C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages"

Transkripsi

1 B. Rumusan Masalah Bagaimana peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik? C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages Penelitian ini merupakan bagian dari studi hubungan internasional yang mengarah pada level negara atau state level. Untuk itu, perkembangan industri otomotif India dijabarkan melalui peran negara dengan berbagai regulasinya. Peran pemerintah India dapat dipahami melalui beberapa teori yang juga memiliki pandangan terkait state level. Dengan demikian, dapat dilakukan analisa mengenai pengaruh pemerintah dalam perkembangan industri. Ada berbagai teori yang membahas keterkaitan antara peran negara dengan perkembangan ekonomi. Salah satu diantaranya adalah mengenai keunggulan kompetitif negara atau Competitive Advantages of Nations yang dipopulerkan oleh Michael E. Porter dan didukung oleh peneliti-peneliti lain seperti Grant (1991) dan Lall (2003). Peran pemerintah dalam perkembangan industri telah menjadi topik penelitian yang dilakukan oleh Porter (1990). Penelitian ini berangkat dari pandangan liberalisasi dan globalisasi yang dianggap menguntungkan. Liberalisasi dan globalisasi memberikan kesempatan bagi negara untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam kompetisi internasional. Tolok ukur utamanya dilihat dari bagaimana posisi industri dalam negeri terhadap industri terkait di pasar internasional. Perbandingan kemampuan antar industri dalam negeri saja tidaklah cukup. Harus ada industri global yang diperbandingkan untuk 3

2 mengetahui seberapa kuat daya saing industri dalam suatu negara (Ranawat, Tiwari, 2009: 16). Daya saing suatu negara dalam industri tertentu dapat ditingkatkan melalui konsep competitive advantages of nations. Konsep ini menguraikan bentukbentuk upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri domestiknya. Daya saing ini pun dapt ditingkatkan hingga mencapai titik dimana industri domestik mampu bersaing dengan industri global. Untuk mencapainya, diperlukan peran pemerintah dalam membuat regulasi yang mendukung peningkatan daya saing tersebut. Pemerintah juga perlu menciptakan kondisi nasional yang kondusif sesuai karakter yang diperlukan untuk mendorong peningkatan daya saing industri. 1. Menciptakan kondisi nasional yang kondusif Porter menempatkan negara sebagai variabel utama yang mempengaruhi keunggulan kompetitif dari industri. Ini dilakukan dengan membentuk kondisi nasional yang kondusif dalam mendukung berkembangnya industri. Kondisi nasional dijelaskan melalui karakteristik tertentu seperti: 1. Factor condition bagaimana kondisi faktor produksi pada suatu negara seperti infrastruktur dan lain hal yang dapat mendukung daya saing industri. 2. Demand condition bagaimana kondisi permintaan pasar. 3. Related and supporting industry kehadiran industri terkait dan industri pendukungnya yang berdaya saing internasional. 4

3 4. Firm strategy, structure, and rivalry bagaimana negara mengkondisikan dan mengatur industri serta kaitannya dengan persaingan domestik (Porter 1990: 78). Kondisi nasional tersebut dianggap mampu mendorong peningkatan daya saing suatu industri termasuk daya saing nasional. Kondisi ini merupakan faktor dasar yang harus dipenuhi suatu negara. Terutama dalam faktor kondisi yang berupa hal dasar dari faktor produksi. Faktor produksi dapat menjadi modal dasar yang mendukung daya saing lain di tahap awal. Faktor produksi bahkan cukup menentukan dalam perkembangan daya saing secara terus menerus. Karena dari faktor produksi dasar ini lah dapat diketahui daya saing utama yang dapat dikembangkan sebagai potensi nasional. Faktor produksi yang dimaksud dapat meliputi tenaga kerja, infrasturktur, sumber daya manusia, modal, lahan, dan faktor produksi lain (Grant 1991: 538). Porter menyatakan bahwa terdapat beberapa hal utama yang perlu dilakukan pemerintah untuk menciptakan kondisi terbaik demi mendukung perkembangan industri domestik. Penciptaan kondisi kondusif tersebut meliputi upaya dalam mendorong 3 hal, yakni: (1) Kehadiran pesaing di level domestik sebagai pengganti tekanan kompetisi internasional; (2) Kehadiran permintaan pasar yang mendukung di level domestik yang nantinya memperkuat posisi pada persaingan internasional; serta (3) Kehadiran proteksi harus hanya berlangsung sementara (Ranawat, Tiwari, 2009: 19). Kondisi ini dapat diciptakan pemerintah melalui regulasinya dengan membentuk pesaing dan memastikan ketersediaan permintaan pasar di level 5

