(RencanaProgram InvestasiJangkaMenengah) Bidang CiptaKarya

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangkaa Menengah (RPI2-JM) Bidang Kabupaten Kerinci Tahun

BUPATI POLEWALI MANDAR

Mekanisme Diskusi. Sesi 1 Simulasi Penyusunan RPI2JM Sesi 2 Konsultasi dokumen RPI2JM masing-masing Kab/Kota

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN DALAM MEMORANDUM PROGRAM SANITASI SEBAGAI DASAR DOKUMEN PERENCANAAN TEKNIS PUSAT (RPI2JM- CK)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebijakan Program Bidang Cipta Karya

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

Kebijakan Keterpaduan Perencanaan Program Cipta Karya

I 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya. RPIJM DAN KPJM Bidang Cipta Karya

BUPATI BADUNG KEPUTUSAN BUPATI BADUNG NOMOR 1193 / 03 / HK / 2013 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negar

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

LESSON LEARNED PENYUSUNAN RPI2-JM PROVINSI LAMPUNG

BUPATI BOLAANG MONGONDOW

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KETERPADUAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

PANDUAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BUPATI BOLAANG MONGONDOW TIMUR

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014

( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI 30 KABUPATEN/KOTA PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pedoman Pemantauan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Bidang Keciptakaryaan

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

KOP PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG SEKRETARIAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG SEKRETARIAT

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

CIPTA KARYA A - Z KELEMBAGAAN CIPTA KARYA DAERAH DALAM PENCAPAIAN Diana Kusumastuti - BPPSPAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Direktorat Jenderal Cipta Karya PENGANTAR

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Pengembangan Pengelolaan Persampahan / 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017

Transkripsi:

PedomanPenyusunanRPIJM (RencanaProgram InvestasiJangkaMenengah) Bidang CiptaKarya

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota merupakan dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode lima tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun oleh masyarakat/swasta, yang mengacu pada rencana tata ruang, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan. RPIJM telah diinisiasi sejak tahun 2005 melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No. Pr. 02.03-Dc/496 tanggal 9 Desember 2005 tentang Penyusunan Program Investasi Jangka Menengah Pembangunan PU Bidang Cipta Karya (Infrastruktur Permukiman) Kabupaten/Kota. Sampai dengan akhir tahun 2012, telah tersusun RPIJM sebanyak 489 dokumen, yaitu sebanyak 99 % kabupaten/kota di Indonesia telah memiliki RPIJM. Secara kuantitas, RPIJM yang disusun telah cukup banyak, namun secara kualitas masih membutuhkan penyempurnaan. Buku pedoman ini merupakan penyempurnaan dari buku pedoman sebelumnya, dengan memasukkan isu dan lingkungan strategis terbaru, baik di lingkungan internal Cipta Karya maupun dari lingkungan eksternal secara umum. Melalui buku pedoman ini, diharapkan penyempurnaan RPIJM dapat dilakukan dengan baik dalam rangka peningkatan pembangunan Bidang Cipta Karya di Daerah. Jakarta, Desember 2012 Budi Yuwono Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum i

ii

KATA PENGANTAR DIREKTUR BINA PROGRAM Pada era desentralisasi saat ini, Pemerintah Daerah perlu meningkatkan komitmennya dalam pengembangan infrastruktur bidang Cipta Karya. Sesuai dengan tugasnya, Direktorat Jenderal Cipta Karya memfasilitasi pemerintah kabupaten/kota serta provinsi untuk menyiapkan perencanaan program bidang Cipta Karya secara terpadu melalui Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya. RPIJM bidang Cipta Karya menjadi acuan bagi pemrograman dan penganggaran pembangunan bidang Cipta Karya, sekaligus sebagai rencana tindak bagi pemerintah kabupaten/kota serta provinsi untuk membangun infrastruktur bidang Cipta Karya secara terpadu, efisien, dan efektif. Keterpaduan ini meliputi keterpaduan sektor (pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, dan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman), serta keterpaduan pendanaan. RPIJM bidang Cipta Karya juga berfungsi untuk mengakomodasikan kebutuhan infrastruktur permukiman di daerah serta menjawab isu strategis terkini. Mengingat fungsinya yang penting, RPIJM bidang Cipta Karya perlu disiapkan oleh setiap pemerintah kabupaten/kota bersama pemerintah provinsi dengan kualitas yang baik. Untuk itu, buku pedoman ini dibuat sebagai acuan pemerintah kabupaten/kota serta pemerintah provinsi untuk menyusun RPIJM bidang Cipta Karya di daerah masing-masing. Diharapkan melalui penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya yang berkualitas, maka akan terwujud infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan. Jakarta, Desember 2012 Antonius Budiono Direktur Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya iii

iv

DAFTAR ISI PEDOMAN PENYUSUNAN RPIJM Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya... i Kata Pengantar Direktur Bina Program... iii Daftar Isi... v Daftar Gambar... xi Daftar Tabel... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Pengertian dan Kedudukan RPIJM... 2 1.3 Maksud dan Tujuan... 5 1.4 Acuan Peraturan dan Perundangan... 6 1.5 Prinsip Penyusunan RPIJM... 9 1.6 Muatan Dokumen RPIJM... 10 BAB II MEKANISME PENYUSUNAN DAN PENILAIAN RPIJM... 13 2.1 Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM... 13 2.1.1 Unit Pelaksana di Pusat dan Daerah... 13 2.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab Satgas Randal Pusat, Satgas RPIJM Provinsi, dan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota.... 14 2.2 Langkah Penyusunan RPIJM... 19 2.3 Penilaian Kelayakan RPIJM... 22 BAB III PROFIL KABUPATEN/KOTA... 29 3.1 Gambaran Geografi dan Administratif Wilayah... 29 3.2 Gambaran Demografi... 29 3.3 Gambaran Topografi... 29 3.4 Gambaran Geohidrologi... 29 v

