dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang paling dirasakan adalah semakin ketatnya persaingan secara global di sektor industri. Persaingan ini timbul karena perusahaan-perusahaan transnasional dari negara-negara maju ingin melebarkan sayap bisnisnya ke negara-negara berkembang, baik dalam bentuk pembangunan pabrik baru, kerjasama patungan dengan perusahaan tuan rumah, maupun relokasi industri. Untuk membangun sektor industri agar mampu berkembang dalam arena persaingan seperti saat ini dan sekaligus menjadikannya sebagai motor penggerak perekonomian nasional di masa depan, maka sektor industri perlu memiliki daya saing yang tinggi. Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor ini tidak saja berpotensi mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu memberikan kontribusi yang besar dalam transformasi kultural bangsa ke arah modernisasi kehidupan masyarakat yang menunjang pembentukan daya saing nasional. Untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing nasional dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan diperlukan suatu arah kebijakan pembangunan nasional dengan paradigma baru. Paradigma pembangunan ekonomi Indonesia yang semula lebih berorientasi pada pertumbuhan industri berskala besar telah bergeser kepada pembangunan ekonomi yang ditekankan pada ekonomi kerakyatan (industri kecil dan menengah) (Nu man, 2004). Perubahan ini memberikan peluang untuk tumbuh berkembangnya kegiatan-kegiatan baru yang produktif dan merupakan tantangan yang harus diantisipasi secara seksama. Untuk itu, setiap pelaku industri harus meningkatkan kemampuannya sehingga dapat bersaing dalam perekonomian 1

2 global. Karena dalam era globalisasi kemampuan produksi dan pemasaran dilandaskan pada kemampuan menciptakan barang/jasa yang berdaya saing global dan mampu memanfaatkan perkembangan teknologi. Perubahan yang cepat sebagai dampak globalisasi menuntut bangsa Indonesia untuk semakin mempercepat kesejajaran dan kesetaraan dengan bangsa lain. Peran ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang lebih besar dituntut untuk meningkatkan daya saing nasional. Untuk itu dalam rangka meningkatkan daya saing yang berbasis lokal diperlukan peningkatan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan iptek, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha khususnya industri kecil dan menengah (IKM). Kondisi sektor industri di Indonesia dalam persaingan global tidak dapat dilepaskan dari pilihan strategi yang digunakan. Untuk itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap strategi industri yang tepat digunakan untuk memperbaiki kinerja industri. Strategi pembangunan industri ke depan, mengadaptasi pemikiran-pemikiran yang berkembang saat ini, yaitu pengembangan industri melalui pendekatan klaster industri. Caniels dan Romijn (2001) menyatakan bahwa kinerja ekonomi suatu negara akan dipengaruhi oleh kinerja ekonomi wilayah yang dikembangkan dengan strategi klaster industri. Department of Trade and Industry of United Kingdom (2004) menyatakan bahwa klaster industri merupakan penggerak perekonomian daerah dan nasional. Pemilihan strategi klaster industri ini dalam rangka membangun daya saing industri yang berkelanjutan serta membentuk struktur organisasi bagi pembangunan industri dan perdagangan dalam konteks global. Klaster industri merupakan sejumlah perusahaan dan lembaga yang terkonsentrasi pada suatu wilayah, serta saling berhubungan dalam bidang khusus yang saling bersaing dan sekaligus bekerjasama (Porter, 2000). Sedangkan Depperin (2005) menyatakan klaster industri merupakan pengelompokan kegiatan dari industri inti, industri terkait, industri penunjang, jasa penunjang lainnya, penyedia infrastruktur 2

3 dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat. Tujuan pendekatan klaster adalah untuk membangun suatu wilayah secara utuh dan juga untuk memperkuat daya saing berkelanjutan dari kegiatan ekonomi wilayah. Di samping itu juga mengurangi biaya transportasi dan transaksi, meningkatkan efisiensi, menciptakan aset secara kolektif, dan memungkinkan terciptanya inovasi. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh secara umum adalah untuk mendorong terjadinya spesialisasi produksi sesuai dengan kompetensi inti dan mendorong transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Caniels dan Romijn (2001) menyatakan bahwa keuntungan klaster industri adalah terkumpulnya tenaga kerja berspesialisasi, memudahkan akses pasar dengan pembeli khusus, dan akumulasi kemampuan teknologi. Terjadinya krisis yang berkepanjangan menyebabkan sektor industri di Indonesia tidak dapat bertahan karena biaya produksi meningkat sedangkan daya beli masyarakat menurun. Tetapi industri kecil dan menengah lebih dapat bertahan dalam mengatasi krisis ekonomi dibandingkan industri-industri skala besar (Goenadi, 2000). Pertumbuhan ekspor dari jenis produk-produk berteknologi rendah dan padat karya memberikan kesempatan besar bagi industri kecil dan menengah. Akan tetapi pada umumnya industri kecil dan menengah masih sangat berorientasi pada pasar domestik. Hal ini antara lain disebabkan adanya keterbatasan teknologi dan kurangnya dukungan pemerintah untuk menjadikan mereka industri yang berorientasi global. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu dari sepuluh industri prioritas yang dikembangkan melalui strategi klaster industri (KPIN, 2005). Hal ini karena industri tekstil dan produk tekstil dapat menghasilkan devisa dan menyerap tenaga kerja yang besar. Pada tahun 2005 industri tekstil dan produk tekstil memberikan devisa ekspor sebesar 8,6 miliar dolar dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,18 juta orang (BPS, API, 2006). Selain itu industri ini telah berkembang secara terintegrasi dari industri hulu, industri intermediate 3