4 domestik. Pesaing ini dapat dihadirkan dari para investor asing yang telah memiliki daya saing unggul. Pesaing dan proteksi sementara akan bermanfaat untuk mendorong industri domestik meningkatkan daya saingnya. Sebaliknya, ketidakhadiran pesaing dan adanya proteksi berlebihan dan terus-menerus justru membuat industri domestik tidak berkembang. Hal ini sejalan dengan pemikiran Joseph Schumpeter mengenai pentingnya persaingan dalam industri. Schumpeter menegaskan bahwa membentuk struktur pasar yang tepat adalah hal penting dalam usaha meningkatkan pertumbuhan dan performa dari industri. Struktur pasar ini dihadirkan dari adanya teknologi dan inovasi sebagai stimulasi pertumbuhan dan perkembangan. Menurutnya, kompetisi yang baik adalah yang memicu adanya keunggulan dalam hal kualitas serta ketegasan dalam menentukan harga sendiri. Hal ini akan membentuk pondasi industri yang lebih kuat dibanding dengan orientasi profit dan jumlah produksi saja (Schumpeter 1943: 84 dalam Narayanan 2004: 463). Kondisi nasional yang kondusif juga terkait dengan keberadaan cluster industri. Porter menekankan bahwa daya saing akan lebih mudah terbentuk dalam sebuah cluster industri sehingga pemerintah perlu membangun cluster dimana didalamnya terdapat industri asing dan juga industri domestik. Cluster industri akan mempermudah pemerintah dalam membangun dan memetakan kondisi dan faktor produksi yang tersedia. Pemerintah dapat secara paralel membangun investasinya dalam hal pendidikan, kajian penelitian, dan infrastruktur di dalam cluster industri. Pada akhirnya, pemerintah harus dapat mendorong industri domestik untuk memasuki pasar ekspor. 6

5 Lebih jauh lagi, pemerintah perlu mendorong upaya industri domestik dalam R&D untuk menciptakan produknya sendiri. R&D penting agar daya saing yang tercipta selanjutnya bukan tergantung pada faktor produksi melainkan teknologi. Pada akhirnya, pemerintah perlu melepaskan intervensi dan membiarkan terbentuknya kompetisi antara perusahaan asing dengan perusahaan domestik. Ketika perusahaan domestik telah mulai berhasil meningkatkan daya saingnya, pemerintah akan perlahan melepaskan kebijakan yang bertujuan sebagai proteksi terhadap industri domestik (Ranawat, Tiwari, 2009: 19). Karena hal inilah, industri domestik perlu menyiapkan inovasi dan memperkuat daya saingnya melalui R&D. 2. Membuat tahapan regulasi untuk mendukung kesiapan industri Porter dan Lall mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan keunggulan kompetitif suatu industri, negara dapat menerapkan berbagai regulasi yang dibuat secara bertahap dalam rangka mengembangkan daya saing. Pada tahap awal bisa dilakukan melalui investasi dan pembentukan faktor pendorong industri. Pemerintah dalam tahap ini harus berperan secara intensif terhadap industri domestik melalui (1) akses modal; (2) subsidi; (3) proteksi sementara; (4) menstimulasi investasi; dan (5) menciptakan faktor pendukung seperti infrastruktur dan penyediaan teknologi dasar (Ranawat, Tiwari, 2009: 17). Hal ini sejalan dengan pandangan dari liberalisasi dan internasionalisasi yang membahas tentang proses sebuah industri menuju ke pasar global. Dalam kedua konsep ini, terdapat tiga area utama yang dibahas, yakni (1) mengurangi harga, termasuk mengurangi suku bunga dan menyesuaikan dengan sistem nilai 7

