasi radio komunitas di tingkat lokal maupun nasional. Kemudahaan akses informasi melalui internet dan kerjasama dengan organisasi radio komunitas internasional turut meningkatkan pemahaman para pegiat tentang kesetaraan gender. Dinamika keterlibatan perempuan di radio komunitas cenderung beragam. Beberapa stasiun radio komunitas melibatkan perempuan karena adanya pemahaman akan kesetaraan gender, di beberapa radio komunitas lainnya ditemukan inisiatif perempuan dalam pengelolaan radio, sementara di sebagian besar radio komunitas masih terjadi ketidakadilan gender. Ketidakdilan gender,
4 4 seperti marginalisasi, subordinasi dan stereotip, bisa disebabkan oleh peran dan pemberian wewenang yang terbatas bagi perempuan di radio, belum adanya apresiasi bagi perempuan yang beraktivitas di radio, atau informasi yang dimiliki perempuan tentang radio komunitas sangat terbatas. Selain itu, kesibukan perempuan sebagai ibu rumah tangga, dan dibutuhkan ijin suami (biasanya dilakukan secara informal) saat perempuan akan beraktivitas di radio, semakin membatasi geraknya beraktivitas di radio. Hasil penelitian Combine Resource Institution (CRI) menunjukkan bahwa perempuan mempunyai begitu banyak hambatan untuk aktif di radio komunitas. Salah satu hambatan terbesar adalah tiadanya waktu luang karena besar nya tanggung jawab perempuan di ranah domestik (Tanesia, 2011). Selain mengurus rumah tangga dan keluarga, sebagian perempuan juga turut membantu ekonomi keluarga dengan bekerja di luar rumah, seperti berdagang, bekerja di ladang atau menjadi buruh. Seperti yang dinyatakan oleh Iman Abda, pengurus Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Perempuan di desa mempunyai tugas sebagai ibu rumah tangga dan bekerja di ladang atau sawah. (Wawancara 2 Mei 2013). Hal ini menjelaskan bahwa perempuan khususnya ibu rumah tangga mempunyai kendala struktural dalam beraktivitas di radio komunitas, yaitu mengurus rumah tangga dan menjaga anak-anaknya, sehingga ia harus pandai membagi waktu untuk aktif di radio. Sementara kendala kultural yang dialami perempuan adalah persepsi negatif oleh komunitasnya saat aktif di radio dan/atau konflik dengan suaminya karena aktivitasnya di radio. Akibatnya, perempuan
5 5 lebih banyak menempatkan posisi mereka sebagai sukarelawan dan penyiar radio yang kesediaan waktunya lebih fleksibel. Kondisi ini menyebabkan perempuan menjadi kelompok terpinggirkan (marjinal) dimana (1) kehadiran perempuan tidak dianggap penting dalam pengelolaan radio komunitas dan (2) perempuan belum dianggap mampu menduduki posisi strategis atau puncak pada pengelolaan radio. Beberapa kajian terdahulu menunjukkan bahwa posisi perempuan di radio komunitas baru sebatas kehadiran fisik, belum memberikan makna pada pengelolaan radio komunitas itu sendiri. Interaksi laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan radio komunitas masih didominasi oleh kesepakatan pengurus yang mayoritas adalah laki-laki. Kondisi ini menyebabkan perempuan tidak punya kendali terhadap pengelolaan radio komunitas untuk membangun isu-isu strategis perempuan dalam komunitas. Posisi perempuan sebagai kelompok marjinal menyebabkan tidak adanya keterwakilan suara perempuan di udara. Persoalan-persoalan perempuan dan komunitasnya akan dilihat dari perspektif laki-laki. Produksi siaran akan bias gender karena perempuan nyaris tidak terlibat dalam merancang dan memproduksi siaran radio. Sementara beragam fungsi radio komunitas bagi perempuan hanya bisa terjadi jika perempuan aktif dalam pengelolaan radio komunitas untuk mempraktikkan hak partisipasi mereka dalam memproduksi dan membagi informasi. Kebijakan Gender untuk Radio Komunitas yang telah disusun oleh Women International World Association Community Radio (AMARC WIN)
6 6 menyatakan terdapat enam aspek penting dalam pengelolaan radio komunitas, yaitu: (1) akses perempuan ke frekuensi, (2) keterwakilan perempuan di udara, (3) kebutuhan khusus untuk perempuan minoritas, (4) representasi perempuan di seluruh level manajemen radio, (5) penerapan teknologi tepat guna, dan (6) pendanaan dan peningkatan kapasitas untuk radio perempuan. Peran radio komunitas sebagai media alternatif bagi pemberdayaan dan kemajuan perempuan dapat terwujud melalui program radio yang berorientasi pada isu-isu perempuan. Salah satunya adalah melalui peningkatan keterampilan dan manajemen teknis yang dibutuhkan oleh para pegiat perempuan untuk meningkatkan kapasitas mereka. Di Nepal, Radio Sagarmatha mempunyai kebijakan informal untuk meningkatkan kapasitas dan kepercayaan diri kaum perempuan. Di