( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA"

Transkripsi

1 ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI

2 SURAT DUKUNGAN MENYEDIAKAN DANA PENDAMPING KATA PENGANTAR KETUA BAPPEDA KOTA SUNGAI PENUH DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dan Pentingnya RPIJM Dasar Acuan Mekanisme dan Framework Penyusunan RPIJM Ruang Lingkup Pekerjaan Keluaran Kerangka Dasar RPIJM Kota Sungai Penuh BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SUNGAI PENUH 2.1 Kondisi Umum Profil Geografis Kondisi Geografis Kondisi Topografi i

3 Iklim Geologi Perkembangan Kawasan Terbangun Rawan Bencana Profil Demografi Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamain dan struktur Umur Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan Profil Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Struktur Perekonomian Daerah Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Profil Sosial dan Budaya Sosial Seni Budaya dan Olahraga Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya Sub Bidang Air Minum Sub Bidang Persampahan Sub Bidang Air Limbah Sub Bidang Drainase Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan Sub Bidang Pengembangan Permukiman ii

4 BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KOTA SUNGAI PENUH 3.1 Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kota Sungai Penuh Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Kebijakan Penataan Ruang Strategi Penataan Ruang Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Rencana Pusat-Pusat Pelayanan Kota Sungai Penuh Rencana Sistim Jaringan Prasarana Rencana Pola Ruang Kota Sungai Penuh Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Ruang Terbuka Hijau Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Kawasan Peruntukan Pariwisata Penetapan Kawasan Strategis Kota Sungai Penuh Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Strategis Sumatra dan Kawasan Strategis Provinsi Kawasan Strategis Kota Sungai Penuh Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kota Sungai Penuh Berdasarkan RPJMD Kota Sungai Penuh Strategi Arah Kebijakan Skenario Pengembangan Sektor/ Bidang PU/ Cipta Karya BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN SISTEM PELAPORAN 4.1 Rencana Investasi Pengembangan Permukiman Petunjuk Umum Program Pengembangan Perumahan Program Pengendalian Kota-kota Besar dan Metropolitan iii

5 Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan Profil Pembangunan Permukiman Kondisi Umum Sasaran Permasalahan Pembangunan Permukiman Analisis Permasalahan dalam Permukiman dan Rekomendasi Usulan Pembangunan Permukiman Usulan Pembangunan Permukiman Sistem PSD Permukiman Yang Diusulkan Kegiatan Rehabilitasi Kawasan Kumuh Kegiatan Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan Kegiatan Penyediaan PS AM Bagi Kawasan Kumuh/Nelayan Kegiatan Pembangunan Air Limbah Percontohan Skala Komunitas ( SANIMAS) Kegiatan Penanggulan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP - PNPM) Usulan dan Prioritas Program Pembangunan PSD Permukiman Rencana Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan Petunjuk Umum Penataan Bangunan Penataan Lingkungan Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kota Sungai Penuh Profil Rinci Penataan Gedung dan Lingkungan iv

6 Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Permasalahan Yang Dihadapi Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Rumusan Masalah Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan Rekomendasi Program yang Diusulkan Usulan dan Prioritas Program Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Pembiayaan Proyek Penyedia Pengelolaan Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah Umum Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana Kota Sungai Penuh Profil Pengelolaan Air Limbah Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Air Limbah Permasalahan Yang Dihadapi Sarana Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Limbah Rumusan Masalah v

7 4.3.4 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Alternatif Pemecahan Persoalan Rekomendasi Sistem Prasarana Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Usulan dan Prioritas Program Pembiayaan Pengelolaan Rencana Investasi Sub Bidang Persampahan Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan Umum Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan dalam Rencana Kota Sungai Penuh Profil Persampahan Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada ( Aspek Teknis) Aspek Pendanaan Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan Aspek Peraturan Perundangan Aspek Peran Serta Masyarakat Permasalahan Yang Dihadapi Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah Rumusan Masalah Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan vi

8 Kebutuhan Pengembangan Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan Pembiayaan Pengelolaan Rencana Investasi Sub Bidang Drainase Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan Umum Maksud dan Tujuan Drainase Arah Kebijakan Penanganan Drainase Kebijakan, Program dan Kegiatan Drainase Dalam Rencana Kota Sungai Penuh Profil Rinci Penyediaan Drainase Gamabaran Umum Kondisi Drainase Saat Ini Aspek Kelembagaan Aspek Pendanaan Aspek Peran Serta Masyarakat Permasalahan yang dihadapi Permasalahan Sistem Drainase Yang Ada Sasaran Drainase Rumusan Masalah Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Masalah Pemecahan Masalah Sistem Drainase Yang Diusulkan Usulan dan Prioritas Program Rencana Investasi Pengembangan Air Minum Petunjuk Umum Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan vii

9 Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum Permasalahan Yang Dihadapi Sarana Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana ( PS ) Air Minum Rumusan Masalah Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Prsarana Air Minum Analisis Prasarana dan Sarana Air Minum Analisis Kebutuhan program Rekomendasi Sistem Prasarana Yang Diusulkan BAB V SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN 5.1 Petunjuk Umum Prinsip Dasar Safeguard Kerangka Safeguard Metoda Pendugaan Dampak Metode Formal Metode Non Formal Metode Prakiraan Dampak Penting Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pemilihan Alternatif Proses Pemilihan Alternatif Penyajian Pemilihan Alternatif Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan Sistem Pengelolaan Pelaksanaan Pengelolaan Pembiayaan Pengelolaan Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan Lingkungan viii

10 5.6.1 Tipe Pemantauan Prosedur Pemantauan Pelaksanaan Pemantauan Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali BAB VI KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN 6.1 Petunjuk Umum Komponen Keuangan Komponen Penerimaan Pendapatan Komponen Pengeluaran Belanja Komponen Pembiayaan Profil Keuangan Kota Sungai Penuh Keuangan Daerah Struktur Pendapatan Daerah Kota Sungai Penuh Struktur Belanja Daerah Kota Sungai Penuh Permasalahan dan Analisis Keuangan Kota Sungai Penuh Kondisi Keuangan Kota Sungai Penuh Neraca Keuangan Proyeksi Kemampuan Keuangan Kota Sungai Penuh Analisis Tingkat Ketersediaan Dana Kemampuan Keuangan Kota Sungai Penuh Rencana Pembiayaan Program BAB VII KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN 7.1 Kelayakan Kelembagaan Untuk Investasi Pembangunan Daerah Batasan Perlunya Kelayakan Kendala Pelaksanaan Otonomi Peningkatan Kapasitas ( Capacity Building ) ix

11 Pengertian dan Tujuan Prinsip Peningkatan Kapasitas Ruang Lingkup Peningkatan Kapasitas Tahapan Koordinasi Pelaksanaan Kondisi Kelembagaan Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah Masalah, Analisis, dan Usulan Program Masalah Yang Dihadapi Analisis Masalah Usulan Program Usulan Sistim Prosedur Antar Instansi Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Pelaksanaan RPIJM Hubungan Antar Instansi Format Umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan BAB VIII RENCANA KESEPAKATAN (MEMORANDUM) RPIJM BIDANG PU-CIPTA KARYA KOTA SUNGAI PENUH 8.1 Matrik Rencana Pembiayaan RPIJM Kota Sungai Penuh x

12 Tabel. II.1.1 Luas Wilayah Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.3 Ketinggian Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.4 Klasifikasi Lereng di Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.5 Penggunaan Lahan Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. II.1.6 Jumlah Penduduk dan Rasio Ketergantungan di Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.7 Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kota Sungai Penuh, Tabel. II.1.8 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. II.1.9 Persentase Angka Melek Huruf Kota Sungai Penuh dan Provinsi Jambi menurut Jenis Kelamin, Tabel. II.1.10 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di Kota Sungai Penuh, Tabel. II.1.11 Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Umur 7-24 tahun di Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. II.1.12 Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.13 Komposisi Penduduk yang bekerja menurut Sektor Perekonomian di Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. II.1.14 Komposisi Penduduk menurut Status Pekerjaan di Kota Penuh, xi

13 Tabel. II.1.15 Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir (Rp) Tabel. II.1.16 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sungai Penuh dan Perkembangannya Tabel. II.1.17 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan masing-masing Sektor Ekonomi Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. II.1.18 Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Kota Sungai Penuh Keadaan Akhir Tahun Tabel. II.1.19 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus di Kota Sungai Penuh Desember Tabel. II.1.20 Jumlah penduduk miskin per kecamatan di Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.21 Jumlah rumah per kecamatan di Kota Sungai Penuh Tabel. III.1.1 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Sungai Penuh Tabel. III.1.2 Rencana Sistem Jaringan Jalan Kota Sungai Penuh Tabel. III.1.3 Rencana Ruang Terbuka Hijau Kota Sungai Penuh Tabel. III.1.4 Rencana Sebaran Perumahan Kepadatan Tinggi Kota Sungai Penuh Tabel. III.1.5 Rencana Sebaran Perumahan Kepadatan Sedang Kota Sungai Penuh Tabel. III.1.6 Rencana Sebaran Perumahan Kepadatan Rendah Kota SungaiPenuh Tabel. III.1.7 Rencana Pola Ruang Kota Sungai penuh Tabel. III.1.8 Kawasan Strategis Kota Sungai Penuh Tabel. III.2.1 Matrik Sasaran, Strategi dan Arahan Kebijakan Pembangunan Kota Sungai Penuh Tabel. IV.1.1 Luas Area Budidaya di Kota Sungai Penuh Tabel. IV.1.2 Rata Rata Luas Rumah dan Pekarangan Untuk Setiap Kepala Keluarga di Kota Sungai Penuh Tabel. IV.1.3 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Rendah Tahun xii

14 Tabel. IV.1.4 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Rendah Tahun Tabel. IV.1.5 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Sedang Tahun Tabel. IV.1.6 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Sedang Tahun Tabel. IV.1.7 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Tinggi Tahun Tabel. IV.1.8 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Tinggi Tahun Tabel. IV.1.9 Daftar Desa Tertinggal Kota Sungai Penuh Tabel. IV.3.1 Angka Harapan Hidup di Kota Sungai Penuh, Tabel. IV.3.2 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik Tabel. IV.3.3 Sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kota Sungai Penuh Tabel. IV.3.4 Prediksi Produksi Air Limbah Kota Sungai Tahun Tabel. IV.3.5 Rekomendasi Pemecahan Masalah Tabel. IV.4.1 Pelayanan Pengangkutan Sampah Kota Sungai Penuh Tabel. IV.4.2 Jumlah Sarana dan Prasarana Yang Dimiliki Tabel. IV.4.3 Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari subsektor Pengelolaan Persampahan Tabel. IV.4.4 Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan Tabel. IV.4.5 Peta Peraturan Persampahan di Kota Sungai Penuh Tabel. IV.4.6 Rumusan Masalah Pengelolaan Persampahan di Kota Sungai Penuh Tabel. IV.4.7 Proyeksi Penduduk dan Timbulan Sampah Selama 5 Tahun Tabel. IV.4.8 Perkiraan Kebutuhan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan Selama 5 ( Lima ) Tahun Tabel. IV.4.9 Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Persampahan Kota Sungai Penuh xiii

15 Tabel. IV.5.1 Pembagian Saluran Drainase Tabel. IV.5.2 Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan Tabel. IV.5.3 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kota Sungai Penuh Tabel. IV.6.1 Kondisi Umum Pelayanan Air Minum di Kota Sungai Penuh Tabel. V.3.1 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Bidang Permukiman Tabel. V.3.2 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Jalan Lingkungan Tabel. V.3.3 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Drainase Tabel. V.3.4 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Minum Tabel. V.3.5 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Limbah Tabel. V.3.6 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Persampahan Tabel. V.3.7 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Sosial/Pemberdayaan Masyarakat Tabel. V.6.1 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan ( RKL ) Tabel. VI.2.1 Pendapatan Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. VI.2.2 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. VI.2.3 Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. VI.2.4 Jumlah Dana Perimbangan dan Proporsinya Terhadap Realisasi Penerimaan APBD Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. VI.2.5 Struktur Pendapatan Pemerintah Kota Sungai Penuh Tahun Anggaran xiv

16 Tabel. VI.2.6 Struktur Belanja Pemerintah Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. VI.3.1 Neraca Aset Lancar, Aset Tetap dan Aset Daerah Pemerintah Kota Sungai Penuh Per 1 Januari Desember Tabel. VI.3.2 Neraca Keuangan Kewajiban Pemerintah Kota Sungai Penuh Per 1 Januari Desember Tabel. VI.3.3 Neraca Keuangan Ekuitas Dana Daerah Kota Sungai Penuh Per 1 Januari Desember Tabel. VI.3.4 Rasio Likuiditas Neraca Keuangan Pemerintah Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. VI.3.5 Rasio Solvablitas Neraca Keuangan Pemerintah Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. VI.3.6 Neraca Keuangan Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. VI.3.7 Pendapatan Daerah Kota Sungai Penuh Tabel. VI.4.1 Belanja Pegawai Kota Sungai Penuh Tabel. VI.4.2 Perkiraan Kapasitas Riil Kota Sungai Penuh Tabel. VI.4.3 Pendanaan Prioritas Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. VI.5.1 Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Terkait Bidang Cipta Karya Kota Sungai Penuh Tahun Tabel. VII.2.1 Jumlah Dinas, Badan, Kantor, Bagian dan UPTD di Lingkungan Organisasi di Kota Sungai Penuh Tabel. VII.2.2 Jumlah PNS Otonom Pemda Kota Sungai Penuh Menurut Dinas/Instansi Tahun Tabel. VII.2.3 Fokus Perhatian LSM di Kota Sungai Penuh xv

17 Gambar Peta Orientasi Kota Sungai Penuh Gambar Peta Wilayah Administrasi Kota Sungai Penuh Gambar Peta Topografi Kota Sungai Penuh Gambar Peta Kelerengan Kota Sungai Penuh Gambar Peta Geologi Kota Sungai Penuh Gambar Peta Bahaya Bencana Kota Sungai Penuh Gambar Peta Rawan Gempa Bumi Kota Sungai Penuh Gambar Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Sungai Penuh Gambar Peta Rencana Struktur Ruang Kota Sungai Penuh Gambar Peta Rencana Jaringan Jalan Kota Sungai Penuh Gambar Peta Rencana Jalur dan Daerah Evakuasi Bencana Kota Sungai Penuh Gambar Peta Rencana Pola Ruang Kota Sungai Penuh Gambar Peta Rencana Kawasan Strategis Kota Sungai Penuh Gambar Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Gambar Peta Lokasi Infrastruktur Utama Air Limbah Domestik Gambar Peta Rencana Pengelolaan Air Limbah Kota Sungai Penuh Gambar Peta Rencana Sistem Pembuangan Sampah Kota Sungai Penuh xvi

18 Gambar Peta yang memperlihatkan jaringan jalan kota, dimana sistem drainase dipersiapkan mengikuti pola ini Gambar Peta Rencana Sistem Jaringan Air Bersih Kota Sungai Penuh Gambar Bagan Alir Proses Penyajian Dampak Kegiatan Gambar Struktur Organisasi Pemerintah Kota Sungai Penuh xvii

19 WALIKOTA SUNGAI PENUH SURAT DUKUNGAN MENYEDIAKAN DANA PENDAMPING Nomor:. Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah ditetapkan pembagian kewenangan antara Pemerintah pusat/propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Penyedian infrastruktur permukiman menjadi kewenangan wajib bagi pemerintah kabupate/kota, sehingga lebih mendekatkan antara pengambil kebijakan dangan masyarakat pengguna infrastruktur permukiman. Berkenaan hal tersebut diatas, kami sepakat untuk saling mendukung dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada tahun , yang tertuang secara rinci dalam lampiran memorandum ini yang akan dilaksanakan dengan rincian pendanaan untuk Instansi Dinas Pekerjaan Umum Bidang Ciptakarya Kota Sungai Penuh, dimana sumber dana berasal dari Provinsi Jambi, maupun Pusat (APBN/ LOAN) dan Pemerintah Kota siap menyediakan dana pendamping melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Sungai Penuh. Demikian Program kerja ini dibuat berdasarkan kepedulian kami dalam upaya-upaya percepatan pelaksanaan pembangunan bidang Kecipta-karyaan yang berkelanjutan. Sungai Penuh, Januari 2013.

20 KATA PENGANTAR KETUA BAPPEDA KOTA SUNGAI PENUH Pembangunan Nasional harus dilaksanakan secara merata dan berkesinambungan di seluruh wilayah Indonesia dan umumnya ditujukan untuk mensejahterakan rakyat. Pembangunan daerah di Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi merupakan upaya untuk mengimplementasikan program pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendayagunaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat perlu dilakukan secara terencana, terpadu dan optimal sesuai dengan pengelolaan lingkungan bagi pembangunan yang berkelanjutan. Seiring dengan kebutuhan pembangunan perkotaan yang dikeluarkan daerah Kota Sungai Penuh, maka salah satu upaya penting yang dilakukan adalah dengan pemahaman persepsi dan peningkatan kemampuan operasionalisasi, oleh karena itu pada setiap bidang Cipta Karya di Kota Sungai Penuh memerlukan suatu rincian program dan kegiatan yang telah dilaksanakan ataupun yang akan dilaksanakan sehingga rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah pun dapat sejalan dan mempunyai sinkronisasi yang jelas. Laporan ini diharapkan memenuhi kebutuhan informasi program dan kegiatan yang dimaksud dengan menyajikan gambaran umum kondisi daerah Kota Sungai Penuh dan juga ditampilkan hasil tinjauan perencanaan yang ada di Kota Sungai Penuh. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat merinci rencana program kegiatan yang akan datang secara matang, jelas, dan terarah sesuai tujuan pembangunan yang ingin dicapai. Sungai Penuh, Januari 2013 KETUA BAPPEDA KOTA SUNGAI PENUH

21 Bab 1 : Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman perkotaan dan perdesaan merupakan suatu kawasan hunian. Permasalahan yang banyak muncul selama ini berkisar pada permukiman yang tidak sehat, dimana ditentukan berbagai indikasi yang mengisyaratkan ketidakmampuan daya dukung kawasan dan perlu segera ada upaya-upaya baik represif maupun preventif. Penanganan yang tidak tepat terhadap masalah infrastruktur sehingga akan membawa dampak negatif pada perkembangan kawasan di perdesaan secara keseluruhan. Permasalahan permukiman harus dilakukan secara menyeluruh, oleh sebab itu diperlukan perencanaan yang matang dan komprehensif sehingga program-program pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan dapat berjalan dengan optimal dan tepat sasaran sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Menanggapi hal tersebut maka pemerintah dalam mengantisipasi permasalahan tersebut mengimplementasikan melalui program diantaranya yang mengarah pada upaya pengembangan kawasan yang merupakan wujud keberpihakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah terutama pada kawasan yang lingkungannya tertinggal dalam bidang pembangunan infrastruktur pada daerah perkotaan ataupun perdesaan. Maka perencanaan matang harus diambil untuk menyiapkan kawasan-kawasan permukiman yang layak huni di pedesaan, pengembangan yang sudah disiapkan segala infrastruktur untuk memudahkan dan memurahkan akses masyarakat penghuni tersebut ke lokasi tempat berinteraksi sosial yang merupakan kawasan hunian di perkotaan dan di perdesaan. Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien, efektif, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebagai upaya untuk mengurangi 1-1

22 Bab 1 : Pendahuluan kesenjangan. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman yang disiapkan secara lebih terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan sumber daya yang sinergis diharapkan mampu mengoptimalkan pelaksanaan dan hasil pembangunan untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan serta pengernbangan wilayah baik di perkotaan maupun di perdesaan. Untuk mewujudkan ha! tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung Provinsi, serta Kabupaten/Kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program yang dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya melalui penyiapan Rencana Program Investasi (RPIJM) sebagai embrio terwujudnya perencanaan program infrastruktur yang lebih luas. Dengan adanya RPIJM tersebut, Kabupaten/Kota dapat menggerakan semua sumberdaya yang ada untuk memenuhi kebutuhan daerah, mendorong dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (livable). RPIJM yang disusun perlu memperhatikan aspek kelayakan program dari masingmasing kegiatan dan kelayakan spasialnya sesuai skenario pembangunan daerah yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Disamping itu RPIJM yang akan disusun daerah harus mempertimbangkan kemampuan pendanaan dan kapasitas kelembagaan dalam mendukung pelaksanaan program investasi yang telah disusun. Dengan Demikian Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Sungai Penuh diharapkan dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kabupaten/kota, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi masing-masing agar dapat mendorong pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dapat dicapai. Dokumen Daerah Bidang PU/ Cipta Karya diperlukan sebagai satu acuan dalam penyusunan perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur bidang PU/ Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber baik APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/ Kota. Dalam hal ini dana APBN lebih bersifat stimulan dan Pemerintah Daerah diharapkan dapat berkontribusi dalam bentuk cost sharing/ joint program terhadap program program kegiatan yang diusulkan untuk mendapatkan dana dari APBN. Disamping itu RPIJM disusun melalui proses partisipatif yang mengakomodasi kebutuhan nyata masyarakat dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan/ 1-2

23 Bab 1 : Pendahuluan pendanaan dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan, mempertimbangkan aspek kelayakan program masing masing sektor dan kelayakan spasialnya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta kelayakan sosial dan lingkungan. Secara ringkas, latar belakang perlunya penyusunan dokumen ini adalah : 1) Perlunya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembangunan di Daerah; 2) Perlunya pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana, dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. 3) Sebagai dokumen kelayakan dan kerjasama program dan anggaran pembangunan Bidang Cipta Karya di daerah antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kota Sungai Penuh 4) Mendorong pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di daerah dalam rangka memacu pertumbuhan Kota Sungai Penuh dan pemerataan pembangunan 5) Mendukung pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan seterusnya maupun Millennium Development Goals (MDG s) tahun 2015 yang akan datang TUJUAN DAN PENTINGNYA RPIJM Pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk mencapai target pemerintah dalam memberikan dukungan bagi pengembangan prasarana kawasan perkotaan dan di perdesaan yang bertujuan untuk menciptakan kemudahan dalam pemrograman dan tersedianya input yang komprehensif untuk mendukung pengembangan sarana dan prasarana kawasan permukiman di perdesaan sehingga akan mendukung peningkatan perekonomian masyarakat. Penyusunan RIPJM bertujuan antara lain untuk : mendukung koordinasi pelaku pembangunan. mendukung integrasi, sinkronisasi, sinergi antara daerah, antar ruang, dan antar waktu, serta antar fungsi pemerintah. bisa menjamin keterkaitan dan konsistensi, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. mengoptimalkan partisipasi masyarakat. menjamin tercapainya Sumber Daya Manusia yang efisien, efektif dan berkelanjutan. 1-3

24 Bab 1 : Pendahuluan Sasaran pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk : 1) Tersusunnya RPIJM Kota Sungai Penuh yang sesuai dengan kebutuhan prioritas daerah dan rencana, pengembangan wilayah yang mengacu pada RTRW Kota Sungai Penuh. 2) Tersusunnya RPIJM Kota Sungai Penuh yang memenuhi kelayakan teknik, ekonomi, keuangan, social dan lingkungan yang didukung dengan kelembagaan daerah yang memadai. 3) Tersusunnya rencana investasi daerah yang dapat didanai dengan berbagai skema pendanaan baik melalui dana sendiri (APBD Kota), dana-dana hibah (APBN, APBD Provinsi) dan dana hibah/pinjaman luar negeri maupun dana swasta. Urgensi Keberadaan RPIJM a) RPIJM diperlukan oleh masing-masing daerah untuk menjaga keberlanjutan dan keberlangsungan pembangunan prasarana dan sarana bidang pekerjaan umum/cipta karya, dengan mobilisasi dari segala kemungkinan sumber pendanaan sebagai bentuk kerjasama program dan anggaran pembangunan Bid PU/CK di Daerah antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kab/kota b) Alokasi anggaran APBN sektor pekerjaan umum/cipta karya hanya akan diberikan kepada daerah yang usulan kegiatannya sudah tercantum dalam RPIJM dan Memorandum Program, sesuai dengan ketentuan yang sudah diberikan c) Penyiapan RPIJM Kota/Kabupaten tidak mulai dari nol, tetapi dapat dimulai dengan menghimpun semua data dan informasi tentang rencana induk, studi kelayakan, usulan program yang ada dari kegiatan rutin pemrograman dan penganggaran di tiap sektor, RPJMD, atau dari penyiapan proyek UDP (Urban Development Projects) di masa lalu d) RPIJM Kota/Kabupaten harus mendapatkan persetujuan & tanda tangan Walikota/Bupati dan Ketua DPRD masing-masing. e) RPIJM tidak perlu lengkap semua sektor, tetapi diprioritaskan pada sektor yang strategis dan sudah dikaji kelayakannya dan siap untuk dilaksanakan (pendekatan kawasan prioritas) f) RPIJM dapat digunakan sebagai alat untuk peningkatan Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembangunan di Daerah g) RPIJM dapat digunakan sebagai pedoman perencanaan pembangunan infrastruktur yang lebih terpadu h) RPIJM dapat digunakan sebagai pedoman Pembangunan INFRASTRUKTUR BID PU/CK di daerah dalam rangka memacu pertumbuhan kota/kab dan pemerataan pembangunan i) Merupakan Pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang PU/Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam Renstra Cipta Karya tahun dan MDG

25 Bab 1 : Pendahuluan 1.3. DASAR ACUAN Penyusunan RPIJM pada dasarnya harus bertitik tolak (mengacu) kepada peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat RPIJM disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu tersebut diantaranya adalah sebagaimana berikut: 1. Acuan Kepada Peraturan Perundangan 1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470); 5) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara tahun 1992 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3406); 6) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4310); 7) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara No. 134 Tahun 2002, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247) ; 8) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3477) 9) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 10) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 11) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir 1-5

26 Bab 1 : Pendahuluan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 12) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara No. 132 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 444.) 13) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); 14) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 15) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 16) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 9898, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4871); 17) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 18) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 19) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 20) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059; 21) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 22) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 23) Undang-Undang No 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun 24) Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran negara Nomor 3658); 1-6

27 Bab 1 : Pendahuluan 25) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran negara Nomor 3660); 26) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Tata Guna Tanah (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 45 Tambahan lembaran Negara Nomor 4385); 27) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86); 28) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 29) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 30) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 31) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779); 32) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833); 33) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 34) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82); 35) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859); 1-7

28 Bab 1 : Pendahuluan 36) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 37) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004); 38) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 39) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan; 40) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 41) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan; 42) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 43) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan; 44) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 45) Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 21 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kota Sungai Penuh Tahun 2010 Nomor 21); 46) Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 22 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Kota Sungai Penuh Tahun 2010 Nomor 22); 47) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Sungai Penuh Tahun Anggaran 2012 (Lembaran Daerah Kota Sungai Penuh Tahun 2012 Nomor 4); 48) Peraturan Walikota Sungai Penuh Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Sungai Penuh Tahun 2012 (Berita Daerah Kota Sungai Penuh Tahun 2012 Nomor 4); 49) Keputusan Walikota Sungai Penuh Nomor 051/Kep.418/2011 tentang Pembentukan Tim Satuan Tugas Pendampingan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Sungai Penuh; 50) Peraturan dan Perundangan lainnya yang terkait. 1-8

29 Bab 1 : Pendahuluan 2. Acuan Kepada Kebijakan dan Strategi a) Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu; b) Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum; c) Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan; d) Keputusan Presiden No. 7/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Disamping itu, yang perlu juga dijadikan sebagai acuan atas dasar pendekatan dalam penyusunan RPIJM adalah kebijakan ataupun arahan dari pimpinan Departemen PU/Cipta Karya, kebijakan pimpinan instansi terkait serta peraturan perundangan dan kebijakan pembangunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh lainnya. 3. Acuan Kepada Tujuan Pembangunan Kabupaten/Kota Mengacu kepada RPJMD pembangunan daerah, pada hakekatnya pembangunan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap tempat berusaha dan tempat tinggal baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dalam lingkungan yang sehat dengan menciptakan lingkungan perkotaan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi perkotaan yang mendukung perkembangan wilayah secara efektif dan efisien serta memperhatikan keseimbangan-keterpaduan hubungan antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala usaha pembangunan tersebut haruslah dapat menjamin terciptanya: Peningkatan produktifitas Kabupaten/Kota (productivity); Peningkatan efisiensi pelayanan dan kegiatan kota (efficiency), Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui pendekatan yang berwawasan lingkungan (sustainable environment); Pembangunan perkotaan yang berkeadilan sosial (socially just); Pembangunan perkotaan yang mendukung kelestarian budaya kota (culturally vibrant); Pembangunan perkotaan yang mendukung terciptanya jati diri kota (city sense or image); Pembangunan perkotaan yang didukung oleh partisipasi politik masyarakat kota (politically participatory). 1-9

30 Bab 1 : Pendahuluan 4. Acuan Kepada Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota Adapun sasaran pembangunan daerah (perkotaan dan perdesaan) adalah sebagai berikut: Terselenggaranya pengelolaan pembangunan perkotaan yang lebih efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya alamnya yang mengacu kepada rencana tata ruang kota yang berkualitas termasuk pengelolaan administrasi pertanahan yang lebih tertib dan adil serta ditunjang oleh kelembagaan pemerintah yang makin siap melaksanakan otonomi daerah; Makin mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan perkotaan, baik melalui organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya maupun pengusaha perorangan; Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditujukan oleh meningkatnya pendapatan per kapita dan kualitas hidup penduduk yang semakin merata; Berkurangnya jumlah penduduk miskin; Meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu lingkungan MEKANISME DAN FRAMEWORK PENYUSUNAN RPIJM Ruang Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup penyusunan RPIJM Kota Sungai Penuh, pada hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan, analisis kelayakan program serta sintesis program dan anggaran dalam rangka mewujudkan perencanaan program infrastruktur yang berkualitas (RPIJM yang berkualitas), sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan daerah dalam Bidang PU/Cipta Karya. Secara khusus, lingkup kegiatan penyusunan RPIJM Kota Sungai Penuh adalah sebagai berikut. Lingkup Wilayah Lingkup wilayah yang menjadi dasar penyusunan RPIJM Kota Sungai Penuh adalah mencakup seluruh wilayah administrasi Kota Sungai Penuh Lingkup Penugasan Dalam pelaksanaan kegiatan ini, konsultan menyusun RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Bungo. Lingkup penugasan konsultan terutama difokuskan pada pendampingan penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya daerah yang disesuaikan dengan arahan dan petunjuk yang telah disampaikan, termasuk yang tercantum dalam buku pedoman penyusunan RPIJM. 1-10

31 Bab 1 : Pendahuluan Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan Fasilitasi Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya Kota Sungai Penuh adalah: 1) Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya terutama yang dibiayai dari APBN maupun APBD (Cost Sharing maupun Joint Program) Provinsi maupun Kota Sungai Penuh dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang PU/Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam RPJMN dan seterusnya maupun pencapaian target MDG s 2015 yang akan datang. 2) Pembangunan daerah Bidang PU/Cipta Karya terutama di Kawasan Permukiman yang menjadi prioritas dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan pertumbuhan daerah. 3) Sistematika RPIJM mencakup: a) Isu dan kecenderungan situasi dan kondisi yang perlu diperhatikan; b) Kerangka Logis (Logical Framework) penyusunan RPIJM bidang PU/Cipta Karya dan sasaran/keluaran yang perlu dicapai; c) Rencana pembangunan perkotaan; d) Sinkronisasi dan prioritas program (kesepakatan program/ anggaran sebagai ringkasan memorandum program); e) Program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya dalam penyediaan perumahan dan permukiman; perbaikan perumahan dan permukiman; penyehatan lingkungan permukiman (pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, penanganan drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum; penataan bangunan; dan pembangunan jalan dan jembatan serta pengendalian banjir; f) Social Safeguard (Land Acquisition and Resettlement Plan); g) Analisis Keuangan Daerah dan Pembiayaan Program Pembangunan; 4) Kegiatan Bidang PU/Cipta Karya yang dapat dimasukkan dalam RPIJM tersebut meliputi, antara lain: a) Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan untuk mendukung: i) pengembangan kawasan agropolitan, ii) pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2DJ dan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), dan iii) penyediaan infrastruktur bagi desa tertinggal (PPIP) b) Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh dan Nelayan, melalui: i) penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), ii) penataan dan perbaikan lingkungan permukiman (NUSSP), dan iii) peremajaan kawasan kumuh/nelayan; c) Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, melalui: i) penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan jalan lingkungan) untuk pengembangan kawasan 1-11

32 Bab 1 : Pendahuluan perumahan RSH bagi PNS/TNI-POLRI/Pekerja, ii) pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), dan iii) penyediaan infrastruktur di daerah terpencil/pulau kecil/kawasan perbatasan; d) Pengembangan Infrastruktur Permukiman Perkotaan, meliputi: i) Sistem Penyediaan (prasarana dan sarana) air minum, ii) Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat, iii) Pengelolaan Persampahan iv) Drainase Penataan Revitalisasi kawasan/lingkungan/bersejarah; e) Pengembangan Kawasan Permukiman, meliputi penyediaan infrastruktur untuk pengembangan/perluasan permukiman kota dan pengembangan kawasan ekonomi terpadu; f) Pembinaan teknis penataan bangunan dan lingkungan untuk memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan gedung serta lingkungan yang layak huni. Kegiatan penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Sungai Penuh perlu disusun oleh Satgas RPIJM Kota Sungai Penuh dengan mendasarkan pada manajemen strategis pembangunan daerah yang mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar dan demand of development serta melalui pendekatan partisipatif, yang sedapat mungkin melibatkan berbagai stakeholder pembangunan KELUARAN Keluaran dari kegiatan ini antara lain adalah sebagai berikut a. Dokumen RPIJM Kota Sungai Penuh yang disusun sesuai dengan ruang lingkup tersebut diatas yang didukung oleh hasil kajian kelayakan program/proyek serta memorandum program bidang PU/Cipta Karya; b. Kesepakatan rencana dan program antara pemerintah pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, serta stakeholder lainnya (investor/masyarakat); c. Konsolidasi data dan informasi mengenai pembangunan bidang cipta karya dan rencana pembangunan bidang cipta karya di daerah; d. Konsolidasi peta pengembangan dan prasarana bidang cipta karya; e. Data dan informasi yang terstruktur, relevan, mutakhir (up-to-date) dan lengkap terkait dengan penyelenggaraan RPIJM bidang Cipta Karya; f. Hasil Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Bidang PU/Cipta Karya Kerangka Dasar (Framework) RPIJM Kota Sungai Penuh Mengacu pada buku Panduan Penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2007, maka kerangka dasar (framework) Dokumen RPIJM Kota Sungai Penuh akan terdiri dari : 1-12

33 Bab 1 : Pendahuluan A. BAB 1: PENDAHULUAN 1) Latar Belakang 2) Landasan Hukum 3) Tujuan dan Pentingnya RPIJM 4) Mekanisme dan Framework Penyusunan RPIJM B. BAB 2 : GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KOTA SUNGAI PENUH 1) Kondisi Umum Profil geografi Profil demografi Profil Ekonomi Profil Sosial dan Budaya 2) Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya Sub Bidang Air Minum Sub Bidang Sampah Sub Bidang Air Limbah Sub Bidang Drainase Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan Sub Pengembangan Permukiman C. BAB 3 : RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KOTA SUNGAI PENUH 1) Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kota Sungai Penuh Berdasarkan RPJMD dan Rencana Penataan Tata Ruang (RTRW) 2) Skenario Pengembangan Sektor/Bidang PU/Cipta Karya D. BAB 4 : RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR 1) Rencana Pengembangan Permukiman Petunjuk Umum o Profil Pembangunan Permukiman o Permasalahan Pembangunan Permukiman o Usulan Pembangunan Permukiman 2) Rencana Investasi Penataan Bangunan Lingkungan Petunjuk Umum Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Permasalahan yang Dihadapi Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Program yang Diusulkan 1-13

34 Bab 1 : Pendahuluan 3) Rencana Investasi Sub-Bidang Air Limbah Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah Profil Pengelolaan Air Limbah Permasalahan Yang Dihadapi Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Sistem Prasarana Yang Diusulkan 4) Rencana Investasi Sub-Bidang Persampahan Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan Profil Persampahan Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan 5) Rencana Investasi Sub-Bidang Drainase Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan Profil Drainase Permasalahan Yang Dihadapi Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Sistem Drainase Yang Diusulkan 6) Rencana Investasi Pengembangan Air Minum Petunjuk Umum Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum Permasalahan yang Dihadapi Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Sistem Prasarana yang Diusulkan E. BAB 5 : SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN 1) Petunjuk Umum 2) Komponen Safeguard Komponen Sosial Ekonomi Komponen Sosial Budaya Komponen Lingkungan 3) Metoda Pendugaan Dampak 4) Pemilihan Alternatif Proses Pemilihan Alternatif Penyajian Pemilihan Alternatif 5) Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan Sistem Pengelolaan Pelaksanaan Pengelolaan Pembiayaan Pengelolaan 1-14

35 Bab 1 : Pendahuluan 6) Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan Lingkungan Tipe Pemantauan Prosedur Pemantauan Pelaksanaan Pemantauan F. BAB 6 : KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN 1) Petunjuk Umum Komponen Keuangan Komponen Pengeluaran Belanja Komponen Pembiayaan 2) Profil Keuangan Kabupaten/Kota Keuangan Daerah Keuangan Perusahaan Daerah 3) Permasalahan dan Analisa Keuangan Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten/Kota Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten/Kota 4) Analisa Tingkat Ketersediaan Dana Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Aspek Keuangan Perusahaan 5) Rencana Pembiayaan Program Rencana Pembiayaan Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM 6) Petunjuk Umum Rencana Peningkatan Pendapatan 7) Peningkatan Kemampuan Pendanaan 8) Peningkatan Kapasitas Pembiayaan G. BAB 7 : KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN 1) Petunjuk Umum 2) Kondisi Kelembagaan Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten/Kota Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah 3) Masalah, Analisis dan Usulan Program Masalah yang Dihadapi Analisis Permasalahan Usulan Program 4) Usulan Sistem Prosedur Antar Instansi Kedudukan, Fungsi, Tugas dalam Pelaksanaan RPIJM 1-15

36 Bab 1 : Pendahuluan Diagram Hubungan Antar Instansi Format Umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan H. BAB 8 : RENCANA KESEPAKATAN RENCANA INVESTASI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 1) Ringkasan Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota 2) Ringkasan Program Prioritas Infrastruktur 3) Pengaturan dan Mekanisme Pelaksanaan 1-16

37 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh 2.1. Kondisi Umum Profil Geografi Kondisi Geografis Secara astronomis, Kota Sungai Penuh terletak antara ' 32'' BT sampai dengan ' 31'' BT dan ' 40'' LS sampai dengan ' 54'' LS. Sedangkan secara geografis Kota Sungai Penuh berada dalam lingkup Kabupaten Kerinci di bagian Barat Provinsi Jambi yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu. Kota Sungai Penuh merupakan wilayah hasil pemekaran Kabupaten Kerinci yang merupakan kabupaten pemekaran berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun Secara administratif, batas wilayah kabupaten ditetapkan sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan : Kec. Siulak, Kec. Depati Tujuh dan Kec. Air Hangat Timur Kab. Kerinci Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kec. Keliling Danau Kab. Kerinci Sebelah Barat berbatasan dengan : Kab. Pesisir Selatan Prov. Sumbar Sebelah Timur berbatasan dengan : Kec. Air Hangat Timur dan Kota Sungai Penuh, sebagai Ibukota Kota Sungai Penuh, merupakan pusat pengumpul distribusi hasil-hasil pertanian sekaligus sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, sosial ekonomi masyarakat. Kota Sungai Penuh dengan luas wilayah Ha atau 391,50 Km2, secara administrasi terdiri 5 Kecamatan, jumlah penduduk Jiwa, kepadatan penduduk 204 jiwa/ Km2. 2-1

38 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.1 Luas Wilayah Kota Sungai Penuh No. Kecamatan Luas (Ha) % 1. Tanah Kampung ,81 2. Sungai Penuh ,43 3. Hamparan Rawang ,10 4. Pesisir Bukit ,39 5. Kumun Debai ,27 Jumlah ,00 Sumber: Sungai Penuh Dalam Angka (BAPPEDA), 2011 Kota Sungai Penuh terdiri dari 5 Kecamatan dengan 4 kelurahan dan 65 desa. Kecamatan yang wilayahnya paling besar adalah Kecamatan Sungai penuh dengan luas ha atau 52,43% dari total luas Kota Sungai Penuh. Sementara kecamatan yang mempunyai wilayah paling kecil adalah Kecamatan Tanah Kampung dengan luas ha atau mencapai 2,81% dari luas wilyah keseluruhan. Tabel. II.1.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Sungai Penuh No. KECAMATAN Jumlah Penggunaan Lahan (Ha) Sungai Penuh HamparanRawang Pesisir Bukit Kumun Debai Tanah Kampung Sumber: Sungai Penuh Dalam Angka (BAPPEDA), 2011 Desa Kel. Wilayah TNKS Hunian/ Budidaya ,6-83, , , , , % 52,43 3,10 5,39 36,27 2,81 Jumlah Total , ,

39 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh 2-3

40 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh 2-4

41 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Foto Citra Satelit Sebagian Dari Wilayah Kota Sungai Penuh 2-5

42 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Kondisi Topografi Dalam sistem fisiografis, Kota Sungai Penuh secara umum berada pada ketinggian antara mdpl yakni mencapai 52, 59% dari luas wilayah, ketinggian lebih dari 1000 mdpl 46,90 %, sedangkan sisanya berada pada ketinggian kurang dari 500 mdpl. Tabel. II.1.3 Ketinggian Kota Sungai Penuh Kecamatan Ketinggian Total mdpl % > mdpl % > 1000 mdpl (ha) (ha) (ha) % Luas 1 Sungai Penuh , , Hamparan Rawang 3 Kumun Debai 200 1, , , Tanah Kampung Pesisir Bukit , , Total 200 0, , , Sumber : RTRW Kota Sungai Penuh , 2011 Dengan lokasi yang berada pada dataran tinggi, kemiringan lereng wilayah Kota Sungai Penuh sangat bervariasi, dapat dibagi menjadi topografi yang relatif datar, berbukit-bukit, dan terjal. Wilayah yang terjal berada di bagian tengah Kecamatan Sungai Penuh dan Kumun Debai (24,3 %), sementara daerah perbukitan (28,2 %) berada di bagian barat Kecamatan Sungai Penuh dan Kumun Debai dan dikasawan perbatasan Kota Sungai Penuh dengan Kabupaten Pesisir Selatan. Lahan yang memiliki kemiringan relatif datar (12,3 %) terdapat sebagian besar di Kecamatan Hamparan Rawang dan Tanah Kampung, serta di Kecamatan Pesisir Bukit, Sungai Penuh dan Kumun bagian timur. Tabel. II.1.4 Klasifikasi Lereng di Kota Sungai Penuh. No. Klasifikasi Lereng Lereng Luas (Ha) Persentase Luas (%) 1. Datar 0-2 % ,29 2. Bergelombang > 2 15 % ,80 3. Berbukit >15-25% ,23 4. Curam >25-40% ,42 5. Sangat Curam, Terjal > 40% ,23 Luas Wilayah Kota Sumber: RPJMD Kota Sungai Penuh Tahun ,

43 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh 2-7

44 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh 2-8

45 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh U Foto Citra Satelit Sebagian Dari Wilayah Kota Sungai Penuh : Gambaran kondisi kelerengan sekitar Kws Pusat Kota 2-9

46 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Foto Citra Satelit Sebagian Dari Wilayah Kota Sungai Penuh : Gambaran kondisi kelerengan sekitar Kws Pusat Kota 2-10

47 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Gunung Kerinci ( dpl) Kws Gunung Tujuh Kws Pusat Kota (+ 820 dpl) Foto Citra Satelit Sebagian Dari Wilayah Kota Sungai Penuh : Gambaran Perbandingan Kws Pusat Kota G. Kerinci 2-11

48 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Iklim Kota Sungai Penuh memiliki iklim yang sejuk dan nyaman, dengan curah hujan rata - rata 86 mm 3 dan kelembaban rata rata 80 %. Rata rata kecepatan angin Kota Sungai Penuh sebesar 7 knot, sedangkan penyinaran matahari mencapai 42 %. Suhu udara maksimum rata rata mencapai 28,8 o C sedangkan suhu udara minimum rata rata mencapai 16,9 o C dengan rata rata suhu udara mencapai 22 o C Geologi Bentang alam Kota Sungai Penuh sangat dipengaruhi oleh susunan batuan (litologi), perkembangan struktur geologi, serta proses-proses geologi yang sedang berlangsung. Berdasarkan hasil penyelidikan geologi lingkungan Kota Sungai Penuh oleh pusat lingkungan geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral tahun 2010, Kota Sungai Penuh dibagi menjadi 5 (lima) satuan bentang alam (landscape) sebagai berikut : 1. Dataran aluvium sungai dan rawa ; 2. Kaki lereng pegunungan dan Perbukitan ; 3. Perbukitan dan pegunungan batuan gunung api ; 4. Perbukitan dan pegunungan batuan terobosan ; dan 5. Perbukitan batuan sedimen. Secara umum keadaan geologi wilayah Kota Sungai Penuh terletak pada penyebaran beberapa formasi batuan geologi, yaitu : Formasi Asai, Formasi Peneta, Formasi Bandan, Formasi Kumun, Formasi Pengasih, Granit Sungai Penuh, Ganodiorit langkup, batuan Gunung api Rio-Andesitan, Batuan gunung kuarter, Batuan Gunungapi Andesit-Basal, Batuan gunungapi Berksi, Batuan guning api Tuf, dan Endapan aluvium. Sesuai dengan struktur geologi di Kota Sungai Penuh terdapat sesar berarah ke barat laut tenggara, yaitu sesar Siulak (hasil studi Pusat Geologi yang bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Kerinci Tahun 2003). Sesar ini terdiri atas dua sesar yang sejajar melintasi Kota Sungai Penuh. Panjang sesar kurang lebih 37 km dan lebarnya 17 km. Sesar ini mulai aktif sejak Miosen Tengah, yang berhubungan dengan pembentukan Formasi Kumun dan diaktifkan lagi pada Pilio-Plitosen. Sesar ini merupakan sesar geser menganan dengan kemiringan hampir tegak. 2-12

49 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh 2-13

50 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Perkembangan Kawasan Terbangun Berdasarkan daerah terbangunnya, bentuk Kota Sungai Penuh mencerminkan pola konsentrik, hal tersebut dipengaruhi oleh letak geografis kota yang berada di tepi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Keberadaan TNKS membatasi perkembangan kota ke arah Barat. Berbatasannya Kota Sungai Penuh dengan wilayah Kabupaten Kerinci, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Muko - Muko memberikan kecenderungan bahwa Kota Sungai Penuh merupakan pusat pelayanan yang melayani wilayah sekitarnya, terutama wilayah perbatasan Kabupaten Kerinci sebagai pusat kegiatan perumahan. Semakin berkembangnya kawasan terbangun perkotaan ke arah timur wilayah kota semakin membentuk citra Kota Sungai Penuh sebagai kota tujuan perjalanan (destinasi) sementara pada wilayah sekitarnya (wilayah Kabupaten Kerinci) merupakan pusat domisili penduduk yang sehari-hari memiliki destinasi perjalanan ke Kota Sungai Penuh. Penggunaan lahan di wiliyah Kota Sungai Penuh saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-kegiatan yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa lahan-lahan pertanian, serta kegiatan kepariwisataan. Kegiatan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi regional dan fasilitas perkantoran dan/atau pemerintahan. Komponen ruang kota yang bersifat pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman pangan sawah dan kebun lahan kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland kota dengan hasil produksi yang dipasarkan ke Propinsi Jambi, dan wilayah Sumatera Barat, Secara umum gambaran penggunaan lahan di Kota Sungai Penuh dapat dijelaskan sebagai berikut: Kawasan Pusat kota yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan, pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan lingkup pelayanan regional wilayah kota dan daerah pinggiran. a) Kegiatan ini berada di Kelurahan Pasar Sungai Penuh, Pondok Tinggi, Sungai Penuh, Desa Gedang, Permanti, Koto Tinggi, serta Aur Duri. b) Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Bukit Sentiong, Bukit Kayangan dan kawasan Taman Bunga di Talang Lindung serta kawasan Bukit Tapan. c) Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah pusat kota. Bagian barat dan tenggara serta utara kota merupakan daerah perkembangan perumahan yang antara lain di Kecamatan Sungai Penuh bagian barat, dan Pesisir Bukit. d) Kawasan Pertanian pada kawasan utara dan tenggara kota yang besaran lahannya semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan perumahan. 2-14

51 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Perkembangan fisik ruang kota dari awal hingga mencapai besaran luas seperti sekarang berawal dari lingkungan pusat kota. Perkembangan mengikuti rencana pola jaringan jalan lingkar yaitu poros jalan Desa Gedang Jembatan I Tanah Kampung. Struktur Kota Sungai Penuh yang bersifat konsentrik cenderung mengarah ke pola pembauran sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang tidak begitu jelas batasnya. Terjadi pemusatan kegiatan-kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan, perkantoran, perhotelan dan kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan konsentrasi tinggi pada pusat kota. Tabel. II.1.5 Penggunaan Lahan Kota Sungai Penuh Tahun 2010 NO PENGGUNAAN LAHAN Hamparan Rawang Kumun Debai NAMA KECAMATAN Pesisir Bukit Sungai Penuh Tanah Kampung JUMLAH 1 Hutan Primer (TNKS) Hutan Sekunder Kebun Campuran Pemukiman Pertanian Lahan Basah 6 Pertanian Lahan Kering 7 Rawa Sawah Semak/Belukar Tanah Terbuka LUAS (Ha) Sumber: RPJMD Kota Sungai Penuh Tahun , Rawan Bencana Wilayah Kota Sungai Penuh dapat dibagi kedalam 4 (empat) wilayah potensi gerakkan tanah, yaitu potensi gerakan tanah sangat rendah, potensi gerakan tanah rendah, potensi gerakkan tanah sedang, dan potensi gerakkan tanah tinggi. 2-15