3.5 Gambaran Geologi... 30 3.6 Gambaran Klimatologi... 30 3.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi... 30 BAB IV KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA 31 4.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota... 31 4.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)... 32 4.3 Arahan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD)... 32 4.4 Arahan Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten/Kota (RISPAM)... 32 4.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)... 33 4.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)... 34 4.7 Arahan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaaan (SPPIP) Kabupaten/Kota... 34 4.8 Arahan Pengembangan Kawasan (RPKPP)... 35 4.9 Integrasi Strategi Pembangunan Kab/Kota dan Sektor... 35 4.9.1 Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota... 35 4.9.2 Strategi Pembangunan Kawasan... 36 BAB V ASPEK TEKNIS PER SEKTOR... 37 5.1 Pengembangan Permukiman... 37 5.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan... 37 5.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan... 42 5.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman... 46 5.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman... 48 5.1.5 Usulan Program dan Kegiatan... 52 vi

5.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan... 54 5.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan... 54 5.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan... 58 5.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan.. 64 5.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL... 67 5.2.5 Usulan Program dan Kegiatan... 71 5.3 Sistem Penyediaan Air Minum... 74 5.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan... 74 5.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan... 76 5.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum... 85 5.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM... 89 5.3.5 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM... 93 5.4 Penyehatan Lingkungan Permukiman... 97 5.4.1 Air Limbah... 97 5.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan... 97 5.4.1.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan... 98 5.4.1.3 Analisis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah... 105 5.4.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah... 107 5.4.2 Persampahan... 110 5.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan... 110 5.4.2.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan... 112 5.4.2.3 Analisis Kebutuhan Persampahan... 123 vii

5.4.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Persampahan... 125 5.4.3 Drainase... 128 5.4.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan... 128 5.4.3.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan... 130 5.4.3.3 Analisis Kebutuhan Drainase... 136 5.4.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Drainase... 137 5.4.4 Usulan Program dan Kegiatan serta Pembiayaan Proyek... 139 5.4.4.1 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Sanitasi... 139 5.4.4.2 Usulan Pembiayaan Pengembangan Sanitasi... 140 BAB VI ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL... 143 6.1 Aspek Lingkungan... 143 6.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)... 145 6.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH... 156 6.2 Aspek Sosial... 162 6.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya... 165 6.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya... 167 6.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya... 169 BAB VII ASPEK PEMBIAYAAN... 171 7.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidan Cipta Karya... 171 viii

7.2 Profil APBD Kabupaten/Kota... 175 7.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya... 177 7.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun... 177 7.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun... 178 7.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 tahun... 180 7.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta... 181 7.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya... 182 7.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan... 182 7.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah 5 tahun ke depan... 185 7.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 tahun ke depan... 185 7.5. Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya... 185 7.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah... 186 7.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya... 186 BAB VIII ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA... 187 8.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya... 187 8.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini... 193 8.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya... 193 8.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya... 194 8.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya. 195 8.3 Analisis Kelembagaan... 196 8.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya... 196 ix

8.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya... 197 8.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya... 197 8.3.4 Analisis SWOT Kelembagaan... 198 8.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan... 200 8.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian... 200 8.4.2 Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan... 200 8.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)... 201 BAB IX MATRIKS RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA... 203 9.1 Matriks Program Investasi RPIJM Kabupaten/Kota... 203 9.2 Matriks Keterpaduan Program Investasi RPIJM Kabupaten/Kota... 205 Daftar Peristilahan Dan Singkatan... 207 x

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya... 4 Gambar 1.2 Keterkaitan RTRW, SPPIP, RPIJM dan KSPD... 5 Gambar 2.1 Keterkaitan Organisasi Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota... 14 Gambar 2.2 Contoh SK Bupati/Walikota Pembentukan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota... 18 Gambar 2.3 Langkah Penyusunan Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota Bidang Cipta Karya... 20 Gambar 2.4 Skema Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota... 21 Gambar 5.1 Alur Program Pengembangan Permukiman... 49 Gambar 5.2 Lingkup Tugas PBL... 57 Gambar 5.3 Pembagian Kewenangan Pengembangan SPAM... 92 Gambar 5.4 Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat/On-Site dan Komunal... 108 Gambar 5.5 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site (skala kota)... 110 Gambar 5.6 Sistem Pengelolaan Sampah... 128 Gambar 5.7 Sistem Drainase Perkotaan... 138 Gambar 7.1 Contoh Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBD... 177 Gambar 7.2 Contoh Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD... 179 Gambar 8.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota... 188 Gambar 8.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 dan Cipta Karya... 191 xi

xii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Indikator Penilaian RPIJM... 23 Tabel 4.1 Matriks Strategi Pembangunan Kabupaten Kota... 36 Tabel 4.2 Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas... 36 Tabel 5.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota/Kabupaten... 43 Tabel 5.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman... 43 Tabel 5.3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten/Kota X Tahun Y... 44 Tabel 5.4 Data Kondisi RSH di Kabupaten/Kota X Tahun Y... 44 Tabel 5.5 Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten/Kota X... 44 Tabel 5.6 Data Program Perdesaan Di Kab./Kota X Tahun Y... 44 Tabel 5.7 Data Kondisi Infrastruktur Perdesaan Di Kab./Kota X Tahun Y... 44 Tabel 5.8 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten/Kota... 46 Tabel 5.9 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 tahun... 47 Tabel 5.10 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan yang membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun... 47 Tabel 5.11 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten/Kota... 52 Tabel 5.12 Contoh Usulan Pembiayaan Proyek... 52 Tabel 5.13 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten/Kota... 53 Tabel 5.14 Isu Strategis sektor PBL di Kab/Kota... 60 Tabel 5.15 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan... 61 Tabel 5.16 Penataan Lingkungan Permukiman... 61 Tabel 5.17 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara... 61 xiii

