STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. pesaing yang ada sekarang dan para pesaing potensial, yang setiap saat bisa menjadi

Teknologi Informasi untuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting baik secara ekonomi maupun sosial (Tambunan, 2006). UKM di

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika dimulainya perdagangan bebas antar negara di ASEAN pada awal tahun ini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan informasi saat ini semakin pesat, mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan antara lain di bangunnya sistem jaringan komputer yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas

Pengantar. Sekilas E-Bisnis. Fungsi E-Bisnis. Komponen-komponen E-Bisnis. Hubungan E-Bisnis dengan E-Commerce

ANALISIS PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

KARYA ILMIAH E-BUSINESS. Analisa Ruang Lingkup Pelaku E-Business

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kinerjanya agar lebih efisien dan efektif dengan menerapkan

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuatan website dan pemasaran produk yang berbasis online hal ini. proses bisnis dari perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pesat, berkat dukungan dari meningkatnya taraf hidup seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan jasa berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen,

PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG

Kebutuhan Membangun SI Koorporasi (Budi Sutedjo, bab 3)

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka. dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. menekankan pada perlunya costumer satisfaction dalam menjalankan usahanya,

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti sekolah, perkantoran, perbankan, penyedia jasa, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan jenis usaha yang dapat dikelola

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

BIRO PERENCANAAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. seluruh sumber daya pemasok maupun pelanggan, hal ini bertujuan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting, salah satunya adalah kepuasan pelanggan yang merupakan isu

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT UNTUK MEMENANGKAN PERSAINGAN BISNIS

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

BAB 4 STUDI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PELAYARAN SINDUTAMA BAHARI

PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF

BAB I PENDAHULUAN. luas suatu bisnis baru dijalankan pemiliknya, terlihat bahwa bisnis tersebut masih

HASIL SURVEY PENILAIAN IKLIM USAHA DAN BDS

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sudah menjadi isu strategis dalam ekonomi global dengan ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang usaha yang mayoritas merupakan usaha kecil. Saat ini masih banyak UKM

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak terhadap persaingan bisnis yang semakin tinggi dan

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di masa kini sangat terasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaannya tidak dimanajemen dengan baik. Semarang merupakan kota. yang banyak UMKM yang semakin tahun meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin

ABSTRAK. Kata Kunci: Orientasi Pasar, Inovasi Produk, Kinerja Pemasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinamika industri perbankan yang semakin ketat dan harapan stakeholder

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mengumpulkan Informasi (Riset Pemasaran)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda pada proses perencanaan strategis. itu dilakukan (Bryson and Roering 1988; Elbanna 2007; Hassan et al).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perubahan dinamika kebutuhan di saat ini. Teknologi dan sistem

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

Transkripsi:

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM PENDAHULUAN UKM adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat diperhitungkan di Indonesia karena kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari perannya dalam pertumbuhan ekonomi nasional, produk domestik bruto (PDB) yang diciptakan, nilai tambah nasional, serta penyerapan tenaga kerja. Sementara itu, dalam era ekonomi global saat ini, UKM dituntut untuk melakukan perubahan guna meningkatkan daya saingnya. Salah satu faktor penting yang akan menentukan daya saing UKM adalah teknologi informasi (TI). Penggunaan TI dapat meningkatkan transformasi bisnis melalui kecepatan, ketepatan dan efisiensi pertukaran informasi dalam jumlah yang besar (UNDP, 2007). Studi kasus di Eropa juga menunjukkan bahwa lebih dari 50% produktifitas dicapai melalui investasi di bidang TI (van Ark et al, 2002; OECD, 2003). UKM dikatakan memiliki daya saing global apabila mampu menjalankan operasi bisnisnya secara reliable, seimbang, dan berstandar tinggi. Konsep daya saing menurut Altenburg et al. (1998) dan Michael E. Porter dalam Proceedings of Four Expert Meetings, United Nations Conference on Trade and Development (2005) serta Wyokinska (2003) seperti diperlihatkan pada gambar 1 Gambar 1. Konsep Daya Saing Menurut Porter dan Altenburg

