SURVEILANS INFEKSI NOSOKOMIAL

dokumen-dokumen yang mirip
SUMBER DAYA SURVEILANS

MANAJEMEN PENCEGAHAN & SURVEILANS UNTUK INFEKSI NOSOKOMIAL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan dampaknya mempengaruhi terutama pada negara berkembang dan negara

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

6/5/2010. Analytic. Descriptive Case report Case series Survey. Observational Cross sectional Case-control Cohort studies

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

1 Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERLINDUNGAN BAHAYA KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT

Monitoring penyakit usaha untuk

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Organisasi pencegahan infeksi nosokomial terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

C. TUJUAN 1. TujuanUmum : Untuk membantu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien

Aplikasi Penelitian Epidemiologis di RS

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

Tata laksana dan metoda survey akreditasi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa yang sama secara berulang dan membuat komitmen untuk. merekomendasikannya secara positif kepada orang terdekatnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ==========================

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit

SURVAILANCE KESEHATAN. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKSIE 1. Bagaimana cara bapak membuat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan di Unit Rekam Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Resistensi Antimikroba. Rumah Sakit. Pengendalian. Program.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD

BAB II RUMAH SAKIT UMUM SITI HAJAR MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu organisasi pelayanan sosial kemanusiaan. Secara

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perkonomian yang dewasa ini berkembang sangat pesat, terlebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

: Costy Pandjaitan, CVRN.,SKM.,MARS. Place/DOB : Pematang Siantar, August 15, 1957

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

Kendali Mutu Sebagai Proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

Transkripsi:

SURVEILANS INFEKSI NOSOKOMIAL Elsa Pudji Setiawati 140 223 159 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD

DAFTAR ISI DAFTAR ISI. i SURVEILANS INFEKSI NOSOKOMIAL... 1 Definisi Surveilans... 1 Tujuan Surveilans 1 Mendapatkan data dasar endemik 2 Menurunkan Angka Infeksi Di Rumah Sakit 2 Mengidentifikasi KLB... 3 Meyakinkan petugas medis... 4 Mengevaluasi sistem pengendalian... 5 Memenuhi persyaratan administratif... 5 Membandingkan Infeksi Antar Rumah Sakit.... 6 Untuk mengantisipasi tuntutan malpraktek... 6 Metode Surveilans... 7 Metode surveilans berdasarkan cara melaksanakan surveilans 7 Survei pasif... 7 Survey aktif... 7 Metode surveilans berdasarkan waktu pelaksanaan surveilans 8 Survei berkala... 8 Survei per bagian yang berlangsung terus menerus... 8 Survei yang dilaksanakan pada saat tertentu ( Point Surveilance ). 10 DAFTAR PUSTAKA 12 i

SURVEILANS INFEKSI NOSOKOMIAL DEFINISI SURVEILANS Surveilans adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data, interpretasi data dan diseminasi informasi hasil interpretasi data bagi mereka yang membutuhkan. Hasil ini penting untuk perencanaan, penerapan, evaluasi, praktek-praktek pengendalian infeksi. Secara singkat surveilans adalah memantau dengan berhatihati dan memberikan tanggapan yang relevan. Kegiatan surveilans dilaksanakan untuk mencapai tujuan utama dari program pengendalian infeksi nosokomial yaitu mengurangi risiko terjadinya endemic dan epidemic dari infeksi nosokomial pada pasien.. Kegiatan surveilans merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, selain kegiatan pencegahan infeksi, penanggulangan infeksi nosokomial, maupun pendidikan dan latihan. TUJUAN SURVEILANS Suatu kegiatan surveilans harus mempunyai tujuan yang jelas dan ditinjau secara berkala untuk menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang mungkin telah berubah. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi antara lain meliputi: o Adanya infeksi yang baru o Perubahan kelompok populasi pasien, misalnya adanya penerapan cara intervensi yang baru 1