Tabel 5.18 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan... 62 Tabel 5.19 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan... 63 Tabel 5.20 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan... 66 Tabel 5.21 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan... 67 Tabel 5.22 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten/Kota... 72 Tabel 5.23 Contoh Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kabupaten/Kota... 78 Tabel 5.24 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Kelembagaan... 81 Tabel 5.25 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Teknis... 81 Tabel 5.26 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Pembiayaan... 81 Tabel 5.27 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Peran Serta Masyarakat... 82 Tabel 5.28 Contoh Analisa Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Kelembagaan... 82 Tabel 5.29 Contoh Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Teknis... 83 Tabel 5.30 Contoh Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Pembiayaan... 84 Tabel 5.31 Contoh Analisa Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Peran Serta Masyarakat... 84 Tabel 5.32 Contoh Analisis Kebutuhan... 86 Tabel 5.33 Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM... 88 Tabel 5.34 Lingkup Penyusunan RISPAM... 90 Tabel 5.35 Skema Kebijakan Pendananaan Pengembangan SPAM... 92 Tabel 5.36 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM... 95 Tabel 5.37 Kapasitas Pelayanan Eksisting... 100 xiv

Tabel 5.38 Cakupan Pelayanan Sistem Onsite... 100 Tabel 5.39 Cakupan Pelayanan air limbah komunitas berbasis masyarakat... 101 Tabel 5.40 Cakupan Pelayanan air limbah Sistem Off-site... 101 Tabel 5.41 Parameter Teknis Wilayah... 101 Tabel 5.42 Contoh Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi... 103 Tabel 5.43 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010... 105 Tabel 5.44 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah... 106 Tabel 5.45 Contoh Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini... 114 Tabel 5.46 Contoh Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan... 115 Tabel 5.47 Contoh Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi... 121 Tabel 5.48 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010... 122 Tabel 5.49 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah... 123 Tabel 5.50 Contoh Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase... 132 Tabel 5.51 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase Yang Dihadapi... 134 Tabel 5.52 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010... 135 Tabel 5.53 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah... 136 Tabel 5.54 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PLP Kabupaten/Kota... 141 Tabel 6.1 Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya... 146 Tabel 6.2 Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya... 147 Tabel 6.3 Contoh Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya... 148 Tabel 6.4 Contoh Tabel Identifikasi KRP... 149 Tabel 6.5 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah... 150 Tabel 6.6 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP... 151 xv

Tabel 6.7 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS... 152 Tabel 6.8 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL... 153 Tabel 6.9 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL... 156 Tabel 6.10 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL... 158 Tabel 6.11 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya... 162 Tabel 6.12 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kota/Kabupaten... 165 Tabel 6.13 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kota/Kabupaten X... 167 Tabel 6.14 Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali... 169 Tabel 6.15 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya... 170 Tabel 7.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir... 175 Tabel 7.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir... 176 Tabel 7.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir... 176 Tabel 7.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir... 178 Tabel 7.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota... dalam 5 Tahun Terakhir... 178 Tabel 7.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir... 179 Tabel 7.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir... 180 Tabel 7.8 Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir... 181 Tabel 7.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan... 183 Tabel 7.10 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan... 185 Tabel 8.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya... 194 Tabel 8.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya... 195 Tabel 8.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya... 196 xvi

Tabel 8.4 Contoh Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia... 198 Tabel 8.5 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan... 199 Tabel 8.6 Pelatihan Bidang Cipta Karya... 201 Tabel 9.1 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan... 204 Tabel 9.2 Pelatihan Bidang Cipta Karya... 205 xvii

xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mewujudkan bangsa yang mandiri, adil, dan makmur seperti yang dicita-citakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, salah satu caranya adalah dengan mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan melalui perwujudan permukiman tanpa kumuh. Untuk menunjang lingkungan permukiman di tanah air, perlu dibangun prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan efisien. Di samping itu, RPJPN juga mengamanatkan bahwa pembangunan bidang air minum dan sanitasi diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat serta untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditekankan kembali dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang menyatakan bahwa salah satu arahan kebijakan dalam bidang pengembangan perumahan permukiman adalah meningkatkan aksesibiltas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai. Arahan dalam RPJPN dan RPJMN terkait pembangunan infrastruktur permukiman merupakan amanat yang harus diemban bersama oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dijelaskan dalam PP 38 Tahun 2007 bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur fisik bidang Cipta Karya, sedangkan Pemerintah Pusat bertindak sebagai pengatur, pembina, dan pengawas pembangunan infrastruktur permukiman di Indonesia. Hal ini sesuai kebijakan desentralisasi yang dilakukan di Indonesia saat ini, dimana pemerintah daerah dituntut untuk lebih berperan aktif dalam melayani dan mensejahterakan masyarakat. Agar dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah perlu merencanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara terpadu dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal, efisien, dan efektif sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, dalam mengemban tugasnya sebagai perumus dan pelaksana kebijakan dan standar teknis bidang Cipta Karya, mengambil inisiatif untuk mendukung pemerintah kabupaten/kota dalam menyiapkan perencanaan program khusus bidang Cipta Karya yang diberi nama Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya. RPIJM ini dikembangkan sebagai upaya Ditjen Cipta Karya dalam 1

melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara merata di seluruh wilayah tanah air dengan cara yang lebih terpadu, efisien dan efektif sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat. RPIJM mulai dirintis sejak tahun 2005 berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No. Pr. 02.03-Dc/496 perihal Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya. Sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran tersebut, Ditjen Cipta Karya juga telah menyusun Buku Pedoman Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya sebagai panduan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun RPIJM. RPIJM merupakan dasar pemrograman dan penganggaran di lingkungan Ditjen Cipta Karya. Mengingat fungsinya yang cukup penting, maka RPIJM sudah sepatutnya memiliki kualitas yang baik serta disiapkan secara rasional, inklusif, dan terpadu. Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan kualitas RPIJM perlu dilakukan penyempurnaan Pedoman Penyusunan RPIJM. Dalam pedoman RPIJM yang baru, substansi dokumen akan ditajamkan sesuai dengan kebijakan baru dan perubahan pengaturan terkait bidang Cipta Karya. Selain itu, penyusunan dokumen RPIJM perlu mempertimbangkan kemampuan keuangan, kelembagaan daerah, serta dampak pembangunan infrastruktur permukiman terhadap lingkungan dan kondisi sosial setempat. Dengan adanya Pedoman RPIJM yang baru, diharapkan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menggerakkan semua sumber daya secara optimal dalam memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur permukiman, sekaligus mendukung upaya percepatan pencapai sasaran nasional pembangunan bidang Cipta Karya. 1.2 Pengertian dan Kedudukan RPIJM Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya atau disingkat sebagai RPIJM Cipta Karya adalah dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode lima tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun oleh masyarakat/swasta, yang mengacu pada rencana tata ruang, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan. Dokumen ini disusun pada tingkat Kabupaten/Kota dan bersifat multi sektoral, multi stakeholder, dan multi pendanaan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan multi sektor adalah RPIJM meliputi sektor-sektor di lingkungan Ditjen Cipta Karya yaitu Pengembangan Air Minum, Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Pengembangan Permukiman, dan Penataan Bangunan dan Lingkungan. Adapun maksud dari multi stakeholder adalah para pemangku kepentingan yang terkait turut 2

dilibatkan dalam proses penyusunan dan implementasi RPIJM sesuai kewenangan dan peranannya masing-masing. Stakeholder yang terkait dalam RPIJM meliputi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, masyarakat dan dunia usaha. Sedangkan maksud dari multi-pendanaan adalah sumber pembiayaan infrastruktur permukiman dalam RPIJM tidak hanya berasal dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta dunia usaha dan masyarakat. RPIJM disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan difasilitasi oleh Ditjen Cipta Karya dan Pemerintah Provinsi. Sebagai dokumen teknis, RPIJM sudah harus menampung aspirasi pemangku kepentingan lokal dan aspirasi masyarakat. Dalam penyusunannya, RPIJM harus ditekankan pada proses partisipasi melalui dialog dengan seluruh pemangku kepentingan sehingga dapat diterima oleh semua pihak sebagai acuan pembangunan infrastruktur bersama. Dengan demikian, maka pembangunan infrastruktur permukiman bisa ditangani atau dibiayai secara bersamasama oleh para pemangku kepentingan. RPIJM tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi RPJMD ataupun Renstra SKPD, namun RPIJM merupakan dokumen teknis operasional pembangunan bidang Cipta Karya yang berisikan rencana investasi sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah. RPIJM disusun dengan mengacu pada kebijakan spasial dan sektoral, baik di tingkat nasional maupun daerah. Kebijakan spasial meliputi RTRWN, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota. Sedangkan kebijakan sektoral terdiri dari RPJMN, RPJMD Provinsi, dan RPJMD Kabupaten/Kota. Disamping itu, RPIJM juga mengacu pada Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional serta Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah. Adapun, skema kedudukan RPIJM dalam sistem perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya dapat dilihat pada gambar 1.1. 3

Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Sesuai dengan skema di atas, integrasi dan sinkronisasi setiap strategi sektor sangat penting, termasuk antara Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dokumen sektoral ini terintegrasi dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang memberikan arahan pembangunan infrastruktur skala kota/kabupaten. Selanjutnya, SPPIP ini akan diturunkan ke dalam Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dengan skala kawasan. RPIJM perlu mempertimbangkan dokumen-dokumen teknis ini sehingga perencanaan pembangunan infrastruktur permukiman menjadi lebih terarah dan terpadu. Keterkaitan substansi antara dokumen teknis dipaparkan pada gambar 1.2. RPIJM yang telah disusun kemudian akan dituangkan ke dalam rencana program tahunan berupa Memorandum Program yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah, provinsi, dan kabupaten/kota terkait rencana kegiatan di suatu Kabupaten/Kota dalam jangka waktu 5 tahun. 4

