B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

dokumen-dokumen yang mirip
BESARAN VEKTOR B A B B A B

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

B a b 2. Vektor. Sumber:

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B

BAB II V E K T O R. Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. FISIKA KELAS X Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. 52

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

BAB III PENGURAIAN GAYA

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.

PanGKas HaBis FISIKA. Vektor

Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya

1. Besaran-besaran di bawah ini yang bukan termasuk besaran vektor adalah...

Mekanika Rekayasa/Teknik I

Vektor. Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan.

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT

Pesawat Terbang. gaya angkat. gaya berat

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

Penjumlahan Vektor. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas X. (Telah disesuaikan dengan KTSP)

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

Soal No. 1 Perhatikan gambar berikut, PQ adalah sebuah vektor dengan titik pangkal P dan titik ujung Q

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Gambar solusi 28

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

BAB 2 PENJUMLAHAN VEKTOR

Soal Latihan 2. Vektor. 1. Perhatikan gambar di bawah ini!

PERSAMAAN BIDANG RATA

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda

FISIKA XI SMA 3

VEKTOR GAYA. Gambar 1. Perkalian dan pembagian vektor

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

MEKANIKA BESARAN. 06. EBTANAS Dimensi konstanta pegas adalah A. L T 1 B. M T 2 C. M L T 1 D. M L T 2 E. M L 2 T 1

Geometri pada Bidang, Vektor

A x pada sumbu x dan. Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com. 2. Vektor. 2.1 Representasi grafis sebuah vektor

Contoh Soal dan Pembahasan Kesetimbangan

Trigonometri. Trigonometri

a menunjukkan jumlah satuan skala relatif terhadap nol pada sumbu X Gambar 1

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN

MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

ujung vektor A bertemu dengan pangkal vektor B

MENJUMLAH VEKTOR. No Besaran Skalar Besaran Vektor

Rudi Susanto, M.Si VEKTOR

BESARAN DAN SATUAN. tindakan MKS. angka pasti CGS. angka taksiran. dimensi. notasi ilmiah BESARAN SATUAN. besaran pokok. besaran turunan.

Bab 4 SISTEM PROYEKSI 4.1. PENGERTIAN PROYEKSI GAMBAR PROYEKSI

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab:

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam.

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain

BAHAN AJAR LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

BAB I BESARAN DAN SATUAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

MODUL 3 BIDANG RATA. [Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat]

PENGENDALIAN MUTU KLAS X

Medan Magnet 1 MEDAN MAGNET

I. Ulangan Bab 2. Pertanyaan Teori 1. Tentukanlah besar dan arah vektor-vektor berikut : a. V = 3, 1. b. V = 1, 3. c. V = 5, 8.

Standar Kompetensi Lulusan. Memahami prinsip-prinsip pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan objektif

1. Sebuah benda dipindahkan 12 kaki ke barat dan 5 kaki ke utara. Berapa besar dan arah resultan perpindahan?

Bab 1 -Pendahuluan Hitung Vektor.

Soal-Soal dan Pembahasan SNMPTN Matematika IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Tanggal Ujian: 01 Juni 2011

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Kuliah keempat. Ilmu Gaya. Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan

FIsika KTSP & K-13 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR. K e l a s. A. Syarat Keseimbangan Benda Tegar

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Mata Diklat : Fisika Kelas : 1 MM Hari/Tanggal : Waktu :

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

GERAK HARMONIK SEDERHANA

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

BAB IV KONSTRUKSI RANGKA BATANG. Konstruksi rangka batang adalah suatu konstruksi yg tersusun atas batangbatang

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

Matematika EBTANAS Tahun 1986

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

MODUL 2 GARIS LURUS. Mesin Antrian Bank

fi5080-by-khbasar BAB 1 Analisa Vektor 1.1 Notasi dan Deskripsi

Kata. Kunci. E ureka Jika kalian mempunyai rekaman terjadinya tsunami, tontonlah bersama teman-teman kalian. Kemudian, jawablah pertanyaanpertanyaan