o Adanya perubahan pola kuman penyakit o Adanya perubahan pola resistensi kuman terhadap antibiotika Pada pengumpulan dan analisis data surveilans harus dilakukan dan terkait dengan suatu upaya pencegahan. Oleh karena itu sebelum melakukan perencanaan atau program surveilans sangatlah penting untuk menentukan dan merinci tujuan dari dilaksanakannya kegiatan surveilans. Tujuan dari surveilans sangat tergantung kepada kebutuhan rumah sakit, yaitu : 1. Mendapatkan data dasar endemic Bagi mereka yang baru pertama kali melaksanakan kegiatan surveilans, maka data yang pertama kali dikumpulkan akan menjadi data dasar atau data awal untuk dapat mengkuantifikasikan rate dasar dari infeksi nosokomial yang endemis. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar resiko yang dihadapi oleh setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Sebagian besar (90-95%) dari infeksi nosokomisal adalah endemic dan ini diluar dari kriteria Kejadian Luar Biasa ( KLB ) infeksi nosokomial. Oleh karena itu salah satu tujuan dari program surveilans haruslah bertujuan untuk menurunkan rate dasar endemis ini dengan cara melakukan upaya-upaya pencegahan infeksi yang memadai. Bila hal ini tidak dilakukan maka kegiatan surveilans hanya sia-sia saja dan akan menyebabkan ketidakpuasan dari berbagai pihak. 2

2. Menurunkan Angka Infeksi Di Rumah Sakit Tujuan terpenting dari surveilans infeksi nosokomial adalah menurunkan resiko untuk mendapatkan infeksi nosokomial. Oleh karena itu, dalam melaksanakan kegiatan surveilans, harus dibuat tujuan yang spesifik, dengan mempertimbangkan cara penggunaan data, sumber daya manusia dan dana yang tersedia untuk melaksanakan program yang sudah dibuat. Tujuan yang dibuat dapat berorientasi kepada luaran ataupun kepada proses. Pada tujuan yang berorientasi pada luaran maka program yang dibuat bertujuan untuk menurunkan resiko infeksi dan biaya perawatan yang harus ditanggung oleh pasien. Sedangkan pada tujuan yang berorientasi kepada proses maka program yang dibuat lebih berorientasi kepada cara pengumpulan data, analisis data dan seterusnya walaupun pada akhirnya program yang dibuat dengan berorientasi pada proses tetap akan menghasilkan suatu luaran yaitu menurunkan laju infeksi, angka kesakitan, angka mortalitas ataupun biaya. 3. Mengidentifikasi KLB Bila angka endemic telah diketahui, maka pihak administrator RS akan dapat segera mengenali bila terjadi suatu penyimpangan dari angka dasar tersebut yang kadang mencerminkan suatu kejadian luar biasa ( KLB = outbreak ) dari infeksi nosokomial. Untuk mengenali adanya penyimpangan angka laju infeksi dan menetapkan adanya suatu KLB membutuhkan suatu 3

ketrampilan khusus dari panitia pengendali infeksi nosokomial. Tanpa adanya ketrampilan tersebut maka KLB dapat tidak dikenali dan dinilai sebagai suatu kejadian endemic biasa. Laporan tentang adanya kecurigaan terhadap KLB lebih sering datang dari dokter yang merawat pasien atau yang bekerja di laboratorium daripada petugas pengendali infeksi nosokomial. Kelemahan dalam kecepatan waktu ini sering menjadi keterbatasan dalam penggunaan data surveilans. Untuk mengatasi hal tersebut maka sebaiknya kegiatan surveilans dilaksanakan secara teratur, sehingga dapat memonitor perubahan yang terjadi. Komite Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit akan dapat mengetahui dengan lebih cepat seandainya terjadi suatu Kejadian Luar Biasa infeksi nosokomial, sehingga dapat dengan segera melakukan upaya-upaya pengendalian yang tepat. 4. Meyakinkan petugas medis Salah satu tantangan terberat dalam melaksanakan program pengendalian infeksi adalah meyakinkan tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya untuk menerapkan pencegahan infeksi yang dianjurkan. Untuk itu data surveilans harus diolah dengan baik dan professional sehingga dapat dipercaya dan dijadikan pedoman bagi upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial. 4

Selain dapat digunakan oleh Komite Infeksi Nosokomial, data-data tersebut dapat pula diberikan kepada para tenaga medis ataupun administrator rumah sakit. 5. Mengevaluasi system pengendalian Setelah permasalahan dapat diidentifikasi berdasarkan data-data surveilans dan program upaya pencegahan ataupun pengendalian infeksi nosokomial sudah dijalankan, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap apa yang sudah dikerjakana. Hal ini penting karena prinsip dari surveilans adalah kegiatan yang dilakukan terus menerus sehingga dapat diyakini oleh banyak pihak bahwa permasalahan yang ada sudah benar-benar terkendali. Selain itu juga dengan dilakukannya pemantauan dan evaluasi terus menerus maka suatu upaya pengendalian yang tampaknya rasional pada akhirnya dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang tidan efektif sama sekali. 6. Memenuhi persyaratan administratif Keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial di berbagai Negara termasuk di Indonesia merupakan salah satu indicator mutu pelayanan kesehatan, selain juga merupakan salah satu kriteria penilaian akreditasi rumah sakit. 5