52 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Potensi Gerakan Tanah Sangat Rendah, wilayah ini umumnya menempati bentang alam yang disusun oleh endapan alluvium pantai dan rawa. Gerakan tanah di wilayah ini tidak pernah terjadi, sehingga cukup stabil. Potensi Gerakan Tanah Rendah, wilayah ini menempati bentang alam perbukitan dan pegunungan batuan sedimen, batuan gunung api, dan batuan terobosan dengan kemiringan lereng sangat terjal. Gerakan tanah di wilayah ini, umumnya pada zona lapukan batuan yang cukup tebal dengan tutupan lahan (vegetasi) yang jarang. Potensi Gerakan Tanah Tinggi, wilayah ini menempati bentang alam perbukitan dan pegunungan batuan sedimen, batuan gunung api, dan batuan terobosan dengan kemiringan lereng sangat terjal lebih dari 30%. Wilayah ini nampak sebagai gerakan tanah lama atau tempat berakumulasinya material tanah pelapukan, yang bilamana terjadi perubahan terhadap kondisi eksisting medan dapat memicu terjadinya gerakan tanah baru. Banjir musiman Curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama di bagian hulu daerah aliran Sungai Batang Bungkal dan Sungai Ampuh mengakibat terjadinya banjir di bagian hilir aliran sungai akibat kurangnya resapan dan kurang baiknya aliran sungai ke danau kerinci serta kondisi permukiman masyarakat di sekitar daerah aliran sungai yang lebih rendah dari batas normal debit air hal ini terjadi setiap adanya musim hujan. Banjir Bandang Banjir bandang berpotensi terjadi di wilayah Kota Sungai Penuh. Banjir ini diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama di bagian hulu daerah aliran Sungai Batang Bungkal dan Sungai Ampuh yang bersatu masuk ke dalam badan air Sungai Batang Bungkal. Peresapan air hujan di bagian hulu tersebut kurang baik sehingga air langsung mengalir ke bagian daerah aliran sungai sekitarnya yang langsung mengalir ke Sungai Batang Bangkal yang melintasi Sungai Penuh. Hal ini berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap bangunan fisik, jembatan, bangunan rumah yang berada di sekitar tepian Sungai Batang Bungkal. 2-16

53 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh 2-17

54 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Kegempaan Berdasarkan peta seimotektonik, daerah Sungai Penuh dan sekitarnya termasuk zona gempa berskala IV, V, VI, dan VII MMI. Wilayah yang dibentuk oleh bentangan alam perbukitan dan pengunungan mempunyai intensitas gempa maksimum V sakla MMI, percepatan horizontal gal (permukaan/100 tahun), pergeseran tanah pemukiman 0,5 sampai 1 meter dengan periode predominan 0,5 hingga 1 detik. Wilayah yang disusun dengan tanah residu yang membentuk kolovial dan endapan allivium sungai dan rawa mempunyai intensitas gempa maksimum VI hingga VII skala MMI, percepatan horizontal 100 gal (permukaan/100 tahun) dengan periode predominan 0,2 hingga 0,5 detik. 2-18

55 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh 2-19

56 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Profil Demografi Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umum Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Pada tabel di bawah ini, terlihat bahwa rasio ketergantungan (dependency ratio) pada tahun 2010 sebesar 53,13 atau yang berarti tiap 100 orang produktif menanggung 53 orang tidak produktif pada tahun tersebut. Tabel. II.1.6 Jumlah Penduduk dan Rasio Ketergantungan di Kota Sungai Penuh Tahun 2010 Kelompok Umur Rasio Kecamatan Ketergantungan Tanah Kampung ,06 Kumun Debai ,57 Sungai Penuh ,70 Hamparan Rawang ,18 Pesisir Bukit ,02 Kota Sungai Penuh ,13 Sumber : Sensus Penduduk 2010 Dari table diatas juga dapat diketahui rasio ketergantungan anak (child dependency ratio,rka) dan rasio ketergantungan lanjut usia (old dependency ratio,rklu). RKA dan RKLU sering digunakan sebagai indikator tingkat pembangunan suatu daerah, daerah yang sedang berkembang biasanya mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi, dan cenderung mempunyai rasio ketergantungan anak yang tinggi karena prensentase anak dalam struktur penduduk masih sangat tinggi. Sebaliknya, daerah yang sudah maju cenderung mempunyai rasio ketergantungan anak yang rendah. Dari tabel tersebut dapat dihitung bahwa rasio ketergantungan anak sebesar 44,94, hal ini artinya tiap 100 orang produktif menanggung 44 anak. Sedangkan rasio ketergantungan lanjut usia sebesar 8,20 atau tiap 100 orang produktif menanggung 8 orang lanjut usia. 2-20

57 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Penggambaran komposisi penduduk menurut jenis kelamin, yang biasanya digunakan sex ratio (rasio jenis kelamin) antara lain berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. Informasi tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Sex ratio (rasio jenis kelamin) merupakan perbandingan jumlah pria dengan 100 wanita. Jika angka sex ratio (SR) > 100, berarti jumlah pria lebih banyak dibanding wanita, sebaliknya jika SR < 100 berarti jumlah pria lebih sedikit dibanding wanita. Berikut pada tabel di bawah ini digambarkan Sex ratio Kota Sungai Penuh tahun Tabel. II.1.7 Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kota Sungai Penuh, 2010 Kecamatan Penduduk Laki-laki Perempuan L+P Sex Ratio (SR) Tanah Kampung ,55 Kumun Debai ,28 Sungai Penuh ,15 Hamparan Rawang ,94 Pesisir Bukit ,87 Kota Sungai Penuh ,48 Sumber : Sensus Penduduk Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun Tabel. II.1.8 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Sungai Penuh Tahun Jumlah Penduduk Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun (Persen) Proporsi Jumlah Penduduk terhadap Total Penduduk Provinsi Jambi (Persen) , ,04 2,66 Sumber : SP 2010, Proyeksi SUPAS

58 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Dari tabel.ii-5 terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 sebesar 1,04 persen. Laju pertumbuhan penduduk ini lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk provinsi Jambi yang mencapai 1,52 persen. Disamping itu, apabila dilihat berdasarkan proporsi penduduk Kota Sungai Penuh terhadap total penduduk provinsi jambi, diketahui terjadi penurunan, proporsi pada tahun 2009 sebesar 2,76 persen, turun menjadi 2,66 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa petumbuhan penduduk Kota Sungai Penuh masih lebih kecil apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Jambi Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada tahun 2009 diketahui persentase penduduk yang bisa membaca dan menulis di Kota Sungai Penuh adalah sebesar persen, atau lebih rendah dari angka melek huruf provinsi jambi yang sebesar 96,66 persen. Tabel. II.1.9 Persentase Angka Melek Huruf Kota Sungai Penuh dan Provinsi Jambi menurut Jenis Kelamin,2009 Jenis Kelamin Angka Melek Huruf (Persen) Kota Sungai Provinsi Jambi Penuh Laki-laki 97,93 97,67 Perempuan 94,34 94,95 L+P ,66 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010, Survei Sosial Ekonomi Nasional 2009 Pada tahun 2010, persentase laki-laki yang bisa membaca dan menulis (97,93%) mengungguli persentase perempuan yang bisa membaca dan menulis yaitu sebesar 94,34 persen. Hal ini berarti selilsih 3,57 persen yang mengindikasikan masih adanya kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Rendahnya angka melek huruf penduduk perempuan ini diperkirakan berkaitan dengan beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi dan faktor budaya. Keadaan ekonomi yang berkekurangan seringkali membuat masyarakat kurang mempedulikan pendidikan anak-anaknya. Budaya yang berkembang dalam masyarakat seperti adanya anggapan bahwa wanita cukup memiliki kepandaian untuk bekal hidup sebagai ibu rumah tangga (memasak, mencuci, dll) juga membuat pendidikan untuk anak perempuan menjadi terabaikan. 2-22

59 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.10 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat PendidikanTertinggi yang Ditamatkan di Kota Sungai Penuh, 2010 Jenjang Pendidikan Jenis Kelamin L P L+P SD 20,92 20,67 20,80 SLTP 18,50 19,62 19,07 SMA 32,40 25,65 28,95 Dipl. I/II/III 4,08 5,53 4,83 DIV/S1/S2/S3 6,65 4,45 5,52 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 Dari tabel di atas, terlihat untuk jenjang pendidikan dasar lebih banyak penduduk perempuan yang menamatkan pendidikan dasar 9 tahun dibandingkan penduduk lakilaki, meskipun hanya berbeda 1,87 persen. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMA dan DIV/Sarjana lebih banyak penduduk laki-laki yang menamatkan dibanding perempuan. Yang menarik, untuk jenjang pendidikan Diploma I/II/III justru lebih banyak perempuan yang menamatkan dibanding laki-laki, yaitu 5,53 persen untuk perempuan dan 4,08 persen untuk laki-laki. Hal ini diduga terjadi karena masih banyak lowongan pekerjaan yang memerlukan tamatan Diploma I/II/III untuk pelamar perempuan, seperti sekretaris, guru, dan pekerjaan administrasi lainnya. Banyaknya penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada, dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan angka partisipasi sekolah. Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. Tabel. II.1.11 Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Umur 7-24 tahun dikota Sungai Penuh Tahun 2010 Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan ,07 98,33 97, ,35 96,31 95, ,32 57,82 63, ,62 34,15 33,33 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional

60 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Angka Partisipasi Sekolah (APS) tertinggi berada pada kelompok usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) yaitu sebesar 97,77. Hal ini dapat diartikan bahwa dari 100 anak usia 7-12 tahun,97 anak diantaranya sedang bersekolah. Semakin tinggi jenjang pendidikan, angka partisipasi sekolah semakin menurun. Hal ini digambarkan oleh hasil Susenas 2010 dimana APS untuk kelompok usia tahun sebesar 95,23, APS untuk kelompok usia tahun sebesar 63,22, dan APS untuk kelompok usia tahun sebesar 33,33. Apabila angka partisipasi sekolah tersebut dibandingkan berdasarkan gender, maka ada hal menarik, yaitu untuk umur 7-15 tahun, angka partisipasi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Akan tetapi untuk kelompok umur tahun terdapat perbedaan mencolok antara laki-laki dan perempuan, yaitu laki-laki (70,32) dan perempuan (57,82). Hal ini harus menjadi perhatian khusus dalam pembangunan pendidikan, karena adanya ketimpangan partisipasi sekolah usia tahun atau setingkat sekolah menengah atas (SMA). Perkembangan angka rata-rata lama sekolah di Kota Sungai Penuh selama periode 2008 sampai 2009 menunjukkan kenaikan. Angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2008 sebesar 9,10 dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 9,18. Angka-angka tersebut menempatkan Kota Sungai Penuh berada di atas angka rata-rata lama sekolah Provinsi Jambi yang bernilai 7,63 pada tahun 2008 dan 7,68 pada tahun Tantangan pembangunan bidang pendidikan Kota Sungai Penuh kedepan adalah meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi pada dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dan penguatan tata kelola pendidikan dalam upaya mengembalikan Kota Sungai Penuh sebagai tujuan pendidikan bagi daerah sekitar (regional Puncak Andalas). Salah satu visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Sungai Penuh dalam lima (5) tahun ke depan adalah menjadi yang terdepan dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu sektor pendidikan menjadi salah satu hal yang terus dibangun dan ditingkatkan oleh Pemerintah Kota. Pada saat ini fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh Kota Sungai Penuh adalah sebagai berikut. Tabel. II.1.12 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kota Sungai Penuh Nama Kecamatan Jumlah Sarana Pendidikan Umum Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs MA Kec. Pesisir Bukit Kec. Hamparan rawang Kec. Sungai Penuh Kec. Tanah Kampung Kec. Kumun Debai Sumber:Bappeda Kota Sungai penuh dan Departemen Agama,

61 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa sebaran fasilitas pendidikan di Kota Sungai Penuh masih banyak tertumpu di Kecamatan Sungai Penuh. Hal tersebut turut menjadi perhatian Pemerintah Kota untuk memperbaiki sebaran fasilitas pendidikan sesuai kebutuhan Kecamatan-Kecamatan. Terkait sanitasi, hal ini menjadi perhatian penting khususnya dalam penanganan air limbah dan persampahan agar dapat mendukung kelancaran pelaksanaan pendidikan dan visi Sungai penuh untuk menjadi terdepan dalam pendidikan Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan Proporsi pekerja dilihat dari lapangan pekerjaan merupakan salah satu indikator untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, disamping itu juga mencerminkan struktur perekonomian dari suatu wilayah. Jika dilihat dari jenis lapangan pekerjaan utama maka sektor pertanian tetap merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja selama periode yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa. Sedangkan penyerapan tenaga kerja terkecil di sektor listrik, gas, dan air minum. Tabel. II.1.13 Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Sektor Perekonomian di Kota Sungai Penuh Tahun 2010 Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah Sumber : Sakernas 2010 Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona di Kota Sungai Penuh dari tahun Terbukti dari angka pada tabel diatas yang memperlihatkan bahwa sebagian besar (42,08 persen) penduduk di Kota Sungai Penuh masih banyak yang bekerja di sektor pertanian. Meskipun cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun, masih tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya, yaitu industri, perdagangan, dan jasa. Penyerapan tenaga kerja di sektor Industri masih sangat kecil, hanya 5,76 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor lapangan pekerjaan di Kota Sungai Penuh masih berfokus pada sektor pertanian, padahal kalau bisa didukung dengan sektor perdagangan, industri, dan jasa maka akan terbentuk banyak kesempatan kerja, karena Pertanian 38,97 48,22 42,08 Industri 7,43 2,46 5,76 Perdagangan 23,74 25,11 24,20 Jasa-jasa 18,62 23,66 20,32 Lainnya 11,23 0,55 7,64 Jumlah

62 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh biasanya sektor ini merupakan sektor yang memberi nilai tambah yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi daerah. Indikator lain untuk menggambarkan kedudukan pekerja adalah status pekerjaan. Tabel. II.1.14 Komposisi Penduduk menurut Status Pekerjaan di Kota Sungai Penuh, 2010 Status Pekerjaan Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah Berusaha Sendiri 35,70 25,97 33,25 Berusaha dibantu buruh tak tetap 16,32 17,56 16,63 Berusaha dengan buruh tetap 3,94 1,48 3,32 Buruh/Karyawan/ dan Pekerja bebas 22,81 21,15 22,39 Pekerja Bebas Di Pertanian 9,72 8,99 9,54 Pekerja Bebas Di Non Pertanian 1,66 1,04 1,50 Pekerja Tak Dibayar 9,86 23,82 13,37 Sumber : Sakernas 2010 Jumlah Sebagian besar status pekerjaan penduduk di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 adalah berusaha sendiri, yaitu 33,25 persen. Diikuti oleh penduduk dengan status pekerjaan terbanyak kedua yaitu penduduk yang buruh/karyawan, sebanyak 22,89. Ironisnya adalah sangat kecilnya status pekerjaan berusaha dengan buruh tetap, yaitu hanya sebanyak 3,32 persen. Hal ini artinya, masih rendahnya minat wirausaha penduduk, padahal salah satu indikator majunya suatu daerah adalah tingginya minat wirausaha yang pada ujungnya akan menciptakan lapangan pekerjaan dan pada akhirnya akan mengurangi pengangguran. 2-26

63 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Profil Ekonomi Gambaran keuangan dan perekonomian daerah diperlukan untuk mengetahui arsitektur keuangan dan perekonomian suatu Kota/Kabupaten dalam mendukung pembangunan khususnya dalam sektor sanitasi serta pola penyerapannya untuk kemudian digunakan dalam rangka mendukung pembiayaan sanitasi di masa yang akan datang. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Sungai Penuh pada lima (5) tahun terakhir sebagai berikut. Tabel. II.1.15 Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir (Rp) No Anggaran (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) A B 1 2 Pendapatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan (Transfer) Lain-lain Pendapatan yang Sah Jumlah Pendapatan Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah Belanja Surplus/Defisit Anggaran Ket: * Belum terbentuk Kota Sungai Penuh * , , , * , , , * , , * , , , * , , , * , , , * , , , * , , , Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu region. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan region mengelola sumber daya alam yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh sebab itu besaran PDRB sangat tergantung kepada sumber daya alam dan faktor produksi di daerah tersebut. 2-27

64 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.16 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sungai Penuh dan Perkembangannya ADHB ADHK T a h u n PDRB (Milyar Rp) Indeks Perkembangan PDRB (Milyar Rp) Indeks Perkembangan (1) (2) (3) (4) (5) ,09 341,84 485,75 142, ,34 379,27 516,34 151, ,66 549,71 161,70 Sumber: RPJMD Kota Sungai Penuh Tahun , 2011 PDRB Kota Sungai Penuh atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp ,09 Milyar, naik menjadi 1.289,34 Milyar tahun 2009, dan Rp Milyar tahun Sedangkan PDRB Kota Sungai Penuh berdasarkan atas harga konstan pada tahun 2008 sebesar Rp.485,75 Milyar, naik menjadi Rp.516,34 Milyar, dan Rp.549,71 Milyar Struktur Perekonomian Daerah Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor ekonomi dalam memproduksi barang ataupun jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan tersebut menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor. Suatu perencanaan yang matang sangat diperlukan dalam menentukan prioritas pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB di suatu daerah. Penurunan produksi dari sektor-sektor yang dominan akan mempengaruhi sektor-sektor terkait lainnya yang bisa berakibat pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Struktur perekonomian Kota Sungai Penuh dapat dilihat dari kontribusi masingmasing sektor ekonomi seperti pada tabel berikut ini : 2-28

65 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.17 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan masing-masing Sektor Ekonomi Kota Sungai Penuh Tahun 2010 Sektor Kontribusi Pertumbuhan (1) (2) (3) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 11,33 0,14 5,44 0,79 4,80 30,41 19,37 11,18 16,54-1,25 3,54 5,84 5,21 12,30 7,87 6,55 5,88 6,90-100,00 6,46 Sumber: RPJMD Kota Sungai Penuh Tahun Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa struktur ekonomi Kota Sungai Penuh didominasi oleh lima sektor utama yaitu sektor Perdagangan, hotel dan Restoran sebesar 30,41 persen, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 19,37 persen, sektor Jasa-jasa sebesar 16,54 persen, sektor Pertanian sebeasar 11,33 persen, dan sektor Keuangan sebesar 11,18 persen. Peranan dari kelima sektor ini mencapai 88,83 persen dalam pembentukan PDRB Kota Sungai Penuh. Kontribusi terendah disumbangkan oleh sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 0,14 persen, disusul sektor Listrik, Gas dan Air sebesar 0,79 persen, dan sektor Bangunan sebesar 4,80 persen Laju Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi, yang dihitung dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Dari perkembangan PDRB atas dasar harga konstan ini dari tahun ke tahun akan mengahsilkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Sungai Penuh tahun 2010 sebesar 6,46 persen. Angka ini menunjukkan bahwa perkembangan perekonomian di Kota Sungai Penuh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 6,06 persen pada tahun 2008 dan 6,30 pada tahun Sebagai daerah otonom yang masih baru, pertumbuhan ekonomi Kota Sungai Penuh dapat dikatakan cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari beberapa daerah tingkat II 2-29

66 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh lainnya di Propinsi Jambi, yaitu menduduki peringkat ke 7 dari 11 Kabupaten/Kota di Propinsi Jambi. Pada tahun 2010, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 1,25 persen. Meskipun pertumbuhan sektor pertanian ini tidak begitu tinggi, namun masih menjadi salah satu sumber perekonomian masyarakat. Hal ini karena Kota Sungai Penuh masih mempunyai banyak lahan pertanian yang produktif seperti lahan sawah dengan irigasi yang bagus. Rendahnya pertumbuhan di sektor pertanian ini dikarenakan sektor ini hanya mengandalkan subsektor tanaman bahan makanan terutama padi, dan sub sektor peternakan. Sedangkan sub sektor lainnya tidak begitu menunjang. Sektor pertambangan dan penggalian meskipun merupakan sektor yang sumbangannya paling kecil terhadap pembentukan PDRB Kota Sungai Penuh, namun masih dapat membantu perekonomian, sehingga sektor ini masih dapat tumbuh positif yaitu sebesar 3,54 persen. Sektor Industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 5,84 persen, nanmun pertumbuhan ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 6,08 persen. Pertumbuhan sektor ini ditopang oleh pertumbuhan subsektor-subsektor yang ada, terutama subsektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 7,16 persen, Industri barang dari kayu sebesar 6,15 persen, Industri kertas dan barang cetakan sebesar 5,81 persen dan Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 5,33 persen. Sektor Listrik dan Air bersih pada tahun 2010 tumbuh cukup besar yaitu 5,21 persen. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 3,36 persen. Hal ini dapat diartikan dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan listrik dan air bersih. Sektor bangunan pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 7,83 persen, namun pertumbuhan ini lebih kecil dari tahun sebelumnya yaitu 8,21 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini menggambarkan bahwa Kota Sungai Penuh sedang giat-giatnya membangun, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang merupakan andalan yang paling utama Kota Sungai Penuh tumbuh cukup tinggi yaitu 7,87 persen pada tahun Angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu 7,80 persen. Subsektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada sektor ini adalah pada subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 8,24 persen, diikuti subsektor restoran sebesar 5,98 perseen, dan subsektor hotel 5,18 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2010 tumbuh sebesar 6,55 persen dan lebih tinggi dari tahun Pertumbuhan tertinggi disumbangkan oleh subsektror Pos dan Telekomunikasi 8,52 persen dan diikuti subsektor pengangkutan 6,46 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini menunjukkan bahwa mobilitas penduduk baik 2-30

67 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh di dalam Kota Sungai Penuh, antar daerah ataupun yang melalui Kota Sungai Penuh cukup tinggi. Begitu juga dengan komunikasi, dimana kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan komonikasi melalui alat telekomonikasi sangat tinggi. Untuk sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan tumbuh sebesar 5,88 persen pada tahun 2010, dan lebih tinggi dari tahun 2008 yaitu sebesar 5,10 persen dan 5,41 pada tahun Tingginya pertumbuhan sektor ini didominasi oleh tingginya subsektor Bank yaitu sebesar 8,18 persen. Sektor jasa-jasa pada tahun 2010 tumbuh sebesar 6,90 persen. Pertumbuhan ini cukup tinggi, namun lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,03 persen. Laju pertumbuhan subsektor swasta tumbuh lebih tinggi yauitu 7,35 persen, dan subsektor pemerintah dan pertahanan sebesar 6,67 persen PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat ekonomi suatu daerah adalah pendpatan perkapita. PDRB perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu periode (satu tahun) dan ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran /kesejahteraan masyarakat. Besarnya PDRB perkapita tergantung pada kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai tambah dan juga besarnya jumlah penduduk di daerah tersebut. PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di suatu wilayah. PDRB perkapita Kota Sungai Penuh atas dasar harga berlaku tahun 2010 sebesar Rp ,-, angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,-Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan sebesar Rp ,-pada tahun 2010, naik dari Rp ,- pada tahun Sedangkan Pendapatan regional perkapita diperoleh dengan cara membagi nilai PDRN atas dasar biaya faktor dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2009, pendapatan regional perkapita Kota Sungai Penuh atas dasar harga berlaku sebesar Rp ,-, dan naik menjadi Rp ,- pada tahun Sedangkan pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan sebesar Rp ,- pada tahun 2009, naik menjadi Rp ,- pada tahun Profil Sosial dan Budaya Sosial Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingkat ekonomi penduduk suatu daerah. PDRB kalau dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan merupakan PDRB per kapita. PDRB per kapita Kota Sungai Penuh tahun 2009 sebesar Rp ,35 ribu, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar ,97 ribu. Jumlah rumah tangga miskin berdasarkan alasan ekonomi di Kota Sungai Penuh sebanyak RT, dengan perincian keluarga pra sejahtera 926, keluarga sejahtera I 4.999, keluarga sejahtera II 8.821, keluarga sejahtera III 7.510, keluarga sejahtera III plus dengan tingkat pengangguran sebesar 13,07%. 2-31

68 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.18 Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Kota Sungai Penuh Keadaan Akhir Tahun 2009 Kecamatan District Penduduk Miskin Keluarga Miskin Alasan Ekonomi (1) (2) (3) 1. Tanah Kampung Kumun Debai Sungai Penuh Hamparan Rawang Pesisir Bukit Jumlah / Total Sumber: Dinas KSPM & KB Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.19 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus di Kota Sungai Penuh Desember 2009 Kecamatan District Keluarga Pra Sejahtera KS I KS II KS III III Plus Total Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Tanah Kampung Kumun Debai Sungai Penuh Hamparan Rawang Pesisir Bukit Jumlah / Total , Sumber: Dinas KSPM & KB Kota Sungai Penuh Pada akhir tahun 2011 kondisi kemiskinan penduduk di Kota Sungai Penuh dapat dilihat melalui tabel. II sebagai berikut. 2-32

69 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Tabel. II.1.20 Jumlah penduduk miskin per kecamatan di Kota Sungai Penuh Nama Kecamatan Sangat Hampir Miskin Miskin Miskin Total Kec. Pesisir Bukit Kec. Hamparan Rawang Kec. Sungai Penuh Kec. Tanah Kampung Kec. Kumun Debai Sumber: Dinas PMD, 2011 Dari tabel di atas terlihat bahwa Kecamatan Pesisir Bukit merupakan wilayah yang penduduk miskinnya masih terbanyak. Hal ini menjadi salah satu dasar acuan dalam pemilihan lokasi percepatan sanitasi nantinya. Selain itu dalam mendukung khususnya pelaksanaan studi Resiko Kesehatan Lingkungan (EHRA), maka perlu diketahui sebaran dan banyaknya rumah per kecamatan dalam Kota Sungai Penuh sebagaimana ditunjukkan oleh tabel. II di bawah ini. Tabel. II.1.21 Jumlah rumah per kecamatan di Kota Sungai Penuh Nama Kecamatan Jumlah Rumah Kec. Pesisir Bukit 2589 Kec. Hamparan Rawang 3164 Kec. Sungai Penuh 8075 Kec. Tanah Kampung 407 Kec. Kumun Debai 2039 Sumber: Dinas Kesehatan, 2012 Dari tabel di atas diketahui bahwa sebaran terbanyak rumah-rumah yang ada di Kota Sungai Penuh berada di Kecamatan Sungai Penuh sebanyak rumah. Sedangkan sebaran yang terendah adalah di Kecamatan Tanah Kampung sebanyak 407 rumah Seni, Budaya dan Olahraga Bidang sosial budaya dan kehidupan beragama merupakan aspek yang fundamental dan berperan sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan manusia yang dijawantahkan dalam wujud peningkatan kesejahteraan dan kualitas taraf hidup masyarakat. Pada titik ini, nilai-nilai budaya bangsa yang mengacu kepada Pancasila dan UUD 1945 perlu direvitalisasi ke dalam suatu pranata-pranata yang aplikatif sehingga secara substansial mampu menaungi sekaligus menjadi pijakan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan daerah. Dalam prakteknya selama ini, ternyata nilainilai ideologis bangsa ini masih belum terimplementasikan secara utuh dan nyata. Lebih dari itu, sejalan dengan penyelenggaraan pembangunan yang mengacu kepada karakteristik dan spesifikasi daerah, serta dalam kerangka memperkuat kohesi dan 2-33

70 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh ketahanan sosial yang menyangkut interaksi antar individu atau kelompok masyarakat dapat dirasakan adanya kecenderungan terabaikannya budaya daerah yang memuat nilai-nilai, sikap, perilaku, kebiasaan (custom), tradisi, adat istiadat, dan bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya. Penduduk (masyarakat) Kota Sungai Penuh adalah penduduk asli, artinya masyarakat Kota Sungai Penuh sejak nenek moyangnya telah lama menetap di daerah ini. Keadaan sosial masyarakat Kerinci dicirikan oleh adanya suku Kerinci, yaitu merupakan turunan suku Melayu Tua yang telah menetap sejak zaman Mezoliticum, serta mempunyai bahasa dan dialek spesifik (bahasa Kerinci) dengan tulisan Rencong Sirik. Daerah pertanian merupakan enclave yang terluas dalam kawasan TNKS dan merupakan daerah yang subur dan relatif terisolir. Hal tersebut menyebabkan perkembangan kebudayaan lebih menonjolkan sifat religius yang mayoritas Islam serta penghormatan pada peninggalan nenek moyang. Hubungan kekerabatan lebih erat dan terikat satu sama lain yaitu terlihat adanya suatu strata masyarakat tuo-tuo tengganai (tokoh masyarakat, ninik mamak, kaum kerabat) alim ulama, cerdik pandai, masyarakat biasa, dan golongan orang-orang tua, serta golongan orang muda. Tantangan pembangunan di bidang kepemudaan adalah mengoptimalkan partisipasi pemuda dalam pembangunan, menstabilkan kondisi perkembangan psikologis pemuda, melemahnya sandaran nilai dan norma, banyaknya kompetisi yang diakibatkan karena arus globalisasi, serta pelestarian karakter, idealisme dan budaya bangsa. Tantangan pembangunan di bidang olah raga adalah belum bisa dirasakannya pembinaan keolahragaan yang komperehensif dan berkesinambungan agar seluruh potensi olah raga dapat dikembangkan secara baik, penguatan peran dan tanggung jawab masyarakat beserta pemangku pembangunan untuk mengembangkan sarana dan prasarana keolahragaan misalnya dengan melalui pembangunan Gelanggang Olah Raga yang terpadu dan komprehensif dengan standar internasional disamping itu harus ditumbuhkembangkan manajemen peningkatan kualitas atlit secara komperehensif, terpadu dan standar internasional. Pembangunan di bidang seni dan budaya sudah mengalami kemajuan yakni ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya, pentingnya toleransi dan pentingnya sosialisasi penyelesaian masalah tanpa adanya kekerasan serta mulai berkembangnya interaksi antar budaya. Pentingnya pembangunan kebudayaan di Kota Sungai Penuh ditujukkan dalam rangka melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan kaidah kebudayaan daerah itu sendiri dan yang lebih penting adalah melestarikan jati diri dan nilai budaya ditengah semakin derasnya informasi dan pengaruh negatif budaya asing yang sudah masuk ke Indonesia. 2-34

71 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh 2.2. Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya Sub Bidang Air Minum Pemanfatan sumber daya air di Kota Sungai Penuh terutama berasal dari sumber air permukaan yaitu Sungai Batang Merao, Sungai Batang Sangkir, Sungai Jernih, Sungai Ampuh, Sungai Buai dan Sungai Sangkakala yang direncanakan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air untuk sistim jaringan irigasi dan sumber air baku untuk air minum. Sumber air yang telah dimanfaatkan adalah Sungai Batang Merao, Sungai Jernih dan Sungai Ampuh melalui Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) yang merupakan air baku bagi PDAM Tirta Sakti Sungai Penuh, dengan debit yang dihasilkan dari sumber air baku ini adalah 76 L/detik. Berdasarkan hasil analisis proyeksi, dengan kapasitas 76 L/detik eksisting tidaklah mencukupi kebutuhan air minum Kota Sungai Penuh diamana pada tahun 2011 kebutuhan air minum mencapai 210 L/detik dan pada akhir tahun rencana dibutuhkan kapasitas air minum sebesar 260 L/detik. Untuk menutupi kekurangan kebutuhan air minum Kota Sungai Penuh telah dilakukan upaya dengan pembangunan IPA kapasitas 10 L/detik di Tanah Kampung dengan sumber air baku Sungai Batang Sangir dan pembangunan IPA kapasitas 30 L/detik di Desa Ulu Air dengan Sungai Batang Merao sebagai sumber air baku yang sedang dalam pelaksanaan pembangunannya. Direncanakan pada tahun 2012 akan dibangun IPA kapasitas 100 L/detik di Simpang Tiga Rawang yang sumber air bakunya dari Sungai Batang Merao. Sistem jaringan yang ada sekarang, meliputi sistem jaringan primer (pipa Induk), sampai ke pipa persil yang menghubungkan sampai ke rumah-rumah pelanggan. Sistem ini akan terus dipertahankan, dengan pengembangan berupa perluasan jaringan pipa, terutama dalam sistem jaringan pipa primer serta peremajaannya. Sistim jaringan perpipaan air minum meliputi hampir seluruh wilayah Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Pesisir Bukit, Kecamatan Tanah Kampung dan Kecamatan Kumun Debai. Untuk perluasan pelayanan pada wilayah yang belum terlayani dilakukan dengan pengembangan instalasi induk mengikuti arah pengembangan jaringan jalan lingkar luar Sub Bidang Persampahan Kota Sungai Penuh terdiri dari 5 kecamatan, dengan luas wilayah secara keseluruhan mencapai Km2. Pengelolaan persampahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh masuk dalam skala regional, dimana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih berada dalam wilayah administrsi Kabupaten Kerinci jumlah, wilayah yang dilayani mencakup 5 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Tanah Kampung, Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Kumun Debai dan Kecamatan Pesisir Bukit. 2-35

72 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh Penanganan persampahan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh terhadap 5 kecamatan didasari oleh kondisi di kecamatan-kecamatan memang memerlukan pelayanan persampahan, karena di 5 kecamatan tersebut merupakan kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk dan permukiman yang cukup padat, serta aktivitas perekonomian masyarakatnya cukup tinggi. Pertimbangan lain adalah bahwa ketiga kawasan kecamatan tersebut berjarak cukup dekat satu sama lain, sehingga memungkinkan untuk dilayani secara sekaligus. Institusi pengelola persampahan yang ada di Kota Sungai Penuh saat ini adalah institusi pemerintah, yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh. Dalam pengelolaan persampahan, institusi ini menjalankan 2 (dua) fungsi, yaitu selain sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (operator), juga sebagai pengatur atau pengendali (regulator) pengelolaan persampahan bersama Badan/dinas teknis lain, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Kantor Lingkungan Hidup. Dalam pelaksanaan pelayanan, Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh bertugas melakukan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah hingga ke tempat pembuangan akhir. Sementara itu masyarakat, baik secara individual maupun komunal, berperan dalam pengumpulan sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan, misalnya membuang sampah pada tong sampah, kontainer, tempat pembuangan sementara, dan tempat-tempat lainnya Sub Bidang Air Limbah Penetapan prasarana dan sarana air limbah bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. Prasarana dan sarana air limbah meliputi sistem pembuangan air limbah setempat dan/atau terpusat. Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat di Kota Sungai Penuh. Sistem pembuangan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat pada kawasan pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan, dan kawasan permukiman padat di Kota Sungai Penuh. Lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga. Instalasi pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) diatur dalam rencana detail tata ruang. Tempat pengolahan limbah bahan beracun berbahaya dan beracun diarahkan di kawasan rumah sakit dalam kota sungai penuh. Pada dasarnya air limbah terdiri dari 2 bentuk yaitu air kotor (Grey Water) dan limbah manusia (Black Water). Grey Water yaitu limbah manusia dalam bentuk cairan yang dihasilkan dari sisa kegiatan pemakaian air domestik, seperti air bekas 2-36

73 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh mandi, mencuci dan sebagainya. Sedangkan Black Water yaitu buangan limbah padat yang berasal dari kotoran manusia. Prakiraan air limbah di Kota Sungai Penuh pada tahun 2031 untuk grey water sebesar m 3 dan black water m 3. Penanganan air limbah dapat dilakukan melalui dua teknologi pembuangan, yaitu sistem setempat (onsite system) dan sistem terpusat (offsite sysfem). Sistem setempat yaitu suatu sistem pembuangan air limbah sekaligus pengolahannya yang dilakukan di tempat tersebut melalui penguraian bakteri anaerob. Teknologi pengolahan sistem setempat biasanya menggunakan Septic Tank atau Cubluk disertai Bidang Resapan. Sedangkan sistem terpusat yaitu bentuk pembuangan air limbah menggunakan sistem perpipaan yang berfungsi mengalirkan air limbah dari sumbernya ke suatu tempat pengolahan. Air limbah (buangan) dapat didefinisikan sebagai air yang mengandung bahan pencemar fisik, biologi, atau kimia. Air buangan kota berasal dari kegiatan rumah tangga atau domestik dan dari kegiatan industri. Kedua air buangan ini harus ditangani secara terpisah karena karakteristiknya berbeda, dimana air buangan industri memiliki karakteristik yang lebih kompleks. Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan. Tingkat pengolahan yang akan diterapkan tergantung apda kualitas air buangan, yang erat kaitannya dengan jenis-jenis sumber air buangan tersebut. Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard) (lihat Kep-02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan). Pengelolaan limbah manusia, khususnya limbah air bekas dilakukan secara individual pada masing-masing rumah tangga atau memanfaatkan fasilitas umum seperti MCK umum. System yang digunakan adalah on-site (setempat). Untuk permukiman penduduk yang berada di tepian sungai, pada umumnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan buang air Sub Bidang Drainase Kondisi alam Kota Sungai Penuh secara umum dapat dibedakan menjadi daerah datar, bergelombang, dan berbukit. Limpasan air permukaan yang berpotensi banjir biasanya terjadi di wilayah dengan topografi datar-bergelombang dengan kelerengan daerah kurang dari 15%. Peningkatan debit air permukaan dipengaruhi pula oleh jenis tanah lempungan, dimana resapan air relatif kecil. Pada musim penghujan dimana curah hujan cenderung tinggi, genangan air permukaan semakin meningkat pada daerahdaerah tersebut. Di beberapa wilayah kecamatan dengan karakteristik alam seperti itu, jaringan drainase seringkali belum ada, sehingga sering terjadi banjir. Fenomena itu 2-37

74 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh diperburuk dengan luapan air sungai yang mengalir di wilayah-wilayah itu. Dalam konteks ini, pembangunan sistem drainase menjadi suatu kebutuhan yang mendesak dan harus mendapat prioritas. Kondisi jaringan drainase di Kota Sungai Penuh secara umum belum memadai atau tidak sesuai dengan peruntukannya. Oleh karenanya, kinerja sistem drainase tidak optimal, dan sebagai akibatnya banjirpun masih sering terjadi, meskipun di wilayah itu dijumpai adanya jaringan drainase. Sistem penampungan pada kolam-kolam retensi yang sudah ada tampaknya perlu ditingkatkan. Kondisi fisik dan kapasitas drainase perlu ditingkatkan, terutama dalam rangka mengikuti laju pembangunan di sektor lain seperti pengembangan wilayah perumahan, dimana pengalihan fungsi lahan terjadi dan berpotensi meningkatkan erosi dan limpasan air permukaan Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan Penyelenggaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan yang ada masih bersifat pembangunan sesuai perencanaan yang sudah disusun. Pembangunan gedung biasanya dilakukan oleh Bidang Cipta Karya terutama untuk gedung pemerintah dan fasilitas umum. Untuk bangunan-bangunan umum baik yang dibangun oleh pemerintah maupun oleh pihak lain (masyarakat, swasta) belum ada pendataan kelayakan dna keandalan bangunan sesuai dengan apa yang diminta oleh Undang-undang Bangunan Gedung. Penyediaan fasilitas keselamatan bangunan seperti hidran kebakaran, akses jalan dan lain-lainnya belum pernah diteliti apakah sudah sesuai dengan standar teknis ataukah belum. Perlu adanya penilaian dan identifikasi keandalan bangunan terutama pada bangunan umum agar keselematan dan kenyamanan pengguna bisa terjamin. Untuk bangunan-bangunan negara, sampai saat ini belum ada pendataan secara khusus, terutama menyangkuta kalayakan dan keandalan bangunannya. Pembangunan bangunan negara sampai saat ini perencanaan dan pelaksanaanny maish ditangani oleh Bidang Cipta Karya pada Dinas PU Kota Sungai Penuh. Kawasan permukiman tradisional juga merupakan salah satu kawasan yang akan menjadi sasaran dalam penataan bangunan dan lingkungan. Di Kota Sungai Penuh ada beberapa kawasan yang bisa dikategorikan dalam kawasan permukiman tradisional, antara lain di Pondok Tinggi Kecamatan Sungai Penuh, Desa Sungai Liuk Kecamatan Pesisir Bukit. Pada kawasan-kawasan permukiman tradisional tersebut belum pernah dilakukan program penataan maupun revitalisasi Sub Bidang Pengembangan Permukiman Sistem Permukiman di Kota Sungai Penuh terbentuk secara alami, dimana permukiman/kampung tempat masyarakat tinggal terdapat di pusat-pusat kecamatan yang saling berkumpul membentuk sebuah kelompok permukiman. Selain itu 2-38

75 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Sungai Penuh permukiman di Kota Sungai Penuh terbentuk mengikuti jaringan jalan yang ada secara linier. Mata Pencaharian penduduk Kota Sungai Penuh yang kebanyakan adalah pedagang dan penyedia jasa. Adanya pertumbuhan penduduk secara langsung akan mempengaruhi jumlah lahan terbangun untuk permukiman. Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,5 % secara langsung akan meningkatkan luas penggunaan lahan untuk permukiman. Untuk itu perlu disiapkan lahan untuk mengantisipasi pertumbuhan penduduk tersebut. Dengan kondisi Penggunaan lahan terbangun yang masih sedikit memberikan kesempatan yang cukup luas bagi pengembangan kawasan permukiman, adanya kesempatan untuk mengembangkan kawasan permukiman tidak berarti menjadikan pembangunan kawasan permukiman berjalan secara sembarangan dan tidak teratur. Pengembangan kawasan permukiman tetap harus mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip penataan ruang seperti mengikuti ketentuan kemiringan lereng, ketentuan teknis bangunan, kebebasan dari bencana banjir, bukan di kawasan lindung, memiliki aksesibilitas dan kedekatan dengan jaringan jalan dan lain sebagainya,. Arahan pengembangan kawasan permukiman sebaiknya diarahkan di pusat-pusat kecamatan dan terhubung dengan jaringan jala. Sistem permukiman di Kota Sungai Penuh selama ini berada di pusat-pusat kota kecamatan dan mengikuti pola jaringan jalan atau akses sungai. disanalah berkelompoknya pembangunan permukiman. Melihat dari keadaan yang terjadi di Kota Sungai Penuh masih memiliki permukiman/ kawasan desa tertinggal. 2-39

76 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh 3.1. STRATEGI/SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA SUNGAI PENUH BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Tujuan penataan ruang adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan, terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Adapun tujuan Penataan Ruang Kota Sungai Penuh , yaitu : Mewujudkan Kota Sungai Penuh sebagai pusat pelayanan pendidikan, perdagangan dan jasa serta pariwisata berskala regional yang aman nyaman, produktif, dan berkelanjutan Kebijakan Penataan Ruang Kebijakan dan strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. A. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi : Pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan berskala regional. Peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan skala local dan regional. 3-1

77 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana dan prasarana umum skala lokal dan regional. B. Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi : Pemeliharaan dan pelestarian fungsi kawasan lindung dan ruang terbuka hijau. Pengendalian kegiatan budidaya yang berdampak kepada kelestarian lingkungan hidup. Perwujudan pengembangan kegiatan budi daya yang optimal dan efisien. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. C. Kebijakan pengembangan kawasan strategis meliputi : Pengembangan kawasan strategis perspektif ekonomi. Pengembangan kawasan strategis perspektif sosial budaya. Pengembangan kawasan strategis perspektif fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Strategi Penataan Ruang A. Strategi pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan berskala regional meliputi : Menetapkan hirarki sistem pusat pelayanan secara berjenjang. Mengembangkan aksesibilitas transpostasi darat ke bandar udara. Mengembangkan pusat perdagangan dan jasa berskala regional. Mengembangkan kegiatan pendidikan dan pelatihan Mengembangkan kegiatan wisata alam dan wisata budaya. B. Strategi peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan skala lokal dan regional meliputi : Meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang mendorong interaksi kegiatan antar pusat pelayanan kegiatan kota. Mengembangkan jalan lingkar dalam dan lingkar luar. Meningkatkan pelayanan moda transportasi yang mendukung tumbuh dan berkembangnya pusat pelayanan kegiatan kota secara terintegrasi. Mengembangkan terminal angkutan umum regional dan terminal angkutan umum dalam kota. 3-2

78 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh C. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana dan prasarana umum skala lokal dan regional : Mendistribusikan sarana lingkungan di setiap pusat kegiatan sesuai fungsi kawasan dan hirarki pelayanan. Mengembangkan sistem prasarana energi. Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi. Mengembangkan prasarana sumber daya air. Meningkatkan sistem pengelolaan persampahan. Meningkatkan jangkauan pelayanan air bersih. Meningkatkan prasarana pengelolaan air limbah. Mengembangkan sistem prasarana drainase secara terpadu. D. Strategi pemeliharaan dan pelestarian fungsi kawasan lindung dan ruang terbuka hijau meliputi : Mengembangkan kerjasama antar wilayah Perbatasan dalam mempertahankan fungsi lindung. Mempertahankan dan melestarikan kawasan yang berfungsi lindung sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Melestarikan daerah resapan air untuk menjaga ketersediaan sumberdaya air. Mencegah dilakukannya kegiatan budidaya di sempadan mata air yang dapat mengganggu kualitas air, kondisi fisik dan mengurangi kuantitas debit air. Mengelola dan melestarikan sumberdaya hutan melalui kegiatan penananman kembali hutan yang gundul dan menjaga hutan dari pembalakan liar. Mengamankan benda cagar budaya dan sejarah dengan melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, dan situs purbakala. Menetapkan daerah evakuasi bencana. Mewujudkan jalur evakuasi bencana secara terpadu dengan wilayah yang berbatasan. mempertahankan fungsi dan menata ruang terbuka hijau yang ada; mengembalikan ruang terbuka hijau yang telah beralih fungsi meningkatan dan menyediakan ruang terbuka hijau 30% secara proporsional di seluruh wilayah kota. E. Strategi pengendalian kegiatan budidaya yang berdampak kepada kelestarian lingkungan hidup meliputi : Mengendalikan perkembangan pusat-pusat kegiatan agar tetap terjadi keseimbangan perkembangan antar wilayah. 3-3

79 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Mengendalikan kegiatan pertanian pada kawasan yang seharusnya berfungsi lindung untuk memelihara kelestarian kelestrarian lingkungan. Mengembangkan dan memanfaatkan kawasan hutan produksi pola partisipasi masyarakat dengan pertanian konservasi. Mengendalikan perluasan pertanian pada kawasan rawan bencana dan kawasan yang seharusnya berfungsi lindung untuk memelihara kelestarian lingkungan. F. Strategi Perwujudan pengembangan kegiatan budi daya yang optimal dan efisien meliputi : Menetapkan kawasan budi daya sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan. Mendorong pengembangan kawasan budi daya secara vertikal di kawasan kepadatan tinggi. Mengembangkan wilayah tanaman holtikultura sesuai dengan potensi dan kesesuaian lahan secara optimal. Memperhatikan keterpaduan antar kegiatan budi daya. G. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, meliputi : Mendukung menetapkan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan Mengembangkan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan. Mengembangkan kawasan lindung dan / atau kawasan budidaya tidak terbangun disekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga; dan Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan. H. Strategi Kebijakan pengembangan kawasan strategis perspektif ekonomi meliputi: Menetapkan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang berbasis ekowisata. Menetapkan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang berbasis industri kecil. Menetapkan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang berbasisi kawasan perdagangan dan jasa skala kota. wilayah Menetapkan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang berbasis kawasan terpadu skala. 3-4

80 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh I. Strategi Kebijakan pengembangan kawasan strategis perspektif social budaya meliputi : Menetapkan kawasan pendidikan dan pelatihan Menetapkan kawasan kebudayaan islam. J. Strategi Kebijakan pengembangan kawasan strategis perspektif fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi : Menetapkan kawasan strategis dari sudut pandang fungsi dan daya dukung lingkungan berupa Taman Nasional Kerinci Seblat. Menetapkan kawasan strategis dari sudut pandang fungsi dan daya dukung lingkungan berupa Kawasan Resapan Air Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Rencana Pusat Pusat Pelayanan Kota Sungai Penuh Pusat pelayanan diwilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, ekonomi, dan administrasi masyarakat yang melayani wilayah regional. Atas dasar tersebut diatas maka, perencanaan struktur ruang Kota Sungai Penuh meliputi : A. Pusat Pelayanan Kota Fungsi Pusat Pelayanan Kota Sungai Penuh berupa pelayanan skala kota dan wilayah, yang terdiri dari : Pusat pemerintahan kota. Pusat perdagangan dan jasa yang melayani Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Sebagian Kabupaten Pesisir Selatan (Provinsi Sumatera Barat) serta sebagian wilayah Kabupaten Muko-muko (Provinsi Bengkulu). Pusat Pelayanan kesehatan umum dan khusus skala kota. Pusat Permukiman Perkotaan B. Sub Pusat Pelayanan Kota Sub Pusat Pelayanan Kota ialah pusat pelayanan yang ditentukan untuk melayani sub wilayah kota. Kota Sungai Penuh direncanakan memiliki 4 (empat) Sub Pusat Pelayanan, mencakup : Sub Pusat Pelayanan Tanah Kampung Sub Pusat Pelayanan Hamparan Rawang Sub Pusat Pelayanan Pesisir Bukit Sub Pusat Pelayanan Kumun Debay 3-5