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

KULIAH MEKANIKA TEKNIK GAYA DAN BEBAN

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB I GAYA PADA BIDANG DATAR

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara Pengajaran:

2 Mekanika Rekayasa 1

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

Transkripsi:

BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara, antara lain metode grafis, analitis dan uraian gaya. Metode-metode tersebut dapat digunakan sendiri-sendiri atau pun gabungan dari satu atau dua gaya yang lain. Tidak ada ketentuan apakah satu masalah harus menggunakan cara grafis atau dengan cara yang lain. Satu-satunya pertimbangan adalah mana yang lebih mudah digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. B. MENJUMLAH DUA GAYA ATAU LEBIH YANG SEBIDANG Gaya adalah besaran vektor, yaitu suatu besaran yang mempunyai besar dan arah. Untuk menghitung jumlah (resultan) dua buah vektor atau lebih, maka harus diperhatikan besar dan arah semua gaya yang menjadi komponennya. Beberapa besaran lain yang merupakan besaran vektor, antara lain kecepatan, percepatan, momen dan lain-lain. Sedangkan besaran yang hanya mempunyai besar saja tanpa arah dikenal sebagai besaran skalar. Yang termasuk pada besaran skalar ini antara lain panjang, lebar, luas, volume dan sebagainya. Untuk menjumlah dua gaya atau lebih, dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti cara grafis, analitis dan uraian gaya. B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis Untuk menjumlah dua gaya atau lebih yang sebidang dengan cara grafis, terlebih dulu siapkan mistar (penggaris) dan busur lingkaran. Menjumlah dua gaya atau lebih, dapat ditempuh dengan cara berikut: 1. Tentukan skala yang akan digunakan untuk mewakili besar gaya yang akan dihitung. Contoh: 1 cm mewakili 1 N (newton). 2. Gambar gaya pertama dengan panjang sesuai dengan besar gaya tersebut. Beri tanda panah pada ujung gaya sesuai dengan arahnya. 4

6 N 3. Dari ujung gaya pertama (ujung anak panahnya), buat gambar gaya kedua yang panjangnya sesuai dengan besar dan arah gaya tersebut. 4. Dari pangkal gaya pertama, tarik garis lurus kearah ujung gaya kedua. Ujung garis yang berimpit dengan ujung gaya kedua tersebut merupakan arah jumlah (resultan) kedua gaya tersebut, sedangkan panjang garis itu merupakan besar resultannya. Contoh 2.1 : Tentukan besar dan arah dari resultan tiga gaya yang bekerja pada sebuah partikel, sebagaimana gambar berikut: 45 2 N 5 N 60 Gambar 2.1. Tiga buah gaya yang bekerja pada sebuah partikel Penyelesaian: Untuk menyelesaikan soal di atas, terlebih dahulu kita tentukan gaya pertama, kedua dan ketiga yang akan kita gambar (sebagai contoh, gaya pertama, kedua dan ketiga berturut-turut adalah 2 N, 5 N dan 6 N). Selanjutnya, tentukan pula skala penggambaran gaya yang akan dipakai (untuk kasus ini, kita pakai skala 1 N = 1 cm). Selanjutnya, ikuti langkah-langkah berikut: I. Buat garis sepanjang 2 cm yang arahnya sama dengan arah gaya pertama (2 N). Tentukan pangkalnya, dan beri tanda panah pada ujungnya (pada Gambar 2.2, digambarkan dengan warna hitam). II. Dari ujung gaya pertama, tarik garis sepanjang 5 cm dengan arah yang sama dengan arah gaya kedua (5 N). Beri tanda panah pada ujung gaya kedua ini (pada Gambar 2.2, digambarkan dengan warna biru). 5

