Hubungan Kekongruenan Dalam Geometri Terhingga

dokumen-dokumen yang mirip
ISOMETRI TERHADAP GEOMETRI INSIDENSI TERURUT

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah geometri selain aksioma diperlukan juga unsur-unsur tak terdefinisi. Untuk. 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis.

GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

Geometri Insidensi. Modul 1 PENDAHULUAN

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Aksioma-aksioma yang membentuk geometri Affin disebut dengan aksioma playfair

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah,

SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar.

IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2

Pembahasan OSN Tingkat Provinsi Tahun 2012 Jenjang SMP Bidang Matematika

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

OLEH : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU SEKOLAH TINNGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

GEOMETRI AFFINE A. PENDAHULUAN

Keywords : Galois Field GF (p n ), Euclidean Geometry EG (2, p n ), Projective Geometry PG (2, p n ).

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

1 P E N D A H U L U A N

BAB 7 GEOMETRI NETRAL

Diktat Kuliah. Oleh:

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti:

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 2012 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI 2 MALANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Geometri Dimensi Dua

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan

OSK Matematika SMP (Olimpiade Sains Kabupaten Matematika SMP)

Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu

1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang. a. Defenisi. Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

RUAS GARIS BERARAH. Andaikan sekarang ada 2 ruas garis berarah AB dan CD. Dalam

LOGO JARAK DUA TITIK

BAB III RUANG VEKTOR R 2 DAN R 3. Bab ini membahas pengertian dan operasi vektor-vektor. Selain

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Nasional Tutur Widodo

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya

Pelatihan-osn.com Konsultan Olimpiade Sains Nasional contact person : ALJABAR

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga;

RELASI. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (PEMINATAN)

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*)

BAHAN AJAR TEORI BILANGAN. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

GENERALISASI TEOREMA MENELAUS DAN TEOREMA CEVA PADA POLIGON DI BIDANG EUCLID

Pengantar Teori Bilangan

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS

HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III BULAKSUMUR P.O.

BAB 3 PENALARAN DALAM GEOMETRI

GEOMETRI PROJEKTIF DAN APLIKASINYA. Sangadji dan Marsodi *

OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan. n = F P B(a, b) + KP K(a, b) a b

Himpunan dan Sistem Bilangan Real

GESERAN atau TRANSLASI

GEOMETRI TRANSFORMASI SETENGAH PUTARAN

2. Tentukan persamaan garis yang melalui titik P (x 1,y 1,z 1 ) dan R (x 2,y 2,z 2 ) seperti yang ditunjukkan pada gambar. Z P Q R

PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI. Oleh : Himmawati P.L

TUGAS KELOMPOK 5 GEOMETRI TALI BUSUR, GARIS SINGGUNG, DAN RUAS SECANT. Oleh: AL HUSAINI

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si.

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN

Solusi Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten/Kota 2016 Bidang Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25

Rasio. atau 20 : 10. Contoh: Tiga sudut memiliki rasio 4 : 3 : 2. tentukan sudut-sudutnya jika:

KEGIATAN BELAJAR II SUDUT ANTARA GARIS DAN BIDANG

abcde dengan a, c, e adalah bilangan genap dan b, d adalah bilangan ganjil? A B C D E. 3000

Shortlist Soal OSN Matematika 2015

KEGIATAN BELAJAR SISWA

Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA Ruas garis PQ Ruas garis QR Garis PQ = garis QR (karena bila diperpanjang akan mewakili garis yang sama)

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

VII III II VIII HAND OUT PERKULIAHAN GEOMETRI ANALITIK

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

TRANSFORMASI. Dosen Pengampu Mata Kuliah. HERDIAN, S.Pd., M.Pd. Disusun Oleh : Kelompok 1. Hayatun Nupus Rina Ariyani

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009

REFLEKSI TERHADAP LINGKARAN SKRIPSI

SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA


MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 1992

KONGRUENSI PADA SEGITIGA

OSN 2014 Matematika SMA/MA

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

Dari gambar jaring-jaring kubus di atas bujur sangkar nomor 6 sebagai alas, yang menjadi tutup kubus adalah bujur sangkar... A. 1

KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK

Geometri Ruang (Dimensi 3)

didapat !!! BAGIAN Disusun oleh :