81 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh C. Pusat Lingkungan Pusat Lingkungan merupakan pusat pelayanan untuk melayani kegiatan dengan skala wilayah lingkungan kota. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi pusat lingkungan adalah kesesuaian dengan potensi eksisting dan mencakup pelayanan tingkat wilayah kelurahan dan sekitarnya serta memiliki posisi yang strategis. Untuk lebih jelasnya, gambaran mengenai rencana sistem pusat pelaynan di Kota Sungai Penuh dapat dilihat pada Tabel III.1.1 berikut ini. SKALA NO PELAYANAN 1 Pusat Pelayanan Kota Tabel. III.1.1 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Sungai Penuh FUNGSI PELAYANAN LOKASI FASILITAS UTAMA Perdagangan dan Jasa Desa Gedang, Kel. Pasar Sungai Penuh Desa Pasar Baru Desa Lawang Agung Kel. Dusun Baru Desa Koto Tinggi Pasar Retail, pertokoan. Pergudangan, Perkantoran Swasta. Transportasi Pemerintahan Kota Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Permukiman Perkotaan Kec Sungai Penuh, Kel. Pasar Sungai Penuh Desa Aur Duri Kota Sungai Penuh Desa Karya Bakti Kec. Pesisir Bukit Kec. Sungai Penuh Desa Koto Renah Kel. Pasar Sungai Penuh Kec Sungai Penuh Seluruh Desa/Kel Kec. Sungai Penuh Kecuali Desa Sungai Jernih, Desa Talang Lindung Desa Sungai Ning Terminal Type A Terminal Barang Terminal Type C Kantor Walikota Kantor DPRD Kantor SKPD Kantor Instansi Perguruan Tinggi dan Pusat Pelatihan Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Militer Rumah Sakit Khusus Sarana Permukiman Rekreasi dan Wisata Kota Sungai Penuh Hotel dan Restoran Taman Kota Lanjutan 3-6

82 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh NO SKALA PELAYANAN 2 Sub Pusat Pelayanan Kota 3 Pusat Lingkungan Pelayanan Lokal dan beberapa Desa mber : Dokumen RTRW Kota Sungai Penuh Tahun FUNGSI PELAYANAN LOKASI FASILITAS UTAMA Tanah Kampung Hamparan Rawang Pesisir Bukit Kumun Debai Desa Sungai Ning, Desa Sungai Jernih, Desa Talang Lindung Desa Koto Padang Desa Koto Pudung Desa Koto Dumo Desa Paling Serumpun Desa Koto Dian Desa Tanjung Muda Desa Koto Bento Desa Sebrang Desa Di ujung Sakti Desa Debai Desa Muara Jaya Desa Renah Kayu Embun Olah raga Pertanian dan perikanan Pendidikan Tinggi Agropolitran Pasar Kecamatan/ Pertokoan SLTA Balai serba guna Puskesmas Peribadatan Kantor Polsek Pasar Lingkungan SLTP dan Sekolah Dasar Balai Pengobatan Taman Lingkungan Mesjid Lingkungan 3-7

83 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Gambar Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Sungai Penuh 3-8

84 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Gambar Rencana Struktur Ruang 3-9

85 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Rencana Sistem Jaringan Prasarana A. Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Pengembangan pada sistem jaringan transportsi bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar pusat kegiatan serta memperkuat system pergerakan antar wilayah secara internal dan eksternal. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat di Kota Sungai Penuh diarahkan terutama melalui pengembangan jaringan prasarana dan sarana jalan, dan simpul transportasi (terminal). Prinsip-prinsip dalam penyusunan rencana sistem transportasi di Kota Sungai Penuh ini, adalah sebagai berikut: a. Keseimbangan pembangunan wilayah b. Keterpaduan sistem transportasi lokal (dalam Kota) c. Minimasi Biaya atau memanfaatkan kondisi eksisting secara optimal. d. Minimasi Konflik guna lahan baik dengan penduduk maupun dengan instansi. Identifikasi simpul-simpul transportasi harus sesuai dengan penetapan struktur kota dan arahan pengembangan, sisteim pusat pelayanan Kota Sungai Penuh terdiri dari 3 (tiga) pusat pelayanan yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan sistem jaringan jalan, yakni : Pusat Pelayanan Kota Sub-pusat Pelayanan Kota Pelayanan Lingkungan 3-10

86 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Tabel. III.1.2 Rencana Sistem Jaringan Jalan Kota Sungai Penuh Fungsi Jalan Deskripsi Nama Jalan Jalan Kolektor Primer Jalan yang menghubungkan antara Pusat Kegiatan Wilayah dengan Pusat Kegiatan Lokal. Jl. Pancasila Jl. RE. Martadinata Jl. P. Diponegoro Jl. Muradi Jl. Soekarno Hatta Jl. Depati Parbo Jl. Imam Bonjol Jl. Jend. Sudirman Jalan Kolektor Sekunder Jalan Lokal Jalan Lingkar Luar Jalan yang menghubungkan sub pusat kota ke pusat lingkungan. Jalan yang menghubungkan antar pusat lingkungan. Jalan yang menghubungkan antara Pusat Kegiatan Wilayah dengan Pusat Kegiatan Lokal. Jl. Ahmad Yani Jl. M. Yamin Jl. Mayjen H.A Thalib Jl. H. Bakri Jl. Hamparan Jl. MH. Thamrin Jl. Arief Rahman Hakim Jl. Yos Sudarso Keseluruhan jaringan jalan di Kota Sungai Penuh yang tidak termasuk pada jaringan jalan arteri dan kolektor. a) Kumun Debai-Tanah Kampung- Hamparan Rawang - Pesisir Bukit Sungai Penuh b) Desa Ulu Air (Kec. Kumun Debai) Desa Pelayang Raya (Kec. Sungai Penuh). Jalan Lingkar dalam Jalan Layang (fly over) Jalan yang menghubungkan sub pusat pelayanan dengan pusat lingkungan atau dengan sub pusat pelayanan kota lainnya. Jalan yang berfungsi untuk mengantisipasi genangan pada kawasan Sungai Penuh Tanah Kampung. Sumber : Dokumen RTRW Kota Sungai Penuh Tahun Pengembangan jalan lingkar dalam yang menghubungkan Desa Koto Lolo (Kec.Pesisir Bukit) -Desa Gedang (Kec. Sungai penuh) JalanPancasila (Kec.Sungai Penuh) Desa Koto Lebu (Kec. Sungai Penuh) Jalan Pancasila Jembatan II Tanah Kampung 3-11

87 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh 3-12

88 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh B. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air 1) Jaringan Sungai Sebagian wilayah Kota Sungai Penuh merupakan wilayah datar hal ini menyebabkan aliran air tidak lancar dan dapat menyebabkan meluasnya daerah genangan. Kecepatan pengaliran air yang diizinkan (permissible velocity) minimal 0,75m/det dan maksimal 3 m/det, Dengan kecepatan pengaliran di bawah 0,75 m/det dapat menyebabkan aliran lambat sehingga membentuk genangan. Sementara itu jika kecepatan pengaliran diatas 3 m/det dapat menyebabkan terjadinya penggerusan/erosi saluran sehingga menimbulkan endapan/sedimen. 2) Jaringan Irigasi Sebagaimana telah ditetapkan dalam sistem jaringan sumber daya air dan jaringan sungai yang ada di Kota Sungai Penuh, terkait dengan pengembangan budidaya dalam perkotaan yang masih kental dengan kegiatan pertanian. Untuk itu dikembangkan sistem jaringan irigasi, dengan ketentuan diantaranya : Jaringan irigasi yang ada diupayakan untuk tetap dipertahankan dan dipelihara. Peningkatan sistim irigasi diarahkan pada setiap Kecamatan dalam Kota Sungai Penuh 3) Sumber Daya Air Bersih Selain berfungsi sebagai pengendali bahaya banjir, sungai yang ada di Kota Sungai Penuh juga befungsi sebagai sumber daya air bersih. Adapun jaringan sungai yang ada di Kota Sungai penuh adalah Sungai Ning, Sungai Air Sesat, Sungai Pengasah, Sungai Air Sempit, Sungai Terung, Sungai Air Hitam, Sungai Batang Sangkir, Sungai Air Bungkal, Sungai Rampuh, Sungai Ulu Air Kumun, Sungai Batang Bungkal, Sungai Batang Merao. 4) Pengendalian Banjir Untuk mengatasi bencana banjir tahunan yang terjadi di Kota Sungai Penuh akibat dari tingginya elevasi dasar sungai dibandingkan elevasi jalan dan lahan pertanian maka pengembangan pengendalian banjir Kota Sungai Penuh diarahkan pada pengembangan waduk penampungan air, normalisasi aliran sungai di seluruh Kota Sungai Penuh, Pengendalian kawasan terbangun pada kawasan rawan banjir, dan peningkatan kualitas kawasan drainase. 3-13

89 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh C. Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Jalan Pejalan Kaki dan Jalur Evakuasi 1) Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki pada dasarnya mencakup penyediaan dalam rencana pembentukan ruang pejalan kaki di sisi jalan, ruang pejalan kaki di sempadan sungai, ruang pejalan kaki di kawasan komersial/perkantoran, ruang pejalan kaki di ruang terbuka hijau, dan ruang pejalan kaki di atas permukaan. Berikut ialah rencana pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki : Penyesuaian geometri jaringan jalan kolektor di dalam Kota Sungai Penuh dilengkapi dengan penyediaan prasarana pejalan kaki, agar dapat mengurangi hambatan samping yang mungkin terjadi tanpa adanya prasarana tersebut. Pada kawasan komersial dan perkantoran seperti di Jalan Basuki Rahmat, Jalan Sudirman, Jalan Diponegoro, Jalan Hos Cokroaminoto, Jalan Patimura, Jalan Proklamasi, Jalan KH Wahid Hasyim, Jalan Sisingamangaraja, Jalan A. H. Thalib, Jalan H. Agus Salim, Jalan RE. Martadinata, dan Jalan M. Yamin, akan dikembangkan prasarana pejalan kaki yang merata sehingga dapat sinergis apabila terdapat kebijakan pengembangan gedung parkir yang akan mendorong jumlah pejalan kaki pada kawasan kawasan tersebut. Pengembangan jalur pejalan kaki pada kawasan rekreasi terintegrasi dengan pengembangan RTH. Jaringan pejalan kaki yang merupakan salah satu prasarana bagi pejalan kaki dapat berupa jalur pedestrian. Penyediaan dan pemanfaatan jaringan pejalan kaki diarahkan pada seluruh koridor perdagangan dan jasa serta fasilitas umum. 2) Jalur Evakuasi Bencana Pengembangan jalur evakuasi bencana meliputi penentuan escape way dan melting point dalam skala kota maupun kawasan. Adapun resiko bencana yang dipertimbangkan ialah resiko bencana banjir, kebakaran, dan gempa bumi serta gerakan tanah. Berikut rencana pengembangan jalur evakuasi Kota Sungai Penuh : Pada implementasi perancangan detail Pusat Pelayanan Kota harus mengalokasikan ruang terbuka hijau sebagai pengikat ruang ruang di dalam pusat tersebut yang juga berfungsi sebagai melting point. Pengembangan escape way pada dasarnya memiliki prinsip mengarahkan keadaan pergerakan pada saat bencana untuk menjauhi sumber bencana dengan memanfaatkan jalan kolektor ataupun jalan lokal yang memiliki geometri jalan mencukupi menuju ruang evakuasi bencana. Sebagai ilustrasi arah escape way di Kecamatan Sungai Penuh khususnya Kelurahan Pasar Sungai Penuh menjauhi 3-14

90 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Gedung Pusat Pertokoan dan Perbelanjaan menuju Ke Taman Kota. Arah escape way pada dasarnya mendekati ke ruang ruang yang dapat berfungsi sebagai melting point. Peningkatan dan pengendalian geometri jalan kolektor, dan jalan lokal yang memiliki geometri mendekati standar jalan kolektor. Penyediaan papan informasi mengenai rute evakuasi dan ruang evakuasi dengan prioritas pada kawasan pada kawasan strategis yang mudah dilihat oleh masyarakat. Jalur evakuasi bencana meliputi pengembangan jalur evakuasi gerakan Tanah, pengembangan jalur evakuasi banjir, pengembangan jalur evakuasi gempa bumi dan pengembangan jalur evakuasi kebakaran. Pengembangan jalur evakuasi gerakan tanah ditetapkan pada Jalan Sungai Penuh Sako dan Jalan Renah Kayu Embun Kecamatan Sungai Penuh dan Kecamatan Kumun Debai. Pengembangan jalur evakuasi banjir berupa pengembangan jalur jalan untuk menghindari sumber banjir. Pengembangan jalur evakuasi gempa bumi meliputi seluruh jaringan jalan untuk menghindari sumber gempa bumi menuju ruang evakuasi. Pengembangan jalur evakuasi kebakaran yang meliputi seluruh jaringan jalan untuk menghindari sumber kebakaran menuju ruang evakuasi. 3-15

91 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh 3-16

92 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Rencana Pola Ruang Kota Sungai Penuh Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Rencana pola ruang kawasan lindung di Kota Sungai Penuh terdiri dari : 1) Kawasan Suaka Alam Kawasan hutan lindung di Kota Sungai Penuh adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang meliputi Sebagian Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Pesisir Bukit dan Kecamatan Kumun Debai yang juga merupakan kawasan strategis nasional dengan luas ,6 ha. Arahan pengelolaan kawasan pada pemantapan fungsi lindung dan pengembangan fungsi wisata serta penelitian. 2) Kawasan Lindung yang memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya Merupakan kawasan lindung yang disediakan untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan. Kawasan perlindungan kawasan bawahannya di Kota Sungai Penuh berupa Kawasan Resapan Air yang dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan untuk keperluan penyediaankebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan resapan air di Kota Sungai Penuh adalah kawasan berada di sebagian Kecamatan Pesisir Bukit, sebagian Kecamatan Sungai Penuh dan sebagian Kecamatan Kumun Debai. Arahan pengelolaan kawasan yaitu pemantapan fungsi lindung dan melakukan rehabilitasi kawasan resapan air. 3) Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat ditujukan untuk memiliki fungsi sebagai kawasan pemeliharaan kelestarian kawasan itu sendiri. Kawasan perlindungan setempat di Kota Sungai Penuh berupa kawasan sempadan sungai yang meliputi sempadan sungai sepanjang aliran Sungai Batang Merao, Sungai Batang Sangkir, Sungai Terung dan Sungai Bungkal, kawasan ini memiliki luas wilayah seluas 159 ha. Dalam hal pengelolaan kawasan sempadan sungai, maka langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah : a) Sempadan sungai yang melewati Kawasan perkotaan dengan kepadatan tinggi. Ditetapkan sempadan sungai minimal 10 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Hal ini ditetapkan agar masyarakat dapat memanfaatkan kawasan di sepanjang Sungai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh intansi terkait. b) Kawasan perkotaan dengan kepadatan rendah, ditetapkan sempadan sungai minimal 25 m. Adapun arahan pengelolaan sempadan sungai diantaranya dengan melakukan perlindungan dan penguatan dinding pembatas sungai, penghijauan sempadan sungai dan pengembangan jalan inspeksi 3-17

93 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Ruang Terbuka Hijau Penyediaan ruang terbuka hijau Kota Sungai Penuh ditujukan untuk menjamin keseimbangan lingkungan perkotaan dengan dominasi ruang terbangun (built-up area) dengan ruang terbuka, serta sebagai sarana rekreasi masyarakat. Sehingga pengembangan RTH Kota Sungai Penuh disediakan untuk menyeimbangkan ruang terbangun kota terhadap ruang terbuka hijau berupa penyediaan taman kota, pemakaman umum, sempadan jalan, sempadan sungai serta hutan kota sebagai bagian RTH kota. A. Taman Penyediaan taman kota sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau Kota Sungai Penuh merupakan usaha untuk menambah jumlah luasan Ruang Terbuka Hijau Kota. Rencana penyediaan taman dari tingkat RT sampai tingkat kecamatan dalam rentang waktu perencanaan akan memberikan luasan taman seluas 23 ha melalui persebaran merata di setiap kecamatan dengan alokasi terpadu dengan area pusat pelayanan kecamatan. B. Pemakaman Umum Penyediaan permakaman bagi kebutuhan penduduk Kota Sungai Penuh dalam rentang waktu juga memiliki peranan penting dalam kegiatan pemenuhan persentase ruang terbuka hijau. Namun demikian hal ini tidak hanya mencakup urusan penyediaan secara kuantitatif, melainkan juga mencakup perlu adanya suatu usaha penanaman rumput pada setiap makam di kompleks permakaman. Komplek pemakaman yang ada saat ini berupa TPU Bukit Sentiong di Desa Koto Tinggi dengan luas 5 ha, TPU Desa Sungai Ning seluas 2 ha dan TPU Desa Karya Bakti seluas 2 ha. Sehingga total TPU yang ada di Kecamatan Sungai Penuh mencapai 9 ha. TPU di Kecamatan Peisir Bukit 2 ha, Kecamatan Hamparan Rawang 1,5, Kecamatan Tanah Kampung 1,5 ha dan Kecamatan Kumun Debai 2 ha. Arahan rencana pengembangan TPU sampai akhir tahun rencana yaitu dengan mengalokasikan area TPU di Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Tanah Kampung, Kecamatan Kumun Debai dan Kecamatan Pesisir Bukit dengan total seluas 4 ha. C. Sempadan Jalan Ruang milik jalan berupa sempadan jalan direncanakan untuk dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau kota berupa taman jalan. Luas ruang sempadan jalan yang dapat dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau adalah 44 ha, mencakup seluruh jaringan jalan kolektor dan lokal yang sempadannya masih memungkinkan untuk dikembangkan sebagai jalur hijau, termasuk kawasan disepanjang rencana pengembangan jalan lingkar luar dan lingkar dalam kota sungai penuh. D. Sempadan Sungai Kawasan disepanjang aliran Sungai Batang Sangkir, Sungai Batang Merao, Sungai Terung dan Sungai Bungkal yang merupakan kawasan sempadan sungai direncanakan 3-18

94 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh No untuk dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau kota dengan fungsi rekreasi dan pelestarian. Kawasan ini memiliki area seluas 159 ha. E. Hutan Kota Kawasan hutan kota terdapat di Desa Aur Duri Kecamatan Sungai Penuh, luas hutan kota ini mencapai 5,6 ha. Kawasan ini didirikan dengan tujuan untuk menjaga iklim, nilai esktetika, resapan air, menciptakan keserasian fisik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati serta sebagai obyek wisata alam untuk kepentingan rekreasi dan pendidikan, arahan pengembangannya dengan mempertahankan kawasan hutan yang sudah ada F. Ruang Terbuka Lapangan Olah raga Ruang terbuka hijau lapangan olah raga meliputi lapangan olah raga yang terdapat di setiap kecamatan dalam wilayah Kota Sungai Penuh seluas kurang lebih 6 ha. G. Ruang Terbuka Hijau Privat Ruang terbuka hijau kota privat seluas kurang lebih 234 ha, meliputi: ruang terbuka hijau pekarangan rumah; ruang terbuka hijau perdagangan dan jasa; ruang terbuka hijau pendidikan; ruang terbuka hijau pertahanan dan keamanan; dan Ruang Terbuka Hijau Perkantoran Fungsi Ruang Tabel. III.1.3 Rencana Ruang Terbuka Hijau Kota Sungai Penuh Sungai Penuh Kondisi Eksisting RTH (ha) 2011 Rencana Pengembangan RTH (ha) s.d 2031 Hamp. Rawang Tanah Kampung Pesisir Bukit Kumun Debai Sungai Penuh Hamp. Rawang Tanah Kampung I RTH PUBLIK 1 Taman RT , 1,6 1,00 2,2 1,00 2 Taman RW , 0,8 0,50 1,1 0,50 3 Taman Kecamatan , 0,3 0,20 0,4 0,20 4 Taman Kota 2, , Pemakaman 9,00 1,50 1,50 2,0 2,00 9, 2,0 2,00 2,6 2,00 6 Sempadan Sungai 16,03 20,32 15, , 71,6 43, Sempadan Jalan 19,81 4,90 5,12 4,8 10,22 19, 4,9 5,12 4,8 10,2 8 Hutan Kota 5, , Lapangan Olah Raga 1,70 1,00 1,50 1,0 1,00 1, 6 1,0 1,50 1,0 1,00 TOTAL RTH PUBLIK 54,77 27,72 23,12 7, ,22 94, ,290 54,28 12, ,92 II RTH PRIVATE 1 Perumahan 19,02 14,09 14,30 63,4 18,54 32, 21,8 23,40 83,0 35,4 2 Perdagangan dan Jasa , 0,51 0,34 0,55 0,544 3 Pendidikan 0,42 0,18 0,12 0,1 0,16 0, 5 0,17 0,12 6,67 0,16 4 Pertahanan dan Keamanan 0, , Perkantoran 12, , TOTAL RTH PRIVATE 32,39 14,27 14,42 63,6 18,70 61, ,56 23,86 90,2 36,14 III TOTAL RTH 4 270, ,51 IV Luas Wilayah (Ha) , ,00 V Luas TNKS (Ha) , ,60 VI LUAS PERKOTAAN (Ha) 1.283, ,00 Pesisir Bukit Kumun Debai VII % RTH 21,05% 38,39% Sumber : RTRW Kota Sungai Penuh Tahun

95 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya A. Kawasan Peruntukan Perumahan Perumahan Kepadatan Tinggi Perumahan kepadatan tinggi merupakan kawasan perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang tinggi dan didukung dengan kepadatan penduduknya yang juga tinggi, hal ini dipengaruhi oleh nilai lahan dan daya dukung kawasan. Pada kawasan yang cepat tumbuh dan nilai lahan yang tinggi kawasan perumahan diarahkan untuk menjadi permukiman dengan kepadatan tinggi. Tabel. III.1.4 Rencana Sebaran Perumahan Kepadatan Tinggi Kota Sungai Penuh No Kecamatan Luas (Ha) 1 Sungai Penuh 125,71 2 Pesisir Bukit 24,61 Total 150,32 Sumber : Dokumen RTRW Kota Sungai Penuh Tahun Perumahan Kepadatan Sedang Perumahan kepadatan Sedang merupakan kawasan perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang Sedang dan didukung dengan kepadatan penduduknya yang juga tidak memungkinkan untuk kepadatan bangunan tinggi, hal ini dipengaruhi oleh nilai lahan dan daya dukung kawasan. Kawasan perumahan kepadatan sedang diarahkan pada lapis kedua dari perumahan kepadatan tinggi, hal ini dilakukan untuk menghambat perkembangan kawasan perumahan kepadatan tinggi sehingga kualitas lingkungan tetap terjaga. Tabel. III.1.5 Rencana Sebaran Perumahan Kepadatan Sedang Kota Sungai Penuh No Kecamatan Luas (Ha) 1 Sungai Penuh 131,49 2 Pesisir Bukit 34,83 3 Hamparan Rawang 8,94 4 Kumun Debai 261,88 Total 437,14 Sumber : Dokumen RTRW Kota Sungai Penuh Tahun Perumahan Kepadatan Rendah Perumahan kepadatan Rendah merupakan kawasan perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang rendah dan didukung dengan kepadatan penduduknya yang juga tidak memungkinkan untuk kepadatan bangunan sedang hingga tinggi, hal ii dipengaruhi 3-20

96 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh oleh daya dukung lahan sehingga pengembangan perumahan pada kawasan ini harus dengan konstruksi yang tahan terhadap gempa. Perumahan kepadatan rendah ini tersebar di Kecamatan Hamparan Rawang, Pesisir Bukit, Tanah Kampung, Kumun Debai dan Kecamatan Sungai Penuh untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel. III.1.6 Rencana Sebaran Perumahan Kepadatan Rendah Kota Sungai Penuh No Kecamatan Luas (Ha) 1 Sungai Penuh 224,08 2 Pesisir Bukit 249,52 3 Hamparan Rawang 200,32 4 Tanah Kampung 298,04 5 Kumun Debai 44,53 Total 1.016,49 Sumber : Dokumen RTRW Kota Sungai Penuh Tahun Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan peruntukan pariwisata bertujuan untuk menyelenggarakan jasa pariwisata atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Daya tarik wisata tersebut terdiri atas : a. daya tarik wisata alam kawasan Bukit Sentiong di Kecamatan Sungai Penuh. kawasan Bukit Khayangan di Kecamatan Sungai Penuh dan Kecamatan Kumun Debai. kawasan Taman Bunga di Kecamatan Sungai Penuh. kawasan Bukit Tapan di Kecamatan Pesisir Bukit. Kawasan Air Terjun di Kecamatan Kumun Debai. b. daya tarik wisata buatan Daya tarik wisata buatan berupa pengembangan dan peningkatan kawasan Agrowisata di setiap kecamatan Kota Sungai Penuh. c. daya tarik wisata budaya Masjid Agung Pondok Tinggi di Kecamatan Sungai Penuh. Masjid Raya Rawang di Kecamatan Hamparan Rawang. Tanah Sebingkeh di Kecamatan Hamparan Rawang. Tanah Mendapo di Kecamatan Sungai Penuh. Makam Nenek Siak Lengih di Kecamatan Sungai Penuh. Batu Sorban dan Makam Siak Alam Koto Bingin di Kecamatan Pesisir Bukit. 3-21

97 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Batu Gong Nenek Betung di Kecamatan Kumun Debai Rencana luas kawasan objek wisata yang akan dikembangkan seluas 149,77 ha, sedangkan rencana pengembangan kawasan peruntukan pariwisata diarahkan pada : Penataan ruang kawasan pariwisata. Pengembangan hasil kerajinan rakyat dan budaya masyarakat. Pengembangan objek dan fasilitas pariwisata. Promosi objek-objek wisata. Tabel. III.1.7 Rencana Pola RuangKota Sungai Penuh No Fungsi Kawasan Luas (ha) Persentase ( %) I Kawasan Lindung 1 Taman Nasional Kerinci Seblat ,60 59,20 2 Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahnya 195,12 0,50 3 Ruang Terbuka Hijau Kota 492,51 1,26 4 Kawasan Cagar Budaya 3,00 0,01 5 Kawasan Rawan Bencana 4.377,21 11,18 Sub total ,44 72,15 II Kawasan Budidaya A Kawasan Perkotaan 1.283,00 3,28 1 Permukiman 977,40 2,50 2 Perdagangan dan jasa 98,41 0,25 3 Perkantoran 17,46 0,04 4 Pariwisata 147,87 0,38 5 Kawasan Pendidikan 32,08 0,08 6 Kawasan Kesehatan 9,78 0,02 B Peruntukan Lainnya 9.621,56 24,58 1 Kawasan Pertahanan dan Keamanan 4,85 0,01 2 Kawasan Pertanian : a. Perkebunan dan Holtikultura 5.944,35 15,18 b. Pertanian Tanaman Pangan 2.731,33 6,98 3 Hutan Produksi 941,03 2,40 Sub total ,56 27,85 Luas Wilayah Kota Sungai Penuh ,00 100,00 Sumber : Dokumen RTRW Kota Sungai Penuh Tahun

98 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh 3-23

99 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Penetapan Kawasan Strategis Kota Sungai Penuh Kawasan strategis kota berfungsi untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota; mengalokasikan ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi daya dukung lingkungan hidup di wilayah kota; sebagai pertimbangan penyusunan indikasi program; serta sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang kota. Adapun penetapan kawasan strategis didasarkan pada tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang; nilai strategis dari aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan; kesepakatan para pemangku kepentingan; daya dukung dan daya tampung kota; serta ketentuan perundang undangan terkait Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Strategis Sumatera dan Kawasan Strategis Provinsi Kawasan strategis Nasional dan Provinsi ialah kawasan yang memiliki kepentingan/ kekhususan yang berbeda serta terdapat pembagian kewenangan yang jelas pada kota. Dalam RTRWN, disebutkan bahwa Kota Sungai Penuh termasuk dalam Pengembangan Kawasan Andalan Muara Bungo-Sarolangun dsk dengan sektor unggulannya adalah pariwisata, kehutanan, perkebunan, tanaman pangan. Sementara fungsi nasional yang diberikan kepada kota Sungai Penuh adalah sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu simpul jasa distribusi skala menengah yang mempunyai potensi mendorong kawasan di daerah belakangnya, yaitu pusat-pusat pertumbuhan yang merupakan sentrasentra produksi dan pengolahan hasil produksi. Sejalan dengan arahan kebijakantersebut, Kota Sungai Penuh berpeluang untuk mendorong kegiatan perekonomiannya berdasarkan potensi alam yang dimilikinya, dengan tetap berkomitmen terhadap pelestarian alam dan keterbatasan fisik alam yang ada. Tentunya untuk mendukung Kota Sungai penuh yang memiliki peranan berskala nasional, maka dukungan infrastruktur yang mengubungkan pusat-pusat dan kota-kota terkait lainnya perlu ditingkatkan. Dalam konsep pengembangan terpadu wilayah Sumatera diidentifikasikan sektorsektor unggulan yang diprioritaskan untuk dikembangkan di Kota Sungai Penuh, antara lain: sektor pendidikan, industri, pertanian, kehutanan, dan pariwisata, Kebijakan ini dilakukan dalamrangka memperkuat perekonomian dan pengembangan wilayah Kota Sungai Penuh. Karena itu dibutuhkan beberapa kebijakan, yang antara lain : Peningkatan kegiatan wisata alam dan budaya dengan promosi serta penyediaan sarana dan prasarana wisata termasuk kemudahan mencapai wilayah Kota Sungai Penuh baik dari Provinsi Sumatera Barat maupun dari Provinsi Jambi. Kemudahan pencapaian ke objek-objek wisata yang tersebar melalui 3-24

100 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh penyediaan akomodasi dan sarana pergerakan yang menuju daerah wisata. Peningkatan promosi dan penyusunan agenda kegiatan wisata yang lebih informatif dan mudah diakses. Menjaga kelestarian potensi wisata terutama wisata alam dan budaya, termasuk juga pelestarian habitat flora dan fauna langka serta Taman Nasional Kerici Seblat (TNKS). Pengembangan komoditi komoditi andalan dan peningkatan hasil produksi pertanian dan perkebunan. Pengembangan sistim jaringan pemasaran dalam rangka mencari peluang pemasaran yang lebih kompetitif. Pemanfaatan energi dengan tetap berwawasan lingkungan dan menjaga kelestarian alam sekitar kawasan kegiatan dan mengantisipasi dampak perubahan secara dini sehingga mampu dikendalikan seminimal mungkin Kawasan Strategis Kota Sungai Penuh A. Kawasan Strategis dari Perspektif Ekonomi Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi ditetapkan sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis kota dengan kepentingan pertumbuhan ekonomi kota dengan kriteria diantaranya adalah sebagai berikut : Kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; Kawasan yang memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi kota Kawasan yang didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; Kriteria lainnya pada aspek ekonomi yang dapat ditentukan oleh Kota sesuai dengan karakteristik dan kepentingan pembangunan kota Berdasarkan kriteria di atas maka ditetapkan Kawasan strategis dari perspektif ekonomi mencakup : Kawasan Ekowisata, Kawasan wisata Taman Bunga Puti Senang, Bukit Kayangan, Bukit Sentiong, dan Bukit Tapan serta kawasan wisata lainnya dapat dijadikan kawasan strategis karena memiliki keunggulan sektoral yang dapat dikembangkan. Kawasan Strategis Industri Kecil, dikembangkan tersebar sesuai dengan kondisi dan potensi industri kerajinan yang telah berkembang di Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Pesisir Bukit, Kecamatan Tanah Kampung, Kecamatan Sungai Penuh dan Kecamatan Kumun Debai Kawasan Pusat Perdagangan, Kawasan ini berada di Kecamatan Sungai Penuh yaitu Kincai Plaza dan Pasar Beringin di Kelurahan Pasar Sungai Penuh dan Pasar 3-25

101 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Tanjung Bajure di Desa Pasar Baru yang dipertahankan untuk menjadi pusat pelayanan skala kota. Rencana pengelolaan kawasan strategis dari perspektif ekonomi meliputi : Penataan ruang kawasan ekowisata, industri kecil, perdagangan dan jasa. mempertahankan fungsi kawasan sebagai kawasan ekowisata, industri kecil, perdagangan dan jasa skala kota dan skala wilayah. B. Kawasan Strategis dari Perspektif Sosial dan Budaya Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya Kota Sungai Penuh meliputi kawasan yang memiliki nilai strategis kota dengan sudut kepentingan sosial budaya kota dengan kriteria sebagai berikut: Merupakan tempat pendidikan dan pelatihan skala regional Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya setempat. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri kota. Merupakan aset kota yang harus dilindungi dan dilestarikan. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya kota. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya. Rencana pengelolaan kawasan strategis dari perspektif sosial budaya meliputi : menata bangunan dan lingkungan. meningkatkan kualitas lingkungan. mempertahankan nilai sejarah kawasan. mempertahankan fungsi kawasan sebagai kawasan pendidikan, pelatihan dan kawasan wisata. C. Kawasan Strategis dari Perspektif Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut pandang fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi tempat perlindungan keanekaragaman hayati; kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan hamper punah; kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun menimbulkan kerugian; kawasan yang memberikan perlidungan terhadap keseimbangan iklim makro; kawasan yang menuntutprioritas tinggi untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup; kawasan rawan bencana; dan/atau kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Adapun kriteria Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Kota Sungai Penuh meliputi kawasan yang memiliki nilai strategis kabupaten dengan sudut kepentingan lingkungan hidup adalah: 3-26

102 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati Merupakan aset kabupaten berupa kawasan lindung kabupaten yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian bagi Kota Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro wilayah kota Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup Rawan bencana alam skala kota; atau sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan Berdasarkan kriteria diatas, maka kawasan strategis dari perspektif fungsi dan daya dukung lingkungan di Kota Sungai Penuh meliputi kawasan lindung yaitu: Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan luas wilayah ,6 ha (59,20 % dari luas wilayah Kota Sungai Penuh). Kawasan resapan air dengan luas wilayah seluas 195,12 ha. Kawasan resapan air sebagaian wilayah Kota Sungai Penuh, Kecamatan Pesisir Bukit dan KecamatanKumun Debai. Tabel. III.1.8 Kawasan Strategis Kota Sungai Penuh Jenis Kawasan Strategis Kawasan Strategis Lokasi Kawasan Strategis dari Perspektif Ekonomi Kawasan Strategis dari Perspektif Sosial Budaya Kawasan Strategis dari Perspektif Fungsi daya dukung Lingkungan 1. Kawasan Ekowisata 2. Kawasan Industri Kecil 3. Kawasan Perdagangan dan jasa 1. Kawasan Pendidikan dan Pelatihan 2. Kawasan Kebudayaan Islam 3. Kawasan Pengkajian Islam 1. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) 2. Kawasan Resapan Air Sumber : Dokumen RTRW Kota Sungai Penuh Tahun Kec.Hamparan Rawang, Kec.Pesisir Bukit, Kec.Sungai Penuh, Kec. Tanah Kampung dan Kec.Kumun Debai 2. Kec. Hamparan Rawang, Kec.Pesisir Bukit, Kec.Sungai Penuh, Kecamatan Tanah Kampung dan Kec.Kumun Debai 3. Kecamatan Sungai Penuh 1. Kecamatan Pesisir Bukit, Kec. S.Penuh 2. Pondok Tinggi (Kec. Sungai Penuh) 3. Kec. Hamparan Rawang 1. Kec. Sungai Penuh,Kec. Pesisir Bukit, Kec. Kumun Debai. 2. Kec. Kumun Debai, Kec. Sungai Penuh, Kec.Pesisir Bukit 3-27

103 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh 3-28

104 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh 3.2. STRATEGI /SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA SUNGAI PENUH BERDASARKAN RPJMD KOTA SUNGAI PENUH Strategi Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Untuk mencapai sasaran Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik dicapai dengan strategi sebagai berikut: a. Penataan dan penguatan kapasitas kelembagaan daerah b. Peningkatan kualitas SDM aparatur c. Peningkatan budaya kerja yang berdasarkan pada ketaatan akan hukum dan perundang-undangan d. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah e. Peningkatan kualitas pelayanan public f. Pengembangan manajemen pendidikan berbasis prestasi g. Penyediaanprasarana pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) h. gerakan pendidikan untuk e-learning i. Memantapkan daya dukung infrastruktur daerah j. Pengembangan pusat kegiatan skala lokal dan wilayah k. Perluasan lapangan kerja pada sektor unggulan l. Pengembangan kewirausahaan m. Pengembangan koperasi, UMKM dan industri kecil berbasis sektor dan komoditas unggulan dengan menerapkan teknologi tepat guna (TTG) n. Penerapan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) o. Pengamalan dan Pelestarian Nilai Kebudayaan dan Keagamaan Dalam Kehidupan Bermasyarakat p. Optimalisasi pengelolaan potensi daerah secara bijaksana dan berkelanjutan Arah Kebijakan Arah kebijakan pembangunan Kota Sungai Penuh menitik beratkan pada upaya meningkatkan kemandirian Kota Sungai Penuh dan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka percepatan pembangunan diperlukan adanya grand strategi daerah yang kemudian akan menetapkan arah kebijakan pembangunan selama 5 (lima) tahun ke depan. Secara garis besar, arah kebijakan pembangunan Kota Sungai Penuh periode tahun adalah sebagai berikut: a. Arah Kebijakan untuk Meningkatkan Tata kelola pemerintahan yang baik b. Arah kebijakan untuk Meningkatkan pendidikan berkualitas yang berbasiskan IMTAQ dan IPTEK 3-29

105 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh c. Arah kebijakan untuk Meningkatkan Kualitas Pembangunan Infrastuktur, Sarana Dan Prasarana Daerah yang Berkeadilan. d. Arah kebijakan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berbasiskan Ekonomi Kerakyatan. e. Arah kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. f. Arah kebijakan untuk Meningkatkan Kualitas Kehidupan Agamis, Berakhlak Mulia dan Berbudaya. g. Arah kebijakan untuk meningkatkan Pengelolaan Potensi Daerah, Tata Ruang Dan Lingkungan Hidup Dalam menetapkan arah kebijakan pembangunan di Kota Sungai Penuh, sesungguhnya lebih menekankan pada sinergitas dari kebijakan nasional, kebijakan provinsi jambi menjadi kebijakan Kota Sungai Penuh dengan mengedepankan pada penanganan berdasarkan pada fungsi pelayanan umum. Selain itu, dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Sungai Penuh disebutkan bahwa salah satu misi pembangunan Kota Sungai Penuh adalah Mewujudkan pengembangan perdagangan dan jasa serta sektor lapangan usaha lainnya yang berdaya saing. Oleh karenanya, dalam menyelenggarakan pembangunan kewilayahan lebih diarahkan pada : a. Mengalokasikan penggunaan ruang di Kota Sungai Penuh (pola ruang) dengan menyerasikan kegiatan antar sektor dengan kebutuhan ruang dan potensi sumberdaya alam yang berasaskan kelestarian lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan. b. Pengembangan sarana prasarana yang diarahkan pada upaya mempererat keterkaitan spasial antar kawasan (struktur ruang). c. Mengakselerasi pertumbuhan wilayah yang potensial untuk tumbuh, menjaga pertumbuhan pada kawasan strategis dan cepat tumbuh dengan tetap memperhatikan aspek keseimbangan pertumbuhan wilayah dalam satuan ruang. d. Mendorong pengembangan wilayahdi setiap kecamatan berdasarkan pertimbangan sektor andalan, sektor potensial/unggulan dan kendala pengembangan yang ada. 3-30

106 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh VISI MISI I Tabel. III.2.1 Matrik Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Kota Sungai Penuh : Kota Sungai Penuh Yang Mandiri, Maju Dalam Ekonomi Dan Terdepan Dalam Pendidikan : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatkan kinerja birokrasi secara profesional dalam menjalankan fungsi pemerintahan 1. Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik 1. Penataan dan penguatan kapasitas kelembagaan daerah 2. Peningkatan kualitas SDM aparatur 3. Peningkatan budaya kerja yang berdasarkan pada ketaatan akan hukum dan perundang-undangan 4. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah 5. Peningkatan kualitas pelayanan publik 1. Membangun struktur pemerintahan sesuai dengan kebutuhan daerah dan rensponsif terhadap kepentingan masyarakat luas. 2. Mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang efektif dan transparan dalam pengambilan kebijakan dan akuntabilitas public 3. Meningkatkan peran dan partisipasi perempuan dalam proses politik dan jabatan publik 4. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi aparatur Pemerintah Daerah, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi menuju pencapaian good governance dan clean government yang diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan aparatur 5. Menghormati supremasi hukum, melalui perilaku keteladanan aparatur pemerintahan dalam mematuhi dan menaati hukum 6. Perwujudan produk hukum daerah yang memihak kepentingan masyarakat 7. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat 8. Menerapkan sistem perencanaan dan pengelolaan keuangan daerah yang bersinergi didukung SDM yang handal 9. Terselenggaranya koordinasi perencanaan lingkup pemerintahan baik Pusat dan Daerah 10. Tersusunnya konsep perencanaan yang berkualitas dengan didasari oleh analisa study yang baik 11. Peningkatan Pengelolaan pendapatan dan aset daerah yang menekankan pada keserasian antara kebutuhan pengeluaran dan pendapatan 12. Pengembangan sistem informasi terpadu (e-government) yang dapat memperlancar dan meningkatkan mutu layanan 3-31

107 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh MISI II : Meningkatkan pendidikan berkualitas yang berbasiskan IMTAQ dan IPTEK Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Mewujudkan kualitas pendidikan yang berdaya saing 1. Meningkatnya cakupan layanan dan mutu pendidikan 2. Penerapan system pembelajaran berbasis IT 1. Pengembangan manajemen pendidikan berbasis prestasi 2. Penyediaan prasarana pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) 1. Mambangun manajemen pendidikan yang demokratis dan semua stakeholder memberikan kontribusi di dalam memajukan dan menumbuhkembangkan suasana kondusif pada lembaga pendidikan 2. Merancang sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang menyenangkan, merangsang dan menantang peserta didik untuk mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya dalam berinovasi, berkreasi dan berkompetisi 3. Memfasiltasi penguatan dan pengembangan lembaga pendidikan tinggi 4. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5. Meningkatkan akses layanan, kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan didukung dengan penyediaan, pemerataan dan kualitas sarana pendidikan serta tenaga pendidik yang memiliki kompetensi 1. Gerakan pendidikan untuk e-learning 1. Membangun media pembelajaran yang berbasiskan teknologi informasi dan komunikasi yang di dukung oleh tenaga pendidik yang profesional 2. Meningkatkan partisipasi stakeholder pendidikan dan masyarakat dalam proses perbaikan mutu pendidikan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi 3. Membudayakan proses belajar yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai proses pembelajaran yang efektif dan kreatif. MISI III : Meningkatkan Kualitas Pembangunan Infrastuktur, Sarana Dan Prasarana Daerah yang Berkeadilan Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatkan pemenuhan kebutuhan layanan infrastruktur, sarana dan prasarana daerah 1. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan infrastruktur sarana dan prasarana daerah 2. Meningkatnya cakupan dan kualitas fasilitas infrastruktur perkotaan 1. Memantapkan daya dukung infrastruktur daerah 2. Pengembangan pusat kegiatan skala lokal dan wilayah 1. Mengharmonisasikan keterpaduan sistem jaringan jalan, jembatan dan fasilitas umum lainnya. 2. Pengembangan pengelolaan sumber daya air 3. Penataan dan pengelolaan kawasan perumahan dan permukiman 4. Mensinergiskan sistem infrastruktur dengan konsep tata ruang wilayah 5. Pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas angkutan jalan 6. Pembangunan dan pengembangan gedung pemerintah 7. Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan kebencanaan 8. Meningkatkan akses antara pusat-pusat permukiman dengan pusat pertumbuhan, meningkatkan akses ke wilayah-wilayah potensial/sentra produksi dan meningkatkan akses secara regional. 9. Penyediaan dan pembangunan prasarana perkotaan, seperti olahraga, taman kota, pemakaman, perparkiran, dsb. 3-32

108 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh MISI IV : Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berbasiskan Ekonomi Kerakyatan Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatkan perekonomian masyarakat 1. Berkembangnya usaha ekonomi masyarakat 2. Terkelolanya sektor dan komoditas unggulan daerah MISI V : Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan 1. Perluasan lapangan kerja pada sektor unggulan 2. Pengembangan kewirausahaan 3. Pengembangan koperasi, UMKM dan industri kecil berbasis sektor dan komoditas unggulan dengan menerapkan teknologi tepat guna (TTG) 1. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan pro rakyat miskin serta meningkatkan usahausaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan 2. Meningkatkan sistem dan strategi dalam menumbuhkan wirausaha baru berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi 3. Mengembangkan UKM untuk makin berperan dalam proses indus-trialisasi, perkuatan keterkaitan industri, percepatan pengalihan teknologi, dan peningkatan kualitas SDM 4. Mengintegrasikan pengembangan usaha sesuai dengan karakteristik daerah dan pengusaha serta potensi usaha di setiap kecamatan, desa/kelurahan 5. Peningkatan kapasitas kelembagaan pendukung ketahanan pangan berbasis masyarakat 6. Penerapan sistem pertanian modern dan terpadu melalui teknologi tepat guna (TTG) dan peningkatan daya serap pasar terhadap produk unggulan 7. Meningkatnya lapangan usaha di sektor jasa keparawisataan. Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat 1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat dan Gizi 2. Membudayanya perilaku hidup bersih dan sehat 3. Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan 4. Meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan 1. Pembangunan berwawasan kesehatan 2. Mendorong pemerataan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan 3. Mengoptimalkan sumber daya kesehatan yang ada melalui peningkatan kompetensi dan profesionalisme SDM kesehatan 1. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan balita 2. Peningkatan pelayanan terhadap penanganan penyakit menular 3. Pengembangan jaminan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga medis secara merata 5. Peningkatan sosialisasi terhadap kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat pada masyarakat 6. Peningakatan pengawasan obat dan makanan dan minuman 7. Pendataan dan peningkatan status kesehatan siswa 3-33

109 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh MISI VI : Meningkatkan Kualitas Kehidupan Agamis, Berakhlak Mulia dan Berbudaya Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Mewujudkan tatanan sosial kemasyarakatan yang berbudaya, berbudi luhur dan damai 1. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai 2. Meningkatnya kualitas kehidupan beragama 3. Meningkatnya kualitas dan kapasitas pemuda dan olahraga Pengamalan dan Pelestarian Nilai Kebudayaan dan Keagamaan Dalam Kehidupan Bermasyarakat Peningkatan kualitas dan kapasitas pemuda dan olahraga 1. Optimalisasi lembaga sosial keagamaan yang ada dan berkembang di masyarakat 2. Optimalisasi peran lembaga pendidikan dalam kehidupan yang agamis dan pembentukan karakter 3. Mengembangkan modal sosial dengan mendorong terciptanya wadah yang terbuka dan demokratis bagi dialog kebudayaan 4. Menjadikan budaya lokal sebagai salah satu alat promosi daerah dengan mengedepankan budaya leluhur 5. Menjadikan budaya dan tradisi lokal sebagai salah satu muatan pendidikan di sekolah 6. Optimalisasi peran dan kapasitas pemuda dalam pembanguan daerah 7. Mengembang dan meningkatkan prestasi olahraga serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berolahraga 8. Meningkatkan peran dan partisipasi perempuan dalam pembangunan 9. Meningkatkan peran dan partisipasi lembaga sosial kemasyarakatan lainnya dalam pembangunan MISI VII : Pengelolaan Potensi Daerah, Tata Ruang Dan Lingkungan Hidup Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatkan kelestarian dan daya dukung lingkungan 1. Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang optimal dan berkelanjutan sesuai dengan aspek penataan ruang dan lingkungan hidup 2. Terwujudnya kota bersih dan sehat Optimalisasi pengelolaan potensi daerah secara bijaksana dan berkelanjutan 1. Mengendalikan aktivitas masyarakat dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan aspek sosial, lingkungan hidup dan tata ruang 2. Peningkatan produktivitas lahan kritis dan lahan tidur (lahan marginal) 3. Pengelolaan, rehabilitasi dan pelestarian sumber daya hutan 4. Pengembangan sistem penanggulangan bencana 5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan hidup, terutama dalam menangani permasalahan yang bersifat akumulasi, fenomena alam yang bersifat musiman dan bencana 6. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan bersih dan sehat Sumber : Dokumen RPJMD Kota Sungai Penuh Tahun