III. Dari ujung gaya kedua, tarik garis sepanjang 6 cm dengan arah yang sama dengan gaya ketiga (6 N), dan beri tanda panah pada ujung gaya ketiga ini (pada Gambar 2.2, digambarkan dengan warna hijau). IV. Tarik garis yang menghubungkan pangkal gaya pertama dengan ujung gaya ketiga (pada Gambar 2.2, digambarkan dengan warna merah). Garis ini merupakan resultan ketiga gaya tersebut, yang besarnya sebanding dengan panjang garis tersebut dan arahnya sesuai dengan sudut yang dibentuknya terhadap garis vertikal atau horisontal. 60 16,7 R 45 Gambar 2.2. Menjumlah gaya dengan cara grafis Dari hasil pengukuran, besarnya R adalah 3,38 cm atau 3,38 N dengan arah 16,7 o terhadap garis vertikal. B.2. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Analitis Untuk menjumlah dua gaya atau lebih yang sebidang dengan cara analitis, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sinus dan/ atau cosinus dari sebuah segitiga. Hubungan antara sudut-sudut dan sisi-sisi sebuah segitiga dapat digambarkan dan dirumuskan sebagai berikut: 6

b g a a b c Gambar 2.3. Hubungan antara sudut dan sisi sebuah segitiga Hubungan dengan rumus cosinus: a 2 = b 2 + c 2 2a. b. cos α b 2 = a 2 + c 2 2a. c. cos β atau atau Hubungan dengan rumus sinus: c 2 = a 2 + b 2 2a. b. cos γ... (2.1) sin α a = sin β b = sin γ c... (2.2) Contoh 2.2 : Selesaikan contoh 2.1 tersebut di atas dengan cara analitis. Penyelesaian: Untuk mendapatkan resultan ketiga gaya tersebut, cari resultan gaya pertama dan kedua terlebih dahulu, dan selanjutnya jumlahkan resultan kedua gaya pertama dan kedua itu dengan gaya ketiga. Untuk mendapatkan resultan gaya pertama dan kedua, kita gunakan gambar berikut: 5 N a R 1 30 2 N 60 Gambar 2.4. Resultan (jumlah) gaya pertama dan kedua 7

Karena sudut yang terbentuk antara gaya pertama dan kedua tersebut adalah 30 o, maka resultan kedua gaya tersebut adalah: R 1 = 2 2 + 5 2 2.2.5. cos 30 o = 3,418 N Sudut yang terbentuk antara resultan kedua gaya tersebut dengan gaya kedua dapat dihitung dengan hubungan sinus, yaitu: sin α 2 = sin 30 3,418 sehingga sin α = 2.sin 30 3,418 atau α = 17 Selanjutnya mari kita cari resultan R 1 tersebut dengan gaya ketiga. Untuk itu, kita gambar terlebih dahulu kedua gaya tersebut dan kita hitung berapa sudut yang terbentuk antara kedua gaya itu. R 1 a 17 45 b q 6 N R Gambar 2.5. Resultan R 1 dengan gaya ketiga Dari gambar di atas, besarnya sudut a = 90 o 45 o 17 o = 28 o, sehingga: R = 3,418 2 + 6 2 2. (3,418).6. cos 28 o = 3,386 N Sedangkan sudut yang terbentuk antara resultan gaya tersebut dengan gaya ketiga (6 N), didapatkan dari: sin α R sin β = 3,418 sehingga sin β = 3,418.sin 28 3,386 atau α = 28,288 Dengan demikian, sudut antara resultan gaya tersebut (R) dengan garis vertikal (q) adalah: θ = 45 28,288 = 16,712 8