Afrika Selatan, Radio Bush 89.5 FM pun memiliki kebijakan bahwa tidak ada program pelatihan yang dapat berjalan kecuali separuh dari jumlah para peserta pelatihan tersebut adalah kaum perempuan (Fraser dan Estrada, 2001: 82-92). Dukungan keluarga dan komunitas merupakan sebuah keniscayaan bagi radio komunitas untuk menyediakan ruang bagi keterwakilan perempuan melalui (1) keterlibatan dalam pengelolaan radio komunitas dan (2) produksi program yang berorientasi pada isu-isu perempuan. Guna mencapai maksud atau tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perempuan dan laki-laki dalam praktik radio komunitas; dan melacak posisi dan potensi keterlibatan perempuan dalam pengelolaan dan produksi siaran. Hubungan laki-laki dan perempuan yang mengacu pada sistem sosial dan budaya turut mempengaruhi interaksi laki-laki
7 7 dan perempuan dalam pengelolaan radio komunitas. Perspektif keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam suatu entitas radio komunitas merupakan tolok ukur tingkat kesetaraan. Apabila terdapat kesetaraan dalam interaksi laki-laki dan perempuan dalam mengembangkan ide, gagasan atau nilai-nilai, maka dapat berpengaruh pada keberlanjutan radio komunitas Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam mengkaji relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Rumusan masalah diformulasikan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Seberapa jauh bentuk partisipasi masyarakat pada proses pendirian radio komunitas? Apakah pendirian radio komunitas melibatkan berbagai unsur masyarakat, termasuk perempuan? Apakah penetapan tujuan berdirinya radio komunitas melibatkan berbagai unsur masyarakat, termasuk perempuan? Pendirian radio komunitas akan dianalisis melalui proses pendirian radio; penetapan tujuan dan perumusan visi dan misi radio yang melibatkan berbagai unsur masyarakat, termasuk perempuan; penyusunan struktur organisasi dan program siaran; pendanaan untuk operasionalisasi radio; dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan radio komunitas. 2. Mengapa kelompok perempuan terlibat dalam pengelolaan radio komunitas?
8 8 Keterlibatan perempuan pada pengelolaan/kepengurusan radio komunitas akan dikaji sejak perempuan mulai terlibat di radio; posisi perempuan pada struktur organisasi; peningkatan kapasitas perempuan; dan relasi perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan radio. 3. Bagaimana keterlibatan perempuan pada produksi program siaran radio? Apakah perempuan mempunyai peran dalam produksi siaran radio? Dalam konteks apa perempuan berperan pada produksi siaran radio? Apakah siaran radio komunitas mempromosikan isu-isu perempuan di komunitasnya? Keterlibatan perempuan pada produksi program siaran radio komunitas akan dianalisis melalui kontribusi pegiat perempuan pada program siaran, khususnya program siaran yang berkaitan dengan isu perempuan; dan acara/siaran radio yang diasuh oleh pegiat perempuan. 4. Mengapa terjadi ketidakadilan gender terhadap perempuan di radio komunitas? Apa implikasi bagi pengelolaan dan produksi siaran dengan adanya ketidakadilan gender pada radio komunitas? Ketidakadilan gender dapat terjadi karena adanya kendala struktural yang melihat kendala perempuan sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai tugas utama mengurus rumah tangga dan keluarga; dan kendala kultural yang melihat persepsi komunitas terhadap aktivitas perempuan sebagai pengurus radio serta dukungan keluarga terhadap aktivitas perempuan di radio. Isu ini juga akan melihat tanggapan perempuan atas keterlibatan yang tidak adil gender karena adanya marjinalisasi dan stereotip, dan
9 9 implikasi terhadap siaran radio akibat ketidakadilan gender di radio komunitas. Empat rumusan masalah tersebut akan dibuat menjadi suatu model dalam kerangka pemikiran, sehingga tampak secara utuh gambaran relasi laki-laki dan perempuan yang terkait dengan keterlibatan perempuan di radio komunitas Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai radio komunitas telah dilakukan (antara lain, AMARC WIN, 2006; Rachmiatie, 2007; Maryani, 2007; Listiorini dkk., 2007; Chairiawaty, 2012), tetapi belum ada yang secara khusus terkait relasi antara perempuan dan laki-laki dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Sebagai contoh, Atie Rachmiatie dan Eni Maryani meneliti tentang demokratisasi komunikasi melalui radio komunitas yang masing-masing dilakukan di Kabupaten Garut dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY); Dina Listiorini mengkaji radio komunitas dan gender di Provinsi DIY; dan Chairiawaty mengkaji pesanpesan radio komunitas bagi perempuan kepala keluarga di Kabupaten Lombok Barat. Meskipun penelitian-penelitian sebelumnya mengkaitkan aspek gender di radio komunitas, namun tidak secara khusus menghubungkan peran dan posisi laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan radio komunitas, dan tidak secara mendalam mengkritisi keterlibatan perempuan di radio komunitas. Penelitian ini mempunyai isu yang berbeda yang memperkarakan keterlibatan perempuan dalam pengelolaan dan produksi siaran radio; kendala struktural dan kultural perempuan