1.3 Maksud dan Tujuan Sumber : Dit. Bina Program DJCK, 2012 Gambar 1.2 Keterkaitan RTRW, SPPIP, RPIJM dan KSPD Maksud RPIJM yaitu untuk mewujudkan kemandirian kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan, menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Sedangkan tujuan RPIJM adalah sebagai dokumen yang dijadikan acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber pendanaan, baik APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, maupun sumber pendanaan lainnya. RPIJM memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang mencakup sektor-sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya, yaitu Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum, dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (air limbah permukiman, persampahan, dan drainase). 5

1.4 Acuan Peraturan dan Perundangan Perangkat peraturan perundangan yang dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, adalah sebagai berikut: Undang Undang (UU) UU No. 02 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum; UU No. 01 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; UU No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun; UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah; UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal; UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; UU No. 07 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air; UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah; UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan; UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Peraturan Pemerintah (PP) PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah; PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; PP No. 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan; PP No. 07 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; PP No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; PP No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah; 6

PP No. 2 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri; PP No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah; PP No. 5 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan; PP No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan SPAM; PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang Bangunan Gedung); PP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; PP No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Penerapan Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan Presiden (Perpres) Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur; Perpres No. 05 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014; Perpres No. 13 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur; Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025; Perpres No. 56 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur; Perpres No. 65 Tahun 2011 Tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; Perpres No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia; Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Permen PU No. 14/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian PU yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri; Permen PU No. 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014; Permen PU No. 12/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Kerjasama Pengusahaan Pengembangan SPAM; 7

Permen PU No. 14/PRT/M/2010 Tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; Permen PU No. 15/PRT/M/2010 Tentang Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur; Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung; Permen PU No. 01/PRT/M/2009 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan; Permen PU No. 10/PRT/M/2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU yang Wajib Dilengkapi Dengan UKL dan UPL; Permen PU No. 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP); Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; Permen PU No. 18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum; Permen PU No. 20/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM); Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); Permen PU No. 494/PRT/M/2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP Kota). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) Permen LH No. 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL; Permen LH No. 09 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum KLHS; Permen LH No. 13 Tahun 2010 Tentang UKL UPL dan SPPLH; Permen LH No. 14 Tahun 2010 Tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Perkotaan; Permendagri No. 33 Tahun 2008 Tentang Pedoman Hubungan Kerja Organisasi Perangkat Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; Permendagri No. 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah; 8

Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang direvisi menjadi Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Peraturan Kementerian Lainnya Peraturan Menteri Bappenas No 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan KPS dalam Pembangunan Infrastruktur; Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum; Keputusan Menteri PAN Nomor: KEP/75/M.PAN/7/2004 Tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil. 1.5 Prinsip Penyusunan RPIJM Prinsip dasar RPIJM secara sederhana adalah: 1. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk rencana investasi yang disusun. 2. Multi Sektor, yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan kawasan permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem pelayanan air limbah, pengembangan sistem pematusan kota/drainase, peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman, penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang terbuka hijau, serta penanggulangan kebakaran dan penataan bangunan gedung. 3. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan pemerintah, sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber pendanaan pemerintah dapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, sedangkan dana swasta dapat berupa Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate Social Responsibility (CSR). Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam bentuk barang dan jasa. 4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah, dan Swasta sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan RPIJM maupun pada saat pelaksanaan program. 5. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan daerah (kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat (bottom-up). Diharapkan dengan 5 prinsip dasar tersebut, dapat diwujudkan pembangunan yang efektif dan efisien, serta mendorong kemandirian daerah yang untuk menyusun 9

program yang layak dan handal sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. RPIJM ini juga bersifat dinamis, dimana setiap tahunnya diperlukan review terhadap program-program pembangunan yang tercantum di dalam dokumen RPIJM, sehingga dihasilkan rencana pembangunan infrastruktur yang mutakhir sesuai perkembangan kebutuhan daerah. 1.6 Muatan Dokumen RPIJM Secara substansi muatan RPIJM Kabupaten/Kota terdiri 8 (delapan) bab yaitu: Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Pendahuluan Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan RPIJM, dasar hukum penyusunan RPIJM, dan mekanisme penyusunan RPIJM. Profil Kabupaten/Kota Pada bab ini berisikan penjelasan profil umum Kabupaten/Kota seperti batas administrasi wilayah, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi wilayah. Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten/Kota Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai kebijakan dan strategi dokumen rencana seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD), Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem PAM (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), serta penjelasan mengenai Keterpaduan Strategi dan Rencana Pembangunan pada skala Kabupaten/Kota maupun kawasan. Aspek Teknis Per Sektor Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti rencana pengembangan permukiman, rencana penataan bangunan dan lingkungan (PBL), rencana pengembangan sistem penyediaan air minum, dan rencana penyehatan lingkungan permukiman (PLP). Pada setiap sektor dijelaskan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan, dan tantangan daerah; analisis kebutuhan; serta usulan program dan pembiayaan masing masing sektor. 10

Bab 5 Bab 6 Bab 7 Bab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran umum dan kondisi eksisting lingkungan, analisis perlindungan lingkungan dan sosial seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL UPL, dan SPPLH, serta perlindungan sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya. Aspek Pembiayaan Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kabupaten/Kota, profil investasi dan proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang Cipta Karya. Aspek Kelembagaan Kabupaten/Kota Bab ini berisikan penjelasan mengenai aspek kelembagaan Cipta Karya di daerah yang fokus kepada aspek keorganisasian, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusia. Dari ketiga aspek tersebut dijelaskan kondisi eksisting, analisis permasalahan dan rencana pengembangannya. Matriks Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya Pada bab ini berisikan matriks program investasi RPIJM Kabupaten/Kota dan matriks keterpaduan program investasi RPIJM Kabupaten/Kota. 11