6 tukar internasional, (2) melonggarkan pembatasan terhadap pergerakan modal, serta (3) membuka pasar untuk kompetitor baru dan cakupan yang lebih luas dalam aktivitas finansial (Chung 2002). Ketiga hal ini mengarah pada lepasnya campur tangan pemerintah yang terlampau besar ke dalam perindustrian. Dengan kondisi ini, dinamisme pasar secara alami dapat mendorong persaingan antar industri yang sehat. Yang pada akhirnya dapat memicu peningkatan daya saing industri domestik. Meski demikian, meningkatkan daya saing dari industri domestik bukanlah hal mudah. Diperlukan proses dalam tahapan yang sistematis. Dalam tahap awal, pemerintah harus bisa menentukan fokus industri yang diinginkan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Sementara itu, pemerintah perlu secara intens mendampingi perkembangan industri melalui regulasinya. Pendampingan yang perlu dilakukan secara intens ini dapat dilakukan dengan pembentukan cluster industri. Porter beranggapan bahwa prinsip cluster industri, meski tidak mutlak, dapat menjadi pilihan untuk lebih memfokuskan prioritas pembangunan negara (Ranawat, Tiwari, 2009: 18). Meski kondisi lingkungan nasional telah terbentuk dalam konsep yang mampu mendorong kemajuan industri, peran perusahaan juga masih menentukan dalam peningkatan daya saingnya masing-masing. Dukungan pemerintah dilakukan secara tidak langsung untuk mendorong perusahaan agar dapat mengupgrade dan berinovasi dengan meningkatkan standar pasarnya secara terus menerus. Dengan meningkatkan standar maka industri akan memiliki daya saing yang meningkat untuk menuju ke pasar global. Peningkatan daya saing industri 8

7 domestik tidak dapat dicapai secara langsung dan cepat. Diperlukan tahapan yang panjang hingga akhirnya tujuan nasional serta competitive advantages of nation dapat tercapai. Dalam tahap inilah pemerintah mengambil peran secara besar dan intens bagi perkembangan daya saing industrinya. Tahapan ini juga dapat dikenali dari adanya industrialisasi yang sangat cepat. Prinsip utama yang dipegang dalam industrialisasi adalah untuk meningkatkan produktivitas nasional. Dalam industrialisasi ini, pemerintah terutama ditantang untuk dapat membangun dan meningkatkan perusahaan domestiknya yang umumnya dilakukan dengan perluasan investasi. Investasi asing menjadi jalan bagi perusahaan domestik untuk dapat lebih terdorong dalam meningkatkan daya saingnya, terutama dalam jangka panjang (Ranawat, Tiwari, 2009: 18). 3. Meningkatkan daya saing dan produktivitas melalui kehadiran FDI Konsep utama yang dimaknai dari daya saing pada level nasional adalah produktivitas. Tujuan utama dari negara dari peningkatan industri ini adalah bagaimana untuk memproduksi dalam jumlah sebesar mungkin. Ini adalah konsep yang ditanamkan pada tahapan awal dari peran pemerintah. Sementara untuk mencapai produktivitas yang tinggi, pemerintah dapat melakukan beberapa hal seperti: (1) Meningkatkan kualitas produk; (2) Meningkatkan teknologi pada produk; serta (3) Mendorong efisiensi produksi (Porter, 1990: 70). Porter menambahkan bahwa untuk mencapai produktivitas yang tinggi ini, maka dapat dilakukan dengan perdagangan internasional dan investasi asing (Porter, 1990: 77). Perdagangan internasional dan investasi asing dinilai mampu 9