B.3. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Uraian Menjumlah dua gaya atau lebih yang sebidang dengan cara uraian adalah dengan menjabarkan gaya-gaya tersebut sesuai dengan komponennya. Biasanya, komponen gaya yang digunakan adalah pada arah sumbu-x (komponen horisontal) dan pada arah sumbu-y (komponen vertikal). Cara ini lebih banyak digunakan, terutama bila jumlah gaya yang ada lebih dari tiga karena untuk jumlah gaya yang banyak, cara-cara yang lain kurang efisien. Untuk mandapatkan resultan beberapa gaya, gunakan langkah-langkah berikut: 1. Uraikan terlebih dahulu semua gaya yang ada ke arah semua komponennya (sumbu-x dan sumbu-y untuk gaya yang berada pada satu bidang, dan bila dalam dimensi ruang, tambahkan sumbu-z). 2. Jumlahkan semua komponen gaya yang ada, sesuai dengan arahnya. 3. Hitung besar resultan gaya yang ada, dengan mencari resultan dari jumlah gaya-gaya yang sudah dicari sebelumnya. 4. Hitung arah resultan gaya dengan hubungan tangen. Contoh 2.3 : Selesaikan Contoh 2.1 di atas dengan cara uraian gaya. Penyelesaian: 1. Terlebih dahulu, buat sumbu koordinat yang titik pusatnya (0,0) bertumpu pada titik tangkap semua gaya yang ada. Selanjutnya, uraikan gaya-gaya yang membentuk sudut terhadap sumbu-x maupun sumbu-y pada arah vertikal maupun horisontal. Y 6 N 45 2 N 60 5 N X Gambar 2.6. Posisi gaya pada sistem sumbu koordinat 9

6 N Untuk menguraikan gaya-gaya tersebut menjadi komponen vertikal dan komponen horisontalnya, perhatikan letak sudutnya. Pada gaya 6 N, sudut yang ada terbentuk antara garis horisontal dengan gayanya. Oleh karenanya, komponen vertikal (P V ) dari gaya ini adalah komponen sinusnya karena berada di depan sudut yang terbentuk. Sedangkan komponen horisontalnya (P H ), adalah komponen cosinusnya karena merupakan komponen yang berada di samping sudut yang terbentuk. Y P V 45 P H X Dengan demikian: P V = 6 N x sin (45 o ) = 4,2426 N P H = 6 N x cos (45 o ) = 4,2426 N Sedangkan untuk gaya 2 N berlaku hal yang sebaliknya. Karena sudut 60 o yang terbentuk adalah sudut yang diapit oleh gaya dengan garis vertikal, maka komponen vertikal (P V ) adalah komponen cosinusnya karena berada di samping sudut. Sedangkan komponen horisontalnya (P H ), adalah komponen sinusnya karena berada di depan sudut 60 o tersebut. Y P H 2 N 60 P V X Sehingga didapatkan: P V = 2 N x cos (60 o ) = 1 N P H = 2 N x sin (60 o ) = 1,732 N 10

2. Selanjutnya, mari kita jumlahkan semua gaya yang ada didasarkan pada sumbu-x dan sumbu-y. Untuk sumbu-x: 5 N (ke kiri) + komponen horisontal dari gaya 2 N (ke kanan) + komponen horisontal dari gaya 6 N (ke kanan) R X = 5 + 2. sin 60 + 6. cos 45 = 0,9747 N (ke kanan) Untuk sumbu-y: komponen vertikal dari gaya 2 N (ke atas) + komponen vertikal dari gaya 6 N (ke bawah) R Y = 2. cos 60 6. sin 45 = 3,2426 N (ke bawah) Bila resultan ke arah sumbu-x dan resultan ke arah sumbu-y tersebut digambarkan pada sebuah salib sumbu, maka akan terlihat seperti pada gambar berikut: R X X q R Y R -Y Gambar 2.7. Resultan gaya yang didapat dari komponennya 3. Besar resultan gaya ( R ) pada gambar tersebut di atas, dapat dihitung dengan rumus phytagoras, yaitu: R = R X 2 + R Y 2 = 0,9747 2 + ( 3,2426) 2 = 3,386 N 4. Sedang arah resultan gaya tersebut (θ) adalah: tan θ = R X R Y = 0,9747 3,2426 = 0,300 θ = 16,73 Sekarang tugas anda untuk menyelesaikan soal berikut! 11