7. Membandingkan angka infeksi antar rumah sakit Dalam memperbandingkan angka infeksi nosokomial antara satu rumah sakit dengan rumah sakit yang lain, perlu disebutkan metode pengumpulan data, analisis yang digunakan agar dapat diinterpretasikan. Dalam memperbandingkan angka infeksi nosokomial antar rumah sakitpun perlu ditetapkan terlebih dahulu infeksi apa yang akan diperbandingkan karena setiap rumah sakit memiliki kriteria masing-masing untuk menetapkan adanyanya infeksi dari suatu jenis penyakit. Angka infeksi dari suatu rumah sakit harus disesuaikan terlebih dahulu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan baru kemudian diperbandingkan atau disatukan untuk mendapatkan angka infeksi secara nasional. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan angka infeksi antar rumah sakit antara lain akurasi data, sensitivitas dan spesifisitas dari definisi dalam program surveilans yang dilaksanakan oleh masing-masing rumah sakit. 8. Untuk mengantisipasi tuntutan malpraktek Terhadap adanya tuntutan malpraktek, program surveilans yang baik dengan kompilasi data yang baik dapat memberikan bukti-bukti yang mendukung kualitas manajemen medis rumah sakit. 6

METODE SURVEILANS Ada banyak metode surveilans infeksi nosokomial yang digunakan antara lain yaitu : 1. metode surveilans berdasarkan cara melaksanakan surveilans 2. metode surveilans berdasarkan waktu pelaksanaan surveilans 1. Metode surveilans berdasarkan cara melaksanakan surveilans a. survey pasif Rumah sakit dengan sumber daya yang terbatas sering melakukan surveilans pasif. Tenaga medis yang melakukan perawatan pasien diminta untuk melaporkan kasus-kasus infeksi kepada Komite Pengendalian Infeksi atau administrator rumah sakit. Kemudian Komite ataupun administrator tinggal menjumlahkan saja. Metode ini sangat tidak akurat, walaupun dalam format pelaporan yang dibuat sudah diuraikan tentang definisi ataupun batasan-batasan yang dibutuhkan tetapi seringkali para tenaga medis terlalu sibuk dan tidak merasakan kepentingannya untuk turut berpartisipasi dalam pengendalian infeksi nosokomial, sehingga sering terjadi perbedaan persepsi ataupun tidak terlaporkan walaupun ditinjau dari aspek biaya metode ini lebih murah b. Survey aktif Surveilans yang dilaksanakan secara aktif sangatlah dianjurkan walaupun mempunyai tingkat kesulitan yang jauh lebih tinggi 7

dibandingkan dengan survey pasif, namun memberikan hasil akurasi data maupun interpretasi data yang lebih baik. Bila ditinjau dari aspek pembiayaan metode ini cukup mahal 2. Metode surveilans berdasarkan waktu pelaksanaan surveilans a. Survey berkala Surveilans dilaksanakan secara berkala dan dapat dilaksanakan pada unit-unit yang berbeda dalam kurun waktu yang berbeda. Biasanya diambil angka kejadian pokok, misalnya jumlah pasien yang terkena infeksi nosokomial dalam kurun waktu tertentu dibandingkan terhadap jumlah pasien yang disurvei. Frekuensi survey disesuaikan dengan program pengendalian infeksi nosokomial secara keseluruhan. b. Survey per bagian yang berlangsung terus menerus Cara ini mencakup semua metoda yang bertujuan untuk mendapatkan suatu angka kejadian. Yang dimaksud dengan angka kejadian adalah jumlah kasus baru infeksi nosokomial dalam kurun waktu tertentu atas populasi yang beresiko. Biasanya focus ditujukan pada daerah dengan resiko infeksi yang tinggi sehingga pencegahan dapat dilaksanakan untuk mengurangi kasus infeksi ini. Cara ini disebut juga sebagai surveilans bersasaran. Pemilihan lokasi survey dapat ditentukan oleh jenis unit atau prioritas ataupun berdasarkan kekebalan bakteri terhadap 8