Kegagalan adopsi TI seringkali terjadi di UKM. Untuk kasus di Indonesia, hasil penelitian Sarosa dan Zowghy (2004) mengenai adopsi TI di UKM menemukan adanya kegagalan-kegagalan UKM dalam menerapkan TI. Beberapa kegagalan tersebut ditemui pada dua UKM furniture dan handicraft yang menjadi obyek penelitian penelitiannya. Selain itu, UKM Indonesia yang melakukan adopsi TI masih rendah. Hanya 20% UKM yang telah mengadopsi TI dalam mendukung bisnisnya (Noor, 2006). Di lain pihak, Penelitian Asia Foundation (2002) yang menunjukkan bahwa penerapan internet di UKM (terutama yang berorientasi ekspor) mempunyai manfaat yang signifikan bagi perusahaan. Hal ini didukung oleh pendapat direktur pemasaran PT Myohdotcom Indonesia, Rendra Hertiadhi yang menyatakan bahwa peranan TI dalam bisnis adalah sebagai alat yang harus mampu berperan dalam mendukung terciptanya produktivitas kinerja yang optimal dan profitabilitas yang maksimal (www.ristek.go.id). Dengan mempertimbangkan rendahnya level adopsi dan untuk meminimalkan resiko kegagalan dalam penerapan TI, maka diperlukan adanya alternative kebijakan dan strategi yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan adopsi TI di UKM. Selanjutnya pemahaman terhadap kondisi kemampuan UKM dalam mengadopsi TI dan peranannya terhadap daya saing sangat diperlukan sebagai dasar dalam perumusan alternative kebijakan dan strategi yang tepat bagi UKM di Indonesia. Untuk menghasilkan alternative kebijakan dan strategi peningkatan kemampuan adopsi TI di UKM Indonesia, maka penelitian ini akan dilakukan selama dua tahun.pada tahun pertama (2007), pertanyaan penelitian yang menjadi perhatian adalah: 1. Bagaimana level dan variasi adopsi TI oleh UKM di Indonesia saat ini? 2. Bagaimana peran TI terhadap daya saing? 3. Faktor-faktor apa yang menjadi penggerak dan penghambat adopsi TI tersebut? 4. Bagaimana pola strategi adopsi TI oleh UKM sektor manufaktur? Selanjutnya, pola strategi adopsi TI oleh UKM yang diperoleh pada tahun pertama akan digunakan untuk membangun model peningkatan kemampuan adopsi TI di UKM. Oleh sebab itu, pertanyaan penelitian untuk tahun kedua (2008) yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah: Bagaimana model peningkatan kemampuan adopsi TI dan UKM tersebut?. Berdasarkan model tersebut selanjutnya akan dilakukan analisis kebijakan, dan hasilnya akan menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan alternative kebijakan dan strategi peningkatan kemampuan adopsi TI di UKM. PROFIL RESPONDEN Guna memetakan level dan variasi adopsi TI di UKM, studi ini melakukan survei melalui fax, email, datang langsung ke lokasi, serta dengan meminta bantuan tenaga dari dinas perindustrian dan perdagangan serta KUKM pada lokasi-lokasi yang ditinjau. Survei ini dilakukan terhadap kurang lebih 700 UKM manufaktur. Dari seluruh perusahaan yang disebarkan kuesioner, perusahaan yang mengisi dan mengembalikan