A B ARUS Soal 2.1: Dari titik A, seorang pengemudi boat hendak menyeberangi sungai yang lebarnya 50 m. Pengemudi ini mengarahkan kemudinya tepat ke arah titik B, dan melajukan boatnya dengan kecepatan 10 km/jam. Bila garis AB tegak lurus terhadap arah memanjang sungai, dan arus air sungai searah tanda panah dengan kecepatan 5 km/jam, tentukan: a. Jarak titik B dengan posisi tempat boat tersebut Gambar 2.8. Soal 2.1 merapat di sisi sungai yang lain! b. Bila dikehendaki boat merapat tepat di titik B, kemanakah boat harus diarahkan? Penyelesaian: Untuk menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan vektor, sebaiknya anda membiasakan diri menggambar semua gaya yang bekerja terlebih dahulu. Untuk gaya-gaya yang ada pada kasus di atas, dapat digambarkan sebagai berikut: v B v S a v A Kenapa demikian? Pada gambar di samping, v S adalah kecepatan perahu yang sesungguhnya akibat pengaruh kecepatan arus (v A ) dan kecepatan boat (v B ). Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa v S adalah resultan (jumlah) vektor v A dan vektor v B, yang besarnya adalah: v 2 s = v 2 2 A + v B Ya, karena pada kasus di atas, v A dan v B saling tegak lurus, sehingga dapat digunakan rumus phytagoras untuk menyelesaikannya. Dengan demikian didapatkan: v 2 s = 5 2 + 10 2 =125 v s = 11,18 km/jam. Nah, sekarang dengan menggunakan gambar tersebut kita akan menentukan arah gerakan boat sesungguhnya. Kita akan menentukan a yang merupakan sudut pembentuk antara v A dan v S. Karena informasi yang sudah pasti pada gambar tersebut adalah v A dan v B, maka hubungan apakah yang paling tepat untuk menyatakan a? 12

Betul! Hubungan yang paling tepat untuk mendapatkan harga a adalah hubungan tangen. Sehingga besar a adalah: tan α = v B v A = 10 5 = 2 a = 63,4 o Nah, sekarang dengan sudut sebesar itu, dan dengan lebar sungai sebesar 50 m, kita B C akan menentukan tempat merapatnya boat di sisi A v S 63,4 Gambar 2.9. Hubungan sudut dan arah boat sungai yang lain. Ingat, boat tidak akan mengikuti arah v B, tetapi gerakan boat sesungguhnya searah dengan v S. Dengan demikian, tempat merapat boat adalah pada titik yang merupakan perpotongan sisi sungai yang lain dengan perpanjangan garis v S, yang pada gambar di samping dituliskan sebagai titik C. Jarak BC pada gambar di samping bisa didapatkan dari: tan = BC AB = BC 50 BC = 50 tan... a. Sekalipun pada kasus ini anda juga menggunakan hubungan tangen, tetapi sudut yang digunakan bukanlah 63,4 o, tetapi selisih antara 90 o dengan sudut 63,4 o. Dengan demikian, jarak BC adalah: BC = 50 tan (90 o - 63,4 o ) = 50 tan (26,6 o ) = 25 m. b. Agar posisi merapatnya boat tepat di titik B, maka resultan gaya antara v A dan v B haruslah segaris dengan A-B. Untuk itu kita buat FBD yang sesuai untuk kasus ini sebagaimana gambar di samping. v B v S a v A Pada gambar di samping, besar v S dan a belum diketahui. Besar v S dapat dihitung dengan menggunakan rumus..., yaitu: v S =... sedangkan besar a bisa didapatkan dengan rumus..., yaitu: a =... 13