110 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh 3.3. SKENARIO PENGEMBANGAN SEKTOR/BIDANG PU/CIPTA KARYA Dengan melihat peran dan fungsi perkotaan, kebutuhan pengembangan ataupun pembangunan perkotaan dapat dibedakan dalam bentuk : kebutuhan untuk kepentingan pertumbuhan dan pengembangan kawasan ataupun wilayah ( Development Needs ) dan kebutuhan untuk memenuhi Pelayanan Prasarana dan sarana dasar ( basic ), baik pelayanan kepada masyarakat/community ( Basic Need ), maupun pelayana system kota ( Basic city/ City Wide ) Penentuan Development Needs didasarkan pada konsep pengembangan sektoral yang menjadi unggulan setempat. Dengan demikian dapat dikenali pelayanan Infrastruktur apa terutama dibutuhkan dan pelayanan prasarana dan sarana apa yang sebenarnya hanya dibutuhkan sebagai penunjang dalam rangka pengembangan kawasan tersebut agar tumbuh dan berfungsi baik. Guna mewujudkan pembangunan permukiman yang sesuai, selaras dan seimbang dengan daya dukungnya, maka diperlukan kebijakan sektoral yang terlibat dalam penanganan keciptakaryaan ini. Melalui kebijakan ini, selanjutnya dapat mengarahkan terhadap kondisi yang diinginkan oleh daerah dalam setiap pengembangan permukiman. Atas dasar tersebut, maka skenario pengembangan sektoral Kota Sungai Penuh adalah sebagai berikut : A. Bidang Air Minum Kebutuhan air bersih di Kota Sungai Penuh diperoleh dari pelayanan PDAM Tirta Sakti Kerinci dengan kapasitas 76 ltr/dtk, yang terdiri dari IPA Pelayang Raya dengan kapasitas 55 ltr/dtk, IPA Rawang kapasitas 20 ltr/dtk serta IPA Sungai Jernih 1 l/dt. Jumlah ini tidaklah mencukupi untuk melayani konsumen di lapangan yang mencapai sambungan rumah, sehingga terjadi over kapasitas dalam operasional, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kualitas yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis proyeksi, dengan kapasitas 76 L/detik eksisting tidaklah mencukupi kebutuhan air minum Kota Sungai Penuh diamana pada tahun 2011 kebutuhan air minum mencapai 210 L/detik dan pada akhir tahun rencana dibutuhkan kapasitas air minum sebesar 260 L/detik. Untuk menutupi kekurangan kebutuhan air minum Kota Sungai Penuh telah dilakukan upaya dengan pembangunan IPA kapasitas 10 L/detik di Tanah Kampung dengan sumber air baku Sungai Batang Sangkir dan pembangunan IPA kapasitas 30 L/detik di Desa Ulu Air dengan Sungai Batang Merao sebagai sumber air baku yang sedang dalam pelaksanaan pembangunannya. Direncanakan pada tahun 2012 akan dibangun IPA kapasitas 100 L/detik di Simpang Tiga Rawang yang sumber air bakunya dari Sungai Batang Merao. Sistem jaringan yang ada sekarang, meliputi sistem jaringan primer 3-35

111 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh (pipa Induk), sampai ke pipa persil yang menghubungkan sampai ke rumah-rumah pelanggan. Sistem ini akan terus dipertahankan, dengan pengembangan berupa perluasan jaringan pipa, terutama dalam sistem jaringan pipa primer serta peremajaannya. Sistim jaringan perpipaan air minum meliputi hampir seluruh wilayah Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Pesisir Bukit, Kecamatan Tanah Kampung dan Kecamatan Kumun Debai. Untuk perluasan pelayanan pada wilayah yang belum terlayani dilakukan dengan pengembangan instalasi induk mengikuti arah pengembangan jaringan jalan lingkar luar. Dalam penyediaan air minum di Kota Sungai Penuh, terdapat berbagai persoalan yang dihadapi, diantaranya: 1. Legalitas PDAM Tirta Sakti Kerinci yang masih merupakan aset Kabupaten Kerinci, sedangkan sebagian besar konsumen berada di wilayah Kota Sungai Penuh. 2. Keterbatasan sumber air baku. Sumber air baku yang digunakan saat ini mayoritas berasal dari Kabupaten Kerinci. 3. Pipa transmisi maupun distribusi existing masih ada yang merupakan peninggalan jaman pemerintahan Belanda, sehingga sudah banyak yang bocor. 4. Sambungan/koneksi pada pipa transmisi maupun distribusi sudah banyak yang rusak, sehingga mengurangi tekanan air yang mengakibatkan reservoir tidak terisi penuh. Dengan demikian kebutuhan pada jam puncak tidak dapat terpenuhi. 5. Pada jalur pipa transmisi maupun distribusi utama ada koneksi langsung, hal ini juga menyebabkan berkurangnya tekanan air. 6. Tidak semua instalasi produksi diopersionalkan selama 24 jam/hari, karena keterbatasan biaya operasional, hal ini menyebarkan ketersediaan air tidak Kontinyu. 7. Konsumen ada juga yang mengalami kemacetan supply karena kurangnya air yang tersedia (terutama pada jam puncak), 8. Belum adanya pembagian zona pelayanan. 9. Masih tingginya angka kehilangan air, yaitu sebesar + 35%. Berangkat dari permasalahan yang air minum yang ada di Kota Sungai Penuh, maka arahan system penyediaan air minum sebagai berikut : 1. Pengembangan system jaringan perpipaan. 2. Pengembangan Sistem non perpipaan Sistem jaringan perpipaan terdiri atas : 1. Jaringan Primer 2. Jaringan Sekunder 3. Pengembangan fasilitas pengolahan air minum. Sisten jaringan primer meliputi : 1. Pengembangan pengembangan sistem jaringan primer yang melalui Jalan 3-36

112 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Lembang Jaya Jalan Pandai Besi Jalan Pancasila. 2. pengembangan sistem jaringan primer yang melalui Jalan Tanjung. 3. peningkatan seluruh sistem jaringan primer dalam Kota Sungai Penuh. Sistem jaringan sekunder berupa sistem jaringan yang meliputi : 1. pengembangan sistem jaringan sekunder yang melalui Jalan Tanjung Tanjung Bunga. 2. pengembangan sistem jaringan sekunder yang melalui Jalan Pancasila Desa Koto Panap. 3. peningkatan seluruh sistem jaringan sekunder dalam Kota Sungai Penuh. Pengembangan fasilitas pengolahan air minum meliputi : 1. pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum Kumun Debai dengan kapasitas 30 ltr/dtk di Kecamatan Kumun Debai. 2. pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum Tanah Kampung dengan kapasitas 10 ltr/dtk di Kecamatan Tanah Kampung. 3. pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum Simpang Tiga Rawang kapasitas 100 ltr/dtk di Kecamatan Hamparan Rawang. Sistem jaringan non perpipaan dilakukan pada wilayah yang tidak terlayani jaringan perpipaan melalui : 1. pengeboran air tanah yang dilakukan secara terbatas dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan di seluruh Kecamatan. 2. penyediaan terminal air untuk kawasan-kawasan yang belum terlayani jaringan perpipaan. B. Bidang Sampah Berdasarkan hasil proyeksi yang dilakukan, jumlah produksi sampah yang ada di Kota Sungai Penuh tahun 2031 adalah sebesar 164 M3/hari dengan jumlah penduduk yang terlayani sekitar jiwa, oleh sebab itu untuk mengelola sampah agar tidak menimbulkan dampak negative, atau setidak tidaknya dapat meminimalkan dampak tersebut maka perlu diadakan inventarisasi masalah masalah yang penting bagi pelaksanaan perencanaan pengelolaan sampah dimasa mendatang. kebutuhan sarana persampahan sebagai berikut : 1. Bin Sampah/Tong Sampah kapasitas 40 L sebanyak buah 2. Gerobak sampah kapasitas 1 M3 sebanyak 164 unit 3. TPS/Kontainer kapasitas 2 M3 sebanyak 82 unit 4. Truk Sampah kapasitas 6 M3 sebanyak 27 unit Untuk arahan pengelolaan sampah Kota Sungai Penuh dilakukan melalui sebagai berikut: 1. Pewadahan tahapan 3-37

113 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh Pada tahap pewadahan setiap rumah/bangunan harus memiliki pewadahan sampahnya masing-masing 2. Pemilahan Pada tahap pemilihan, pada setiap warga masyarakat diwajibkan agar melakukan pemilihan sampahnya masing-masing 3. Pengumpulan Pola langsung : proses pengumpulan sampah langsung (house to house collection) dengan truk sampah dan kemudian dibuang ke TPA. Pola Tidak Langsung : proses pengumpulan sampah dengan menggunakan becak/gerobak sampah dan kemudian dipindahkan/ditempatkan ke tempat penampungan sementara (TPS 4. Pengangkutan Pola Langsung : proses pengangkutan sampah dengan menggunakan truk sampah secara langsung dari sumber sampah, ke perumahan dan kemudian diangkat langsung ke TPA. Pola Tidak Langsung : Proses pengangkutan sampah dengan cara mengangkut sampah yang telah terkumpul/bertumpuk di TPS dan kemudian diangkut ke TPA. Pada tahap ini camat aktif melakukan koordinasi dengan Dinas Kebersihan, Lingkungan Hidup tentang jadwal waktu pengangkutan sampah ke TPA. 5. Pembuangan Akhir Pembuangan akhir merupakan kegiatan operasional pembuangan sampah tahap akhir dengan mengumpulkan sampah di suatu tempat agar tidak menimbulkan kualitas lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan arahan dan kebijakan Rencana Tata Ruang Provinsi bahwa Kota Sungai Penuh diarahkan pada pengembangan TPA Regional dengan Kabupaten Kerinci.Kondisi eksisting saat ini Kota Sungai Penuh menggunakan TPA Regional dimaksud yang berlokasi di Sanggaran Agung Kabupaten Kerinci. Pada tahun 2012 direncanakan peningkatan pengelolaannya dari sistem Open Dumping ke sistem Sanitary Landfill. Penggunaan TPA Sanggaran Agung dilakukan dengan pola kemitraan dengan Pemerintah Kabupaten Kerinci melalui kerjasama antar daerah. 6. Pengolahan Sampah Untuk mengurangi volume sampah ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain : Pembuatan kompos (composting) Komposisi sampah organik untuk sampah Kota Sungai Penuh yang sangat besar sekitar 89,83% dari total sampah. Oleh karena itu sangat mendukung 3-38

114 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh untuk dilakukannya metoda composting untuk mengurangi timbulan sampah yang akan dibuang ke TPA. Daur Ulang (Recycling) Dilihat dari komposisi sampah khususnya kertas dan plastik, recycling bisa dijadikan alternatif pengolahan sampah. Proses recycling lain yang bisa dilakukan berupa: Reduce ( mengurangi ) Reuse ( menggunakan kembali ) Replace( Mengganti ) Arahan sistim persampahan Kota Sungai Penuh, meliputi : rencana Tempat Penampungan Sementara (TPS) rencana Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) rencana Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) peningkatan dan pengembangan teknologi pengolahan sampah. Rencana peningkatan dan pengembangan teknologi pengolahan sampah meliputi : sistem pengolahan dengan sanitary landfill. rencana pengelolaan sampah melalui 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) yang dilakukan pada sumber sampah, TPS dan TPST. C. Bidang Air Limbah Pada dasarnya air limbah terdiri dari 2 bentuk yaitu air kotor (Grey Water) dan limbah manusia (Black Water). Prakiraan air limbah di Kota Sungai Penuh pada tahun 2031 untuk grey water sebesar m3 dan black water m3. Penanganan air limbah dapat dilakukan melalui dua teknologi pembuangan, yaitu sistem setempat (onsite system) dan sistem terpusat (offsite sysfem). Pengelolaan air limbah membutuhkan sistem pengolahan yang memenuhi kaidah teknis sesuai dengan teknologi pembuangan yang akan diterapkan. Arahan sistem pengolahan air limbah Kota Sungai Penuh terdiri atas: sistem pembuangan air limbah bahan berbahaya dan beracun. Rencana sistem pembuangan air limbah bahan berbahaya dan beracun diarahkan pada Kawasan Rumah Sakit di Kecamatan Sungai Penuh. sistem pembuangan air limbah terpusat. Sedangkan rencana sistem pembuangan air limbah terpusat berupa pengembangan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) diarahkan pada kawasan pusat pemerintahan dan kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Sungai Penuh. sistem pembuangan air limbah rumah tangga individual dan komunal. rencana sistem pembuangan air limbah rumah tangga individual dan komunal meliputi : 3-39

115 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh sistem pembuangan air limbah rumah tangga individual diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan rendah dan sedang di Kecamatan Tanah Kampung, Kecamatan Kumun Debai, Kecamatan Pesisir Bukit dan Kecamatan Hamparan Rawan sistem pembuangan air limbah rumah tangga komunal diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan tinggi di Kecamatan Sungai Penuh D. Bidang Drainase Rencana sistim drainase Kota Sungai Penuh terdiri dari pengaturan dan sinkronisasi sistim jaringan primer, sekunder dan tersier yang terdiri dari : 1. Sistim jaringan primer sebagai saluran penampung limpasan air hujan utama ditetapkan pada beberapa aliran sungai yang melintasi Kota Sungai Penuh yang terdiri dari Sungai Ning, Sungai Pengasah, Sungai Air Sesat, Sungai Air Sempit, Sungai Terung, Sungai Air Hitam, Sungai Batang Sangkir, Sungai Air Bungkal, Sungai Rampuh, Sungai Ulu Air Kumun dan Sungai Batang Bungkal dengan outlet pada saluran utama Sungai Batang Merao di Kecamatan Tanah Kampung. 2. Sistim jaringan sekunder di kembangkan untuk membentuk sistim cluster berupa pengembangan sistim kanal pengendali banjir, terutama pada wilayah Kecamatan Hamparan Rawang, Tanah Kampung dan Kumun Debai dan sebagian Kecamatan Sungai Penuh yang rawan terhadap genangan akibat topografi wilayah. Sistim cluster dipecah untuk menciptakan daerah tampungan air sementara, berupa polder-polder pada ketiga wilayah tersebut, sehingga tidak langsung masuk ke aliran Sungai Batang Merao, dengan masing-masing polder berkapasitas m3. 3. Penataan sistim jaringan tersier dengan melakukan pemantapan dan kontinuitas saluran pada depan persil perumahan terutama pada permukiman perkotaan yang telah berkembang menjadi permukiman padat terutama di Kecamatan Sungai Penuh dan Kecamatan Hamparan Rawang agar terhubung dengan sistim sekunder. Sementara untuk kawasan pengembangan perkotaan dan permukiman pedesaan dikembangkan sistim tersier yang terintegrasi dengan pengembangan sistim sekunder berupa polder sementara hingga dapat dialirkan ke saluran sekunder. Arahan sistem drainase Kota Sungai Penuh meliputi : 1. peningkatan dan pengembangan saluran drainase dengan basis Daerah Aliran Sungai (DAS) berupa pengembangan sistim kanal pengendali banjir di wilayah Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Tanah Kampung, Kecamatan Sungai Penuh dan Kecamatan Kumun Deba 3-40

116 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kota Sungai Penuh 2. perbaikan saluran drainase pada Jalan Muradi, Jalan A. Yani, Jalan Depati Parbo dan Kawasan Pasar Tanjung Bajure serta saluran drainase yang bermasalah lainnya melalui peningkatan kapasitas dan daya tampung saluran. 3. penataan saluran drainase pada kawasan perumahan dan kawasan pusat pelayanan. 4. Penanganan saluran saluran yang berfungsi ganda sebagai saluran drainase dan saluran irigasi. 3-41

117 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4.1. Rencana Investasi Pengembangan Permukiman Petunjuk Umum Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Pada wilayah perdesaan arah pengembangan dijabarkan menurut program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah wilayah diantaranya yaitu: Program Pengembangan Perumahan 1. Penyediaan PSD Bagi Kawasan RSH a. Target: o Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri. o Sesuai dengan RUTR Pemerintah Daerah. o Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS o Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS,TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah o Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah b. Penanganan: o Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan POLRI. o Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan kawasan baru 4-1

118 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota o Review minimal setahun sekali 2. Penyediaan PS dalam Rangka Penanganan Bencana a. Target: o Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan prasarana dan sarana dasar permukimannya. o Sudah ada laporan dari Pemerintah Daerah atau media massa mengenai kejadian bencana, jenis kerusakan prasarana dan sarana dasar permukiman serta jumlah korban yang ditimbulkan b. Penanganan: o Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman untuk bisa memberikan fungsi pelayanannya seperti sebelum terjadi bencana o Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman untuk mengembalikan kondisi yang rusak akibat bencana. c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota o Review minimal setahun sekali Program Pengendalian Kota-Kota Besar & Metropolitan 1. Pengembangan Fungsi Kawasan a. Target: o Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan. o Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (distribusi pergerakan) tidak accessible terhadap infrastruktur utama perkotaan. o Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan. o Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif. b. Penanganan: o Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota besar dan Metropolitan o Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan o Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan Melalui Peremajaan Kawasan Perkotaan. c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping 4-2

119 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan 1. Penyediaan PS Permukiman Di Pulau Kecil Dan Terpencil a. Target: o Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasan lainnya. o Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik dalam hal sosial budaya maupun ekonomi. o Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah) b. Penanganan: o Bantuan teknis berupa: Pedoman Pengembangan PS di Pulau Kecil dan Terpencil Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam pemerintah kota/kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal didalamnya, berdasarkan kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat o Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan program/pjm dan Rencana Tindak c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali 2. Pengembangan PS Kawasan Agropolitan a. Target: o Kawasan pertanian yang terdiri dari kota pertanian dan desa desa sentra produksi pertanian dan desa penyangga yang ada sekitarnya, yang memiliki fasilitas untuk berkembangnya pertanian industri. b. Penanganan: o Pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan kawasan Agropolitan c. Kontribusi Pemerintah Daerah o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota o Review minimal setahun sekali 4-3

120 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Profil Pembangunan Permukiman Kondisi Umum A. Gambaran Umum Sistem Permukiman di Kota Sungai Penuh terbentuk secara alami, dimana permukiman/kampung tempat masyarakat tinggal terdapat di pusat-pusat kecamatan yang saling berkumpul membentuk sebuah kelompok permukiman. Selain itu permukiman di Kota Sungai Penuh terbentuk mengikuti jaringan jalan yang ada secara linier. Mata Pencaharian penduduk Kota Sungai Penuh yang kebanyakan adalah pedagang dan penyedia jasa. Tabel. IV.1.1 Luas Area Budidaya di Kota Sungai Penuh No. Kecamatan Budidaya Luas Kecamatan (ha) Persentase Thd Kec. 1. Tanah Kampung Sungai Penuh H. Rawang Pesisir Bukit , Kumun Debai Jumlah 15,972 39, Sumber : Kota Sungai Penuh Dalam Angka, 2010 Dari data tersebut terlihat bahwa sebagian besar penggunaan lahan untuk budidaya sebesar ha (41%), sedangkan 23, ha (59%) merupakan kawasan Taman nasional Kerinci Seblat (TNKS). Jumlah rumah tangga di Kota Sungai Penuh pada tahun 2011 adalah rumah tangga dengan rata-rata beranggotakan 5 orang (dari RP4D tahun 2007). Kecamatan yang memiliki jumlah rumah tangga terbesar adalah kecamatan Sungai Penuh sebesar rumah tangga, sedangkan kecamatan yang memiliki rumah tangga sedikit adalah Tanah Kampung sebanyak 1714 rumah tangga. Pembangunan perumahan telah dilakukan oleh Pemerintah dan pihak swasta yang diperuntukkan bagi pegawai negeri dan perumahan umum sebanyak 30, unit rumah, yang pembangunannya dilakukan pada tahun 2004 pada tahun 2005 dibangun sebanyak 40 unit rumah dan terus berlanjut sampai sekarang khususnya perumahan yang dibangun oleh swasta. Dengan jumlah penduduk yang berjumlah jiwa maka dengan asumsi bahwa satu kepala keluarga memiliki satu rumah maka dapat dihitung luas rumah dan pekarangan yang dimiliki oleh setiap keluarga. Hasil perhitungan rata-rata penggunaan lahan oleh setiap keluarga untuk permukiman dan permukiman dapat dilihat pada tabel. IV.1.2. berikut. 4-4

121 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.1.2 Rata-Rata Luas Rumah dan Pekarangan untuk Setiap Kepala Keluarga di Kota Sungai Penuh No. Kecamatan Luas Lahan budidaya Jumlah Kepala Keluarga Rata-Rata luas rumah dan pekarangan (Ha) 1. Tanah Kampung ,603 0,42 2. Sungai Penuh ,017 1,03 3. H. Rawang ,898 0,42 4. Pesisir Bukit ,930 0,52 5. Kumun Debai ,410 1,40 Jumlah 15,972 19, Sumber : Kota Sungai Penuh Dalam Angka, 2010 Dari tabel. IV.1.2. menunjukkan jumlah penggunaan lahan yang sangat minim luas lahan untuk sebuah keluarga yang rata-rata beranggotakan 4 orang. Biasanya luasan ini dipergunakan bagi masyarakat untuk bertani di area pekarangannya berupa pertanian lahan kering atau palawija dan tanaman buah-buahan, kondisi ini terjadi karena 59% luas Kota Sungai Penuh merupakan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Adanya pertumbuhan penduduk secara langsung akan mempengaruhi jumlah lahan terbangun untuk permukiman. Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,5 % secara langsung akan meningkatkan luas penggunaan lahan untuk permukiman. Untuk itu perlu disiapkan lahan untuk mengantisipasi pertumbuhan penduduk tersebut. B. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman Seiring pertumbuhan penduduk Kota Sungai Penuh maka secara langsung akan meningkat kebutuhan akan Pengembangan Permukiman yang memerlukan kebutuhan Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman. Berikut akan diuraikan secara singkat kondisi Prasarana dan Prasarana Dasar Permukiman di Kota Sungai Penuh: 1. Prasarana dan Sarana Dasar Air Minum Pemanfaatan sumber daya air di Kota Sungai Penuh terutama berasal dari sumber air permukaan yaitu Sungai Batang Merao, Sungai Batang Sangir, Sungai Jernih, Sungai Ampuh, Sungai Buai dan Sungai Sangkakala yang direncanakan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air untuk sistim jaringan irigasi dan sumber air baku untuk air minum. Sumber air yang telah dimanfaatkan adalah Sungai Batang Merao, Sungai Jernih dan Sungai Ampuh melalui Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) yang merupakan air baku bagi PDAM Tirta Sakti Sungai Penuh, dengan debit yang dihasilkan dari sumber air baku ini adalah 76 L/detik. Berdasarkan hasil analisis proyeksi, dengan kapasitas 76 L/detik eksisting tidaklah mencukupi kebutuhan air minum Kota Sungai Penuh dimana pada 4-5

122 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur tahun 2011 kebutuhan air minum mencapai 210 L/detik dan pada akhir tahun rencana dibutuhkan kapasitas air minum sebesar 260 L/detik. Untuk menutupi kekurangan kebutuhan air minum Kota Sungai Penuh telah dilakukan upaya dengan pembangunan IPA kapasitas 10 L/detik di Tanah Kampung dengan sumber air baku Sungai Batang Sangir dan pembangunan IPA kapasitas 30 L/detik di Desa Ulu Air dengan Sungai Batang Merao sebagai sumber air baku yang sedang dalam pelaksanaan pembangunannya. Direncanakan pada tahun 2012 akan dibangun IPA kapasitas 100 L/detik di Simpang Tiga Rawang yang sumber air bakunya dari Sungai Batang Merao. Sistem jaringan yang ada sekarang, meliputi sistem jaringan primer (pipa Induk), sampai ke pipa persil yang menghubungkan sampai ke rumah-rumah pelanggan. Sistem ini akan terus dipertahankan, dengan pengembangan berupa perluasan jaringan pipa, terutama dalam sistem jaringan pipa primer serta peremajaannya. Sistim jaringan perpipaan air minum meliputi hampir seluruh wilayah Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Pesisir Bukit, Kecamatan Tanah Kampung dan Kecamatan Kumun Debai. Untuk perluasan pelayanan pada wilayah yang belum terlayani dilakukan dengan pengembangan instalasi induk mengikuti arah pengembangan jaringan jalan lingkar luar. 2. Prasarana dan Sarana Dasar Persampahan Kota Sungai Penuh terdiri dari 5 kecamatan, dengan luas wilayah secara keseluruhan mencapai Km2. Pengelolaan persampahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh masuk dalam skala regional, dimana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Kerinci jumlah, wilayah yang dilayani mencakup 5 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Tanah Kampung, Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Kumun Debai dan Kecamatan Pesisir Bukit. Penanganan persampahan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh terhadap 5 kecamatan didasari oleh kondisi di kecamatan-kecamatan memang memerlukan pelayanan persampahan, karena di 5 kecamatan tersebut merupakan kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk dan permukiman yang cukup padat, serta aktivitas perekonomian masyarakatnya cukup tinggi. Pertimbangan lain adalah bahwa ketiga kawasan kecamatan tersebut berjarak cukup dekat satu sama lain, sehingga memungkinkan untuk dilayani secara sekaligus. Institusi pengelola persampahan yang ada di Kota Sungai Penuh saat ini adalah institusi pemerintah, yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh. Dalam pengelolaan persampahan, institusi ini menjalankan 2 (dua) fungsi, yaitu selain sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (operator), juga sebagai pengatur atau 4-6

123 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur pengendali (regulator) pengelolaan persampahan bersama Badan/dinas teknis lain, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Kantor Lingkungan Hidup. Dalam pelaksanaan pelayanan, Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh bertugas melakukan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah hingga ke tempat pembuangan akhir. Sementara itu masyarakat, baik secara individual maupun komunal, berperan dalam pengumpulan sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan, misalnya membuang sampah pada tong sampah, kontainer, tempat pembuangan sementara, dan tempat-tempat lainnya. 3. Prasarana dan Sarana Dasar Air Limbah Penetapan prasarana dan sarana air limbah bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. Prasarana dan sarana air limbah meliputi sistem pembuangan air limbah setempat dan/atau terpusat. Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasankawasan yang belum memiliki sistem terpusat di Kota Sungai Penuh. Sistem pembuangan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat pada kawasan pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan, dan kawasan permukiman padat di Kota Sungai Penuh. Lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga. Instalasi pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) diatur dalam rencana detail tata ruang. Tempat pengolahan limbah bahan beracun berbahaya dan beracun diarahkan di kawasan rumah sakit dalam kota sungai penuh. Pada dasarnya air limbah terdiri dari 2 bentuk yaitu air kotor (Grey Water) dan limbah manusia (Black Water). Grey Water yaitu limbah manusia dalam bentuk cairan yang dihasilkan dari sisa kegiatan pemakaian air domestik, seperti air bekas mandi, mencuci dan sebagainya. Sedangkan Black Water yaitu buangan limbah padat yang berasal dari kotoran manusia. Prakiraan air limbah di Kota Sungai Penuh pada tahun 2031 untuk grey water sebesar m 3 dan black water m 3. Penanganan air limbah dapat dilakukan melalui dua teknologi pembuangan, yaitu sistem setempat (onsite system) dan sistem terpusat (offsite system). Sistem setempat yaitu suatu sistem pembuangan air limbah sekaligus pengolahannya yang dilakukan di tempat tersebut melalui penguraian bakteri anaerobe. Teknologi pengolahan sistem setempat biasanya menggunakan Septic Tank atau Cubluk disertai Bidang Resapan. Sedangkan sistem terpusat yaitu bentuk pembuangan air 4-7

124 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur limbah menggunakan sistem perpipaan yang berfungsi mengalirkan air limbah dari sumbernya ke suatu tempat pengolahan. 4. Prasarana dan Sarana Dasar Drainase Kondisi alam Kota Sungai Penuh secara umum dapat dibedakan menjadi daerah datar, bergelombang, dan berbukit. Limpasan air permukaan yang berpotensi banjir biasanya terjadi di wilayah dengan topografi datar-bergelombang dengan kelerengan daerah kurang dari 15%. Peningkatan debit air permukaan dipengaruhi pula oleh jenis tanah lempungan, dimana resapan air relatif kecil. Pada musim penghujan dimana curah hujan cenderung tinggi, genangan air permukaan semakin meningkat pada daerah-daerah tersebut. Di beberapa wilayah kecamatan dengan karakteristik alam seperti itu, jaringan drainase seringkali belum ada, sehingga sering terjadi banjir. Fenomena itu diperburuk dengan luapan air sungai yang mengalir di wilayah-wilayah itu. Dalam konteks ini, pembangunan sistem drainase menjadi suatu kebutuhan yang mendesak dan harus mendapat prioritas. C. Parameter Teknis Wilayah Dengan menggunakan asumsi bahwa setiap rumah tangga membutuhkan lahan yang ideal untuk perumahan dengan menggunakan beberapa klasifikasi sebagai berikut: 1. Perumahan dengan Kepadatan Rendah (600 m 2 untuk setiap KK) Pada tahun 2013 akan dibutuhkan lahan tambahan untuk perumahan seluas 31,1 Ha atau sekitar 2,6019 % dari luas total lahan Kota Sungai Penuh dan untuk tahun 2017 akan dibutuhkan lahan tambahan untuk perumahan seluas 73,3 Ha atau sekitar 2,7097 % dari luas total lahan Kota Sungai Penuh, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel. IV.1.3 dan tabel. IV.1.4. berikut: No Tabel. IV.1.3 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Rendah Tahun 2013 Kecamatan Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2010 Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2013 Tambahan Lahan Luas Lahan Per Kecamatan % Terhadap Total Wilayah Luas Luas KK KK Luas (Ha) (Ha) (%) (Ha) (Ha) 1 Tanah Kampung 1, , , Kumun Debai 1, , , Sungai Penuh 7, , , Hmp Rawang 2, , , Pesisir Bukit 3, , , Jumlah 16, ,977 1, , Sumber : Hasil Analisis,

125 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.1.4 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Rendah Tahun 2017 No Kecamatan Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2010 Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2017 Tambahan Lahan Luas Lahan Per Kecamatan % Terhadap Total Wilayah KK Luas (Ha) KK Luas (Ha) Luas (Ha) (Ha) (%) 1 Tanah Kampung 1, , , Kumun Debai 1, , , Sungai Penuh 7, , , Hamparan 2, , , Rawang 5 Pesisir Bukit 3, , , Jumlah 16, ,681 1, , Sumber : Hasil Analisis, Perumahan dengan Kepadatan Sedang (400 m 2 untuk setiap KK) Pada tahun 2013 akan dibutuhkan lahan tambahan untuk perumahan seluas 20,8 Ha atau sekitar 1,7346 % dari luas total lahan Kota Sungai Penuh dan untuk tahun 2017 akan dibutuhkan lahan tambahan untuk perumahan seluas 48,9 Ha atau sekitar % dari luas total lahan Kota Sungai Penuh, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel. IV.1.5 dan tabel. IV.1.6. berikut: Tabel. IV.1.5 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Sedang Tahun 2013 No 1 Kecamatan Tanah Kampung Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2010 KK Luas (Ha) Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2013 KK Luas (Ha) Tambahan Lahan Luas Lahan Per Kecamatan % Terhadap Total Wilayah Luas (Ha) (Ha) (%) 1, , , Kumun Debai 1, , , Sungai Penuh 7, , , Hamparan Rawang 2, , , Pesisir Bukit 3, , , Jumlah 16, , , Sumber : Hasil Analisis,

126 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.1.6 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Sedang Tahun 2017 No 1 Kecamatan Tanah Kampung Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2010 KK Luas (Ha) Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2017 KK Luas (Ha) Tambahan Lahan Luas Lahan Per Kecamatan % Terhadap Total Wilayah Luas (Ha) (Ha) (%) 1, , , Kumun Debai 1, , , Sungai Penuh 7, , , Hamparan Rawang 2, , , Pesisir Bukit 3, , , Jumlah 16, , , Sumber : Hasil Analisis, Perumahan dengan Kepadatan Tinggi (200 m 2 untuk setiap KK) Pada tahun 2013 akan dibutuhkan lahan tambahan untuk perumahan seluas 10,4 Ha atau sekitar % dari luas total lahan Kota Sungai Penuh dan untuk tahun 2017 akan dibutuhkan lahan tambahan untuk perumahan seluas 24,4 Ha atau sekitar 0,9032 % dari luas total lahan Kota Sungai Penuh, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel. IV.1.5 dan tabel. IV.1.6. berikut: Tabel. IV.1.7 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Tinggi Tahun 2013 No Kecamatan Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2010 Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2013 Tambahan Lahan Luas Lahan Per Kecamatan % Terhadap Total Wilayah KK Luas (Ha) KK Luas (Ha) Luas (Ha) (Ha) (%) 1 Tanah Kampung 1, , , Kumun Debai 1, , , Sungai Penuh 7, , , Hamparan Rawang 2, , , Pesisir Bukit 3, , , Jumlah 16, , , Sumber : Hasil Analisis,

127 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.1.8 Proyeksi Kebutuhan Lahan Perumahan Kepadatan Tinggi Tahun 2017 No Kecamatan Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2010 KK Luas (Ha) Kebutuhan Lahan Perumahan Tahun 2017 KK Luas (Ha) Tambahan Lahan Luas Lahan Per Kecamatan % Terhadap Total Wilayah Luas (Ha) (Ha) (%) 1 Tanah Kampung 1, , , Kumun Debai 1, , , Sungai Penuh 7, , , Hamparan Rawang 2, , , Pesisir Bukit 3, , , Jumlah 16, , , Sumber : Hasil Analisis, 2012 Dengan kondisi Penggunaan lahan terbangun yang masih sedikit memberikan kesempatan yang cukup luas bagi pengembangan kawasan permukiman, adanya kesempatan untuk mengembangkan kawasan permukiman tidak berarti menjadikan pembangunan kawasan permukiman berjalan secara sembarangan dan tidak teratur. Pengembangan kawasan permukiman tetap harus mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip penataan ruang seperti mengikuti ketentuan kemiringan lereng, ketentuan teknis bangunan, kebebasan dari bencana banjir, bukan di kawasan lindung, memiliki aksesibilitas dan kedekatan dengan jaringan jalan dan lain sebagainya,. Arahan pengembangan kawasan permukiman sebaiknya diarahkan di pusat-pusat kecamatan dan terhubung dengan jaringan jalan. Sistem permukiman di Kota Sungai Penuh selama ini berada di pusat-pusat kota kecamatan dan mengikuti pola jaringan jalan atau akses sungai. disanalah berkelompoknya pembangunan permukiman. Melihat dari keadaan yang terjadi di Kota Sungai Penuh masih memiliki permukiman/ kawasan desa tertinggal seperti terlihat pada tabel dibawah ini. Di wilayah Pemerintah Kota Sungai Penuh masih adanya kawasan/desa tertinggal. Ini disebabkan akses untuk ke desa tersebut masih kurang baik, dan tingkat perekonomian masyarakat masih rendah, desa tertinggal yang berada dalam wilayah kota Sungai Penuh sebanyak 15 desa. 4-11

128 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.1.9 Daftar Desa Tertinggal Kota Sungai Penuh No Kecamatan Nama Desa I. Tanah Kampung II. III. IV. Sungai Penuh Hamparan Rawang Pesisir Bukit V. Kumun Debai 1.Koto Padang 2. Sembilan 3. Tanjung Bunga 4. Tanjung karang 1. Sungai Ning 2. Sungai Jernih 1. Tanjung Mudo 2. Tanjung 3. Kampung Dalam 1. Seberang 2. Koto Dua 3. Koto Baru 4. Sungai Liuk 1. Renah Kayu Embun 2. Pinggir Air Sumber: Peraturan Bupati Kerinci tahun 2006, Penetapan Desa Tertinggal D. Aspek Pendanaan Pendanaan dalam pembangunan dan pengembangan permukiman ini didapatkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran pendapatan belanja Daerah provinsi (APBD I) dan Anggaran pendapatan belanja Daerah Kota (APBD II). Komitmen Pemkot Sungai Penuh untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan non ekonomi juga cukup besar, diantaranya adalah sektor perumahan dan permukiman sebesar 9%, seperti yang tercantum dalam alokasi pengeluaran pembangunan Kota Sungai Penuh tahun Sasaran Adapun Sasaran yang diinginkan dalam pengembangan pemukiman diarahkan pada: 1. Penyediaan dan pemugaran/rehabilitasi permukiman masyarakat perkotaan dengan sasaran penyediaan permukiman bercirikan perkotaan dan rehabilitasi permukiman masyarakat. 4-12

129 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2. Penyediaan dan pemugaran/rehabilitasi permukiman masyarakat pedesaan dengan sasaran penyediaan permukiman di perdesaan yang sehat dan layak huni Permasalahan Pembangunan Permukiman Ada beberapa Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan permukiman: 1. Kualitas permukiman 2. Lokasi permukiman tersebar dan berkelompok 3. Permukiman padat dan kumuh 4. Ketersediaan rumah kurang 5. Keterbatasan lahan Analisis Permasalahan dalam Permukiman dan Rekomendasi 1. Kualitas permukiman Permukiman yang ada di Kota Sungai Penuh sebagian besar adalah permukiman tumbuh yang dibangun oleh masyarakat setempat dan pendatang dimana hanya mengikuti pola yang sudah ada. Sehingga permukiman terjadi berkelompok sesuai dengan kondisi daerah yang ditempati. Keadaan ini membuat kurangnya perhatian tentang penataan kawasan, sehingga tidak beraturannya penempatan bangunan yang akan berdampak kualitas lingkungan permukiman yang kurang baik. 2. Lokasi permukiman tersebar dan berkelompok Dengan kondisi tanah yang bervariasi berupa dataran rendah dan rawa serta daerah perbukitan, dimana kehidupan masyarakat adalah bermata pencaharian pertanian, maka permukiman masyarakat pada umumnya terletak di sekitar tanah pertanian. Selain itu permukiman pada umumnya terletak disepanjang akses transportasi baik darat maupun sungai. 3. Permukiman padat dan kumuh Kawasan kumuh adalah kawasan di mana rumah/hunian dan kondisi lingkungan masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk kualitasnya. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya. Di Kota Sungai Penuh dengan kondisi kepadatan pada daerah tertentu berpotensi terjadinya kawasan kumuh, apabila kurang perhatian dari pihak terkait dalam hal ini pihak pemerintah. 4. Ketersediaan rumah kurang Dengan pertumbuhan penduduk Kota Sungai Penuh 1,5% setiap tahun. Memberikan gambaran bahwa kebutuhan perumahan juga akan meningkat. Seperti diproyeksikan bahwa kebutuhan lahan permukiman untuk tahun 2012 meningkat sampai 1,67% dari luas lahan peruntukan fasilitas umum dan Sosial. Dilihat dari proyeksi kebutuhan 4-13

130 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur rumah bagi penduduk Kota Sungai Penuh ini, masih dibutuhkan banyak pembangunan perumahan baik untuk dikawasan Kota Sungai Penuh maupun untuk kota Kecamatan. 5. Keterbatasan lahan Saat ini lahan permukiman di Kota Sungai Penuh masih rendaha rata-rata mencapai 3,78% dari luas lahan yang diperuntukkan untuk kawasan budidaya 41% di Kota Sungai Penuh. Dilihat dari data yang ada maka masih terlihat Kota Sungai Penuh masih sangat kekurangan penggunaan lahan untuk permukiman Usulan Pembangunan Permukiman Usulan Pembangunan Permukiman Rencana dan Program pembangunan Infrastruktur Permukiman (bidang PU/Cipta Karya) yang dapat dimasukkan dalam RPIJM tersebut meliputi, antara lain: a. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan untuk mendukung: pengembangan kawasan agropolitan, pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan Desa Pusat Perturnbuhan (DPP), penyediaan infrastruktur bagi desa tertinggal b. Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), penataan dan perbaikan lingkungan permukiman (NUSSP), peremajaan kawasan kumuh c. Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, melalui : penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan jalan lingkungan) untuk pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI- POLRI/pekerja, pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), dan penyediaan infrastruktur permukiman di desa tertinggal/kawasan perbatasan, d. Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota, meliputi : Sistem Penyediaan (prasarana dan sarana) Air Minum, Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat dan sistem SANIMAS, Pengelolaan Persampahan dan Drainase, dan Penataan Revitalisasi kawasan/lingkungan/bersejarah di perkotaan, e. Pengembangan Kawasan Permukiman, termasuk penyediaan infrastruktur pendukungnya baik melalui Peremajaan Kawasan di dalam Kota, maupun untuk pengembangan/perluasan permukiman kota dan kawasan ekonomi perbatasan. 4-14

131 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sistem PSD permukiman yang diusulkan Kegiatan Rehabilitasi kawasan kumuh 1. Cakupan Kumuh Sedang, dengan kegiatan pembangunan sebagai berikut: a. Perbaikan Lingkungan Permukiman, dengan kegiatan sebagai berikut: Peningkatan PS Lingkungan Permukiman Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan (NUSSP) Penyediaan PS Air Minum bagi kawasan kumuh/nelayan Pembangunan PS Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (Sanimas) b. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, dengan kegiatan sebagai berikut: Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (PNPM - P2KP) 2. Cakupan Kumuh Berat a. Peningkatan Fungsi Kawasan, dengan kegiatan sebagai berikut: Pengembangan Rusunawa Peremajaan Kawasan Kegiatan Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan (NUSSP) Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi Program : Perumahan dan Fasilitas Umum : Pemberdayaan Komunitas Permukiman : Pemberdayaan Komunitas Permukiman Pelaksana : Satker Pembinaan Teknis Penataan Lingkungan Permukiman Tujuan Kegiatan Mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia melalui kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam melaksanakan program perumahan dan permukiman di lingkungan kumuh perkotaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan tingkat lokal. Kriteria Penanganan Kota metropolitan dan besar serta Kota-kota yang berfungsi strategis (Ibu Kota Provinsi/Kabupaten/Kota atau kota-kota yang mempunyai fungsi khusus). Kondisi lingkungan permukiman masuk kategori kumuh berat atau sangat kumuh (langka sarana dan prasarana namun telah ada jaringan jalan lokal walaupun belum diperkeras). Kepadatan penduduk antara jiwa per Ha. Lebih dari 60% rumah tidak layak huni. Luas kawasan antara 20 sampai 40 Ha. Pemerintah Kota/Kota menyediakan dana pendamping in cash dengan besaran sesuai dengan kapasitas fiskal masing-masing kota (KMK No.358/2003), serta 4-15

132 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur sanggup menyediakan dana pendamping in kind dan BOP untuk mendukung pelaksanaan kegiatan. Lingkup Kegiatan 1. Bantuan Teknis berupa: Fasilitasi penyusunan Strategi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kota/Kota yang berpihak pada masyarakat berpenghasilan rendah. Fasilitasi penyusunan Rencana Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) serta pembentukan Badan Koordinasi Pengendalian Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (BKP4D) Peningkatan kapasitas dan peran pemerintah daerah dalam menangani lingkungan permukiman kumuh perkotaan yang ada di wilayahnya Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal di dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan kualitas huniannya. Menciptakan akses masyarakat berpenghasilan rendah dan berpenghasilan tidak tetap (informal) kepada sumber dana untuk pembiayaan perbaikan dan pembangunan perumahan. Bantuan Fisik berupa peningkatan prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang berbasis pada NUP (Neighborhood Upgrading Plan) yang disusun dengan partisipasi dan aspirasi masyarakat. Bantuan kredit mikro perumahan untuk perbaikan/pembangunan baru perumahan masyarakat di lingkungan pemukiman kumuh yang disalurkan melalui lembaga keuangan lokal. Indikator Output Luas Kawasan kumuh yang ditangani (ha). Jumlah KK miskin penerima manfaat serta yang mendapat akses kredit mikro perumahan. RP4D dan BKP4D yang dibentuk pada kota/kota sasaran Indikator Outcome Berkurangnya luas kawasan kumuh (Ha) dan terpenuhinya kebutuhan hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. akan Meningkatnya tingkat kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap sektor permukiman khususnya yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Tersusunnya Rencana Pengembangan Perumahan dan Permukiman di daerah yang menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan sektor perumahan dan permukiman setiap tahunnya, dan terwujudnya keterpaduan dengan sektor lainnya serta berbagai sumber pendanaan yang ada. 4-16

133 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Kegiatan Penyediaan PS AM bagi kawasan Kumuh/Nelayan Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi : Perumahan dan Fasilitas Umum : Penyediaan Air Minum Program : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Pelaksana : Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Tujuan Kegiatan Penyediaan air minum di kawasan kumuh/nelayan. Kriteria Penanganan Kawasan kumuh perkotaan/nelayan yang tidak memiliki SPAM yang memadai. Lahan sudah tersedia. Lingkup Kegiatan Pembuatan Rencana Teknis Pembuatan IPA Sederhana Pembuatan sumur bor Pengadaan pompa Pengadaan HU atau TA Monitoring dan Evaluasi Indikator Output Jumlah unit terbangun Indikator Outcome Banyaknya jumlah jiwa yang memperoleh air minum dengan mudah. Berkurangnya jumlah kawasan kumuh/nelayan yang tidak memiliki SPAM yang memadai. Keberlanjutan pemanfaatan SPAM terbangun Kegiatan Pembangunan Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (SANIMAS) Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi Program Limbah Pelaksana : Perumahan dan Fasilitas Umum : Penyediaan Air Minum : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air : Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan PL 4-17

134 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tujuan Kegiatan : Pengembangan kegiatan pembangunan air limbah skala komunitas yang berbasis masyarakat. Kriteria Penanganan: Kawasan kumuh perkotaan yang masih rendah tingkat sanitasinya. Diusulkan oleh pemerintah daerah dan kesanggupan untuk mengembangkannya di lokasi yang lain. Sudah termasuk dalam RPJM Daerah. Lahan sudah tersedia. Memerlukan pendampingan kepada masyarakat pengguna. Biaya SANIMAS tiap lokasi diperkirakan Rp. 400 juta, dengan pembiayaan berasal dari berbagai sumber, yaitu Pemerintahan Pusat (55%), Pemerintah Kabupaten/Kota (7%), Donor/LSM (16%) dan masyarakat (2%). Biaya O&M sepenuhnya ditanggung masyarakat. Lingkup Kegiatan: Fasilitasi pembuatan Rencana Teknis Fasilitasi pembangunan septic tank komunal, septic tank individual, pengadaan jamban. (lihat DIPA) Monitoring dan Evaluasi Indikator Output Jumlah unit terbangun. Indikator Outcome Banyaknya jumlah jiwa yang memperoleh pelayanan air limbah. Indikator Keberhasilan Meningkatnya derajat kesehatan lingkungan dan masyarakat Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP - PNPM) Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi Program : Perumahan dan Fasilitas Umum : Pemberdayaan Komunitas Permukiman : Pemberdayaan Komunitas Permukiman Pelaksana : Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan (33 Satker) Tujuan Kegiatan Mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia yang dilaksanakan oleh masyarakat dan 4-18

135 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur didukung oleh pemerintah daerah dan kelompok peduli, serta pihak terkait secara mandiri dan berkelanjutan. Kriteria Penanganan Kecamatan urban/perkotaan yaitu jumlah kelurahan lebih besar dari Desa sesuai data PODES/BPS. Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih dari 35%. Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Pemda siap menyediakan dana pendamping. Khusus untuk program PAKET, Pemda telah menyiapkan SPKD (Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah) yang di susun oleh KPKD (Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah) melalui komunitas belajar perkotaan dan PJM Pronangkis kota yang telah mengakomodasikan PJM Pronangkis (Program Penanganan Kemiskinan) Kelurahan yang di susun oleh BKM Lingkup Kegiatan 1. Bantuan teknis berupa: Penguatan kapasitas dan mengedepankan peran Pemda agar mampu secara efektif dalam penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk membangun tatanan masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan permukiman di wilayahnya secara terpadu. 2. Bantuan fisik berupa: Penyediaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan dalam PJM dan Renstra Pronangkis yang mengacu kepada konsep tridaya. Pembiayaan Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) sebagai stimulan untuk membantu dan mempercepat proses kemitraan antara masyarakat dengan Pemerintah Kota/Kota dan kelompok peduli dalam mewujudkan sinergitas penanggulangan kemiskinan. Indikator Output Jumlah kelurahan yang ditangani. Jumlah KK miskin penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Indikator Outcome Jumlah kelembagaan masyarakat di tingkat lokal. 4-19

136 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Jumlah KK miskin yang meningkat taraf kehidupan/ekonominya. PKD yang tersusun dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melalui kerjasama antara Pemda dan masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Kegiatan Pembangunan Rusunawa Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi Program Pelaksana Tujuan Kegiatan : Perumahan dan Fasilitas Umum : Pembangunan Perumahan : Pengembangan Perumahan Penanganan kawasan kumuh perkotaan. Kriteria Penanganan : Satker Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Kota metro/besar yang memiliki permasalahan kumuh perkotaan (atau kota-kota yang mempunyai permasalahan kumuh berat) yang penanganannya perlu dilakukan melalui peremajaan kawasan, dengan keterbatasan tanah/lahan perkotaan yang tidak mungkin ditoleransi lagi. Diusulkan oleh Pemerintah Daerah Sesuai dengan RUTR, serta Pemkot sudah menyiapkan RPJM untuk pengembangan permukiman di wilayahnya Pada kawasan penduduk berkepadatan tinggi jiwa /Km2. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang kondusif. Pemkot dapat memenuhi komitmennya untuk: o Menyediakan lahan siap bangunan untuk lokasi Pembangunan Rusunawa; o Menyediakan dana untuk penyambungan instalasi air minum, listrik ke bangunan RUSUNAWA; o Pembangunan PSD Permukiman di sekitar lokasi RUSUNAWA dan segala sesuatu yang berkaitan dengan berfungsinya Rusunawa tersebut; o Melaksanakan pengelolaan RUSUNAWA paska Konstruksi, termasuk konsekuensi penyediaan dana subsidi apabila diperlukan. Bersedia menandatangani MOU antara Walikota/Bupati dan Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk komitmen bersama dalam pembangunan Rusunawa dalam konteks penataan lingkungan permukiman kumuh. Lingkup Kegiatan Bantuan Teknis kepada Pemerintah Provinsi, Kota/Kota dalam rangka peremajaan kawasan permukiman kumuh perkotaan (urban Renewal). Bantuan Teknis kepada Pemerintah Provinsi, Kota/Kabupaten dalam rangka 4-20