kuesioner sebanyak 115 perusahaan. Sedangkan sisanya tidak mengisi dan mengembalikan kuesioner dengan berbagai alasan. Rendahnya level pengembalian kuesioner ini menyebabkan hasil penelitian tidak dapat menggambarkan level dan variasi adopsi TI di UKM secara umum. Dari hasil validasi, 22 kuesioner yang tidak valid yang antara lain disebabkan oleh pengisian kuesioner yang tidak lengkap dan perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria. Dengan demikian, terdapat 93 perusahaan,dengan proposi 24 UKM subsektor tekstil dan produk tekstil; 54 UKM subsektor kerajinan; dan 15 UKM subsektor komponen otomotif, yang valid untuk menjadi responden dalam pemetaan level dan variasi adopsi TI di UKM. Gambaran responden seperti diperlihatkan pada gambar 2, gambar 3, gambar 4. Join Venture, 2% PMA, 1% Tidak Menjawab, 22% 40 M <, 4% PMDN, 97% 20 M < X < 40 M, 3% < 20 M, 71% Gambar 2. Kategori UKM Berdasarkan Jenis Investasi Gambar 3. Kategori UKM Berdasarkan Level Penjualan Subkontraktor & After market, 24% TidakMenjawa b, 1% Subkontraktor, 13% After Market, 62%

Gambaran Umum Adopsi TI di UKM Hasil survei yang dilakukan pada UKM manufaktur menunjukkan bahwa sebagian besar UKM yang disurvei yaitu sebanyak 66 perusahaan (71%) telah menggunakan TI guna mendukung kegiatan bisnis mereka (Gambar 5), dan sebagian besar UKM pengguna TI berasal dari subsektor kerajinan (Gambar 6). tidak 29% Komponen Otomotif 21% TPT 35% ya 71% Kerajinan 44% Bila jumlah pengguna TI pada tiap subsektor dibandingkan terhadap jumlah sampel pada subsektor tersebut, terlihat bahwa lebih dari 90% UKM di subsektor TPT dan komponen otomotif menggunakan TI dalam mendukung kegiatan bisnisnya. Sedangkan untuk subsektor kerajinan, hanya 54% UKM yang menggunakan TI. Kondisi ini didorong oleh karakteristik subsektor TPT dan komponen otomotif yang memiliki proses produksi yang cenderung lebih kompleks dibandingkan dengan subsektor kerajinan. Hasil survei penggunaan TI pada UKM Manufaktur Indonesia juga menunjukkan bahwa sebagian besar UKM yang disurvei memiliki komputer sebanyak 1 hingga 3 komputer, dan hanya ada 1 UKM yang tidak memiliki komputer. Meskipun tidak memiliki komputer, perusahaan dapat menyewa penggunaan di komputer di rental guna mendukung kegiatan bisnis. Komputer terutama digunakan oleh UKM untuk melakukan kegiatan administrasi

4-10 komputer 11% >10 Komputer 18% Tidak ada 2% 1-3 komputer 69% Gambar 7. Jumlah Komputer yang dimiliki UKM Lainnya 5 Proses Produksui 19 Pemasaran 38 Desain Produk 36 Administrasi 63 0 10 20 30 40 50 60 70 Gambar 8. Bidang Penggunaan TI di UKM Tidak 38% Komponen Otomotif 22% TPT 29% ya 62% Kerajinan 49% Gambar 9. Proporsi Pengguna Teknologi Internet di UKM Gambar 10. Proporsi Pengguna Teknologi Internet di UKM Berdasarkan Suksektor

Dalam penggunaan teknologi internet, hasil survei yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar UKM telah menggunakan teknologi internet. Dilihat dari proporsi subsector dalam penggunaan teknologi internet, hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna teknologi internet berasal dari subsektor kerajinan. Kondisi ini sesuai dengan karakteristik subsektor kerajinan yang mempunyai pangsa pasar ekspor yang cenderung lebih besar dibandingkan kedua sektor lainnya. Keberadaan pelanggan yang berada diluar negri, mendorong perusahaan untuk menggunakan teknologi komunikasi yang cepat, murah dan akurat yaitu internet untuk melakukan komunikasi bahkan transaksi melalui email ataupun website. Level Adopsi TI di UKM Level penggunaan TI, jnternet, dan variasi adopsi TI di UKM diperlihatkan pada gambar 11, 12, 13, dan 14 70 60 64 50 40 35 30 20 10 15 11 6 0 Perkantoran Dasar Satu Departemen Integrasi Dua Departemen Terintegrasi Seluruh Departemen Jaringan Kerja Gambar 11. Level penggunaan TI