4 sampai dengan produk akhir. Untuk industri kecil dan menengah, sektor tekstil dan produk tekstil dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 600 ribu orang dengan jumlah unit usaha sebanyak 98 ribu. Sedangkan nilai ekspor yang dihasilkan mencapai US$ 900 juta (Depperin, API, 2006). Angka tersebut cukup kecil kontribusinya terhadap perekonomian, akan tetapi jika dapat ditingkatkan terus menerus dapat membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran dan memberi kesempatan berusaha yang sama. Dalam rangka pengembangan industri kecil dan menengah dengan percepatan pertumbuhan yang bersifat masal, maka pengembangan industri kecil dan menengah dilakukan dalam kerangka pengembangan klaster industri kecil dan menengah. Pengembangan klaster berarti pengembangan sebagian besar industri kecil dan menengah yang ada dalam klaster tersebut. Upaya pengembangan klaster industri kecil dan menengah terlebih dahulu harus dilakukan suatu diagnosis menyeluruh terhadap seluruh unsur klaster. Hal ini untuk mengetahui kondisi riil serta permasalahan yang dihadapai oleh klaster berupa hambatan, ancaman, tantangan, dan gangguan yang dialami klaster dalam usahanya untuk berproduksi. Mengingat pentingnya pengembangan klaster industri kecil dan menengah maka diperlukan suatu usaha untuk merumuskan dan membangun suatu model untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada klaster industri kecil dan menengah. Model yang dibangun ini akan mengungkapkan variabel-variabel utama klaster industri kecil dan menengah yang diharapkan dapat menangkap permasalahan utama yang terjadi di klaster industri kecil dan menengah. Dari permasalahan utama tersebut diharapkan dapat disusun program yang menjadi prioritas untuk diperhatikan dalam pengembangan klaster. Penelitian tentang pengembangan dan pembentukan klaster telah banyak dilakukan antara lain oleh LPM-ITB (2001) tentang diagnostik klaster industri kecil komoditas ekspor, Trindira (2002) meneliti tentang penentuan variabelvariabel unsur klaster industri kecil. Hasil yang diperoleh dari kedua penelitian 4

5 tersebut menyatakan bahwa variabel-variabel yang menentukan keberhasilan klaster industri kecil adalah bahan baku, peralatan, proses produksi, keuangan, energi, tenaga kerja, produk, pemasaran, modal, kemampuan pengusaha, dan kultur industri. Namun kedua penelitian tersebut hanya menentukan bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh tanpa melihat seberapa besar pengaruhnya tersebut. Penelitian yang dilakukan Djamhari (2006) menghasilkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan klaster adalah jejaring kemitraan, inovasi teknologi, modal SDM dan kewirausahaan, infrastruktur fisik, keberadaan perusahaan besar, akses ke pembiayaan usaha, layanan jasa spesialis, akses terhadap pasar dan informasi pasar, akses terhadap layanan pendukung bisnis, persaingan, komunikasi, dan kepemimpinan. Hampir sama dengan penelitian LPM-ITB dan Trindira, penelitian ini juga hanya mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh tehadap pertumbuhan, tanpa menyebutkan faktor-faktor yang paling berpengaruh. Untari (2004) melakukan penelitian tentang pola pertumbuhan klaster industri kecil. Hasil penelitian Untari ini menghasilkan mekanisme kehidupan klaster, proses terbentuknya klaster, dan pola pertumbuhannya. Dari hasil mekanisme kehidupan klaster teridentifikasi adanya industri inti, supplier, subkontrak, dan pemasar. Namun penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu mengeksplorasi dan mendalami dari teori-teori yang ada, tanpa melakukan pencarian data secara kuantitatif. Hubungan antara teori klaster dan teori supply chain telah diteliti Dewitt (2006) dan Wu, et.al (2006). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa klaster mempunyai kekuatan terkonsentrasinya pada suatu wilayah, serta jaringan supply chain. Pada klaster, perusahaan mempunyai keuntungan dari adanya persaingan, mudahnya akses kepada tenaga kerja dan supplier, akses kepada informasi, akses kepada institusi dan pemerintah, motivasi yang tinggi, serta inovasi dan formasi usaha yang baru. 5