137 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur kegiatan: o Identifikasi kawasan-kawasan kumuh dan permukiman liar (squatters) Penyusunan renstra penanganan kawasan kumuh perkotaan di wilayahnya yang dituangkan dalam RPJM dan matriks program lintas sektor. Bantuan Fisik berupa prasarana dan sarana yang tercantum dalam RPJM termasuk stimulan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang mengawali upaya Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengatasi kawasan kumuh perkotaan dan sekaligus meningkatkan nilai tambah kawasan-kawasan tersebut sehingga menjadi bagian penting dalam pengembangan perkotaan secara keseluruhan. Bantuan teknis untuk pengelolaan dan penghunian Rusunawa. Monitoring dan Evaluasi. Indikator Output Jumlah unit hunian yang terbangun Indikator Outcome Banyaknya jumlah KK yang menghuni Rusunawa Berkurangnya luasan kawasan kumuh perkotaan Usulan dan prioritas program pembangunan PSD permukiman Program yang diusulkan dalam pembangunan permukiman adalah: 1. Meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan fasilitas dan bantuan teknis perbaikan rumah pada kawasan kumuh, desa tradisional, dan desa eks-transmigrasi. 2. Menyediakan perumahan dan lahan bagi masyarakat berpendapatan rendah minimal tersedianya rumah sangat sederhana (RSS), rumah sederhana (RS) dan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) 3. Melakukan penataan, peremajaan dan revitalisasi bagi daerah daerah permukiman yang kumuh sehingga akan memberikan kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan perumahan sederhana yang sehat, sebagai dasar bagi pengembangan kawasan siap bangun. Kawasan permukiman hendaknya terletak di daerah datar dengan kemiringan lahan < 5%. 4. Menyediakan sarana perumahan dan permukiman, antara lain air minum yang bersih, listrik, telepon, dan sanitasi yang sehat secara luas dan merata. 5. Menciptakan iklim yang kondusif yang mampu menarik investor maupun pengembang untuk membangun fasilitas perumahan yang sehat, nyaman dan asri. 6. Memfasilitasi pembiayaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan melalui pembangunan perumahan yang bertumpu pada masyarakat. 7. Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan 8. Mengembangkan pola subsidi yang tepat sasaran, efisien dan efektif. 4-21

138 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 9. Mengembangkan lembaga yang bertanggungjawab dalam pembangunan perumahan dan permukiman pada semua tingkatan pemerintahan serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang permukiman yang transparan dan partisipatif. 10. Menciptakan kepastian hukum dalam bermukim (tinggal) serta fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan yang tanggap terhadap bencana. 11. Menyediakan prasarana jalan lingkungan permukiman kota dan desa 12. Mempersiapkan aksesibilitas untuk Desa tertinggal. 13. Memberikan Pelayanan kepada masyarakat yang masih sangat terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah) 14. Pembangunan Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri. 15. Mengikuti program sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Kota. 16. Memberikan dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah 17. Memprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah 18. Melaksanakan MoU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum, khususnya yang sudah ada progres pembangunan rumah ± 60%. 19. Pengembangan lokasi kawasan Agropolitan 20. Pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS) 21. Bedah rumah 22. Identifikasi lokasi kawasan tertinggal yang ada dalam pemerintah kota 23. Penyusunan SPPIP dan RPKPP Kota Sungai Penuh RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Petunjuk Umum Tantangan penataan bangunan dan lingkungan 1. Amanat UUBG & PPBG: Semua Bangunan Gedung harus laik fungsi pada tahun MDGs: 50% kabupaten/kota di Indonesia bebas kumuh pada tahun Visi: bangunan gedung dan lingkungan yang layak dan berkualitas Misi: 1. memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras. 2. memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan 4-22

139 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Grand Strategy, Tujuan & Sasaran Grand Strategy 1 : Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. Sasaran 1) Tersusunnya Perda Bangunan gedung 2) Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi 3) Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung 4) Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum 5) Terlaksananya pendataan bangunan gedung 6) Terwujudnya Pusat Informasi Arsitektur dan Bangunan Gedung 7) Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO ) Terlaksananya Sosialisasi, Fasilitasi, Pelatihan, Bantuan Teknis dan Wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan 9) Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat provinsi/kabupaten/kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya; 10) Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung 11) Terlaksananya Rencana Induk Kebakaran Grand Strategy 2 : Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri Tujuan : Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan. Sasaran : 1) Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh 2) Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah 3) Terlaksananya pengelolaan RTH 4) Pemberdayaan komunitas 4-23

140 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Grand Strategy 3 : Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi Tujuan : Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial dan ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Sasaran : 1) Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis 2) Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan Grand Strategy 4: Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan Untuk mewujudkan Arsitektur Perkotaan, dan pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung Yang Dilindungi dan Dilestarikan untuk Menunjang Kearifan Budaya Lokal Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras, dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Sasaran : Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan Grand Strategy 5 : Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung untuk menunjang Pembangunan Regional/Internasional yang berkelanjutan. Tujuan : Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar Internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara Internasional. Sasaran : Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi danrekayasa arsitektur pada 5 lokasi melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten pada tahun

141 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Ruang lingkup tata bangunan gedung dan lingkungan adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan, pembinaan, dan standarisasi teknis bangunan gedung termasuk pengelolaan gedung dan rumah negara, serta penataan kawasan/lingkungan. Pengertian penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya Penataan Bangunan A. Permasalahan Penataan Bangunan Bangunan Gedung: 1) Kurang ditegakannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana. 2) Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian. 3) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan. 4) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan BG di daerah; 5) Adanya kelembagaan BG yang belum efektif dan efisien; 6) Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam penerapan profesionalisme; 7) Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan BG. Gedung Dan Rumah Negara: 1) Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan 2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien 3) Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. Permasalahan Penataan Lingkungan: 1) Masih adanya permukiman kumuh 2) Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata. 3) Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota. 4) Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dll. kurang diperhatikan hampir di semua kota terutama kota metro dan besar. Permasalahan dalam bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan: 1) Jumlah penduduk miskin di perkotaan masih cukup banyak. 4-25

142 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2) Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk peningkatan peran masyarakat. 3) Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya. B. Landasan hukum Landasan Hukum Dalam pelaksanaan program Penataan Bangunan dan Lingkungan meliputi : 1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2) Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun 3) Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman 4) Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya 5) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 6) Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 7) Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2005 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara 8) Pedoman Teknis dan SNI di bidang penataan bangunan dan lingkungan Penataan Lingkungan Dalam penataan lingkungan masih banyak kabupaten/kota belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan. Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni : mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk miskin tahun 1990 (target I); dan mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompok peduli dan dunia usaha secara aktif. Bangunan di Kota Sungai Penuh sebagian besar masih mengelompok di kotakota besar yang menjadi ibukota kecamatan. Dari bangunan-bangunan tersebut penggunaan yang besar adalah untuk permukiman penduduk, sisanya baru untuk bangunan lainnya seperti perkantoran, fasilitas umum, industri dan penggunaan lainnya. Sistem Permukiman di Kota Sungai Penuh terbentuk secara alami, dimana permukiman/kampung/lingkungan tempat masyarakat tinggal terdapat di pusat-pusat kecamatan yang saling berkumpul membentuk sebuah kelompok permukiman/lingkungan. Selain itu permukiman/lingkungan di Kota Sungai Penuh terbentuk mengikuti jaringan jalan yang ada secara linier. 4-26

143 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Pencapaian penataan bangunan gedung dan lingkungan perlu didukung dengan beberapa strategi seperti : 1. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien yang bertujuan terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. 2. Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjatidiri yang bertujuan, terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, produktif dan berkelanjutan. 3. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi, yang bertujuan terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. 4. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan, dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal. Yang bertujuan terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi dan selaras dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kota Sungai Penuh 1. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung termasuk bangunan gedung dan rumah negara. 2. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman. 3. Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan dalam penataan lingkungan permukiman. 4. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri bagi pertumbuhan kota. 5. Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota. 6. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga nasional maupun international lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman. 7. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional. 4-27

144 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 8. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya). 9. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Relatif pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Sungai Penuh berikut keragaman kegiatannya secara langsung memberikan implikasi berupa peningkatan kebutuhan ruang bagi kawasan terbangun perumahan, pergudangan, jasa maupun fasilitas-fasilitas pelayanan umum. Kenyataan menunjukkan bahwa intensitas / kepadatan bangunan diwilayah Kota Penuh saat ini belum merata, disamping itu peruntukan lahan dan fungsi bangunan juga belum dapat sepenuhnya diidentifikasi secara jelas ( mix use ). Kawasan terbangun dengan intensitas tinggi terpusat pada kawasan pusat kota dan sekitarnya atau cenderung berkembang pada lokasi-lokasi strategis yang didukung oleh fasilitas, utilitas dan aksebilitas yang baik, antara lain sepanjang koridor atau sekitar jaringan jalan utama kota Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Penyelenggaraan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan yang ada masih bersifat pembangunan sesuai perencanaan yang sudah disusun. Pembangunan gedung biasanya dilakukan oleh Bidang Cipta Karya terutama untuk gedung pemerintah dan fasilitas umum. Untuk bangunan-bangunan umum baik yang dibangun oleh pemerintah maupun oleh pihak lain (masyarakat, swasta) belum ada pendataan kelayakan dana keandalan bangunan sesuai dengan apa yang diminta oleh Undang-undang Bangunan Gedung. Penyediaan fasilitas keselamatan bangunan seperti hidran kebakaran, akses jalan dan lain-lainnya belum pernah diteliti apakah sudah sesuai dengan standar teknis ataukah belum. Perlu adanya penilaian dana identifikasi keandalan bangunan terutama pada bangunan umum agar keselematan dan kenyamanan pengguna bisa terjamin. Untuk bangunan-bangunan negara, sampai saat ini belum ada pendataan secara khusus, terutama menyangkut kelayakan dan keandalan bangunannya. Pembangunan bangunan negara sampai saat ini perencanaan dan pelaksanaannya masih ditangani oleh Bidang Cipta Karya pada Dinas PU Kabupaten Kerinci. 4-28

145 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Permasalahan Yang Dihadapi Bangunan di Kota Sungai Penuh sebagian besar masih mengelompok di kota-kota besar yang menjadi ibukota kecamatan. Dari bangunan-bangunan tersebut penggunaan yang besar adalah untuk permukiman penduduk, sisanya baru untuk bangunan lainnya seperti perkantoran, fasilitas umum, industri dan penggunaan lainnya. Fenomena tersebut pada suatu saat dikhawatirkan akan berdampak buruk dengan timbulnya permasalahan kota yang lebih serius, antara lain kemacetan lalu lintas, tumbuh suburnya permukiman kumuh, bangunan-bangunan liar tanpa IMB ( ijin mendirikan bangunan ), pelanggaran limitasi kawasan terbangun, menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan serta permasalahan sosial lainnya. Untuk mengantisipasi permasalahan diatas pihak Pemda Kota Sungai Penuh perlu segera mempersiapkan instrumen pengendali pertumbuhan fisik kota melalui pendekatan konsep perencanaan tata ruang yang berjenjang dengan tingkat kedalaman dan lingkup kawasan perencanaan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku, mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang lebih lanjut dijabarkan kedalam Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ), Rencana Teknik Ruang Kota ( RTRK ) hingga Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ( RTBL ) Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Sasaran Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk Kota Sungai Penuh adalah : Sasaran Penataan Bangunan 1) Tersusunnya Perda Bangunan gedung 2) Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi 3) Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung 4) Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum 5) Terlaksananya pendataan bangunan gedung 6) Terwujudnya Pusat Informasi Arsitektur dan Bangunan Gedung 7) Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO ) Terlaksananya Sosialisasi, Fasilitasi, Pelatihan, Bantuan Teknis dan Wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan 9) Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat provinsi/kabupaten/kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya; 10) Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung 11) Terlaksananya Rencana Induk Kebakaran Sasaran Revitalisasi Kawasan dan Bangunan 1) Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh 4-29

146 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2) Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah 3) Terlaksananya pengelolaan RTH 4) Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis dan kawasan bersejarah 5) Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan Sasaran Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan Sasaran Pengembangan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi danrekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi tersebut maka permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang ada di Kota Sungai Penuh meliputi : 1) Belum adanya implementasi aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung, dan masih bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan 2) Prasarana dan sarana hidran kebakaran masih kurang mendapat perhatian. 3) Masih belum optimalnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan. 4) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan BG di daerah; 5) Kelembagaan Bangunan Gedung yang belum efektif dan efisien; 6) Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam penerapan profesionalisme; 7) Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan Bangunan Gedung. 8) Belum ada pendataan Bangunan Gedung dan Rumah Negara. 9) Masih adanya permukiman kumuh 10) Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata. 11) Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota. 12) Masih kurangnya sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dll. 13) Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk peningkatan peran masyarakat. 4-30

147 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan Berdasarkan Undang-undang Bangunan Gedung Pasal 3, pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya; mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan; serta mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam Pasal 7 UUBG disebutkan bahwa persyaratan bangunan gedung meliputi : 1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. 2) Persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana dimaksud alam ayat (1) meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. 3) Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung 4) Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah tanah dan/atau air untuk bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan yang berlaku. 5) Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat, bangunan gedung semi permanen, bangunan gedung darurat, dan bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai kondisi sosial dan budaya setempat. Pada Pasal 8 disebutkan : 1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi: a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah, b. status kepemilikan bangunan gedung, dan c. izin mendirikan bangunan gedung, sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2) Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagian bangunan gedung. 3) Pemerintah Daerah wajib mendata bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan. 4) Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, dan pendataan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan beberapa persyaratan dan peraturan di dalam UUBG tersebut maka diperlukan adanya pengaturan dan pedoman dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Sungai Penuh. Mengingat beberapa kegiatan yang sampai saat ini belum 4-31

148 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh berkaitan dengan pelaksanaan UUBG tersebut Rekomendasi Berdasarkan kondisi yang ada serta permasalahan yang ada di Kota Sungai Penuh berkaitan dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan serta dikaitkan dengan peraturan yang harus dipenuhi berkaitan dengan pelaksanaan UUBG maka perlu usulan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan : Penataan Bangunan Gedung Pendataan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Penataan Lingkungan Pemberdayaan Masyarakat Program yang Diusulkan Usulan dan Prioritas Program a. Bangunan Gedung 1) Penguatan kelembagaan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung. Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung Peningkatan pemantapan kelembagaan BG Pengembangan sistim informasi BG dan arsitektur Pelatihan-pelatihan teknis 2) Percontohan aksesibilitas bangunan gedung 3) Penyusunan rencana teknis. Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung Pendataan Bangunan Gedung b. Gedung & Rumah Negara 1) Rehabilitasi bangunan gedung negara 2) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara 3) Pembinaan teknis pembangunan gedung negara c. Penataan Lingkungan 1) Dukungan prasarana dan sarana untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh. 2) Dukungan prasarana dan sarana untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah. 3) Dukungan prasarana dan sarana untuk revitalisasi kawasan strategis. 4-32

149 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4) Penyusunan rencana teknis. Penyusunan Rencana Design Kawasan Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) d. Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan 1) Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Paket) 2) Replikasi 3) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) - PNPM 4) Penataan Kawasan Pasar sembako Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan a. Program Penataan Bangunan Gedung 1) Penguatan Kelembagaan Pengawasan Konstruksi Dan Keselamatan Bangunan Gedung Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung Peningkatan pemantapan kelembagaan BG Pelatihan-pelatihan teknis Fasilitasi dan Bantuan teknis penyusunan ranperda Menyusun dan menyempurnakan perda bangunan gedung Menetapkan Ranperda menjadi Perda Bangunan Gedung Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam memenuhi ketentuan bangunan gedung 2) Dukungan Prasarana Dan Sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman Dan Bangunan (PIP2B) Bantuan teknis percontohan pendataan bangunan gedung dalam rangka mendukung tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung di Sungai Penuh dan Pesisir Bukit. Bantuan teknis pembentukan sistem informasi bangunan gedung Mempersiapkan kelembagaan yang menangani pendataan Menyusun dan menyempurnakan program computer untuk system informasi bangunan gedung Melakukan pendataan bangunan gedung Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pendataan bangunan gedung 3) Percontohan Aksesibilitas Bangunan Gedung Bantuan Teknis percontohan aksesibilitas di Kota Sungai Penuh Kegiatan pengendalian pengawasan pemenuhan persyaratan bangunan 4) Program Penataan Gedung & Rumah Negara Program Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara dan Penyusunan Rencana Teknis - Rencana Induk Kebakaran (RIK) 4-33

150 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Bantuan teknis penyusunan RIK dalam mendukung skenario pengembangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran di Kota Sungai Penuh Membuat perda tentang pengamanan kebakaran Memberikan bimbingan, penyuluhan dan pelatihan b. Program Penataan Lingkungan 1) Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Penyediaan PSD di Kawasan Kumuh Perkotaan di Kota Sungai Penuh Peningkatan kualitas PSD di Kota, Rawang, Tanah Kampung dan Sungai Liuk Rencana Tindak (CAP) Pemberdayaan Masyarakat, Rencana Investasi Fisik, DED, Rencana Pembiayaan. 2) Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Tradisional Dan Bersejarah Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional di Pondok Tinggi Kecamatan Sungai Penuh, Desa Rawang Kecamatan Hamparan Rawang dan. Detail Architectural and Engineering Design (DAED) dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional tersebut. Pembangunan fisik kawasan dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional. 3) Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Revitalisasi Kawasan Strategis Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Kawasan Strategis di Kawasan pusat perdagangan Kota Sungai Penuh Detail Architectural and Engineering Design (DAED) Pembangunan fisik kawasan 4) Penyusunan Rencana Teknis Design Kawasan Penyusunan Rencana Design Kawasan 4 lokasi di Kota Sungai Penuh dan 1 lokasi masing-masing di ibukota Kecamatan Pembangunan Fisik Kawasan yang sudah disusun Design Kawasannya 5) Penyusunan Rencana Teknis - Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perencanaan RTH pada kota ibukota kecamatan. Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pengesahan Produk rancang bangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) c. Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan 1) Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Paket) Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan 4-34

151 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Bantuan pemugaran rumah tidak layak huni 1000 unit rumah tiap tahun Bantuan peningkatan dan pembangunan PSD Bantuan usaha kecil dan pelatihan keterampilan 2) Replikasi Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat Penyusunan Community Action Plan Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) - PNPM Pendataan Masyarakat Penerima Manfaat Penyusunan Community Action Plan Fasilitasi penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan Adapun struktur pembiayaan proyek penataan bangunan akan dikelompokkan berdasarkan sifat kegiatannya sebagai berikut : a. Kegiatan Pelatihan, Diseminasi, Sosialisasi dan Peningkatan Kelembagaan (Capacity Building) Meliputi kegiatan : Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung Peningkatan pemantapan kelembagaan BG Pelatihan-pelatihan teknis Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam memenuhi ketentuan bangunan gedung Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pendataan bangunan gedung Memberikan bimbingan, penyuluhan dan pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: gaji, upah bahan dan atk perlengkapan kantor perjalanan dinas operasional kantor 1) Penyuluhan 2) Pelatihan 3) Sosialisasi 4) Pemberdayaan Masyarakat 4-35

152 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur b. Kegiatan Fasilitasi dan Penyusunan Kelembagaan Meliputi kegiatan : Fasilitasi dan Bantuan teknis penyusunan raperda Mempersiapkan kelembagaan yang menangani pendataan Fasilitasi penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: gaji, upah bahan dan atk perlengkapan kantor perjalanan dinas operasional kantor 2) Penyiapan kelembagaan 3) Penyusunan Raperda 4) Penyiapan Peraturan, standar dan pedoman c. Kegiatan Penyusunan Raperda Meliputi kegiatan : Menyusun dan menyempurnakan perda bangunan gedung Menetapkan Ranperda menjadi Perda Bangunan Gedung Membuat perda tentang pengamanan kebakaran Pengesahan Produk rancang bangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: 2) inventarisasi perda tentang bangunan 3) Inventarisasi sistem pengelolaan pembangunan d. Kegiatan Bantuan Teknis, Penyusunan Perencanaan dan Community Action Plan Meliputi kegiatan : Bantuan teknis percontohan pendataan bangunan gedung Bantuan teknis pembentukan sistem informasi bangunan gedung Penyusunan program computer untuk system informasi bangunan gedung Pendataan bangunan gedung Bantuan Teknis percontohan aksesibilitas di Kota Sungai Penuh dan Kumun Debai Kegiatan pengendalian pengawasan pemenuhan persyaratan bangunan Bantuan teknis penyusunan RIK di Kota Sungai Penuh Rencana Tindak (CAP) Pemberdayaan Masyarakat, Rencana Investasi Fisik, DED, 4-36

153 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional di Desa Pondok Tinggi Kecamatan Sungai Penuh dan Desa Rawang Kecamatan Hamparan Rawang. Detail Architectural and Engineering Design (DAED) dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional tersebut. Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Kawasan Strategis Detail Architectural and Engineering Design (DAED) Penyusunan Rencana Design Kawasan 5 lokasi di Kota Sungai Penuh dan 2 lokasi masing-masing di ibukota Kecamatan Perencanaan RTH pada kota ibukota kecamatan. Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pendataan Masyarakat Penerima Manfaat Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: 2) Survei dan Pengelolaan data: 3) Studi dan penelitian: 4) Studi pedoman pelaksanaan keselamatan bangunan 5) Studi pedoman pelaksanaan tertib pembangunan 6) Perencanaan, pengawasan dan pengendalian: 7) Perancangan fisik lingkungan dan bangunan 8) Pengawasan/pengendalian pembangunan gedung negara dan non negara e. Kegiatan Pembangunan Fisik Kawasan Meliputi kegiatan : Penyediaan PSD di Kawasan Kumuh Perkotaan di Kota Sungai Penuh Peningkatan kualitas PSD di Kota, Rawang, Tanah Kampung dan Sungai Liuk Pembangunan fisik kawasan dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional. Pembangunan fisik kawasan Strategis Pembangunan Fisik Kawasan yang sudah disusun Design Kawasan nya Revitalisasi Kawasan Bukit Setiong Revitalisasi Kawasan Bukit Khayangan Pembangunan Waduk Wisata Pengendali Banjir Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: 2) Pertanahan: penyediaan tanah untuk bangunan darurat, penyediaan tanah untuk prasarana fisik lingkungan 3) Pembangunan: 4) Prasarana fisik lingkungan 4-37

154 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 5) Prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran 6) Perbaikan: 7) Rehabilitasi bangunan fasilitas fisik lingkungan 8) Rehabilitasi prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran 9) Operasi dan pemeliharaan: 10) Prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran f. Kegiatan Penyaluran Bantuan Bantuan pemugaran rumah tidak layak huni 500 unit rumah tiap tahun Bantuan peningkatan dan pembangunan PSD Bantuan usaha kecil dan pelatihan keterampilan Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: gaji, upah bahan dan atk perlengkapan kantor perjalanan dinas operasional kantor 4.3. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah Umum Air limbah (buangan) dapat didefinisikan sebagai air yang mengandung bahan pencemar fisik, biologi, atau kimia. Air buangan kota berasal dari kegiatan rumah tangga atau domestik dan dari kegiatan industri. Kedua air buangan ini harus ditangani secara terpisah karena karakteristiknya berbeda, dimana air buangan industri memiliki karakteristik yang lebih kompleks. Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan. Tingkat pengolahan yang akan diterapkan tergantung pada kualitas air buangan, yang erat kaitannya dengan jenis-jenis sumber air buangan tersebut. Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar effluent (effluent standard) (lihat Kep-02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan). Pengelolaan limbah manusia, khususnya limbah air bekas dilakukan secara 4-38

155 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur individual pada masing-masing rumah tangga atau memanfaatkan fasilitas umum seperti MCK umum. System yang digunakan adalah on-site (setempat). Untuk permukiman penduduk yang berada di tepian sungai, pada umumnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan buang air. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana Kota Sungai Penuh Dalam kegiatan pengelolaan air limbah Kota Sungai Penuh beberapa kebijakan sebagai bahan acuan adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, 2. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, 3. Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, 4. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kebijakan pengelolaan air limbah adalah: Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on site maupun sistem off site di perkotaan dan pedesaan. Program pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan pola penanganan air limbah yang bersifat komprehensif (menyeluruh); b. Meningkatkan pelayanan di bidang penanganan air limbah yang bersifat menyeluruh; c. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah Kegiatan pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut: a. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah b. Meningkatkan kapasitas pengolahan melaui pembangunan IPAL c. Meningkatkan pelayanan Air limbah melalui sistem terpusat (sewerage) d. Melakukan pembinaan teknis dalam peningkatan peran pemerintah provinsi, kota/kab dalam pengembangan prasarana dan sarana air limbah e. Memprioritaskan pembangunan prasarana dan sarana air limbah untuk masyarakat berpenghasilan rendah f. Melakukan optimalisasi dan rehabilitasi Pengelolaan Sistem Air Limbah (IPAL &IPLT) g. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis dalam peningkatan kerja Pengelolaan Sistem air limbah 4-39

156 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Profil Pengelolaan Air Limbah Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah saat ini A. Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Prospek ke depan, pembangunan SDM diarahkan pada peningkatan kualitas SDM yang ditandai dengan meningkatnya Indek Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2009 yaitu 76.52%. Pembangunan Kesehatan merupakan investasi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan bagian dari pada Indek Pembangunan Manusia (IPM). Perkembangan angka harapan hidup penduduk juga menunjukkan perkembangan berarti, dimana terlihat pada tabel di bawah ini, angka harapan hidup penduduk Kota Sungai Penuh dari tahun terus menunjukkan peningkatan, yang semula pada tahun 2008, angka harapan hidup sebesar 70,84 tahun meningkat menjadi 70,90 tahun. Tabel. IV.3.1 Angka Harapan Hidup di Kota Sungai Penuh, Indikator Kesehatan Tahun Angka Harapan Hidup 70,84 70,90 Sumber : RPJMD Kota Sungai Penuh, , 2011 Derajat Kesehatan Masyarakat telah menunjukan perbaikan seperti dapat dilihat dari penurunan angka kematian bayi, Ibu melahirkan, meningkatnya umur harapan hidup serta menurunnya angka status gizi kurang/buruk, walaupun angka-angka tersebut relatif cukup tinggi. Kondisi pembangunan kesehatan di Kota Sungai Penuh saat ini masih, sebagai berikut: 1) Derajat Kesehatan masyarakat relatif rendah. Pada tahun 2005 pada saat masih tergabung di Kabupaten Kerinci, kondisi angka kematian bayi sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 dari Surkesda tercatat angka kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 tercatat secara absolut Angka kematian Bayi sebanyak 4 orang. Angka kematian Ibu melahirkan pada tahun 2005 sebesar 225 per Ibu melahirkan sedangkan Surkesda pada tahun 2008 sebesar 178 per Ibu melahirkan. secara absolut angka kematian Ibu melahirkan sebanyak 8 ibu melahirkan. 4-40

157 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Angka harapan hidup di Kota Sungai Penuh menunjukkan angka yang cukup tinggi. Kondisi pada tahun 2005 sebesar 66,8 tahun dan pada tahun 2010 sebesar 70,90 tahun. Status gizi masyarakat Kota Sungai Penuh masih perlu terus ditingkatkan. Kondisi gizi kurang pada tahun 2005 sebesar 12% sedangkan pada tahun 2008 sebesar 10 %. Walaupun menunjukkan angka penurunan, namun masih harus terus diupayakan agar gizi kurang dari tahun ke tahun semakin menurun. 2) Angka kesakitan dan kematian karena penyakit infeksi atau menular masih tinggi. Angka kesakitan penyakit degeneratif mulai meningkat seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup. Oleh karena itu kita menghadapi beban ganda atau double burden bahkan multiple burden dalam pembangunan kesehatan. Penyakit Diare masih merupakan penyebab kematian terbesar, demikian juga dengan penyakit TB Paru, disamping penyakit degeneratif seperti jantung dan stroke. 3) Perilaku hidup Bersih masyarakat yang masih rendah Partisipasi yang masih rendah serta kualitas kesehatan lingkungan yang masih rendah untuk itu diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam mencapai kemandirian hidup sehat dalam rangka menjadikan Desa/Kelurahan Siaga. 4) Masih terbatasnya sarana dan prasarana kesehatan Kondisi saran prasarana kesehatan yang masih belum memadai sehingga akses dan mutu pelayanan kesehatan masih tergolong rendah. Selain itu, kondisi yang dihadapi adalah masih kurangnya kompetensi tenaga-tenaga kesehatan. 5) Manajemen kesehatan belum optimal Sistim Informasi Kesehatan (SIK) belum sepenuhnya dapat mendukung dalam pengelolaan program kesehatan. Disamping itu pembiayaan kesehatan masih relatif rendah. Tantangan pembangunan bidang kesehatan pada masa yang akan datang adalah masalah akses dan mutu pelayanan kesehatan; kompetensi dan penyebaran tenaga kesehatan; dan beban ganda penyakit di satu sisi dengan meningkatnya umur harapan hidup, maka penyakit tidak menular mempunyai kecenderungan meningkat. Selain itu, penyakit infeksi seperti TB Paru, Diare, ISPA yang belum dapat dituntaskan dan perlu diwaspadai pula penyebaran penyakit disebabkan oleh virus seperti HIV/AIDS, flu burung dan penyakit baru yang disebabkan oleh virus. Tantangan lainnya dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, yaitu masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat yang ditandai masih relatif tingginya Angka Kematian Ibu Melahirkan dan Angka kematian Bayi serta proporsi anak balita dengan gizi kurang. Perilaku hidup bersih dan kualitas lingkungan belumlah sepenuhnya dapat mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan. Tantangan global seperti 4-41

158 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur eradikasi polio, bebas malaria dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) merupakan beberapa target yang harus dicapai di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan menuju masyarakat Kota Sungai Penuh Mandiri Hidup Sehat 2025 diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat diwujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Makna dari Masyarakat Kota Sungai Penuh mandiri hidup sehat yaitu masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat, baik jasmani, rohani dan sosial dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan. Hal ii membutuhkan dukungan dari pemerintah, swasta dan masyarakat. Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai dalam pembangunan kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang kondisi eksisting saat sekarang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu meningkatnya umur harapan yang saat sekarang adalah 71 th, menurunkan Angka kematian Bayi dari 32 per 1000 Kelahiran hidup, menurunkan angka kematian ibu melahirkan dari 178, serta menurunkan prevalinsi Gizi kurang dari 10%. Pembangunan kesehatan diutamakan kepada penduduk rentan yakni ibu, bayi, anak, dan usia lanjut. Hal ini dilaksanakan melalui upaya kesehatan, peningkatan kualitas lingkungan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, termasuk ketersediaan obat esensial, pengawasan farmasi dan makanan, manajemen kesehatan dan pembiayaan kesehatan. B. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Di Kota Sungai Penuh pengelolaan air limbah masih dilakukan secara individual oleh penduduknya. Pengelolaan secara komunal maupun sistem perpipaan masih belum dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun oleh swasta. Hal ini juga bisa dikaitkan dengan kondisi Kota Sungai Penuh yang hampir semua kota-kotanya masih belum terlalu padat. Kota-kota di Kota Sungai Penuh sebagian besar masih berupa ibukota kecamatan yang kepadatan penduduknya masih belum tinggi. Sistem yang digunakan adalah on site (setempat). Untuk pemukiman penduduk yang berada di dekat sungai, pada umumnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci, dan buang airnya. Dari seluruh penduduk (KK) yang bertempat tinggal Kota Sungai Penuh, tidak terdata jumlah KK yang pembuangan limbah manusia secara on site menggunakan tangki septik dan cubluk, on site secara komunal seperti jamban umum atau MCK atau yang menggunakan tempat terbuka atau sungai untuk fasilitas pembuangan limbah manusianya. Pada sistem on site yang diterapkan umumnya adalah buangan tinja dialirkan ke cubluk atau tangki septik dan air bekas cuci mandi dialirkan ke saluran drainase yang ada disekitarnya. Sarana sanitasi secara on site yang dimiliki tiap keluarga pada umumnya tidak dilakukan 4-42

159 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur pengurasan secara berkala, pengurasan hanya dilakukan apabila terjadi penyumbatan dan ada gangguan, yang dilakukan secara manual (tanpa Truck tinja). Sarana sanitasi secara on site yang dimiliki tiap keluarga pada umumnya tidak dilakukan pengurasan secara berkala, pengurasan hanya dilakukan apabila terjadi penyumbatan dan ada gangguan, yang dilakukan secara manual (tanpa Truck tinja). Pada saat sekarang belum ada pihak swasta yang mengelola jasa pengurasan lumpur tangki septik, sedang Sub Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman hanya memiliki 1 (satu) unit truck tinja, melayani Kota Sungai Penuh dan Pasar Kumun Debai, sedangkan kecamatan yang lain belum terlayani Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Air Limbah Kondisi eksisting pengelolaan air limbah di Kota Sungai Penuh adalah: A. Limbah Rumah Tangga/Domestik Saat ini pengelolaan air limbah domestik dilakukan dengan sistem setempat/on- site, baik secara individu maupun komunal. Limbah yang dikelola hanya limbah yang berasal dari WC (black water), yaitu untuk rumah menengah ke atas dengan menggunakan septic tank, sedangkan untuk yang menengah ke bawah masih menggunakan cubluk, sedangkan penduduk yang belum memiliki fasilitas sanitasi masih membuang langsung ke badan air/drainase. Untuk septic tank yang sudah penuh dilakukan pengurasan. Permintaan pengurasan septic tank di Kota Sungai Penuh dalam satu hari rata-rata hanya 1 kali, dengan menggunakan tangki (kapasitas 2000 liter), dengan kondisi ini mengindikasikan bahwa septic tank yang ada banyak yang tidak kedap air sehingga terjadi rembesan dan septic tank tidak bisa penuh. Cakupan pengelolaan air limbah cair di Kota Sungai Penuh berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh dapat digambarkan sebagai berikut : Sistem pengelolaan air limbah di Kota Sungai Penuh masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran atau sungai. Pengelolaan limbah cair domestik yang ada di Kota Sungai Penuh lebih pada pemanfaatan sistem setempat (on site system) antara lain black water dan grey water yang yang dihasilkan langsung di buang ke sungai, lahan terbuka serta ada yang dibuang ke septik tank kemudian dibuang ke drainase lingkungan. Sistem pembuangan air limbah seharusnya dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, tapi di Kota Sungai Penuh masih sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang kedalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan 4-43

160 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur polusi/pencemaran lingkungan. Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu: a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system). b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system). Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik untuk Kota Sungai Penuh digambarkan dengan peta administratif wilayah Kota Sungai Penuh yaitu Gambar sebagai berikut : 4-44

161 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Gambar Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik 4-45

162 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur JAMBAN KELUARGA Pengadaan prasarana jamban keluarga diupayakan oleh masyarakat itu sendiri, dan sebagian merupakan sumbangan dari Pemerintah Kota Sungai Penuh melalui berbagai sumber pendanaan baik dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kota Sungai Penuh. Pengelolaan jamban keluarga menjadi tanggung jawab penduduk yang memakainya. Sistem pengolahan air limbah umumnya pengolahan setempat (on-site system) baik secara individual (jamban keluarga) maupun komunal (MCK) dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti : cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala kecil. Kondisi air tanah yang dangkal di Kota Sungai Penuh menyebabkan peresapan tidak berfungsi terlalu baik dan menyebabkan tangki septik cepat penuh sebelum waktunya. Sampai saat ini Kota Sungai Penuh belum memiliki sistem pengolahan air limbah terpusat berupa IPAL dan IPLT. Walaupun demikian, dibeberapa lokasi sudah dibangun sistem komunal untuk melayani satu kawasan pemukiman melalui program sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas). SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL) Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan suatu sistem untuk menampung dan menyalurkan air limbah dari dapur, kamar mandi, jamban dan atau septic tank yang berfungsi sebagai wadah pengumpul dengan sebuah pipa pembuangan atau sebagai tabung pengolahan yang berhubungan langsung dengan tanah. Kondisi SPAL yang ada di Kota Sungai Penuh pada umumnya masih menyatu dengan pembuangan air drainase. Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestik Kota Sungai Penuh saat ini belum tersedia. Oleh karena itu yang akan ditampilkan pada peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestik yaitu berupa peta rencana sistem jaringan prasarana lainnya yang diambil dari dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh yaitu pada Gambar dibawah ini. 4-46

163 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Gambar Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Air Limbah Domestik 4-47

164 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Jenis sarana sanitasi yang dipakai rumah tangga di Kota Sungai Penuh antara lain toilet siram, pipa saluran pembuangan, tangki septik, jamban cemplung dengan ventilasi yang baik dan jamban cemplung dengan segel slab. Adapun diagram sistem sanitasi pengelolaan air limbah domestik di Kota Sungai Penuh dapat dilihat pada tabel. IV.3.2 sebagai berikut. 4-48

165 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.3.2 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik Input User Interface Penampungan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang Kode/Nama Aliran Black Water Grey Water Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Sungai Penuh,

166 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Berdasarkan tabel. IV.3.2 di atas dapat diketahui bahwa dalam pengelolaan air limbah domestik, Kota Sungai Penuh belum memiliki sistem yang terencana dan baik. Limbah cair secara umum dapat dikategorikan atas limbah MCK dan limbah dapur. Air limbah baik black water dan grey water masih dibuang ke saluran drainase yang ada sebelum dialirkan langsung ke sungai. Kota Sungai Penuh belum memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga pembuangan limbah cair rumah tangga yang berasal dari dapur dan kamar mandi serta air hujan disalurkan dalam satu saluran yang akan bermuara ke badan air berupa anak sungai yang akan mengalir sampai ke sungai. Lokasi : Desa Talang Lindung, Kecamatan Sungai Penuh Menyangkut kebiasaan dan lahan yang ada di sekitar pekarangan masih dianggap layak dan bisa dimanfaatkan untuk membuang limbah cair rumah tangga tanpa memperhatikan dan melihat dampak dari limbah tersebut terhadap kesehatan dan kebersihan orang lain ( tetangga ) dan lingkungan sekitar. Tempat pembuangan limbah yang ada juga tergolong sangat sederhana sekali sehingga langsung di buang ke permukaan tanah, yang nantinya akan menimbulkan bau yang tidak sedap di lingkungan dan pekarangan di sekitar hunian. Selain itu dalam pengosongan tangki septik, masih dilakukan dengan memanfaatkan kerja sama dengan pihak Pemerintah Kabupaten Kerinci. Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kota Sungai Penuh bisa dilihat di tabel IV.3.3. berikut ini: 4-50

167 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.3.3 Sistem Pengelolaan Air Limbah Yang Ada Di Kota Sungai Penuh Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data A B C D E User Interface WC Sentor Jumlah (kuantitas) WC Dinas Kesehatan KK Tersambung KK Dinas Kesehatan Penampungan Awal Tangki Septik Jumlah (kuantitas) Tangki Dinas Kesehatan Pengaliran Sungai Sungai Ning, Sungai Pengasah, Sungai Air Sesat, Sungai Air Sempit, Sungai Terung, Sungai Air Hitam, Sungai Batang Sangir, Sungai Air Bungkal, dan Sungai Batang Merao. * Dinas Pekerjaan Umum Pengolahan Akhir Dinas Pekerjaan Umum Pembuangan/Daur Ulang Sungai Sungai Ning, Sungai Pengasah, Sungai Air Sesat, Sungai Air Sempit, Sungai Terung, Sungai Air Hitam, Sungai Batang Sangir, Sungai Air Bungkal, dan Sungai Batang Merao. * Dinas Pekerjaan Umum User Interface Kitchen sink Jumlah (kuantitas) - Dinas Kesehatan KK Tersambung - Dinas Kesehatan Penampungan Awal Dinas Kesehatan Pengaliran Sungai Sungai Ning, Sungai Pengasah, Sungai Air Sesat, Sungai Air Sempit, Sungai Terung, Sungai Air Hitam, Sungai Batang Sangir, Sungai Air Bungkal, dan Sungai * Dinas Pekerjaan Umum 4-51

168 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Batang Merao. Pengolahan Akhir Dinas Pekerjaan Umum Pembuangan/Daur Ulang Sungai * : Masih dalam proses inventarisasi data Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Sungai Penuh, 2012 Sungai Ning, Sungai Pengasah, Sungai Air Sesat, Sungai Air Sempit, Sungai Terung, Sungai Air Hitam, Sungai Batang Sangir, Sungai Air Bungkal, dan Sungai Batang Merao. Aliran Sungai Dinas Pekerjaan Umum 4-52

169 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Berdasarkan tabel. IV.3.3 diatas bisa dilihat bahwa teknologi pengelolaan air limbah domestik individual yang bisa digunakan adalah tangki septik (septic tank). Penggunaan tangki septik cocok digunakan pada daerah yang memiliki pengadaan air bersih baik dengan sistem perpipaan maupun sumur dangkal setempat, kondisi tanah yang dapat meloloskan air, letak permukaan air tanah yang cukup dalam dan tingkat kepadatan penduduk masih rendah tidak melebihi 200 jiwa/ha. Selain itu pembuangan air limbah domestik juga ada yang langsung dibuang ke sungai. Dikarenakan tidak ada pengolahan maka dikhawatirkan air limbah dapat menularkan penyakit kepada manusia terutama melalui air (waterborne disease). B. Limbah Non-Domestik Pengelolaan limbah non-domestik ditangani oleh Kantor Lingkungan Hidup (terbentuk th.2010). Limbah non-domestik ditangani diantaranya : Limbah Hotel Limbah Industri/UKM, Rumah Makan dan Restoran Limbah Medis Sedangkan penanganan untuk limbah Non-Domestik, pada tahap awal akan dilakukan sosialisasi, penertiban dan penyusunan peraturan daerah, karena saat ini belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan limbah cair sehingga landasan hukum pengelolaan limbah cair di Kota Sungai Penuh masih mengacu pada Peraturan Pemerintah maupun peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Berdasarkan kondisi yang ada, persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut: Belum adanya instalasi pengolahan limbah (IPAL), sehingga limbah rumah tangga (non-wc) dan limbah dari industri kecil/home industri dibuang langsung ke saluran drainase. Belum adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), sehingga dimungkinkan lumpur tinja hasil pengurasan/penyedotan dari tangki septik dibuang langsung ke badan air atau lahan kosong. Rendahnya permintaan pengurasan septic tank, mengindikasikan bahwa septic tank yang ada tidak kedap air, sehingga berpotensi terjadinya pencemaran air tanah dan timbulnya penularan penyakit yang diakibatkan oleh air (water borne deceases) Permasalahan Yang Dihadapi Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Limbah 4-53

170 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Dengan memperhatikan tingkat pelayanan yang ada saat ini, diharapkan pada akhir periode program jangka menengah telah terjadi kenaikan pelayanan prasarana air limbah manusia. Walaupun, pada saat ini masih ada sebagian penduduk Kota Sungai Penuh menggunakan cara pengelolaan limbah manusia secara konvensional atau non urban system yaitu dengan membuang limbahnya di perairan terbuka berupa sungai, parit atau di tanah berupa kebun. Upaya mencapai sasaran program yang di inginkan akan dilakukan secara bertahap. Dalam pengelolaan air limbah manusia, terutama yang ingin dicapai adalah : 1) Mengurangi atau bahkan menghilangkan resiko gangguan kesehatan masyarakat sebagai akibat berjangkitnya penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air (water borne diseases). 2) Meningkatkan kondisi dan kualitas lingkungan Rumusan Masalah Secara umum, masalah air limbah dan limbah manusia di Kota Sungai Penuh adalah sebagai berikut :. 1) Fasilitas pembuangan air limbah manusia kurang memadai dan umumnya kurang higienis, masih banyak yang membuang limbah ke perairan terbuka. 2) Fasilitas MCK dan jamban umum lainnya kurang terpelihara. 3) Fasilitas pengurasan lumpur tinja kurang memadai 4) Prosentase penduduk yang belum mempunyai fasilitas pembuangan air limbah manusia masih cukup besar 5) Kesadaran masyarakat terhadap masalah kebersihan dan sanitasi masih rendah Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Berdasarkan hasil pengamatan lapangan sektor air limbah manusia di wilayah Kota Sungai Penuh belum memiliki prasarana pembuangan air limbah yang memadai. Tingkat pelayanan yang tidak memadai ini akan menimbulkan dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan yang masih rendah. Berdasarkan jumlah penduduk dan prediksi penduduk sampai 2017 maka akan dihitung jumlah produksi air limbah, dengan asumsi bahwa produksi air limbah besarnya adalah 80% dari total kebutuhan air bersih. 4-54

171 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.3.4 Prediksi Produksi Air Limbah Kota Sungai Penuh Tahun No Uraian 1 Jumlah Penduduk Kota Sungai Penuh 2 Kebutuhan Air Bersih Asumsi Tahun Angka Satuan ,014 84,887 85,771 86,663 87,530 88,405 A Domestik 135 l/org/hari 11,341,890 11,459,745 11,579,085 11,699,505 11,816,500 11,934,665 B Non Domestik (Pasar, jalan, 35% taman) Total Kebutuhan Air Bersih (liter/hari) Total Kebutuhan Air Bersih (m3/hari) 3 Total Kebutuhan Air Limbah Cair (liter/hari) 80% Total Kebutuhan Air Limbah Cair(M3/hari) 4 Total Kebutuhan Air Limbah padat (liter/hari) Total Kebutuhan Air Limbah padat (m3/hari) Sumber : Hasil Analisis, 2012 dari Domestik dari Kebutuhan Air Bersih 3,969,662 4,010,911 4,052,680 4,094,827 4,135,775 4,177,133 15,311,552 15,470,656 15,631,765 15,794,332 15,952,275 16,111,798 15,312 15,471 15,632 15,794 15,952 16,112 12,249,241 12,376,525 12,505,412 12,635,465 12,761,820 12,889,438 12,015 12,195 12,378 12,015 12,195 12,378 3 l/org/hari 252, , , , , ,

172 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Alternatif Pemecahan Persoalan Berdasarkan kondisi dan permasalahan di atas maka alternatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut : 1) Sistem pembuangan limbah cair rumah tangga Lebih tepat menggunakan sistem tertutup ke sumur resapan, baru kemudian dialirkan ke saluran drainase. Hal ini disebabkan karena lahan di sekitar permukiman masih cukup, dan permukiman di perkotaan juga bukan merupakan permukiman yang kepadatannya sangat tinggi 2) Sistem pembuangan limbah padat Pembuangan limbah padat dari manusia, menggunakan septic tank dan peresapan di setiap rumah atau MCK umum yang ada. Selain itu juga perlu penyediaan MCK umum di dekat sungai yang dilengkapi dengan penyediaan air bersih, agar masyarakat yang biasa membuang kotoran ke sungai mulai berubah menggunakan kamar mandi Rekomendasi Dilihat dari alternatif pemecahan tersebut di atas maka rekomendasi pengolahan air limbah di Kota Sungai Penuh adalah seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel. IV.3.5 Rekomendasi pemecahan masalah No Permasalahan Rekomendasi 1 Fasilitas pembuangan air limbah manusia kurang memadai dan umumnya kurang higienis, masih banyak yang membuang limbah ke perairan terbuka 2 Fasilitas MCK dan jamban umum lainnya kurang terpelihara 3 Fasilitas pengurasan lumpur tinja kurang memadai 4 Prosentase penduduk yang belum mempunyai fasilitas pembuangan air limbah manusia masih cukup besar 5 Kesadaran masyarakat terhadap masalah kebersihan dan sanitasi masih rendah Sumber : Hasil Analisa Penyediaan sistem pembuang limbah yang higienis Penyuluhan ke masyarakat untuk merubah perilaku membuang limbah Pembuatan MCK umum yang dilengkapi dengan penyediaan air bersih Penambahan jumlah truk penguras tinja. Peningkatan pelayanan penyediaan penguras tinja Peningkatan program bantuan jamban keluarga dan septic tank di dekat rumah Sosialisasi dan percontohan kepada masyarakat tentang masalah kebersihan. 4-56