EDI 3 E-business 5 LAN 17 Website 21 Email 38 Browsing 33 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Gambar 12. Level penggunaan teknologi internet di UKM Lainnya 4 Pemasok 23 Konsumen 35 Internal Perusahaan 22 0 5 10 15 20 25 30 35 Gambar 13. Fungsi Komunikasi Via Email 25 21 20 15 9 10 5 0 Brosur perusahaan&produk Transaksi online Gambar 14. Fungsi Website

Berdasarkan hasil survei, bidang penggunaan TI cukup berfariasi untuk tiap subsektor. Hampir seluruh UKM telah menggunakan TI untuk administrasi.penggunaan TI untuk desain produk dan pemasaran juga cukup banyak dilakukan, sedangkan penggunaannya untuk proses produksi masih terbilang rendah dibanding bidang lainnya. Untuk level penggunaan TI, sebagian besar UKM di setiap sektor berada pada level perkantoran dasar, sedangkan penggunaan TI pada tinggkat yang lebih tinggi, terutama pada level jaringan kerja masih sangat rendah. Dalam hal penggunaan teknologi internet, UKM pada sektor TPT banyak menggunakannya untuk melakukan browsing, sedangkan UKM subsektor kerajinan dan komponen otomotif lebih banyak menggunakan email. Sebagian besar KM di setiap subsektor memakai email terutama dalam berkomunikasi dengan konsumen. Sebagian UKM juga telah mengadopsi website, terutama sebagai brosur perusahaan dan produknya. Dari ketiga subsektor yang ditinjau, UKM pada subsektor kerajinan paling banyak memanfaatkan fungsi website tersebut, termasuk untuk melakukan transaksi online. PERAN TI TERHADAP DAYA SAING DI UKM MANUFAKTUR Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum TI telah digunakan oleh UKM untuk mendukung kegiatan bisnis dengan bidang penggunaan TI pada tiap subsektor industri yang cenderung bervariasi. Kondisi ini didorong oleh adanya perbedaan karakteristik diantara subsektor yang tentu saja mempengaruhi kebutuhan kegiatan usaha masing-masing subsektor industri tersebut. Subsektor industri TPT dan komponen otomotif yang mempunyai proses produksi dan system manajemen komplek dan rumit lebih menitikberatkan penggunaan TI pada proses produksinya khususnya pada kegiatan desain produk. Hal ini sangat berbeda dengan sektor industri kerajinan yang pangsa pasarnya berorientasi ekspor lebih banyak menggunakan TI untuk kegiatan pemasarannya. Perbedaan pada bidang penggunaan TI tersebut selanjutnya akan mempengaruhi peran TI terhadap daya saing. Di sektor TPT, TI sangat membantu terutama dalam hal desain produk dan proses produksi yang memberikan hasil pada peningkatan efisiensi bahan baku serta mengurangi waktu proses. TI memiliki dampak pada peningkatan produktifitas dan kemampuan merespon permintaan secara cepat. TI banyak digunakan untuk keperluan administrasi dan desain produk. Dalam hal penggunaan internet, UKM pada subsektor TPT banyak banyak menggunakannya dalam hal email dan browsing. Di subsektor kerajinan, TI sangat membantu terutama dalam bidang manajemen pemasaran dan berdampak langsung terhadap peningkatan omset perusahaan. TI pada subsektor ini banyak digunakan terutama sdalam kegiatan administrasi dan pemasaran, sedangkan penerapan internet paling banyak digunakan untuk email. Internet memberikan kemudahan bagi kegiatan bisnis perusahaan serta menjadikan biaya komunikasi lebih murah dan meningkatkan efisiensi waktu. Hal tersebut Menunjukkan peran TI terhadap peningkatan daya saing. TI juga berperan dalam meningkatkan kepuasan konsumen.