12

BAB II MEKANISME PENYUSUNAN DAN PENILAIAN RPIJM 2.1 Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM 2.1.1 Unit Pelaksana di Pusat dan Daerah Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya kabupaten/kota pada dasarnya melibatkan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya, bertindak sebagai pembina. Sedangkan, pemerintah provinsi berperan sebagai fasilitator, dan pemerintah kabupaten/kota merupakan penyusun dari dokumen RPIJM. Di dalam mekanisme penyusunanan RPIJM Cipta Karya terdapat unit pelaksanaan di Pusat dan Daerah. Pada tingkat pusat dibentuk Satgas RPIJM/Randal yang terdiri dari pejabat yang mewakili Direktorat Bina Program, Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Tata Bangunan dan Lingkungan, Direktortat Pengembangan Air Minum, Direktorat Pengembangan PLP, dan Sekretariat Ditjen Cipta Karya. Dalam Direktorat Bina Program Cipta Karya juga terdapat Koordinator Wilayah (Korwil) yang terdiri dari Kasubdit Program dan Anggaran (Korwil Sumatera), Kasubdit Evaluasi Kinerja (Korwil Jawa), Kasubdit Kerjasama Luar Negeri (Korwil Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara), Kasubdit Data dan Informasi (Korwil Sulawesi), serta Kasubdit Kebijakan dan Strategi (Korwil Maluku dan Papua), sesuai dengan SK Dirjen Cipta Karya No. 25/KPTS/DC/2012. Pada tingkat provinsi, dibentuk satgas RPIJM yang berfungsi memfasilitasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RPIJM. Satgas Provinsi dapat dibentuk melalui SK Gubernur/Sekda. Adapun anggotanya terdiri dari unsur Bappeda, Dinas PU/CK/Permukiman, BPLHD, Dispenda, SKPD terkait pembangunan Cipta Karya, dan Satker-Satker Cipta Karya Provinsi. Sementara di tingkat kabupaten/kota, dibentuk satgas RPIJM Kabupaten/Kota yang bertugas menyusun RPIJM. Satgas dibentuk dengan SK Bupati/Walikota dengan anggota terdiri dari unsur Bappeda, Dinas PU/CK/Permukiman, BPLHD, Dispenda, SKPD terkait pembangunan Cipta Karya, dan PDAM. Adapun keterkaitan organisasi dalam penyusun RPIJM tercermin pada gambar 2.1. 13

Sumber : Dit. Bina Program, DJCK 2012 Gambar 2.1 Keterkaitan Organisasi Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota 2.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab Satgas Randal Pusat, Satgas RPIJM Provinsi dan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota Setiap tingkatan Satgas RPIJM/Randal mempunyai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing yang diatur dalam SK Dirjen Cipta Karya No. 25/KPTS/DC/2012. Berdasarkan SK tersebut, Satgas Randal Pusat bersama Korwil berperan sebagai Pembina dengan melakukan fungsi pengaturan, pembinaan dan pengawasan dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota. Satgas Randal Pusat memiliki tugas dan tanggung jawabnya yaitu: 1. Tim Pengarah a. Menentukan arah kebijakan pelaksanaan pendampingan dan fasilitasi dalam perencanaan program pengendalian pelaksanaan program di Bidang Cipta Karya; dan b. Memberikan dukungan dalam perencanaan program Bidang Cipta Karya antara Kabupaten/Kota, Provinsi, serta mitra kerjasama lainnya baik di dalam dan di luar Kementerian PU. 14

2. Kepala Satuan Tugas a. Melaksanakan rencana program pendampingan perencanaan dan pengendalian program Bidang Cipta Karya; b. Melaksanakan pembinaan kepada daerah terkait perencanaan program Bidang Cipta Karya; c. Melaksanakan pembinaan kepada daerah terkait pengendalian dan pelaksanaan program Bidang Cipta Karya;dan d. Melakukan peningkatan kelembagaan dan kemampuan sumber daya manusia Randal Provinsi untuk meningkatkan dan memperkuat tugas perencanaan dan pengendalian program di Bidang Cipta Karya. 3. Koordinator Wilayah a. Melaksanakan rencana aksi fasilitasi dan pendampingan bagi Kabupaten/Kota melalui Pemerintah Provinsi untuk meningkatkan kualitas perencanaan Program Bidang Cipta Karya; b. Memantau pelaksanaan perencanaan dan pengendalian program Bidang Cipta Karya di daerah, khususnya sampai dengan tataran Provinsi, dan tidak tertutup kemungkinan bagi Kabupaten/Kota; c. Memantau kualitas/kelayakan dan sinkronisasi muatan substansi dokumen perencanaan program Bidang Cipta Karya yaitu RPIJM, Memorandum Program, SPPIP, SSK, RISPAM, dan RTBL; d. Mendampingi penyusunan pemuktahiran Pedoman Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten/Kota; e. Bersama Pemerintah Provinsi menjaring dan mensinkronisasikan usulan program Bidang Cipta Karya tahun 2013 yang terpadu dengan berbagai sumber pendanaan dan berbasiskan pada RPIJM Kabupaten/Kota; f. Penajaman dan sosialisasi kualitas muatan substansi RPIJM Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Kabupaten/Kota; g. Bersama dengan Pemerintah Provinsi mendampingi Kabupaten/Kota dalam menyiapkan program Cipta Karya yang potensial dibiayai melalui alternatif sumber pembiayaan Cipta Karya seperti CSR, PHLN, dll; h. Memonitoring dan mengevaluasi terhadap penyempurnaan/pemuktahiran dokumen dokumen perencanaan program Bidang Cipta Karya yang telah disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota; i. Membina dan mendampingi Provinsi dalam mengevaluasi tahunan dari pelaksanaan program dan anggaran pembangunan bidang Cipta Karya; dan j. Membina dan mendampingi Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman di tingkat pusat. 15