173 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sistem Prasarana Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Peningkatan kondisi dan tingkat pelayanan sektor limbah manusia dari pemukiman perlu diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih membuang tinja ditempat terbuka dan mengurangi penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air (Water Borne Diseases). Un tuk meningkatkan kondisi dan tingkat pelayanan tersebut perlu ditunjang dengan membangun fasilitas MCK, jamban keluarga, jamban jamak, dan pengadaan truck tinja untuk menguras lumpur yang sudah tua pada tangki septik yang ada. Pembangunan fasilitas sanitasi merupakan stimulan, yang selanjutnya akan dicontoh, serta dibiayai dan dikelola oleh masyarakat. Pembangunan MCK merupakan "sasaran antara" selama periode jangka menengah ini,yang nantinya diharapkan masyarakat akan lebih cenderung untuk memili ki sendiri fasilitas sanitasi yang berupa Jamban Keluarga. Dengan semakin meningkatnya taraf kehidupan masyarakat sebagai dampak positif pembangunan di segala bidang, kecenderungan masyarakat untuk memiliki sendiri satu jamban keluarga perlu di dorong dan dibantu dengan memberikan kemudahan untuk memenuhi keinginan masyarakat tersebut. Penanganan air limbah manusia mempunyai kaitan yang erat dengan penerapan teknologi yang tepat guna, berdaya guna dan berhasil guna. Sedangkan dalam pemilihan teknologi yang sesuai tersebut harus telah mempertimbangkan hal-hal sbb: Kepadatan Penduduk. Sumber air yang ada. Sumber air yang diperlukan. Keadaan tanah. Kedalaman muka air tanah. Kemiringan tanah. Kemampuan membiayai kecocokan. Pemilihan teknologi. Penanganan sistim kawasan diperuntukkan bagi bagian kota yang mempunyai kondisi sebagai berikut : Kepadatan penduduk setempat > 300 jiwa/ha. Lokasi pemukiman yang berada di : o atas sungai atau bantaran sungai. o dekat sungai. o daratan, agak jauh dari sungai. 4-57

174 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Di beberapa bagian kota yang telah menerapkan penanganan air limbah manusia dengan sistim sanitasi setempat (on site sanitation) dapat dilanjutkan dan bahkan dikembangkan menyebar ke sebagian besar wilayah kota. Sehingga nantinya dicapai suatu kondisi dan tingkat pelayanan yang memadai dan yang akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat sertakualitas lingkungan di sekitarnya. 4-58

175 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4-59

176 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Usulan dan Prioritas Program Program jangka Menengah sektor air limbah di Kota Sungai Penuh adalah dengan menekankan penerapan sistem sanitasi setempat (on site sanitation), dimana teknologi yang diterapkan mengikuti kondisi yang ada. Untuk Kota Sungai Penuh sistem pengolahan air limbah manusia dengan sistem sanitasi setempat adalah berupa tangki septik dan peresapan, mengingat kepadatan penduduknya masih lebih kecil dari 50 jiwa/ha. Upaya penanganan limbah manusia seperti yang disebutkan terdahulu, mengajak masyarakat untuk meningkatkan peran serta dalam pembangunan sektor limbah manusia. Dimana akan didukung dengan penyuluhan sanitasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah manusia dan air limbah domestik pada umumnya, serta memberikan upaya-upaya pengelolaan limbah manusia secara individual atau komunal. Program penanganan limbah manusia terdiri dari konstruksi dan pengadaan peralatan merupakan stimulan yang ditujukan untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam usaha usaha pengelolaan limbah manusia. Program air limbah dari tahun anggaran 2013 sampai tahun 2017, meliputi: Pembangunan konstruksi MCK sebanyak 50 unit. Pembangunan konstruksi jamban jamak sebanyak 16 unit. Pembangunan jamban keluarga sebanyak 2978 unit. Pengadaan truck tinja sebanyak 3 unit Pembiayaan Pengelolaan Pembiayaan disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan masyarakat. Klasifikasi pembiayaan pengelolaan air limbah dibagi menjadi anggaran APBD Kota/Kab, APBD Provinsi, APBN, Swasta dan masyarakat RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG PERSAMPAHAN Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan Umum Sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan persampahan adalah rendahnya akses terhadap layanan pengelolaan sampah. Terdapat 5 faktor yang diidentifikasi menjadi penyebab terjadinya kondisi ini, yaitu sebagai berikut. 4-60

177 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 1. Masih belum memadai perangkat peraturan yang mendukung pengelolaan sampah. Implementasi UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah masih terkendala oleh belum tersedianya peraturan-peraturan pendukungnya. 2. Penanganan sampah belum optimal. Hingga saat ini penanganan sampah masih terfokus pada penanganan timbulan sampah dan belum ada pengurangan volume sampah dari sumbernya. Penerapan konsep 3R yang belum terintegrasi dan belum diterapkannya pemanfaatan teknologi menyebabkan timbulan sampah belum berkurang secara signifikan. Dari sisi pengangkutan, masih sedikit sampah yang diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA)/tempat pemrosesan sementara (TPS). Selain itu, sampah di TPS - yang merupakan titik pertemuan antara sistem pengangkutan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah - masih belum ditangani dengan baik akibat kerancuan institusi pengelola. Mengenai TPA, banyak yang tidak didesain sebagai sanitary landfill atau mengalami perubahan sistem dari sanitary landfill dan/atau controlled landfill menjadi open dumping. Makin terbatasnya lahan untuk TPA dan makin tingginya timbulan sampah makin menyulitkan upaya penanganan persampahan. 3. Minim pengelola layanan persampahan yang kredibel dan profesional. Institusi pengelola sampah di daerah saat ini masih belum berfungsi secara profesional. Perusda belum memiliki manajemen aset dan menyusun business plan yang absah. Permasalahan yang muncul pada dinas pengelola sampah bahkan lebih menyeluruh baik berupa alokasi dana yang minim, manajemen yang kurang profesional dan minimnya kualitas SDM. 4. Belum optimal sistem perencanaan pengelolaan sampah. Belum adanya rencana induk pengelolaan sampah menjadikan belum tersedianya profil dan rencana penanganan sampah di tingkat kabupaten/kota. Ketiadaan rencana induk juga mengakibatkan tidak bersinerginya sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dengan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga integrasi penanganan sampah dari sumber hingga ke TPA belum tercapai. 5. Terbatas pendanaan untuk mendukung keseluruhan aspek pengelolaan sampah. Hingga saat ini, sumber pendanaan bagi pengelolaan sampah masih bertumpu pada anggaran pemerintah sebagai akibat belum dikembangkannya alternatif sumber pendanaan lainnya, seperti dana masyarakat, kerjasama swasta, investasi swasta dan dana CSR. Meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang bermukim di kawasan perkotaan, telah mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disamping itu, pola konsumsi masyarakat yang cenderung makin beragam juga telah menyebabkan munculnya jenis sampah yang makin beragam pula. Permasalahan persampahan tersebut kemudian diperparah dengan belum meningkatnya kesadaran dan peran serta aktif masyarakat dalam pengelolaan persampahan. Adalah sesuatu yang lazim ditemui 4-61

178 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur penumpukan sampah di beberapa tempat, yang bahkan bukan pada tempat semestinya sampah dibuang, misalnya di sekitar pemukiman, di sungai, dan lain-lain. Disamping akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap kesehatan masyarakat lewat polusi air, tanah dan udara, penumpukan sampah tersebut juga mengurangi estetika kawasan dan berpotensi menimbulkan kerawanan social di tengah masyarakat. Selama ini sebagian masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak dapat dimanfaatkan. Masyarakat masih bertumpu pada pendekatan akhir, dimana sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang di tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya volume timbulan sampah yang besar di tempat pembuangan akhir dan berpotensi melepas gas metan (CH4) yang menurut penelitian dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca serta memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Memperhatikan permasalahan-permasalahan tersebut, pengelolaan persampahan perlu mendapat perhatian dan penanganan serius dari pemerintah daerah. Terkait dengan hal tersebut, salah satu tahapan yang perlu dilakukan adalah penyusunan dokumen perencanaan yang aktual dan faktual mengenai pengelolaan persampahan. Oleh karena itu, penyusunan dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya Sub Bidang Persampahan ini diharapkan dapat melahirkan rencana pengelolaan persampahan yang tepat, khususnya bagi pemerintah Kota Sungai Penuh, setidaknya untuk jangka waktu lima tahun ke depan ( ) Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan dalam Rencana Kota sungai Penuh Sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh, pengelolaan persampahan yang dikembangkan di wilayah Kota Sungai Penuh meliputi 5 (lima) aspek, yaitu aspek manajemen, aspek operasional, aspek pembiayaan, aspek pengaturan dan aspek peran serta masyarakat. Terkait dengan rencana pengelolaan persampahan ini, Pemerintah Kota Sungai Penuh telah menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan persampahan, yaitu: 1) Pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang efisien dan efektif 2) Penerapan mekanisme pengelolaan persampahan yang baik dan sesuai dengan masing-masing daerah Untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut, Pemerintah Kota Sungai Penuh Sungai Penuh telah menetapkan program dan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu: Program Pengelolaan Persampahan : Meningkatkan pelayanan di bidang persampahan yang merata ke seluruh wilayah Meningkatkan pengelolaan persampahan melalui perbaikan pengolahan dan peningkatan sarana prasarana 4-62

179 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Meningkatkan sarana dan prasarana persampahan untuk mengantisipasi kekurangan dalam pembuangan timbulan sampah serta untuk mengantisipasi perkembangan penduduk dan kegiatan perkotaan. Kegiatan Pengelolaan Persampahan : Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap lingkungan bersih yang komprehensif dan bersifat terpadu Peningkatan pengelolaan persampahan yang komprehensif Pendanaan dalam pengembangan sistem pengelolaan persampahan Peningkatan kinerja pengelolaan TPA Peningkatan pelaksanaan pengelolaan persampahan sistem 3R Profil Persampahan Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini Kota Sungai Penuh terdiri dari 5 kecamatan, dengan luas wilayah secara keseluruhan mencapai Km2. Pengelolaan persampahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh masuk dalam skala regional, dimana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Kerinci jumlah, wilayah yang dilayani mencakup 5 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Tanah Kampung, Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Kumun Debai dan Kecamatan Pesisir Bukit. Penanganan persampahan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh terhadap 5 kecamatan didasari oleh kondisi di kecamatan-kecamatan memang memerlukan pelayanan persampahan, karena di 5 kecamatan tersebut merupakan kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk dan permukiman yang cukup padat, serta aktivitas perekonomian masyarakatnya cukup tinggi. Pertimbangan lain adalah bahwa ketiga kawasan kecamatan tersebut berjarak cukup dekat satu sama lain, sehingga memungkinkan untuk dilayani secara sekaligus. Institusi pengelola persampahan yang ada di Kota Sungai Penuh saat ini adalah institusi pemerintah, yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh. Dalam pengelolaan persampahan, institusi ini menjalankan 2 (dua) fungsi, yaitu selain sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (operator), juga sebagai pengatur atau pengendali (regulator) pengelolaan persampahan bersama Badan/dinas teknis lain, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Kantor Lingkungan Hidup. Dalam pelaksanaan pelayanan, Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh bertugas melakukan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah hingga ke tempat pembuangan akhir. Sementara itu masyarakat, baik secara individual maupun komunal, berperan dalam pengumpulan sampah pada tempat-tempat yang telah 4-63

180 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur disediakan, misalnya membuang sampah pada tong sampah, kontainer, tempat pembuangan sementara, dan tempat-tempat lainnya Kondisi Sistem Prasarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan yang ada (Aspek Teknis) Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa cakupan pelayanan persampahan di Kota Sungai Penuh oleh Dinas Pekerjaan Umum hingga saat ini meliputi 5 (tiga) Kawasan kecamatan. Berdasarkan Perhitungan Proyeksi Penduduk, jumlah penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan 5 kecamatan tersebut adalah sebanyak orang. Dari jumlah penduduk tersebut, dengan asumsi bahwa per orang menghasilkan 3,5 liter sampah/hari, diperkirakan jumlah timbulan sampah per hari di 5 kawasan tersebut mencapai ,5 liter/hari atau ± 310 m³/hari. Secara umum prasarana dan sarana yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh masih menggunakan sarana yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci untuk operasional pengelolaan dan pelayanan persampahan adalah dump truck sebanyak 10 unit, arm roll truck sebanyak 1 unit, container sebanyak 5 unit, TPA 1 lokasi, dan lain-lain. Dari sarana dan prasarana yang ada ini, kemampuan pelayanan Dinas Pekerjaan Umum dalam melaksanakan pelayanan persampahan berdasarkan cakupan area dapat dilihat pada table berikut: Tabel. IV.4.1 Pelayanan Pengangkutan Sampah Kota Sungai Penuh No Area Pelayanan Sarana Jumlah Total Angkut/Hari Kapasitas Rit Sarana (M³) 1 Tanah Kampung Dump Truck 1 8 M³/truck Kumun Debai Dump Truck 1 8 M³/truck Sungai Penuh Arm Roll 3 6,5 M³/truck Hamparan Rawang Dump Truck 2 8 M³/truck Pesisir Bukit Dump Truck 1 8 M³/truck 2 16 J U M L A H Catatan: Masih Milik Pemerintah Pemda Kerinci Dari tabel. IV.4.1. di atas dapat dilihat bahwa kemampuan pelayanan persampahan yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh terhadap 5 cakupan wilayah pelayanan baru sebesar 158 M³ per hari. Jika dibandingkan dengan perkiraan timbulan sampah yang ada yaitu sebesar 310 M³ per hari, maka tingkat pelayanan yang dapat dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh baru mencapai 50,97%. Dari angka tingkat pelayanan ini dapat dikatakan bahwa kinerja pelayanan persampahan di Kota Sungai Penuh masih relatif rendah. Akibat dari 4-64

181 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur rendahnya tingkat pelayanan ini, masih ditemui adanya penumpukan sampah di beberapa tempat sehingga kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan mempengaruhi kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Rendahnya kinerja pelayanan persampahan dipengaruhi oleh berbagai factor, salah satunya adalah kurang memadainya sarana prasarana yang dimiliki oleh institusi pengelola,. berikut ini dapat dilihat jenis dan jumlah sarana prasarana pengelolaan dan pelayanan persampahan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh sampai dengan akhir tahun 2011: Tabel. IV.4.2 Jumlah Sarana Dan Prasarana Yang Dimiliki No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Ket 1 Dump Truck 0 (*) 2 Arm Roll 0 (*) 3 TPS/Pasangan Bata 0 (*) 4 Container 0 (*) 5 Becak Sampah 0 (*) 6 Tong Sampah 0 (*) 7 TPA 0 (*) Sumber: - (*)Pemerintah Kota Sungai Penuh belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang digunakan untuk membuang sampah dari 5 wilayah pelayanan di Kota Sungai Penuh adalah TPA yang terletak di Desa Sanggaran Agung Kecamatan Danau Kerinci. TPA ini sudah dioperasikan sejak tahun 1994 dengan luas area TPA ini secara keseluruhan adalah 8 hektar dan berada cukup jauh dari pusat pemukiman penduduk, yaitu ± 4 Km. Dari segi lokasi, TPA ini sudah sangat layak, untuk masa yang akan datang Pemerintah Kota Sungai Penuh berencana pembangunan TPA dilokasi Desa Sungai Ning dengan luas 12 Ha. Dengan mengacu kepada standard sebagaimana tercantum pada dokumen panduan RPIJM, ketersediaan sarana prasarana pendukung pengelolaan dan pelayanan persampahan di Kota Sungai Penuh ini masih sangat minim. Oleh karena itu diharapkan ke depan permasalahan ini dapat diatasi secara bertahap, sehingga tingkat pelayanan persampahan dapat ditingkatkan, minimal mampu memenuhi standar cakupan pelayanan sampai 70% hingga akhir tahun perencanaan (2017) Aspek Pendanaan Pembiayaan kegiatan pengelolaan dan pelayanan persampahan di Kota Sungai Penuh sampai saat ini berasal dari satu sumber yaitu dari alokasi APBD Kota setiap tahun anggaran. Anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Kota ini diperuntukkan untuk belanja seluruh kegiatan Dinas Pekerjaan Umum, sehingga alokasi dana khusus untuk 4-65

182 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur pengelolaan persampahan tidak maksimal, yang selanjutnya berdampak pada kinerja pengelolaan dan pelayanan persampahan yang juga tidak optimal. Terkait dengan aspek pendanaan ini, sesungguhnya dari pengelolaan persampahan ini Pemerintah Kota Sungai Penuh belum penerimaan retribusi persampahan, retribusi masih dipungut oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci, Namun demikian dengan berbagai alasan dan permasalahan teknis dan non teknis, penerimaan dari retribusi persampahan tahun 2013 akan dipungut oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh langsung masuk ke dalam penerimaan Pemerintah Kota Sungai Penuh. Dalam pendanaan dan pembiayaan pengelolaan persampahan ini, Kota Sungai Penuh sebagai kabupaten/kota yang baru terbentuk pada tahun 2008, pada awalnya hingga tahun 2009 masih difasilitasi oleh Kabupaten Kerinci sebagai kabupaten induk, akan tetapi sejak tahun 2010 sudah mengelola sendiri. Tabel. IV.4.3 Ringkasan Pendapatan Dan Belanja Dari Sub Sektor Pengelolaan Persampahan No Subsektor/SKPD A B C Persampahan Rp Retribusl Sampah Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan * : masih dalam proses inventarisasi SKPD terkait Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Sungai Penuh, 2012 Rp * Rp Ratarata Pertumbuhan (%) * * * * Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan Pengelolaan dan pelayanan persampahan di Kota Sungai Penuh dikelola oleh satu institusi, yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh. Penetapan kewenangan ini didasari oleh Peraturan Walikota Kota Sungai Penuh nomor 2 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Sungai Penuh. Sebagaimana tugas pokok dan fungsi, secara spesifik tugas pengelolaan dan pelayanan persampahan ini berada pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh. Adapun uraian tugas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Melaksanakan tugas di bidang kebersihan dan pertamanan di lingkungan permukiman, pasar, terminal, penataan TPA dan kakus/tinja; b. Menyusun rencana dan pelaksanaan penanganan pembinaan, penyuluhan kebersihan lingkungan permukiman, pasar dan terminal kepada masyarakat; 4-66

183 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur c. Menyusun rencana dan pelaksanaan penataan, pemeliharaan, serta pembibitan tanaman untuk taman kota; d. Mensosialisasikan budaya hidup bersih, indah dan teratur di lingkungan tingkat RT/RW, kelurahan, kecamatan serta lingkup pendidikan; e. Merencanakan dan melaksanakan penataan TPS dan TPA sesuai dengan petunjuk teknis; f. Mengevaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan tugas yang telah dicapai sebagai bahan pertanggungjawaban dan bahan masukan kepada atasan; g. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pembinaan dan pengembangan karier; serta h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. Pada tabel. IV.4.4. di bawah ini digambarkan pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan persampahan di Kota Sungai Penuh sebagai berikut 4-67

184 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.4.4 Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, DKP3K - - Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target DKP3K dan BLH - - Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target DKP3K dan BLH - - PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah DKP3K - Rumah tangga berupa plastik wadah sampah yang digantung di halaman rumah untuk dibawa petugas pengumpul ke TPS Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) DKP3K - - Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) DKP3K - - Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) DKP3K - - Membangun sarana TPA TPA milik Kab. Kerinci - - Menyediakan sarana composting BLH PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS DKP3K - Rumah tangga yang belum dilewati gerobak/bentor pengangkut sampah Mengelola sampah di TPS DKP3K - - Mengangkut sampah dari TPS ke TPA DKP3K - - Mengelola TPA Pihak Kabupaten Kerinci - - Melakukan pemilahan sampah* - Recycle barang - bekas Melakukan penarikan retribusi sampah DKP3K - - Memberikan izin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) DKP3K - - Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah DKP3K, BLH dan Dinkes - - Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah

185 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota DKP3K dan Bappeda - - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan DKP3K - - persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau DKP3K dan Bappeda - - menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Sungai Penuh,

186 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Aspek Peraturan Perundangan Dalam pelaksanaan pengelolaan dan pelayanan persampahan, Pemerintah Kota Sungai Penuh masih mengacu kepada aturan-aturan persampahan yang berlaku, diantaranya Undang-undang nomor 8 Tahun 2008 tentang Persampahan, Peraturan Walikota nomor 2 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Sungai Penuh Aspek Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat merupakan salah satu aspek penting yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan pengelolaan persampahan. Ada berbagai bentuk peran serta yang dapat dilakukan masyarakat terkait dengan pengelolaan persampahan di Kota Sungai Penuh, yaitu: pertama, peran serta dalam tahapan pengumpulan sampah. Dalam tahap ini masyarakat secara individu maupun komunal melakukan pengumpulan sampah dari masing-masing rumah tangga untuk dibuang pada tempat-tempat yang telah disediakan; kedua, peran serta dalam membayar uang retribusi kebersihan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah. Kontribusi masyarakat ini dapat ikut meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan; ketiga, peran serta dalam pengendalian dan evaluasi. Dalam tahap ini masyarakat dapat memberikan masukan, kritik ataupun saran terhadap kinerja pelayanan persampahan. Aspek lain yang termasuk dalam peran serta masyarakat adalah sikap dan penerimaan masyarakat dalam menunjang program pemerintah dalam mengurangi sampah. Secara ideal, diharapkan masyarakat dapat memulai proses pengelolaan sampah dari rumah tangga dengan melakukan pemilahan terhadap jenis sampah (misalnya sampah basah atau sampah kering, dll) serta pemanfaatan sampah yang dapat didaur ulang. Dengan tindakan ini diharapkan volume timbulan sampah serta jenisnya sudah dapat dikurangi, yang selanjutnya akan mempermudah proses pengolahan sampah di TPA. Bentuk peran serta masyarakat seperti ini diakui masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pemerintah daerah terus berupaya melakukan berbagai pendekatan dan sosialisasi kepada seluruh komponen masyarakat, agar kondisi ideal ini dapat diwujudkan. Salah satu komponen masyarakat yang berhubungan langsung dengan persampahan adalah kalangan pemulung. Saat ini belum ada data resmi mengenai jumlah pemulung yang ada di Kota Sungai Penuh, namun demikian diperkirakan bahwa jumlahnya lebih dari 50 orang. Keberadaan pemulung ini sering ditanggapi secara negatif oleh sebagian masyarakat, namun demikian ada hal positif yang dapat dimanfaatkan dari para pemulung ini, misalnya mengikutsertakan mereka baik secara individu ataupun kelompok dalam proses pemilahan dan pendaurulangan sampah. Oleh karena itu, ke 4-70

187 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur depan diharapkan para pemulung ini dapat difasilitasi dan didorong oleh pemerintah daerah untuk terlibat dalam pengelolaan persampahan Permasalahan Yang Dihadapi Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah Sasaran penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di Kota Sungai Penuh antara lain adalah: Peningkatan NSPM persampahan dan pengembangan perangkat pengaturan di daerah Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan SDM Pengurangan volume sampah sejak dari sumber melalui peningkatan upaya pemilahan, pemanfaatan, daur ulang sampah dan pembuatan kompos dengan skala individu, kawasan/lingkungan dan skala kota Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah Peningkatan sistem pengolahan akhir sampah untuk melindungi sumber daya lingkungan Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengurangan timbulan dan pengelolaan sampah Menggerakkan keterlibatan swasta dalam pengurangan produksi sampah dan peningkatan PS pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sampah Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan pengelolaan PS persampahan Peningkatan kualitas sistem pengelolaan persampahan ramah lingkungan Rumusan Masalah Sampah merupakan salah satu permasalahan klasik yang dihadapi berbagai kota, termasuk kawasan perkotaan di Kota Sungai Penuh. Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk serta meluasnya kawasan permukiman berakibat makin meningkatnya jumlah timbulan sampah. Apabila sampah-sampah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik maka akan muncul berbagai dampak negatif, seperti pencemaran tanah, air dan udara, munculnya kawasan kumuh, berkurangnya estetika kota, sampai dengan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat, bahkan permasalahan sampah ini juga dapat memunculkan kerawanan social masyarakat. Oleh karena itu permasalahan sampah ini perlu ditangani secara serius. Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan di Kota Sungai Penuh meliputi berbagai aspek, seperti aspek institusi, aspek teknis operasional, aspek pembiayaan, aspek pengaturan serta aspek partisipasi masyarakat. 4-71

188 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Secara khusus permasalahan persampahan yang dihadapi antara lain adalah sebagai berikut: a. Masih rendahnya tingkat pelayanan persampahan terhadap cakupan pelayanan, yaitu sebesar 50,97% b. Kurang memadainya prasarana dan sarana penunjang kegiatan pengelolaan persampahan c. Terbatasnya ketersediaan anggaran untuk pengelolaan persampahan d. Retribusi kebersihan tidak dipungut oleh institusi pengelola persampahan dan bukan menjadi sumber pendapatan yang dapat digunakan secara langsung untuk biaya pengelolaan persampahan e. Masih relative rendahnya kualitas sumber daya manusia pengelolaan persampahan, baik di tingkat manajemen maupun di tingkat petugas lapangan f. Belum maksimalnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, terutama pada proses pemilahan sampah di masing-masing rumah tangga. g. Masih relative rendahnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sarana persampahan yang disediakan, sehingga ada kecenderungan membuang sampah di sembarang tempat, termasuk di sungai. Tabel. IV.4.5 Rumusan Masalah Pengelolaan Persampahan di Kota Sungai Penuh. No Aspek Permasalahan 1 Pengelolaan Belum optimalnya tingkat pelayanan persampahan Relatif rendahnya kualitas SDM pengelola persampahan Relatif rendahnya peran serta masyarakat dalam menangani masalah persampahan 2 Operasional Jumlah timbulan sampah lebih besar dari kemampuan pengangkutan Kurangnya prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (terutama untuk pengangkutan) 3 Pembiayaan Terbatasnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk operasional pengelolaan persampahan Retribusi persampahan belum menjadi sumber pendapatan Pemerintah Kota Sungai Penuh Analisa Permasalahan Dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Untuk menganalisa permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kota Sungai Penuh, khususnya pengelolaan persampahan di 3 cakupan wilayah pelayanan, digunakan tehnik analisa gap analisis, yaitu dengan membandingkan antara kebutuhan ideal berdasarkan standard yang berlaku dengan kondisi yang ada saat ini (existing). Hasil perbandingan antara kebutuhan dengan kondisi yang ada akan dijadikan rekomendasi dan usulan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun ke depan. 4-72

189 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Dari penjelasan pada bagian terdahulu telah disebutkan, bahwa potensi timbulan sampah di 5 wilayah cakupan pelayanan persampahan mencapai 310 M3/hari. Dengan ketersediaan sarana pengangkutan sampah yang dimiliki masih milik Pemerintah Kabupaten Kerinci yaitu 7 unit Dump Truck dan 1 Arm Roll truck, maka kemampuan pengangkutan sampah setiap hari baru mencapai 158 M3/hari. Dengan demikian, masih ada timbulan sampah yang belum terangkut sekitar 152 M3/hari. untuk mengatasi permasalahan ini salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah penambahan sarana pengangkutan sampah (dump truck). Dengan data jumlah penduduk dibawah ini dan dengan jumlah penduduk awal (2012) sebanyak 84,014 orang, maka diperkirakan potensi timbulan sampah selama 5 tahun perencanaan ( ) adalah sebagai berikut: Tabel. IV.4.6 Proyeksi Penduduk dan Timbulan Sampah selama 5 Tahun No Uraian Tahun Jumlah Penduduk Prediksi Timbulan Sampah (m3/hari) Sumber: Hasil Analisis, 2012 Dari prediksi timbulan sampah selama 5 tahun sebagaimana tabel diatas, dapat diperkirakan kebutuhan sarana prasarana pengelolaan persampahan secara ideal. Gambaran ideal sarana prasarana yang dibutuhkan selama 5 tahun tersebut akan dikurangi dengan sarana prasarana yang telah ada saat ini, namun demikian tetap diperhitungkan apakah kondisi sarana prasarana tersebut masih layak pakai selama 5 tahun ke depan atau harus diganti. Adapun asumsi yang digunakan terkait dengan kebutuhan sarana prasarana ini adalah: Tong Sampah disediakan secara swadaya oleh setiap rumah tangga, kecuali sarana publik/perkotaan disediakan pemerintah daerah Gerobak sampah dibutuhkan sebanyak 5 unit per 1 M3 Motor dump/becak sampah disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Container disesuaikan dengan kebutuhan TPS dibutuhkan sebanyak 1 unit per 2 M3 Dump truck dibutuhkan sebanyak 1 unit per 6 M3 Arm roll disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan container 4-73

190 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.4.7 Perkiraan Kebutuhan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan Selama 5 (lima) Tahun Yang No Uraian Asumsi Kapasitas dimiliki Kebutuhan/Tahun Kebutuhan Sarana Tong sampah 200 liter 0, Gerobak 1 m3 x rit 2 Motor Sampah 1 m3 x rit 4 Dump Truk 6 m3 x rit 12 Arm Roll (alternatif) 4 m3 x 3 rit TPS (pasangan - bata) 2 m Container 4 m Mobil Tinja 6 m3 x - 2 rit Pemb. TPA 12 ha Tong sampah 200 liter 0, Pengadaan alat 0, berat. 1,6 M3 1,6 Pengadaan mobil pick up 1,6 M3 1,6-2 Sarana yang sudah ada Tong sampah Gerobak Motor Sampah Dump Truk Arm Roll (alternatif) - TPS (pasangan bata) - Container Mobil Tinja Pemb. TPA Tong sampah Sumber: Hasil Analisis, 2012 Disamping prasarana dan sarana sebagaimana disebutkan di atas, salah satu aspek penting yang sangat dibutuhkan dalam pengelolaan persampahan di Kota Sungai Penuh adalah ketersediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang memadai. Sesuai dengan standard, dibutuhkan beberapa prasarana dan sarana pendukung di TPA, sehingga proses pengolahan sampah dapat berjalan lancer. Saat ini di TPA sarana penunjang yang lengkap, oleh karena itu diperlukan beberapa sarana prasarana lainnya, 4-74

191 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur seperti alat berat, pagar/gerbang, pos jaga, alat pemrosesan daur ulang sampah. Dan lain-lain Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil rumusan masalah sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat alternatif pemecahan masalah untuk pelaksanaan pengelolaan dan pelayanan persampahan di Kota Sungai Penuh, yaitu sebagai berikut: Tabel. IV.4.8 Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Persampahan Kota Sungai Penuh No Aspek Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah 1 Pengelolaan Belum optimalnya tingkat pelayanan persampahan Peningkatan pelayanan melalui upaya: - Pembenahan manajemen - Kemitraan dengan swasta dan masyarakat 2 Operasional 3 Pembiayaan Sumber: Hasil Analisis, 2012 Relatif rendahnya kualitas SDM pengelola persampahan Relatif rendahnya peran serta masyarakat dalam menangani masalah persampahan Jumlah timbulan sampah lebih besar dari kemampuan pengangkutan Kurangnya prasarana dan sarana pengelolaa n persampahan (terutama untuk pengangkutan) Terbatasnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk operasional pengelolaan persampahan Retribusi persampahan saat ini belum menjadi sumber pendapatan Pemerintah kota Sungai Penuh Peningkatan kualitas SDM pengelola dan petugas melalui pelatihan dan bintek Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan secara berkala Penambahan sarana pengangkutan seperti Dump Truck, Becak sampah, arm roll, dan lain-lain Penambahan alokasi anggaran untuk operasional persampahan melaui berbagai sumber (APBD, APBD Prov. APBN, dll) Percepatan penyerahan aset dari Pemerintah Kota Kerinci kepada Pemerintah Kota Sungai Penuh Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Rencana pengelolaan sampah di Kota Sungai Penuh, khususnya di 5 (lima) wilayah cakupan dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu untuk jangka pendek dan jangka panjang. Rencana jangka pendek-menengah lima tahun pertama pengelolaan sistem persampahan dengan menerapkan sistem pembuangan berikut: Pewadahan: penyediaan tong-tong sampah di setiap rumah maupun bangunan sarana kota, dengan ukuran liter. Tong sampah di setiap rumah disediakan sendiri oleh setiap keluarga, sedangkan tong-tong sampah pada sarana kota disediakan oleh pemerintah; Pengumpulan: proses pengumpulan sampah dapat dilakukan baik secara individual maupun secara komunal pada bak-bak penampungan yang disediakan di setiap unit 4-75

192 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersial dan perkantoran. Sampah domestik tersebut kemudian diangkut memakai gerobak sampah ukuran 1 m3 ke lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) oleh pengelola swadaya masyarakat di setiap unit lingkungan. Sedangkan sampah dari kegiatan komersial dan pemerintahan yang berada di sepanjang jalan utama dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh. Pemindahan dan Pengangkutan: sampah dari TPS diangkut ke lokasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA), dengan menggunakan dump truck/ arm roll truck yang dikelola oleh Pemerintah Kota. Lokasi penempatan TPS terutama di dekat daerah permukiman padat serta di kawasan komersil diupayakan minimal 500 m dari lokasi permukiman untuk menghindari polusi yang ditimbulkan sampah. Untuk itu, lokasi TPS ini harus disiapkan di tempat yang terlindung, sehingga tidak menimbulkan gangguan lingkungan. Sejumlah TPS hingga tahun 2017 akan ditempatkan di lingkungan permukiman. Sedangkan pengambilan dan pengangkutan sampah dari TPS-TPS tersebut dilakukan setiap hari yang langsung dibawa ke TPA. Sasaran yang ingin dicapai adalah pada tahun 2017 pengelolaan sampah oleh Kelompok Rumah Tangga secara mandiri dengan penerapan metode 3 R (Mengurangi, Memanfaatkan Kembali dan Mendaur Ulang) melalui pemilahan sampah ditargetkan sekurang-kurangnya 50 %, sehingga volume sampah yang dibuang dapat dikurangi sebesar 10-20% dan diharapkan terjadi peningkatan efisiensi pengelolaan sampah serta meningkatkan umur pakai TPA. Cakupan pelayanan sampah diharapkan pada akhir tahun anggaran sudah mampu melayani penduduk di area pelayanan dengan tingkat pelayanan sebesar 80 %, dari kondisi saat ini yang baru mencapai 50,97 % 4-76

193 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4-77

194 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan Dalam rangka peningkatan pelayanan persampahan di Kota Sungai Penuh, terutama dalam rangka mencapai tingkat pelayanan persampahan dari 50,97 % ke 70 %, diperlukan berbagai sarana prasarana penunjang kegiatan pelayanan dan pengelolaan. Disamping itu juga dilakukan pembenahan terhadap manajemen pengelola yang berkaitan langsung dengan aspek manusia atau sumberdaya manusia pengelola. Terkait dengan hal tersebut, diperlukan program dan kegiatan yang tepat serta sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Adapun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun perencanaan ( ) adalah sebagai berikut: 1) Program Pembinaan Pengelolaan Sistem Persampahan, dengan kegiatan: Pelatihan SDM bidang persampahan Penyuluhan dan sosialisasi ke masyarakat Pembinaan kelompok masyarakat (pemulung, organisasi di tingkat lingkungan hunian) Evaluasi dan Revisi peraturan di bidang persampahan. Studi Banding pengelolaan persampahan 2) Program Pengembangan Program Dan Perencanaan Pembangunan Persampahan Penyusunan masterplan persampahan Penyusunan DED TPA 3) Program Pengurangan Timbulan Sampah dengan kegiatan: Penyediaan Anggaran operasional pengelolaan persampahan Pengurangan volume sampah melalui peningkatan upaya pemilahan, pemanfaatan, daur ulang sampah dan pembuatan kompos dengan skala individu, kawasan/lingkungan dan skala kota 4) Program Perluasan Cakupan Pelayanan Persampahan dengan kegiatan: Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah dengan penambahan sarana persampahan yang meliputi : - Pengadaan Tong Sampah 750 unit - Pengadaan gerobak sebanyak 75 unit. - Pengadaan Motor Dump sebanyak 25 unit. - Pengadaan dump truck sebanyak 10 unit. - Pengadaan Arm Roll Truck sebanyak 4 unit. - Pengadaan Pick Up sebanyak 4 unit. - Pembangunan TPS sebanyak 50 unit - Pengadaan container sebanyak 25 unit 5) Program Peningkatan Kualitas Sistem Pengolahan Akhir Sampah Peningkatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan penambahan sarana prasarana berupa: - Pengadaan alat berat 3 unit 4-78

195 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur - Pembangunan TPA - Peningkatan Jalan TPA 3 Km - Pengadaan alat proses daur ulang sampah 2 unit 6) Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat Dan Swasta Meningkatkan Sistem Pengelolaan Persampahan dengan kegiatan: Penyuluhan untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengurangan timbulan dan pengelolaan sampah Membuat regulasi yang bisa menarik keterlibatan swasta dalam pengurangan produksi sampah dan peningkatan proses pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sampah sampai ke pendaur-ulangan Pembiayaan Pengelolaan Untuk membiayai pelaksanaan pengelolaan dan persampahan di Kota Sungai Penuh, akan diupayakan pendapatan dari berbagai sumber, baik melalui APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, maupun sumber-sumber lainnya. Adapun besaran alokasi dana yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan pelayanan persampahan selama tahun perencanaan ( ) dapat dilihat pada bagian lain dokumen ini, yaitu pada dokumen memorandum sebagaimana terlampir RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG DRAINASE Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan Umum Mengacu pada RPJMN Belum optimalnya fungsi drainase sebagai pematus air hujan yang mengakibatkan timbulnya genangan merupakan permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan drainase. Hal ini disebabkan oleh hal berikut: 1) Kapasitas sistem drainase sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Menurunnya fungsi saluran drainase yang berimplikasi pada peningkatan luasan dan durasi tergenang diakibatkan oleh kelangkaan lokasi pembuangan sampah, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Pembuangan air limbah domestik dan air limbah industri rumah tangga ke saluran drainase juga menyebabkan peningkatan debit air pada saluran drainase. Peningkatan debit limpasan hujan juga disebabkan oleh semakin berkurangnya bidang resapan dan adanya perubahan iklim akibat efek pemanasan global (global warming) yang menyebabkan peningkatan intensitas curah hujan dalam interval waktu yang semakin pendek. 2) Belum ada kejelasan pengelola sistem drainase. Ketidakjelasan pengelola menyebabkan tidak ada lembaga yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan saluran drainase. Hal itu mengakibatkan pengabaian atas kondisi saluran drainase 4-79

196 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur sehingga berfungsi kurang optimal. 3) Belum optimal sistem perencanaan pengelolaan drainase. Perencanaan sistem pengelolaan drainase belum didasari dengan adanya suatu rencana induk pengelolaan sistem drainase yang absah. Selain itu, perencanaan sistem drainase saat ini juga belum mengintegrasikan antara sistem drainase primer, sekunder, dan tersier. 4) Terbatas pendanaan untuk mendukung keseluruhan aspek pengelolaan drainase. Terbatasnya anggaran pemerintah baik untuk investasi, operasi maupun pemeliharaan sistem drainase menjadikan pengelolaan drainase belum berjalan secara optimal. Ketidakjelasan pengelola sistem drainase, menyebabkan lemahnya operasi dan pemeliharaan sistem. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas sasaran umum yang akan dicapai dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah meningkatnya akses bagi rumah tangga terhadap rumah dan lingkungan permukiman yang layak, aman, terjangkau, dan didukung oleh prasarana dan sarana dasar serta utilitas yang memadai, serta memiliki jaminan kepastian hukum dalam bermukim (secure tenure) untuk mendukung pencapaian target millennium development goals (MDGs). Sasaran lain yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman di tingkat pusat dan daerah. Dalam perencanaan drainase perlu disusun petunjuk umum untuk tujuan penyiapan: Program penanganan drainase Institusi pengelola sistem dan jaringan drainase, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota dan kawasan tertentu dimungkinkan melibatkan pihak swasta (developer) Dalam konteks itu, acuan yang digunakan adalah Kepmen PU No 239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir, dalam pengembangan sistem drainase harus memperhatikan sektor-sektor lain, karena pembangunan sektor drainase tidak dapat dilepaskan dari pembangunan infrastruktur lainnya, termasuk rencana pengembangan daerah, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota. 1. Rencana pengembangan kota Komponen program drainase harus mendukung skenario pengembangan dan pembangunan kota, serta terpadu dengan rencana pengembangan prasarana lainnya. 2. Air limbah Perencanaan sistem dan jaringan drainase harus mempertimbangkan pengembangan komponen air limbah, karena kadangkala sistem pembuangan air limbah tercampur dengan sistem drainase. 4-80

197 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 3. Perumahan rakyat dan tata bangunan Sistem penanganan drainase kota harus terkoordinasi dengan penanganan dan pengelolaan sistem yang disiapkan oleh instansi lain (developer, Perumnas, dan masyarakat) 4. Jalan kota Sistem drainase jalan yang disiapkan menjadi satu kesatuan dengan komponen jalan hendaknya disinkronkan dengan sistem yang disiapkan oleh penyusun sistem dan jaringan dalam komponen drainase (Gambar. IV.5.1). Sistem drainase harus dikelola melalui kelembagaan di daerah yang memperhatikan hal-hal berikut ini: 1. Institusi pengelola drainase harus memiliki kejelasan atas tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. 2. Usulan program penyuluhan harus jelas agar peran serta masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dapat lebih ditingkatkan. Perencanaan drainase perkotaan bertujuan untuk mencari alternatif kiat pengendalian akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan dan penyaluran limbah agar dalam pembangunannya dapat terpadu dengan pembangunan sektor lain yang terkait, sehingga sesuai dengan penataan lingkungan perkotaan. 4-81

198 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Gambar. IV.5.1 Peta yang memperlihatkan jaringan jalan kota, dimana sistem drainase dipersiapkan mengikuti pola ini 4-82

199 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Secara umum saluran drainase terbagi menjadi dua, yaitu drainase wilayah perkotaan (drainase kota) dan drainase wilayah regional (drainase regional). Sedangkan drainase kota terdiri atas sistem drainase mayor dan sistem drainase minor. Sistem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat, kriteria dan peruntukannya dapat dijelaskan pada Tabel di bawah ini. Tabel. IV.5.1 Pembagian Saluran Drainase Sistem Drainase Mayor DPS > 50 ha Akibat kerusakan banjir dianggap besar Terdiri atas: Saluran Drainase Induk Utama (DPS > 100 ha) Saluran Drainase Induk Madya (DPS ha) Sistem Drainase Mayor, selain untuk menerima limpasan banjir minor, sarana drainase harus dilengkapi dengan suatu saluran yang dapat mengantisipasi terjadinya kerusakan-kerusakan besar akibat limpasan banjir yang mungkin terjadi setiap tahun sekali, meliputi: saluran alami dan buatan daerah banjir jalur saluran drainase pembawa aliran limpasan besar serta bangunan pelengkapnya Didesain untuk Periode Ulang Hujan (PUH) tahun Sistem Drainase Minor DPS < 50 ha Akibat kerusakan banjir dianggap kecil Terdiri atas: Saluran Drainase Cabang Utama (DPS ha) Saluran Drainase Cabang Madya (DPS 5-25 ha) Saluran Drainase Tersier (DPS 0-5 ha) Sistem Drainase Minor merupakan bagian dari sistem drainase yang menerima debit limpasan maksimum dari mulai aliran awal, meliputi: inlet limpasan permukaan jalan saluran dan parit drainase tepian jalan gorong-gorong got air hujan saluran air terbuka dll Didesain untuk Periode Ulang Hujan (PUH) 2-10 tahun, tergantung dari tata guna lahan di sekitarnya Sumber: Katharina Oginawati, URDI,

200 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Dasar-dasar perencanaan sistem drainase, meliputi: 1. Kriteria desain Periode Ulang Hujan (PUH) Perhitungan Debit Banjir Waktu Konsentrasi Perubahan PUH Tinggi Hujan Rencana Koefisien Limpasan Koefisien Storasi Intensitas Hujan Luas Daerah Pengaliran Tata Guna Lahan saat ini dan pengembangannya di masa mendatang Karakteristik tanah dan bangunan di atasnya Kemiringan tanah dan bentuk daerah pengaliran Pengaruh DPS Parsial 2. Kriteria hidrolis Kapasitas Saluran Kecepatan Aliran Kemiringan Saluran dan Talud Saluran Penampang Saluran Ambang Bebas Perlengkapan Saluran Street Inlet Bangunan Terjunan Terjunan Miring Gorong-gorong Perubahan saluran Pertemuan saluran Belokan Pintu Air Bangunan pembuangan 3. Profil aliran 4. Usaha konservasi sumber daya air 5. Analisis hidrologi 6. Analisis curah hujan Penentuan Stasiun Utama Koreksi Kualitas dan Kuantitas Data Analisis Curah Hujan Maksimum Pemilihan Model Distribusi 4-84

201 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Analisis Intensitas Hujan Pendekatan Matematis Intensitas Hujan 7. Usulan perencanaan Sistem Drainase meliputi: Prinsip pengaliran sungai Cara penyaluran Jalur saluran Bentuk dan keadaan saluran Upaya konservasi sumber daya air Penentuan alternative jalur saluran Perhitungan detail pengelolaan air hujan Evaluasi dampak hujan langsung Maksud dan Tujuan Drainase Maksud dan Tujuan Drainase perkotaan adalah melayani pembuangan kelebihan air pada suatu kota dengan cara mengalirkannya melalui permukaan tanah atau lewat dibawah permukaan tanah untuk dibuang ke sungai, danau atau laut. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestic maupun air limbah industry. Oleh karena itu, drainase perkotaan harus berpadu dengan sanitasi, sampah, dan pengendali Banjir Arah Kebijakan Penanganan Drainase Adapun arah dan kebijakan Penanganan Drainase adalah: Penyelenggaraan/penanganan terpadu dengan sektor terkait terutama pengendalian banjir, air limbah dan sampah). Mengoptimalkan sistem yang ada, disamping pembangunan baru. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, dunia usaha dan masyarakat. Mendorong pemerintah Kota Sungai Penuh dalam pembangunan Sarana dan Prasarana drainase untuk melancarkan perekonomian regional dan nasional serta meningkatkan tenaga kerja Kebijakan, Program dan Kegiatan Drainase dalam Rencana Kota Sungai Penuh Kota Sungai Penuh telah memiliki kebijakan, program, dan kegiatan drainase. Adapun program beserta target, pola pengelolaan, penanganan dan kontribusi pemerintah daerah di sektor drainase adalah sebagai berikut: 1. Program Pembinaan Pengelolaan Sistem Drainase a. Target: i. Peningkatan NSPM sistem drainase dan pengembangan perangkat pengaturan di daerah ii. Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan SDM 2. Program Pengembangan Program dan Perencanaan Pembangunan Sistem Drainase 4-85

202 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur a. Target: i. Peningkatan penyusunan PJM dan master plan sektor drainase di Kota/Kab 3. Program Pengembangan Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan a. Target: i. Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan di perkotaan ii. Pengembangan jaringan drainase, sistem polder/kolam penampung/retensi serta PS pendukung/pelengkapnya meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi kawasan permukiman dan strategis perkotaan dari resiko genangan iii. Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada prioritas kota metropolitan, besar dan sedang 4. Program Pembangunan Ps Sistem Drainase Mendukung Kawasan Strategis/Tertentu dan Pemulihan Dampak Bencana dan Kerusuhan a. Target: i. Peningkatan kualitas kawasan permukiman dalam rangka mendukung Indonesia aman dan damai 5. Program Pengembangan Ps Drainase Skala Kawasan/Lingkungan Berbasis Masyarakat a. Target: i. Peningkatan PS drainase dalam rangka menjaga kesehatan lingkungan permukiman dan kuantitas air tanah melalui pengembangan sumur resapan 6. Program Pengelolaan Sistem Drainase Terpadu Mendukung Konservasi Sumber Daya Air a. Target: i. Pengembangan sistem drainase skala regional secara terpadu mendukung keseimbangan tata air 7. Program Pengembangan Kapasitas Pendanaan Pembangunan Sistem Drainase a. Target: i. Peningkatan pendanaan pembangunan PS sistem drainase dari berbagai sumber baik pemerintah, pinjaman luar negeri atau dengan swasta terutama developer untuk pengembangan kawasan permukiman baru 8. Program Promosi Pengelolaan Ps Sistem Drainase a. Target: i. Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan pengelolaan PS drainase 9. Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Drainase a. Target: i. Peningkatan kualitas pembangunan sistem drainase 4-86

203 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Profil Rinci Penyediaan Drainase Gambaran Umum Kondisi Drainase saat ini Kondisi alam Kota Sungai Penuh secara umum dapat dibedakan menjadi daerah datar, bergelombang, dan berbukit. Limpasan air permukaan yang berpotensi banjir biasanya terjadi di wilayah dengan topografi datar-bergelombang dengan kelerengan daerah kurang dari 15%. Peningkatan debit air permukaan dipengaruhi pula oleh jenis tanah lempungan, dimana resapan air relatif kecil. Pada musim penghujan dimana curah hujan cenderung tinggi, genangan air permukaan semakin meningkat pada daerahdaerah tersebut. Di beberapa wilayah kecamatan dengan karakteristik alam seperti itu, jaringan drainase seringkali belum ada, sehingga sering terjadi banjir. Fenomena itu diperburuk dengan luapan air sungai yang mengalir di wilayah-wilayah itu. Dalam konteks ini, pembangunan sistem drainase menjadi suatu kebutuhan yang mendesak dan harus mendapat prioritas. Kondisi jaringan drainase di Kota Sungai Penuh secara umum belum memadai atau tidak sesuai dengan peruntukannya. Oleh karenanya, kinerja sistem drainase tidak optimal, dan sebagai akibatnya banjir pun masih sering terjadi, meskipun di wilayah itu dijumpai adanya jaringan drainase. Sistem penampungan pada kolam-kolam retensi yang sudah ada tampaknya perlu ditingkatkan. Kondisi fisik dan kapasitas drainase perlu ditingkatkan, terutama dalam rangka mengikuti laju pembangunan di sektor lain seperti pengembangan wilayah perumahan, dimana pengalihan fungsi lahan terjadi dan berpotensi meningkatkan erosi dan limpasan air permukaan Aspek Kelembagaan Kepekaan instansi yang terkait sangat diperlukan sehingga penanganan terhadap masalah perkotaan kurang berjalan optimal, termasuk lemahnya instansi yang bertugas mengeluarkan dan mengawasi IMB sehingga banyak drainase kota yang ditutup oleh rumah atau toko. Ada saluran drainase yang sekarang sudah berada di dalam pekarangan rumah yang ditutup, sehingga tidak dapat di kontrol. Dari informasi masyarakat, ternyata di dalam rumah, saluran dibendung untuk keperluan pemeliharaan ikan, sehingga pada saat hujan menimbulkan genangan pada daerah di hulunya. Juga banyak saluran drainase yang tersumbat di daerah Pasar, dan permukiman. Hal ini akibat tebalnya lumpur yang mengendap dan sampah yang dibuang ke dalam saluran, koordinasi yang baik antara Dinas Kebersihan dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh akan dapat menghindarkan pendangkalan dan penyempitan saluran akibat sampah yang dibuang oleh masyarakat. Kurangnya koordinasi antara Dinas PU kota dan Dinas PU provinsi juga menghambat ke arah penyelesaian genangan yang segera. 4-87