antibiotika tertentu. Pendekatan ini lebih hemat karena semua sumber daya diarahkan pada sasaran tertentu yang diketahui mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi nosokomial. Dalam survey untuk menentukan angka kejadian terdapat bermacam-macam metoda untuk identifikasi kasus, antara lain: o Pengamatan terhadap kasus-kasus prospektif: Cara ini merupakan cara yang paling akurat, karena sangat fleksibel dan informative serta menggunakan data yang terbaru. Program pengendalian yang disusun berdasarkan hasil surveilans inipun sangat sesuai karena kejadiannya baru saja terjadi, tetapi sangat mahal. Petugas melakukan survey dengan cara mengamati semua kasus yang terjadi dalam populasi secara berkala, selama pasien masih dirawat di rumah sakit. Cara ini sering dijadikan standar terbaik, tetapi tenaga yang dikeluarkan cukup besar dan hampir semua unit tidak dapat menyediakan sumber daya manusia untuk hal ini. o Pengamatan terhadap kartu rekam medik Untuk dapat melakukan pengamatan terhadap kartu rekam medik perlu ditetapkan suatu kriteria tertentu ( misalnya meningkatnya suhu tubuh ), kemudia baru ditentukan pasien mana yang akan diamati lebih lanjut. Metode ini cukup akurat bagi rumah sakit yang memiliki perawatan yang lengkap, tetapi sangat 9

tergantung pada kelengkapan pengisian kartu rekam medik dan akurasi data dalam pengisiannya. Metode ini tidak menggambarkan permasalahan yang terjadi sesuai dengan waktu kejadian karena sifatnya yang retrospektif. o Pengamatan pasien yang memakai antibiotika Pada umumnya pasien dengan infeksi akan mendapatkan antibiotika, sehingga petugas survey hanya tinggal mengamati pasien-pasien yang menggunakan antibiotika. Daftar pasien bisa didapatkan di bagian farmasi. Ketelitian metode ini telah dilaporkan mencapai lebih dari 90 %. o Pengamatan terhadap pasien yang mempunyai sampel bakteri. Banyak pasien infeksi yang memiliki sampel bakteri terisolasi di laboratorium sehingga petugas survey dapat meminta daftar pasien dari bagian laboratorium sebelum mengunjungi tempat perawatan. Tingkat akurasi metode ini sangat tergantung kepada intensitas pengambilan specimen dan kualitas laboratorium rumah sakit. Angka sensitivitas metode ini yang pernah dilaporkan sangat bervariasi dari 30% sampai mencapai 70%. c. Survey yang dilaksanakan pada saat tertentu ( Point Surveilance ) 10

Cara ini dilaksanakan dengan menghitung jumlah kasus lama dan kasus baru yang terjadi dalam jangka waktu yang spesifik atau pada suatu saat tertentu. Untuk mendapatkan angka insidensi dan prevalensi maka metode surveilans yang dipilih haruslah bersifat komprehensif, tetapi pada metode ini kelemahan dalam menentukan angka insidensi adalah mahal, membutuhkan banyak sumber daya dan data yang dihasilkan tidak dapat diperbandingkan antar rumah sakit. Sedangkan kelemahan dalam menentukan angka prevalensi adalah angka tidak akurat karena sering terjadi over estimasi terhadap resik pasien untuk mendapatkan infeksi nosokomial. 11

DAFTAR PUSTAKA Bennet J.V. and Brachaman J.V. 1992, Hospital Infection 3 rd edition, Boston- Toronto-London, Little Brown Co. Dalima Ari Wahono Astrawinatan, Epidemiologi Klinik dan Sistem Surveilans Infeksi di Rumah Sakit, 2003, Kursus Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit. Demak L Tobing, Struktur Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit, 2003, Kursus Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit. Djoyosugito A, Roeshadi Dj. Pusponegoro A, Supardi Imam, 2001, Buku Manula Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit. Kurikulum dan Modul Pelatihan Kewaspadaan Universal, 1999, Departemen Kesehatan, Direktorat Jendral Pelayanan PPM & PLP, ; 173 180. Masud Yunesian, Nosocomial Infection Surveilans Methods, http://www/pit.edu/~super1/lecture/lec.2004/001/htm. 12