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI

Hasil Kali Titik, Hasil Kali Silang, dan Hasil Kali Tripel

Modul ini adalah modul ke-7 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini

Pembahasan Soal UN Matematika SMP Tahun Ajaran 2010/2011 Paket 12

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-27

Transkripsi:

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Hubungan Kekongruenan Dalam Geometri Terhingga Lina Ardila Sari, Suharsono, Muslim Ansori Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung Alamat Email : linaardilasari@ymail.com Abstrak. Aksioma aksioma terkait untuk geometri insidensi Euclid berdimensi n dapat dipenuhi dengan model model berhingga, yaitu model model yang memuat hanya sejumlah hingga titik, garis, bidang dll. Model model ini adalah ruang vektor linier berdimensi n atas Lapangan hingga GF q dengan q = p h. Masalahnya adalah aksioma aksioma urutan dan aksioma aksioma kekongruenan dapat dipenuhi dalam geometri berhingga. Untuk kasus h 1, penggantian aksioma 3 dalam paper ini memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Kata Kunci. Geometri Euclidian, Geometri insidensi, aksioma, kekongruenan, geometri terhingga. PENDAHULUAN Geometri berhingga adalah geometri yang memiliki sejumlah kecil aksioma dan teorema serta sejumlah titik yang berhingga. Salah satu contah dari geometri terhingga adalah geometri empat titik. Pada dasarnya sudah diketahui bahwa kejadian aksioma atau yang sesuai dengan suatu peristiwa geometri Euclidian berdimensi n dapat dipenuhi dengan model-model terhingga, yaitu modelmodel yang hanya mengandung titik-titik, garis-garis, bidang-bidang dalam jumlah terhingga, model ini adalah ruang-ruang vektor linier berdimensi n dalam bidang terhingga GF q, q = p h. Aksioma-aksioma tentang orde dan aksioma-aksioma tentang kekongruenan juga dapat dipenuhi dalam geometri terhingga. Hubungan kekongruenan dalam geometri terhingga, penelitian ini akan diberikan solusi untuk kasus-kasus p = 2 atau n > 2. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai pembuktikan teorema yaitu bila O, I, K adalah tiga titik kolinier berbeda, O, J, L adalah tiga titik koliner berbeda, dan IJ sejajar dengan KL, maka OI = OJ berimplikasi dengan OK = OL. Dengan menggunakan aksiomaaksioma yang ada di geometri terhingga. Garis LANDASAN TEORI Sebuah garis (garis lurus) dapat dibayangkan sebagai kumpulan dari titik titik yang memanjang secara tak terhingga ke kedua arah [2]. Ruas Garis Ruas garis lurus dilambangkan dengan. Ruas garis lurus adalah bagian dari garis lurus yang berada di antara dua titik pada garis lurus tersebut, termasuk kedua titik tersebut. Jika suatu ruas garis dibagi menjadi bagian-bagian: 1. Panjang keseluruhan ruas garis sama dengan jumlah dari panjang semua bagiannya. 2. Panjang keseluruhan ruas garis lebih besar dari panjang bagiannya yang manapun. 3. Dua ruas garis yang mempunyai panjang sama dikatakan kongruen. Jadi, jika AB = CD maka kongruen dengan, sehingga ditulis. Jika suatu ruas garis dibagi menjadi dua bagian yang sama: 1. Titik bagiannya adalah titik tengah ruas garis tersebut. 2. Garis yang memotong pada titik tengah dikatakan membagi dua ruas garis tersebut. Jika tiga titik A, B, dan C terletak pada satu garis, maka ketiganya disebut kolinear. Jika A, B, dan C kolinear dan AB Semirata 2013 FMIPA Unila 313