204 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Aspek Pendanaan Keterbatasan dana sehingga berpengaruh terhadap operasional pemeliharaan prasarana dalam hal ini sungai dan drainase tidak berjalan maksimal. Dana yang sangat terbatas harus dibagi untuk pembangunan saluran baru, normalisasi saluran/sungai, revitalisasi saluran/sungai, perencanaan dan pengawasan. Ketersediaan dana yang lebih akan membuat pengelolaan sistim drainase perkotaan menjadi lebih baik. RPIJM sangat diperlukan untuk mendapatkan keterpaduan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang diwujudkan dengan program dan pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD I, dan APBD II. Serta dapat juga melalui bantuan dari masyarakat secara langsung dan dapat juga melalui program CRS dari perusahaan/swasta Aspek Peran Serta Masyarakat Dalam pengelolaan sistim drainase Kota Sungai Penuh, sangat diharapkan adanya peran serta masyarakat yang dapat diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran drainase dengan tidak membuang sampah ke dalam saluran drainase agar tidak tersumbat sehingga saluran dapat berfungsi maksimal sebagai saluran pembuang air hujan. Kesadaran masyarakat untuk memelihara saluran drainase dilingkungan depan rumah masing-masing, umpamanya dengan membersihkan lumpur dan sampah secara berkala sehingga tidak terjadi pendangkalan akibat penumpukan lumpur atau endapan di saluran drainase Permasalahan yang dihadapi Permasalahan Sistem Drainase yang ada Permasalahan drainase yang ada di Kota Sungai Penuh secara umum berkaitan dengan kondisi topografi wilayah, pengembangan wilayah permukiman, pemeliharaan, skala prioritas, fungsi, dan penanganan drainase. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut Sasaran Drainase Sasaran yang harus dicapai oleh program penanganan drainase (fungsional dan program): 1. Target Nasional (sistem primer dan sistem sekunder: menciptakan lingkungan aman, baik terhadap genangan maupun luapan sungai, banjir kiriman, dan hujan lokal) 4-88

205 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2. Memenuhi basic need (kebutuhan dasar) drainase bagi kawasan hunian dan kota. Untuk pemenuhan kebutuhan dasar ini, dapat digunakan criteria dan standar yang ada. 3. Memenuhi development need dalam menunjang terciptanya skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang sektor unggulan. Perlu diindikasikan prasarana dan sarana dasar utama dan penunjang di kawasan tersebut Rumusan Masalah Persoalan sistem drainase harus dipandang secara lebih luas, karena pembangunan jaringan ini terkait dengan sektor-sektor lainnya. Oleh karena itu, permasalahan drainase perlu diatasi secara komprehensif yaitu dengan melibatkan berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah. Perlu ditekankan di sini bahwa instansi yang menangani sistem drainase harus jelas cakupan kewenangan dan tanggungjawabnya, sehingga tumpang tindih dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan drainase dapat dihindari. Banjir dan genangan air merupakan permasalahan yang terdapat di Kota Sungai Penuh, permasalahan drainase di Kota Sungai Penuh adalah kurang mampunya mengeringkan air sebagian dari wilayah Kota Sungai Penuh dari genangan air, kondisi ini terjadi karena kondisi fisik saluran, kontinuitas aliran terhambat, maka terjadilah luapan atau limpasan air dari saluran ke jalan. Dengan kondisi Kota Sungai Penuh merupakan daerah cekungan antara pegunungan, dengan topografi dataran yang rendah, kondisi ini dapat menimbulkan genangan dan banjir pada saat musim hujan, saluran utama tidak mampu menampung limpasan air permukaan. Banjir dan genangan air merupakan permasalahan yang timbul pada beberapa kawasan di daerah Kota Sungai Penuh, kondisi ini sangat tidak menguntungkan karena menggenangi daerah daerah permukiman dan persawahan. Kompleksitas persoalan yang ada tampaknya terkait pula dengan tidak adanya ketegasan fungsi drainase dan pola penanganannya. Drainase yang ada secara umum memiliki fungsi ganda, sebagai saluran air hujan dan juga sebagai tempat pembuangan limbah. Hal itu terjadi karena limbah cair dari rumah tangga, dan kemungkinan juga dari industri, dialirkan ke jaringan drainase. Pembangunan sistem drainase di wilayah permukiman biasanya kurang mempertimbangkan jaringan drainase primer perkotaan, sehingga hubungan kedua sistem itu menjadi tidak jelas, sebagai akibatnya keterpaduan penanganannya tidak ada. Untuk isu ini, pemerintah bersama-sama pengembang perlu membuat masterplan drainase secara bersama-sama agar penanganan sistem drainase dapat dilakukan secara terpadu (tidak parsial). Program kegiatan yang diusulkan dalam pembangunan drainase dapat dilihat pada usulan kesepakatan RPIJM Bidang PU Cipta karya Kota Sungai Penuh 4-89

206 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Masalah Kawasan yang berada dalam Kota Sungai Penuh yang sering terjadinya banjir dan genangan dikarenakan : 1. Tidak terdapatnya flow drain pada saluran drainase kota yang berfungsi mengalirkan air hujan dari badan jalan ke dalam saluran drainase, sehingga air menggenangi badan jalan. 2. Tidak mampunya kapasitas drainase menampung debit air yang mengalir pada saat musim hujan. 3. Saluran drainase yang ada saat ini hampir 80 % dalam kondisi rusak berat 4. Belum tertatanya sistim drainase, seperti arah aliran yang tidak teratur serta tidak terhubungnya saluran tersier dan saluran sekunder dengan saluran utama 5. Belum adanya sistim operasi dan pemeliharaan terhadap saluran drainase yang telah ada. 6. Belum adanya saluran buangan akhir, sehingga air buangan menggenangi areal persawahan dan daerah permukiman Pemecahan Masalah Dari identifikasi permasalahan yang ada, maka secara makro u untuk mengatasi masalah banjir dan genangan perlu dilakukan pendekatan: 1. Mengidentifikasi penggunaan lahan yang ada saat ini 2. Meningkatkan kapasitas daya tampung saluran drainase 3. Melaksanakan perbaikan drainase yang rusak 4. Melakukan pemetaan arah pola aliran 5. Membuat saluran pembuang akhir Sistem Drainase yang diusulkan Usulan dan Prioritas Program Pola penanganan penataan saluran drainase dibagi dalam beberapa program antara lain : 1. Pemeliharaan jaringan drainase, program ini dilaksanakan untuk daerah atau jalan yang sudah ada jaringan saluran drainasenya sehingga pekerjaannya berupa perbaikan saluran yang rusak dan penggalian endapan lumpur/tanah akibat sedimentasi. 2. Pembangunan saluran Drainase, program ini dilakukan pada jalan atau daerah yang belum ada jaringan drainasenya atau meningkatkan saluran alam menjadi saluran permanen 4-90

207 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 3. Normalisasi Sungai, program ini dilakukan pada sungai-sungai yang mengalami pendangkalan sehingga memerlukan pengerukan dan pelebaran untuk tetap memperlancar aliran sungai. 4. Pembersihan parit, kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan swasta melalui Dinas Kebersihan, hanya pada saluran drainase sepanjang jalan protokol. 5. Sistim polder, diperlukan karena luapan sungai Batanghari yang bersifat rutin, bahkan akhir-akhir ini sudah semakin sering, 3 5 kali setahun. Meningkatnya frekwensi ini menunjukkan semakin parahnya kondisi DAS di bagian hulu, dan terjadinya iklim yang ekstrim Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun pertama, kedua dan seterusnya dari pengembangan drainase Kota Sungai Penuh, komponen drainase, berdasarkan pada program-program SKPD terkait yang disesuaikan dengan Musrenbang, juga didasarkan atas kesepakatan pada penyusunan rencana pengembangan drainase kota Sungai penuh Rencana Investasi Pengembangan Air Minum Petunjuk Umum Berdasarkan RPJMN Permasalahan utama pembangunan air minum adalah masih rendahnya akses terhadap penyediaan air minum. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi ini antara lain: 1) Belum lengkap dan terbaharukan perangkat peraturan yang mendukung penyediaan air minum. Salah satu akibatnya adalah sulitnya PDAM menjalankan prinsip korporasi. UU Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sampai saat ini belum direvisi. Maraknya penyediaan air minum berbasis masyarakat juga terkendala oleh tiadanya perundangan yang mengatur pola kerjasama pemerintah dan masyarakat. 2) Menurun kuantitas, kualitas, dan kontinuitas air baku air minum. Tidak terolahnya limbah domestik dan nondomestik menjadi penyebab utama menurunnya kualitas air baku air minum. Sementara itu, pemanfaatan air yang belum efisien dan masih minimnya pengelolaan air baku pada wilayah hulu dan/atau daerah resapan menyebabkan semakin berkurangnya air baku air minum. Penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang kurang bersinergi dengan konsep pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) makin mengancam ketersediaan air baku bagi daerah hilir. Ekstrasi air tanah secara berlebihan oleh rumah tangga dan industri telah menurunkan kuantitas dan kualitas air baku. Penerapan teknologi pemanfaatan sumber air alternatif juga belum diprioritaskan. 3) Masih terbatas penyedia air minum baik oleh perusahaan daerah air minum (PDAM) dan non-pdam yang sehat (kredibel dan profesional). Hasil audit kinerja PDAM pada tahun 2007 menunjukkan hanya 22,42 persen atau 61 dari 272 PDAM bahwa dalam kondisi sehat: Sementara itu, akumulasi bahwa kerugian seluruh PDAM yang merugi 4-91

208 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur (68,02 persen) telah mencapai Rp. 4,83 trilyun. Penyebab utamanya adalah 55,51 persen PDAM masih menerapkan tarif rata-rata di bawah biaya produksi air minum, disamping kapasitas sumber daya manusia dan pendanaan yang belum memadai, belum diterapkannya manajemen aset, serta belum disusunnya business plan yang absah. Untuk penyediaan air minum yang berbasis masyarakat, kualitas sumber daya manusia pada lembaga pengelolaannya juga masih menjadi kendala. 4) Belum optimal sistem perencanaan penyediaan air minum. Hampir seluruh kota/kabupaten belum memiliki rencana induk sistem penyediaan air minum yang absah. Belum terpetakannya wilayah yang akan dilayani sistem perpipaan maupun nonperpipaan menyebabkan banyak sistem penyediaan air minum, khususnya di perkotaan, menjadi saling tumpang tindih. 5) Terbatas pendanaan untuk mendukung keseluruhan aspek penyediaan air minum. Pendanaan air minum masih bertumpu pada anggaran pemerintah. Rendahnya kinerja keuangan PDAM juga menyebabkan PDAM sulit mendapatkan sumber pendanaan alternatif. Sementara itu, sumber pendanaan dari pihak swasta, baik dalam bentuk KPS ataupun Corporate Social Responsibility (CSR) masih belum dimanfaatkan secara signifikan Pembangunan prasarana dan sarana penyediaan air minum di Kota Sungai Penuh telah dimulai sejak tahun 1977 dengan sumber dana APBN Departemen PU melalui Proyek Peningkatan Sarana Air Bersih Jambi. Pada saat itu Kota Sungai Penuh masih menjadi bagian dari Pemerintah Daerah Tingkat II Kerinci, sebelum akhirnya dimekarkan menjadi Kota Sungai Penuh dan Pemda Kerinci pada Tahun Untuk memanfaatkan pembangunan sarana penyediaan air minum tersebut dibentuklah Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten Daerah Tingkat II Kerinci dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Nomor : 104/KPTS/CK/IV/1981 tanggal 10 November dan beroperasi sejak tahun Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 31/KPTS/1992 tertanggal 5 Oktober 1992 ditetapkan penyerahan pengelolaan prasarana dan sarana air bersih Kabupaten Daerah Tingkat II Kerinci kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi, yang selanjutnya diteruskan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kerinci untuk dikelola dalam status Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Daerah Tingkat II Kerinci Dengan Surat Keputusan Gubernur nomor: 485 tahun 1992 dengan nama PDAM Tirta Sakti Kabupaten Daerah Tingkat II Kerinci yang berkantor pusat di Sungai Penuh. Sistem penyediaan air bersih di Kota Sungai Penuh terdiri dari sistem perpipaan dan sistem non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh BPAB sedangkan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat. Sistem penyediaan air bersih yang dikelola oleh BPAB memanfaatkan sumber air baku yang berasal dari air permukaan (sungai) dan air tanah (sumur bor). 4-92

209 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kota Sungai Penuh pada saat ini terbagi ke dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem non perpipaan yang dikelola secara mandiri oleh penduduk. Untuk pelayanan dengan sistem perpipaan meliputi seluruh kecamatan-kecamatan di Kota Sungai Penuh, kecuali hanya beberapa desa saja yang belum. Pemanfaatan air tanah (non perpipaan) masih menjadi pilihan bagi masyarakat yang belum terjaring air bersih. Sistem jaringan perpipaan di Kota Sungai Penuh ini pelayanan dan pengelolaannya dilakukan oleh PDAM. Daya saing ketersediaan air bersih akan semakin membaik dengan selesainya penambahan kapasitas. Di Kota Sungai Penuh persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas air minum sendiri pada awalnya mengalami penurunan selama periode 2002, yaitu dari 60,95 persen pada tahun 2000 menjadi 51,99 persen di tahun Dan untuk tahun berikutnya terus mengalami kenaikan hingga mencapai 61,88 persen pada tahun 2007, dan menurun pada tahun 2008 menjadi 60,05 persen, namun terus naik kembali hingga mencapai 70,14 persen rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri pada tahun Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum A. Sistem Perpipaan a. Aspek Teknis Secara umum, distribusi air minum di Kota Sungai Penuh menggunakan sistem gravitasi dan pemompaan, namun setiap sumber air memiliki cara pendistribusian masing-masing hingga sampai ke daerah pelayanan. Deskripsi sumber air yang melayani kebutuhan air minum adalah sebagai berikut: Kebutuhan air bersih di Kota Sungai Penuh diperoleh dari pelayanan PDAM Tirta Sakti Kerinci dengan kapasitas 76 ltr/dtk, yang terdiri dari IPA Pelayang Raya dengan kapasitas 55 ltr/dtk, IPA Rawang kapasitas 20 ltr/dtk serta IPA Sungai Jernih 1 l/dt. Jumlah ini tidaklah mencukupi untuk melayani konsumen di lapangan yang mencapai sambungan rumah, sehingga terjadi over kapasitas dalam operasional, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kualitas yang dihasilkan. Untuk menutupi kekurangan kapasitas tersebut pada tahun 2011 direncanakan penambahan IPA baru yaitu IPA Kumun kapasitas 30 ltr/dtk dan IPA Tanah Kampung dengan kapasitas 10 ltr/dtk. 4-93

210 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.6.1 Kondisi Umum Pelayanan Air Minum Di Kota Sungai Penuh No Rincian Keterangan 1 Tahun berdiri IPA Sungai Jernih Pelayang Raya Rawang 3 Sistem Gravitasi dan Pompa 4 Kapasitas terpasang 76 l/dt 5 Kapasitas termanfaatkan 165 l/dt 6 Jumlah sambungan 12,000 SR 7 Jumlah penduduk terlayani 63,682 8 Tingkat Kebocoran 35,47% Sumber : RTRW Kota Sungai Penuh , 2011 b. Aspek Pendanaan Keterbatasan dana sehingga berpengaruh terhadap pengembangan dan operasional pemeliharaan prasarana dan prasarana Air Minum Perpipaan dalam hal ini. Dana yang sangat terbatas harus dibagi untuk pembangunan prasarana dan prasarana air minum dan operasional PDAM. Ketersediaan dana yang lebih akan membuat pengelolaan Air Minum menjadi lebih baik. RPIJM sangat diperlukan untuk mendapatkan keterpaduan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang diwujudkan dengan program dan pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD I, dan APBD II. Serta dapat juga melalui bantuan dari masyarakat secara langsung dan dapat juga melalui program CRS dari perusahaan/swasta c. Aspek Kelembagaan dan Peraturan Dalam pengelolaan air minum Aspek kelembagaan masih terdapat masalah yaitu: 1. Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM sehingga peran pembinaan pengembangan SPAM menjadi sangat lemah. 2. Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara SPAM (PDAM), termasuk rekruitmen SDM belum terpadu dengan program pengembangan SDM Penyelenggara SPAM. 3. Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran badan pengelola SPAM di daerah. 4-94

211 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Permasalahan yang dihadapi Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum Adapun Sasaran yang ingin di capai dalam Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum adalah : 1. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan air minum. a. Pelayanan air minum yang terjangkau: Air minum dinikmati tidak hanya oleh masyarakat mampu saja, tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga terjangkau. Pelayanan air minum dapat dilakukan secara adil dan merata menjangkau berbagai daerah termasuk daerah-daerah miskin, tertinggal. Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan secara kontinyu dan terus-menerus sampai kapan pun diperlukan. b. Pelayanan air minum yang berkualitas: Penyediaan air minum yang memenuhi standar baku mutu & kesehatan manusia. Masyarakat dapat mengkonsumsi secara langsung air minum berasal dari perpipaan maupun air yang aman dari sumber yang memenuhi persyaratan kesehatan. 2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan penyelenggaraan SPAM dengan prinsip good and corporate governance. a. Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dalam pengembangan SPAM b. Penyelenggaraan SPAM yang transparan, partisipatif, serta akuntabel dalam pengelolaannya. c. Pelibatan semua stakeholder dalam pengembangan SPAM. d. Pengelolaan air minum secara efektif dan efisien, serta profesional. e. Penguatan kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan kewenangan kelembagaan penyediaan SPAM. 3. Mobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem Penyediaan air minum. a. Pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi untuk penyelenggaraan SPAM b. Pengembangan potensi pendanaan pengembangan air minum, antara lain melalui peningkatan daya tarik bagi investor, pengelolaan atau manajemen perusahaan daerah, serta peningkatan penerapan konsep kewirausahaan dalam pengembangan air minum. 4. Menegakkan hukum dan Menyiapkan Peraturan perundangan untuk meningkatkan penyelenggaraan SPAM. a. Penyusunan Peraturan perundangan yang terkait dengan penyediaan air 4-95

212 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur minum dan perlindungan air baku di pusat dan daerah. b. Pemerintah Pusat Menyiapkan peraturan perundangan yang terkait dengan fasilitasi dan pendampingan kepada daerah, termasuk Petunjuk teknis penyelenggaraan SPAM. c. Pemerintah Daerah menetapkan Peraturan Daerah dalam rangka penyelenggaraan SPAM. d. Penegakan hukum, diberlakukannya sanksi-sanksi bagi pelanggar peraturan terkait dengan penyelenggaraan SPAM. 5. Menjamin ketersediaan air baku yang berkualitas secara berkelanjutan. a. Pemerintah Pusat, Daerah, dan masyarakat melakukan perlindungan air baku untuk menjamin keberlanjutan penyelenggaraan SPAM. b. Penyelenggaraan konservasi alam dan penyehatan lingkungan untuk menjamin ketersediaan air baku. 6. Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha berperan aktif dalam penyelenggaraan SPAM. a. Masyarakat dan dunia usaha dapat terlibat secara aktif dalam penyelenggaraan SPAM, baik di Pusat maupun Daerah. b. Adanya sistem informasi yang terbuka luas bagi masyarakat dan dunia usaha dalam rangka penyelenggaraan SPAM Rumusan Masalah Dalam penyediaan air minum di Kota Sungai Penuh, terdapat berbagai persoalan yang dihadapi, diantaranya: a. Legalitas PDAM Tirta Sakti Kerinci yang masih merupakan aset Kabupaten Kerinci, sedangkan sebagian besar konsumen berada di wilayah Kota Sungai Penuh. b. Keterbatasan sumber air baku. Sumber air baku yang digunakan saat ini mayoritas berasal dari Kabupaten Kerinci. c. Pipa transmisi maupun distribusi existing masih ada yang merupakan peninggalan jaman pemerintahan Belanda, sehingga sudah banyak yang bocor. d. Sambungan/koneksi pada pipa transmisi maupun distribusi sudah banyak yang rusak, sehingga mengurangi tekanan air yang mengakibatkan reservoir tidak terisi penuh. Dengan demikian kebutuhan pada jam puncak tidak dapat terpenuhi. e. Pada jalur pipa transmisi maupun distribusi utama ada koneksi langsung, hal ini juga menyebabkan berkurangnya tekanan air. f. Tidak semua instalasi produksi dioperasionalkan selama 24 jam/hari, karena keterbatasan biaya operasional, hal ini menyebarkan ketersediaan air tidak kontinyu. g. Konsumen ada juga yang mengalami kemacetan supply karena kurangnya air yang tersedia (terutama pada jam puncak), 4-96

213 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur h. Belum adanya pembagian zona pelayanan i. Masih tingginya angka kehilangan air, yaitu sebesar + 35% Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum A. Analisis Kondisi Pelayanan Untuk menjamin air minum suatu sistem penyediaan air minum aman, higienis dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menyebabkan infeksi pada pemakaian air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitas. Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, juga tidak berasa dan berbau. Dalam perencanaan/pelaksanaan fasilitas penyediaan air minum (sumber, jaringan distribusi) harus bebas dari kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Di Indonesia persyaratan kualitas air minum didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/XI/1990 tanggal 3 September 1990 mengenai syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Kualitas air bisa ditunjukkan oleh tiga karakteristik yaitu karakteristik fisik, kimia dan biologi. Adapun uraiannya dapat dilihat berikut ini : a. Karakteristik Fisik Kualitas fisik yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata-mata dengan pertimbangan segi kesehatan, akan tetapi juga menyangkut soal kenyamanan dan dapat diterima oleh masyarakat pemakai air dan mungkin pula menyangkut segi estetika. Beberapa unsur pokok yang bisa diidentifikasi dari karakteristik fisik air adalah : 1. Warna (colour) 2. Kekeruhan (turbidity) 3. Rasa (taste) 4. Bau (odor) 5. Suhu (temperature) b. Karakteristik Kimia Kandungan unsur kimia di dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman atau tidak membahayakan kesehatan dalam penggunaannya di industri serta tidak menimbulkan kerusakan pada instalasi sistem penyediaan air minum sendiri. Walaupun demikian ada beberapa unsur tertentu, sebaliknya diperlukan/diharapkan kehadirannya untuk penciptaan suatu kondisi air minum yang dapat mencegah sesuatu penyakit atau kondisi kualitas yang menguntungkan. Dalam hubungannya dengan masalah diatas, pada dasarnya unsur-unsur kimiawi dibedakan atas 4 golongan, sebagai berikut : 1. Unsur-unsur yang bersifat racun 4-97

214 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2. Unsur-unsur tertentu yang dapat mengganggu kesehatan 3. Unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem ataupun pada penggunaannya untuk keperluan atau aktivitas manusia 4. Unsur-unsur yang merupakan indikator pengotoran Komposisi kimia dari air permukaan tergantung pada karakteristik daerah tangkapan air (catchment area) sedangkan air tanah dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilalui air. Karakteristik kimia yang berhubungan dengan evaluasi dan kontrol kualitas air adalah : 1. Kimia Anorganik 2. Kimia Organik c. Karakteristik Mikrobiologi Dalam parameter mikrobiologi hanya dicantumkan koliform tinja dan total koliform. Sebenarnya kedua macam parameter ini hanya berupa indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit ((protozoa, metazoa, tungau) bakteri patogen dan virus. d. Karakteristik Radioaktivitas Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar, kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat ber-regenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar alpha sulit menembus kulit, sedangkan beta dapat menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi luasnya pemaparan. B. Analisis Kebutuhan Air Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari pemakaian air. Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil, berbeda dengan kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah dan peralatan lainnya adalah jauh lebih besar. Kebutuhan demikian berbeda pula dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan plumbing yang dipunyai. Umumnya seiring dengan periode perencanaan akan terjadi peningkatan kebutuhan air, yang disebabkan oleh adanya pengembangan sistem (sumber dan distribusi), disamping akibat meningkatnya tingkat dan cara hidup masyarakat. Di lain 4-98

215 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur pihak dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian. Proyeksi kebutuhan air bersih di wilayah studi ditentukan dengan memperhitungkan beberapa faktor yang berpengaruh atau menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Faktor penentu tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan penduduk 2. Tingkat kehidupan dan aktifitas penduduk 3. Keadaan iklim daerah setempat 4. Rencana daerah pelayanan dan kemungkinan pengembangan daerah perluasannya 5. Kondisi sosial-ekonomi daerah setempat Berdasarkan keadaan masyarakat dan keadaan sosial ekonomi maka dalam memperkirakan kebutuhan air bersih di masa mendatang bagi pengembangan sistem penyediaan air bersih di wilayah studi, pemakaian air dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu : 1. Pemakaian air untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) dihitung berdasarkan sambungan rumah dan hidran umum. 2. Pemakaian air untuk kebutuhan non domestik 3. Perkiraan kemungkinan kehilangan air. Kebutuhan Air dapat dibagi menjadi : 1. Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga) Kebutuhan air untuk domestik dihitung berdasarkan : Jumlah penduduk Persentase penduduk yang dilayani Tingkat pemakaian air Berdasarkan kondisi eksisting sistem penyediaan air bersih di Kota Sungai Penuh, tingkat pelayanan air bersihnya masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Oleh karena itu dalam menentukan sumber air baku yang memungkinkan untuk pengembangan di masa yang akan datang. 2. Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih untuk fasilitas perkotaan. Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada faktor jumlah penduduk pendukung dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, perkantoran, perdagangan, rekreasi dan budaya, olah raga, taman terbuka, industri, penginapan, rumah makan dan terminal. 4-99

216 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4-100

217 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Proyeksi kebutuhan air bersih untuk memenuhi sistem penyediaan air bersih non domestik di Kota Sungai Penuh ditentukan sebesar 20% dari kebutuhan domestik. Hal ini didasarkan kepada kriteria Ditjen Cipta Karya, yaitu berkisar antara 20% - 30% Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum Dalam penyediaan air minum, secara umum juga dijumpai berbagai permasalahan. Dengan permasalahan tersebut menjadikan upaya pengembangan dalam penyediaan pelayanan air bersih ini menjadi tidak dapat tumbuh dan berkembang secara baik tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Permasalahan utama, penyebab masalah yang dihadapi PDAM selaku perusahaan pelayanan air minum berikut dengan rencana tindak perbaikan perlu diambil, agar perusahaan tersebut mampu berjalan dengan baik dalam melayani masyarakat. Berbagai permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : A. Aspek Teknis : Dalam menjalankan tugasnya memberikan pelayanan kepada masyarakat, permasalahan mendasar yang dihadapi menyangkut berbagai aspek. Permasalahan aspek teknis yang dihadapi adalah sebagai berikut : a. Masalah Kapasitas: PDAM Tirta Sakti Kota Sungai Penuh sampai saat ini dirasakan belum dapat memuaskan/melayani sepenuhnya masyarakat dibidang penyediaan pelayanan sarana dan prasarana air minum khususnya di wilayah perkotaan sehingga banyak pelanggan yang tidak mendapatkan air dan tidak dapat melayani permintaan calon pelanggan yang mengajukan pemasangan sambungan baru. Penyebabnya adalah kapasitas yang tersedia masih kurang, kondisi topografi daerah pelayanan dikategorikan berbukit-bukit. Rencana tindak perbaikannya adalah mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh untuk membangun Instalasi baru sesuai dengan Kapasitas yang dibutuhkan. b. Masalah Unit Air Baku : Kecilnya debit air yang ada sehingga pada waktu musim kemarau menjadi kering. Salah satu penyebabnya adalah lahan pada Cathment Area (Daerah Tangkapan) sudah banyak yang beralih fungsi menjadi daerah pemukiman. Rencana tindak perbaikan PDAM adalah sebagai berikut: 1. Mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh untuk membangun instalasi baru sesuai dengan lokasi sumber air baku dan kapasitas produksi yang dibutuhkan. 2. Mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh melalui Dinas/Instansi terkait untuk melakukan reboisasi (penghijauan) disepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai)

218 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Banyaknya endapan lumpur pada sumur intake yang menyebabkan kekeruhan air dari sungai semakin tinggi (NTU meningkat). Rencana tindak perbaikannya yaitu dengan memasang pompa penghisap Lumpur. Permukaan air pada intake turun pada musim kemarau yang disebabkan rendahnya debit sungai pada saat musim kemarau. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membangun bendungan untuk menaikan permukaan air agar permukaan air menjadi normal. Sering rusaknya pompa intake dan tidak adanya pompa cadangan yang disebabkan umur pompa intake sudah tua dan tidak adanya dana untuk membeli pompa baru dan pompa cadangan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan melakukan penggantian pompa baru dan pembelian pompa cadangan. c. Masalah Unit Produksi : Kualitas air hasil produksi yang masih rendah yang disebabkan belum berfungsinya secara maksimal sebagian Instalasi Pengolahan Air (IPA) dalam memproses air baku menjadi air bersih. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan merencanakan (membuat Desain Engineering Detail) dan merenovasi IPA Sering rusaknya Pompa akibat umur pompa yang sudah tua dan perawatan yang kurang baik serta tidak adanya pompa cadangan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan melakukan penggantian pompa baru dan pembelian pompa cadangan serta meningkatkan fungsi staf di bagian perawatan. Sering rusaknya Valve pengatur pengurasan yang disebabkan umur Valve sudah tua. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan melakukan penggantian Valve pengatur pengurasan yang baru. Water Meter induk tidak berfungsi dan rusak yang disebabkan umur ekonomis Water Meter sudah habis dan tingginya tekanan air. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara melakukan penggantian Water Meter induk baru dan pemasangan alat khusus untuk menstabilkan aliran tekanan. Terganggunya pelayanan air kepada pelanggan yang disebabkan sering matinya PLN secara bergiliran. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh untuk melakukan pengadaan mesin Gen-Set sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan. Tingginya tingkat kehilangan air pada bangunan IPA yang disebabkan kurang optimalnya fungsi IPA dan seringnya dilakukan pengurasan. Rencana tindak 4-102

219 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur perbaikannya adalah dengan cara penggantian sebagian peralatan IPA seperti shelter, bahan material dan rehabilitasi bangunan filter. Tidak adanya rumah jaga untuk petugas operator di lokasi IPA. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara pembangunan rumah jaga untuk petugas operator di lokasi IPA. Tidak dapat menentukan komposisi campuran bahan kimia (tawas dan kaporit) yang disebabkan belum adanya peralatan dan perlengkapan labor serta personil yang ahli dibidangnya. Rencana tindak perbaikan adalah dengan cara membangun fasilitas labor dan perlengkapannya serta merekrut tenaga teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang dan kompetensinya. Tidak terukurnya tekanan pompa pada pipa distribusi, yang disebabkan tidak berfungsinya pressure gauge (alat pengukur tekanan). Rencana tindak perbaikan adalah dengan cara melakukan penggantian pressure gauge (alat pengukur tekanan) yang baru. Peralatan dan perlengkapan perbaikan yang ada tidak dapat difungsikan dengan baik lagi yang disebabkan belum mempunyai adanya bengkel khusus untuk perbaikan peralatan dan perlengkapan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membuat bangunan bengkel, lengkap dengan peralatan dan perlengkapan serta merekrut personil teknis sesuai dengan kompetensinya. d. Masalah Unit Distribusi : Seringnya terjadi pipa pecah sehingga banyak terjadi kehilangan air yang mengakibatkan terganggunya pelayanan. Penyebabnya adalah umur pipa yang sudah tua dan tidak sempurnanya pemasangan pipa. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara penggantian pipa baru secara bertahap sesuai dengan spesifikasi/standar yang berlaku. Seringnya terjadi kebocoran pada Valve yang disebabkan umur Valve yang sudah tua dan sering dioperasikan sehingga banyak yang mengalami kerusakan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara penggantian dan perbaikan Valve. Sulitnya mencari sistim jaringan perpipaan yang ada sehingga kesulitan untuk melakukan penggantian/perbaikan yang disebabkan belum adanya gambar purna laksana (As Built Drawing). Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara menata kembali dengan membuat peta secara lengkap dengan kondisi yang ada di lapangan saat ini dan memasang patok rambu rambu tanda posisi jaringan pipa. Banyaknya pelanggan yang mengeluh karena banyaknya angin yang keluar lebih dahulu sebelum air mengalir. Hal ini disebabkan kurangnya pemasangan Air Valve, kondisi daerah pelayanan yang berbukit bukit dan pengoperasian 4-103

220 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur pompa tidak dilakukan 24 jam penuh per hari. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara menambah pemasangan Air Valve pada tempat tempat tertentu yang dibutuhkan di lapangan dan meningkatkan jam operasi pompa menjadi 24 jam penuh per hari. Seringnya air tidak mengalir terutama pada lokasi yang jaraknya jauh dari pompa distribusi. Hal ini disebabkan kurangnya tekanan air pada jaringan pipa di lokasi pelanggan yang jauh dari pompa distribusi (kecil dari 0,5 atm). Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membangun bangunan Booster untuk menambah tekanan air, melakukan penambahan jaringan pipa dengan dia meter pipa yang lebih besar dan menambah kapasitas pompa serta mencari penyebab-penyebab lainnya. B. Masalah Aspek Manajemen : a. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) : Kualitas Sumber Daya Manusia yang ada saat ini masih rendah dimana PDAM Tirta Sakti Kota Sungai Penuh baru mempunyai karyawan sebanyak 237 orang dengan latar belakang pendidikan : S1 16 orang yang terdiri dari S1 Teknis 5 orang dan S1 Non Teknis 21. D3 31 Orang yang terdiri dari D3 teknis 18 orang D3 Non Teknis 1 orang. SLTA 124 Orang. SLTP 4 Orang. SD 11 Orang. Hal ini disebabkan karena PDAM Tirta Sakti Kota Sungai Penuh belum mampu untuk mengirimkan dan membiayai karyawan untuk melanjutkan pendidikan sesuai dengan yang dibutuhkan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara setiap tahunnya mengirim pegawai untuk mengikuti pelatihan air minum bidang Manajemen dan bidang teknis, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melanjutkan pendidikan dibidang air minum dan melakukan study banding ke PDAM yang lebih maju. b. Masalah Kepegawaian : Tata cara penerimaan pegawai yang belum mengikuti aturan yang disebabkan adanya titipan pegawai dari pejabat yang berwenang. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara sistem penerimaan pegawai harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. c. Masalah Kehilangan Air (NRW) : Tingginya tingkat kehilangan air pada sistem jaringan pipa distribusi yang sampai ke tingkat pelanggan yang disebabkan : Air yang didistribusikan belum dapat diukur dengan baik dan akurat karena Water Meter Induk tidak berfungsi (rusak)

221 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Banyak Water Meter pelanggan yang tidak bisa dibaca dan rusak. Banyaknya pencurian air pada jaringan pipa Sambungan Rumah (SR) oleh pelanggan. Adanya pelanggan yang mengganjal jarum Water Meter yang menyebabkan Water Meter tidak berfungsi. Adanya sambungan gelap (Illegal Connection). Adanya pelanggan yang membalik Water Meter pada saat air mengalir sehingga menyebabkan Water Meter berjalan mundur. Kurang cermatnya petugas dalam pembacaan meter. Terjadinya kesalahan dalam pengolahan data (Input ke rekening pelanggan). Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara penggantian Water Meter Induk di seluruh unit IPA, penggantian Water Meter pelanggan setiap tahun dengan target Unit/Tahun, membentuk tim terpadu untuk melakukan razia terhadap setiap Water Meter pelanggan secara periodik, melakukan pembinaan pembaca Water Meter serta melakukan perputaran wilayah pembacaannya, meningkatkan kontrol/pengawasan oleh atasan langsung dan mengecek sample hasil pembacaan Water Meter, menindak lanjuti segera pengaduan tentang kebocoran air baik pada jaringan pipa distribusi maupun pada jaringan pipa Sambungan Rumah pelanggan, mendidik/melatih para pembaca Water Meter agar lebih teliti dan cermat dalam membaca Water Meter, menyediakan staf khusus untuk melakukan cross chek terhadap data-data yang sudah diolah. d. Pengelolaan Aset : Pengelolaan aset (Aset tetap) belum berjalan dengan baik yang disebabkan masih banyak aktiva tetap yang belum ditetapkan statusnya sehingga menyebabkan kesulitan dalam menginventarisir aset PDAM. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membentuk tim manajemen aset untuk melakukan inventarisir semua aset perusahaan agar aset-aset tersebut dapat dikelola dengan baik dan mengusahakan aktiva tetap dapat ditetapkan statusnya Analisis Kebutuhan Program Mendukung kemungkinan terbentuknya pola hidup masyarakat yang higienis. Bahkan penggunaan air untuk tujuan kesehatan itu pada dasarnya adalah merupakan alasan utama pengembangan suatu sistem penyediaan air minum. Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari pemakaian air. Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil, berbeda dengan kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya 4-105

222 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah dan peralatan lainnya adalah jauh lebih besar. Kebutuhan demikian berbeda pula dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan plumbing yang dipunyai. Umumnya seiring dengan periode perencanaan akan terjadi peningkatan kebutuhan air, yang disebabkan oleh adanya pengembangan sistem (sumber dan distribusi), disamping akibat meningkatnya tingkat dan cara hidup masyarakat. Di lain pihak dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian. Pemakaian atau kebutuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti telah disinggung pada uraian terdahulu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian/kebutuhan itu dapat dibedakan atas dua hal, yaitu : 1. Faktor-faktor sosial dan ekonomi, antara lain : populasi, besarnya kota, iklim, tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan lain-lainnya. 2. Faktor teknis, yaitu keadaan sistem mandiri antara lain mengenai kualitas dan kuantitas air, tekanan, harga, pemakaian meter, sewer facilities, dan lain-lainnya Pengaruh dari faktor-faktor yang pertama dapat terlihat dari pertambahan kebutuhan dan pemakaian air dari tahun demi tahun dari suatu komunitas dan besarnya tergantung dari kualitas atau tingkat dari perkembangan sosial ekonomi itu sendiri. Pemakaian air tidak sama antara satu jam dengan jam lainnya, begitu pula antara satu hari dengan hari lainnya dalam satu bulan dan antara satu bulan dengan bulan yang lainnya dalam satu tahun. Perbedaan pemakaian per jam terjadi oleh karena terjadinya perbedaan aktivitas penggunaan air dalam satu hari oleh suatu masyarakat (community. Faktor yang sama juga menyebabkan perbedaan pemakaian harian. Perbedaan pemakaian bulanan dalam satu tahun lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan hidup dan keadaan iklim di suatu bagian bumi ini, seperti negara-negara dengan 4 musim setahunnya. Ada 4 (empat) macam pengertian tentang fluktuasi pemakaian air ini : a. Pemakaian sehari-hari rata-rata : Pemakaian rata-rata dalam sehari Pemakaian setahun dibagi 365 hari b. Pemakaian sehari terbanyak (max. Day Demand) Pemakaian terbanyak pada satu hari dalam satu tahun c. Pemakaian sejam rata-rata : Pemakaian rata-rata dalam satu jam, pemakaian satu hari dibagi 24 jam d. Pemakaian sejam terbanyak (max. Hourly Demand) Pemakaian sejam terbesar pada suatu jam dalam satu hari 4-106

223 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Terdapat beberapa sumber air yang dapat digunakan dalam suatu sistem PAM. Sumber-sumber tersebut antara lain : a. Air hujan b. Air permukaan : sungai, danau dan waduk c. Air tanah : mata air, sumur bor Masing-masing sumber air tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang berbeda. Pemilihan sumber yang akan digunakan bergantung pada sumber air yang ada (terdekat), kuantitas yang dibutuhkan, juga kontinuitas dari sumber tersebut Rekomendasi Mata air mempunyai kualitas yang paling baik dibandingkan sumber lainnya. Sebagian besar termasuk golongan A, yakni air yang dapat langsung diminum. Pengolahan yang mungkin diperlukan adalah proses desinfeksi, agar air tersebut tetap memenuhi syarat bakteriologis saat dikonsumsi oleh konsumen. Sisanya termasuk golongan B, yakni air baku air minum yang memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Akan tetapi pengolahan yang diperlukan tidak sekompleks air permukaan, umumya terbatas pada penurunan kadar mineral, misalnya Fe, Mn, Ca, Mg yang terdapat didalamnya. Kontinuitas mata air terjamin hanya jika tata guna lahan disekitarnya baik dan pengambilannya tidak melampaui kapasitas pengisian (recharge) minumnya. Jika tata guna lahan disekitarnya telah rusak, maka kapasitas yang tersedia sangat dipengaruhi oleh musim. Sebelum menentukan sumber air baku yang dimanfaatkan perlu dilakukan analisa teknis dan ekonomis dari semua sumber air baku yang potensial untuk dimanfaatkan. Karena hal ini akan mempengaruhi langkah selanjutnya yang harus dilakukan pada sumber air baku tersebut. Apakah akan dilakukan pengolahan lengkap atau pengolahan sederhana saja. Selain itu juga harus mempertimbangkan kontinuitas aliran sumber selama musim kemarau. Bangunan penyadap air teknis disesuaikan dengan sumber air baku baik berupa mata air, danau atau sungai. Lokasi dan elevasi sumber akan menentukan cara pengaliran apakah secara gravitasi atau dengan sistem perpompaan, dari segi jarak, sumber yang akan dimanfaatkan juga harus dipertimbangkan karena ini akan menyangkut aspek finansial yang harus disediakan. Untuk menunjang peningkatan dari PDAM Kota Sungai Penuh diperlukan satu konsep pemikiran ke depan yang dikelola secara profesional dan tidak terlepas dari peran serta dan dukungan dari berbagai pihak

224 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sistem Prasarana yang diusulkan Adapun Usulan dan program Investasi Jangka Menengah yang diprioritaskan adalah: I Pengembangan Dan peningkatan Kinerja Air Minum 1 Penyempurnaan Intek Rawang 2 Instalasi pengelolaan air minum debit 20/lt/det 3 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 250 mm 4 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 200 mm 5 Pengadaan tanah pembangunan Kantor PDAM 6 Pengadaan/pemasangan water meter di 1/2" 7 Penghijauan 8 Penyempurnaan Intek Sungai Ampuh 9 Penyempurnaan Intek Sungai Jernih 10 Penyempurnaan IPA Kap. 35l/det Pelayang Raya 11 Penggantian pipa ACP dan GIP 12 - Pipa PVC dia 100 mm 13 - Pipa PVC dia 150 mm 14 Pengadaan alat test meter/pen meter 15 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 100 mm 16 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 50 mm 17 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 100 mm 18 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 200 mm Jln Yos Sudarso 19 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 150 mm S. Penuh - Tanah Kampung 20 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 75 mm 21 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 150 mm 22 Rencana Induk Sistem Air Minum Perkotaan 23 Pemb. Instalasi Pengelolaan Air Sederhana (IPAS) di Kecamatan Sungai Penuh 24 Pemb. Instalasi Pengelolaan Air Sederhana (IPAS) di Kecamatan Hamparan Rawang 24 Pemb. Instalasi Pengelolaan Air Sederhana (IPAS) di Kecamatan Tanah Kampung 25 Pemb. Instalasi Pengelolaan Air Sederhana (IPAS) di Kecamatan Kumun Debai 26 Pemb. Instalasi Pengelolaan Air Sederhana (IPAS) di Kecamatan Pesisir Bukit 4-108

225 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5.1 PETUNJUK UMUM Prinsip Dasar Safeguard 1. Di setiap Kabupaten/Kota peserta program, semua pihak terkait wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial. Para walikota/bupati/gubernur secara formal perlu menyepakati isi kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial yang disusun. Disamping itu kerangka safeguard juga perlu disepakati dan dilaksanakan bersama oleh stakeholder Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan, tidak hanya dari kalangan pemerintah saja, namun juga dari DPRD, LSM, Perguruan Tinggi dan warga kota lainnya; 2. Agar pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif, diperlukan penguatan kapasitas lembaga pelaksana. Fokus penguatan kapasitas mencakup kemampuan fasilitasi, penciptaan arena multi-stakeholder, dan pengetahuan teknis dari pihak-pihak terkait; 3. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas kaitannya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan dalam kerangka proyek; 4. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak negative yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Bila terjadi dampak negative maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negative tersebut, baik pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaannya; 5. Diharapkan RPIJM tidak membiayai kegiatan investasi yang karena kondisi local tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP Potentially affect 5-1

226 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan people) warga terasing dan rentan (IVP Isolated and Vulnerable People) atau warga yang terkena dampak pemindahan (DP displaced people), secara memadai; 6. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan tahap-tahap sebagai berikut : Identifikasi penyaringan dan pengelompokkan (kategorisasi) dampak; Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan. Pada saat yang sama juga perlu didesiminasikan dan didiskusikan dampak dan alternative rencana tindak penanganannya; Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak; Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proses di atas; Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints) yang cepat dan efektif; 7. Setiap keputusan laporan, dan draft perencanaan final yang berkaitan dengan kerangka safeguard harus dikonsultasikan dan didesiminasikan secara luas, terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak. Warga, terutama yang terkena dampak, harus mendapat kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negative atau tidak diinginkan bagi mereka Kerangka Safeguard Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur, kerangka safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU/Cipta Karya Terdiri dari 2 komponen yakni : 1. Safeguard Lingkungan Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungannya yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi public dengan warga yang terkena dampak atau PAP. 2. Safeguard Pengadaan Tanah Dan Pemukiman Kembali Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko social yang tidak diinginkan, promosi manfaat social, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi public dengan warga yang terkena dampak pemindahan atau DP. 5-2

227 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5.2 METODA PENDUGAAN DAMPAK Dampak hipotesis yang diperoleh dari hasil identifikasi dan evaluasi dampak potensial dilakukan prakiraan besarnya dampak dan derajat penting dampak. Prakiraan dampak dimaksudkan sebagai pengkajian secara cermat dan parsial terhadap perubahan kualitas lingkungan akibat adanya suatu kegiatan. Perubahan kualitas tersebut diungkapkan sebagai besar dampak (magnitude) dan arti pentingnya dampak (impact signicant). Pada dasarnya besar dampak didekati dengan membandingkan kondisi kualitas lingkungan faktual sebelum adanya proyek (rona awal) dengan kualitas lingkungan potensial yang diproyeksikan akan terjadi sesudah proyek berlangsung. Dalam hal ini besaran dampak tersebut dapat positif ataupun negatif, tergantung pada sifat dampak yang akan terjadi. Untuk memprakirakan besarnya dampak, baik dampak primer maupun lanjutan terhadap komponen/parameter lingkungan yang timbul sebagai akibat dari kegiatan proyek ditempuh dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan (metoda) yakni metoda formal dan metoda non formal Metode Formal Metoda formal digunakan untuk menentukan besarnya dampak terhadap komponen lingkungan fisik: a. Kualitas Udara Prakiraan besarnya kontribusi kegiatan terhadap peningkatan pencemar udara dilakukan dengan pendekatan model Gauss sumber garis untuk mobilisasi alat berat dan material konstruksi, dan fixed-box model untuk sumber area. Untuk penghitungan menurut Gauss digunakan rumus : 2q 1 H C( x,0) exp 1 2 (2 ) 2 zu z dimana: C : konsentrasi pada centerline (µg/m 3 ) q : kekuatan emisi per unit jarak (gr/det/m) µ : kecepatan angin (m/det) : standar deviasi vertikal (m) 2 Sedangkan untuk fixed-box model digunakan rumus (de Nevers, 1995) : c b ql uh 5-3