4. Sekretariat a. Melaksanakan tugas harian dan operasional dari Satuan Tugas Perencanaan dan Pengendalian; b. Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan perencanaan dan pengendalian program Bidang Cipta Karya; c. Menyusun dan mengelola sistem knowledge management yang mampu memberi wadah pembelajaran bagi seluruh stakeholder Randal; d. Memfasilitasi koordinasi antara Randal Pusat dengan Randal Provinsi serta Pemerintah Kabupaten/Kota; e. Memfasilitasi dan membina Satuan Tugas Randal Provinsi untuk penyelesaian permasalahan terkait proses pelaksanaan penyiapan perencanaan program dan pengendalian pelaksanaan program Cipta Karya; f. Memfasilitasi pelaksanaan pendampingan perencanaan dan pengendalian Bidang Cipta Karya kepada Randal Provinsi dan termasuk kepada Pemerintah Kabupaten/Kota; g. Memberi dukungan teknis, administrasi dan logistik pada Kepala Satuan Tugas dan Koordinator Wilayah; h. Menyiapkan sumber data (kearsipan) dari pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pengendalian pelaksanaan program dari tahun yang sedang berjalan atau yang sudah terlaksana; dan i. Memberi masukan dan evaluasi hasil dari pelaksanaan perencanaan dan pengendalian program bidang Cipta Karya kepada Kepala Satuan Kerja Randal Pusat dan Koordinator Wilayah. Satgas RPIJM/Randal pada tingkat Provinsi memiliki peran dalam melakukan pendampingan penyusunan RPIJM yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota di wilayahnya. Satgas ini terdiri dari 3 tim yaitu tim pengarah, tim pelaksana, dan tim sekretariat. Adapun tugas dari masing masing tim tersebut yaitu: 1. Tim Pengarah a. Memberikan arahan kebijakan untuk kegiatan Pendampingan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya Daerah Kota/Kabupaten/Propinsi; b. Memberikan dukungan dalam kaitan dengan hubungan dengan pimpinan instansi mitra kerjasama di dalam dan di Propinsi; c. Memberikan dukungan dalam kaitan hubungan pada daerah Kota/Kabupaten,dan Propinsi; dan d. Menetapkan kebijakan program dan anggaran APBN yang layak mendukung RPIJM Daerah Kota/Kabupaten dan Propinsi. 16

2. Tim Pelaksana a. Melaksanakan tugas pendampingan RPIJM Daerah Kota/Kabupaten; b. Melaksanakan tugas pembangunan kelembagaan dan sumber daya manusia di tingkat Kota dan Kabupaten, dengan pemberdayaan Satgas RPIJM di tingkat Kota dan Kabupaten; c. Melaksanakan tugas evaluasi atas usulan RPIJM Daerah Kota/Kabupaten yang akan dihasilkan dari proses pendampingan ini; d. Melaksanakan evaluasi guna perbaikan dan penyempurnaan terus menerus pendampingan RPIJM Daerah Kota/Kabupaten. 3. Tim Sekretariat a. Melaksanakan tugas untuk memberi dukungan teknis, administrasi, dan logistik pada Tim Pengarah dan Tim Pelaksana; b. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen untuk pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPIJM Kota/Kabupaten; dan c. Melaksanakan tugas lain yang diinstruksikan oleh Tim Pengarah dan Pelaksana. Peran Satgas RPIJM/Randal Kabupaten/Kota pada dasarnya adalah sebagai perumus dokumen RPIJM. Pembentukan Satgas Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota ini ditetapkan oleh Keputusan Bupati/Walikota. Sebagaimana halnya Satgas provinsi, Satgas tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari 3 tim yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, yaitu: 1. Pengarah a. Memberikan arahan kebijakan kegiatan Pendampingan Penyusunan RPIJM Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya Daerah Kabupaten/Kota; b. Memberikan dukungan dalam kaitan dengan hubungan dengan pimpinan instansi terkait mitra kerjasama; dan c. Memberikan dukungan dalam kaitan hubungan pada Daerah Kabupaten/Kota. 2. Pelaksana a. Melaksanakan tugas pendampingan RPIJM Daerah Kabupaten/Kota; b. Melaksanakan tugas pembangunan kelembagaan dan sumber daya manusia tingkat Kabupaten/Kota; c. Menyusun RPIJM Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya ; d. Melaksanakan tugas evaluasi atas usulan RPIJM Daerah Kabupaten/Kota yang akan dihasilkan dari proses pendampingan; e. Melaksanakan evaluasi guna perbaikan dan penyempurnaan secara terus menerus Pendampingan RPIJM Kabupaten/Kota. 17

3. Sekretariat a. Memberi dukungan teknis administrasi, dan logistik pada Satgas Pengarah dan Pelaksana; b. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen untuk pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPIJM Daerah Kabupaten/Kota; dan c. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan oleh pengarah dan pelaksana. Gambar 2.2 Contoh SK Bupati/Walikota Pembentukan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota 18