8 mendorong produktivitas nasional. Salah satu alternatif dalam investasi ini adalah bentuk investasi asing langsung. Investasi dilakukan melalui FDI yang telah memiliki daya saing global yang tinggi. Dengan adanya pesaing yang telah lebih maju, maka dorongan untuk meningkatkan produktivitas akan lebih besar. Keterlibatan industri domestik dalam pembangunan industri ini sangat ditentukan dari intervensi pemerintah. Pemerintah harus bisa membuat regulasi yang mampu mengantisipasi dari resiko yang harus dihadapi oleh industri domestik ketika terjadi keterbukaan ekonomi. Peran pemerintah dalam hal ini dilakukan dalam bentuk proteksi, regulasi atau dukungan langsung dari negara melalui perangkat negara yang ada melalui konsep infant industry. Menurut Porter, negara memiliki legalitas serta legitimasi untuk menghindarkan infant industry dari ancaman perdagangan dan investasi asing (Ranawat, Tiwari, 2009: 19). Kehadiran FDI ini sekaligus untuk membentuk kondisi nasional yang kondusif guna menciptakan persaingan dalam level domestik. Aspek penting lain dalam perkembangan industri adalah adanya perkembangan teknologi. Dalam hal inilah investasi asing berperan melalui teknologi yang dibawanya. Pemerintah dapat menciptakan kondisi dimana industri domestik berpeluang untuk berkolaborasi dengan industri asing yang hadir. Baik dalam hal finansial maupun teknologi. Kolaborasi yang dilakukan dapat melalui FDI berupa joint venture. Joint ventures merupakan suatu bentuk kerjasama antar perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Dimana masing-masing perusahaan mengambil peran masing-masing dan masih memiliki wewenangnya masing-masing, sesuai dengan persentase kepemilikan sahamnya. 10

9 Perusahaan Joint ventures juga dapat membentuk usaha baru. Joint ventures antar perusahaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Misalnya saja melalui equity, vehicle swapping, manufacturing and assembly, parts swapping, engineering and design, dan distribution (Munkirs dkk 1993: ). Pada konsep Joint Ventures, industri domestik berpeluang menyerap ilmu lebih banyak dari perusahaan asing di berbagai aspek industri. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Grossman dan Helpman yang mengungkapkan adanya dampak positif dari kehadiran FDI. Pertumbuhan FDI pada suatu negara berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. FDI berperan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memperkenalkan terknologi baru seperti proses dan teknik produksi, kemampuan pengelolaan usaha, ide hingga variasi produk. Bahkan untuk negara non-industri maju, FDI dapat menjadi jembatan untuk melakukan revolusi industri. Teknologi baru yang masuk ke suatu negara melalui FDI dapat menumbuhkan industri domestik melalui spillover atau peniruan terhadap teknologi serupa (Hermes& Lensink 2003: 3-4). 4. Pandangan Competitive Advantages of Nations untuk memahami industri otomotif India Hal yang diungkapkan Porter melalui peran negara dalam penciptaan daya saing industri domestik ini dapat digunakan untuk memahami sekaligus menjawab perumusan masalah dalam penelitian. Penelitian berfokus pada state-level dimana negara dijadikan aktor utama dalam pembangunan ekonomi. Kerangka pemikiran dalam teori ini mampu menjelaskan bagaimana pemerintah dapat mengambil 11

10 peran penting dalam mendorong perkembangan industri di negaranya sehingga mampu memiliki daya saing global. Teori ini sejalan dengan kondisi di India. Hal ini dilihat dari maraknya FDI yang masuk ke India semenjak adanya kebijakan liberalisasi. Masuknya FDI ke India disertai dengan adanya berbagai regulasi yang disusun secara bertahap. Ini sesuai dengan salah satu karakteristik dari peran pemerintah dalam menyusun kebijakan yang diuraikan oleh Porter. Selain itu, teori ini mampu digunakan untuk menganalisa bagaimana keterkaitan antara peran pemerintah, FDI dan industri domestik. Pemerintah menjadi aktor utama yang memainkan perannya melalui kebijakan. Sedangkan, FDI menjadi stimulus bagi perkembangan industri domestik. Sementara itu, industri domestik mengambil peran dalam memanfaatkan kebijakan dan kondisi yang ada untuk memaksimalkan dan maningkatkan daya saingnya menuju ke pasar global. Teori ini pun telah mencakup pentingnya strategi pendukung. Strategi yang dijabarkan dalam teori keunggulan kompetitif dapat digunakan untuk menganalisa kebijakan mana yang tepat dan efektif yang mampu mendorong daya saing global dari industri otomotif domestik. Hal ini akan dilihat dari implementasi dari kebijakan terkait yang ada di India. Berikut merupakan inti dari beberapa argumen dalam Competitive Advantages of Nations yang sesuai untuk analisa permasalahan pada penelitian, bahwa: 1. Pemerintah perlu membuat tahapan regulasi guna membimbing industri domestiknya di tahap awal dan perlahan melepaskannya di 12