Pada subsektor komponen otomotif, TI terlihat sangat membantu terutama dalam desain produk dan manajemen produksi yang berdampak pada peningkatan produktifitas dan kemampuan merespon permintaan secara cepat. UKM pada subsektor ini banyak menerapkan TI untuk keperluan desain produk dan administrasi, serta menggunakan internet dalam bentuk email. Dengan demikian dapat disimpulkan penggunaan TI di subsektor tekstil dan produk tekstil (TPT), kerajinan, dan komponen otomotif, diketahui bahwa penerapan TI dapat meningkatkan daya saing di UKM. Namun demikian, peran TI terhadap daya saing di UKM bervariasi untuk tiap-tiap subsektor. FAKTOR PENGGERAK DAN PENGHAMBAT ADOPSI TI DI UKM MANUFAKTUR Dorongan dan hambatan yang dihadapi oleh UKM dalam melakukan adopsi TI dapat berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Hasil survei menunjukkan bahwa adopsi TI di UKM didorong oleh persepsi manfaat, sumber daya yang meliputi kecukupan dana untuk mengadopsi TI dan dukungan terhadap pengembangan diri karyawan, kesiapan dukungan sistem yang meliputi pengertian dan pemahaman pemilik/manajer terhadap TI, TI sebagai salah satu strategi perusahaan, kecukupan staff TI, dan kecukupan infrastruktur, pasar yang meliputi tuntutan pelanggan dan pengaruh TI terhadap persaingan, factor infrastruktur yang diwakili oleh biaya internet, seta vendor dan konsltan yang meliputi kemudahan memperoleh jasa konsultan dan kecukupan bantuan konsultan. Faktor penghambat adopsi TI meliputi sumber daya yang mencakup kecukupan jumlah karyawan yang mampu menggunakan TI dan ketersediaan dana rutin untuk TI, faktor pasar yang meliputi pengaruh TI terhadap jumlah pelanggan, Tuntutan pemasok, dan Pengaruh TI terhadap kerjasama dengan pemasok; factor pemerintah yang meliputi Kecukupan dukungan keuangan dari pemerintah dan kecukupan dukungan non keuangan dari pemerintah, serta faktor vendor dan konsultan. Gambar 15. Pola Strategi Adopsi TI di UKM Subsektor TPT Skala Kecil

Strategi perusahaan Vendor Evaluasi Solusi Kesadaran Terhadap Manfaat TI Tuntutan Kebutuhan Evaluasi Kebutuhan Pengembangan Sistem Persiapan Organisasi (SDM) Implementasi Evaluasi Tuntutan Persaingan Pemilik/ Manager Kesiapan Organisasi Programer Pelatihan (on the job) -Operasional -Maintenance Anggaran SDM Gambar 16. Pola Strategi Adopsi TI di UKM Subsektor TPT Skala Menengah Gambar 17. Pola Strategi Adopsi di UKM Subsektor Komponen Otomotif Gambar 18. Pola Strategi Adopsi di UKM Subsektor Komponen Otomotif