Dalam dokumen RPIJM yang disusun oleh pemerintah kabupaten/kota harus dilampirkan SK Bupati/Walikota yang menjadi dasar pembentukan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota. Adapun contoh dari SK tersebut adalah seperti gambar 2.2. 2.2 Langkah Penyusunan RPIJM Dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota harus mengacu pada dokumen perencanaan spasial yang dituangkan dalam RTRW serta perencanaan pembangunan yang dijabarkan dalam RPJMD. Di samping itu, RPIJM juga mengacu pada dokumen perencanaan teknis bidang Cipta Karya seperti dokumen RPKPP, RI-SPAM, SSK, RTBL, dan dokumen Strategi yang lain yang terkait dengan pengembangan wilayah. Keseluruhan rencana teknis ini, terintegrasi dan tersinkronisasi dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). SPPIP ini memberikan arahan strategi makro pembangunan infrastruktur permukiman, sedangkan RPIJM merupakan penjabaran program dari strategi tersebut. Setelah memahami arahan yang ada dalam dokumen kebijakan dan rencana, dilakukan analisis teknis untuk menghasilkan rencana program dan investasi di setiap sektor. Proses analisis teknis ini diawali identifikasi isu strategis yang dapat berpengaruh terhadap penyediaan infrastruktur permukiman, kondisi eksisting infrastruktur permukiman, permasalahan yang menghambat, serta tantangan ke depan. Setelah itu, dilakukan analisis kebutuhan infrastruktur permukiman disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Dari analisis tersebut akan muncul programprogram pembangunan sektoral yang perlu dilakukan di kabupaten/kota tersebut. Apabila readiness criteria sudah terpenuhi, maka program-program sektoral yang telah teridentifikasi tersebut dapat dikembangkan menjadi usulan program dan kegiatan dalam bentuk rencana program dan investasi sektoral. Selain melihat rencana investasi dari masing-masing sektor dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota diperlukan suatu analisis terhadap keuangan daerah, kelembagaan serta perlindungan terhadap lingkungan dan sosial. Analisis keuangan daerah dimaksudkan untuk melihat kapasitas keuangan daerah dan sumber-sumber pendanaan keuangan daerah dalam investasi pembangunan jangka menengah. Sedangkan aspek kelembagaan menganalisis keorganisasian, tata laksana, dan sumber daya manusia dalam implementasi RPIJM, dan analisis perlindungan lingkungan dan sosial dimaksudkan untuk melindungi lingkungan dan sosial seperti diperlukannya KLHS, AMDAL, atau konsultasi masyarakat. 19

No Adapun langkah-langkah penyusunan dokumen RPIJM Kabupaten/Kota terlihat pada Gambar 2.3. Aktivitas Sumber: Subdit Jakstra DJCK Koordinator Wilayah (Korwil) Satker Perencanaan dan Pengendalian 1 Review Outline Dokumen RPIJM Semua aspek sesuai dengan Buku Pedoman Penyusunan RPIJM 2 Check Terhadap Buku Pedoman RPIJM T Y 3 Review Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah 4 Review Strategi/Skenario Pengembangan Sektor/Bidang PU-CK 5 Check Terhadap Dokumen SPPIP 6 Review Rencana Program Investasi Pengembangan Permukiman 7 Check Terhadap Dokumen RPKPP 8 Review Rencana Program Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan 9 Check Terhadap Dokumen RTBL 10 Review Rencana Program Investasi Penyehatan Lingkungan Permukiman 11 Check Terhadap Dokumen SSK dan Masterplan Drainase 12 Review Rencana Program Investasi Sistem Penyediaan Air Minum 13 Check Terhadap RIS Air Minum 14 Review Aspek Sosial dan Lingkungan 16 Check Terhadap Dokumen Perencanaan yang ada Satgas RPIJM Kab/Kota Y Y Y Y Y T T T T T Satgas RPIJM Provinsi Direktorat Bina Program O U J U / O G C Satgas RPIJM Pusat Direktorat Direktorat Penataan Pengembangan Direktorat Bangunan Penyehatan Pengembangan dan Lingkungan Air Minum Lingkungan Permukiman Direktorat Pengembangan Permukiman Bagian Hukum (Setditjen CK) Persyaratan/ Kelengkapan Sesuai dengan RTRW Nasional, Provinsi dan Kab/Kota Sesuai dengan dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Sesuai dengan dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Sesuai dengan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Sesuai dengan dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan Masterplan Drainase Sesuai dengan Rencana Induk Sistem (RIS) Air Minum Sesuai dengan dokumen Amdal Daerah Gambar 2.3 Langkah Penyusunan Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota Bidang Cipta Karya Waktu Output Ket. 1 minggu 1 minggu 1 minggu 2 minggu 2 minggu 2 minggu 2 minggu 2 minggu Draft Outline Dokumen RPIJM Draft Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah dan Sektor Bidang PU- CK Draft Rencana Program Investasi berdasarkan dokumen SPPIP Draft Rencana Program Investasi berdasarkan dokumen RTBL Draft Rencana Program Investasi berdasarkan dokumen SSK dan Masterplan Drainase Draft Rencana Program Investasi berdasarkan dokumen RIS Air Minum Draft Rencana Aspek Sosial dan Lingkungan T Y 17 Review Penetapan Prioritas 3 minggu Program Investasi 18 Review Memorandum Program Draft Memorandum Program 19 Sinkronisasi, Optimasi dan Skala Prioritas T Y 20 Review Aspek Legalisasi 4 minggu Dokumen RPIJM Kab/Kota berdasarkan review tahunan 20