228 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan dimana: c : konsentrasi gas akhir (ug/m3) b : konsentrasi gas awal (ug/m3) q : emisi area (g/det.m2) L : lebar area (m) µ : kecepatan angin rata-rata (m/det) H : tinggi pencampuran (m) b. Kebisingan Oleh karena kebisingan yang ditimbulkan oleh kegiatan diperkirakan dari sumber kebisingan sesaat (impulse source) sebagai akibat kegiatan konstruksi, maka untuk menentukan besarnya dampak kebisingan digunakan rumus Rau & Wooten (1980) : L p2 = L p1-20 log (R 2 /R 1 A e1,2 ) Dimana : L p1 L p2 = Tingkat kebisingan pada jarak R 1 dari sumber (dba) = Tingkat kebisingan pada jarak R 2 dari sumber (dba) R 1,R 2 = Jarak L p1 dan L p2 A e1,2 = Pelemahan suara oleh rintangan lain c. Peningkatan Air Larian (Runoff Water) Perhitungan besaran dampak terhadap peningkatan air larian dilakukan dengan modifikasi fungsi dari nilai koefisien air larian, intensitas hujan dan luas lahan untuk kegiatan (Chow, 1964), dengan formula sebagai berikut : Q = 0,2785.C.I.A Dimana : Q = Debit air larian (cfs) C = Koefisien air larian I = lntensitas hujan-harian (in/hr) A = Luas lahan (acres) d. Peningkatan Erosi Peningkatan erosi yang diperkirakan akan terjadi dapat dihitung dengan menggunakan rumus USLE, yaitu: A = R.K.L.S. (C t -C 0 ).P Dimana : A = Perubahan erosi (ton/ha/tahun) (Dugaan erosi tanah) R = Faktor erosivitas hujan K = Faktor erodibilitas tanah 5-4

229 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan L S C 0 C t P = Faktor panjang lereng = Faktor kemiringan lereng = Faktor pengelolaan lahan tanpa proyek = Faktor pengelolaan lahan ada proyek = Indeks pengelolaan tanaman Data hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria indeks bahaya erosi menurut Arsyad (1989) Metode Non Formal Pada parameter-parameter yang tidak dapat diprakirakan dengan metoda formal, digunakan metoda non formal, antara lain: biologi (flora, fauna dan biota air), kualitas air, estetika, masalah sosial dan kesehatan masyarakat. Beberapa metoda non formal yang digunakan dalam studi ini adalah analogi, penggunaan baku mutu lingkungan dan penilaian para ahli (professional judgment). a. Metode Analogi Pada metode ini akan dikaji masalah-masalah yang timbul sebagai akibat kegiatan sejenis di lokasi lain yang memiliki karakteristik sama untuk digunakan sebagai dasar/ bahan pertimbangan dalam memprakirakan dampak yang terjadi di lokasi pasar dalam waktu tertentu. Parameter yang diprakirakan dengan metoda ini antara lain; masalah sosial dan kesehatan masyarakat. b. Perbandingan dengan Nilai Baku Mutu Lingkungan (BML) Prakiraan dampak terhadap suatu komponen dapat ditempuh antara lain dengan menggunakan standar atau kriteria mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau menggunakan kriteria yang telah dibakukan secara luas. Penggunaan baku mutu dalam studi dilakukan dengan cara membandingkan nilai parameter lingkungan dengan nilai ambang batas yang diperbolehkan sesuai dengan peruntukannya. Ketentuan yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan kualitas lingkungan adalah antara lain: Kualitas air sungai mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Kualitas udara dan kebisingan mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999, tentang Baku Mutu Kualitas Udara. c. Pertimbangan Profesional dan Pakar Prakiraan dampak pada metoda ini ditetapkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman para ahli. Cara ini dipergunakan apabila keterbatasan-keterbatasan 5-5

230 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan dalam hal data dan informasi serta kurang diketahuinya fenomena alam yang diperkirakan terjadi Metode Prakiraan Dampak Penting Dampak yang telah diprakirakan besarnya dan derajat pentingnya dilakukan evaluasi secara holistik dalam konteks ekosistem. Evaluasi dampak penting dapat dilakukan dengan mengacu kepada 7 kriteria berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting terhadap lingkungan antara lain: 1. JUMLAH MANUSIA YANG AKAN TERKENA DAMPAK Setiap rencana kegiatan mempunyai sasaran sepanjang menyangkut jumlah manusia yang diperkirakan akan menikmati manfaat dari rencana kegiatan itu bila nanti kegiatan tersebut dilaksanakan. Namun demikian, dampak lingkungan, baik yang bersifat negatif maupun positif yang mungkin ditimbulkan oleh suatu kegiatan, dapat dialami oleh baik sejumlah manusia yang termasuk maupun yang tak termasuk dalam sasaran rencana usaha atau kegiatan. Mengingat pengertian manusia yang akan terkena dampak mencakup aspek yang luas, maka kriteria dampak penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang di kalangan masyarakat luas berada dalam posisi atau mempunyai nilai yang penting. Karena itu, dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan, yang penentuannya didasarkan pada perubahan sendi-sendi kehidupan pada masyarakat tersebut dan jumlah manusia yang terkena dampak menjadi penting bila manusia di wilayah studi yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah studi. Adapun yang dimaksud dengan manfaat dari usaha atau kegiatan adalah manusia yang secara langsung menikmati produk suatu rencana usaha atau kegiatan dan atau yang diserap secara langsung sebagai tenaga kerja pada rencana usaha atau kegiatan. 2. LUAS WILAYAH PERSEBARAN DAMPAK Luas wilayah persebaran dampak merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan pentingnya dampak terhadap lingkungan. Dengan demikian dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila : rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak. 5-6

231 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 3. LAMANYA DAMPAK BERLANGSUNG Dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan dapat berlangsung pada suatu tahap tertentu atau pada berbagai tahap dari kelangsungan usaha atau kegiatan. Dengan kata lain dampak suatu usaha atau kegiatan ada yang berlangsung relatif singkat, yakni hanya pada tahap tertentu dari siklus usaha atau kegiatan (perencanaan, konstruksi, operasi, pasca operasi); namun ada pula yang berlangsung relatif lama, sejak tahap konstruksi hingga masa pasca operasi usaha atau kegiatan. Berdasarkan pengertian ini dampak lingkungan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan. 4. INTENSITAS DAMPAK Intensitas dampak mengandung pengertian perubahan lingkungan yang timbul bersifat hebat, atau drastis serta berlangsung di area yang relatif luas, dalam kurun waktu yang relatif singkat. Dengan demikian dampak lingkungan tergolong penting apabila : Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku; Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah. Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan atau endemik, dan atau dilindungi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku terancam punah; atau habitat alaminya mangalami kerusakan. Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan sebagainya) yang telah ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan; Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan peninggalan sejarah, yang bernilai tinggi; Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat, pemerintah, daerah, atau pemerintah pusat, dan atau menimbulkan konflik atau kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah pusat; Rencana usaha atau kegiatan mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi; 5-7

232 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5. BANYAKNYA KOMPONEN LINGKUNGAN LAIN YANG TERKENA DAMPAK Mengingat komponen lingkungan hidup pada dasarnya tidak ada yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain satu sama lain saling terkait dan pengaruh mempengaruhi, maka dampak pada suatu komponen lingkungan umumnya berdampak lanjut pada komponen lingkungan lainnya. Atas dasar pengertian ini dampak tergolong penting bila: Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer. 6. SIFAT KUMULATIF DAMPAK Kumulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk, atau bertimbun. Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting, tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama keamanan dampaknya bersifat kumulatif. Dengan demikian dampak suatu usaha atau kegiatan tergolong penting bila: Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus, sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya; Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu, sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya; Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling memperkuat (sinergetik). 7. BERBALIK ATAU TIDAK BERBALIKNYA DAMPAK Dampak kegiatan terhadap lingkungan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun ada pula yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia sekalipun. Dalam hal ini maka dampak bersifat penting bila : Perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia. Hasil evaluasi menjadi masukan bagi instansi yang bertanggung jawab untuk memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari Rencana Pembangunan. Telaahan terhadap dampak besar dan penting dilakukan sebagai berikut: : Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan hidup yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar akibat kegiatan. Evaluasi dampak yang bersifat holistik adalah telaahan secara totalitas terhadap beragam dampak besar dan penting lingkungan hidup, dengan kegiatan proyek sebagai penyebab dampak. Beragam komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting tersebut (baik positif maupun negatif) ditelaah sebagai satu 5-8

233 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan kesatuan yang saling terkait dan saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga diketahui sejauh mana perimbangan dampak besar dan penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif; Dampak-dampak besar dan penting yang dihasilkan dari evaluasi disajikan sebagai dampak-dampak besar dan penting yang harus dikelola Metode Evaluasi Dampak Besar Dan Penting Secara garis besar ada 3 (tiga) langkah dalam melakukan evaluasi dampak besar dan penting yaitu : a. Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan yang diprakirakan mengalami perubahan sebagaimana dikaji dalam bab prakiraan dampak penting. b. Kesimpulan terhadap hasil telaahan holistik tersebut menyimpulkan jenis-jenis dampak penting yang harus dikelola c. Telaahan kausatif (hubungan sebab akibat) dari berbagai jenis dampak penting yang harus dikelola sebagai dasar perumusan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup 5.3 IDENTIFIKASI IMPLIKASI DAMPAK STRATEGI Kegiatan identifikasi terhadap implikasi dan dampak yang mungkin muncul sebagai akibat dilaksanakannya strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Identifikasi implikasi dan dampak ini dimaksudkan untuk mengantisipasi segala perubahan yang muncul sebagai akibat dari pelaksanaan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, baik yang bersifat positif maupun negatif, sehingga dapat disusun langkah-langkah untuk mengantisipasi perubahan tersebut supaya tidak menimbulkan dampak negatif. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi masukan bagi penyusunan program strategis yang akan menjadi langkah-langkah operasional dalam strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Analisis dampak pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan ini akan dilakukan tinjauan dari berbagai aspek, sesuai dengan karakteristik yang ditinjau, yakni dari aspek fisik, sosial, ekonomi, dan aspek budaya. Berikut ini adalah Tabel Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan 5-9

234 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.1 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Bidang Permukiman No. Strategi Pembangunan 1) Memenuhi data base dan sistem informasi perumahan Dampak Positif Adanya data base dan sistem informasi perumahan di Perkotaan Negatif Strategi Pengelolaan Database perumahan dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat 2) Menyiapkan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat 3) Melakukan penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana genangan / banjir Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Meningkatkan kelayakan hunian penduduk perkotaan Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Peninggian lantai bangunan Meminimalisasi kerugian yang dapat Relokasi perumahan rawan bencana diakibatkan oleh bencana genangan/ banjir genangan / banjir Studi UKL-UPL/AMDAL Pendampingan masyarakat Sosialisasi melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Meningakatan penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana tanpa pembongkaran rumah 4) Pengembangan dan pembangunan Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Proses adaptasi di lingkungan yang permukiman bagi masyarakat menengah Meningkatkan kesejahteraan masyarakat baru dan berpenghasilan rendah berpenghasilan rendah 5) Melakukan penanganan terhadap permukiman padat maupun cenderung kumuh 6) Memenuhi kekurangan kebutuhan rumah Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Perbaikan estetika lingkungan Menurunkan resiko terkena bencana genangan / banjir. Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Berpindahnya tempat tinggal Perlu proses adaptasi di lingkungan baru Keresahan sosial Kehilangan relasi sosial & ekonomi Kecemburuan sosial di kalangan masyarakat Berpindahnya tempat tinggal Studi LARAP (Land Acquisition and Resettlement Plan) Studi UKL-UPL/AMDAL Pendampingan masyarakat Identifikasi rumah-rumah di bantaran sungai dan saluran drainase Studi LARAP Pendampingan masyarakat Sosialisasi melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan 5-10

235 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.2 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Jalan Lingkungan No. Strategi Pebangunan 1) Memenuhi Sistem Informasi / Data Base Jalan Lingkungan 2) Melakukan penanganan jalan lingkungan yang rusak 3) Memenuhi kebutuhan jalan lingkungan baru 4) Melakukan penanganan pemeliharaan jalan lingkungan 5) Memenuhi kebutuhan penanggulangan jalan yang terkena genangan / banjir. Dampak Positif Adanya data base dan sistem informasi jalan lingkungan yang ada di Dapat diketahui dengan mudah kondisi jalan lingkungan Peningkatan prasarana transportasi Peningkatan kenyamanan pengguna jalan Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Meningkatnya panjang dan lebar jalan lingkungan Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Meningkatnya prasarana transportasi Meningkatnya kenyamanan pengguna jalan Meningkatnya prasarana transportasi Meningkatnya kenyamanan pengguna jalan Meningkatnya pertumbuhan ekonomi 6) Memenuhi kebutuhan jembatan Meningkatnya kemudahan aksesibiltas antar wilayah Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sumber : Hasil Analisis, 2012 Negatif Berkurangnya lahan penduduk Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Berkurangnya lahan milik penduduk yang dijadikan jalan baru Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Gangguan aktivitas penduduk Bila jalan ditinggikan kemungkinan berpindahnya daerah yang terkena genangan / banjir. Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Memungkinkan perubahan perilaku masyarakat Strategi Pengelolaan Database jalan lingkungan dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat Monitoring uptodate dan pemeliharaan jalan lingkungan secara berkala. Ganti rugi lahan penduduk yang terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Studi UKL-UPL/AMDAL Ganti rugi lahan penduduk yang terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Pengawasan dan pemeliharaan jalan secara berkala. Pengawasan dan pemeliharaan jalan lingkungan secara berkala. Studi UKL-UPL/AMDAL Ganti rugi lahan penduduk yang terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Perencanaan dan pembangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan kota Pengawasan dan pemeliharaan jembatan 5-11

236 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.3 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Drainase No. Strategi Pembangunan 1) Melakukan pengembangan dan pengelolaan sungai 2) Melakukan penanganan genangan sementara air hujan 3) Melakukan penanganan saluran drainase dan gorong gorong yang rusak dan sedimentasi Sumber : Hasil Analisis, 2012 Positif Berkurangnya frekuensi banjir Berkurangnya resiko penyakit. Saluran drainase lebih lancar Berkurangnya genangan Berkurangnya resiko penyakit. Saluran drainase lebih lancar Berkurangnya resiko penyakit. Kenyamanan penduduk Saluran drainase lebih lancar Dampak Negatif Gangguan aktivitas penduduk Berkurang bagian rumah penduduk di sekitar sungai dan saluran drainase Gangguan aktivitas penduduk Gangguan aktivitas penduduk Lahan penduduk yang terganggu Strategi Pengelolaan Studi UKL-UPL/AMDAL Sosialisasi kepada masyarakat sekitar saluran drainase dan sungai Sosialisasi kepada masyarakat sekitar saluran drainase dan daerah genangan Mendorong masyarakat dalam pembuatan lobang biopori / green drainage Pemeliharaan saluran drainase secara berkala. Sosialisasi kepada masyarakat sekitar saluran drainase dan daerah genangan 5-12

237 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.4 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Minum No. Strategi Pembangunan 1) Meningkatkan supply sumber air baku 2) Mengembangkan cakupan pelayanan air minum Positif Dampak Meningkatan pasokan air baku untuk PDAM Meningkatan cakupan pelayanan Meningkatan jumlah pelanggan Meningkatkan laba perusahaan Meningkatkan potensi PAD Memperluas pelayanan air minum perpipaan pada masyarakat Meningkatkan laba perusahaan Meningkatkan potensi PAD 3) Meningkatkan kinerja PDAM Peningkatan pelayanan air minum yang optimal kepada masyarakat baik secara eksternal maupun internal 4) Menangani kebocoran air Penurunan tingkat kehilangan pendistribusian air minum Peningkatan laba perusahaan Sumber : Hasil Analisis, 2012 Negatif Konflik kepentingan pemanfaatan sumber air baru Pelaksanaan konstruksi pemasangan pipa yang akan mengganggu aktifitas masyarakat Gangguan aktivitas masyarakat pada saat konstruksi perpipaan Kehilangan mata pencaharian masyarakat yang mengandalkan penjualan air minum eceran Gangguan pelayanan air minum kepada pelanggan Strategi Pengelolaan Studi UKL-UPL/AMDAL Pendekatan komunikatif terhadap warga sekitar daerah sumber air baku Studi UKL-UPL/AMDAL Bantuan teknis penyehatan PDAM Pelatihan manajemen perusahaan Penyebaran informasi kepada pelanggan 5-13

238 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.5 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Limbah No. Strategi Pembangunan 1) Perencanaan pengelolaan air limbah sistem off-site 2) Meningkatkan pemanfaatan, operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi yang telah terbangun 3) Memantapkan kelembagaan dan peraturan pengelolaan air limbah Sumber : Hasil Analisis, 2012 Dampak Positif Limbah di sungai akan berkurang Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Optimalisasi pelayanan air limbah Peningkatan kualitas kesehatan penduduk Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah Negatif Berkurangnya lahan penduduk Penurunan kualitas lingkungan selama masa konstruksi Kurang siapnya dukungan sarana dan prasarana dibidang air limbah Adanya kecemburuan sosial dalam penetapan formatur kepengurusan Strategi Pengelolaan Studi UKL-UPL/AMDAL Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Meningkatkan dukungan sarana dan prasarana di bidang air limbah Peningkatan kemampuan SDM dalam pengelolaan air limbah Pemilihan formatur pengurus yang berkompeten 5-14

239 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan No. Strategi Pembangunan 1) Mengembangkan pola kerja sama regional dalam penanganan sampah 2) Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan 3) Penangan pengelolaan persampahan melalui program 3R 4) Meningkatkan peran swasta dalam pengelolaan persampahan Sumber : Hasil Analisis, 2012 Tabel. V.3.6 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Persampahan Dampak Positif Meningkatnya kerjasama pengelolaan persampahan khususnya TPA Regional Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Optimalisasi pengangkutan sampah dari masyarakat Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Peluang usaha baru Peran swasta dalam mendukung peningkatan kualitas lingkungan Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Negatif Gejolak sosial di wilayah rencana lokasi TPA Regional Peningkatan biaya operasional Ceceran dan bau sampah di jalan raya Kurangnya partisipasi masyarakat dalam membuang sampah Kurangnya pengetahuan tentang pemilahan sampah Strategi Pengelolaan Studi UKL-UPL/AMDAL Pendekatan persuasif kepada masyarakat Biaya ganti rugi lahan Studi UKL-UPL/AMDAL Penanganan sampah melalui pengadaan sarana pengangkut sampah yang Penambahan biaya operasional Pembinaan kepada masyarakat tentang penanganan sampah 3R Sosialiasi pemanfaatan hasil produk pengolahan sampah pola 3R Pembinaan secara berkala kepada instansi pengelola sampah 5-15

240 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.7 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Sosial/Pemberdayaan Masyarakat No Strategi Pembangunan 1) menyediakan informasi tentang RTRW dan RUTR/ RDTR Perkotaan di kalangan masyarakat 2) Menyediakan informasi tentang kawasan lindung (sempadan sungai, pantai dan kawasan hijau) yang dilarang mendirikan bangunan Positif Dampak Tersedianya informasi tentang dan RUTR/ RDTR Perkotaan bagi masyarakat umum Masyarakat umum mengetahui kepastian alokasi ruang kegiatan Masyarakat sadar posisi terhadap kemungkinan tindak spekulasi tanah Pemangku kebijakan akan lebih berhati2 dalam menangani perijinan pemanfaatan lahan Tersedianya informasi tentang kawasan lindung bagi masyarakat umum Negatif Terjadi tindak spekulasi tanah Peningkatan nilai harga tanah Pengaduan masyarakat, terutama dari pihak yang tidak Setuju atau merasa akan dirugikan Pengaduan masyarakat, terutama dari pihak yang tidak Setuju atau merasa akan dirugikan Penurunan harga tanah Strategi Pengelolaan Menempatkan papan informasi pada lokasi yang strategis Sosialisasi menyeluruh Memfasilitasi masyarakat agar menjadi pelaku dalam proses perencanaan tata ruang (Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak masyarakat, serta kearifan lokal/keberagaman budayanya Menempatkan papan informasi pada lokasi yang strategis Memfasilitasi masyarakat agar menjadi pelaku dalam proses perencanaan tata ruang (Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak masyarakat, serta kearifan lokal/keberagaman budayanya 3) Mensinergikan forum Lembaga Swadaya Masyarakat dan atau Kelompok Swadaya Masyarakat dalam penangaman masalah pengelolaan permukiman dan infrastruktur Adanya forum komunikasi antar Pokmas/ KSM yang menjadi penyelenggara infrastruktur permukiman Memudahka proses pembinaan yang berkelanjutan Campur tangan pihak lain untuk kepentingan pribadi/sesaat Pembinaan manajerial dan teknis secara berkala dan berkelanjutan 4) Pembangunan Pamsimas/Sanimas, dengan pengelolaan secara partisipatif oleh masyarakat 5) Penguatan implementasi pengelolaan sampah dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle). 6) Penguatan kelembagaan Pokmas/ KSM dalam penangaman masalah pengelolaan permukiman dan infrastruktur 7) Penguatan dan sosialisasi kebijakan pembangunan hunian vertikal demi penghematan lahan kota, termasuk rumah susun sederhana milik (rusunami) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Sumber : Hasil Analisis, 2012 Tersedianya penyelenggaraan infrastruktur air minum/sanitasi yang dikelola secara mandiri Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan 3 R Meningkatnya kemampuan manajerial dan teknis Pokmas/ KSM yang menjadi penyelenggara infrastruktur permukiman Memudahka proses pembinaan yang berkelanjutan Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang program Rusunami dan Rusunawa Terjadi konflik kepentingan dalam masyarakat (berebut posisi pengurus atas dasar kepentingan pribadi) Keluhan dari masyarakat sekitar (bau, lalat, jorok) kalau 3R dikelola tidak sesuai pedomannya Terjadi konflik kepentingan dalam masyarakat (berebut posisi pengurus atas dasar kepentingan pribadi) Pembentukan penyelenggara SPAM/ Sanitasi secara demokratis dan transparan Pembinaan manajerial dan teknis secara berkala dan berkelanjutan Pembinaan melalui kelembagaan lokal tentang pengelolaan sampah dengan 3 R secara berkala. Pembinaan manajerial dan teknis secara berkala dan berkelanjutan Penyampaian informasi program melalui kelembagaan lokal (seperti: PKK, Karang Taruna, Pokmas/ KSM dll.) 5-16

241 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5.4 PEMILIHAN ALTERNATIF Proses Pemilihan Alternatif Evaluasi dampak penting secara totalitas dimaksudkan untuk melakukan penilaian secara menyeluruh, saling terkait antar dampak penting yang timbul sebagai akibat dari suatu kegiatan atau beberapa kegiatan pembangunan jangka menengah. Penilaian keterkaitan dampak penting tersebut pada akhirnya dapat terungkap dengan adanya perimbangan dampak positif dan negatif komponen kegiatan terhadap lingkungan. Untuk memperoleh hasil penilaian secara totalitas tersebut, sebagaimana telah diuraikan pada metode studi, maka suatu komponen lingkungan hidup yang paling sensitif terhadap rencana kegiatan dilihat dari penjumlahan horisontal dari komponen kegiatan yang mempengaruhinya. Sedangkan untuk komponen kegiatan yang memberikan dampak penting dapat dilihat dari penjumlahan secara vertikal. Pokok-pokok simpulan hasil evaluasi dampak penting secara totalitas menggunakan pedoman sebagai berikut: 1). Komponen-komponen kegiatan yang dinilai paling berpotensi menimbulkan dampak dan harus diperhatikan pengelolaannya dilihat dari jumlah komponen lingkungan yang dipengaruhinya. 2). Hasil evaluasi memberikan indikasi tentang tingkat kebutuhan penanganan komponen kegiatan yang menjadi penyebab timbulnya dampak penting. 3). Komponen-komponen lingkungan yang dinilai paling sensitif terhadap adanya kegiatan di sekitarnya dapat dilihat dari banyaknya komponen kegiatan yang mempengaruhinya secara signifikan. 4). Makin banyak komponen lingkungan yang terkena dampak besar dan atau penting, maka makin besar pula kebutuhan penanganan komponen lingkungan hidup. Interaksi antara komponen lingkungan dan komponen kegiatan masing-masing tidak berdiri sendiri tetapi saling kait mengkait sehingga dampak yang satu tidak terlepas dari kejadian dampak sebelumnya dan akan mempengaruhi dampak selanjutnya. Atas dasar tersebut perlu dikaji antara dampak yang satu dengan dampak lainnya untuk melihat apakah dampak yang timbul termasuk dampak primer, sekunder atau bahkan tersier. Untuk itu perlu dilakukan telaahan secara kausatif (hubungan sebab akibat) antara kegiatan dengan dampak yang ditimbulkan, serta antara dampak primer dengan dampak ikutan (sekunder dan tersier) yang akan terjadi. Telaahan secara kausatif juga dapat menggambarkan apakah dampak yang satu menguatkan intensitas dampak lainnya atau dampak yang satu mampu menekan intensitas dampak lainnya. Kajian sifat interaksi dampak dapat dijadikan dasar untuk menentukan prioritas pengelolaan lingkungan hidup yang berimplikasi pada efisiensi implementasi RKL/RPL. 5-17

242 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Evaluasi secara kausatif dimaksudkan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara rencana kegiatan dan rona lingkungan dengan dampak yang ditimbulkannya. Hasil dari telaahan secara kausatif ini akan dipakai sebagai dasar dalam pengelolaan lingkungan Penyajian Pemilihan Alternatif Menurut pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan. Bagian lain dari studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan adalah aspek teknis dan aspek ekonomis financial. Hasil studi kelayakan adalah untuk proses pengambilan keputusan dan dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan wilayah. Karena itu dalam penyajian pemilihan alternative perlu mencakup seperti dalam diagram alir di bawah ini sehingga akhirnya dapat memberikan masukan yang diperlukan oleh perencana dan pengambil keputusan. 5-18

243 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Gambar Bagan Alir Proses Penyajian Dampak Kegiatan DAMPAK POTENSIAL TERHADAP KOMPONEN LINGKUNGAN: DAMPAK BESAR DAN PENTING HIPOTETIK KOMPONEN LINGKUNGAN: - Fisik Kimia - Biologi - Sosial, Ekonomi dan Budaya - Kesehatan Masyarakat KOMPONEN KEGIATAN: - Prakonstruksi - Konstruksi - Operasional - Pasca Operasi Identifikasi Dampak Potensial I. Tahap Prakonstruksi 1) Sikap dan persepsi masyarakat 2) Mata Pencaharian II. Tahap Konstruksi 1. Kualitas Udara 2. Kebisingan 3. Fisiografi dan geologi 4. Hidrologi 5. Kualitas air 6. Ruang lahan dan tanah 7. Biota air 8. Kependudukan 9. Mata pencaharian 10. Persepsi masyarakat 11. Sarana dan prasarana 12. Adat istiadat dan pola kebiasaan 13. Lalulintas 14. Morbiditas 15. Sanitasi lingkungan III. Tahap Operasional 1. Kualitas udara 2. Kebisingan 3. Ruang lahan dan tanah 4. Kependudukan 5. Mata pencaharian 6. Persepsi masyarakat 7. Sarana dan Prasarana 8. Adat istiadat dan Pola kebiasaan 9. Lalulintas 10. Morbiditas 11. Sanitasi lingkungan Evaluasi Dampak Potensial I. Tahap Prakonstruksi 1) Sikap dan persepsi masyarakat 2) Mata pencaharian II. Tahap Konstruksi 1) Kualitas udara 2) Kebisingan 3) Hidrologi 4) Kualitas air 5) Biota air 6) Ruang lahan dan tanah 7) Mata pencaharian 8) Terganggunya sarana dan prasarana social 9) Sikap dan persepsi masyarakat 10) Lalulintas III. Tahap Operasional 1) Kualitas udara 2) Kebisingan 3) Ruang lahan dan tanah 4) Sikap dan persepsi masyarakat 5) Lalulintas 6) Mata pencaharian 7) Morbiditas 8) Sanitasi lingkungan IV. Tahap Pasca Operasi 1) Kualitas udara 2) Kebisingan 3) Ruang lahan dan tanah 4) Lalulintas 5) Sikap dan persepsi masyarakat Klasifikasi & P PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIK I. Tahap Prakonstruksi 1) Sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap proyek 2) Penurunan pendapatan/hilangnya sebagian mata pencaharian masyarakat II. Tahap Konstruksi 1) Meningkatnya kebisingan, debu dan kerusakan jalan 2) Peningkatan kekeruhan air sungai 3) Perubahan tata guna lahan 4) Timbulnya kecemburuan social 5) Terganggunya sarana dan prasarana social dan umum 6) Kemacetan lalulintas III. Tahap Operasional 1) Meningkatnya kebisingan dan penurunan kualitas 2) Sikap dan persepsi posititif masyarakat 3) Kemacetan lalulintas 4) Menurunnya estetika lingkungan 5) Peningkatan angka kesakitan IV. Tahap Pasca Operasi 1) Sikap dan persepsi masyarakat 2) Perubahan fungsi ruang, lahan dan tanah IV. Tahap Pasca Operasi 1) Kualitas Udara 2) Kebisingan 3) Ruang lahan dan tanah 4) Lalulintas 5) Mata pencaharian 6) Sarana dan prasarana 7) Sikap dan persepsi masyarakat 5-19

244 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5.5 RENCANA PENGELOLAAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN Sistem Pengelolaan Dalam rencana pengelolaan lingkungan disusun secara terstruktur berbagai aspek yang perlu dikelola sebagai berikut : a. Dampak penting dan sumber dampak besar dan penting - Komponen lingkungan hidup - Sumber dampak b. Tolak ukur dampak c. Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup d. Pengelolaan lingkungan hidup e. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup f. Periode pengelolaan lingkungan hidup g. Pembiayaan Pengolahan Lingkungan Hidup h. Institusi pengelolaan lingkungan hidup Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup Pengawasan pengelolaan lingkungan hidup Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup Pelaksanaan Pengelolaan Pelaksanaan pengelolaan dibagi dalam 3 (tiga) tahapan yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan tahap pasca konstruksi Pembiayaan Pengelolaan Rencana pembiayaan pengelolaan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. 5.6 RENCANA PEMANTAUAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN Tipe Pemantauan Metoda Pemantauan Lingkungan Hidup : a) Metoda Pengumpulan dan Analisa Data : o Melakukan pertemuan dan dialog dengan warga masyarakat o Melakukan pengamatan terhadap sikap dan perilaku warga setempat o Wawancara terhadap beberapa orang warga untuk memperkuat informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan dialog. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Di sekitar lokasi kegiatan proyek 5-20

245 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan : o Musyawarah dijadwalkan 1 kali o Dialog dijadwalkan 2 kali o Pengamatan dilakukan setiap saat o Wawancara dilakukan setiap setelah pertemuan/dialog Prosedur Pemantauan Dalam rencana pemantauan lingkungan diperinci berdasarkan pembahasan sebagai berikut : a) Dampak besar dan penting yang dipantau Jenis komponen/parameter lingkungan hidup. Indikator dari komponen dampak besar dan penting yang dipantau. b) Sumber dampak. c) Tolok ukur dampak d) Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup. e) Metode pemantauan lingkungan hidup : Metode pengumpulan dan analisa data. Lokasi pemantauan lingkungan hidup Jangka waktu dan frekuensi pemantauan. f) Institusi pemantauan lingkungan hidup Pelaksana pemantauan lingkungan hidup Pengawas pemantauan lingkungan hidup Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup PELAKSANAAN PEMANTAUAN Pemantauan lingkungan hidup dapat digunakan untuk memahami fenomenafenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk memahami perilaku dampak yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan, sampai ke tingkat kawasan atau bahkan regional tergantung pada skala masalah yang dihadapi. Pemantauan merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, sistematis dan terencana. Pemantauan dilakukan terhadap komponen lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai indicator untuk mengevaluasi ketaatan (compliance), kecenderungan (trend line) dan tingkat kritis (critical level) dari suatu pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaan pemantauan mencakup sebagai berikut: jenis data yang dikumpulkan, lokasi pemantauan, 5-21

246 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan frekuensi dan jangka waktu pemantauan Metode pengumpulan data (termasuk peralatan dan instrument yang digunakan untuk pengumpulan data) Metode analisis data 5-22

247 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel V.6.1 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan (RKL) Tahapan 1. Tahap Pra Konstruksi a. Keresahan Sosial Komponen Lingkungan Hidup Keresahan sosial Sumber Dampak Adanya kekhawatiran masyarakat Kurang setuju/tidak setuju infrastruktur Tolak Ukur Dampak penerimaan, dan partisipasi aktif semua pihak terhadap pelaksanaan pembangunan proyek. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Melakukan penanganan terhadap bentuk keresahan sosial yang terjadi. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang siapa yang berhak menggunakan sarana dan prasarana Melibatkan masyarakat dalam pertemuanpertemuan proyek. Mengadakan dialog melalui pertemuanpertemuan dengan masyarakat Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Disekitar lokasi kegiatan. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertemuan utnuk penjelasan pembangunan dijadwalkan 2 kali. Dialog dengan masyarakat dijadawalkan 2 kali. Pembiayaan tanggung jawab pemerintah kota Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pelaksana Pengawas Pelaporan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat. BPLH kota Pemerintah kota 2. Tahap Konstruksi a.terbukanya kesempatan kerja Terbukanya kesempatan kerja Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Banyaknya tenaga kerja lokal yang terserap dalam proyek pada tahap konstruksi. Mengoptimalkan perekrutan tenaga kerja lokal sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan pada tahap konstruksi. Melibatkan warga masyarakat secara musyawarah dalam menentukan kriteria dan jumlah pekerja yang dibutuhkan. Mengadakan dialog melalui pertemuanpertemuan dengan masyarakat. Di sekitar lokasi kegiatan Musyawarah dengan masyarakat dijadwalkan 1 kali. Dialog dengan masyarakat dijadwalkan 2 kali. menjadi tanggung jawab pemerintah kota Sungai Penuh Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat. BPLH kota Sungai Penuh 5-23

248 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tahapan b. Keresahan Sosial Komponen Lingkungan Hidup Keresahan sosial Sumber Dampak Kecemburuan sosial sebagai dampak dari penyerapan tenaga kerja yang tidak seimbang antara tenaga kerja lokal dengan pendatang. Kesehatan masyarakat dan keselamatan kerja pekerja. Tolak Ukur Dampak Terserapnya tenaga kerja lokal secara optimal dan kesehatan masyarakat serta pekerja tetap terjaga. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Melakukan penanganan terhadap bentuk keresahan sosial yang terjadi. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengoptimalkan perekrutan tenaga kerja lokal sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan. Mengadakan pertemuan dengan warga masyarakat untuk memusyawarahkan ketenagakerjan dalam proyek Mengadakan dialog melalui pertemuanpertemuan dengan masyarakat Ikut terlibat secara aktif dengan kegiatankegiatan yang diselenggarakan masyarakat. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Di sekitar lokasi pembanguna n proyek Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Selama kegiatan konstruksi Pembiayaan Dalam jangka tanggung jawab pemerintah kota Sungai Penuh Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pelaksana Pengawas Pelaporan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat. BPLH Pemerinta h kota Sungai Penuh c. Transportasi Transportasi Mobilisasi peralatan dan material yang menyebabkan peningkatan arus lalu lintas Tidak terjadi gangguan arus lalu lintas (V/C ratio < 0,5) Agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas Mobilisasi kendaraan berat dilakukan di luar jam sibuk dan malam hari. Pemasangan papan peringatan keluar masuk kendaraan proyek pada lokasi tertentu. Pengalihan lali lintas dan parkir yang terencana baik dan diatur oleh petugas. Petugas yang ditempatkan pada jalan keluar masuk kemdaraan proyek pada jam-jam sibuk. Memperbaiki jalan yang rusak. Di lokasi dan sekitar lokasi terutama jalan Selama kegiatan konstruksi. tanggung jawab pemerintah kota Dinas Bina Marga kota Sungai Penuh Warga setempat. Dinas Perhubunga n kota Sungai Penuh, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. BPLH kota Pemerintah kota Sungai Penuh 5-24

249 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tahapan 3. Tahap Oprasional a. Limbah Padat Komponen Lingkungan Hidup Limbah padat Sumber Dampak Kegiatan operasional sarana dan prasarana Tolak Ukur Dampak Terciptanya kondisi lingkungan sekitar lokasi kegiatan yang tertata dengan baik. Program K3 (Kesehatan, Kebersihan dan Keindahan) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Meminimasi limbah padat yang dibuang ke TPA. Menciptakan keadaan lingkungan sekitar lokasi kegiatan yang tertata dengan baik, sehingga menimbulkan kesan estetika yang positif. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Mendaur ulang sampah anorganik, bekerja sama dengan pihak ke 3 (tiga). Dipisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik Memberi sanksi kepada pengelola kebersihan pasar apabila tidak mengelola sampah sesuai dengan perjanjian. Menyediakan lahn TPS yang kedap air seluas 200 m 2 dengan 5 kontainer dan 2 truk. Memasang papan pengumuman cara mengelola dan membuang sampah yang benar. Penanaman pohon bambu di sekeliling TPS yang berfungsi untuk mengurangi bau. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Di TPS Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Setiap hari selama operasional. Pembiayaan Dalam jangka menjadi tanggung jawab pemerintah kota Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pelaksana Pengawas Pelaporan Pemerintah kota Sungai Penuh PD Kebersihan kota, Aparat kelurahan Kecamatan Rangkabitung dan tokoh masyarakat. BPLH kota Pemerintah Sungai Penuh 5-25

250 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tahapan b. Terbukanya kesempatan kerja c. Terbukanya kesempatan berusaha d. Keresahan Sosial Komponen Lingkungan Hidup Kegiatan operasional sarana dan prasarana Terbukanya kesempatan berusaha. Keresahan sosial Sumber Dampak Kegiatan operasional sarana dan prasarana Penyerapan tenaga kerja untuk pengelolaan pasar tidak seimbang antara tenaga lokal dengan pendatang. Penurunan tingkat keamanan. Tolak Ukur Dampak Banyaknya tenaga kerja lokal yang terserap dalam proyek pada tahap operasional. Bermunculanny a jenis usaha baru Tertampungnya seluruh masyarakar dalam penggunaan sarana dan prasarana serta terjaganya keamanan Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengoptimalka n perekrutan tenaga kerja lokal sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan pada tahap operasional. Mengoptimalka n kegiatan usaha. Melakukan penanganan terhadap bentuk keresahan sosial yang terjadi. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Melibatkan warga masyarakat dalam menentukan kriteria dan jumlah pekerja yang dibutuhkan. Mengadakan dialog melalui pertemuanpertemuan dengan masyarakat. Memberikan dukungan politis maupun moril bagi warga masyarakat untuk berusaha. Mengadakan dialog melalui pertemuanpertemuan dengan masyarakat. Penyerapan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. Memberikan kompensasi dengan kebutuhan warga. Ikut telibat secara aktif dengan kegiatan- Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Di sekitar lokasi kegiatan Di sekitar lokasi pemabnguna n proyek. Di sekitar lokasi pembanguna n Proyek Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Musyawarah dijadwalkan 1 kali. Dialog dijadwalkan 2 kali. Selama tahap operasional. Dialog dengan masyarakat dan pedagang dijadwalkan 2 kali dalam satu tahun. Dilakukan 1 kali saat penerimaan tenaga kerja untuk pengelolaan pasar. Pemberian kompensasi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Pembiayaan menjadi tanggung jawab pemerintah kota menjadi tanggung jawab pemerintah kota Sungai Penuh. tanggung jawab pemerintah kota Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pemerintah kota Pemerintah kota Pemerintah kota Dinas Tenaga Kerja kota Sungai Penuh Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. Aparat kelurahan tokoh masyarakat. BPLH kota Sungai Penuh BPLH kota Pem erintah kota MuaraBung o BPLH dan Pemerintah kota BPLH kota Sungai Penuh 5-26

251 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan e. Kebutuhan Air Bersih Kebutuhan air bersih. Kebutuhan air untuk kegiatan operasional pasar f. Transportasi Transportasi Kemacetan lalu lintas g. Peningkatan Air Larian Peningkatan air larian Kuantitas air larian Tidak terjadi penurunan muka air tanah Bangkitan atau tarikan lalu lintas akibat kegiatan aktivitas sarana dan prasarana kota Sungai Penuh Penambahan lahan, meningkatnya volume surface run off dan sekitarnya Agar tidak terjadi penurunan muka air tanah Tidak terjadi gangguan arus lalu lintas Tidak terjadinya banjir atau genangan air di lokasi dan sekitarnya kegiatan yang diselenggarak an warga. Kebutuhan air bersih dikoordinasika n dulu dengan PDAM/BPLH Penggunaan air bersih hanya untuk MCK dan cadangan air pemadam kebakaran. Penggunaan air sesuai dengan izin SIPA. Menciptakan dan menjaga kelancaran lalu lintas. Menjaga keseimbangan neraca air alamiah serta memperbaiki kuantitas air tanah. Di lokasi kegiatan. Pengamatan secara visual Visualisasi di saluran kota dan sekitar lokasi terjadi genangan / banjir. Pertemuan dengan warga dan pedagang 2 kali dalam setahun. Melibatkan diri dengan kegiatan warga. Selama tahap operasional setiap hari. Di sekiatar penempatan lokasi infrastruktur Saluran drainase kota dan sekitarnya. tanggung jawab pemerintah kota Sungai Penuh. Selama kegiatan operasional pada jam dan hari sibuk. Pada saat musim hujan dengan curah hujan tinggi. Pemerintah kota Sungai Penuh Dinas Bina Marga kota Sungai Penuh Pemerintah kota Sungai Penuh Pemerintah kota Sungai Penuh Dinas Pengairan kota Sungai Penuh BPLH kota Sungai Penuh, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. Dinas Perhubungan kota Sungai Penuh, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. Dinas Pengairan kota Sungai Penuh, Dinas Pertamanan dan Pemakaman kota Sungai Penuh, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. BPLH kota BPLH dan Pemerintah kota Sungai Penuh. BPLH dan Pemerintah kota Sungai Penuh. 5-27

252 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tahapan h. Kualitas Tanah dan Air Permuka an i. Penurunan kualitas udara dan kebisingan Komponen Lingkungan Hidup Kualitas tanah dan air permukaan Kualitas udara dan debu serta kebisingan Sumber Dampak TSS, ph dan BOD, detergent serta minyak dan lemak. Parameter CO, NO, SO2, NH3, H2S, Pb, debu dan peningkatan intensitas kebisingan Tolak Ukur Dampak Kegiatan operasional sarana dan prasarana Sungai Penuh. Kegiatan operasional sarana dan prasarana Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup SK. MENLH No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik. SK.KepMen Kesehatan No. 416/Per/Menk es/ix/1990 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas air. PP RI No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. PP No.41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara dan SK. MENKLH No. Kep.48/ MENKLH / II/ 1996 tentang baku mutu tingkat kebisingan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Agar kualitas air tanah dan air permukaan di bawah baku mutu yang diperbolehkan. Agar kualitas udara dan intensitas kebisingan di lokasi kegiatan dan sekitarnya di bawah baku mutu yang diperbolehkan. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengambilan sampel kualitas air tanah dan air permukaan, kemudian dianalisa di laboratorium rujukan. Sampel kualitas udara diambil dengan menggunakan alat High volume sampler. Kemudian dianalisa di laboratorium, Pengukuran intensitas kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada sumur di lokasi kegiatan. Pada saluran drainase Pada IPAL Di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan. Pembiayaan Selama operasional kegiatan dengan frekuensi : Sumur setiap 6 bulan sekali Saluran drainase setiap 6 bulan sekali IPAL setiap 6 bulan sekali. Selama kegiatan operasional setiap 6 (enam) bulan sekali. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup Pelaksana Pengawas Pelaporan Pemerint ah kota Sungai Penuh Pemerint ah kota Sungai Penuh Dinas Pengairan kota Sungai Penuh, BPLH kota Sungai Penuh, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. Dinas Tenaga Kerja kota Sungai Penuh, Dinas Pertamanan kota Sungai Penuh, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. BPLH kota Sungai Penuh. Pemerintah kota Sungai Penuh. BPLH kota Sungai Penuh. Pemerintah kota Sungai Penuh. 5-28

253 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5.7 SAFEGUARD PENGADAAN TANAH DAN PERMUKIMAN KEMBALI Kota Sungai Penuh yang memiliki kepadatan penduduk yang rendah, secara nyata masih memiliki ruang yang cukup untuk penyediaan perumahan dan penyediaan prasarana lainnya. Namun demikian, upaya pengadaan tanah dan permukiman warga sebagai akibat kegiatan maupun terjadinya bencana tetap dipertimbangkan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh. Secara mendasar pengadaan tanah adalah sebagai langkah yang perlu diambil dalam rangka meningkatkan atau setidaknya memperbaiki, pendapatan dan standart kehidupan warga yang terkena dampak akibat suatu kegiatan. Prinsip yang diambil dalam pengadaan tanah dan permukiman kembali ini, pada dasarnya untuk memecahkan permasalahan yang mungkin timbul di daerah. Karena itu, secara dini harus dipikirkan agar terlebih dulu diantisipasi sebelum muncul di lapangan. Prinsip-prinsip yang diikuti tersebut adalah sebagai berikut : 1) Transparan. Kegiatan yang dilaksanakan harus dilakukan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup antara lain : daftar warga dan aset ( tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya ) yang akan terkena dampak. 2) Partisipasi. Warga yang berpotensi terkena dampak, harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan, seperti penentuan lokasi kegiatan, jumlah dan bentuk kompensasi serta tempat permukiman kembali. 3) Adil. Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga. Warga memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, seperti tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya. 4) Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan atau jika memungkinkan secara sukarela mengkontribusikan/hibah sebagian tanahnya untuk kegiatan. 5) Konstribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan apabila : Masyarakat yang terkena dampak mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga tanah miliknya. Tanah yang dihibahkan nilainya < 10 % dari nilai tanah, bangunan atau aset lain yang produktif dan nilainya < 1 juta rupiah. Pengadaan tanah yang dilakukan pemerintah Kota Sungai Penuh, secara umum masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan publik, baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini sebagai akibat masih terbukanya peluang masyarakat untuk mendapatkan tanah secara murah dan memenuhi persyaratan teknis perumahan. Sebagai akibatnya berbagai bentuk pengadaan tanah, lebih didominasi oleh masyarakat, terutama untuk kebutuhan perkebunan, perumahan dan perdagangan. Oleh karena itu, safeguard pengadaan tanah ini untuk Kota Sungai Penuh masih cukup 5-29

254 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan aman. Hal ini diakibatkan terjadinya gesekan dalam pengadaan tanah, bak untuk kepentingan publik maupun mendukung terciptanya kesejahteraan masyarakat masih belum begitu mendesak. Hal yang lebih penting dalam mendukung safeguard pengadaan tanah ini, adalah masih banyaknya kepemilikan tanah yang belum memiliki kepastian hukum. Artinya, dari jumlah kepemilikan lahan yang ada, maka mayoritas tanah yang ada masih belum memiliki kepastian hitam diatas putihnya. Hal ini diakibatkan karena secara turun temurun belum ada pewarisan secara surat menyurat. Sebagai akibatnya sampai saat ini masih banyak yang belum memiliki sertifikat maupun tanda kepemilikan lainnya 5-30

255 Bab 6 : Keuangan Dan Rencana Peningkatan Pendapatan 6.1. PETUNJUK UMUM Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RIPJM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten/Kota, yang meliputi: 1) Pembelanjaan untuk pengoperasiaan dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun; 2) Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada; 3) Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru. Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM perlu memperhatikan hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan. Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM yang diperhatikan adalah hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. 6-1

Buku Laporan Akhir ini merupakan bagian kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Program

Buku Laporan Akhir ini merupakan bagian kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Program Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk serta bimbingannya kepada kita semua sehingga penyusunan Buku Laporan Akhir Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

Atas segala perhatian dan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat, kami ucapkan terima kasih. Kuala Tungkal, Desember 2012.

Atas segala perhatian dan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat, kami ucapkan terima kasih. Kuala Tungkal, Desember 2012. Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk serta bimbingannya kepada kita semua sehingga penyusunan Buku Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG PU/CIPTA KARYA PROPINSI JAMBI KABUPATEN BUNGO KOTA MUARA BUNGO Nomor :. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

I 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan layanan sanitasi sebuah wilayah perlu didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi Jangka menengah (3 sampai 5 tahunan) yang komprehensif dan bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 /PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.371, 2015 KEMENPU PR. Dana Alokasi Khusus. Insfrastuktur. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2006

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Ir. Joerni Makmoerniati, MSc Plh. Direktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota. - 20 - C. PEMBAGIAN URUSAN AN PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasional sumber daya air. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan. Sanitasi yang tidak memadai atau kurang baik di Kabupaten Ciamis berdampak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011 SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 merupakan pelaksanaan

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Sumber Daya Air

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Sumber Daya Air D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD Pendahuluan 1. 1 LATAR BELAKANG Rencana Jangka Menengah Daerah () Provinsi Jambi 2010-2015 merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi terpilih berdasarkan Pemilihan Kepala

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

Lebih terperinci

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara Tentang Program Kotaku Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh nasional yang merupakan penjabaran dari pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat

Lebih terperinci

- 6 - SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.

- 6 - SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah. - 6-3. BIDANG PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu 3. Penetapan

Lebih terperinci

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Lebih terperinci

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015-2019 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan, tingkat

Lebih terperinci

- 26 - PEMERINTAH. 3. Penetapan rencana. 3. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai

- 26 - PEMERINTAH. 3. Penetapan rencana. 3. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai - 26 - C. PEMBAGIAN URUSAN AN PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasional sumber daya air. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,

Lebih terperinci