11 tahap akhir. Dengan demikian, industri domestik dapat memiliki daya saing secara mandiri. 2. Investasi asing diperlukan untuk menciptakan daya saing pada level nasional, dan menuju ke pasar global. 3. Pengembangan teknologi dan daya saing melalui investasi asing dapat diperoleh melalui joint ventures sebagai tahapan paling awal. 4. Pemerintah perlu menciptakan kondisi nasional yang mampu mendorong perkembangan industri berupa ketersediaan faktor produksi memadai dan pasar domestik. 5. Pemerintah perlu mendorong R&D oleh industri lokal sehingga dapat memiliki daya saing yang lebih mengarah pada penguasaan teknologi dan bukan faktor produksi semata. 6. Cluster industri penting bagi pemerintah untuk memudahkan peranannya dalam mengontrol perkembangan industri secara lebih fokus. D. Argumen Utama Peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik sejalan dengan pemikiran teori competitive advantages of Nations. Pemerintah India berperan dalam menstimulasi hadirnya FDI (Foreign Direct Investment) demi menciptakan kondisi persaingan yang akan mendorong peningkatan daya saing industri domestiknya. Hal ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan secara bertahap. Tahapan tersebut dimulai dari momentum adanya New industrial policy tahun 1991, yang kemudian dilanjutkan ke Auto 13

12 policy tahun 2002, dan diperkuat lagi dengan Automotive Mission Plan tahun Berbagai kebijakan yang mendorong FDI (Foreign Direct Investment) ini juga didukung dengan adanya (1) Efisiensi faktor produksi dengan peningkatan infrastruktur; (2) Cluster industri otomotif; (3) Upgrading teknologi melalui Research and Development; serta (4) standarisasi yang disesuaikan dengan pasar global. E. Sistematika Penulisan Penelitian diawali dari gambaran umum yang diuraikan dalam BAB I mengenai pesatnya perkembangan industri otomotif India. Perkembangan industri otomotif yang juga diperankan oleh sektor industri domestik menjadikan topik ini menarik untuk diteliti. Terutama mengenai bagaimana pemerintah India menjalankan perannya melalui berbagai regulasi. Sebagai landasan teori, bab ini juga menguraikan mengenai pandangan teori competitive advantages yang diungkapkan oleh Porter. Pandangan yang diulas lebih menitikberatkan pada peran pemerintah melalui regulasinya untuk menciptakan daya saing industri domestiknya. Uraian mengenai Competitive advantages of Nations mengantarkan pada perolehan argumen utama yang menjawab perumusan masalah penelitian. Argumen yang diperoleh bahwa peran pemerintah India dalam peningkatan daya saing global industri otomotif domestiknya dilakukan melalui FDI dengan kebijakan yang ditetapkan secara bertahap, serta faktor pendukung lain dalam menciptakan kondisi nasional yang kondusif. Argumen utama inilah yang nantinya akan dibuktikan dalam analisa penelitian yang berupa studi pustaka. 14