10 10 dalam keterlibatannya di radio komunitas; dan implikasi ketidakadilan gender di radio komunitas. Penelitian yang dilakukan di dua radio komunitas di Jawa Barat ini memiliki keaslian karena memfokuskan pada relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Sementara penelitian lain banyak mengkaji radio komunitas sebagai demokratisasi komunikasi; unsur-unsur komunikasi dan budaya lokal yang mempengaruhi berdirinya radio komunitas; jumlah dan posisi perempuan di radio komunitas; penyampaian pesan-pesan melalui radio komunitas bagi pendengar perempuan; dan pemanfaatan radio komunitas sebagai salah satu media komunikasi kelompok perempuan di pedesaan. Meskipun demikian, penelitian-penelitian terdahulu memberikan pengaruh terhadap penelitian ini. Terdapat inspirasi, pengetahuan dan pemahaman dari penelitian-penelitian sebelumnya pada penelitian ini, seperti: hak berkomunikasi dan bersuara bagi kelompok perempuan di media; kemudahan mendapatkan akses informasi dan berbagi informasi bagi kelompok perempuan; keterwakilan perempuan berdasarkan komposisi mereka di radio komunitas; dan isu-isu perempuan di radio komunitas Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara akademis (teoritis dan metodologis), praktis dan sosial. Signifikansi kontribusi penelitian media komunitas ini dapat dilihat pada tingkat pemahaman kajian media dan budaya, perkembangannya maupun pembentukan konsep atau teori baru. Secara akademis,
11 11 penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi pengembangan studi radio komunitas, khususnya yang berkaitan dengan relasi gender dan posisi perempuan di radio komunitas dengan latar belakang budaya tertentu serta posisi geografis di Jawa Barat. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi referensi untuk kajian mengenai isu-isu perempuan di radio komunitas. Dalam konteks praktis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pola relasi gender dalam pengelolaan radio komunitas untuk tujuan spesifik. Misalnya, sebagai salah satu acuan bagi kajian kebijakan yang menyangkut radio komunitas dan keterlibatan perempuan. Sementara manfaat sosial bagi komunitas dan/atau masyarakat umum diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembangan dan peningkatan partisipasi kritis kelompok perempuan dan kelompok masyarakat lainnya pada kesetaraan gender dan isu-isu perempuan di radio komunitas Tujuan Penelitian Sejalan dengan manfaat yang diharapkan, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Menemukan bentuk partisipasi masyarakat pada proses pendirian radio komunitas. 2. Menganalisis keterlibatan perempuan dalam pengelolaan dan produksi program siaran radio. 3. Menganalisis relasi gender dalam pengelolaan dan produksi siaran radio komunitas yang melibatkan perempuan. 4. Mengidentifikasi ketidakadilan gender dalam praktik radio komunitas.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai
Lebih terperinciBab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia
Lebih terperinciStrategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016
Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada
Lebih terperinciGENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN
G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah masyarakat dapat dikatakan demokratis jika dalam kehidupannya dapat menghargai hak asasi setiap manusia secara adil dan merata tanpa memarginalkan kelompok
Lebih terperinciDESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages
DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan
Lebih terperinciBAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Pada bagian ini akan diuraikan beberapa butir kesimpulan berdasarkan temuan dan analisis data (yang tercermin dalam uraian tentang implikasi teoritis
Lebih terperinciKerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia
Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciPerempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik
Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik Sri Budi Eko Wardani PUSKAPOL - Departemen Ilmu Politik FISIP UI Lembaga Administrasi Negara, 21 Desember 2016 2 Partisipasi Perempuan di Ranah Politik
Lebih terperinciLaki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Apakah Gender itu? Pengertian awal: Pembedaan ketata-bahasaan (gramatical) penggolongan kata benda menjadi feminin,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang sering kali diperdebatkan. Sejak tahun 2002, mayoritas para aktivis politik, tokoh perempuan dalam partai
Lebih terperinciPerempuan dan Pembangunan Berkelanjutan
SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014
ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat
Lebih terperinciAKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah Oleh Kamalia Purbani Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran Dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender
XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciSistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1
S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga
Karya Tulis PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian
BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam
BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciDefinisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.
Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini
Lebih terperinciMenemukan Kebenaran dalam Media Komunitas
Menemukan Kebenaran dalam Media Komunitas UC UGM, 4 Februari 2017 Media komunitas itu... Tidak ada definisi tunggal tentang media komunitas di seluruh dunia Studi media komunitas muncul pertama kali sebagai
Lebih terperinciRENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK
RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciRINGKASAN HASIL STUDI/KAJIAN PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS
RINGKASAN HASIL STUDI/KAJIAN PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS Abstrak Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap hak-haknya untuk memperoleh informasi yang sesuai kebutuhan dan
Lebih terperinciPemberdayaan KEKUASAAN (POWER)
1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini terdapat berbagai macam suku bangsa, adat istiadat, pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan perempuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sebagaian masyarakat beranggapan bahwa masalah status laki-laki dan perempuan mempunyai tempat berbeda. Mulai dari kemampuan fisik, penempatan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan
Lebih terperinciKebijakan Jender untuk Radio Komunitas. 8 Maret 2008
Kebijakan Jender untuk Radio Komunitas 8 Maret 2008 Pendahuluan Berbagai instrumen Internasional, konstitusi nasional dan masyarakat dunia mengakui kesetaraan perempuan dan pentingnya peran perempuan di
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak
Lebih terperinciRumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA
Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi
Lebih terperinciAnggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH
Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat
Lebih terperinciKebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0
Kebijakan Jender 1.0 The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 2015 1 Latar Belakang Jender dipahami sebagai pembedaan sifat, peran, dan posisi perempuan dan lakilaki yang dibentuk oleh masyarakat,
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik
68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, hak-hak perempuan mulai dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan publik. Kebijakan tentang perempuan sekarang ini sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radio komunitas adalah salah satu bentuk lembaga penyiaran yang dilegalkan keberadaannya dalam UU No. 32 tahun 2002. Setelah peraturan tersebut disahkan, media
Lebih terperinciLearning Day. TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas. Edisi 22 Maret 2013
Edisi 22 Maret 2013 TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas Learning Day Narasumber : Roem Topatimasang Ari Dwipayana Akhmad Nasir Ade Tanesia Combine Resource Institution
Lebih terperinciPartisipasi kelompok marginal dan perempuan
Memastikan tersedianya kesempatan yang sama di antara berbagai kelompok masyarakat, termasuk antara laki-laki dan perempuan, adalah instrumen penting untuk mencapai tujuan pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan
Lebih terperinci2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...
DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...