6 Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas, tidak ditemukan penelitian model pembentukan klaster secara kuantitatif dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan klaster. Penelitian tentang pengelompokan industri dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan industri telah dilakukan Atomsa (1997) dan Siregar (1998). Kedua penelitian ini menggunakan model kuantitatif namun belum masuk ke model klaster industri yaitu pengelompokkan industri dari hulu ke hilir (supply chain). Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mencoba membangun model analisis kinerja klaster industri kecil (klaster supply chain), serta menganalisis faktorfaktor apa saja yang dominan yang berpengaruh terhadap keberhasilan klaster industri kecil. Jika faktor-faktor yang paling berperan dalam permasalahan klaster industri kecil dan menengah diperhatikan, maka pihak yang berkepentingan dalam perumusan kebijakan pengembangan industri kecil dapat memberikan arah yang lebih efektif dan efisien. 1.2 Rumusan Masalah Agar dapat melakukan pengembangan klaster industri, maka perlu diberi suatu arahan kebijakan yang dapat membantu memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi klaster industri kecil. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengembangkan model analisis kinerja klaster industri kecil. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan (research question) berikut: 1. Bagaimanakah memodelkan analisis kinerja klaster supply chain industri kecil? 2. Bagaimana menentukan variabel-variabel yang dominan dan bagaimana menyelesaikan dan memecahkan masalah-masalah pokok klaster industri kecil agar kinerjanya lebih baik? 3. Bagaimanakah usulan strategi dan kebijakan bagi pengembangan klaster industri kecil, berdasarkan hasil model usulan? 6

7 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengembangkan model analisis kinerja klaster industri kecil yang memfokuskan pada proses dan keterkaitan yang terintegrasi. 2. Menganalisis faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap keberhasilan klaster industri kecil. 3. Memberikan masukan terhadap penyusunan strategi dan kebijakan pengembangan klaster industri, khususnya klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil. 1.4 Pembatasan Masalah Agar tujuan penelitian ini dapat dicapai, terarah, dan terfokus, maka perlu adanya batasan-batasan penelitian yaitu: 1. Pada pengembangan model analisis kinerja klaster industri supply chain terdiri dari empat kelompok yaitu : industri inti, supplier, subkontrak, dan pemasar. 2. Faktor yang dilibatkan pada model adalah faktor analisis kinerja klaster dan faktor keberhasilan. 3. Klaster industri kecil yang menjadi kasus dalam penelitian ini adalah industri kecil sektor tekstil dan produk tekstil yang ada di Bandung. Studi kasus dilakukan di Bandung oleh karena Bandung merupakan pusat industri TPT nasional. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan penelitian yang dilakukan, serta sistematika penulisan. Bab II Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan penelitian. Studi literatur diperoleh dari buku, jurnal, dan internet. Studi literatur menerangkan dan menyajikan tentang kebijakan dan 7

8 strategi pengembangan industri nasional, teori mengenai klaster industri, proses pembentukan klaster industri, diagnosis klaster industri, teori industri kecil dan menengah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan klaster IKM. Bab III Metodologi Penelitian dan Pengembangan Model Bab ini menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian untuk memecahkan permasalahan yang telah ditetapkan. Pemecahan masalah tersebut dilakukan dengan pengembangan model yang merupakan model konseptual yang menggambarkan hubungan logis antara beberapa faktor penting di dalam permasalahan. Dalam pengembangan model ini akan dijelaskan tentang proses dan faktor kinerja klaster industri kecil, serta faktor-faktor yang menentukan keberhasilan klaster kecil. Bab IV Kinerja Klaster Industri Kecil Tekstil dan Produk Tekstil Bab ini menjelaskan kinerja klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil dengan menyajikan hasil pengumpulan dan pengolahan data. Hasil tersebut meliputi penentuan sampel penelitian, data profil perusahaan, hasil pengolahan data yang meliputi hasil perhitungan analisis potensi wilayah, pengelompokkan industri inti, serta hasil perhitungan terhadap faktor-faktor keberhasilan klaster industri kecil. Bab V Analisis dan Pembahasan Bab ini membahas penggunaan model yang dikembangkan serta menyajikan kelebihan dan kekurangan model. Bab VI Kesimpulan dan Saran Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk kepentingan pengembangan model lebih lanjut. 8