POLA STRATEGI ADOPSI TI DI UKM MANUFAKTUR Latar belakang, manfaat, penggunaan TI, tahapan adopsi, serta pola strategi adopsi TI cenderung berbeda untuk tiap subsektor manufaktur yang ditinjau. Pola Strategi adopsi TI di UKM subsektor kerajinan, komponen otomotif seperti diperlihatkan pada gambar 17 dan 18, sedangkan untuk UKM subsektor TPT, pola strategi adopsinya dibedakan menjadi 2, yakni untuk skala kecil dan skala menengah (Gambar 15 dan 16) KESIMPULAN UKM adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat diperhitungkan di Indonesia karena kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari perannya dalam pertumbuhan ekonomi nasional, produk domestik bruto (PDB) yang diciptakan, nilai tambah nasional, serta penyerapan tenaga kerja. Sementara itu, dalam era ekonomi global saat ini, UKM dituntut untuk melakukan perubahan guna meningkatkan daya saingnya. Salah satu faktor penting yang akan menentukan daya saing UKM adalah teknologi informasi (TI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi TI di UKM Indonesia sudah tergolong cukup baik (mayoritas UKM sudah menggunakan TI) dan penggunaannya beragam sesuai dengan karakteristik tiap subsektor industri. Namun penggunaan TI oleh sebagian besar UKM masih terbatas pada aplikasi perkantoran dasar untuk mendukung tugas-tugas administrasi. Sebagian besar UKM Manufaktur telah menggunakan teknologi internet meskipun masih dalam tingkat dasar yaitu untuk komunikasi dengan pihak konsumen melalui email. Di antara tiga subsektor industri manufaktur, UKM subsektor kerajinan paling tinggi tinggkat penggunaan internetnya. Terdapat variasi dalam penggunaan TI pada tiga sub sektor industri manufaktur. Hal ini disebabkan oleh perbedaan oleh perbedaan kebutuhan pada masing-masing subsektor tersebut. Penggunaan TI di subsektor industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan logam (komponen otomotif) lebih dititikberatkan pada proses produksi, khususnya pada kegiatan desain produk. Hal ini sangat berbeda dengan subsektor industry kerajinan yang pangsa pasarnya berorientasi ekspor lebih banyak menggunakan TI untuk kegiatan pemasarannya. Secara umum, kegiatan administrasi dan manajemen dasar di UKM telah didukung oleh penggunaan TI. Hasil survei juga menunjukkan bahwa adopsi TI di UKM berdampak pada daya saing yaitu melalui peningkatan produktifitas dan posisi pasar. Di subsektor TPT, peran TI terhadap daya saing terlihat dalam kemampuannya meningkatkan produktifitas dan merespon permintaan konsumen lebih cepat. Karakteristik subsektor TPT yang produknya bersifat fashionable, serta proses produksi dan system manajemen yang kompleks dan rumit, TI sangat membantu terutama dalam hal desain produk dan proses produksi yang memberikan hasil pada peningkatan efisiensi bahan baku serta mengurangi waktu proses. Penggunaan TI juga berdampak pada hasil potong yang

lebih akurat. Penggunaan internet telah memudahkan komunikasi dengan buyer, supplier, dll, yang berdampak pada peningkatan kemampuan dalam merespon permintaan konsumen. Di subsektor kerajinan yang cenderung berorientasi ekspor, TI sangat membantu terutama dalam bidang manajemen pemasaran, karena TI memungkinkan UKM untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih luas, terutama untuk meraih pasar luar negri. Hal tersebut merupakan indikasi peningkatan daya saingnya. Di subsektor komponen otomotif yang kebanyakan merupakan subkontraktor perusahaan besar serta memiliki proses produksi dan sistem manajemen yang kompleks dan rumit, penggunaan TI sangat membantu kegiatan bisnis perusahaan, terutama dalam desain produk dan manajemen produksi. Dalam hal ini, penggunaan TI dapat mempercepat waktu proses serta mempermudah aktifitas pengontrolan produksi oleh manajemen. Kondisi tersebut akan berdampak pada peningkatan produktifitas. TI juga sangat membantu kegiatan marketing, administrasi, serta penenganan klaim untuk bidang TI. Hal ini mendorong kecepatan UKM dalam merespon permintaan konsumen sebagai bentuk peningkatan daya saing. Meskipun penggunaan TI di UKM manufaktur sudah tergolong cukup baik dan terbukti meningkatkan daya saing, namun dalam penerapan dan proses pengembangannya, UKM masih banyak menghadapi hambatan. Faktor penghambat utama penggunaan TI di UKM adalah keterbatasan sumber daya, baik keuangan maupun manusia. Selain itu, UKM juga belum merasakan adanya dukungan dari pemerintah baik financial maupun non finansial. Penggunaan TI di UKM manufaktur didorong oleh persepsi UKM terhadap TI yang akan membawa kemajuan bagi perusahaan. Adanya tuntutan persaingan dan permintaan konsumen agar perusahaan menggunakan TI turut mendorong adopsi TI di UKM. Sealin itu, pemahaman pemilik/manajer mengenai TI dan menjadikannya sebagai salah satu strategi perusahaan juga menjadi faktor penggerak bagi UKM untuk mengadopsi TI. Pola strategi adopsi TI di UKM manufaktur cenderung bervariasi. Perbedaan ini didorong oleh kebutuhan dan karakteristik industri tiap subsektor. Di subsektor TPT, pola strategi adopsi TI dapat dibedakan berdasarkan ukuran perusahaan, yaitu perusahaan skala kecil (UKM rumahan) dan perusahaan skala menengah. Pada UKM TPT skala kecil, proses adopsi TI berlangsung lebih sederhana dan sangat tergantung pada pemilik/ manajer. Keterbatasan sumber daya keuangan dan manusia menjadi pertimbangan utama dalam melakukan adopsi TI. Hal ini juga yang menyebabkan UKM TPT skala kecil sulit mencapai level adopsi TI yang lebih tinggi. Oeh sebab itu, dalam proses adopsi dan pengembangannya, UKM masih memerlukan bantuan pihak eksternal perusahaan.