Karena v A dan v S saling tegak lurus, maka besar v S dapat dihitung dengan rumus phytagoras, yaitu: v S = v B 2 v A 2 = 10 2 5 2 = 75 = 5 3 = 8,66 km/jam. sedangkan besar a didapatkan dengan rumus cosinus, yaitu: Atau: v S = v A 2 + v B 2 + 2 v A v B cos v S 2 = v A 2 + v B 2 + 2 v A v B cos cos = v A 2 +v B 2 v S 2 2 v A v B = 25+100 75 2 5 10 = 0,5 a = 120 o Jadi agar boat mendarat tepat di titik B, boat harus diarahkan 120 o terhadap arah horisontal, atau 30 o di sebelah kiri garis AB (arah vertikal) dengan kecepatan sebesar 10 km/jam. C. MENJUMLAH DUA GAYA ATAU LEBIH YANG SEJAJAR Untuk menjumlah dua gaya atau lebih yang sejajar, dapat dilakukan dengan menjumlah gaya-gaya tersebut sesuai dengan arah gaya yang ada. Sedangkan untuk mendapatkan letak resultan gaya-gaya tersebut, dapat dicari dengan prinsip dasar bahwa momen yang ditimbulkan oleh resultan gaya tersebut pada suatu titik, sama dengan momen yang ditimbulkan oleh semua semua gaya tersebut pada titik tersebut. F 2 F 5 F 1 F 3 F 4 R Gambar. 1.10. Resultan beberapa gaya yang sejajar Resultan semua gaya pada Gambar 2.10 di atas dapat dihitung dari selisih jumlah gaya yang ke atas, dengan jumlah gaya yang ke bawah. Sedangkan letak R dihitung berdasarkan momen yang bekerja pada suatu titik yang jumlahnya harus sama dengan nol. 14

150 50 Contoh 2.4. Tentukan besar, arah dan letak resultan 4 gaya pada gambar berikut! 21N A 7' 6' 8' C B 7N 9N x D 8N R Gambar 2.11. Resultan 4 gaya yang sejajar Penyelesaian: Besar dan arah resultan keempat gaya tersebut adalah: R = 9 + 7 + 8 21 = 3N (ke atas) Sedangkan letak R didapat dengan asumsi bahwa jumlah momen yang ditimbulkan oleh semua gaya tersebut (termasuk R) pada suatu titik acuan, harus sama dengan nol. Bila diambil titik A sebagai acuan, maka letak R adalah: 21 7 7 7 + 6 8 7 + 6 + 8 + R x = 0 x = 7 13 + 8 21 21(7 ) 3 = 37,3333 Jadi besar resultan keempat gaya tersebut adalah 3 N yang arahnya ke atas, dan terletak 37,3333 dari arah titik A ke kanan. Nah, sekarang giliran anda untuk menyelesaikan soal berikut: Soal 2.2. 60 200 Ø 40 Seorang mahasiswa memotong selembar plat besi membentuk persegi panjang dengan ukuran 200 x 150 mm. 60 mm dari sisi kiri, dan 50 mm dari sisi atas persegi panjang itu dilubangi dengan diameter 40 mm. Bila plat tersebut mempunyai tebal yang sama, tentukan titik berat persegi panjang tersebut Gambar 2.12. Soal 2.2 setelah dilubangi! 15

Jawab: Untuk menyelesaikan soal tersebut, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: 1. Buat sketsa yang mewakili semua informasi penting yang diperlukan pada perhitungan, baik pada arah mendatar maupun yang tegak. Meskipun langkah ini bukan suatu kewajiban, tetapi dengan adanya sketsa, akan sangat membantu menganalisa persoalan dengan cermat. Perhatikan gambar di samping! Gambar 2.13 merupakan informasi semua gaya pada arah tegak, sedangkan gambar bawah adalah informasi semua gaya yang bekerja pada arah mendatar. O, O 1 dan O 2 adalah titik berat luasan setelah dilubangi, sebelum dilubangi, dan titik berat lubang. Sedangkan F, F 1 dan F 2 adalah berat luasan setelah dilubangi, sebelum dilubangi, dan berat lubang. Coba jelaskan, mengapa berat plat sebelum dilubangi dan berat lubang pada kedua gambar tersebut dibuat berbeda arahnya? 75 60 100 O 2 x F 2X F 1X Gambar 2.13. Arah dan jarak gaya pada posisi tegak 50 F2Y O2 O O 1 F X F1Y y Gambar 2.14. Arah dan jarak gaya pada posisi mendatar O1 FY O Ya, kedua arah gaya itu dibuat berbeda karena berat lubang merupakan berat pengurang untuk berat plat sebelum dilubangi. Sedangkan F merupakan selisih berat plat sebelum dilubangi dengan berat lubang, sehingga dapat dinyatakan bahwa jumlah ketiga gaya tersebut harus sama dengan nol, atau: F = 0 atau F 1 F 2 F = 0 Pada kasus ini, besaran-besaran yang ada adalah berat luasan dan jarak dari berat luasan tersebut terhadap garis acuan (sisi kiri persegi panjang untuk arah 16