Lina Ardila Sari dkk: Hubungan Kekongruenan Dalam Geometri Terhingga + BC = AC, maka B terletak di antara A dan C [6]. Gambar 2.1. Tiga titik A, B, dan C yang kolinear. Bidang Sebuah bidang dapat dianggap sebagai kumpulan titik yang jumlahnya tak terhingga yang membentuk permukaan rata yang melebar ke segala arah sampai tak terhingga [2]. Geomertri Euclid EG(2, pn) Lapangan adalah daerah integral yang setiap elemen yang tidak nol mempunyai invers terhadap pergandaan. F adalah suatu lapangan perluasan dari lapangan K. Jika K merupakan lapangan bagian dari F. Selanjutnya jika K lapangan dengan f(x) polinominal yang tidak konstan maka terdapatlah lapangan perluasan F dari K, dan elemen F. Jika lapangan F mempunyai jumlah F terhingga disebut lapangan terhingga. Lapangan dengan jumlah elemen yang terhingga yaitu pn, dimana p bilangan prima dan n sebarang bilangan bulat positif disebut Galois field GF (pn). Elemen F yang jumlahnya terhingga dapat digunakan untuk mengkostruksi sebuah sistem geometri yang disebut geometri Euclid. Geometri Euclid (Euclidean Geometry) EG (m, q) dengan m dimensi terbentuk dari lapangan berhingga GF(q), dimana p bilangan prima. Geometri Euclid dari dua dimensi atas lapangan GF(pn) dinotasikan dengan EG (2, pn) [1]. Geometri Insidensi Suatu geometri dibentuk berdasarkan aksioma yang berlaku dalam geometrigeometri tersebut. Geometri insidensi didasari oleh aksioma insidensi. Di dalam sebuah geometri selain aksioma diperlukan juga unsur-unsur tak terdefinisi. Untuk membangun suatu geometri diperlukan unsur tak terdefinisi sebagai berikut : 1. Titik. 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis. 3. Himpunan titik-titik yang dinamakan bidang. Ketiga unsur tak terdefinisi tersebut dikaitkan satu sama lain dengan sebuah sistem aksioma. Pada geometri insidensi sistem aksioma yang digunakan adalah sistem aksioma insidensi yang terdiri dari enam aksioma, yaitu : 1. Garis adalah himpunan titik-titik yang mengandung paling sedikit dua titik. 2. Dua titik yang berlainan terkandung dalam tepat satu garis (satu dan tidak lebih dari satu garis). 3. Bidang adalah himpunan titik-titik yang mengandung paling sedikit tiga titik yang tidak terkandung dalam satu garis (tiga titik tak segaris atau tiga titik yang tak kolinear). 4. Tiga titik berlainan yang tak segaris terkandung dalam satu dan tidak lebih dari satu bidang. 5. Apabila sebuah bidang memuat dua titik berlainan dari sebuah garis, maka bidang itu akan memuat setiap titik pada garis tersebut (garis terkandung dalam bidang itu, atau garis terletak pada bidang itu). 6. Apabila dua bidang bersekutu pada sebuah titik maka kedua bidang itu akan bersekutu pada titik kedua yang lain (ada titik lain dimana bidang tersebut juga bersekutu). Sebuah himpunan titik-titik bersama dengan himpunan bagian seperti garis dan bidang yang memenuhi sistem aksioma 1 sampai dengan 6 disebut suatu geometri insidensi [5]. Konsep Kekongruenan Bentuk-bentuk kongruen adalah bentuk-bentuk yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama: bentuk-bentuk tersebut merupakan duplikat yang persis satu sama lain. Bentuk-bentuk tersebut dapat dibuat tumpang tindih sehingga bagian- 314 Semirata 2013 FMIPA Unila