13 Selanjutnya, analisa dan pembahasan akan dibagi dalam BAB II dan BAB III agar lebih mudah dalam menguraikan permasalahan. Pada BAB II analisa akan difokuskan pada pembahasan perkembangan kebijakan FDI dalam industri otomotif India. Perkembangan ini diuraikan secara runtut dalam tahapan-tahapan regulasi. Namun sebelumnya, akan dijelaskan pula gambaran umum tentang tahap kebijakan sebelum tahun 1990 sebagai perbandingan. Kebijakan utama diuraikan dalam tiga bagian tahap yang masing-masing kebijakan mengarah pada relasi FDI dengan industri otomotif domestik. Kebijakan utama tersebut meliputi new industrial policy 1991, auto policy 2002, dan automotive mission plan Analisa dilanjutkan pada BAB III yang membahas tentang pemetaan strategi industri otomotif India serta kaitannya dengan pembentukan kondisi nasional yang kondusif. Secara khusus langkah strategis pemerintah India dilihat pada aspek non-fdi, berhubung kebijakan FDI telah lebih dulu diuraikan secara fokus di BAB II. Uraian tentang pemetaan strategi akan diawali dengan uraian tentang keterkaitan industri otomotif dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebagai pengantar dalam memasuki analisa. Bahasan ini penting untuk mengetahui motivasi serta seberapa besar industri otomotif mendapat perhatian dari pemerintah India. Sedangkan aspek strategis non-fdi yang diuraikan meliputi kebijakan tentang pembenahan infrastruktur, cluster industri otomotif, serta R&D. Pembahasan dilakukan dengan melihat dari implementasi yang ada. Pada akhir bab akan diuraikan analisa umum yang memetakan keseluruhan strategi India 15

14 untuk menembus pasar global dengan merujuk pada data-data yang telah disajikan sebelumnya. Setelah uraian penelitian dijabarkan, maka pembahasan ditutup dengan BAB IV yang berisi kesimpulan. Kesimpulan penelitian menguraikan jawaban dari perumusan masalah serta pembuktian dari argumen utama secara singkat. Intinya adalah mengenai peranan pemerintah India dalam perkembangan daya saing industri otomotif domestik. Hal ini terutama difokuskan untuk menyimpulkan bagaimana peran pemerintah dalam mengambil langkah strategis demi mendorong masuknya FDI ditambah dengan upgrading sektor-sektor lain yang mendukung. 16

BAB I PENDAHULUAN. interest dan pendapatan non bunga atau fee based income. Pendapatan bunga diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. interest dan pendapatan non bunga atau fee based income. Pendapatan bunga diperoleh dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin terbukanya ekonomi regional dan global yang ditandai dengan semakin tingginya tingkat persaingan di seluruh sektor bidang usaha, baik dalam maupun luar negeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek pembangunannya. Tentunya ketersediaan modal sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan ekonomi. Bagi sebuah negara,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Penanaman modal asing (PMA) merupakan pemindahan modal dari suatu negara ke negara lain. Modal yang dialirkan dari negara satu ke negara lainnya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

Menanggapi Akibat Globalisasi terhadap Kinerja Tenaga Kerja: Pengalaman dari Sektor Tekstil dan Garmen Indonesia

Menanggapi Akibat Globalisasi terhadap Kinerja Tenaga Kerja: Pengalaman dari Sektor Tekstil dan Garmen Indonesia Policy Brief Menanggapi Akibat Globalisasi terhadap Kinerja Tenaga Kerja: Pengalaman dari Sektor Tekstil dan Garmen Indonesia Oleh: Dionisius Narjoko Perekonomian Indonesia semakin terintegrasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang disetiap periode. Dalam setiap periode upaya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini terkait dengan klaster industri minyak dan gas

Lebih terperinci

10Pilihan Stategi Industrialisasi

10Pilihan Stategi Industrialisasi 10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. India juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sehingga India mengalami. peningkatan perekonomian dasa warsa terakhir ini.

BAB I. Pendahuluan. India juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sehingga India mengalami. peningkatan perekonomian dasa warsa terakhir ini. BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pada abad ke-21 ini India telah mengubah citra negaranya menjadi negara industri baru. India mulai bergerak menuju negara industri baru yang sangat menjanjikan pada

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di industri building construction yang sudah masuk di listing Bursa Efek Indonesia per 8 Agustus 2011.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan pertumbuhan, mendapat perhatian besar dari negara-negara maju pada umumnya dan negara-negara berkembang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KONSENTRASI SPASIAL PENGUATAN USAHA KECIL MENENGAH (Kasus Industri Kecil Menengah di Pantura Jawa Tengah)