horizontal, dan sisi atas persegi panjang untuk arah vertikal). F 1X mewakili berat luasan persegi panjang sebelum dilubangi ke arah mendatar, sedangkan F 2X adalah berat lubangnya. Berat plat setelah dilubangi diwakili F X yang posisinya belum diketahui dan digambarkan searah dengan berat lubang. Kenapa? Ya, karena berat plat setelah dilubangi ditambah berat lubang harus sama dengan berat plat sebelum dilubangi, yang besarnya adalah: F X = F 1X F 2X = 200 150 π (20) 2 = 28743,4 satuan berat Nah, untuk mendapatkan tempat F X berada, gunakan kesetimbangan momen pada suatu titik tertentu. Sebagai contoh, bila digunakan titik kiri bawah sebagai acuan untuk kesetimbangan momen, maka kesetimbangan momen yang terjadi di titik tersebut adalah: F 1X. (100) F 2X. (60) F X. (x) = 0 (200x150). (100) (π (20) 2 ). (60) 28743,4. (x) = 0 x = 3.000.000 75398,2 28.743,4 = 101,75 mm Jadi posisi titik berat plat setelah dilubangi pada arah mendatar berada di jarak 101,75 mm dari sisi kiri. Sedangkan pada arah tegaknya, titik berat plat setelah dilubangi adalah: F Y = F 1Y F 2Y = 200 150 π (20) 2 = 28743,4 satuan berat Posisi titik berat pada arah tegak dapat dihitung berdasarkan kesetimbangan momen di titik kiri atas, yaitu: F 1Y. (75) F 2X. (50) F X. (y) = 0 (200x150). (75) (π (20) 2 ). (50) 28743,4. (y) = 0 y = 2.250.000 62831,9 28.743,4 = 76,09 mm Dengan demikian titik berat plat setelah dilubangi berada pada garis yang berjarak 76,09 mm dari sisi atas plat tersebut. Oleh karenanya titik berat plat setelah dilubangi berada pada titik 101,75 mm dari sisi kiri dan 76,09 dari sisi atas. 17

Soal-soal Latihan 1. Dua bagian suatu struktur yaitu B dan C dihubungkan pada bagian A seperti tampak pada gambar disamping. Bila pada kedua bagian itu bekerja gaya tarik sebesar P dan Q yang masingmasing sebesar 6 kn dan 4 kn, tentukan besar dan arah resultan kedua gaya tersebut yang bekerja pada A. 2. Gaya F yang besarnya 300 N akan diuraikan sepanjang garis a-a dan b-b. Tentukan besar sudut α bila diketahui komponen gaya F tersebut sepanjang garis a-a adalah 240 N. 3. Tiga gaya bekerja pada sebuah batang yang beratnya diabaikan. Batang tersebut ditumpu oleh dua kabel yang terletak di titik B dan D. Bila gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh kedua kabel tersebut adalah 12 kn, tentukan berat Q yang dapat diberikan agar konstruksinya tetap aman, pada saat berat P = 0. Jawaban Soal-soal Latihan: 1. R = 8,03 kn, dengan sudut 3,8 o terhadap garis horisontal. 2. 76,1 o. 3. 1,25 kn Q 10,25 kn 18