UKM TPT skala menengah memiliki pola strategi adopsi TI yang cenderung serupa dengan UKM komponen otomotif. Hal ini disebabkan oleh tingginya kebutuhan penggunaan TI di kedua jenis UKM tersebut. Kompleksitas produksi dan sistem manajemen menuntut adanya penggunaan TI di hampir semua divisi perusahaan dan mengarah ke sistem terintegrasi. Namun, proses adopsi TI di UKM TPT skala menengah masih sangat tergantung pada vendor dalam hal pengembangan dan maintenance. Hal ini berbeda dengan UKM komponen otomotif yang memiliki staf TI. Vendor hanya berperan sebagai penyedia solusi TI, sedangkan pengembangan dan maintenance sudah mampu dilakukan sendiri oleh sumber daya internal perusahaan yaitu staff TI. Proses adopsi TI di UKM kerajinan tergolong memiliki kompleksitas yang rendah karena TI yang digunakan hanya berupa aplikasi-aplikasi sederhana yang ditujukan untuk mendukung kegiatan pemasaran. Rendahnya kemampuan UKM dalam mengadopsi TI menyebabkan pentingnya keterlibatan vendor dalam proses adopsi. Tahap implementasi TI yang meliputi pengembangan, pelatihan penggunaan, dan maintenance diserahkan sepenuhnya kepada pihak vendor atau konsultan. Produk yang bernilai seni dari hasil kerajinan tangan menjadi ciri khas subsektor ini. Karakteristik tersebut menyebabkan penggunaan TI di bidang desain produk dan proses produksi menjadi kurang dibutuhkan. Sehingga penggunaan TI lebih ditujukan untuk mendukung kegiatan pemasaran dan pengembangannya diarahkan ke penggunaan internet sebagai sarana transaksi bisnis berupa e-catalog dan e- commerce. Guna memperbaiki posisi daya saing UKM manufaktur, pengembangan TI sebaiknya diarahkan ke level adopsi TI yang lebih tinggi Peningkatan daya saing subsektor TPT dan komponen otomotif yang memiliki kompleksitas tinggi dalam proses produksi dan sistem manajemen dapat dicapai dengan mengarahkan adopsi TI pada level yang terintegrasi. Dengan sistem TI yang terintegrasi, UKM dapat mencapai efisiensi yang lebih tinggi sehingga akan meningkatkan produktifitas perusahaan. Sedangkan perbaikan posisi daya saing subsektor kerajinan dapat dicapai melalui penggunaan internet untuk transaksi bisnis. Sayangnya, untuk mencapai level adopsi tersebut UKM manufaktur masih dihadapkan pada berbagai hambatan. Oleh sebab itu, UKM membutuhkan adanya kebijakan yang dapat mengatasi hambatan dan mempermudah UKM untuk mencapai level adopsi yang lebih tinggi.