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 bagiannya yang bersesuaian saling berimpitan. Dua lingkaran yang mempunyai jarijari sama adalah lingkaran-lingkaran yang kongruen. Dan segitiga-segitiga yang kongruen adalah segitiga-segitiga yang mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Kongruen adalah keadaan dua bangun datar yang sama dan sebangun. Semua bangun datar yang sebangun belum tentu kongruen, tapi semua bangun datar yang kongruen sudah pasti sebangun [6]. Kekongruenan ruas garis memiliki sifat-sifat berikut [5]: 1. (sifat refleksif) 2. maka (sifat simetrik) 3. maka (sifat transitif) 4., dengan (ABC), ( A B C ) maka 5. Andaikan sebuah sinar dan sebuah ruas, maka ada sebuah titik P ϵ sehingga Beberapa Aksioma dan teorema Sebuah hubungan yang unik tentang kekongruenan dalam bidang Euclidian terhingga pada setiap bidang Galois GF q, q = p h, p 2. Ditulis secara singkat AB = CD untuk preposisi ruas antara titik A dan B adalah kongruen dengan ruas antara titik C dan D. Aksioma 1. AB = CD mengakibatkan BA = CD dan CD = AB. AB = CD dan CD = EF mengakibatkan AB = EF. Aksioma2. Bila AB dan CD sejajar, maka AB=CD valid jika hanya jika AC sejajar dengan BD atau AD sejajar dengan BC. Aksioma 3. Bila A, B, C, D adalah empat titik kolinier dan A, B, C, D, adalah empat titik kolinier, dan garis AA, BB, CC, DD sejajar, maka AB = A B mengakibatkan CD = C D. Dari aksioma 2 diperoleh dua teorema yaitu: Teorema 1. AA = BC mengakibatkan B = C. Teorema 2. Bila A, B adalah dua titik yang berbeda, maka terdapat satu dan hanya satu titik C sedemikian sehingga A, B, C kolinier, B C, dan AB = AC [3]. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka, yaitu dengan mempelajari, memahami dan mengkaji mengenai buku-buku, jurnal maupun makalah yang berhubungan dengan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini, ada langkah langkah yang harus penulis lakukan untuk mempermudah penulis dalam memperoleh maupun menyelesaikan hasil penelitian. Langkahlangkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan penelitian. 2. Menuliskan aksioma-aksioma dan teorema-teorema yang berhubungan dengan penelitian. 3. Mempelajari dan memahami aksiomaaksioma dan teorema-teorema yang berhubungan dengan penelitian. 4. Menguraikan dan menggunakan aksioma-aksioma dan teorema-teorema sebagai acuan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh hasil penelitian ini. 5. Melakukan penelitian tentang hubungan kekongruenan dalam geometri terhingga. 6. Penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Semirata 2013 FMIPA Unila 315

Lina Ardila Sari dkk: Hubungan Kekongruenan Dalam Geometri Terhingga Dari penelitian ini didapat beberapa penjelasan dan pembuktian untuk aksioma dan teorema. Dapat di lihat di bab ini penjelasan dan bukti nya. Ditulis secara singkat AB = CD untuk preposisi ruas antara titik A dan B adalah kongruen dengan ruas antara titik C dan D. Aksioma 1. AB = CD mengakibatkan BA = CD dan CD = AB. AB = CD dan CD = EF mengakibatkan AB = EF. Penjelasan nya: AB = CD mengakibatkan BA = CD dan CD = AB, ini berarti untuk menyatakan suatu ruas garis AB dapat ditulis BA. Karena AB = CD suatu proposisi walau di bolak balik tetap sama. Diterangkan melalui gambar dibawah ini Gambar.3. Aksioma 3 AA, BB, CC, DD, adalah saling paralel (sejajar). Untuk AB = A B mengakibatkan CD = C D. Dari aksioma 2 diperoleh dua teorema yaitu: Teorema 1. AA = BC mengakibatkan B = C. Bukti :Dengan aksioma 2, ditulis AA = AD pada gambar dengan A = D Gambar.1. Aksioma 1 Aksioma 2. Bila AB dan CD sejajar, maka AB=CD valid jika hanya jika AC sejajar dengan BD atau AD sejajar dengan BC. Penjelasannya: Diterangkan melalui gambar jajar genjang yaitu gambar 4.2 aksioma 2, ini jelas terlihat bahwa AB dan CD sejajar. Gambar.2. Aksioma 2 Aksioma 3. Bila A, B, C, D adalah empat titik kolinier dan A, B, C, D, adalah empat titik kolinier, dan garis AA, BB, CC, DD sejajar, maka AB = A B mengakibatkan CD = C D. Penjelasannya: Gambar.4. Teorema 1 Gambar di atas adalah konstruksi jajar genjang ABCD dengan AD // BC maka dengan aksioma 2, AD = BC mengakibatkan AB // DC atau AB // CD. Karena A = D, maka AB dan CD berimpit sehingga menjadi B = C. Teorema 2. Bila A, B adalah dua titik yang berbeda, maka terdapat satu dan hanya satu titik C sedemikian sehingga A, B, C kolinier, B C, dan AB = AC. Bukti: Dapat ditunjukkan dengan membangun sebuah jajar genjang ABDE, seperti dibawah ini: Gambar 5. Teorema 2 316 Semirata 2013 FMIPA Unila