PENGEMBANGAN MODEL KONSENTRASI SPASIAL PENGUATAN USAHA KECIL MENENGAH (Kasus Industri Kecil Menengah di Pantura Jawa Tengah) PENGEMBANGAN MODEL KONSENTRASI SPASIAL PENGUATAN USAHA KECIL MENENGAH (Kasus Industri Kecil Menengah di Pantura Jawa Tengah) Semarang, 12 Mei 2010 Tim Peneliti: Darwanto, S.E, M.Si. (NIP. 19781108 200812

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang masih membutuhkan modal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah satunya didapat dari ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pesat merupakan tujuan utama dari kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara menandakan berhasilnya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN ALIRAN FDI

KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN ALIRAN FDI RESUME JUDUL SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN ALIRAN FDI (Foreign Direct Investment) DI TENGAH ANCAMAN KRISIS EKONOMI GLOBAL TAHUN 2008 DISUSUN OLEH GAFUR DJALI 151050018 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN DALAM KULIAH UMUM UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI (UIGM) DI PALEMBANG MENGENAI GERAKAN NASIONAL DALAM RANGKA MEMASUKI ERA MASYARAKAT

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM PENDAHULUAN UKM adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat diperhitungkan di Indonesia karena kontribusinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejatinya tak dapat dipungkiri bahwa setiap negara menghadapi berbagai macam polemik terutama dari segi ekonomi. Hal ini mengharuskan pemahaman lebih mendalam secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan investasi di Indonesia jika ditinjau dari perspektif demokrasi ekonomi, yaitu: Pertama, UU 25/2007 telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor keuangan..., Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor keuangan..., Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dunia usaha dan revolusi teknologi informasi (TI) yang terjadi belakangan ini mempengaruhi kebijakan sektor finansial negara-negara di dunia termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara menginginkan negaranya memiliki suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembanguanan nasional merupakan salah satu usaha peningkatan kwalitas sumber daya manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan didasari oleh kemampuan dan memenfaatkan

Lebih terperinci

ARAH PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KONTRIBUSI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERHADAP PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KONTRIBUSI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERHADAP PEMBANGUNAN NASIONAL SALINAN Lampiran Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor : 246 /M/Kp/IX/2011 Tanggal : 30 September 2011 ARAH PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KONTRIBUSI ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen yang memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan termasuk sebagai salah satu negara berkembang di dunia membutuhkan dana untuk mendukung pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan lingkungan bisnis yang semakin kompleks saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan lingkungan bisnis yang semakin kompleks saat ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan lingkungan bisnis yang semakin kompleks saat ini menyebabkan perusahaan-perusahaan harus mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan efektif dan efisien

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu:

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu: M a n a j e m e n S t r a t e g i k 15 Materi Minggu 3 Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) 3.1 Proses Manajemen Strategik Manajemen strategik merupakan proses tiga tingkatan yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Master Plan Latar belakang Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin secara garis besar adalah Dalam rangka mewujudkan Visi

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA INVESTASI, OTONOMI DAERAH, DAN KEBIJAKAN INVESTASI

BAB III DINAMIKA INVESTASI, OTONOMI DAERAH, DAN KEBIJAKAN INVESTASI BAB III DINAMIKA INVESTASI, OTONOMI DAERAH, DAN KEBIJAKAN INVESTASI Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 2001, maka setiap pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk mengatur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan dalam. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 mengamanatkan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan dalam. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 mengamanatkan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 mengamanatkan bahwa pengembangan perekonomian yang kompetitif

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Bab 1 PENDAHULUAN negara yang mulai berkembang. Hal itu di buktikan berdasarkan data dari Bappenas untuk tahun 2011, Indonesia berada di peringkat 82 sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Desember 2013, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono

BAB I PENDAHULUAN. Pada Desember 2013, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada Desember 2013, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri dan melakukan upacara peresmian sebuah pabrik yang berada kawasan industri Cilegon,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat membantu individu maupun perusahaan agar arus informasi berjalan cepat, tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat membantu individu maupun perusahaan agar arus informasi berjalan cepat, tepat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan kecanggihan dunia teknologi yang ada saat ini, tuntutan akan arus informasi yang cepat dan akurat menjadi semakin tinggi. Teknologi Informasi (TI) sangat membantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar

BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar BAB I PENDAHULUAN Bab pertama pada tesis ini menjelaskan topik penelitian yaitu konsep internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar belakang penelitian yang didasarkan pada

Lebih terperinci

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan www.packindo.org oleh: Ariana Susanti ariana@packindo.org ABAD 21 Dunia mengalami Perubahan Kemacetan terjadi di kota-kota besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan serta memakmurkan para pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan serta memakmurkan para pemegang saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan memiliki berbagai macam tujuan dalam menjalankan usahanya. Tujuan tersebut diantaranya untuk menghasilkan keuntungan dari kegiatan operasional perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daya Saing Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

TIMBULNYA BISNIS INTERNASIONAL

TIMBULNYA BISNIS INTERNASIONAL TIMBULNYA BISNIS INTERNASIONAL GLOBALISASI : Proses yang didalamnya ekonomi dunia menjadi sistem tunggal yang saling bergantung IMPOR Produk yang dibuat atau tumbuh di luar negeri tetapi dapat dijual di

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN 1985-2005 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian Fery (2013) tentang analisis daya saing usahatani kopi Robusta di kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan metode Policy Analiysis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari faktor internal ataupun eksternal (Anonim, 2006a). Terkait dengan beragamnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut perusahaan untuk dapat bersaing lebih ketat dengan para pesaingnya. Bagaimana cara perusahaan untuk

Lebih terperinci

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam bagian kesimpulan pada thesis ini memuat jawaban dari rumusan masalah yang terdapat pada bab I yaitu mengenai analisis rantai nilai yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin 22 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Analisis Dewasa ini pengembangan sektor pertanian menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin berat disebabkan adanya perubahan lingkungan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis meliputi perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Arus globalisasi ekonomi dan proses liberalisasi perdagangan merupakan kenyataan yang saat ini semakin berkembang dari segi globalisasi produksi sampai dengan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore.

DAFTAR PUSTAKA. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore. 5. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian pada analisis Bab IV tentang analisis faktor penentu Foreign Direct Investment otomotif di 5 negara ASEAN, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa research and development,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

BABII LANDASAN TEORI

BABII LANDASAN TEORI BABII LANDASAN TEORI 1.1 Perkembangan Bisnis Persaingan adalah satu kata penting di dalam menjalankan perusahaan pada saat ini. Hal ini ditunjang dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan eksternal terhadap pelaksanaan kegiatan bisnis PT. SUCOFINDO (Persero) baik di dalam negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana mengenai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang semakin mengarah pada kebijakan untuk menciptakan kawasan-kawasan terpadu sebagai cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya, pemerintah tidak luput akan adanya interaksi

Lebih terperinci

INDUSTRI.

INDUSTRI. INDUSTRI INDUSTRI Istilah industri mempunyai 2 arti: Himpunan perusahaan2 sejenis Suatu sektor ekonomi yg didalamnya terdapat kegiatan produktif yg mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau ½ jadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi yang mempengaruhi perusahaan. Kerugian dan kebangkrutan banyak perusahaan dalam beberapa

Lebih terperinci

TOPIKAL PAPER. Muhammad Edhie Purnawan, SE, MA, Ph.D

TOPIKAL PAPER. Muhammad Edhie Purnawan, SE, MA, Ph.D TOPIKAL PAPER Industrial Environment PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH VIETNAM TERHADAP KEPUTUSAN EKSPANSI PERUSAHAAN PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk Pengajar: Muhammad Edhie Purnawan, SE, MA, Ph.D Aufa Fitria Yulius

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Salam (2004) menyatakan bahwa strategi pada dasarnya adalah kemampuan organisasi mengelola sumberdaya yang dimiliki dalam menghadapi lingkungan dengan memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan Ekonomi Indonesia didominasi sektor pertanian dan perkebunan yang lebih dikenal dengan istilah negara agraris. Sejak dari proklamasi kemerdekaan, hingga dikeluarkannya

Lebih terperinci