Lebih terperinciOleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact
Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis
Lebih terperinciBAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam
10 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengarusutamaan Gender (PUG) 1. Kebijakan Pengarusutamaan Gender Terkait dengan Pengarusutamaan Gender (PUG), terdapat beberapa isitilah yang dapat kita temukan, antara lain
Lebih terperinciGENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar
GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara kepulauan, dimana ketika kita berbicara masalah budaya, Indonesia mempunyai berbagai macam suku dan ras yang tinggal di dalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% perempuan dan kaitannya dalam penyusunan anggaran responsif gender. Yang menjadi fokus dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah
Lebih terperinciPENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014
PENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014 Oleh: LILI ROMLI STAF AHLI MENTERI BIDANG HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan (Pasal 1 ayat (12) UU No. 25 Tahun 2004).
Lebih terperinciAnggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH
Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,
Lebih terperinciMEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *
MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * DPR-RI dan Pemerintah telah menyetujui RUU Desa menjadi Undang- Undang dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 18 Desember
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.
Lebih terperinciPEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY
PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY Rike Anggun Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada rikeanggunartisa@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, upaya membangun demokrasi yang berkeadilan dan berkesetaraan bukan masalah sederhana. Esensi demokrasi adalah membangun sistem
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Lebih terperinciKiprah Perempuan Dalam Pertanian
Kiprah Perempuan Dalam Pertanian Disampaikan pada siaran Kiprah Desa di RRI Pro-1 Yogyakarta 21 April 2017 Titiek Widyastuti HP 081 328 25 2005 Prodi Agroteknologi Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciKODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA
KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang
Lebih terperinciBab V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Radio merupakan instrumen komunikasi massa yang jamak digunakan orang. Persebaran radio menjangkau semua
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Radio merupakan instrumen komunikasi massa yang jamak digunakan orang. Persebaran radio menjangkau semua wilayah, dari perkotaan hingga pelosok desa. Mengapa banyak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut
Lebih terperinci1. Mengelola penyampaian bantuan
KODE UNIT : O.842340.004.01 JUDUL UNIT : Pengaturan Bidang Kerja dalam Sektor Penanggulangan Bencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini mendeskripsikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kerja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan suatu negara dan bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan negara yang mutu
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciEry Seda Mainstream Gender ke Dalam Gerakan Filantropi!
Ery Seda Mainstream Gender ke Dalam Gerakan Filantropi! Sumber: Judul buku Ditulis ulang dari : Kaum Perempuan dan Filantropi: Stereotip Lama, Tantangan- Tantangan Baru : Jurnal Galang, Vol.2 No.2 April
Lebih terperinciQANUN KOTA SABANG. Nomor 10 Tahun 2010
QANUN KOTA SABANG Nomor 10 Tahun 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SABANG FM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciKOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA
KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk
Lebih terperinciAustralia Awards Indonesia
Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Kepemimpinan Organisasi dan Praktek-praktek Manajemen untuk Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards
Lebih terperinciAgen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa
Lebih terperinciANGGARAN DASAR-ANGGARAN RUMAH TANGGA
ANGGARAN DASAR-ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN SOLIDARITAS PEREMPUAN UNTUK KEMANUSIAAN DAN HAK ASASI MANUSIA (SPEK HAM) 2013-2017 Jl. Srikoyo No. 14 Rt 01 Rw 04 Karangasem Laweyan Surakarta Jawa Tengah 57145
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
233 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah peneliti melakukan analisis mulai dari level teks, level konteks, hingga menemukan frame besar Kompas, peneliti menarik beberapa kesimpulan untuk menjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia seharusnya dapat di akses oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. Tapi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor
BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik
Lebih terperinciKritik terhadap arus di atas, sebagaimana dikutip oleh Manji, berasal dari pemikiran Upham (2001) bahwa formalisasi peran hukum tidak transparan dan
Judul : Gender, Land Rights, and Democratic Governance Penulis : Ambreena Manji Penerbit : UNDP Norway Tahun terbit : 2008 Jumlah halaman : 11 Pengulas : Indira Hapsari Dalam papernya, Manji ingin menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun komunikasi. Salah satu buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi di era globalisasi sekarang ini memang tidak dapat dimungkiri. Begitu pesatnya perkembangan teknologi tersebut memberikan dampak yang signifikan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) KOMUNITAS PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN - kompep
ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) KOMUNITAS PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN - kompep MUKADIMAH Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk banyak dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan
Lebih terperinciP E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N
10 BAB 1 BAB 1 P E N G A N T A R Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N Partisipasi sejajar perempuan dalam pengambilan keputusan bukanlah semata-mata sebuah tuntutan akan keadilan demokrasi, namun juga
Lebih terperinci