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Dengan melihat konstruksi titik C sedemikian sehingga CE // AD, mengakibatkan AC = DE ( aksioma 2 ) karena DE = AD ( pada jajar genjang ABDE ) maka dengan aksioma 1 haruslah AC = AB. Teorema 3.Bila O, I, K adalah tiga titik kolinier berbeda, O, J, L adalah tiga titik koliner berbeda, dan IJ sejajar dengan KL, maka OI = OJ berimplikasi dengan OK = OL. Bukti: Membuktikan teorema 3 ini merupakan tujuan dalam penelitian penulis, dibawah ini gambar dari teorema 3. Gambar 3.6 Teorema 3 Buat JJ // IK dan II // JL pandang jajar genjang JII L karena diketahui IJ//KL, demikian juga pada jajar genjang JII L, IJ // I L, maka dengan aksioma ( 2... ) IJ = I L. Sehingga I K = KL I L = KL IJ. Kemudian pandang jajar genjang IJJ K karena diketahui IJ // KL, demikian hal nya pada jajar genjang IJJ K, IJ // KL, maka dengan aksioma (..2.. ) IJ = KJ. Sehingga LJ = KL KJ = KL IJ. Dengan demikian, I K = LJ. KESIMPULAN Kesimpulan Dari pembahasan dimuka dapat disimpulkan bahwa bila O, I, K adalah tiga titik kolinier berbeda, O, J, L adalah tiga titik koliner berbeda, dan IJ sejajar dengan KL, maka OI = OJ mengakibatkan dengan OK = OL. Terbukti Saran Selanjutnya diharapkan dapat dirumuskan teorema baru sebagai pengembangan dari teorema 3. UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa shalawat serta salam selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Penelitian dengan judul Hubungan Kekongruenan Dalam Geometri Terhingga. Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dalam memberikan bimbingan, dukungan serta saran demi terwujudnya penelitian ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Suharsono. S, M.Si., M.Sc., Ph. D selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu diantara kesibukannya untuk membimbing serta mengarahkan dengan penuh kesabaran, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. 2. Bapak Dr. Muslim Ansori, selaku dosen pembimbing pembantu yang telah memberikan pengarahan dan motivasi dalam proses penyusunan penelitian ini. 3. Ibu Dra. Dorrah Aziz, M.Si., selaku penguji dan juga selaku Pembimbing Akademik untuk saran dan kritik yang diberikan untuk masukkan bagi penelitian ini. Dan juga selaku Ketua Program Studi Matematika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung. 4. Datuk tersayang, Emak, Ayah, Wodang Shaura, Dang Amir, Adek, Mak Wo, Pak Wo, yang selalu membantu dan mendoakan ku. Semirata 2013 FMIPA Unila 317

Lina Ardila Sari dkk: Hubungan Kekongruenan Dalam Geometri Terhingga 5. Indah, Perti, Damay, Ana, Wo Desi, Wo Iin, dan kawan-kawan atas bantuan dan persahabatan yang telah terjalin. 6. Keluarga besar GEOMETRI 09 (Generation Mathematics Real and Inspirative 09), atas kebersamaan dan keceriaannya selama ini, semoga terjalin sampai kapanpun. 7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kerja praktik ini, yang tidak dapat penulis sebut kan satu persatu. DAFTAR PUSTAKA Irawanto, B. (2008). Geometri Berhingga Atas GF(P N ) Untuka Membentuk Orthogonal Series Designs.. Sensors & Transducers Journal, Vol. 16, Issue 3, juli 2008 p. 106 111. Kohn, Ed. 2003. Cliffs Quick Review Geometry. Bandung: Pakar Karya Kustaanheimo, P. (1957). On The Relation Of Congruence In Finiti Geometri. Sensors & Transducers Journal, Vol. 5, Issue 1, Maret 2013 p.197 201. Mulyati, Sri. 2000. Geometri Euclid. Malang: JICA Rawuh. Geometri. Jakarta: Universitas Terbuka Schaum s. 2005. Geometri. Jakarta: Erlangga 318 Semirata 2013 FMIPA Unila